Anda di halaman 1dari 5

KOMANG WAHYU BRAMASTHA GINA

1862122027

ARSITEKTUR REG. B

RESUME JURNAL (TOPIK PENGHAWAAN)

JUDUL JURNAL

Sistem Penghawaan Pada Bangunan Tinggi

(High Rise Building)

Studi Kasus: Kuningan Tower

Pendahuluan

Pada bangunan tinggi, ventilasi dan orientasi matahari adalah dua faktor utama yang terkait
dengan kepedulian perancang terhadap lingkungan, karena secara langsung berhubungan dengan
tingkat kenyamanan, kesehatan dan kenikmatan penghuni atau pengguna bangunan (Jimmy S. Juwana,
2005). Ventelisi pada bangunan adalah hal yang wajib untuk menunjang aktivitas pada bangunan agar
memenuhi kebutuhan setiap aktivitas ataupun fungsi bangunan tersebut. Ventilasi udara diperlukan
untuk menjaga kelembaban yang ada dalam bangunan agar suhu dalam bangunan tidak terlalu panas,
supaya setiap aktivitas berjalan dengan baik . ventilasi udara juga mendistribusikan udara sesuai dengan
persyaratan. Orientasi matahari juga dipertimbangkan agar tidak terlalu banyak menggunakan
pencahayaan buatan, diperlukan pertimbangan sedimikian rupa agar radiasi panas dapat dikurangin
supaya suhu dalam bangunan tidak meningkat sehingga penggunaan ventilasi buatan atau penghawaan
buatan dapat dikurangi. Hasil-hasil penelitaian tentang lingkungan kerja menunjukkan bahwa di dalam
ruang berudara segar civitas/karyawan dapat bekerja lebih baik dan jumlah kesalahan dapat dikurangi
sehingga efisiensi kerja dapat ditingkatkan (Arismunanandar W & Saito H, 1981). Faktor ventilasi dan
orientasi matahari sebagai faktor untuk mengurangi pencahayaan dan penghawaan buatan agar
meminimalisir penggunaan energi untuk pencahayaan dan penghawaan buatan pada bangunan.
Penghawaan buatan berupa AC memerlukan biaya yang mahal dan perawatan yang tinggi, dan juga
penggunaan Freon dapat merusak lapisan ozon pada atmosfir. Perencaan bangunan tinggi memerlukan
teknologi modern untuk menghasilkan kenyamanan dan dapat mendukung aktivitas pengguna
bangunan. Namun tanpa disadari bangunan modern atau penghawaan buatan dapat menurunkan
kualitas lingkungan .
Tinjauan Pustaka
Penyebab menurunnya mutu udara di dalam bangunan dapat dikategorikan sebagai penyebab
polusiudara dalam ruang adalah sebagai berikut (Jimmy S. Juwana, 2005) :
 Campuran bahan organic yang mudah menguap dapat terdiri dari bahan alamiah maupun sinteti
yang mengandung hydrogen, bahan ini meudah menguap di suhu kamar. Dapat berupa : kapur
barus, deterjen, cat, dan lain lain ang terdapat pada furniture, interior maupun peralatan yang
lainya .
 Pestisida merupakan bahan yang sering digunakan pada banguna, baik untuk membasmi
serangga maupun tanaman, selain itu perlindungan padakayu, cat dan karpet biasanya
menggunakan pestisida
 Bahan yang mudah terbakar berupa gas, minyak, arang, kayu, dan tembakau menghasilkan gas
berupa emisi, ini bisa kita jumpai padabangunan seperti dapur yang krangnya ventilasi, dan pada
parkiran indoor atau besment , kendaraan bermotor menghasilkan karbon monoksida, serta
asap rokok
 Bahan alamiah berupa gas radon, alumunium, timbal dll, dan polutan dari segi biologis berupa
debu, serangga/kutu jamur dapat dikurangi dengan menggunakan filtrasi udara
 Mrdan magnet sebagai polutan yang paling kotriversial, ini bisa terjadi karena pemasangan
kabel yang kurang baik , penggunaan peralatan bermotor, dan aliran arus listrik dengan
tegangan tinggi
 Kelembaban udara dapat membwa pengaruh pada mutu udara yang dikaitkan kemungkinan
adanya bakteri, virus, atau serangga. Penggudaan AC atau sitem tata udara yang digunakan
sebagai unit penghantar udara, penggunaan sistem tata udara sejalan dengan perkembangan
teknologi untuk mendapankan kenyamanan pada bangunan semakin banyak digunakan pada
bangunan tinggi. Fungsi sistem tata udara ini untuk mempertahankan suhu pada bangunan
dengan cara menyerap panas pada bangunan. Mesin tata udara terdiri darri kompresor,
gunanya untuk mengalirkan zat pendingin kedalam pipa yang berbentuk kumparan. Udara
ditiupkan dari sela-sela kumparan tadi sehingga panas yang ada diserap oleh pipa refregrant
sehingga mengembun, udara yang melalui kumparan telah diserap panasnya, kemudian masuk
kedalam ruangan dengan keadaan sejuk.
 Sitem tata udara langsung ( Direct Cooling) pada sistem ini udara diturukan suhunya oleh
rifregran Freon dan disalurkan kedalam ruangan tanpa saluran udara (ducting) jenis ini
umumnya menggunakan AC window dengan kapasitan 0,5-2 Pk, dan AC split unit dengan
kapasitas 0,5-3 Pk dan AC package dengan kapasitas sampai 10 Pk.
 Sitem tata udara tidak langsung (Indirect Cooling) refregran yang digunakan bukan Freon
melainkan air es dengan suhu 5 drajat Celsius, es dihasilkan dalam chiller ( mesin pembuat es
yang menggunakan refregrant sebagai zat pendingin ) site mini dikenal dengan nama sistem
udara terpusat (Central Air Conditioning System) komponen utama dari sitem tata udara ini
terdiri dari Unit penghantar udara ( Air Handling Unit – AHU ), Mesin pembuat es (Chiller) ,
Condensor, dan menara pendingin (Colling Tower).
Metode Penelitian
Metode yang digunakan yaitu metode induktif dan deduktif . mengkaji studi kasus
menggunakan fakta yang ada dan cara cara analisis dari kesimpulan umum dari contoh-contoh kongkrit
atau fakta fakta yang menjelaskan kesimpulan.selanjutnya diuraikan secara deskriftif,baik itu metode
induktif dan deduktif untuk dikomparasi baik dengan teori-teori maupun pengalaman dilapangan.
Jurnal ini merupakan studi kasus dari menara kuningan ya g terletak di Jl.H. R. Rusuna Said Blok F/1 kav.
8 & X 7 No. 5 jakarta. Pemilik proyek PT Bangun Archatama. Data data yang dikumpulan melalui
observasi langsung ke lapangan yang dilakukan pada juli 2007. Pengumpulan data juga dilakukan melalui
review dan wawancara kepada pihak pihak terkait yaitu pemilik proyek: PT. Bangun Archatama, Arsitek:
Sekawan Desain Inc. Arsitek, Kontraktor: PT Pembangunan Perumahan, Coat Konsultan : Reynold
Partnership.

Zoning vertikal pada bangunan Menara Kuningan


1. Jumlah lantai : 31 lapis dan 3 basement
2. Luas lahan : 5000 M2
3. Luas basement : 4156M2
4. total 11.166 M2
5. Luas parkir : 1107 M2 total 10.829 M2
6. Luas tower : 1264 M2 total 36.920 M2
7. Luas total : 58.915 M2

Konsep Tata Udara


Menara kuningan ini tidak menggukan penghawaan alami melainkan menggunakan penhawaan
buatan, dikaerakan kondisi bangunan yang di pusat kota sehingga untuk mencari urada alami yang
masih baik sangatlah sulit, jarak antara bangunan juga sempit, mengakibatkan susahnya aliran udara
untuk bergerak, sehingga diputuskan menggunakan penghawan buatan. Udara kotor atau polusi bisa
bersal dari asap kendaraan bermotor, asap pabrik dan debu, sehingga tidak memungkinkan
menggunakan penghawaan alami.
Pemilihan tata udara buatan bada menara kuningan tidak dapat dihindari, sehingga
membutuhkan biaya lebih untuk pengadaan dan perawatan untuk penghawaan buatan ini. Penghawaan
buatan yang digunaka pada menara kuningan ini antara lain : Air Conditioning (AC) Langsung Fan Coil
Unit (FCU), Intake Fan, Execourse Fan, dan Kitchen Hood.

Air Conditioning (AC) Langsung Fan Coil Unit (FCU)


Jenis AC yang digunakan pada bangunan ini yaitu AC – PRV ( Presure Radious Valve). Keunggulan
dari AC-PRV adalah jangkauanya yang luas, dan setiap ruangan atau blok dapat diatung menggunakan
termostart. Hal membuat pengaturan suhu ruangan menjadi efisien dan membuat perawatanya lebih
mudah. Disbanding dengan AC spilt yang hanya bisa digunakan pada ruangan yang dekat dengan area
luar, dan kapasitasnya lebih kecil. Selain itu AC – PRV dapat berupa beberapa unit di indoor dan hanya
satu udit di outdoor, sedangkan AC split hanya bisa satu unit di indoor dan satu unit di outdoor, ini
memungkinkan menghemat ruangan dan daya listrik. Fan Coil Unit adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk mendiginkan ruangan, prinsip kerjanya ialah memasukan udara dari luar ke dalam fan coil
kemudian disalurkan kesetiap ruangan dengan keadaan yang sudah bersih dan dingin.
Intake Fan, Execourse Fan
pada bangunan ini Intake Fan dan Execourse Fan digunakan pada basemant yang difungsikan
sebagai parkiran, terdapat tiga lantai yaitu, lantai 3 dengan kedalaman 11m, tantai 2 dengan kedalaman
7m, dan lantai 1 dengan kedalaman 4m. karena difungsikan sebagai parkiran mengakibatkan banyak
asap, dan karena berada dibawah pertukaran udaranyapun sangat sulit dan minim pencahayaan,
sehingga mengakibatkan panas dan lembab, maka dari itu diplihlah Intake Fan dan Execourse Fan.
Prinsip kerja Intake Fan adalah memasukan udara dari luar kedalam ruangan, untuk
menyalurkan udara dari luar ke basemant diperlukan pipa, pipa ini terhubung langsung ke intake fan,
kemudian intake fan menyedot udara dari luar menggudakan kipas dan udara disaring kemudian
disalurkan menuju plannum. Plannum adalah semacam ruang yang yeng terletak pada dinding,
berfungsi untuk menyalurkan udara dari intake fan , kemudian dikeluarkan melalui grill .
Sedangkan prinsip kerja dari Execourse Fan adalah menyedot udara dalam ruangan kemudian
mengeluarkanya, udara daru dalam ruangan disedot melalui grill yang berada pada posisi lain pada grill
intake, kemudian udara tersebut disalurkan menuju plannum, dari plannum udara disedot oleh kipas
menuju intake fan dan dikeluarkan ke luar bangunan.

Kitchen Hood
Asap dapur jika tidak dekelola dengan tepat dapat mengganggu aktivitas dan pengguna
bangunan, asap yang tidak di antisipasi dapat mepengaruhi kualitas ruangan dan ruangan disekitarnya,
sehingga kitchen hood menjadi pilihan yang sangat tepat. Fungsi utama dari alat ini adalah untuk
menghisap asap yang ada di dapur kemudian mengeluarkanya ke luar bangunan, cara kerjanya iyalah,
asap dapur yang keluar dari kompor langsung dihisap oleh intake fan, intake fan adalah alat yang
menggunakan kipas, disini kipas difungsikan sebagai alat penghisap, dari intake fan asap disalurkan
melalui ducting bagaian luar bangunan melalui execcourse fan.

Kesimpulan
Menara Kuningan menggunakan sistem penghawaan buatan, dikarenakan kualitas udara alami
yang berada di sekitar gedung kurang baik, dan jenis penghawaan yang digunakan adalan Air
Conditioning (AC) langsung Fan Coil Unit (FCU) dengan sistem PRV( Presure Radious Valve). pada hampir
seluruh ruangan. Penggunaan Intake Fan, Execourse Fan pada area parkiran. Dan Kitchen Hood pada
area dapur.
Sumber : https://ojs.unud.ac.id/index.php/jem/article/view/2329/1534

Anda mungkin juga menyukai