Dari Kenyamanan Termis hingga Pemanasan Bumi: Suatu Tinjauan Arsitektur dan
Energi
Conference Paper
Full-text available
o Nov 2007
o
View
KENYAMANAN TERMAL DALAM ARSITEKTUR TROPIS
Article
Full-text available
Jun 2010
Harso Tri
Karyono
View
Recommendations
Discover more publications, questions and projects in Dance
Project
Air conditioning and the neutral temperature of the Indonesian university students
Sani Heryanto
Nyuk Hien Wong
View project
Article
MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA
April 2000
Satu di antara sederet alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam
atau iklim di mana manusia berada, tidak selalu dapat menunjang aktifitas yang dilakukannya
secara baik. Kadangkala alam menurunkan hujan lebat, kadang menjatuhkan sengatan matahari
yang sangat tajam, atau menghembuskan angin yang terlalu keras. Sementara aktifitas manusia
yang sangat bervariasi... [Show full abstract]
Read more
Article
PENDIDIKAN GRATIS DUNIA KETIGA, KENAPA TIDAK?
January 2004
Peringatan 54 tahun Universitas Gajah Mada (UGM) Jumat, 19 Desember 2003 diwarnai aksi
demonstrasi mahasiswa yang menuntut dihentikannya praktik komersialisasi mahasiswa,
termasuk komersialisasi penerimaan mahasiswa baru. Sebagai perguruan tinggi (PT) yang
memiliki 18 fakultas, menyelenggarakan pendidikan di hampir semua jenis bidang keilmuan, dan
mendidik sekitar 60 ribu mahasiswa, tak... [Show full abstract]
Read more
Article
KENYAMANAN TERMAL DALAM ARSITEKTUR TROPIS
June 2010
Artikel dalam buku Arsitektur dan Kota Tropis Dunia Ketiga: Suatu Bahasan tentang Indonesia,
PT Raja Grafindo Pengertian arsitektur tropis (lembab) pada umumnya mengarah pada dominasi
bentuk atap yang lebar yang berfungsi sebagai penahan cucuran hujan dan radiasi langsung sinar
matahari, di manan keduanya dianggap sebagai faktor-faktor dominan iklim tropis lembab.
Pemikiran semacam ini... [Show full abstract]
Read more
Article
ARSITEKTUR, KENYAMANAN TERMAL DAN ENERGI
November 1996
Ada tiga sasaran yang seharusnya dipenuhi oleh suatu karya arsitektur (baca: bangunan).
Pertama, bahwa bangunan harus merupakan produk dari suatu kerja seni (work of art). Kedua,
bahwa bangunan harus mampu memberikan kenyamanan (baik psikis maupun fisik) kepada
penghuninya. Dan yang terakhir, bahwa bangunan perlu hemat terhadap pemakaian energi [1].
Bangunan yang gagal menjadi produk dari... [Show full abstract]
Read more
Article
KEMAPANAN PEDOMAN DAN HUKUM SEBAGAI SYARAT LAHIRNYA CORAK
ARSITEKTUR
April 2000
Sejarah memberikan pembelajaran kepada kita bahwa Arsitektur yang memiliki identitas kuat
dan stabil eksistensinya adalah arsitektur yang lahir dalam masyarakat dengan tradisi serta
peraturan-baik lisan ataupun tertulis-yang mapan, dalam arti tidak dalam masa transisi atau
proses perubahan yang berarti. Arsitektur tradisional merupakan satu contoh. Ia lahir dalam
ekosistem budaya yang matang... [Show full abstract]
Read more
Discover more
About
News
Company
Careers
Support
Help center
FAQ
Business solutions
Recruiting
Advertising
© ResearchGate 2018. All rights reserved.
Imprint
Terms
Privacy
or
Discover by subject area
Join for free
Log in
ARSITEKTUR TROPIS
Posted on December 10, 2012 by himaartra
Arsitektur tropis merupakan arsitektur yang berada di daerah tropis dan telah beradaptasi dengan
iklim tropis. Indonesia sebagai daerah beriklim tropis memberikan pengaruh yang cukup
signifikan terhadap bentuk bangunan rumah tinggal, dalam hal ini khususnya rumah tradisional.
Kondisi iklim seperti temperatur udara, radiasi matahari, angin, kelembaban, serta curah hujan,
mempengaruhi desain dari rumah-rumah tradisional. Masyarakat pada zaman dahulu dalam
membangun rumahnya berusaha untuk menyesuaikan kondisi iklim yang ada guna mendapatkan
desain rumah yang nyaman dan aman.
Di samping itu, arsitektur rumah tradisional sebagai ungkapan bentuk rumah tinggal karya
manusia adalah merupakan salah satu unsur budaya yang tumbuh dan berkembang bersamaan
dengan pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan suatu masyarakat, suku atau bangsa yang
unsur-unsur dasarnya tetap bertahan untuk kurun waktu yang lama dan tetap sesuai dengan
perkembangan dan pertumbuhan kebudayaan suatu masyarakat, suku, atau bagsa yang
bersangkutan. Oleh karena itu, arsitektur tradisional, pada khususnya arsitektur rumah
tradisional, akan merupakan salah satu identitas sebagai pendukung kebudayaan masyarakat,
suku, atau bangsa tersebut.
(Rumah tradisional Joglo)
Konsep rumah tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis, dimana
kondisi tropis membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya. Pengaruh terutama dari
kondisi suhu tinggi dan kelembaban tinggi, dimana pengaruhnya adalah pada tingkat
kenyamanan berada dalam ruangan. Tingkat kenyamanan seperti tingkat sejuk udara dalam
rumah, oleh aliran udara, adalah salah satu contoh aplikasi konsep rumah tropis. Meskipun
konsep rumah tropis selalu dihubungkan dengan sebab akibat dan adaptasi bentuk (tipologi)
bangunan terhadap iklim, banyak juga interpretasi konsep ini dalam tren yang berkembang
dalam masyarakat; sebagai penggunaan material tertentu sebagai representasi dari kekayaan alam
tropis, seperti kayu, batuan ekspos, dan material asli yang diekspos lainnya.
Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syarat-syarat khusus dalam perancangan bangunan dan
lingkungan binaan, mengingat ada beberapa factor- faktor spesifik yang hanya dijumpai secara
khusus pada iklim tersebut, sehingga teori-teori arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi bangunan,
citra bangunan dan nilai-nilai estetika bangunan yang terbentuk akan sangat berbeda dengan
kondisi yang ada di wilayah lain yang berbeda kondisi iklimnya. Menurut DR. Ir. RM.
Sugiyatmo, kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab
adalah, yaitu :
1. Kenyamanan Thermal
Usaha untuk mendapatkan kenyamanan thermal terutama adalah mengurangi perolehan panas,
memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah
radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas.
Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai
tahan panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan tersebut akan
terhambat.Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan atap
umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk
mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak sulit karena akan memperberat atap. Tahan
panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara, misalnya rongga langit-
langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan memperbesar tahan panas.
Cara lain untuk memperkecil panas yang masuk antara lain yaitu :
2. Melindungi dinding dengan alat peneduh. Perolehan panas dapat juga dikurangi dengan
memperkecil penyerapan panas dari permukaan, terutama untuk permukaan atap.
Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahari yang kecil sedang warna gelap adalah
sebaliknya. Penyerapan panas yang besar akan menyebabkan temperatur permukaan naik.
Sehingga akan jauh lebih besar dari temperatur udara luar. Hal ini menyebabkan perbedaan
temperatur yang besar antara kedua permukaan bahan, yang akan menyebabkan aliran panas
yang besar.
1. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu penyediaan oksigen untuk pernafasan, membawa
asap dan uap air keluar ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri serta
menghilangkan bau.
2. Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal, mengeluarkan panas, membantu
Aliran udara terjadi karena adanya gaya thermal yaitu terdapat perbedaan temperature antara
udara di dalam dan diluar ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Kedua gaya ini
dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan jumlah aliran udara yang dikehendaki.
Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada umumnya lebih kecil daripada
yang diperlukan untuk memenuhi kenyamanan thermal. Untuk yang pertama sebaiknya
digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu terbuka. Untuk memenuhi yang kedua, sebaiknya
digunakan lubang ventilasi yang bukaannya dapat diatur.
3. Radiasi Panas
Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan dan
dari permukaan yang lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal itu dapat digunakan alat-
alat peneduh (Sun Shading Device).
Pancaran panas dari suatu permukaan akan memberikan ketidaknyamanan thermal bagi
penghuni, jika beda temperatur udara melebihi 40C. hal ini sering kali terjadi pada permukaan
bawah dari langit-langit atau permukaan bawah dari atap.
Di Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya cahaya ini untuk penerangan siang
hari di dalam bangunan. Tetapi untuk maksud ini, cahaya matahari langsung tidak dikehendaki
masuk ke dalam bangunan karena akan menimbulkan pemanasan dan penyilauan, kecuali sinar
matahari pada pagi hari. Sehingga yang perlu dimanfaatkan untuk penerangan adalah cahaya
langit.
Untuk bangunan berlantai banyak, makin tinggi lantai bangunan makin kuat potensi cahaya
langit yang bisa dimanfaatkan. Cahaya langit yang sampai pada bidang kerja dapat dibagi dalam
3 (tiga) komponen :
1. Komponen langit.
Dari ketiga komponen tersebut komponen langit memberikan bagian terbesar pada tingkat
penerangan yang dihasilkan oleh suatu lubang cahaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya tingkat penerangan pada bidang kerja tersebut adalah :
2. Lebar teritis
Untuk bangunan berlantai banyak makin tinggi makin berkurang pula kemungkinan adanya
penghalang di muka lubang cahaya. Dari penelitain yang dilakukan, baik pada model bangunan
dalam langit buatan, maupun pada rumah sederhana, faktor penerangan siang hari
rata-rata 20% dapat diperoleh dengan lubang cahaya 15% dari luas lantai, dengan catatan posisi
lubang cahaya di dinding, pada ketinggian normal pada langit, lebar sekitar 1 meter, faktor
refleksi cahaya rata-rata dari permukaan dalam ruang sekitar 50% – 60% tidak ada penghalang
dimuka lubang dan kaca penutup adalah kaca bening
Desain rumah tropis bekerja menuju satu tujuan utama dasar: tinggal nyaman tanpa bergantung
pada AC. Hal ini dilakukan dengan moderasi dari tiga variabel: temperatur, kelembaban dan
sirkulasi udara. Victor Olgay dalam bukunya, “Desain dengan Iklim”, mengembangkan garis
panduan untuk arsitektur iklim responsif dalam empat daerah iklim yang berbeda, salah satunya
adalah lingkungan tropis panas lembab. Merancang sebuah rumah pasif didinginkan dimulai
dengan situs dan mencakup setiap aspek dari rumah sampai ke warna.
SOURCE:
https://himaartra.wordpress.com/2012/12/10/751/
Gaya ini umumnya memiliki ciri-ciri:
· Mempunyai atap yang tinggi dengan kemiringan diatas 30 derajat. Ruang di bawah atap
berguna untuk meredam panas.
· Mempunyai teritisan/overstek atap yang cukup lebar untuk mengurangi efek tampias dari hujan
yang disertai angin. Selain itu, uga untuk menahan sinar matahari langsung yang masuk ke dalam
bangunan.
· Mempunyai lubang untuk ventilasi udara secara silang, sehingga suhu di dalam ruangan bisa
tetap nyaman.
· Pada daerah tertentu, rumah panggung menjadi ciri utama yang kuat untuk antisipasi bencana
alam dan ancaman binatang buas.
· Desain tropis umumnya menggunakan material alam yang sumbernya bisa didapat di
sekitarnya.
Konsep arsitektur tropis menjadi pilihan tepat, terutama bagi Anda yang berada di wilayah tropis
seperti Indonesia.
Definisi Arsitektur Tropis
Kata Tropis merupakan suatu gambaran keadaan posisi suatu wilayah yang
memiliki 2 musim (Hujan dan Kemarau) yang terletak dekat dengan garis
khatilstiwa. Iklim tropis memiliki karakter tertentu yang disebabkan oleh panas
matahari, kelembapan yang cukup tinggi, curah hujan, pergerakan angin, dan
sebagainya. Pengaruhnya otomatis terhadap suhu, kelembapan, kesehatan udara.
Arsitektur tropis adalah Gaya Arsitektur yang memberikan solusi dan adaptasi
desain bangunan terhadap pengaruh iklim tropis. Karena itu arsitektur Tropis
banyak berkembang di negara yang letaknya dekat dengan garis khatulistiwa
termasuk Indonesia.
https://www.arsitur.com/2017/03/pengertian-arsitektur-tropis-dan-ciri.html
Architecture & Interior Styles
November 26, 2016
Indonesia merupakan negara yang terletak di 95° BT - 141°BT garis khatulistiwa. Hal ini menyebabkan
Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga indonesia hanya memiliki 2 musim, yaitu musim hujan dan
musim panas. Cuaca tersebut mempengaruhi gaya hidup sehari-hari masyarakat Indonesia termasuk
dalam mendesain tempat tinggal mereka dengan penyesuaian dari waktu-kewaktu membuat
pendudukIndonesia sadar bahwa penerapan arsitektur tropis lah yang paling tepat di terapkan pada
rumah mereka.
Arsitektur Tropis adalah sebuah karya Arsitektur yang mencoba untuk memecahkan problematic iklim
setempat, dalam hal ini iklim Tropis. Yang penting dalam Arsitektur Tropis ialah apakah rancangan
tersebut dapat menyelesaikan masalah pada iklim tropis seperti hujan deras, terik matahari, suhu udara
tinggi, kelembapan tinggi dan kecepatan angina rendah, sehingga manusia yang semula tidak nyaman
berada dialam terbuka, menjadi nyaman ketika berada didalam bangunan tropis.
Sementara iklim tropis lembab sendiri dicirikan oleh beberapa factor iklim sebagai berikut :
3. Suhu udara relatif tinggi untuk kota dan kawasan pantai atau dataran rendah. Untuk kota dan
kawasan di dataran tinggi rendah, sekitar 18o hingga 28o atau lebih rendah.
Konsep rumah tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis, dimana
kondisi tropis membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya. Pengaruh terutama dari kondisi
suhu tinggi dan kelembaban tinggi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan berada
dalam ruangan yang merupakan salah satu contoh aplikasi konsep rumah tropis. Meskipun konsep
rumah tropis selalu dihubungkan dengan sebab akibat dan adaptasi bentuk (tipologi) bangunan
terhadap iklim, banyak juga interpretasi konsep ini dalam tren yang berkembang dalam masyarakat.
Misalnya penggunaan material tertentu sebagai representasi dari kekayaan alam tropis, seperti kayu,
batuan ekspos, dan material asli yang diekspos lainnya.
1. Kenyamanan Thermal
Untuk mendapatkan kenyamanan thermal dapat dilakukan dengan mengurangi perolehan panas,
memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi
panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas. Perolehan panas
dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai tahan panas yang besar,
sehingga laju aliran panas yang menembus bahan tersebut akan terhambat. Permukaan yang paling
besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan atap umumnya mempunyai tahanan panas dan
kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak
sulit karena akan memperberat atap. Tahan panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan
beberapa cara, misalnya rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan
memperbesar tahan panas. Cara lain untuk memperkecil panas yang masuk antara lain yaitu :
o Melindungi dinding dengan alat peneduh. Perolehan panas dapat juga dikurangi dengan memperkecil
penyerapan panas dari permukaan, terutama untuk permukaan atap.
o Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu penyediaan oksigen untuk pernafasan, membawa asap
dan uap air keluar ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri serta menghilangkan bau.
Aliran udara terjadi karena adanya perbedaan temperature antara udara di dalam dan di luar ruangan
dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Kedua gaya ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
mendapatkan jumlah aliran udara yang dikehendaki. Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan
kesehatan pada umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan untuk memenuhi kenyamanan thermal.
Untuk yang pertama sebaiknya digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu terbuka. Untuk memenuhi
yang kedua, sebaiknya digunakan lubang ventilasi yang bukaannya dapat diatur.
3. Radiasi Panas
Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan dan dari
permukaan yang lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal itu dapat digunakan alat-alat peneduh
(Sun Shading Device). Pancaran panas dari suatu permukaan akan memberikan ketidaknyamanan
thermal bagi penghuni, jika beda temperatur udara melebihi 40C. Hal ini sering kali terjadi pada
permukaan bawah dari langit-langit atau permukaan bawah dari atap.
Cahaya matahari langsung dan cahaya matahari difus. Cahaya matahari dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknya untuk pencahayaan alami khususnya cahaya matahari langsung. Cahaya matahari langsung yang
masuk harus dibatasi karena akan menimbulkan pemanasan dan penyilauan, kecuali sinar matahari
pada pagi hari. Sehingga yang perlu dimanfaatkan untuk penerangan adalah cahaya langit. Untuk
bangunan berlantai banyak, makin tinggi lantai bangunan makin kuat potensi cahaya langit yang bisa
dimanfaatkan. Cahaya langit yang sampai pada bidang kerja dapat dibagi dalam 3 (tiga) komponen :
1. Komponen langit.
Dari ketiga komponen tersebut komponen langit memberikan bagian terbesar pada tingkat penerangan
yang dihasilkan oleh suatu lubang cahaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat
penerangan pada bidang kerja tersebut adalah :
2. Lebar teritis
3. Penghalang yang ada dimuka lubang cahaya
Untuk bangunan berlantai banyak makin tinggi makin berkurang pula kemungkinan adanya penghalang
di muka lubang cahaya.
Arsitektur Tropis adalah suatu konsep bangunan yang mengadaptasi kondisi iklim tropis. Letak geografis
Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat Indonesia memiliki dua iklim, yakni kemarau dan
penghujan. Pada musim kemarau suhu udara sangat tinggi dan sinar matahari memancar sangat panas.
Dalam kondisi ikim yang panas inilah muncul ide untuk menyesuaikannya dengan arsitektur bangunan
gedung maupun rumah yang dapat memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
Dampak jangka pendek atau dampak yang langsung bisa dinikmati dengan penerapan konsep arsitektur
tropis adalah :
o Terciptanya kenyamanan dalam hunian. Karena sirkulasi udara tercukupi, membuat hawa dalam
ruangan menjadi nyaman
o Penghematan Energi, karena untuk penerangan dan penghawaan memanfaatkan sumber energi
alam.
Dampak yang akan di nikmati beberapa tahun kemudian, jika arsitektur tropis diterapkan adalah :
o Terjaganya kelestarian alam karena konsep arsitektur tropis menyatu dengan alam bukan merusak
alam
GOP 6 dibangun dengan konsep efisiensi energi dengan memperhitungkan arah mata angin sehingga
mampu mengurangi panas matahari, memanfaatkan pencahayaan alami dan ventilasi sirkulasi udara.
GOP 6 mampu melakukan penghematan listrik hingga 19,5 persen, sedangkan penghematan air
mencapai 58 persen dari baseline.
Gedung ini memanfaatkan penerangan alami, sistem air daur ulang serta lingkungan hijau
berkelanjutan, membuat kinerja bangunan dalam melakukan penghematan energi dapat lebih
maksimal.
Bangunan ini juga menerapkan penggunaan panel surya sehingga 30 persen kebutuhan listrik
dapat dipasok dari solar cell (panel tenaga matahari). Gedung ini mampu melakukan penghematan
listrik mencapai 43,63 persen, penghematan air mencapai 74,66 persen dari baseline dengan konsumsi
air 25,53 persen dari baseline.
Konsep hijau pada kantor utama PT Holcim Indonesia di Tuban telah menerapkan penggunaan
lampu yang hemat energi, ventilasi alami, pemanfaatan air hujan, penggunaan materi lokal, dan area
hijau yang berkelanjutan.
Gedung ini mampu melakukan penghematan listrik mencapai 47,95 persen, sedangkan air
mencapai 66,22 persen dari baseline.
4. Sequis Center
Terletak di Jalan Sudirman, bangunan ini dulu dikenal dengan nama S Widjojo Center, kemudian pada
2010 berubah nama menjadi Sequis Center. Gedung ini sangat erat dengan sejarah masuknya bahan
bangunan GRC (glassfiber reinforce cement) ke pasar Indonesia. Sequis Center memanfaatkan GRC
sebagai shading bangunan dan berdasarkan desain telah menerapkan konsep bangunan hijau.
Shading-shading GRC berfungsi mengurangi interaksi langsung sinar matahari, sehingga suhu
dalam ruangan berkurang dan dapat mengefisiensi penggunaan pendingin ruangan.
Bangunan unik ini mampu melakukan penghematan listrik hingga 28,12 persen, sedang penghematan
air mencapai 28,26 persen.
Sumber :
http://adacyntya.blogspot.co.id/2015/04/arsitektur-tropis.html
http://www.rumahku.com/artikel/read/
http://architstyle.blogspot.com/2016/11/arsitektur-tropis-dan-bangunan-bangunan_26.html
NEWS UPDATE
... Menteri Basuki : Perlu Kesabaran dalam Menata Kota Kita .. ,., .,,. Kegiatan Sosialisasi
Kebijakan dan Program Nasional Pembiayaan Perumahan Provinsi Sumatera Utara Tah BPSDM Gelar
Tiga Kegiatan Sekaligus guna Menunjang Karier ASN PUPR 10 Kepala Daerah Miliki Persetujuan
Substansi Dari Kementerian ATR/BPN Pakar ITB, Luhut Sembunyikan Kajian Reklamasi, Itu Namanya
Tidak Bijaksana Kementerian PUPR Kembali Lakukan Uji Coba Penggunaan Aspal Plastik
... Menteri Basuki : Perlu Kesabaran dalam Menata Kota Kita .. ,., .,,. Kegiatan Sosialisasi
Kebijakan dan Program Nasional Pembiayaan Perumahan Provinsi Sumatera Utara Tah BPSDM Gelar
Tiga Kegiatan Sekaligus guna Menunjang Karier ASN PUPR 10 Kepala Daerah Miliki Persetujuan
Substansi Dari Kementerian ATR/BPN Pakar ITB, Luhut Sembunyikan Kajian Reklamasi, Itu Namanya
Tidak Bijaksana Kementerian PUPR Kembali Lakukan Uji Coba Penggunaan Aspal Plastik
cari
3
Pengertian Arsitektur Tropis
Arsitektur Tropis adalah suatu konsep bangunan yang mengadaptasi kondisi iklim tropis. Letak geografis
Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat Indonesia memiliki dua iklim, yakni kemarau dan
penghujan. Pada musim kemarau suhu udara sangat tinggi dan sinar matahari memancar sangat panas.
Dalam kondisi ikim yang panas inilah muncul ide untuk menyesuaikannya dengan arsitektur bangunan
gedung maupun rumah yang dapat memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
· Iklim Tropis
Climate (iklim) berasal dari bahasa Yunani, klima yang berdasarkan kamus Oxford berarti region (daerah)
dengan kondisi tertentu dari suhu dryness (kekeringan), angin, cahaya dan sebagainya. Dalam
pengertian ilmiah, iklim adalah integrasi pada suatu waktu (integration in time) dari kondisi fisik
lingkungan atmosfir, yang menjadi karakteristik kondisi geografis kawasan tertentu”. Sedangkan cuaca
adalah “kondisi sementara lingkungan atmosfer pada suatu kawasan tertentu”. Secara keseluruhan,
iklim diartikan sebagai “integrasi dalam suatu waktu mengenai keadaan cuaca” (Koenigsberger, 1975:3).
Kata tropis berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu kata tropikos yang berarti garis balik, kini pengertian
ini berlaku untuk daerah antara kedua garis balik ini. Garis balik ini adalah garis lintan 23027” utara dan
garis lintan 23027 selatan.
Iklim tropis adalah iklim dimana panas merupakan masalah yang dominan yang pada hampir
keseluruhan waktu dalam satu tahun bangunan “bertugas” mendinginkan pemakai, dari pada
menghangatkan dan suhu rata-rata pertahun tidak kurang dari 200C (Koenigsberger. 1975:3). Menurut
Lippsmiere, iklim tropis Indonesia mempunyai kelembaban relatif (RH) yang sangat tinggi (kadang-
kadang mencapai 90%), curah hujan yang cukup banyak, dan rata-rata suhu tahunan umumnya berkisar
230C dan dapat naik sampai 380C pada musim “panas”.
Pada iklim ini terjadi sedikit sekali perubahan “musim” dalam satu tahun, satu-satunya tanda
terjadi pergantian musim adalah banyak atau sedikitnya hujan, dan terjadinya angin besar. Karakteristik
warm humid climate (iklim panas lembab) adalah sebagai berikut (Lippsmiere. 1980:28) :
• Landscap, rain forest (hutan hujan) terdapat sepanjang pesisir pantai dan dataran rendah daerah
ekuator.
• Kondisi tanah, merupakan tanah merah atau coklat yang tertutup rumput.
• Tumbuhan, zona ini tumbuhan sangat bervariasi dan lebat sepanjang tahun.Tumbuhan tumbuh
dengan cepat karena pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu udara yang panas.
• Musim. Terjadi sedikit perbedaan musim. Pada bulan “panas” kondisi panas dan lembab sampai basah.
Pada belahan utara, bulan “dingin” terjadi pada Desember-Januari, bulan”panas” terjadi pada Mei
sampai Agustus. Pada belahan selatan bulan “dingin” terjadi pada April sampai Juli, bulan “panas”
terjadi pada Oktober sampai Februari.
• Kondisi langit, hampir sepanjang tahun keadaan langit berawan. Lingkungan awan berkisar 60%-90%.
Luminance (lumansi) maksimal bisa mencapai 7000 cd/m2 sedangkan luminasi minimal 850cd/m2.
• Radiasi dan panas matahari, pada daerah tropis radiasi matahari dikategorikan tinggi. Sebagian
dipantulkan dan sebagian disebarkan oleh selimut awan,meskipun demikian sebagian radiasi yang
mencapai permukaan bumi mempunyai dampak yang besar dalam mempengaruhi suhu udara.
• Temperatur udara, terjad fluktuasi perbedaan temperatur harian dan tahunan.Rata-rata temperatur
maksimum tahunan adalah 30,50C. temperatur rata-rata tahunan untuk malam hari adalah 250C tetapi
umumnya berkisar antara 21-270C. sedangkan selama siang hari berkisar 27-320c. kadang-kadang lebih
dari 320C.
• Curah hujan sangat tinggi selama satu tahun, umumnya menjadi sangat tinggi dalam beberapa tahun
tertentu. Tinggi curah hujan tahunan berkisar antara 2000-5000 mm, pada musim hujan dapat
bertambah. Sampai 500 mm dalam sebulan. Bahkan pada saat badai bisa mencapai 100 mm per jam.
• Kelembaban, dikenal sebagai RH (Relative humidity), umumnya rata-rata tingkat kelembaban adalah
sekitar 75%, tetapi kisaran kelembabannya adalah 55% sampai hampir 100%. Absolute humidity antara
25-30 mb.
• Pergerakan udara, umumnya kecepatan angin rendah, tetapi angin kencang dapat terjadi selama
musim hujan. Arah angin biasanya hanya satu atau dua.
• Karakteristik khusus, tingginya kelembaban mempercepat pertumbuhan alga dan lumut, bahan
bangunan organik membusuk dengan cepat dan banyaknya serangga. Evaporasi tubuh terjadi dalam
jumlah kecil karena tingginya kelembaban dan kurangnya pergerakan udara (angin). Rata-rata badai
adalah 120-140 kali dalam satu tahun.
Daerah dengan iklim tropis didunia terdiri 2 jenis, yaitu daerah dengan iklim tropis kering, sebagai
contoh adalah di negara-negara Timur Tengah, Meksiko, dan sekitarnya, serta daerah dengan iklim
tropis lembab, yang terdapat pada sebagian besar negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, walaupun
untuk beberapa daerah di Indonesia, misalnya beberapa bagian pulau Nusa Tenggara mengarah pada
kondisi tropis kering,
-Suhu udara pada siang hari tinggi dan pada malam hari rendah (45o dan -10oCelcius)
-Pada malam hari berbalik dingin karena radiasi balik bumi cepat berlangsung (cepat dingin bila
dibandingkan tanah basah/lembab).
-Menjelang pagi udara dan tanah benar-benar dingin karena radiasi balik sudah habis. Pada siang hari
radiasi panas tinggi dan akumulasi radiasi tertinggi pukul 15.00. Sering terjadi badai angin pasir karena
dataran yang luas.
-Pada waktu sore hari sering terdengar suara ledakan batu-batuan karena perubahan suhu yang tiba-
tiba drastis.
Di daerah benua atau daratan yang cukup luas, banyak terdapat gurun pasir karena di tempat itu jarang
terjadi hujan, bahkan dapat dikatakan tidak terjadi sama sekali, karena angin yang melaluinya sangat
kering, tidak mengandung uap air. Uap air yang terkandung di udara sudah habis dalam perjalanan
menuju ke pedalaman benua itu, atau juga karena terhalang oleh daratan tinggi atau gunung, sehingga
daerah itu menjadi sangat panas dan tidak ada filter pada tanah dari sengatan sinar matahari, yang
mengakibatkan bebatuan hancur menjadi pasir. Suhu di padang pasir dapat mencapai 50o C hingga 60o C
di siang hari, dan di malam hari dapat mencapai -1o C.
-Mempergunakan bahan-bahan dengan time lag tinggi agar panas yang diterima siang hari dapat
menghangatkan ruangan di malam hari. Konduktivitas rendah agar panas siang hari tidak langsung
masuk ke dalam bangunan. Berat jenis bahan tinggi, dimensi tebal agar kapasitas menyimpan panas
tinggi.
-Bukaan-bukaan dinding kecil untuk mencegah radiasi sinar langsung dan angin atau debu kering masuk
sehingga mempertahankan kelembaban.
-Memperkecil bidang tangkapan sinar matahari dengan atap-atap datar dan rumah-rumah kecil
berdekatan satu sama lain saling membayangi, jalan-jalan sempit selalu terbayang. Atap datar juga
untuk menghindari angin kencang, karena curah hujan rendah.
-Menambah kelembaban ruang dalam dengan air mancur yang dibawa angin sejuk.
-Pola pemukiman rapat dan jalan yang berbelok untuk memotong arus angin
DR. Ir. RM. Sugiyanto, mengatakan bahwa ciri-ciri dari iklim tropis lembab sebagaimana yang ada di
Indonesia adalah “kelembaban udara yang tinggi dan temperatur udara yang relatif panas sepanjang
tahun”. Kelembaban udara rata-rata adalah sekitar 80% akan mencapai maksimum sekitar pukul 06.00
dengan minimum sekitar pukul 14.00. Kelembaban ini hampir sama untuk dataran rendah maupun
dataran tinggi.Daerah pantai dan dataran rendah temperatur maksimum rata-rata 320C.makin tinggi
letak suatu tempat dari muka laut, maka semakin berkurang temperatur udaranya. Yaitu berkurang rata-
rata 0,60C untuk setiap kenaikan 100 m. ciri lainnya adalah curah hujan yang tinggi dengan rata-rata
sekitar 1500- 2500 mm setahun. Radiasi matahari global horisontak rata-rata harian adalah sekitar 400
watt/m2 dan tidak banyak berbeda sepanjang tahun, keadaan langit pada umumnya selalu berawan.
Pada keadaan awan tipis menutupi langit, luminasi langit dapat mencapai 15.00 kandela/m2.Tinggi
penerangan rata-rata yang dihasilkan menurut pengukuran yang pernah dilakukan di Bandung untuk
tingkat penerangan global horizontal dapat mencapai 60.000 lux. Sedangkan tingkat penerangan dari
cahaya langit saja, tanpa cahaya matahari langsung dapat mencapai 20.000 lux dan tingkat penerangan
minimum antara 08.00 – 16.00 adalah 10.000 lux. Iklim tropis lembab dilandasi dengan perbedaan suhu
udara yang kecil antara siang hari dan malam hari, kelembaban udara yang tinggi pada waktu tengah
malam serta cukup rendah pada waktu tengah hari. Kecepatan angin ratarata pada waktu siang hari
dapat digambarkan sebagai memadai untuk kenyamanan, yaitu sekitar 1.0 m/det. Pada waktu musim
hujan yaitu sekitar 2.0 m/det. Pada waktu musim panas akan memberikan gambaran tersendiri
mengenai upaya pencapaian pendinginan pasif bangunan. Sekalipun terdapat kondisi yang luar batas
kenyamanan thermal manusia, sebenarnya terdapat potensi iklim natural yang dapat mewujudkan
terciptanya kenyamanan dengan strategi lain. Kenyamanan tersebut tercapai dengan interaksi antar
fungsi iklim dengan lingkungan maupun dengan pemanfaatan teknologi.
Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syarat-syarat khusus dalam perancangan bangunan dan
lingkungan binaan, mengingat ada beberapa factor-faktor spesifik yang hanya dijumpai secara khusus
pada iklim tersebut, sehingga teori-teori arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi bangunan, citra bangunan
dan nilai-nilai estetika bangunan yang terbentuk akan sangat berbeda dengan kondisi yang ada di
wilayah lain yang berbeda kondisi iklimnya. Menurut DR. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi yang berpengaruh
dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab adalah, yaitu :
1. Kenyamanan Thermal
Kenyamanan thermal adalah suatu kondisi thermal yang dirasakan oleh manusia bukan oleh benda,
binatang, dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh lingkungan dan benda-benda di sekitar arsitekturnya.
”menyatakan bahwa sensasi thermal yang di alami manusia merupakan fungsi dari 4 faktor iklim yaitu:
suhu udara, radiasi, kelembaban udara, kecepatan angin, serta faktor-faktor individu yang berkaitan
dengan laju metabolisme tubuh, serta pakaian yang di gunakan.”
Untuk mencapai kenyamanan thermal haruslah di mulai dari Kualitas udara di sekitar kita yang harus
memiliki kriteria :
Udara di sekitar rumah tinggal tidak mengandung pencemaran yang berasal dari asap sisa pembakaran
sampah, BBM, sampah industru, debu dan sebagainya.
Udara tidak berbau, terutama bau badan dan bau dari asap rokok yang merupakan masalah tersendiri
karena mengandung berbagai cemaran kimiawi walaupun dalam variable proporsi yang sedikit.
Prinsip dari pada kenyamanan thermal sendiri adalah, teciptanya keseimbangan antara suhu tubuh
manusia dengan suhu tubuh sekitarnya. Karen jika suhu tubuh manusia dengan lingkungannya memiliki
perbedaan suhu yang signifikan maka akan terjadi ketidak nyamanan yang di wujudkan melalui
kepanasan atau kedinginan yang di alami oleh tubuh Usaha untuk mendapatkan kenyamana thermal
terutama adalah mengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup dan membawa
panas keluar bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari
permukaan dalam yang panas. Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau
material yang mempunyai tahan panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan
tersebut akan terhambat. Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan
atap umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk
mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak
sulit karena akan memperberat atap. Tahan panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan
beberapa cara, misalnya rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan
memperbesar tahan panas. Cara lain untuk memperkecil panas yang masuk antara lain yaitu:
Perolehan panas dapat juga dikurangi dengan memperkecil penyerapan panas dari permukaan,
terutama untuk permukaan atap. Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahari yang kecil
sedang warna gelap adalah sebaliknya. Penyerapan panas yang besar akan menyebabkan temperature
permukaan naik. Sehingga akan jauh lebih besar dari temperatur udara luar. Hal ini menyebabkan
perbedaan temperatur yang besar antara kedua permukaan bahan, yang akan menyebabkan aliran
panas yang besar.
-Sirkulasi Udara
Prinsip upaya perancangan bangunan pada daerah beriklim tropis yang benar harus mempertimbangkan
pemanfaatan sebanyak mungkin kondisi alam, diantaranya adalah pengupayaan pemikiran penghawaan
alami untuk memenuhi kebutuhan udara dan kelancaran sirkulasi udara pada bangunan tersebut.
Brown (1987:123) menyebutkan bahwa prinsip terjadinya aliran udara adalah, mengalirnya udara dari
daerah bertekanan tinggi kearah daerah yang bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara terjadi
karena adanya perbedaan temperatur pada masing-masing daerah tersebut, dimana secara horizontal
akan menimbulkan perbedaan tekanan dan secara vertikal akan menimbulkan perbedaan berat jenis.
Dalam upaya pemanfaatan penghawaan alami, perlu diperhatikan bahwa pengaliran udara yang
perlahan-lahan namun kontinyu sangat mutlak diperlukan, agar udara didalam ruangan selalu diganti
dengan udara yang bersih, sehat, segar dan terasa nyaman. Pada kegiatan rumah tinggal, pergantian
udara bisa dikatakan baik apabila udara didalam ruangan dapat selalu berganti sebanyak 15
m3/orang/jam, semakin kecil ukuran ruang, maka frekuensi pergantian udara harus semakin sering.
Keterlambatan atau kekurangan volume pergantian udara didalam ruang akan meningkatkan derajat
kelembaban ruang, yang akan menimbulkan perasaan tidak nyaman, disamping itu udara kotor sisa gas
buang yang tidak secepatnya tersalur keluar akan sangat merugikan kesehatan pemakai ruang. Sebagai
pedoman, suatu ruang akan terasa nyaman untuk tubuh apabila kelembaban didalam ruang tersebut
berkisar antara 40 – 60%. Pada ruang-ruang yang jarang terkena pengaruh panas sinar matahari, maka
pengendalian kelembaban sangat ditentukan oleh kelancaran sirkulasi udara yang mengalir didalam
ruang tersebut.
Kelembaban tinggi, disamping disebabkan oleh kurang lancarnya sirkulasi udara didalam ruang dan
kurangnya pengaruh sinar matahari, juga disebabkan oleh faktor-faktor:
· Air hujan:
Akibat merembesnya air hujan dari luar dinding kedalam dinding bangunan,
Akibat merembesnya air hujan yang disebabkan oleh sistem talang air hujan yang tidak benar, misalnya
talang datar yang teletak diatas dinding memanjang,
Penyusupan air hujan melalui sela daun pintu, jendela dan lain-lain yang tidak rapat sempurna dan
masih terkena tampias air hujan.
Akibat merembesnya air dari tanah melalui pondasi dan dinding ke lantai secara kapilerisasi.
Dengan demikian pemecahan teknis akibat adanya kelembaban tinggi secara rinci juga tergantung dari
penyebab utama timbulnya hal tersebut.
-Sirkulasi Udara Dengan Sistem Ventilasi HorisontalPerancangan tata ruang yang benar harus dengan
memperhatikan kelancaran sirkulasi atau pengaliran udara yang dapat melalui seluruh ruang-ruang yang
dirancang. Kelancaran aliran/ sirkulasi udara pada suatu susunan ruang bisa diperoleh dengan:
Membuat lubang-lubang ventilasi pada bidang-bidang yang saling berseberangan (cross ventilation),
Memanfaatkan perbedaan suhu pada masing-masing ruang, karena udara akan mengalir dari daerah
dengan suhu rendah (yang mempunyai tekanan tinggi) kedaerah dengan suhu tinggi (yang mempunyai
tekanan rendah).
Dengan memperhatikan dua hal diatas, dalam perancangan tata ruang, perlu dipikirkan 1). Spesifikasi
arah angin dominan pada suatu lokasi dimana bangunan akan didirikan, dan 2). Dengan
memperhitungkan perancangan tata ruang yang dapat menghasilkan ruang dengan kondisi suhu ruang
yang bervariasi, untuk mengarahkan dan memperlancar sirkulasi udara ruang, yaitu dengan upaya
pengolahan pelubangan-pelubangan yang berbeda-beda.
Pada kasus-kasus tertentu dapat terjadi, angin yang datang masuk ke ruangan ternyata terlalu kencang,
sehingga justru menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Untuk mengatasi hal ini perlu dipikirkan dan
diupayakan adanya semacam louvre atau kisi-kisi yang dipasang pada lubang tersebut. Kisi-kisi tersebut
berfungsi sebagai sarana untuk membelokkan dan memperlambat kecepatan angin yang masuk
ruangan, sehingga ruangan bisa terasa nyaman. Brown (1987:87) menyatakan bahwa dengan
dipasangnya louvre atau kisi-kisi tersebut, dapat mengurangi kecepatan angin dari 9 - 40 km/jam
menjadi 5 – 7,5 km/jam.
-Sirkulasi Udara Dengan Sistem Ventilasi Vertikal.Mangunwijaya (1980:153) menyebutkan bahwa
prinsip perancangan ventilasi vertikal adalah berdasarkan suatu teori bahwa udara kotor dan kering
akan selalu mengalir keatas secara alamiah, sedangkan udara segar dengan berat jenis yang lebih besar
akan selalu mengalir kebawah atau selalu mendekati lantai.
Prinsip diatas harus diperhatikan dalam upaya perancangan tata ruang, sehingga pembuangan udara
kotor keluar ruangan dan suplai udara segar ke dalam ruangan dapat terpenuhi.
Pelubangan dan atau kisi-kisi pada langit-langit, yang memungkinkan udara kotor dan kering bisa
menerobos keluar ruangan secara vertikal,
Adanya pori-pori pada atap, aplikasinya pada susunan genting yang masih mempunyai sela-sela.
Penerapan “skylight”,yaitu upaya memanfaatkan sinar matahari dengan sistem pencahayaan dari atap,
yang dikombinasikan dengan lubang-lubang ventilasi vertikal pada daerah tersebut, dengan demikian
panas akibat adanya radiasi sinar matahari dari skylight bisa berfungsi sebagai penyedot udara, hal ini
disebabkan didaerah tersebut terjadi tekanan udara rendah akibat timbulnya kenaikan suhu udara,
Mangunwijaya juga menyebutkan bahwa, perencanaan penghawaan alami pada perencanaan bangunan
akan lebih efektif apabila merupakan penggabungan antara sistem ventilasi horisontal dengan sistem
ventilasi vertikal, karena kedua sistem tersebut akan saling menunjang. Berdasarkan penelitian, upaya
tersebut ternyata bisa menaikkan tingkat keberhasilan 10% dibandingkan apabila sistem tersebut
diterapkan secara terpisah.
Aliran udara terjadi karena adanya gaya thermal yaitu terdapat perbedaan temperatur antara udara di
dalam dan diluar ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Kedua gaya ini dapat
dimanfaatkan sebaikbaiknya untuk mendapatkan jumlah aliran udara yang dikehendaki. Jumlah aliran
udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan
untuk memenuhi kenyamanan thermal. Untuk yang pertama sebaiknya digunakan lubang ventilasi tetap
yang selalu terbuka. Untuk memenuhi yang kedua, sebaiknya digunakan lubang ventilasi yang
bukaannya dapat diatur.
A. Komponen langit.
Dari ketiga komponen tersebut komponen langit memberikan bagian terbesar pada tingkat penerangan
yang dihasilkan oleh suatu lubang cahaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat
penerangan pada bidang kerja tersebut adalah :
B. Lebar teritis
Secara umum sinar matahari yang masuk kedalam ruangan bisa dibedakan dalam beberapa jenis:
1. Sinar Matahari Langsung, yang masuk kedalam ruang tanpa terhalang oleh apapun,
3. Sinar matahari refleksi luar, yaitu sinar matahari hasil pantulan (refleksi) cahaya dari benda-benda
yang berada diluar bangunan, dan masuk kedalam ruangan melalui lubang-lubang cahaya. Termasuk
disini adalah sinar matahari yang terpantul dari tanah, perkerasan halaman, rumput, pohon yang
selanjutnya terpantul kebidang kerja didalam ruangan (bidang kerja adalah suatu bidang khayal atau
anggapan, setinggi 75 cm dari lantai, yang dipergunakan sebagai titik tolak perhitungan penyinaran).
4. Sinar matahari refleksi dalam, yaitu sinar matahari pantulan cahaya dari benda-benda atau elemen-
elemen didalam ruang itu sendiri.
Sinar matahari yang bermanfaat karena terangnya, juga akan mendatangkan panas, atau setidak-
tidaknya akan menaikkan suhu ruang, dengan demikian perlu diperhatikan kenyataan:
1). Bahwa gangguan sinar matahari datang dari silau sinarnya, dan kemudian sengatan panasnya,
2).Sinar matahari disamping memberi terang juga memberi panas.
Dari kedua kenyataan diatas, perlu diambil langkah-langkah dalam upaya perancangan tata ruang
sebagai berikut:
· o Dalam memanfaatkan sinar matahari, seoptimal mungkin kita memanfaatkan sinarnya, namun
sekaligus mengupayakan langkah-langkah untuk bisa mengurangi panas yang timbul,
· o Dalam memanfaatkan potensi sinar matahari, kita tidak mengupayakan cahaya langsung, tapi
cukup cahaya pantulan atau cahaya bias.
· o Untuk mendapatkan cahaya pantul/bias, lubang cahaya harus diletakkan didaerah bayang-
bayang.
· o Pemanfaatan cahaya langsung didalam ruang biasanya hanya dipergunakan pada suatu kasus atau
keadaan khusus, yang memerlukan suatu effek arsitektural khusus, kesan aksentuasi, atau untuk suatu
fungsi-fungsi tertentu saja.
Menurut Dirjend Cipta Karya, (1987:12), disebutkan bahwa standard minimal lubang cahaya untuk
ruang-ruang kegiatan sehari-hari adalah 1/8-1/10 dari luas lantai. Dalam ungkapan fisik, biasanya disain
lubang cahaya merupakan pemikiran yang tidak terpisahkan dari disain lubang ventilasi, dengan
demikian rincian bentuk maupun perletakannya perlu dijabarkan lagi dengan lebih detail dengan
mempertimbangkan kedua aspek tersebut.