Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

OPTIMASI SISTEM VENTILASI ALAMI


TERHADAP ENERGI ANGIN
(STUDI KASUS PADA BANGUNAN MASJID SULTAN
TERNATE DAN MASJID AL-MUNAWWAR)
Firdawaty Marasabessy1), Suharto Paputungan2), Mustamin Rahim3)
1)2)3)
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Khairun
Jalan Kampus Gambesi, Kota Ternate
1)
firdamarssy@gmail.com

Pada bangunan masjid khususnya masjid-


Abstract— Bangunan masjid membutuhkan ke- masjid tua, kenyamanan termal diciptakan dengan
nyamanan termal, terutama pada saat pelaksanaan menggunakan sistem penghawaan alami. Salah satu
sholat berjamaah. Pada waktu sholat berjamaah contoh adalah Masjid Sultan Ternate (MST) dengan
khususnya pada siang hari, terjadi akumulasi panas
dan kelembapan udara yang akhirnya membuat
sistem penghawaan alami memanfaatkan bukaan-
ruangan menjadi tidak nyaman. Pada penelitian ini bukaan pada dinding maupun pada atap masjid.
dipilih Masjid Sultan Ternate sebagai contoh masjid Bukaan-bukaan pada dinding untuk penghawaan
tradisional dan Masjid Al-Munawwar sebagai contoh alami juga dijumpai pada masjid modern seperti
masjid modern dengan morfologi bentuk masjid yang Masjid Al-Munawwar (MAL). Sistem penghawaan
memiliki bukaan-bukaan baik pada dinding dan atap alami merupakan strategi untuk mencapai kualitas
yang dapat respon terhadap iklim tropis. Tujuan udara di dalam ruang yang dapat menyuplai udara
penelitian adalah identifikasi karakteristik bukaan- segar dalam ruang dan untuk meminimalkan
bukaan pada masjid dengan menganalisis orientasi
konsentrasi polusi dalam ruang. Jumlah bukaan
inlet dan outlet, dimensi bukaan, rasio bukaan, dan
pengarah bukaan yang dapat menunjang kenyaman
ventilasi diperlukan untuk menjaga kualitas udara
termal dalam bangunan. Hasil penelitian adalah yang tergantung dari kondisi alam dan dominasi
sistem penghawaan alami yang diterapkan kedua tipe sumber polusi pada ruang tersebut (Allard, 1998).
masjid dengan memanfaatkan bukaan-bukaan pada Bentuk bukaan yang tidak biasa pada Masjid
sisi inlet dan outlet. Ciri khas tipe bukaan pada Sultan Ternate dan Masjid Al-Munawwar menjadi
Masjid Sultan Ternate diantaranya lubang ventilasi ciri yang khas masjid. Pada setiap sisi dinding
setengah lingkaran dan jendela dengan sistem maupun bagian atap bangunan terdapat bukaan-
jalousie vertical dan pada bangunan Masjid Al- bukaan yakni pintu, jendela, ventilasi dinding dan
Munawwar tipe bukaan kisi-kisi masyarabiyah dan
ventilasi atap dengan ukuran dan bentuk yang
pelengkung (busur arch). Optimalisasi potensi energi
angin untuk kenyamanan termal dalam bangunan
beragam yang membentang secara horizontal.
dapat dengan adanya selubung-selubung bangunan Bukaan tersebut sebagai selubung bangunan yang
yang segaja terbuka. mengalirkan udara maupun cahaya untuk sampai ke
bangunan. Tujuan penelitian adalah identifikasi
Keywords— kenyamanan termal, ventilasi alami, karakteristik bukaan-bukaan ventilasi alami pada
masjid tradisional, masjid modern. dinding maupun atap masjid dengan menganalisis
orientasi inlet dan outlet, tipe bukaan, dimensi
bukaan, rasio bukaan, dan pengarah bukaan yang
I. PENDAHULUAN dapat mengoptimalkan energi angin untuk
Iklim tropis lembab di Indonesia secara menciptakan kenyamanan termal pada bangunan
masjid.
signifikan akan berpengaruh terhadap kenyamanan
termal pada bangunan, terutama bangunan masjid. II. TINJAUAN PUSTAKA
Kenyamanan termal dibutuhkan saat melakukan
aktivitas ibadah di masjid, dimana pada waktu- Mangunwijaya (1997) menyatakan bahwa
waktu sholat berjamaah, suhu disekitar akan kenikmatan/kenyamanan (comfort) berupa
meningkat karena akumulasi panas yang kenikmatan fisik, namun juga dapat merupakan
dikeluarkan oleh manusia. Faktor-faktor yang suatu penghayatan seseorang yang lebih menyentuh
mempengaruhi kenyamanan termal antara lain aspek psikologisnya. Kenyamanan termal adalah
radiasi matahari (temperatur), gerakan udara dan suatu kondisi kepuasan subjektif yang bervariasi
kelembaban serta tingkat kebersihan udara (Sugini, dari masing-masing individu dan dipengaruhi oleh
2007), sehingga dengan memperhatikan durasi faktor situasional (Moore, 1993). Menurut Sugini
penyinaran matahari, intensitas penyinaran (2007) kenyamanan termal merupakan kondisi
matahari, dan sudut jatuh sinar matahari dapat pikiran yang mengekspresikan kepuasan dengan
mengendalikan laju peningkatan temperatur di lingkungannya termalnya. Pencapaian kondisi
dalam bangunan (Satwiko, 2004). nyaman termal akan berkaitan dengan thermal
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

neutrality, dimana pada kondisi ini manusia dan Selatan. Orientasi inlet yang dominan
merasakan termal yaitu kondisi tidak dingin dan menghadap ke arah Timur tegak lurus terhadap arah
tidak panas. angin yang datang pada bangunan. Angin yang
Faktor-faktor penentu dalam menciptakan masuk melewati inlet dengan orientasi ke Timur
kenyamanan termal, meliputi temperatur dapat masuk cukup optimal karena pengarah
udara,temperatur radiasi, kecepatan udara dan bukaan menghadap Timur-Barat.
kelembaban yang dikelompokkan dalam faktor
klimatis, dan tingkat aktivitas dan tingkat resistensi
dari pakaian dikelompokkan menjadi faktor
personal (Sugini, 2007).
Ventilasi alami merupakan alternatif
pengurangan energi di gedung, mencapai
kenyamanan termal, dan menjaga lingkungan dalam
ruangan yang sehat (Busch, 1992; Finnegan, 1994;
Zao, 1998). Biasanya, biaya energi dari sebuah
bangunan berventilasi alamiah adalah 40% lebih
kecil daripada gedung ber-AC (Energy
Consumption Guide 19, 1993). Ventilasi alami telah
menjadi tren baru dalam desain bangunan di
komunitas arsitektur (Khrisaan, 2001; Willmert,
2011). Ventilasi alami adalah teknik pasif yang
penting dan efisien untuk mengurangi kebutuhan
energi pendinginan bangunan, dan meningkatkan Inlet
kualitas udara dalam ruangan (Zai, 2015). Di sisi Outlet
lain, sistem ventilasi alami tidak mengkonsumsi
tenaga listrik maupun kebutuhan sistem mekanis Gambar 1. Perletakan dan Orientasi Bukaan MST
(Bangalee, 2014). Dengan memperhatikan
konsumsi energi, penting untuk mendesain bukaan- Perletakan bukaan yang berada di sisi
bukaan pada masjid di kawasan perkotaan yang berlawanan dengan elevasi berbeda, akan
memenuhi permintaan ventilasi alami (Baharudin menciptakan pola aliran udara yang bergerak dari
dan Ismail, 2014) dan naungan efektif tanpa terlalu inlet ke outlet. Orientasi inlet yang mengarah ke
bergantung pada sistem mekanis. potensi arah datang angin akan mempengaruhi
Jenis rancangan pada jendela sangat membawa kecepatan udara untuk mencapai kenyamanan
pengaruh yang besar baik dari sisi kuantitas ataupun termal di dalam masjid.
arah aliran udara yang akan masuk ke ruangan, jenis
ventilasi adalah Jalousie Windows, atau jenis
Kerawangan, ventilasi atap, masyarabiyah atau d. Lokasi Bukaan
kisi-kisi/lubang pada jendela dengan berornamen Bukaan berfungsi untuk mengalirkan udara ke
arabesque. Pada jenis ventilasi ini memiliki kisi-kisi dalam ruangan dan mengurangi kelembaban
yang biasanya tersusun dan dalam mengalirkan ruangan. Salah satu syarat untuk bukaan yang baik
udara dirasa kurang yakni hanya sebesar 15% saja yaitu harus terjadi cross ventilation. Dengan
(Melita, et al., 2017). memberikan bukaan pada kedua sisi ruangan maka
akan memberi peluang supaya udara dapat mengalir
III. HASIL DAN PEMBAHASAN masuk dan keluar.
Sistem Ventilasi Alami Masjid Sultan Ternate
c. Perletakan dan Orientasi Bukaan
Perbedaan orientasi inlet terhadap arah datang
angin menyebabkan perbedaan arah pergerakan
udara. Perletakan dan oreientasi bukaan inlet
terletak pada zona bertekanan positif dan bukaan
outlet terletak pada zona bertekanan negatif
bertujuan untuk mengoptimalkan pergerakan udara
dalam bangunan. Perletakan dan orientasi bukaan
inlet tidak hanya mempengaruhi kecepatan udara,
tetapi juga pola aliran udara dalam ruangan,
sedangkan lokasi outlet hanya memiliki pengaruh Gambar 2a. Lokasi Bukaan Pada Dinding MST
kecil dalam kecepatan dan pola aliran udara.
Angin bergerak langsung menuju sisi Timur
masjid dan melewati bangunan melalui sisi Utara
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

Gambar 2b. Lokasi Bukaan Pada Atap MST


Gambar 3a. Dimensi Jendela (J1) , Ventilasi Dinding (V2)
Lubang ventilasi yang berfungsi untuk
memasukkan udara (inlet) sebaiknya ditempatkan
dengan ketinggian manusia beraktifitas. Sementara
lubang ventilasi yang berfungsi mengeluarkan
udara (outlet) sebaiknya diletakkan sedikit lebih
tinggi (di atas ketinggian aktivitas manusia) agar
udara panas dapat dikeluarkan dengan mudah tanpa
tercampur lagi dengan udara segar yang masuk
melalui inlet. Ketinggian aktivitas manusia di dalam
ruangan adalah lebih kurang 60-80 cm (aktivitas
sholat) dan 100-160 cm (aktivitas berdiri). Pada
bukaan melalui pintu pada sisi Timur menuju ke
jendela dan ventilasi ke sisi Barat melalui batas Gambar 3b. Dimensi Pintu Samping (P2)
ketinggian aktivitas manusia pada waktu sholat.
Atap dengan bukaan atau yang disebut ventilasi
atap dapat berfungsi sebagai inlet dan outlet, yang
dapat mendukung pergerakan dan pertukaran udara
dalam ruangan. Hal ini menyebabkan proses
pendinginan berlangsung di dalam ruang masjid.

e. Dimensi Bukaan
Makin besar dimensi inlet, laju udara (air flow)
dan pergantian udara (air change) makin tinggi.
Luas minimal suatu bukaan untuk megalirkan udara
masuk (inlet) pada suatu ruang beradasarkan luas Gambar 3c. Dimensi Pintu Utama (P1)
dinding suatu fasad adalah 40%-80% dari luas
dinding, sedangkan berdasarkan luas ruang maka
luas minimal adalah 20% dari luas ruang.
Pada bangunan masjid terdapat 4 tipe bukaan,
yaitu pintu, jendela, ventilasi pada dinding dan
ventilasi atap. Luas ruang masjid adalah 484 m2 dan
luas dindingnya 132 m2.
Tabel 1. Dimensi Bukaan Masjid Sultan
Kode Luas
Tipe Jumlah Dimensi
Tipe Bukaan
Bukaan Bukaan Bukaan
Bukan (m2)
P1 Pintu 1 L = 2m; 5
Utama T= 2,5m
P2 Pintu 2 L=1,6m; 8 Gambar 3d. Dimensi Ventilasi Atap (V1)
samping T= 2,5m
J1 Jendela 6 L=3,4m; 26,52
T=1,3m Luas bukaan inlet dan outlet pada bangunan
V1 Ventilasi 16 L= 18- 48 adalah 110,24 m2. Bila diketahui luas ruang 484 m2
Atap 10m maka optimal dimensi bukaan harus 20% dari total
T=0,3m
V2 Ventilasi 16 L=1.90m; 22,72
luas ruang yaitu 96,8 m2. Dengan melihat
Dinding r=0.95 perbandingan luas bukaan pada masjid, maka
Jumlah Luas Bukaan 110,24 bukaan pada masjid telah memenuhi standar
dimensi bukaan yang ditetapkan.
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

d. Rasio Bukaan
Rasio luas bukaan akan mempengaruhi
kecepatan udara yang masuk ke dalam ruang. Bila
rasio perbandingan inlet dan outlet diatas 1:1 maka
udara di dalam bangunan akan mengalami
peningkatan kecepatan gerak udara sehingga akan
mendukung tercapainya kenyamanan termal dalam
bangunan. Gambar 4e. Jendela (J1)
Dari hasil pengukuran bukaan inlet dan outlet di
ruang masjid didapatkan perbandingan rasio Pada tipe bukaan double swing door pada Pintu
peningkatan kecepatan udara, dimana luas outlet Utama (P1) (gambar 4a) cukup efektif
54,11 m2 dan luas inlet 56,13 m2. Rasio peningkatan mengalirkaan udara 90% masuk ke ruang masjid
kecepatan aliran udara adalah 1,037, sehingga ketika pintu dibuka. Tipe double swing door pada
terjadi peningkatan udara 10,5% yang mampu Pintu Samping (P2) (gambar 4b) dengan
menghasilkan aliran udara yang optimal dalam memanfaatkan Jalousie pada panel pintu efektif
mencapai tingkat kenyamanan termal. mengalirkan udara 15% ketika pintu ditutup, dan
90% udara dapat masuk ke ruang masjid ketika
pintu dibuka. Ventilasi Atap (V1) (gambar 4c)
e. Tipe Bukaan mengalirkan udara panas melalui selubung pada
Untuk menciptakan kondisi nyaman termal, atap sehingga terjadi proses pendinginan
maka perlu diperhatikan tipe inlet. Pertama, tipe dibawahnya. Ventilasi Dinding (V2) (gambar 4d)
inlet harus dapat mengarahkan gerak udara dalam dengan lubang vantilasi mampu mengalirkan udara
ruang semerata mungkin. Kedua, tipe inlet harus 90% ke dalam ruang masjid. Tipe bukaan pada
optimal dalam mendukung laju udara (air flow) dan masjid mampu memberikan kenyamanan termal,
pergantian udara dalam ruang. Ketiga, tipe inlet karena tipe bukaan yang digunakan rata-rata 90%
harus fleksibel untuk dibuka-tutup tergantung dapat memasukan udara dan terjadi proses
kebutuhan. Tipe inlet yang berbeda akan memberi pendinginan di dalam ruang dengan bantuan
sudut pengarah berbeda dalam menentukan arah ventilasi atap.
gerak udara dalam ruang dan efektifitas berbeda
dalam mengalirkan udara masuk/keluar ruang. f. Pengarah Bukaan
Pengarah bukaan pada ruang sholat Masjid
Sultan Ternate (MST) bekerja optimal dalam
menciptakan kenyamanan termal, karena aliran
udara yang terjadi pada ruangan ini menghasilkan
aliran ke atas sehingga tidak memberikan efek pada
pengguna di dalamnya. Pengarah bukaan
berpengaruh terhadap upaya pemanfaatan angin
dalam pengkondisan ruangan. Pengarah pada inlet
akan menentukan arah gerak dan pola udara dalam
Gambar 4a. Pintu Utama (P1) Gambar 4b. Pintu (P2) ruang, sehingga perbedaan bentuk pengarah akan
memberikan pola aliran udara yang berbeda-beda.
Penggunaan kanopi pada bukaan inlet akan
mengarahkan aliran udara ke atas dibandingkan
bukaan inlet tanpa kanopi.

Gambar 4c. Ventilasi Atap (V1)

Gambar 5. Pengarah Bukaan Inlet

Sistem Ventilasi Alami Masjid Al-Munawwar


a. Perletakan dan Orientasi Bukaan
Gambar 4d. Ventilasi Dinding (V2) Pergerakan angin berasal dari arah Timur masjid
melewati sisi bagian dalam bangunan dan menuju
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

arah Barat. Posisi inlet pada bangunan masjid Al-


Munawwar (MAL) menghadap ke arah Timur tegak Bangunan Masjid Al-Munawwar (MAL)
lurus terhadap arah datang angin. Energi Angin merupakan tipe masjid modern dengan bangunan
yang masuk melewati inlet sangat optimal karena berlantai dua. Bukaan-bukaan terdapat pada lantai 1
bukaan pada 2 dinding bangunan yang berderet maupun lantai 2 masjid. Letak bukaan-bukaan
menghadap Timur-Barat. Selain itu letak bangunan seperti pada ventilasi bawah dan jendela sudah
yang berada di tepi laut, menyebabkan kecepatan mendekati posisi ideal bukaan berada pada
angin yang berhembus kedalam bangunan ketinggian aktivitas manusia 60-80 cm (aktivitas
memberikan kenyaman termal di dalamnya. sholat) dan 100-160 cm (aktivitas berdiri). Letak
Perletakan bukaan yang berada di sisi bangunan masjid yang tepat berada ditepi pantai
berlawanan dengan elevasi berbeda, akan dimana letak inlet berada, menyebabkan hembusan
menciptakan pola aliran udara yang bergerak dari angin langsung masuk melalui selubung bangunan
inlet ke outlet. Orientasi inlet yang mengarah ke dan sampai ke dalam bangunan dengan melewati
potensi arah datang angin akan mempengaruhi dua celah selubung bangunan pada dua dinding
kecepatan udara untuk mencapai kenyamanan yanga ada. Hal ini sangat respon terhadap
termal di dalam masjid. kenyaman termal dalam bangunan, karena pada saat
aktivitas sholat angin bergerak langsung mengenai
tubuh manusia.
Lokasi bukaan pada bagian atap berfungsi
sebagai inlet dan outlet, yang dapat mendukung
pergerakan angin dan pertukaran udara pada sisi
atas bangunan di lantai 2. Proses pendinginan terus
berlangsung melalui ventilasi atap.

c. Dimensi Bukaan
Pada bangunan masjid terdapat 4 tipe bukaan,
yaitu pintu, jendela, ventilasi dinding dan ventilasi
atap. Luas ruang masjid adalah 2.673 m2 dengan
luas bukaan 685,84m2 (26%). Luas bukaan telah
Inlet
memenuhi standar 20% dari luas dinding. Hal ini
menunjukkan bahwa bukaan-bukaan pada
Outlet
bangunan masjid dapat mengoptimalkan energi
Gambar 6. Perletakan dan Orientasi Bukaan MAL angin yang masuk ke dalam bangunan.

Tabel 1. Dimensi Bukaan Masjid Al-Munawwar


b. Lokasi Bukaan
Kode Luas
Tipe Jumlah Dimensi
Lokasi bukaan yang terdapat pada Masjid Al- Tipe
Bukaan Bukaan Bukaan
Bukaan
Munawwar hanya terdapat pada bagian dinding Bukan (m2)
P1 Pintu 2 L = 2 m; 19,2
bangunan. Dinding bangunan masjid terdiri dari 2
T= 4,8m
bagian, yakni dinding banguna pertama yang mana P2 Pintu 2 L= 2 m; 19,2
sisi-sisinya merupakan bagian terluar bangunan dan T= 4,8m
dinding yang lain berada di sisi bangian dalam P3 Pntu 2 L= 4 m; 32
bangunan. Kedu dinding tersebut memiliki bukaan- T= 4 m
P4 Pintu 4 L= 3,25 m; 32,5
bukaan seperti jendela dan ventilasi dengan T= 2,5 m
menggunakan kombinasi masyarabiyah atau sejenis J1 Jendela 68 L= 0,65m 176.8
lubang ventilasi yang sangat mudah untuk T=4m
memasukan energi angin ke dalam bangunan. J2 Jendela 8 L=1,72m; 55,04
T=4m
J3 Jendela 12 L=1,8m; 86,4
T=4m
J4 Jendela 16 L=2m; 128
T=4m
V1 Ventilasi 4 L=2,5m; 35
T=3,5m
V2 Ventilasi 4 L=2m; 19,2
T=2,4m
V3 Ventilasi 22 L=1,5m; 82,5
T=2,5m
Jumlah Luas Bukaan 685,84

Gambar 7. Lokasi Bukaan pada Dinding dan Atap


Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

a. Pintu (P1) b. Pintu (P2) c. Pintu (P3) d. Pintu (P4) a. Pintu (P1) b. Pintu (P2) c. Pintu (P3) d. Pintu (P4)
Gambar 8. Dimensi Bukaan Pintu MAL Gambar 11. Tipe Bukaan Pintu MAL

a. Jendela (J1) b. Jendela (J2) c. Jendela (J3) d. Jendela (J4)


a. Jendela (J1) b. Jendela (J2) c. Jendela (J3) d. Jendela (J4) Gambar 12. Tipe Bukaan Jendela MAL
Gambar 9. Diemnsi Bukaan Jendela MAL

a. Ventilasi (V1) b. Ventilasi (V2) c. Ventilasi (V3) a. Ventilasi (V1) b. Ventilasi (V2) c. Ventilasi (V3)
Gambar 10. Dimensi Bukaan Ventilasi MAL Gambar 13. Tipe Bukaan Ventilasi MAL

Tipe bukaan pintu, jendela dan ventilasi yang


d. Rasio Bukaan sengaja dibiarkan terbuka, dapat memasukan rata-
Standar rasio luas bukaan dengan perbandingan rata 90% aliran udara. Hal yang demikian dapat
inlet dan outlet sebaiknya diatas 1:1. Ini bertujuan menciptakan proses pendingan di dalam ruang.
untuk mempercepat pergerakan udara sehingga
memberikan kenyamanan termal dalam bangunan.
f. Pengarah Bukaan
Berdasarkan hasil perhitungan dimensi bukaan,
maka diketahui luas inlet adalah 368,12 m2 (54 %) Pengarah bukaan yang langsung menghadap
dan luas outlet 317,72 m2 (46 %). Rasio per- arah datangnya angin, dimana posisi timur laut yang
bandingan inlet dan outlet adalah 1,15:1, me- tepat berada ditepi pantai sangat menunjang untuk
nunjukkan bahwa luas inlet lebih luas dibandingkan mengoptimalkan pergerakan angin yang masuk ke
luas outlet. dalam bangunan. Pengkondisian bangunan dengan
memanfaatkan energi angin turut membantu dalam
memberikan kenyamanan termal dalam bangunan.
e. Tipe Bukaan
Tipe bukaan masjid pada posisi inlet maupun
outlet adalah terdiri dari bukaan pintu, jendela dan
ventilasi. Bukaan pintu terdiri dari pintu belakang
tanpa daun pintu (P1), pintu samping dengan pintu
kaca (P2), pintu bagian tangga atas yang terbuka
(P3), dan pintu bagian tangga bawah tanpa daun
pintu (P4). Bukaan jendela terdiri dari 4 jenis, yaitu
jendela mini (J1), jendela ukuran sedang (J2),
jendela dinding samping (J3), dan jendela besar
(J4). Bukaan ventilasi terbagi menjadi dua yakni
ventilasi dinding depan (V1) dan ventilasi dinding
samping (V2) serta tipe ventilasi atap (V3). Angin Gambar 14. Pengarah Inlet MAL
yang mengalir masuk/keluar ruang dibentuk oleh
tipe-tipe bukaan yang berbeda-beda.
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

Sistem Ventilasi Alami yang Respon Energi Angin


Bangunan masjid memerlukan pengkondisian
ruangan untuk dapat memberikan kenyamanan pada
saat beribadah, terutama pada waktu-waktu sholat Pergerakan angin
dari Timur Laut
berjamaah. Penghawaan alami dapat dimanfaatkan
dengan mempertimbangkan posisi inlet dan outlet
dengan menerapkan ventilasi silang untuk LAUT

Laut
memudahkan angin bergerak ke seluruh ruangan. Posisi Inlet Proses Pendinginan Posisi Outlet
dalam bangunan
Energi angin yang akan dimasukkan melalui
selubung bangunan berupa bukaan pada pintu, Gambar 16. Pergerakan Angin Pada MAL
jendela, dan ventilasi.
IV. KESIMPULAN
Masjid Sultan Ternate merupakan salah satu
Sistem penghawaan alami yang diterapkan pada
contoh masjid tradisional (masjid agung) yang telah
tipe masjid tradisional (Masjid Sultan Ternate) dan
dibangun sejak tahun 1679 dan telah mengalamai
pemugaran. Hingga ini Masjid Sultan Ternate masjid modern (Masjid Al-Munawwar) dengan
menjadi salah satu ikon cagar budaya Kesultanan memanfaatkan bukaan-bukaan pada sisi inlet dan
outlet. Ciri khas tipe bukaan pada Masjid Sultan
Ternate yang masih tetap dilestarikan. Letak masjid
yang berada di depan jalan utama, dimana tidak ada Ternate diantaranya lubang ventilasi setengah
bangunan yang menghalangi datangnya arah angin. lingkaran dan jendela dengan sistem jalousie
vertical mampu memberikan kenyamanan termal,
Angin yang bergerak dari Timur Laut menuju Barat
dengan kecepatan rata-rata 4 m/s. Pergerakan angin karena tipe bukaan yang digunakan rata-rata 90%
melalui inlet pada serambi masjid dan masuk dapat memasukan udara dan terjadi proses
pendingan di dalam ruang dengan bantuan ventilasi
melalui bukaan-bukaan pada sisi timur dan utara
bangunan. Proses pendinginan dalam ruang terjadi atap. Sementara pada bangunan Masjid Al-
karena adanya bukaan-bukaan pada dinding dan Munawwar tipe kisi-kisi masyarabiyah dan
pelengkung (busur arch) dengan banyak bukaan
pada bagian atap. Posisi atap serambi pada bagian
pada sisi inlet yang berhadapan langsung dengan
inlet yang miring dan selubung atap bersusun sangat
tepi pantai memberikan kenyamanan dalam
merespon pergerakan angin untuk sampai ke dalam
ruangan. Energi angin yang dimasukan kedalam
bangunan. Angin sengaja dibelokkan dengan posisi
atap miring yang bersusun tersebut. bangunan dapat dioptimalkan karena adanya
selubung-selubung bangunan yang segaja terbuka.

V. UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih kepada LPPM Universitas
Khairun dalam Hibah Fakultas Teknik untuk
pembiayaan penelitian ini sehingga dapat terlaksana
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Baharudin, A., Sabrina Ismail, A. 2014, Science Direct
Gambar 15. Pergerakan Angin Pada MST Communal Mosques: Design functionality
towards the development of sustainability for
community, Procedia - Social and Behavioral
Masjid Al-Munawwar sebagai salah satu Sciences, 153, 106–120.
kategori masjid modern yang beratap kubah
dibangun pada tahun 2001. Masjid ini merupakan Bangalee, M.Z.I., 2014, Effects of Lateral Window
masjid terbesar (masjid raya) di kota Ternate. Position and Wind Direction on Wind-
Dengan konsep arsitektur islam, masjid ini Driven Natural Cross Ventilation of a
Building: A Computational Approach,
dibangun dengan menerapkan masyarabiyah Journal of Computational Engineering, 1-15.
(lubang angin dengan material arabesque), dan tipe
pelengkung (busur arch). Kedua konsep tersebut Mangunwijaya, Y.B, 1998, Pengantar Fisika Bangunan,
sangat merespon pergerakan angin, terutama pada Djambatan: Yogyakarta.
sisi inlet. Posisi inlet langsung berhadapan dengan
tepi pantai dengan kecepatan angin berkisar 6 m/s Melita, A, Hanan., Adhitama, M.S., Nugroho, A.M,
sangat memudahkan pergerakan angin yang masuk 2017, Pengaruh Bukaan Terhadap
ke dalam bangunan, bukaan-bukaan dirancang tetap Kenyamanan Suhu Pada Masjid Jakarta
terbuka (tanpa daun jendela atau pintu) dengan kisi- Islamic Center, Student Journal UB, Vol.5,
No.1, hal. 110-120.
kisi masyarabiyah.
Seminar Nasional Keteknikan (SINTEK) 2018

Moore, Fuller., 1993, Environmental Control System,


McGraw-Hill Inc: Singapore.

Satwiko, Prasasto. 2004. Fisika Bangunan 2, Penerbit


Andi: Yogyakarta.

Sugini, 2007, Model Kenyamanan Termal Termo Adaptif


Psikologis pada Ruang Dalam Bangunan di
Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta.
Zhao,R., Xia,Y., 1998, Effective Non-Isothermal and
Intermittent Air Movement on Human
Thermal Responses, Proceedings of Room
Vent, 2, 351-357.

Anda mungkin juga menyukai