Anda di halaman 1dari 11

Arsitektur tropis

UNIVERSITAS TADUKALO NURFITASARI


F22115078
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SI ARSITEKTUR
2016/2017
ARSITEKTUR TROPIS BANGUNAN TRADISIONAL INDONESIA
PENDAHULUAN
Tropis merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu “tropikos” yang berarti garis
balik yang meliputi sekitr 40% dari luas seluruh permukaan bumi. Garisgaris balik ini adalah garis
lintang 23°27’ Utara dan Selatan. Daerah tropis didefinisikan sebagai daerah yang terletak diantara
garis isotherm 20° di sebelah bumi Utara dan
Selatan (Lippsmeier, 1994). Dengan kata lain, arsitektur tropis merupakan arsitektur yang
berada di daerah tropis dan telah beradaptasi dengan iklim tropis. Indonesia sebagai daerah
beriklim tropis memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap bentuk bangunan rumah
tinggal, dalam hal ini khususnya rumah tradisional. Kondisi iklim seperti temperature udara,
radiasi matahari, angina, kelembaban, serta curah hujan, mempengaruhi disain dari rumah-rumah
tradisional. Masyarakat pada jaman dahulu dalam membangun rumahnya berusaha untuk
menyesuaikan kondisi iklim yang ada guan mendapatkan disain rumah yang nyaman dan aman.
Disamping itu, arsitektur rumah tradisional sebagai ungkapan bentuk rumah tinggal karya
manusia adalah merupakan salah satu unsur budaya yang tumbuh dan berkembang bersamaan
dengan pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan suatu masyarakat, suku atau bangsa yang
unsure-unsur dasarnya tetap bertahan untuk kurun waktu yang lama dan tetap sesuai denga
perkembangan dan pertumbuhan kebudayaan suatu masyarakat, suku, atau bagsa yang
bersangkutan. Oleh karena itu, arsitektur tradisional, pada khususnya arsitektur rumah tradisional,
akan merupakan salah satu identitas sebagai pendukung kebudayaan masyarakat, suku, atau
bangsa tersebut. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai seberapa besar pengaruh iklim tropis
terhadap rumah-rumah tradisional di Indonesia, maka di dalam buku ini akan dibahas beberapa
contoh arsitektur rumah tradisional dalam kaitannya dengan iklim tropis di Indonesia.

ARSITEKTUR TROPIS
Arsitektur tropis adalah jenis arsitektur yang memberikan jawaban/ adaptasi bentuk bangunan
terhadap pengaruh iklim tropis, dimana iklim tropis memiliki karakter tertentu yang disebabkan
oleh panas matahari, kelembapan yang cukup tinggi, curah hujan, pergerakan angin, dan
sebagainya. Pengaruhnya otomatis terhadap suhu, kelembapan, kesehatan udara yang harus di
antisipasi oleh arsitektur yang tanggap terhadap hal-hal tersebut. Selain itu pandangan baru
mencakup pada penggunaan material yang memberikan ciri karakter material lokal (daerah tropis)
yang lebih sesuai daripada material impor.

Bentuk bangunan pada Arsitektur Tropis?


Bentuk arsitektur tropis, tidak mengacu pada bentuk yang berdasarkan estetika, namun pada
bentuk yang berdasarkan adaptasi/ penanganan iklim tropis. Meskipun demikian bentukan
bangunan oleh arsitek/desainer yang baik akan memberikan kualitas arsitektur yang estetis, hal ini
karena selain memperhatikan bagaimana menangani iklim tropis, juga memperhatikan bagaimana
kesan estetika eksterior dan interior dari bangunan tersebut.
Bentuk secara makro sangat memperhatikan faktor panas dan hujan, dimana untuk menangani
hal tersebut maka arsitektur tropis yang baik akan memperhatikan bagaimana bangunan tidak
panas dan ketika hujan tidak tampias, selain itu terdapat kualitas kenyamanan berkaitan dengan
suasana panas dan dingin yang ditimbulkan oleh hujan, biasanya dibuat teras untuk memberikan
perlindungan serta menikmati iklim tropis yang bersahabat.
Bentuk secara mikro pada masing-masing elemen bangunan seperti jendela dengan bentuk lebar,
berjalusi, berkanopi, atau semacam itu. Bentuk bangunan tropis dari kayu biasanya merupakan
bangunan panggung dengan lantai yang diangkat dengan harapan terhindar dari banjir akibat
hujan, memang merupakan kualitas rancangan yang sudah berhasil sejak dulu.
Perbedaan antara Arsitektur Tropis dengan Arsitektur Tradisional
Arsitektur tropis merupakan prinsip desain, sedangkan arsitektur tradisional merupakan
kebudayaan arsitektur yang turun-menurun dan digetok-tularkan melalui kebudayaan. Arsitektur
tropis tidak harus tradisional, tapi biasanya arsitektur tradisional masyarakat sudah sangat
memperhatikan prinsip-prinsip arsitektur tropis meskipun tidak tertulis, tapi sudah terlihat melalui
bangunannya.
Arsitektur tropis gaya baru bisa memakai material apa saja dan tidak harus terpaku pada tradisi
karena banyak perubahan paradigma terutama penggunaan material baru, asalkan masih
memperhatikan bagaimana menangani iklim tanpa menggunakan penanganan modern terhadap
iklim, misalnya bangunan tropis seharusnya tidak memakai AC dan pencahayaan buatan pada
siang hari, karena sudah mengandalkan iklim tropis yang sebenarnya mendukung untuk itu.
Karena arsitektur tropis memperhatikan iklim, maka penanganan arsitektur yang berkaitan dengan
iklim seperti mempertahankan suhu nyaman, kelembapan, dan sebagainya juga menggunakan
potensi dari iklim tropis tersebut.
Konsep rumah tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis, dimana
kondisi tropis membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya. Pengaruh terutama dari kondisi
suhu tinggi dan kelembaban tinggi, dimana pengaruhnya adalah pada tingkat kenyamanan dalam
ruangan. Tingkat kenyamanan seperti tingkat sejuk udara dalam rumah, oleh aliran udara, adalah
salah satu contoh aplikasi konsep rumah tropis. Meskipun konsep rumah tropis selalu dihubungkan
dengan sebab akibat dan adaptasi bentuk (tipologi) bangunan terhadap iklim, banyak juga
interpretasi konsep ini dalam tren yang berkembangdalm masyarkat; sebagai penggunaan material
tertentu sebagai representasi dari kekayaan alam tropis, seperti kayu, batuan ekspos, dan material
asli yang diekspos lainnya.

KRITERIA PERENCANAAN PADA IKLIM TROPIS LEMBAB

Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syarat-syarat khusus dalam perancangan bangunan dan
lingkungan binaan, mengingat ada beberapa factor-factor spesifikasi yang hanya dijumpai secara
khusus pada iklim tersebut, sehingga teori-teori arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi bangunan,
citra bangunan dan nilai-nilai estetik bangunan yang berbentuk akan sangat berbeda dengan
kondisi yang ada di wilayah lain yang berbeda kondisi iklimnya.
Menurut DR. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan pada
iklim tropis lembab adalah :
1. Kenyamanan Thermal

Usaha untuk mendapatkan kenyamanan thermal terutama adalah mengurangi perolehan panas,
memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi
panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas.

Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai daya
tahan terhadap panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan tersebut akan
terhambat. Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan atap
umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk
mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak sulit karena akan memperberat atap. Tahan
panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara, misalnya rongga langit-
langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan memperbesar tahan panas.

2. Aliran Udara Melalui Bangunan


Kegunaan dari aliran udara/ventilasi adalah :
 Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu penyediaan oksigen untuk pernapasan,
membawa asap dan uap air keluar ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri
serta menghilangkan bau.
 Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal, mengeluarkan panas, membantu
mendinginkan bagian dalam bangunan.
 Radiasi Panas

Masalah umum dan masalah bangunan:


1. Panas bangunan tidak menyenangkan
2. Penguapan sedikit karena gerakan udara lambat
3. Perlu perlindungan terhadap radiasi matahari, hujan dan serangga
4. Di sekitar lautan juga diperlukan perlindungan terhadap angin keras
Konstruksi Arsitektur Tropis
• Ruang dilalui angin setinggi badan
• Ruang para-para harus diberi angin
• Lantai dapat diangkat, dijadikan lubang ventilasi (dapat dilalui angin)
• Atap mempunyai daya serap panas yang rendah agar dapat menahan panas.

Tiga wujud arsitektur tropis:


1. Arsitektur Teknologis
Semua pengkondisian interior dilakukan secara mekanis. Hanya tampak luarnya saja yang
mencerminkan arsitektur tropis.
2. Arsitektur Tropis Geografis
Menggunakan prinsip-prinsip arsitektur tropis secara menyeluruh, selubung bangunan, maupun
di dalamnya.
3. Arsitektur Kultural
Karena budaya yang turun temurun.
Pada daerah khatulistiwa, perbedaan temperatur iklim tropis basah tidak ekstrim. Untuk daerah
tropis basah, dinding perlu memiliki lubang agar udara dapat mengalir dan mengurangi
kelembaban udara dalam ruang, sehingga mempermudah penguapan.

Contoh Konsep Arsitektur Tropis

Konsep rumah tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan


terhadap iklim tropis, dimana kondisi tropis membutuhkan
penanganan khusus dalam desainnya. Pengaruh terutama dari
kondisi suhu tinggi dan kelembaban tinggi, dimana pengaruhnya
adalah pada tingkat kenyamanan berada dalam ruangan. Tingkat
kenyamanan seperti tingkat sejuk udara dalam rumah, oleh aliran
udara, adalah salah satu contoh aplikasi konsep rumah tropis.
Meskipun konsep rumah tropis selalu dihubungkan dengan
sebab akibat dan adaptasi bentuk (tipologi) bangunan terhadap
iklim, banyak juga interpretasi konsep ini dalam tren yang
berkembang dalam masyarakat; sebagai penggunaan material
tertentu sebagai representasi dari kekayaan alam tropis, seperti
kayu, batuan ekspos, dan material asli yang diekspos lainnya

diatas, adalah dua contoh penerapan arsitektur tropis. Yang satu dengan budget pembangunan
yang cukup besar, dengan material pilihan yang diekspos, yang lainnya lebih sederhana dengan
budget lebih kecil, namun sudah memiliki konsep arsitektur tropis.
Beberapa contoh bangunan tropis di Indonesia :
 Bangunan tradisional

Bangunan-bangunan rumah tradisonal di Indonesia memiliki konsep arsitektur tropis.


Karena menanggapi iklim di Indonesia yang tropis. Sehingga banyak rumah tradisional di
Indonesia memiliki ciri-ciri arsitektur tropis.
Contoh bangunan :
- Rumah Gadang

Pada gambar dapat terlihat bahwa rumah gadang memiliki konsep arsiektur tropis
yaitu terdapat over stek dan terdapat banyak bukaan.

- Rumah Adat Honai (Papua)

Pada rumah adat Honai, terdapat over stek yang dapat melindungi bangunan
darai teriknya sinar matahari secara langsung. Bahan-bahan yang digunakan pun juga
ramah lingkungan yaitu kayu dan jerami.
- Rumah Adat Toraja
Pada rumah toraja terdapat banyak bukaan serta over stek yang merupakan ciri-
ciri dari bangunan arsitektur tropis.

 Bangunan modern

Beberapa kaidah bangunan tropis yang diadopsi untuk rumah tropis modern di kota
besar adalah sebagai berikut:
1. Plafon dibuat tinggi untuk sirkulasi udara karena udara panas terangkat ke atas menarik
udara segar dari luar ke dalam, dan menjadikan ruang lebih sejuk serta memudahkan
cahaya matahari masuk secara maksimal.
2. Atap berlapis dengan over stek yang panjang untuk menahan hujan dan menahan sinar
matahari langsung.
3. Ada teras sebagai peralihan ruang dalam dan luar. Antara ruangan buatan dan kehijauan di
luar, juga sebagai penahan udara panas tidak langsung ke bangunan.
4. Pengolahan ruang luar dengan tanian yang maksimal untuk menyerap radiasi sinar
matahari dengan mendapatkan udara segar dari angin yang melewati taman.
5. Banyak menampilkan bahan-bahan primer alam seperti kayu, batu alam, dan bata karena
bagaimana pun bahan-bahan yang alami seolah memberi ikatan yang dalam antara
bangunan dengan alam.

Contoh bangunan :

Pada gambar terlihat bahwa bangunan rumah


tersebut memiliki over stek. Banyak terdapat bukaan
jendela yang berfungsi tidak hanya sebagai sarana sinar
matahari agar dapat masuk ke dalam rumah, juga
sebagai sarana pertukaran udara sehingga rumah
menjadi terasa sejuk.

Paradigma Desain Arsitektur Tropis


Paradigma desain arsitektur tropis merupakan pandangan dalam upaya mencapai karakter-karakter
arsitektur yang dapat diidentifikasi sebagai karakter yang dimiliki daerah tropis sehingga dapat
membedakannya dengan arsitektur di daerah yang beriklim lain. Adapun paradigma desain tropis
terdiri dari tiga paradigma yaitu:

1) Line, edge, & shade


2) Tradition base
3) New screen & Louver Kitsch
Ketiga paradigma tersebut masing-masing memiliki ciri. Untuk paradigma line, edge & shade
adalah paradigma yang desainnya beriorientasi kedepan tanpa memperdulikan desain yang
masanya sudah berlalu. Tradition Based adalah paradigma yang mempertahankan kebudayaan
sekitar atau kearifan lokal tanpa melupakan prinsip desain arsitektur tropis itu sendiri. Sedangkan
New screen & Louver Kitsch adalah paradigma yang hanya memberi kesan desain tropis atau gaya
desainnya yang hampir mirip dengan desain tropis namun sebenarnya bukan desain tropis.

Identifikasi Paradigma Desain Arsitektur Tropis


Pada Bangunan di Sekitar Kota Palu
Gedung perkantoran Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah yang terletak di JL.
Prof. Mohammad Yamin, No. 48

Gedung BPS ini menggunakan paradigma


New screen & Louver. Bangunan ini sekilas
menampilkan beberapa ciri dari desain
tropis diantaranya adalah bukaan yang lebar
dengan jumlah yang sangat banyak serta
penerapan air menjadi elemen penghias dan
lanskap. Sangat baik pencahayaan di dalam
gedung ini berupa pencahayaan skylight.

Namun, gedung ini sebenarnya bergaya moderen dengan penggunaan ACP (aluminium
composite panel) dan Cladding kaca berbingkai aluminium sebagai material utama dinding yang
mengelilingi gedung.
material utama dinding yang mengelilingi gedung.

Gedung ini menampilkan sekilas dari desain tropis yaitu pencahayaan yang baik dengan adanya
sun shading di beberapa bagian. Akan tetapi sun-shading tersebut tidak sepenuhnya dapat
menghalangi dari cahaya matahari mengingat orientasi bangunan ini menghadap ke arah barat
yang apabila sore hari akan terpapar langsung sinar matahari dan terasa sangat panas. Sun shading
tersebut hanyalah sebagai penambah estetika terutama pada pintu masuk sekaligus pelengkap
fasad.
Selain itu, dalam arsitektur tropis juga
penggunaan vegetasi dan penataan landscape yang
rapih dan teduh sangat diperlukan. Vegetasi dapat
menyaring sinar matahari langsung ke arah gedung
walaupun ada yang tidak secara menyeluruh.
Vegetasi tersebut juga dapat menyaring polusi udara
yang berasal dari kendaraan yang melintasi jalan
raya depan area gedung. Akan tetapi setelah
memasuki halaman, gedung BPS ini terlihat gersang
karena hampir sebagian ditutupi paving blok dan
minim tanaman. Mungkin karena gedung ini masih
baru. Selain itu pada sisi lain halaman terdapat kolam hias yang kemudian membentang disisi kiri
dan kanan gedung ini. Kolam ini dapat dijadikan sebagai elemen estetika ataupun sebagai
pendingin bangunan.
Sesungguhnya gedung BPS ini jauh dari kesan tropis. Ditinjau dari aspek bentuk, bangunan
ini mengikuti bentuk gedung statistik pusat yang berada di Jakarta. Prinsip repetisi penggunaan
kaca hampir disemua sisi dan elemen vertikal horizontal dengan atap yang datar. Bentuk tersebut
sangat tidak cocok diterapkan di kota Palu mengingat kondisi iklim dan cuaca yang berada di kota
Palu dengan intensitas curah hujan yang tak menentu serta panas yang tak menyenangkan hampir
terjadi setiap harinya.

Penggunaan kaca tersebut hanya akan menimbulkan panas yang berlebih di dalam bangunan
terutama pada siang dan sore hari. Apalagi bahwa kaca dan ACP bukanlah isolator panas yang
baik. Selain itu tidak adanya roster ataupun cross ventilation yang terdapat pada gedung ini dan
hanya mengandalkan penggunaan pendingin ruangan/ AC. Gedung ini hanya memiliki keunggulan
dengan sistem pencahayaan yang baik pada siang hari layaknya bangunan berdisain arsitektur
tropis pada umumnya bila ditinjau dari segi pencahayaan.
Oleh karena itu, bangunan ini menggunakan paradigma New Screen & Louver yang hanya
menampilkan beberapa kesan disain tropis tapi sebenarnya orientasinya bukan terhadap desain
tropis melainkan hanya mengambil beberapa gaya keseluruhan ataupun tidak secara keseluruhan
untuk kepentingan estetika dan image publik semata.

Anda mungkin juga menyukai