Anda di halaman 1dari 12

Berada di bentangan yang beriklim Tropis, arsitektur Nusantara identik dengan Arsitektur

Tropis. Tak hanya tercermin pada bagunan-bangunan arsitektur vernakular yang ada di
Indonesia, nilai-nilai dari Arsitektur Tropis juga diimplementasikan pada berbagai bangunan
modern guna memastikan bangunan mampu beradaptasi dengan lingkungan, serta penghuni
mampu mendapatkan kenyamanan paling maksimal.

Apa Yang Dimaksud Dengan Arsitektur Tropis


Arsitektur Tropis adalah arsitektur yang bentuk maupun elemen – elemen
pembentuknya dirancang sedemikian rupa sehingga cocok dan nyaman untuk daerah yang
beriklim tropis.

Konsep Desain Rumah Tropis akan mengoptimalkan potensi iklim tropis dan mengurangi
dampak/pengaruh buruk iklim tropis. Dengan kata lain konsep desain rumah tropis adalah
konsep desain yang mampu beradaptasi dengan iklim tropis.

Arsitektur Tropis juga dapat diartikan sebagai sebuah konsep arsitektur atau produk arsitektur
(gedung, rumah, dan sejenisnya) yang mampu beradaptasi dengan kondisi iklim tropis.

Iklim tropis memiliki karakter tersendiri, seperti sinar matahari yang panas sepanjang tahun,
kelembababan udara yang cukup tinggi, curah hujan yang tinggi, pergerakan angin, serta kondisi
udara yang berbeda-beda.

Kondisi iklim inilah yang perlu diperhatikan agar Arsitektur Tropis mampu menghadirkan fungsi
dan kenyamanan terbaik untuk penghuni rumah atau bangunan tersebut.

Kondisi iklim tropis


Daerah beriklim tropis adalah daerah yang berada diantara garis 23 derajat Lintang Utara dan
Lintang Selatan dan berada di sekitar garis khatulistiwa.

Kondisi iklim di daerah tropis sangat dipengaruhi oleh penyinaran matahari yang terjadi terus
menerus setiap hari sepanjang tahun. Faktor matahari inilah yang menjadi potensi sekaligus
kendala iklim tropis. Cahaya matahari merupakan salah satu potensi iklim tropis yang melimpah
setiap hari sepanjang tahun. Rata – rata daerah tropis menerima cahaya matahari hampir selama
12 jam sehari.

Namun daerah dengan iklim tropis juga mempunyai permasalahan yaitu kondisi udara yang
panas akibat suhu udara dan kelembaban udara yang tinggi. Kondisi udara yang panas tersebut
dirasakan melebihi batas ambang kenyamanan.

Ciri-Ciri Arsitektur Tropis


Meskipun Arsitkektur Tropis bisa hadir dalam berbagai bentuk sesuai dengan gaya dan
pendekatan dari sang Arsitek, ada beberapa karakteristik atau ciri-ciri umum yang bisa
ditemukan dalam bangunan-bangunan dengan konsep Arsitektur Tropis. Berikut beberapa ciri
dari Arsitektur Tropis yang perlu kamu ketahui

1. Bentuk Atap pada Hunian yang Miring


Atap pada hunian-hunian berkonsep Arsitektur Tropis umumnya berbentuk miring dengan
kemiringan diatas 30 derajat. Hal ini disebabkan morfologi atap seperti ini mampu membuat
curah hujan yang tinggi pada iklim tropis bisa mengalir lancar langsung ke tanah tanpa perlu
takut tergenang pada bagian atas bangunan.

Selain itu, atap miring pada Arsitektur Tropis juga memberikan ruang kosong pada bagian bawah
atap yang juga berfungsi untuk meredam panas dari teriknya matahari Tropis sehingga ruang-
ruang di hunian dengan Arsitektur Tropis.

Desain atap datar sebenarnya tidaklah cocok untuk hunian yang berada diiklim tropis karena
rentan bocor karena air hujan yang menggenang. Namun, pada bangunan atau rumah modern hal
ini kerap disiasati dengan pengaturan sirkulasi air pembuangan yang baik sehingga air hujan
yang menggenang bisa diminimalisir.

2. Teritisan
Hunian atau bangunan yang mengusung konsep Arsitektur
Tropis umumnya memiliki overstek atau teritisan yang
cukup lebar untuk meminimalisir tampias dari curah hujan
dan kecepatan angin iklim tropis yang tinggi. Fungsi lain
dari teritisan ini sendiri adalah mengurangi sinar matahari
langsung untuk masuk ke dalam ruang-ruang agar hunian
tetap sejuk tanpa mengurangi kualitas pencahayaan.
3. Cross Ventilation
Karakteristik lain dari Arsitektur Tropis adalah penerapan sirkulasi udara atau ventilasi
menyilang untuk memastikan udara bisa masuk dan bersirkulasi dengan baik di dalam ruangan
sehingga ruangan menjadi lebih nyaman. Ciri lainnya yang terkait sirkulasi udara pada Arsitektur
Tropis adalah jumlah bukaan ventilasi yang cukup banyak guna memaksimalkan udara yang
masuk pada hunian dan juga menghadirkan pencahayaan terbaik.

4. Material Lokal
Jika merujuk pada Arsitektur Tropis Nusantara yang lebih tradisional, penggunaan material pada
hunian-hunian berkonsep Arsitektur Tropis umumnya memanfaatkan sumber daya setempat.
Penggunaan material setempat ini dikarenakan material lokal umumnya memiliki daya tahan
terbaik untuk menghadapi cuaca dan iklim di daerah tersebut.

Dampak Lingkungan Penerapan Arsitektur Tropis


Arsitektur Tropis adalah suatu konsep bangunan yang mengadaptasi kondisi iklim tropis. Letak
geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat Indonesia memiliki dua iklim,
yakni kemarau dan penghujan. Pada musim kemarau suhu udara sangat tinggi dan sinar matahari
memancar sangat panas. Dalam kondisi ikim yang panas inilah muncul ide untuk
menyesuaikannya dengan arsitektur bangunan gedung maupun rumah yang dapat memberikan
kenyamanan bagi penghuninya.

1. Dampak Jangka Pendek (sekarang)


Dampak jangka pendek atau dampak yang langsung bisa dinikmati dengan penerapan konsep
arsitektur tropis adalah :

a. Terciptanya kenyamanan dalam hunian. Karena sirkulasi udara tercukupi, membuat hawa
dalam ruangan menjadi nyaman
b. Penghematan Energi, karena untuk penerangan dan penghawaan memanfaatkan sumber
energi alam.

2. Dampak Jangka Panjang


Dampak yang akan dinikmati beberapa tahun kemudian, jika arsitektur tropis diterapkan adalah :

a. Terjaganya kelestarian alam karena konsep arsitektur tropis menyatu dengan alam bukan
merusak alam
b. Akan semakin berkembangnya konsep arsitektur tropis jika banyak peminatnya.

Kriteria Desain
Kondisi iklim tropis memerlukan syarat-syarat khusus dalam perancangan bangunan dan
lingkungan binaan. Mengingat ada beberapa faktor- faktor spesifik yang hanya dijumpai secara
khusus pada iklim tersebut, sehingga teori-teori arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi bangunan,
citra bangunan dan nilai-nilai estetika bangunan yang terbentuk akan sangat berbeda dengan
kondisi yang ada di wilayah lain yang berbeda kondisi iklimnya.
Kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab adalah, yaitu :

1. Kenyamanan Thermal
Untuk mendapatkan kenyamanan thermal dapat dilakukan dengan mengurangi perolehan panas,
memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah
radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas.

Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai
tahan panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan tersebut akan
terhambat.
Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan atap umumnya
mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk
mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak sulit karena akan memperberat atap.
Tahanan panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara, yaitu :

a. Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat.


b. Melindungi dinding dengan alat peneduh. Perolehan panas dapat juga dikurangi dengan
memperkecil penyerapan panas dari permukaan, terutama untuk permukaan atap.
c. Penggunaan warna-warna terang. Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahari
yang lebih kecil dibandingkan dengan warna gelap.

2. Aliran Udara Melalui Bangunan


Kegunaan dari aliran udara atau ventilasi adalah :

a. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu penyediaan oksigen untuk pernafasan,


membawa asap dan uap air keluar ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri
serta menghilangkan bau.
b. Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal, mengeluarkan panas, membantu
mendinginkan bagian dalam bangunan.

Aliran udara terjadi karena adanya perbedaan temperature antara udara di dalam dan di luar
ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Kedua gaya ini dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknya untuk mendapatkan jumlah aliran udara yang dikehendaki.

Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada umumnya lebih kecil daripada
yang diperlukan untuk memenuhi kenyamanan thermal. Untuk yang pertama sebaiknya
digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu terbuka. Untuk memenuhi yang kedua, sebaiknya
digunakan lubang ventilasi yang bukaannya dapat diatur.

3. Radiasi Panas
Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan dan
dari permukaan yang lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal itu dapat digunakan alat-
alat peneduh (Sun Shading Device). Pancaran panas dari suatu permukaan akan memberikan
ketidaknyamanan thermal bagi penghuni, jika beda temperatur udara melebihi 40C. Hal ini
sering kali terjadi pada permukaan bawah dari langit-langit atau permukaan bawah dari atap.

4. Penerangan Alami pada Siang Hari


Cahaya alam siang hari yang terdiri dari :
a. Cahaya matahari langsung.
b. Cahaya matahari difus
Cahaya matahari dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pencahayaan alami khususnya
cahaya matahari langsung. Cahaya matahari langsung yang masuk harus dibatasi karena akan
menimbulkan pemanasan dan penyilauan, kecuali sinar matahari pada pagi hari. Sehingga yang
perlu dimanfaatkan untuk penerangan adalah cahaya langit.

Untuk bangunan berlantai banyak, makin tinggi lantai bangunan makin kuat potensi cahaya
langit yang bisa dimanfaatkan. Cahaya langit yang sampai pada bidang kerja dapat dibagi dalam
3 (tiga) komponen :

a. Komponen langit.
b. Komponen refleksi luar
c. Komponen refleksi dalam

Dari ketiga komponen tersebut komponen langit memberikan bagian terbesar pada tingkat
penerangan yang dihasilkan oleh suatu lubang cahaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya tingkat penerangan pada bidang kerja tersebut adalah :

a. Luas dan posisi lubang cahaya.


b. Lebar teritis
c. Penghalang yang ada dimuka lubang cahaya
d. Faktor refleksi cahaya dari permukaan dalam dari ruangan.
e. Permukaan di luar bangunan di sekitar lubang cahaya.

Untuk bangunan berlantai banyak, jika semakin tinggi, semakin berkurang pula kemungkinan
adanya penghalang di muka lubang cahaya.

Contoh Bangunan Tropis


Salah satu contoh bangunan yang menggunakan bangunan Tropis adalah :
1. Rumah masyarakat pada umumnya, khususnya yang tinggal di Indonesia
2. Bali Tropic Resort & Spa
Pembahasan :

Rumah masyarakat di Indonesia rata-rata memang dirancang untuk menghadapi dampak iklim
tropis. Adapaun ciri-cirinya adalah sebagai berikut.

1. Bentuk Atap pada Hunian yang Miring


Atap pada hunian-hunian berkonsep Arsitektur Tropis umumnya berbentuk miring dengan
kemiringan diatas 30 derajat. Hal ini disebabkan morfologi atap seperti ini mampu membuat
curah hujan yang tinggi pada iklim tropis bisa mengalir lancar langsung ke tanah tanpa perlu
takut tergenang pada bagian atas bangunan.
2. Teritisan
Hunian atau bangunan yang mengusung konsep Arsitektur Tropis umumnya memiliki overstek
atau teritisan yang cukup lebar untuk meminimalisir tampias dari curah hujan dan kecepatan
angin iklim tropis yang tinggi. Fungsi lain dari teritisan ini sendiri adalah mengurangi sinar
matahari langsung untuk masuk ke dalam ruang-ruang agar hunian tetap sejuk tanpa mengurangi
kualitas pencahayaan.

3. Cross Ventilation
Karakteristik lain dari Arsitektur Tropis adalah penerapan sirkulasi udara atau ventilasi
menyilang untuk memastikan udara bisa masuk dan bersirkulasi dengan baik di dalam ruangan
sehingga ruangan menjadi lebih nyaman. Ciri lainnya yang terkait sirkulasi udara pada Arsitektur
Tropis adalah jumlah bukaan ventilasi yang cukup banyak guna memaksimalkan udara yang
masuk pada hunian dan juga menghadirkan pencahayaan terbaik.

4. Material Lokal
Jika merujuk pada Arsitektur Tropis Nusantara yang lebih tradisional, penggunaan material pada
hunian-hunian berkonsep Arsitektur Tropis umumnya memanfaatkan sumber daya setempat.
Penggunaan material setempat ini dikarenakan material lokal umumnya memiliki daya tahan
terbaik untuk menghadapi cuaca dan iklim di daerah tersebut.

Bali Tropic Resort & Spa Hotel pantai eksklusif di Bali dibangun dalam campuran halus Bali
dan arsitektur modern dan menawarkan suasana yang luar biasa untuk benar-benar indah dan
santai pantai liburan. Yang cantik di antara Frangipani dan Bougainville dengan sebagian besar
pandangan napas mengambil dari Samudera Hindia yang hangat dan indah.

Hotel ini terletak secara langsung dan sangat terpusat pada terkenal di dunia Nusa Dua pantai di
pantai selatan Pulau Bali, Indonesia.Kombinasi unik dari Indah Kamar AC dan kamar mandi
mewah ditambah dengan Great Hospitality, napas mengambil pemandangan dan iklim yang
indah akan membuat Anda ingin datang lagi dan lagi ke tempat ajaib ini.

Pemrograman
Pekerjaan para arsitek dapat dibagi kedalam bidang-bidang yang berbeda. Pada bagian pertama
pekerjaan mereka, para arsitek menetapkan hal-hal yang menjadi perhatian klien. Tahap pertama
ini disebut pemrograman.

Pada bagian kedua, mereka menyatakan masalah umum klien menjadi sejumlah masalah standar
yang lebih kecil, yang telah diketahui pemecahannya atau yang mudah dipecahkan. Tahap kedua
ini disebut planning / perencanaan.

Pada bagian ketiga pekerjaan, para arsitek mwnggunakan informasi dari dua tahap sebelumnya
sebagai tuntutan dalam mengembangkan gagasan keseluruhan, juga sebagai usul bagi bentuk dan
konstruksi bangunan. Tahap ketiga pekerjaan ini disebut perancangan.
1. Memulai Suatu Program

Pemrograman dimulai ketika para arsitek mulai untuk berbicara dengan klien. Bila mereka telah
mengetahui jenis bangunan yang akan dibangun, arsitek bisa membantu proses dengan
menggunakan daftar-daftar pertanyaan pertanyaan yang dipersiapkan tentang bangunan.

Sedangkan jika klien belum memahami jenis bangunan yang akan dibangun, mungkin mereka
bias mengetahui bangunan tersebut dengan telaah jenis. Merancang bangunan merupakan suatu
proses yang sungguh-sungguh dipahami, dan para arsitek biasanya mengetahui informasi apa
yang mereka perlukan untuk menyukseskan perancangan.

Setelah selesai melakukan pembicaraan awal dengan klien, arsitek bisa membuat garis besar
program. Garis besar ini sangat bermanfaat, karena menunjujkan apa yang harus dilakukan untuk
melengkapi program keseluruhan yang akan dikehendaki dalam pembangunan.
Garis besar program dipengaruhi oleh dua pertimbangan pokok, barapa banyak informasi dari
klien dan bagaimana strategi desain arsitek akan menggunakan informasi itu.

2. Mengembangkan Program
Untuk merencanakan prosedur pemrograman, para arsitek harus mempertimbangkan banyak hal,
seperti jenis data seperti apa yang diperlukan, dalam bentuk apa seharusnya data itu paling
berguna, apakah data-data terdapat dalam bentuk ini, bila jenis data yang berbeda-beda akan
diperlukan, siapa yang tersedia untuk mengumpulkan data tersebut, dan dari siapa data tersebut
dapat dikumpulkan.

Para arsitek harus memilih suatu pendekatan pada kumpulan data berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan diatas. Arsitek dapat membuat sketsa dalam garis besar, yang mencantumkan data-
data yang tersusun, garis besar yang berisi tugas analisis data, dan garis besar tugas pengumpulan
data.
Sebenarnya urutan arsitek bekerja adalah kebalikan dari langkah-langkah yang mereka ambil
dalam memperoleh informasi yang diperlukan. Jerih payah dapat dihemat bila bila beberapa
bagian dari data telah tersedia dari klien, contohnya denah bangunan yang sudah ada, suatu
bagan organisasi dari Lembaga yang akan menempati Gedung, bagan-bagan arus dari proses
produksi perusahaan dan lain-lain.

3. Pendekatan Pada Penelitian Program


Bila tidak tersedia informasi yang memadai dari klien, para arsitek harus mencari jalan untuk
mengumpulkannya. Bergantung kepada jenis informasi yang diperlukan. Bila lebih dari satu
informasi yang kurang, mungkin diperluakn sejumlah pendekatan.
Dari segi penelitian program, terdapat tiga macam informasi, yaitu

a. Otoritatif, yaitu informasi yang memang diberi klien, biasanya berisi ide-ide dari klien.
b. Faktual, yaitu informasi yang tidak didapat dari klien, namun bias diperoleh dengan
melakukan penelitian perilaku (studi kasus, survei, atau eksperimen).
c. Proyektif, yaitu data-data yang tidak dimiliki klien, namun tidak bias didapatkan pula
dengan cara konvensional. Jika seperti ini, arsitek biasanya akan membuat gambara
matematis tentang keadaan klien. Gambaran ini lalu dapat digunakan untuk melukiskan
kondisi-kondisi yang mungkin dihadapi klien.
Sebelum para arsitek dapat menentukan jenis-jenis informasi apa yang mereka butuhkan,
pertanyaan-pertanyaan berikut harus berhasil terjawab dengan jelas.

d. Melakukan Penelitian Faktual

Bila informasi yang dibutuhkan ialah sesuatu yang dapat diberi klien, sang arsitek harus
mendapat cara-cara mengajukan pertanyaan dengan suatu cara yang klien dapat menjawabnya.
Tentu cara yang paling lazim adalah dengan menanyakan langsung, namun apabila gagal, para
arsitek dapat membuat suatu perancangan skematis bangunan berdasarkan jawaban-jawaban
yang diberikan pada pertanyaan lain

Penelitian otoritatif klien dapat dilakukan dengan proses yang baru saja dibicarakan secara garis
besar. Para arsitek mengembangkan informasi mereka sejauh mungkin dengan mengambil
kesimpulan dan asumsi.
Para arsitek membuat suatu rancangan skematis guna memperlihatkan beberapa hal dalam suatu
konteks. Mereka meninjau rancangan skematis dengan klien, dengan memperlihatkan informasi
yang menjadi dasar suatu rancangan.

Setelah itu bergantung pada klien, apakah akan menyimpan atau mengubah informasi yang telah
dikembangkan sang arsitek.
e. Melakukan Penelitian Proyektif

Penelitian proyektif bergantung pada Teknik-teknik penelitian factual. Biasanya banyak sekali
jumlah penelitian factual yang diperlukan untuk mengkonstruksikan suatu model matematika
yang memadai. Karena itu, penelitian proyektif merupakan proses yang banyak memakan waktu
dan biaya.

Penelitian Proyektif hanya dilakukan bila terdapat bukti dan alasan kuat bahwa tidak ada jalan
lain yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi.

Bantuan konslutan-konsultan professional mungkindiperlukan, karena prosedur penelitian


proyektif yang lebih kompleks daripada penlitian factual. Beberapa tekniknya serupa dengan
penelitian factual, tapi unsur yang terpenting dari bentuk penelitian ini sangat berbeda. Teknik
ini disebut modeling.
f. Mempersiapkan program

Bila upaya-upaya penelitian yang diperlukan telah terlengkapi, tiap bagian informasi
ditambahkan, informasi yang terkumpul dibandingkan dengan suatu daftar yang terperinci atau
garis besar dari informasi yang dibutuhkan.
g. Menyajikan Program

Biasanya arsitek diminta menyampaikan penyajian lisan tentag program ini kepada kelompok-
kelompok klien. Sementara program tertulis dapat memberikan detail banyak sekali yang
meliputi suatu program bangunan, suatu ikthisar atau penyajian dapat memberikn klien
memahami program lebih baik

Diperlukan suatu keahlian tertentu dalam penyajian yang perkembangannya bergantung pada
kesanggupan untuk membayangkan apa yang perlu didengarkan oleh pendengar.

Anda mungkin juga menyukai