Kelompok 6 :
Tsabitha Angraeni 2207111294
Dea Amanda 2207124623
Hani Nurhaliza 2207112199
Indah Permata M 2207111297
Pendahuluan
3. Pembayangan Matahari
4. Pengaruh Atap
Produktifitas manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara yang
tidak nyaman seperti halnya terlalu dingin atau terlalu panas. Penelitian Idealistina [2]
memperlihatkan fenomena semacam itu, bahwa produktifitas manusia meningkat pada
kondisi suhu (termal) yang nyaman. Arsitektur tropis diharapkan mampu menjawab seluruh
persoalan iklim tersebut dengan bentuk rancangan yang hampir tanpa batas. Bukan sebatas
pada penyelesaian atap yang lebar saja. Aspek kenyamanan visual (pencahayaan) serta
kenyamanan termal (termis) merupakan dua hal dominan yang perlu dipecahkan agar
penghuni bangunan tropis dapat mencapai kebutuhan kenyamanan secara fisik.
Atap lebar memang diperlukan pada bangunan tropis berlantai rendah. Namun
rancangan ini tidak merupakan jaminan bahwa penghuni akan mampu mencapai
kenyamanan fisik secara visual dan termal sebagaimana diharapkan seperti di atas. Tidak
tersedianya bukaan-bukaan sebagai sarana ventilasi dalam bangunan secara
memadai, mengakibatkan ruang dalam bangunan tropis terasa panas. Hal ini dapat
disebabkan oleh adanya radiasi dinding atau langit-langit, atau disebabkan oleh
meningkatnya kelembaban dalam ruang tersebut akibat minimnya aliran udara. Banyak
faktor lain yang dapat menghambat pencapaian kenyamanan fisik bagi pengguna
bangunan yang pada umumnya disebabkan oleh rancangan arsitektur yang tidak tepat di
mana kondisi iklim setempat (tropis) tidak diperhitungkan dalam proses perancangan
Arsitektur tropis harus diartikan sebagai rancangan spesifik suatu karya arsitektur yang
mengarah pada pemecahan problematik iklim tropis. Iklim tropis sendiri dicirikan oleh
berbagai karakteristik, misalnya kelembaban udara yang tinggi, dapat mencapai angaka di
atas 90%, suhu udara relatif tinggi, antara 15 hingga 35oC, radiasi matahari yang
menyengat dan mengganggu, serta curah hujan tinggi yang dapat mencapai angka di
atas 3000 mm/tahun. Faktor-faktor iklim tersebut berpengaruh sangat besar terhadap
aspek kenyamanan fisik manusia terutama aspek kenyamanan termal (termis).
Faktor yang mempengaruhi Kenyamanan
Termal
1. Temperatur udara
Temperatur udara merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam menentukan
kenyamanan termal. Temperatur udara antara suatu daerah dengan daerah lainnya sangat
berbeda. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor, seperti sudut datang sinar matahari,
ketinggian suatu tempat, arah angin, arus laut, awan, dan lamanya penyinaran.
2. Kelembaban Udara
Kelembaban udara merupakan kandungan uap air yang ada di dalam udara. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi kelembaban udara, yakni radiasi matahari, tekanan udara,
ketinggian tempat, angin, kerapatan udara, serta suhu.
3. Kecepatan angin
Kecepatan angin adalah kecepatan aliran udara yang bergerak secara mendatar atau horizontal pada
ketinggian dua meter di atas tanah. Kecepatan angin dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang
dilaluinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan angin, antara lain berupa gradien
barometris, lokasi, tinggi lokasi, dan waktu
3. Insulasi Pakaian
Jenis dan bahan pakaian yang dikenakan juga dapat mempengaruhi kenyamanan termal. Salah satu
cara manusia untuk dapat beradaptasi dengan keadaan termal di lingkungan sekitarnya adalah
dengan cara berpakaian.
4. Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan manusia akan meningkatkan metabolisme tubuhnya. Semakin tinggi
intensitas aktivitas yang dilakukan, maka semakin besar pula peningkatan metabolisme yang terjadi
di dalam tubuh, sehingga makin besar energi dan panas yang dikeluarkan.
Pengaruh Desain Arsitektural
Menurut Ken Yeang, tanda bahwa bangunan tersebut bersahabat ataupun melawan iklim
setempat dapat dilihat dari enclosure systemnya. Bangunan yang bersahabat memperlihatkan
enclosure yang terbuka (open system). Pada enclosure yang terbuka, bangunan berfungsi
sebagai suatu lapisan yang berlubang atau environmental filter, yang menyaring/mengontrol
kondisi iklim lingkungan luar bangunan sebelum masuk ke dalam bangunan. Sedangkan
kebalikannya, bangunan yang melawan kondisi iklim setempat adalah bangunan yang memiliki
enclosure tertutup (closed system) dimana bangunan tersebut berfungsi sebagai insulator
terhadap iklim yang mana sedikit terjadi ataupun tidak terjadi pertukaran kondisi lingkungan
antara lingkungan di luar bangunan dengan lingkungan dalam bangunan. Kenyamanan termal
bangunan diperoleh dengan bantuan peralatan mekanis sebagai pengontrol, seperti air condition
dan lampu pencahayaan buatan.
Beberapa pendekatan dalam perancangan arsitektur yang dapat dilakukan untuk menjadikan
suatu banguanan tersebut bersahabat dengan iklim adalah melalui
berbagai hal berikut.
1. Pengaturan orientasi, bentuk, dimensi, serta letak massa.
2. Pengaturan bukaan dengan menerapkan sistem ventilasi silang (cross ventilation).
3. Penentuan material bangunan.
4. Penambahan elemen arsitektural yang tanggap terhadap kondisi iklim.
5. Pengaturan kelembaban
6. Vegetasi
Studi Literatur mengenai
Karya Arsitektur di Negara
Tropis
Lalu di studio kerja pada bangunan ini terdiri dari 6 x 6 meter dilengkapi dengan adanya kaca melingkar di
dindingnya. Void ini berupa skylight yang terbuat dari beton dan cela kecil serta kaca yang digunakan
untuk memasukan cahaya dan udara ke dalamnya.
Rumah ini sendiri tampak seperti batuan berpori dimana terdapat akses terbuka dan beberapa lubang di
dalam bangunan. Sirkulasi yang terdapat di dalamnya dapat ditutup dan juga dibuka dengan mudah.
Bentukan pintu kamar di dalam bangunan pun melengkung dengan bentuk yang tidak biasa. Sedangkan
untuk perpustakaannya diberi nama Omah dengan ukuran 3,4 x 12,3 m. Yg mana area ini merupakan area
public yg Pada hari weekend perpustakaan ini pun juga dibuka untuk umum.
Realrich mengakui bahwa ia memang menyukai bentukan geometri secara murni yang kemudian ia
modifikasi dan membuat bentuk baru melalui geomteri tersebut melalui penambahan dan pengurangan
dalam prosesnya.
Hal yang menjadi pusat dalam rumah ini adalah halamannya dengan kolam ikan dan jendela bulatnya yang
berdiamerter 3.5 meter. Memperlihatkan area keluarga di dalam rumahnya. The Guild ini sendiri merupakan
salah satu contoh proyek yang menarik perhatian karena bentuk yang termodifikasi dan juga pergerakan
sirkulasi dalam rumah yang saling bertautan di Negara beriklim tropis, Indonesia.
Noor House
Lokasi : Bandung, Jawa Barat
Arsitek: Studio Aaksen Responsible
Architecture
Kegunaan: Rumah Tinggal