Anda di halaman 1dari 13

RESUME ARSITEKTUR TROPIS

MOHAMMAD FADLY FATHON’A


F22120076

PERANCANGAN ARSITEKTUR BERDASARKAN IKLIM


Istilah perancangan berdasarkan iklim digunakan untuk menggambarkan teknik dalam
bangunan atau konstruksi yang berfungsi untuk mengurangi biaya pemanasan atau
pendinginan dengan menggunakan aliran energi alami untuk mencapai kenyamanan manusia
dalam bangunan.

1. Kriteria Perencanaan pada Iklim Tropis Kering


Berikut ini beberapa hal yang menjadi karakteristik bangunan arsitektur tropis kering :
 Teras beratap untuk mencegah paparan matahari langsung
 Atap yang miring (biasanya > 30 derajat)
 Jendela yang lebar untuk pencahayaan alami ditambah kanopi
 Banyak ventilasi udara untuk sirkulasi
 Luas permukaan menghadap timur atau barat yang lebih kecil
 Rumah biasanya menghadap utara atau selatan
 Ada banyak vegetasi di sekitar rumah
 Material umumnya menggunakan lapisan weather shield.
 Banyak menggunakan warna terang

Bangunan dengan iklim tropis ini akan memperhatikan hal-hal seperti tata ruang, sirkulasi
udara, pencahayaan dan material yang digunakan untuk mendukung hal ini. Sehingga tidak perlu
khawatir terhadap elemen-elemen cuaca di iklim tropis karena bangunannya sendiri telah
beradaptasi untuk memberikan kenyamanan terbaik. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan
memperhatikan letak dan ukuran jendela, arah rumah, rancangan atap, material, hingga penataan
eksterior.
Tentunya selain estetika, desain bangunan di iklim tropis juga harus fungsional. Salah satu
tujuan utamanya adalah untuk beradaptasi dengan iklim tropis. Secara langsung, desain ini akan
mengurangi konsumsi energi rumah tangga, sehingga lebih sustainable dan ramah lingkungan.
Contoh Bangunan :
Jungle House

Foto: archdaily.com

 Architects: Samanta Cafardo,


 Area : 805 m²

Proyek ini terletak di pantai paulista di wilayah Hutan Hujan di tepi pantai Paulista di
Marcio Kogan, Guaruja, Brazil yang memang memiliki tipografi tanah yang berbukit-bukit dan
curah hujan yang tinggi dan tanahnya memiliki topografi pegunungan dengan vegetasi yang
lebat. Pengenalan rumah ini ke lanskap ini memiliki tujuan untuk mengoptimalkan hubungan
antara arsitektur dan alam, terlihat dari interiornya yang dibiarkan menyatu dengan alam
sehingga membuat rumah ini selalu sejuk untuk ditempati, mengutamakan pemandangan yang
menghadap ke laut dan masuknya sinar matahari di ruang internal. Selanjutnya, penempatan
rumah di tapak mematuhi area yang sebelumnya terbuka di vegetasi.
Foto: archdaily.com

Volume utama rumah ditinggikan dari tanah dan tampaknya dibangun ke dalam topografi.
Rumah, oleh karena itu, memproyeksikan dirinya keluar dari gunung. Elemen kontak antara
lereng dan konstruksi - seperti dek kayu - dibentuk untuk menghormati tanah yang ada, sehingga
menciptakan interaksi organik antara alam dan elemen arsitektur. Di bagian yang keluar dari
gunung, strukturnya hanya menyentuh tanah dengan dua pilar.

Foto: archdaily.com
Di lantai tiga, arsitektur mendefinisikan organisasi vertikal terbalik dari program jika
dibandingkan dengan apa yang biasanya dilakukan di rumah keluarga tunggal, sementara kolam
renang dan area sosial berada di atap, kamar tidur terletak di lantai bawah. Dek berada di lantai
dasar dilindungi oleh proyeksi rumah, ini adalah ruang yang luas dan mengonfigurasi tempat
berteduh yang teduh untuk anak-anak bermain. Ruang utilitas juga terletak di lantai ini.

Foto: archdaily.com

Dari dek kayu di lantai dasar dimulai tangga untuk mengakses volume rumah yang
"menginterupsi" pelat beton. Sebelum memasuki ruang tertutup, seseorang melewati ruang
perantara yang diselimuti beton dan di dalamnya terdapat sebuah karya bercahaya karya seniman
Olafur Eliasson. Proyek interior berusaha untuk menciptakan suasana modern, menawarkan
perasaan nyaman yang diperlukan untuk tetap berada di lingkungan tropis ini.

Foto: archdaily.com
Lanskap menyusun ulang spesies asli. Ketika seseorang berada di dalam rumah, hubungan
dengan vegetasi di sekitarnya terjadi tidak hanya melalui pemandangan, tetapi juga melalui
tanaman yang mengelilingi dek kayu. Di lantai dasar, Anda bisa berjalan-jalan di tengah
pepohonan; di lantai pertama, cahaya masuk disaring melalui pucuk-pucuk pohon; dan di atap,
ada vegetasi dengan laut di latar belakang.

Foto: archdaily.com

Arsitektur rumah mengutamakan penggunaan beton dan kayu ekspos, baik di ruang interior
maupun eksterior. Kamar tidur memiliki tabir surya kayu, brises-soleil kecil, dipasang sebagai
pintu lipat yang dapat dimanipulasi oleh pengguna sesuai dengan kebutuhan klimaks.

2. Kriteria Perencanaan pada Iklim Tropis Lembab


Secara umum, prinsip dasar dalam merancang arsitektur tropis lembab adalah upaya menurunkan
temperatur udara dan temperatur radiasi di dalam ruang yang memberikan efek ‘panas’ terhadap
pengguna bangunan. Untuk wilayah dataran rendah dan dataran tinggi, penurunan temperatur
dilakukan dengan mengurangi ‘perolehan kalor’ (beat gain) radiasi matahari yang jatuh ke
bangunan dengan cara memberi shading pada bangunan.
selain itu dapat dilakuka dengan penanaman pohon yang dapat tumbuh tinggi serta bertju lebar
disekitar bangunan. Berikutnya membuang kalor dengan membuang kalor yang diperoleh dari
bangunan semaksimal mungkin dengan cara memberikan bukaan agar terjadi ventilasi silang.
(Sumber : Arsitektur Tropis, 2016 : 68)
Ciri-ciri iklim tropis lembab dan pengaruhnya pada masalah umum mengenai bangunan yang
dihadapi seperti dikatakan oleh Karyono (1999). Adalah sebagai berikut:
a. Curah hujan relative tinggi (tidak merata sepanjang tahun) sekitar 2000-3000 mm/tahun.
b. Radiasi matahari relative tinggi sekitar 1500 hingga 2500 kWh/m2/tahun
c. Suhu udara relative tinggi
d. Kelembaban tinggi
e. Kecepatan angin relative rendah

Contoh Bangunan :
Gedung Museum Kota Makassar

Foto : Google

Tata letak ruang Gedung Museum Kota disusun dengan pertimbangan karakteristik dan
persyaratan yang dibutuhkan oleh sebuah ruang. Ruang-ruang yang memiliki tingkat kebutuhan
pencahayaan yang tinggi, diletakkan pada bagian tepi bangunan, sedangkan yang tidak begitu
membutuhan pencahayaan, diletakan di tengah bangunan. Melihat dari denah (lihat gambar 2),
Posisi semua ruang memiliki peluang memperolah pencahayaan dan penghawaan alami, dan
tidak ada ruang di dalam ruang. Di samping itu, peletakan ruang sangat diperhatikan untuk
mendukung sistem ventilasi silang agar penghawaan alami di dalam ruang bisa tercapai. Aliran
udara bukan hanya dari ruang ke ruang tetapi dari lantai 1 ke lantai 2 sampai atap. Hal ini
berlangsung karena adanya keberadaan void yang terletak di dekat tangga
Foto : Google
Museum Kota Makassar memiliki banyak bukaan dari seluruh tampang bangunan
sehingga dapat mengoptimalkan sirkulasi udara dalam bangunan. Setiap jendela memiliki
bukaan yang terbuat dari kaca sebagai tempat masuknya cahaya matahari dan sebagai ventilasi.
Hampir semua pintu dan jendela yang ada terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama merupakan
pintu atau jendela krepyak sedangkan lapisan kedua berupa pintu atau jendela kaca. Pintu dan
jendela mampu mengurangi kecepatan angin yang berasal dari luar bangunan sehingga saat angin
bertiup kencang, angin yang masuk ke dalam bangunan tetap nyaman dan tidak terlalu kencang.
Perletakan pintu dan jendela pada sisi yang berlawanan mampu mengalirkan angin yang dapat
menggantikan udara panas dalam ruangan dengan udara baru yang sejuk dari luar ruangan.

3. Iklim Subtropis / Iklim dingin

Hal yang paling penting adalah, arsitektur subropis umumnya menggunakan dinding
yang tebal dan masif, atap kokoh dengan sudut kemiringan yang tinggi, tidak memiliki
banyak bukaan atau lubang ventilasi, serta tidak menggunakan ovestek.
Hal ini terkait dengan suhu ekstrim saat musim dingin. Karena jika atap tidak kokoh, salju yang
menumpuk di atap akan mampu merobohkan rumah.
Dinding yang tebal dengan tanpa bukaan juga mampu menghambat suhu dingin masuk ke
dalam rumah. Sementara overstek, malah akan rusah oleh tekanan salju yang menggumpal berat.
Karena harus melalui banyak musim dalam satu tahun, kontruksi rumah subtropis haruslah
kokoh. Hal ini diperlukan guna menahan daun-daun dan salju yang jatuh. Rumah subtropis
biasanya menggunakan tembok yang digunakan sebagai penyangga sekaligus dinding rumah.
Hal ini tidak terjadi pada rumah tropis yang masih menggunakan tiang sebagai penyangga.
Alhasil dengan model kontruksi sedemikian rupa, rumah tropis kerap diidentikkan dengan rumah
tertutup. Model tertutup sangat diperlukan untuk mencegah hawa dingin yang akan masuk ke
rumah.

Strategi untuk bangunan


Ruangan-ruangan dibantu pemanasannya dengan jendela-jendela kaca menghadap selatan untuk
menangkap panas. Kadang-kadang pada musim dingin dibantu dengan pemanasan listrik dan
perapian di dalam ruangan.
Strategi kinerja bangunan
a) Membatasi pertukaran udara dalam dan luar, karena pertukaran udara membawa serta
energi panasnya.
b) Bentuk bangunan rendah, tahan angin, stream line, dan tidak menahan angin dingin.
c) Bukaan-bukaan untuk menangkap cahaya matahari sudah tidak layak, karena terlalu kecil
pengaruhnya.
d) Bahan-bahan yang dipakai mempunyai BJ besar, time lag panjang, konduktivitas panas
kecil, masif dan tebal.
e) Banguna cenderung membulat untuk mencegah pengeluaran panas.
f) Masa-masa bangunan cenderung disusun kompak menjadi satu dan padat, dengan
bukaan-bukaan tersembunyi dan kecil.

Contoh Bangunan :

Foto : Google
Bangsa Eskimo yang hidup di lingkar atas kutub utara memiliki sebuah rumah unik
yang bernama Igloo, di katakan unik karena seluruh bagian rumah terbuat dari es dan
bentuknya setengah bundar (Dome) dan berpintu masuk berupa silinder. cukup hangat dan
nyaman ditinggali dan tak terpengaruh suhu diluar yang bisa sampai-45 derajat celcius dan
semua kegiatan dilakukan di dalam rumah tersebut. Igloo terdiri dari 3 jenis yang dibedakan
menurut besar ruangan dan kegunaan:
 Igloo tipe kecil untuk tempat berlindung sementara(semalam atau dua malam) yang
sering dibangun pemburu sewaktu berburu di padang atau lautan es.
 Igloo semipermanen berukuran sedang untuk tempat tinggal keluarga. Di dalamnya
hanya terdiri dari 1 ruangan yang bisaditinggali bersama oleh 2 keluarga. Sejumlah igloo
semipermanen di suatu daerah membentuk permukiman "desa orang Inuit".
 Igloo berukuran besar yang dibuat untuk kesempatan khusus. Dibangun dari igloo
berukuran lebih kecil yang dirombak agar menjadi lebih besar, tapi bisa juga
merupakan bangunan baru. Di dalam igloo berukuran besar terdapat 5 ruangan dan dapat
menampung sampai 20 orang. Igloo berukuran besar bisa juga dibangun dari beberapa
igloo berukuran kecil yang dihubungkan denganterowongan, sehingga hanya ada
satu jalan masuk untuk beberapa igloo. Di dalam igloo berukuran besar bisa
diadakan pesta bersama, dansa tradisional

Bagaimana membuat Iglo?


Arah menyusun balok es sewaktu membuat iglooyang jelas butuhbalokbalok
essempurnakuatnya dan kokoh, kemudian balok balok disusun sepertilayaknya kitamenyusun
batapada saat membuatdinding/tembokrumah, dan es es tadi akan saling terpaut
erat/menempel akibat terpaan angin dan akan menjadi kokoh dengan sendirinya. Lubang
bekas galian salju dijadikan ruangan depan di dekat pintu masuk. Bagian dalam yang
lebih tinggi dijadikan ruang keluarga dan ruang tidur.
Terowongan kecilsering dibangun di depan pintu masuk, agar angin dari luar tidak
langsung masuk ke dalam dan kehangatan dari dalam tidak lari ke luar sewaktu pintu
dibuka. Salju merupakan bahan pelapis yang baik, sehingga ruangan di dalam igloo bisa
dijadikan tempat tinggal yang hangat dan nyaman. Satu atau dua balok es pada dinding perlu
dilepas untuk membuat jendela dan ventilasi agar ruangan dalam igloo tidak gelap ketika
pintu dari balok salju ditutup. Igloo merupakan konstruksi kubah yang unik, karena
dibangun daribalok-balokyang saling menopang satu sama lainnya tanpa menggunakan
struktur rangka. Bila dibangun dengan benar, bagian atap kubah igloo sanggup menahan
berat satu orang yang berdiri di atasnya. Panas dari lampu tradisional Inuit yang disebut qulliq
bisa melumerkan es pada bagian dalam igloo, tapi bagian es yang mencair bisa segera
beku kembali dan membentuk lembaran es baru yang menambah kekuatan bangunan igloo.
Bagian dalam igloo yang lebih rendah merupakan ruangan tempat udara dingin
berkumpul, karena udara dingin yang mempunyai berat jenis tinggi mengalir ke bawah.
Sebaliknya, udara panas yang mempunyai berat jenis rendah mengalir ke atas, sehingga ruang
tidur tetap hangat bila dipasangpemanas, lampu, atau tidur dengan hanya memakai selimut. Ada
pula (Orang Inuit Tengah, khususnya yang tinggal di Selat Davis) yang memodifikasinya dengan
melapisi ruang keluargadengan kulit hewan. Suhu ruangan dalam igloo yang dilapisi kulit hewan
bisa 2°C hingga 10-20°C lebih hangat dibandingkan tanpa pelapis

4. Perancangan pada Iklim Tropis di Daerah Pegunungan


Desa Kapencar Wonosobo

Foto : Google
Sampai saat ini banyak permukiman pedesaan di kaki gunung yang memiliki keunikan
penataan lingkungan yang berbeda dengan bentukan permukiman pada umumnya. Desa
Kapencar, salah satu desa yang berada di lereng gunung memiliki keunikan posisi dasar, yaitu
berada di lengkang (antara) gunung Sumbing - Sindoro, berada pada ketinggian 1.200 m – 1.325
m dpl, menyebabkan kondisi alamiah sebagai daerah dingin, dengan kabut turun setiap hari
sehingga kelembaban tinggi, serta memiliki angin lokal yang cukup tinggi (angin lembah dan
angin gunung) .
Bila dilihat dari fisik bengunannya, terlihat bahwa di desa Kepencar banyak terdapat
bangunan yang terbuat dari bahan batu alam sebagai dinding secara penuh, serta banyak
bangunan rumah dengan dinding seng yang di cat hitam. Selain itu juga terdapat beberapa
keunikan penyelesaian bangunan. Beberapa keunikan tersebut adalah :
 Penggunaan bahan bangunan batu alam, dengan pertimbangan disana sangat banyak batu,
digunakan untuk dinding sampai batas atap.
 Adanya larangan orientasi bangunan kearah Timur.
 Ruang utama dalam rumah adalah ruang umum / serba guna dengan pogo / loteng
diatasnya, yang fungsi utama dapat untuk menyimpan tembakau, sedang ruang
dibawahnya berfungsi mengolah tembakau dan berfungsi lain : terima tamu, tidur,
makan, dll.
 Pemilihan bahan bangunan seng : untuk menyikapi udara dingin. Dengan seng untuk
dinding dan atap, mereka merasa dapat menghangatkan ruang pada waktu siang, dan
bahan batu menyimpan panas lebih lama.
 Adanya sedikit lubang angin, guna menyikapi suhu udara yang dingin, masyarakat disini
memiliki tingkat kenyamanan terhadap dingin 2o dibawah umum

Penataan bangunan dalam menyikapi suhu


Adanya suhu udara yang rata - rata dingin, dan sangat terasa pada waktu angin
berhembus dengan membawa uap air / kabut, telah disikapi masyarakat dalam menata bangunan
rumahnya dengan pemilihan bahan, sedikit lubang, pemilihan ruang berkumpul (communal
space), serta menempatan hasil panen. Penggunaan bahan bangunan Seng merupakan satu
alternatif yang dipilih masyarakat, khususnya untuk digunakan sebagai atap. Bangunan atap seng
akan memberikan panas yang lebih banyak pada waktu siang, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk memanasan bangunan.
Adanya pogo / loteng sebagai penyimpan hasil panen, menyebabkan panas dari seng
terkena langsung ke hasil panen, sehingga bagi penghuni tidak terkena panas secara langsung
(lihat gambar 14). Walaupun bahan penutup atap dengan seng, tetapi pada bangunan utama,
konstruksi penyangganya menggunakan konstruksi penutup blik, yaitu dengan usuk dan reng
(mirip konstruksi penyangga atap genteng). Sewaktu ditanyakan kepada masyarakat, sistem
konstruksi penutup atap tersebut diperlukan, agar konstruksi kuat diinjak. Pemilihan bahan
bangunan seng sebagai dinding, apalagi dengan di cat hitam menjadi pilihan masyarakat waktu
itu dengan pertimbangan untuk menahan angin kencang, karena bahan bangunan sebelumnya
adalah gedhek, yang sangat mudah kemasukan angin.
Selain itu, dengan adanya cat hitam, diharapkan tidak silau serta lebih banyak
memasukkan panas. Adanya penggunaan bahan seng ini, udara luar yang cukup tinggi
perubahannya dapat segera masuk ruang dan dimanfaatkan untuk menyelesaikan kegiatan
ekonomi di dalam ruang (mengangin - angin tembakau tidak dapat di tempat terbuka, dan harus
cukup panas).

Penataan bangunan dalam menyikapi angin


Mengingat angin yang bertiup sangat tinggi (angin diluar minimal 0,4 m/s padahal batas
angin sepoi 0,25 m/s), apalagi angin yang lewat cenderung memuat uap air (kabut) dan udara
dingin, maka penduduk mengusahakan sesedikit mungkin kemungkinan angin bertiup kedalam
bangunan. Hal ini terbukti dengan hasil 0 (nol) pada waktu melakukan pengurukan didalam
bangunan. Beberapa bentuk usaha masyarakat guna mencegah angin masuk, adalah tidak
membuat lubang angin serta menutup lubang - lubang angin yang berhubungan dengan luar
bangunan.
Pemilihan bahan bangunan seng merupakan salah satu bentuk usaha menahan angin agar
tidak masuk dalam ruangan . Dengan bahan bangunan seng menurut warga, angin tidak masuk,
udara hangat, dan ringan bila mendapat terpaan angin. Penguatan ikatan dilakukan dengan sistem
konstruksi penyangga seng yang rapat, agar tidak mudah tersingkap

Penataan bangunan dalam menyikapi kelembaban dan polusi udara


Bila dikaitkan dengan kondisi iklim yang terbentuk, dengan pemilihan batu alam tersebut
kondisi kelembaban ruang menjadi sangat tinggi (sampai 82%), apalagi tanpa adanya lubang
udara, angin tidak mengalir, dan kelembaban tetap tinggi. Sampai saat ini kelembaban bagunan
tetap tidak diselesaikan secara konstruktif, hal ini juga terlihat dengan masih banyaknya
bangunan dengan lantai tanah.
Polusi udara yang terhirup manusia didalam rumah, selain kelembaban udara juga adanya
asap buangan dapur yang tinggi. Tungku dapur dengan sumber api dari kayu atau grajen,
disamping membuat ruangan menjadi hangat dan dapat mengasapi hasil panen pangan, di sisi
lain telah menjadi sumber asap dapur yang tinggi. Dapur yang menggunakan atap serta dinding
seng tidak dapat mengeluarkan asap dari sela - selanya, sehingga asap tersebut perlu dicarikan
‘jalan keluar’. Beberapa strategi yang dilakukan masyarakat antara lain adalah dengan (lihat
kembali gambar 12) : - pengadaan pintu / jendela di dapur, yang langsung berhubungan dengan
luar bangunan. - pembuatan cerobong asap, yang diusahakan posisinya diatas tunggu, baik
menembus atap maupun menembus dinding samping.

Anda mungkin juga menyukai