Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 6

5180911325_Bagus Puguh R
5190911037 M Fais Al Afiq
5180911094 Hanifah Aprilia

1. Pengertian Arsitektur Tropis


Secara umum arsitektur yang baik adalah arsitektur yang dapat merespon menyesuikan
lingkungan dimana tapak bangunan tersebut, sehingga arsitektur tropis merupakan arsitektur
yang mengarah sebagai upaya pemecahan masalah-masalah bangunan yang ditimbulkan oleh
iklim tropis. Menurut Drew dan Fry (1956) arsitektur tropis adalah karya seni manusia yang
dapat memberikan respon alami terhadap iklim.

Semua produk arsitektur yang dihasilkan di daerah beriklim tropis dengan tujuan dan
mampu memenuhi syarat kenyamanan pengguna bangunan tersebut. Sehingga pengguna
bangunan dapat menggunakan bangunan tersebut dengan rasa nyaman maka dapat dikatakan
sebagai arsitektur tropis (L.M.F Purwanto, 2006). Disisi lain Ahmad Nidlon (2001)
berpendapat bahwa masyarakat pada zaman dahulu menyesuaikan kondisi iklim dalam upaya
mendesain rumah agar mendapatkan desain rumah yang nyaman dan aman.

Gambar 2.1 Prinsip arsitektur tropis


(Rumahku, 2020)
2. Karakter Arsitektur Tropis
Bangunan dengan desain arsitektur tropis, memiliki ciri khas atau karakter menyesuaikan
dengan kondisi iklim tropis, atau memiliki bentuk tropis. Tetapi dengan adanya perkembangan
konsep dan teknologi, maka bangunan dengan konsep atau bentuk modern atau penerapan
teknologi, dapat diarahkan menjadi bangunan tropis, hal ini diatasi dengan adanya sistem sirkulasi
udara, ventilasi, bukaan, view dan orientasi bangunan, serta penggunaan material moderen /
penerapan teknologi yang tidak merusak lingkungan.
Karyono, TH (2001) berpendapat desain bangunan dengan karakter tropis, memiliki
beberapa persyaratan sebagai berikut, yaitu
: harus memiliki view dan orientasi bangunan yang sesuai dengan standar tropis (building
orientation), menggunakan bahan atau bagian pendukung kenyamanan pada kondisi tropis
(seperti;
sunshading, sunprotection, sunlouver), memperhatikan standar pengaruh bukaan terhadap
lingkungan sekitar (window radiation), memiliki karakter atau ciri khas yang mengekpos
bangunan sebagai bangunan tropis, dan penggunaan material ataupun warna-warna yang
terang.

Karakter arsitektur tropis yang perlu dijadikan sebagai parameter keberhasilan penerapan
arsitektur tropis adalah sebagai berikut (Karyono, 2016):
1. Orientasi
Bangunan perlu memperhatikan orientasi bangunan diarahkan agar radiasi dan sinar
matahari tidak terlalu banyak menerpa dinding atau perlubangan dinding, sehingga ruang
dalam bangunan tidak panas.
2. Isolasi
Bangunan perlu pembatasan terhadap panas langsung, hujan, dan partikel yang dibawa
angin.
3. Shading
Pembayangan perlu distrategikan agar terbentuk sehingga mampu mengurangi sinar
matahri langsung pada bangunan.
4. High Cross Ventilation
Pengaturan aliran udara sangat penting diperhatikan baik diluar bangunan maupun dalam
bangunan sehingga dapat menetralisir kelembaban udara pada bangunan.
5. Pemanfaatan Tanaman
Tanaman penting untuk diletakkan dan pemilihan jenis yang tepat sehingga mampu
menjadi barrier (penghalang), pemecah udara, pengarah udara, maupun menghambat
debu.
6. Roof Ventilation
Panas sepanjang hari yang diterpa atap bangunan sebaiknya dapat dinetralisir sebelum
masuk bangunan dengan adanya ventilasi pada atap.
7. Material Bangunan
Material bangunan berpengaruh terhadap kondisi termal di dalam bangunan. Jenis
material, ketebalan dan warna material akan berpengaruh terhadap pertukaran panas
secara radiasi dan konduksi terhadap lingkungan disekitar bangunan.

3. Konsep Dasar Arsitektur Tropis


Untuk menciptakan bangunan yang dapat beradaptasi terhadap iklim tropis sehingga
tetap dapat memberikan kenyamanan dan perlindungan kepada penghuninya. Secara
teori, bangunan dengan arsitektur tropis diharapkan menjadi pasif, artinya dapat
beradaptasi dengan otomatis melalui desain dan material yang telah dipilih.

Untuk itu, perancang perlu memikirkan hal-hal seperti paparan sinar matahari dan
sirkulasi udara untuk memastikan suhu di dalam ruangan tetap nyaman bagi penghuni.
Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan memperhatikan letak dan ukuran jendela, arah
rumah, rancangan atap, material, hingga penataan eksterior.

4. Ciri-ciri Arsitektur Tropis


Ada beberapa cara yang biasanya dapat dilakukan dalam penerapan arsitektur tropis,
dari segi tata ruang, bentuk bangunan, luas bangunan, juga material yang digunakan.
Berikut ini beberapa hal yang menjadi karakteristik bangunan arsitektur tropis:

 Teras beratap untuk mencegah paparan matahari langsung


 Atap yang miring (biasanya > 30 derajat)
 Jendela yang lebar untuk pencahayaan alami ditambah kanopi
 Banyak ventilasi udara untuk sirkulasi
 Luas permukaan menghadap timur atau barat yang lebih kecil
 Rumah biasanya menghadap utara atau selatan
 Ada banyak vegetasi di sekitar rumah
 Material umumnya menggunakan lapisan weather shield.
 Banyak menggunakan warna terang

5. Cara menerapkan konsep Arsitektur Tropis pada bangunan

a. Bangunan tropis bentuk panggung

Curah hujan yang tinggi tak menutup kemungkinan ada genangan air pada saat-saat
tertentu. Seolah tahu risiko ini mungkin saja terjadi, nenek moyang kita tampaknya sudah
mengantisipasinya dengan bentuk rumah panggung. Tak hanya dapat melindungi dari air
banjir saat musim hujan, ketika musim kemarau, rumah arsitektur tropis dengan kolong akan
memberi ruang untuk angin bergerak, membuat rumah lebih adem.
b. Bentuk atap pada Bangunan tropis

Bentuk atap miring paling pas untuk arsitektur tropis di daerah dengan curah hujan tinggi.
Semakin miring bidang atap, semakin cepat air hujan turun melewati permukaan atap. Jika
bentuknya datar, kemungkinan akan menggenang atau membebani atap. Tak hanya itu, atap
yang miring juga akan memberi ruang lebih luas di bagian dalam rumah sehingga bangunan
terasa lebih tinggi dan lebih banyak sirkulasi udara.

c. Langit-langit pada bangunan tropis

Langit-langit rumah yang tinggi, seperti bisa kita lihat pada rumah bergaya kolonial.
Memang bukan gaya rumah tradisional Indonesia, namun ini juga salah satu kunci untuk
membuat gaya rumah dengan arsitektur tropis tercapai.

d. Tritisan pada bangunan tropis

Untuk bangunan dengan arsitektur tropis, tritisan yang datar kurang cocok, melainkan
yang lebar dan miring lebih disarankan. Saat cuaca sangat cerah, tritisan akan melindungi
rumah dari sinar matahari langsung dan meredam panas matahari yang membuat rumah
menjadi panas. Meski melindungi tapi ia tidak menutupi seluruh cahaya yang masuk,
sehingga bagian dalam rumah masih tetap terang, tanpa menyalakan lampu. Sementara di saat
hujan, tritisan berfungsi menyalurkan air dari atap ke tanah, sekaligus mencegah tampias dan
melindungi jendela dan pintu dari air hujan.

e. Jendela dengan bentuk lebar

Jendela lebar pada arsitektur tropis memberi jalan bagi sinar matahari ke dalam bangunan.
Dengan adanya jendela ini, penerangan alami dapat masuk ke dalam rumah di siang hari
tanpa perlu menyalakan lampu. Dengan menambahkan kanopi, panasnya teredam sehingga
rumah tetap sejuk. Jadi Anda bisa hemat lampu sekaligus AC.

f. Arah bangunan tropis

Bagian atap dan dinding bangunan dengan konsep arsitektur tropis yang memiliki
permukaan paling lebar dari hunian, sebaiknya dibuat menghadap selatan dan utara. Dengan
begitu, panas yang diserap permukaan rumah dapat diminimalisir.
g. Teras bangunan tropis

Keberadaan teras pada arsitektur tropis adalah untuk memberikan perlindungan sehingga
panas tidak langsung masuk ke dalam bangunan. Selain itu, juga bisa untuk bersantai
menikmati pagi dan sore, bahkan siang hari dengan nyaman.

h. Material bangunan tropis

Bangunan arsitektur tropis menggunakan material, seperti kayu dan batu pada lantai dan
dinding, serta ijuk pada atap. Memang ijuk membuat rumah terasa lebih nyaman karena dapat
meredam aliran panas yang diterima. Selain itu, penggunaan material seperti kayu dan batu
tak hanya membuat sebuah hunian secara tampilan terlihat dan identik dengan daerah tropis.

i. Ventilasi udara bangunan tropis

Untuk membuat bangunan yang sejuk, aliran udara dalam rumah harus betul-betul
diperhatikan. Rumah dengan konsep arsitektur tropis, memiliki dua jenis ventilasi. Pertama,
ventilasi yang selalu terbuka, berbentuk kecil-kecil. Kedua, ventilasi yang dapat dibuka dan
ditutup sesuai kebutuhan. Agar sirkulasi udara di rumah tetap lancar, ingat prinsipnya, udara
mengalir jika ada perbedaan suhu dan tinggi. Karena itu buatlah ventilasi dengan ketinggian
berbeda. Jadi, tanpa AC sekalipun, rumah tetap sejuk.

Anda mungkin juga menyukai