Anda di halaman 1dari 33

BAB III

TINJAUAN TEMA

3.1. Tema
3.1.1. Arsitektur Tropis
Berdasarkan Tri Harso Karyono dalam “Mendefinisikan Kembali
Arsitektur Tropis Di Indonesia, 2000“, Arsitektur Tropis diartikan sebagai karya
arsitektur yang mengarah pada pemecahan problematik iklim tropis antara lain
tingkat curah hujan, radiasi sinar matahari, suhu udara relatif tinggi, kelembaban
yang tinggi, dan kecepatan angin yang rendah. Iklim tropis dicirikan oleh
beberapa karakterteristik, seperti kelembaban udara yang tinggi ( dapat mencapai
angka 90 % ), suhu udara relatif tinggi ( 18° s/d 35° C ). faktor - faktor iklim
tersebut berpengaruh sangat besar terhadap aspek kenyamanan fisik manusia,
terutama aspek kenyamanan suhu.
Pada pengertiannya iklim adalah perubahan kondisi cuaca yang relatif
tetap dan secara berkala karena pengaruh perputaran bumi (diteliti 10-20 tahun
sekali), hasilnya berupa tropis, sub tropis, dingindan lain-lain.
Sedangkancuacamerupakan perubahan kondisi udarayang sifatnya setempat,
dalam kurun waktu pendek, dan terjadi akibat bentang alam seperti pantai, gunung
dan padang rumput. Ada 3 pelaku yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
1. Iklim : Sinar matahari, Angin, Kelembaban, Curah hujan, Suhu udara.
2. Modifier : Pohon, Dinding, Screen
3. Manusia : Modifikasi terbatas, Pakaian, Makanan, Aktivitas, Kebiasaan
Dalam penguraiannya, definisi iklim terbagi dalam dua cabang
pemgelompokan yakni :
1. Iklim mikro adalah faktor-faktor kondisi iklim setempat yang memberikan
pengaruh langsung terhadap kenikmatan (fisik) dan kenyamanan (rasa)
pemakai di sebuah ruang bangunan.
Iklim mikro dipengaruhi oleh faktor-faktor berupa Orientasi bangunan,
Ventilasi (lubang-lubang pembukaan di dalam ruang untuk masuknya
penghawaan), Sun shading (penghalang cahaya matahari), Pengendalian

63
kelembaban udara; Penggunaan bahan-bahan bangunan, Bentuk dan ukuran
ruang, Pengaturan vegetasi.
2. Iklim makro adalah kondisi iklim pada suatu daerah tertentu yang meliputi
area yang lebih besar dan mempengaruhi iklim mikro.
Iklim makro dipengaruhi oleh faktor – faktor : Lintasan matahari, Posisi
dan model geografis, yang mengakibatkan pengaruh pada cahaya matahari dan
pembayangan serta hal-hal lain pada kawasan tersebut, misalnya radiasi panas,
pergerakan udara, curah hujan, kelembaban udara, dan temperatur udara.

3.1.2. Jenis - Jenis Iklim Tropis


1. Tropis Lembab
Daerah Tropis lembab adalah Iklim dengan panas yang berlebihan disertai
dengan kelembaban relatif yang tinggi pula.Suhu udara rata-rata di atas 20 oC
dengan kelembaban relatif sekitar 80-90 %. Adapun kareteristik Daerah Iklim
Tropis Lembab, adalah :
Curah hujan tinggi; Kelembaban tinggi; Temperatur udara panas tinngi;
Angin (aliran udara) sedikit; Radiasi matahari sedang sampai kuat (matahari
bersinar sepanjang tahun); Pertukaran panas kecil karena kelembaban tinggi
(udara sudah jenuh oleh uap air), sehingga air tidak mudah menguap.
2. Tropis Kering
Daerah Tropis Kering adalah Iklim dengan panas yang berlebihan, udara
kering, suhu udara rata-rata 25o C – 45o C terpanas dan 10o C terdingin disertai
dengan kelembaban relatif yang sangat rendah.

3.2.Tinjauan Arsitektur Tropis


Arsitektur Tropis merupakan salah satu cabang ilmu arsitektur, yang
mempelajari tentang arsitektur yang berorientasi pada kondisi iklim dan cuaca,
pada lokasi di mana massa bangunan atau kelompok bangunan berada, serta
dampak, tautan ataupun pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar yang tropis.
Bangunan dengan desain arsitektur tropis, memiliki ciri khas atau karakter
menyesuaikan dengan kondisi iklim tropis, atau memiliki bentuk tropis. Tetapi

64
dengan adanya perkembangan konsep dan teknologi, maka bangunan dengan
konsep atau bentuk modern atau hitech, bisa disebut bangunan tropis, hal ini
diatasi dengan adanya system sirkulasi udara, ventilasi, bukaan, view dan orientasi
bangunan, serta penggunaan material modern/hi-tech yang tidak merusak
lingkungan.
Arsitektur Tropis meliputi berbagai macam hal yang menyangkut desain
bangunan atau kawasan yang berkarakter bangunan tropis, dengan pengaruh atau
dampak terhadap lingkungannya. Desain bangunan dengan karakter tropis,
memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut, yaitu harus memiliki view dan
orientasi bangunan yang sesuai dengan standar tropis (building orientation),
menggunakan bahan atau bagian pendukung kenyamanan pada kondisi tropis,
seperti sunshading, sunprotection, sunlouver, memperhatikan standar pengaruh
bukaan terhadap lingkungan sekitar(window radiation), serta memiliki karakter
atau ciri khas yang mengekpos bangunan sebagai bangunan tropis, dengan
penggunaan material ataupun warna-warna yang berbeda.
Arsitektur tropis dapat berbentuk apa saja tidak harus serupa dengan
bentuk-bentuk arsitektur tradisional yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia,
sepanjang rancangan bangunan tersebut mengarah pada pemecahan persoalan
yang ditimbulkan oleh iklim tropis seperti terik matahari, suhu tinggi, hujan dan
kelembapan tinggi.
Sepanjang sejarah bangunan dan arsitektur : menjawab tantangan terhadap
iklim Bangunan tradisional dan moderen semua menjawab tantangan iklim
Penyelesaian perlindungan angin, orientasi bangunan.Pengetahuan iklim
merupakan dasar bagi manusia untuk tinggal, akhirnya menjadi ekspresi untuk
rancangannya. Perancangan berdasar iklim adalah satu pendekatan untuk
mengurangi biaya energi dalam bangunan. Bangunan merupakan garis pertahanan
terhadap tekanan iklim luar. Banyak bangunan yang menggunakan energi alam.
Dengan energi alam ini, biaya bangunan menjadi murah. Walaupun harus
menggunakan system mekanikal untuk kenyamanan, bangunan dengan energi
alam harus tetap dipertimbangkan. Teknik penyelesaian melalui jendela,
pennerangan atap, rumah kaca, garasi semi terbuka.

65
Istilah perancangan berdasarkan iklim digunakan untuk menggambarkan
teknik dalam bangunan atau konstruksi yang berfungsi untuk mengurangi biaya
pemanasan atau pendinginan dengan menggunakan aliran energi alami untuk
mencapai kenyamanan manusia dalam bangunan.
Beberapa konsep yang digunakan dalam perancangan berdasarkan iklim:
1. pemecah angin : digunakan pada musim dingin
2. tanaman dan air : digunakan pada musim panas
3. ruang dalam / luar : digunakan pada musim dingin dan panas
4. penutup atap tanah : digunakan pada musim dingin dan panas
5. dinding dan jendela : digunakan pada musim dingin
6. kulit bangunan : digunakan pada musim dingin
7. pelindung matahari : digunakan pada musim panas
8. ventilasi alami : digunakan pada musim panas
Tingkat kenyamanan yang ingin dicapai guna untuk menyeimbangkan
antara iklim dan arsitektur, dilakukan dengan memanfaatkan unsur-unsur iklim
yang ada seperti angin, suhu udara, dan cahaya matahari, sehingga akhirnya
manusia dapat memperoleh kenyamanan yang diharapkan.
Kenyamanan fisik yang kita rasakan adalah merupakan keseimbangan
energi antara kita sendiri dan permukaan fisik bangunan sekitar kita. Perpindahan
kalor antara tubuh kita dengan lingkunganya melibatkan proses yang kompleks.
Perpindahan kalor melalui empat mekanisme: konduksi, konveksi, radiasi dan
penguapan. Kenyamanan dapat dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Kenyamanan Thermal
Kenyamanan Thermal adalah kenyamanan yangterkait dengan faktor
eksterior bangunan,interior,dan selubung bangunan.
2. Kenyamanan Visual
Kenyamanan Visual adalah kenyaman yang terkait dengan faktor
pencahayaan, sehingga intensitas pada masing – masing ruang dapat
terpenuhi sesuai fungsinya.

3. Kenyamanan Audial

66
Kenyamanan Audial adalah kenyaman yang terkait dengan faktor
kebisingan dari lingkungan sekitar, baik itu dari dalam maupun luar
ruangan yang terkait pada kebutuhan bidang – bidang peredam sebagai
element pembentuk ruang.
Berikut penjabaran yang terkait dengan kenyaman thermal :
A. Eksterior bangunan merupakan gubahan massa dipengaruhi oleh bentuk
banguna, jarak bangunan,ketinggian bangunan,kondisi bangunan
sekitarnya,vegetasi (penutup tanah, tumbuhan),bentang alam (sungai, danau,
gunung,dan jurang) kondisi iklim mikro, perkerasan tanah. Gubahan massa
pada kaitan kenyaman thermal bertujuan untuk mengendalikan radiasi
matahari, dan mengendalikan angin dan kelembabaan. Pada bangunan satu
hingga dua lantai udara yang masuk adalah udara yang menimbulkan dan
meningkatkan kelembabaan udara dalam ruangan.

Gambar 3.1: Jarak Yang Mempengaruhi Kenyaman Thermal


Sumber : Google, 2017

B. Interior bangunan merupakan bentuk bangunan, seperti bentuk atap, dapat


mempengaruhiperambatan panas pada bangunan. Bangunan dengan benttuk
atap datar akan menghantar kan radiasi yang lebih besar daripada bangunan
dengan bentuk atap miring. Hal ini disebabkan karena pada bangunan dengan
atap datar, panas yang diradiasikan ke dalam bangunan jatuhnya tegak lurus
dan langsung masuk ke ruang dalam . Sedangkan pada bangunan dengan atap
miring, panas yang masuk terlebih dahulu masuk ke dalam ruang atap, ditahan
dulu oleh udara (mengalami konveksi), sehingga panas yang masuk ke ruang
dalam lebih kecil.

67
Gambar 3.2 : Aliran Udara Berdasarkan Jenis Atap
Sumber : Google, 2017

C. Selubung bangunan pada aspek ini pandangan lebih kepada bangunan kecil,
kenyamanan thermal dapat dicapai dengan dinding lebih tipis (volume dinding
berkurang), menggunakan material dinding dengan kapasitas panas kecil;
menggunakan material dindng dengan konduktivitas (kemampuan
menyalurkan panas) besar. Pilihan bahan dapat berupa bambu atau kayu,
karena bersifat insulasi, yaitu kapasitas panas kecil dan konduktivitas panas
kecil, hindari bahan logam, karena bersifat konduktor, yaitu kapasitas panas
besar dan konduktivitas panas juga besar.

Gambar 3.3 : Bahan Material


Sumber : Google, 2017

3.2.1. Pengaruh Iklim Terhadap Kenyamanan Manusia


1. Pengaruh suhu udara yang tinggi,bila suhu lingkungan jauh lebih tinggi di
atas suhu tubuh, maka tubuh akan berkeringat, jika terus menerus akan
menyebabkan rasa haus.
2. Pengaruh suhu terlalu rendah timbulnya rasa dingin dengan cepat.
3. Kelembaban, sebaiknya kelembaban berada pada daerah 30% – 70%.
Kelembaban baik adalah tidak lebih 60% dan tidak lebih rendah dari 20%
dan perubahan tidak melebihi 20% perjam.

68
4. Gerakan udara, pengaruh udara terbesar adalah pada proses penguapan
keringat, semakin cepat aliran udara semakin cepat pula penguapan
keringat, sehingga kulit akan terasa lebih dingin.

3.2.2. Bahan Material Bangunan


Bahan material bangunan yang digunakan yakni bahan menimbulkan
kesan natural dan alami pada bangunan selain itu bahan yang digunakan ialah
bahan– bahan memiliki kadar kimia rendah, dapat dipergunakan guna respon
iklim sekitar.

Gambar 3.4 : Penerapan Material


Sumber : Google, 2017

3.3. Kaitan Tropis Dalam Perancangan Arsitektur


1. View dan Orientasi Bangunan
Dari contoh beberapa desain bangunan tropis yang ada di Indonesia pada
saat ini, maka dapat disimpulkan ciri-ciri view dan orientasi bangunan tropis
adalah sebagai berikut:
 Menghadap pada arah dimana sinar matahari diusahakan dapat
memasuki ruangan pada pagi hingga sore hari.
 Ruangan dengan fungsi publik atau pusat aktifitas berada pada
kawasan yang mendapat cahaya matahari langsung, dengan suatu
system pelindung yang menambah kenyamanan manusia.
2. Bahan-bahan atau bagian pendukung kenyamanan pada kondisi tropis
 Sun Protection

69
Sun protection adalah suatu bagian memprotec atau menjaga bagian
dalam bangunan atau interior, dengan suatu system atau bahan,
yang dapat menambah kenyamanan.
 Sun Shading
Sun Shading adalah suatu bagian penyaring sinar matahari pada
bukaan atau ventilasi ruangan, yang biasanya terdapat pada
material kaca atau penyangga ventilasi bangunan.
3. Window Radiation (radiasi jendela / bukaan)
Window radiation maksudnya pengaruh material atau system pada bukaan
atau jendela, baik terhadap lingkungan interior bangunan, ataupun lingkungan
luar / eksterior bangunan.
4. Karakter khusus lain bangunan tropis
Bangunan tropis memiliki suatu system penggunaan material ataupun
warna yang berbeda dari bangunan modern lainnya, hal ini tergantung konsep
bangunan, fungsi bangunan, lokasi site bangunan, serta tujuan bangunan di desain.
Studi Tema Arsitektur. Beberapa cara terwujudnya arsitekur tropis ialah dengan.
1. Pembentukan Atap
Atap yang dibuat harus mempunyai sudut kemiringan diantranyanya <10º
ke atas, diantranya dengan jenis atap joglo, prisai, limas, plana dll.
2. Pemanfaatan Bahan Material
Bahan material utama yang digunakan yaitu menggunakan bambu, kayu dan
batu kali dimaksudkan untuk merespon iklim sekitar dari segi peredam panas dan
ramah lingkungan.
3. Pemanfaatan Bukaan-Bukaan
Pemanfaatan bukaan pada setiap bangunan dimaksudkan untuk mengalirkan
udara panas menjadi udara dingin dengan cara ventilasi silang ataupun dengan
open space pada bangunan.
4. Pemanfaatan Cahaya Alami
Memanfaatkan cahaya alami pada setiap bangunan dengan menggunakan
skylight, jendela dan dinding setengah badan sehingga pada proses aktivitas

70
didalam ruangan tidak menggunakan cahaya buatan dan dapat mengurangi
penggunaan cahaya buatan pada siang hari.
5. Bentukan Estetika
Bangunan arsitektur tropis juga mampu menghadirkan bentukan yang indah
dengan pemanfaatan bahan material dengan pengolahan estetika pada fasad
ataupun pada gubahan masa, sehingga bentukan arsitektur trpois mampu
menghadirkan nilai-nilai estetika yang tidak monoton.

3.4. Studi Banding Tema Sejenis


3.4.1. Wisma Dharmala Sakti

Gambar 3.5: Wisma Dharmala Sakti


Sumber : Nining Masitoh,2017

Gedung Wisma Dharmala Sakti dirancang oleh arsitek kenamaan asal AS,
Paul Rudolph pada 1982, bangunan Wisma Dharmala Sakti memiliki balkon serta
teras yang tersebar merata di setiap lantai, sehingga memungkinkan adanya sinar
matahari dan udara segar yang masuk kedalam ruangan. Gedung Wisma
Dharmala Sakti ini terletak di Sudirman Jl.Jenderal 32, Sakti, Jakarta, ibukota dan
kota terpadat di Indonesia, juga pusat politik dan keuangan. Gedung ini berdiri di
atas lahan seluas, 0,8 hektar, di pojok perempatan Jalan Jenderal Sudirman dan
KH Mas Mansyur. Total luas bangunan 23 lantai ini, plus 3 basement, mencapai
30.986 meter persegi. Total luasan ruang perkantoran area yang disewakan

71
mencapai 25.578 meter persegi. Sisanya dipergunakan sebagai kantor pusat
perusahaan dan sejumlah anak perusahaan.

Gambar 3.6 : Lokasi Wisma Dharmala Sakti


Sumber :Nining Masitoh, 2017

Wisma Dharmala Sakti yang biasa disebut sebagai Intiland Tower ini
menawarkan ruang kantor yang nyaman dengan berbagai fasilitas di dalamnya.
Gedung yang terdiri dari 23 lantai ini juga mudah diakses karena lokasinya di
Jalan Jendral sudirman yang merupakan pusat bisnis kota Jakarta.
Desain bangunan Wisma Dharmala Sakti ini menerapkan konsep Tropis
Vernakular.Arsitek mengkombinasi berbagai potensi alami yang tersedia di
lingkungan site berada, dan memanfaatkan untuk membantu life cycle
bangunan. Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang terbentuk dari proses yang
berangsur lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku, kebiasaan, dan
kebudayaan di tempat asalnya.
Arsitektur tradisional Indonesia menawarkan berbagai solusi terhadap
masalah-masalah iklim yang hangat dan lembab. Unsur pemersatu keragaman
adalah langit-langit. Pada rancangan ini suatu sistem tata arsitektur mengemulasi
keindahan atap tradisional, dengan memasukkan atap dalam dan overhang dengan
spandrels dari 45 derajat. Dua kolom yang berdekatan menciptakan proporsi yang
lebih baik dan memberikan kekuatan dan arah pandang.

72
Gambar 3.7 : Struktur Bangunan Wisma Dharmala Sakti
Sumber : Nining Masitoh, 2017

Cara menyiasati sinar matahari yang berlimpah dengan pembuatan teras


dibentuk setengah atap gunanya untuk memecah sinar matahari yang berlebihan
tidak dapat masuk secara langsung kedalam bangunan, akan tetapi tetap ruangan
di dalam bangunan mendapat sinar matahari yang cukup untuk menerangkan
ruangan yang di dalam bangunan.
Terdapat pula void yang cukup besar sehingga udara sejuk masih terasa di
dalamnya tanpa kehujanan saat merasakannya. Bahkan di perencanaan awal,
bangunan ini sebenarnya tidak perlu menggunakan pendingin ruangan. Namun
seiring berjalannya waktu dan efek rumah kaca telah memberi panas yang cukup
parah dan tidak menentu, akhirnya bangunan ini menggunakan pendingin
ruangan. Namun pada koridor masih tidak diperlukan karena udara sejuk masih
dapat masuk. Pencahayaan lampu pada siang hari juga tidak terlalu diperlukan
pada koridor karena cahaya matahari masih dapat masuk tanpa pengguna merasa
terik maupun kehujanan.
Angin pun dapat masuk kedalam ruangan sehingga dapat terjadi suatu
pergerakan udara yang pada akhirnya akan disebut sebagai ventilasi alami. Dan
juga dengan teras yang panjang keluar dapat berfungsi sebagai penangkap angin
yang datang ke bangunan.

73
Gambar 3.8 : Denah Wisma Dharmala Sakti
Sumber : Nining Masitoh, 2017

Pada tingkat dasar, area pintu masuk memiliki banyak balkon dan trotoar
tingkat terbuka, tidak hanya menciptakan perasaan ruang yang cocok untuk jenis
bangunan, juga mengelilingi atrium untuk kepentingan sirkulasi udara yang sejuk
dan teduh, balkon dan gateway interlacing.Beberapa tingkat teras dan balkon
diletakan kotak hijau theire, saluran air, air mancur.

Gambar 3.9 : Tampak Luar Wisma Dharmala Sakti


Sumber : Nining Masitoh, 2017

74
Gambar 3.10 : Struktur Bangunan Wisma Dharmala Sakti
Sumber : Nining Masitoh, 2017

Struktur yang digunakan adalah beton bertulang dan baja.Di seluruh


bangunan, kolom, dinding, pagar dan balkon, memang dibuat dengan ubin putih.
Hal ini tidak hanya beton cetakan, sehingga menciptakan rasa elegan keren, rapi
putih, sedangkan skala kecil untuk ubin memberikan tekstur yang menyenangkan
pada bangunan ini.

Gambar 3.11: Struktur Bangunan Wisma Dharmala Sakti


Sumber : Nining Masitoh, 2017

Wilayah tropis ada yang berhasil diterapkan secara praktis seperti pada
fasad gedung Wisma Dharmala Sakti dan pemasangan kanopi tambahan. Sirip-
sirip kanopi Wisma Dharmala Sakti ini membuktikan bahwa konsep dan fasad

75
bangunan gedung tinggi di Indonesia bukan berarti tidak bisa menerapkan konsep
arsitektur tropis. Arsitektur tropis juga merupakan konsep yang masih dapat
diaplikasikan pada gedung/bangunan tinggi. Pemasangan kanopi pada beberapa
unit gedung untuk beradaptasi dengan iklim tropis setempat.
Meskipun Wisma Dharmala Sakti ini telah menerapkan beberapa aspek-
aspek arsitektur tropis. Bangunan ini telah berusaha mengoptimalkan energi yang
dimiliki alamnya, merespon iklim, merespon kebutuhan pengguna dan keadaan
tapaknya, dan adanya aspek yang saling mendukung.

3.4.2. Gedung Rektorat Universitas Indonesia


Gedung rektorat Universitas Indonesia dibangun pada tahun 1984-1987,
hasil perancangan dari Prof. Gunawan. Gedung rektorat universitas Indonesia
mempunyai 4 tiang utama sebagai penyangga atap dan bisa disebut dengan
bangunan candi. Gedung rektorat ini mempunyai 4 bangunan pendamping
berbentuk seperti pendopo. Akses masuk terdapat pada pintu semi basement dan
lantai dasar. Tinggi per lantainya 4,2 meter sehingga jika seluruh lantai
dijumlahkan bisa mencapai 40 meter.
Pada lantai teratas ditopang oleh atap yang berbentuk runcing yang
mempunyai filosofi sebagai sentral list yang mempunyai arti sebagai bentuk
analisis yang memusat dan memanjang. Untuk bagian memusat mengadopsi
bentuk dari kerajaan-kerajaan yang terkenal di pulau Jawa.Untuk bagian
memanjang merupakan bentuk bangunan fakultas dan bagian memusat merupakan
pusat administrasi.
Bangungan ini punya konsep desain serta gaya arsitektur yang menarik,
meski punya susunan konstruksi atau kerangka yang agak rumit. Hal ini
disebabkan karena dindingnya tidak berupa tembok dari batu bata, namun terdiri
dari susunan kaca yang berfungsi sebagai jendela. Jendela kaca ini dipasang
secara mendatar dan memenuhi semua dinding yang berada di setiap lantai atau
tingkat bangunan.

76
Gambar 3.12 : Gedung Rektorat Universitas Indonesia
Sumber : arsitektur UNILA, 2017

Penggunaan dinding yang hanya berupa jendela kaca ini tentu akan
memberi efek yang sangat menguntungkan yaitu sistem pencahayaan alami bisa
berjalan lebih maksimal sehingga dapat menghemat penggunaan energy listrik
untuk memberi penerangan pada ruang yang berada di dalam. Selain itu sirkulasi
udara juga berjalan dengan baik karena udara bisa keluar masuk ruang dengan
lancar. Yang cukup menarik dari arsitektur bangunan ini adalah pembagian ruang
menjadi empat. Bagian bawah dari ruangan ini disatukan dengan atap teritis yang
berada dilantai paling bawah atau lantai pertama dan lantai yang kedua. Sedang
beberapa lantai lain yang ada di atasnya, atap teritis ini dibuat secara terpisah-
pisah. Kemudian atap yang ada di bagian paling atas dari masing-masing ruang
juga dibuat secara terpisah, menggunakan bentuk atap limas seperti yang sering
diaplikasikan pada bangunan gaya joglo yang ada di daerah Jawa. Namun bagian
puncak atap ini tidak berbentuk runcing, melainkan terpotong pada bagian atasnya
dan membentuk bidang kotak yang datar.
Hal lain yang menjadikan arstitektur bangunan ini terlihat makin unik tetapi
tetap megah adalah terdapatnya atap lain yang ada di tengah dan menyatukan
semua bangunan ruang yang berada dibawahnya. Sehingga bangunan ruang
tersebut tetap tampil sebagai satu kesatuan yang utuh. Atap ini juga menggunakan

77
bentuk limas, namun terlihat secara utuh tidak terpotong seperti atap limas yang
ada dibawah. Bentuknya tetap runcing dan membentuk bidang segitiga pada
masing-masing sisi. Ukuran atap ini cukup tinggi, menjadikan bentuk bangunan
terlihat makin gagah dan menjulang tinggi. Di bagian bawahnya, juga terdapat
dinding yang juga punya ukuran agak tinggi dan ditutup kaca dengan ukuran yang
lebih besar.
Semua atap yang diberi warna coklat juga memberi kesan yang sangat
hangat dan mampu tampil sebagai warna utama bangunan atau point of colour.
Dan yang tidak kalah penting, warna coklat ini bisa menghilangkan nuansa yang
terlalu metropolis pada pemakaian dinding kaca pada semua bagian dinding.
Pembagian zoning ruang pada gedung rektorat adalah sebagai berikut :
 Pada lantai umum atau semi basement dipergunakan sebagai hall atau
koridor untuk melayani mahasiswa.
 Pada lantai dasar atau lantai 1 dipergunakan sebagai ruang kerja rektor.
 Pada lantai 2 digunakan sebagai ruang administrasi mahasiswa.
 Di lantai paling atas terdapat mushola dan mesin lift
Bangunan utama terdiri dari 8 lantai. Di sekitarnya terdapat empat
bangunan kecil yang digunakan untuk kantor Lembaga Penelitian. Ruang kerja
rektor tidak terletak di lantai puncak bangunan, tapi di lantai 2. Lantai puncak
digunakan untuk Ruang Sidang Senat Guru Besar Universitas. Gedung tertinggi di
kampus UI ini bukanlah mewakili kekuasaan, melainkan kebijaksanaan.

Gambar 3.13 : Gedung Rektorat Universitas Indonesia


Sumber : arsitektur UNILA, 2017

78
Empat buah bujur sangkar kecil disatukan oleh satu bujur sangkar besar di
bagian tengah. Sedangkan pada tampak. Terbagi menjadi, kaki, badan, dan kepala.
Kaki berupa dasar bangunan, badan berupa empat tiang penyangga, dan kepala
berupa atap.Dari ke-empat bujur sangkar, terdapat grid untuk meletakkan titik
yang berfungsi sebagai penyangga bangunan. Setiap lantai terdapat atap yang
mengelilingi kesatuan dari ke-empat bujur sangkar tersebut dan di bagian tengah,
ditutup oleh atap berbentuk limas.Ide rancangan bangunan berlandaskan pada
gaya arsitektur Indonesia, menggunakan material lokal, dan memanfaatkan sinar
matahari dan sirkulasi udara alami.

Gambar 3.14 : Gedung Rektorat Universitas Indonesia


Sumber : arsitektur UNILA, 2017

3.4.3. Menara Mesiniaga


Sebagaimana jenis arsitektur yang berkembang pada akhir abad 20,
Menara Mesiniaga dibuat dari konstruksi baja dan kaca yang pebrikasi dan
mempercepat masa konstruksi. Memperhatikan iklim tropis, penempatkan tangga
dan lift pada bagian timur menara, dan ruang-ruang pada sisi barat yang
dilindungi oleh kisi-kisi penahan panas. Tujuannya agar sinar matahari pagi cukup
maksimal dan cahaya sore yang panas bisa ditahan oleh kisi-kisi tersebut.

79
Gambar 3.15 : Menara Mesiniaga
Sumber : Probo Hindarto, 2017

Hubungan antara lingkungan binaan dengan lingkungan alam yang


diwujudkan dalam adaptasi terhadap cahaya matahari dan angin melalui studi
yang mendalam untuk mendapatkan bangunan tingkat tinggi dengan pencahayaan
dan penghawaan alami. Aliran udara dimasukkan dalam bangunan melalui
dinding angin.Beberapa bagian bangunan yang berfungsi sebagai penahan untuk
angin, sinar matahari dan sebagainya diwujudkan dalam kisi-kisi, tabir,balkon,
atau penahantanaman dalam upaya beradaptasi dengan lingkungan tropis.
Konsep tentang pencakar langit yang dapat hidup dan beradaptasi dengan
lingkungannya seperti halnya mahluk hidup. Struktur bangunan berfungsi sebagai
bingkai dan lantai-lantainya dapat berfungsi berbeda beda, seperti menjadi taman
bermain, mall, café atau yang lainnya.

Gambar 3.16 : Gedung Menara Mesiniaga


Sumber : Probo Hindarto, 2017

80
Lingkungan binaan (built environment) akan berinteraksi dengan
lingkungannya dalam hubungan yang lebih organik dan alami, serta mengurangi
dampak dari arsitektur yang inorganik atau artifisial. Hal ini berarti,
mendefinisikan kembali sistem-sistem dalam bangunan tinggi yang selama ini
banyak menggunakan sistem buatan seperti penghawaan buatan (air
conditioning/AC) menjadi penghawaan alami, melalui proses-proses yang biasa
didapatkan dari alam secara langsung.
Hal ini bisa membawa unsur tanaman hijau dalam lingkungan vertikal
pencakar langit, yaitu memberikan rasio perbandingan antara ruang yang
inorganik dan organik agar mencapai keseimbangan layaknya diatas tanah.

Gambar 3.17 : Filosofi Menara Mesiniaga


Sumber : Probo Hindarto, 2017

Peniruan terhadap ekosistem ini bisa dianalogikan seperti sarang semut


diatas tanah yang dalam skala semut berarti adalah sebuah pencakar langit.
Analogi lainnya, seseorang yang memakai payung disaat hujan menerpa, yang
merupakan perlindungan terhadap variasi perubahan.

81
3.5. Teori Arsitektur

Menurut (Rudi, 2017) mengatakan teori arsitektur yang mungkin paling


kuno adalah teori dari Marcus Vitruvius Pollio yang hidup dalam abad pertama
sebelum Kristus yang mensintesakan tiga aspek atau persyaratan dalam arsitektur,
yang dalam bahasa latin aslinya ialah Venus-tas (keindahan)., Utilitas
(kegunaan), Firmitas (kekuatan),
Venustas secara harfiah berarti sifat-sifat utama Dewi Venus,
diartikan keindahan yang memang menjadi ciri lahiríah dewi ini.
Utilitas atau Utilitatum berasal dari kata Utilis atau Utis dan berarti guna
atau fungsi. Utilitas ádalah persyaratan bahwa arsitektur harus memberikan
akomodasi ruang yang tepat dan berguna .
Sedangkan Firmitas adalah syarat bahwa suatu bangunan harus kuat,
kokoh memikul beban sendiri dan beban lain.
Tujuan umum Arsitektur menurut Marcus Vitruvius Pollio ( Rudi, 2017 )
adalah Arsitektur tergantung pada susunan penataan, keselarasan dalam
pergerakan simetri, kesesuaian dan ekonomi. Seperti halnya media komunikasi
dan lainnya, arsitektur memiliki bahasa tersendiri di dalam mengungkapkan
pesan, keinginan dan harapan. Bahasa / alat komunikasi dalam arsitektur adalah
“Bangunan” (bentuk dan ruang).Bangunan yang menampilkan ke arsitekturan
dengan baik adalah bangunan yang mengandung sejumlah komunikasi secara
menyeluruh, terpadu dan seimbang. Keseimbangan ini menurut Vitruvius ádalah
berdasarkan asas-asas “conveniencesolid and lasting strength, beauty”
Convenience berarti ketepatan atau pencarian pada kecocokan fungsi, solid and
lasting strength berarti kekuatan bangunan tersebut, sedangkan beauty ádalah
keindahan atau pencarian pada rancangan yang peka dan imajinativ.

3.5.1. Firmitas
Firmitas yang dimaksud Vitruvius mencakup penyaluran beban yang baik
dari bangunan ke tanah dan juga pemilihan material yang tepat. Vitruvius
menjelaskan setiap material yang ia pakai dalam bangunannya, seperti batu bata,

82
pasir, kapur, semen, batu dan kayu. Setiap material dijelaskan mulai dari
karakteristik dari tiap jenis-jenisnya hingga cara mendapatkanya/membuatnya.
Bangunan dapat dikatakan kokoh apabila dapat menyalurkan beban dengan
baik. Firmitas meliputi bagian utama, struktur, dan potongan.Perkembangan
konstruksi berkaitan dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan baik
dalam material ataupun teknik pembangunannya (proses). Selain itu
perkembangan sistem yang ada juga mempengaruhi karena sistem yang ada
mempengaruhi kebutuhan perawatan bangunan untuk menjaga kekokohan.Selain
itu struktur disesuaikan dengan kebutuhan (lokasi, iklim, tradisi, dll).Zaman
dahulu konstruksi hanya dibuat ala kadarnya, tanpa pengetahuan
memadai.Sedangkan sekarang konstruksi merupakan perhitungan yang harus
dipertanggung jawabkan.

3.5.2. Utilitas
Utilitas yang ditekankan adalah pengaturan ruang yang baik, didasarkan
pada fungsi, hubungan antar ruang, dan teknologi bangunan (pencahayaan,
penghawaan, dan lain sebagainya). Pengaturan seperti ini juga berlaku untuk
penataan kota. Misalnya, dimana kita harus menempatkan kuil, benteng, dan lain-
lainya di ruang kota.
Utilitas meliputi kebutuhan, fungsi dan denah.Arsitektur mewadahi
kegiatan, oleh karena itu fungsi merupakan salah satuhal utama yang
diperhatikan.Pada zaman dahulu manusia hanya membangun untuk kebutuhan
seperlunya saja, Semakin berkembangnya zaman, kegiatan-kegiatan lain pun
diwadahi sebagai penunjang kegiatan utama.Suatu kelengkapan fasilitas bangunan
yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan,
keselamatan, dan kesehatan dalam bangunan.Arsitektur mempunyai fungsi yang
tidak hanya menaungi dan mewadahi manusia dengan segala aktivitas dan segala
perabot yang dibutuhkan dalam aktivitas itu, melainkan juga memberikan suasana,
image, dan mengarahkan pikiran dan perasaan serta perilaku dari para
penggunanya. Hal ini mempengaruhi bentuk denah bangunan, semakin

83
kompleks.Sedangkan hal yang ditekankan pada utilitas adalah mengatur ruang
yang baik didasarkan pada fungsi hubungan antar ruang dan teknologi.

3.5.3. Venustas
Proporsi dan simetri merupakan faktor yang dianggap Vitruvius
mempengaruhi keindahan. Hal ini ia dasarkan pada tubuh manusia yang setiap
anggota tubuhnya memiliki proporsi yang baik terhadap keseluruhan tubuh dan
hubungan yang simetrikal dari beberapa anggota tubuh yang berbeda ke pusat
tubuh. Hal ini, kemudian diilustrasikan oleh Leonardo daVinci pada Vitruvian
Man.
Venustas meliputi seni, keindahan, dan tampak. Dahulu venustas
merupakan hal yang terakhir difikirkan, sekarang seorang arsitek berupaya
mentranformasikan utilitas dan firmitas sebagai bagian dari venustas.Utilitas dan
firmitas menghasilkan bentuk dasar, yang kemudian diperindah sesuai tujuannya
ataupun hanya ekspresi saja. Keindahan didapat berdasarkan dari pengalaman dan
juga budaya. Keindahan juga bisa dilihat dari berdasarkan zaman dan juga
seimbang dan selaras dengan alam. Venustas dilihat dari kriterianya, yaitu:
 Unsur desain : material.
 Asas desain : berdasarkan teori teori arsitektur.
 Prinsip desain : keselarasan, keseimbangan, irama, dan kesebandingan.
Teori Virtivius dimana teori ini dapat dikatakan arsitektur berawal dari
kebutuhan manusia untuk berlindung dari keadaan alam seperti hujan, matahari,
dingin, dan panas. Juga sebagai tempat penyimpanan makanan dan perlindungan
dari binatang buas. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan manusia
juga meningkat. Untuk menunjang kebutuhannya itu, manusia membutuhkan
fasilitas yang lebih banyak. Dan itu sangat berpengaruh dalam arsitektur.Manusia
semakin mulai mempertimbangkan adanya kenyamanan dan keselamatan.
Kebutuhan yang seperti itupun akhirnya manusia mempertimbangkan
keselamatan di tempat singgahnya dengan mempertimbangkan kekokohan dari
tempat singgahnya agar bisa bertahan lama tanpa harus mengkhawatirkan keadaan

84
luar maupun didalam tempat singgahnya.Kenyamanan pun dapat diwujudkan
dengan penataan ruang yang baik, sentuhan seni dan warna, serta lingkungan.
(Sumber: Rudi, 2017 )

3.6. Bentuk
Menurut Vitruvius ( Rudi, 2017 ) mengatakan tentang bentuk, tidak ada
istilah bentuk. Bentuk, bagi Vitruvius, bila mau dikaitkan dengan fungsi / utilitas
tentunya merupakan gabungan antara firmistas (technic) dengan venustas
(beauty/delight) . Obyek-obyek dalam persepsi kita memiliki wujud/ujud (shape)
(Abecrombie, 1984;37). Wujud/ujud merupakan hasil konfigurasi tertentu dari
permukaan-permukaan dan sisi-sisi bentuk (Ching,1979;50). Ciri-Ciri Visual
Bentuk Ciri-ciri pokok yang menunjukan bentuk, dimana ciri-ciri tersebut pada
kenyataanya dipengaruhi oleh keadaan bagaimana cara kita memandangnya. Juga
merupakan sarana pokok yang memungkinkan kita mengenal dan melihat serta
meninjau latar belakang, persepsi kita terhadap satu dan yang lain, sangat
tergantung dari derajat ketajaman visual dalam arsitektur. Bentuk dapat dikenali
karena ia memiliki ciri-ciri visual, yaitu (Ching, 1979) :
a) Wujud adalah hasil konfigurasi tertentu dari permukaan permukaan dan
sisi-sisi bentuk. Dimensi dimensi suatu bentuk adalah panjang, lebar dan
tinggi. Dimensi-dimensi ini menentukan proporsinya. Adapun skalanya
ditentukan oleh perbandingan ukuran relatifnya terhadap bentuk-bentuk
lain disekelilingnya.
b) Warna adalah corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu bentuk.
Warna adalah atribut yang paling mencolok yang membedakan suatu
bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual
suatu bentuk.
c) Tekstur adalah karakter permukaan suatu bentuk. Tekstur mempengaruhi
perasaan kita pada waktu menyentuh, juga pada saat kualitas pemantulan
cahaya menimpa permukaan bentuk tersebut.
d) Posisi adalah letak relatif suatu bentuk terhadap suatu lingkungan atau
medan visual.

85
e) Orientasi adalah posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar, arah
mata angin atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya.
f) Inersia Visual adalah derajad konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk.
Inersia suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasi relatifnya
terhadap bidang dasar dan garis pandangan kita.Dengan penghayatan
terhadap wujud kita bisa mendapatkan kepuasan. Wujud dapat menawan
perhatian kita, mengundang keingintahuan, memberikan sensasi yang
menyenangkan ataupun tidak menyenangkan dalam berbagai cara.

3.6.1. Perubahan Bentuk


Semua bentuk dapat dipahami sebagai hasil dari perubahan benda pejal
utama, melalui variasi-variasi yang timbul akibat manipulasi dimensinya, atau
akibat penambahan maupun pengurangan elemen-elemennya.
a. Perubahan Dimensi
Suatu bentuk dapat diubah dengan menggai salah satu atau beberapa
dimensi-dimensinya dan tetap mempertahankan identitasnya sebagai anggota
bagain dari suatu bentuk. Sebuah kubus misalnya, dapat diubah menjadi bentuk-
bentuk prisma serupa dengan mengubah ukuran tinggi, lebar atau panjangnya.
Bentuk tersebut dapat dipadatkan menjadi bentuk bidang pipih atau direntangkan
menjadi suatu bentuk linier.

Gambar 3.18 : Perubahan Bentuk


Sumber : Eva nuejannah, 2016

86
b. Perubahan dengan Pengurangan
Suatu bentuk dapat diubah dengan mengurangi sebagian dari volumenya.
Tergantung dari banyaknya pengurangan, suatu bentuk mampu mempertahankan
identitas asalnya atau diubah menjadi suatu bentuk yang lain sama sekali. Sebagai
contoh, sebuah kubus dapat mempertahankan identitasnya sebagai kubus
walaupun sebagian dari kubus tersebut dihilangkan atau diubah menjadi
serangkaian bentuk teratur yang menggambarkan suatu bola.

Gambar 3.19 : Perubahan Bentuk


Sumber : Eva Nurjannah,2016

c. Perubahan dengan Penambahan


Suatu bentuk dapat diubah dengan menambah unsur-unsur tertentu kepada
volume bendanya. Sifat proses penambahan serta jumlah dan ukuran relative
unsur yang ditambahkan akan menentukan apakah identitas bentuk asal dapat
dipertahankan atau berubah

Gambar 3.20 : Perubahan Bentuk


Sumber : Eva Nurjannah,2016

87
3.7. Ruang
3.7.1. Pengertian Ruang
Menurut (Petra,2010) Sebuah bidang yang diperluas dalam arah yang
berbeda dari arah asalnya akan menjadi sebuah ruang. Ruang adalah daerah 3
dimensi dimana obyek dan peristiwa berada. Ruang memiliki posisi serta arah
yang relatif, terutama bila suatu bagian dari daerah tersebut dirancang sedemikian
rupa untuk tujuan tertentu.
Sebagai bentuk 3 dimensi, ruang sangat terkait dengan volume.Secara
konsep, sebuah volume mempunyai tiga dimensi, yaitu: panjang, lebar, dan
tinggi.Semua volume dapat dianalisis dan dipahami terdiri atas:
• Titik atau ujung di mana beberapa bidang bertemu.
• Garis atau sisi-sisi di mana dua buah bidang berpotongan.
• Bidang atau permukaan yang membentuk batas-batas volume.

3.7.2. Unsur –Unsur Ruang


Dalam arsitektur, ruang terbagi menjadi ruang dalam dan ruang luar. Salah
satu ruang yang ada dalam arsitektur adalah ruang terbuka publik. Ruang terbuka
publik sendiri terbagi menjadi ruang eksterior dan ruang interior. Untuk ruang
eksterior. (Alexander et al, 1977), terdapat dua bagian tipe ruang, yaitu:
1. Positif: yaitu ruang yang mempunyai batas yang pasti dan jelas. Ruang ini
dapat dirasakan dan dapat diukur dengan seksama. Sebagai bayangan, ruangan
ini dapat diisi oleh air untuk menunjukan keberadaannya. Ruang ini dibentuk
dari bangunan yang berada disekitarnya.
2. Negatif: yaitu ruang yang tidak mempunyai bentuk yang jelas. Jenis ruang ini
sulit dibayangkan serta keberadaannya sulit dirasakan.
Di dalam buku Public Places – Urban Spaces, ruang positif dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:
a. Streets
Streets adalah tipe ruang terbuka publik yang bersifat dinamik dan
mempunyai kuantitas perpindahan yang lebih tinggi.

88
b. Squares
Squares adalah tipe statis dimana orang lebih sering untuk berdiam diri
dalam waktu lama di ruang terbuka publik ini.
Sebagai unsur tiga dimensi, dalam perbendaharaan perancangan arsitektur suatu
ruang dapat :

 Ruang kosong / void


Yaitu ruang yang dibatasi oleh bidang-bidang.

Gambar 3.21 : Ruang Void


Sumber : Mahrodi, 2009

 Ruang isi / solid


Yaitu ruang yang ditempati massa.

Gambar 3.22 : Ruang Solid


Sumber : Mahrodi, 2009

 Bukaan Ruang
Tidak ada kontinuitas ruang maupun visual yang mungkin terjadi dengan
ruang-ruang di sekitarnya tanpa adanya bukaan pada bidang-bidang penutup suatu

89
daerah ruang.Pintu-pintu memberikan jalan masuk dalam ruang dan menentukan
pola gerak serta penggunaan ruang di dalamnya.

Gambar 3.23 : Bukaan Ruang


Sumber : Mahrodi, 2009

Jendela-jendela memasukan cahaya ke dalam Ruang, menawarkan


pemandangan ke arah luar, memangun hubungan visual antara suatu ruang dengan
ruang-ruang yang bendekatan, serta memberikan ventilasi alamiah dalam ruangan.

Gambar 3.24 : Bukaan Ruang


Sumber : Mahrodi, 2009

Kontinuitas dengan ruang-ruang di dekatnya tergantung pada ukuran,


jumlah, dan penempatan bukaan ruang. Bukaan-bukaan juga mempenganuhi
orientasi dan aliran ruang, kualitas pencahayaan, penampilan dan pemandangan,
serta pola penggunaan dan pengerakan di dalamnya.

3.7.3. Hubungan Ruang


3.7.3.1. Ruang di Dalam Ruang
Sebuah ruang yang luas dapat mencakup dan memuat sebuah ruang lain
yang lebih kecil di dalamnya. Kontinuitas visual dan kontinuitas ruang di antara
kedua ruang tersebut dengan mudah dapat dipenuhi, tetapi ruang yang lebih kecil

90
sangat tergantung pada ruang yang besar dalam hubungannya dengan lingkungan
eksterior.
Dalam jenis hubungan ruang ini, ruang yang lebih besar berfungsi sebagai
suatu daerah tiga dimensi untuk ruang kecil di dalamnya. Jika ruang yang di
dalam berkembang ukurannya, ruang yang leih besar akan mulai kehilangan
artinya sebagai bentuk ruang penutup.Jika ruang yang di dalam tadi terus
diperluas, ruang sisa di sekitarnya akan menjadi semakin tertekan untuk berfungsi
sebagai ruang penutup.
Untuk dapat lebih menarik perhatian, ruang yang di dalam dapat
memanfaatkan wujud luarnya, tetapi diorientasikan dalam bentuk lain. Hal ini
akan menciptakan suatu grid sekunder dan satu set ruang-ruang sisa yang dinamis
di dalam ruang yang lebih besar.
Ruang yang di dalam dapat juga berbeda bentuk dengan ruang
pelingkupnya untuk memperkuat kesan sebagai sebuah volume yang mandiri.
Perlawanan bentuk ini dapat menunjukkan suatu perbedaan fungsional antara
kedua ruang atau melambangkan kepentingan ruang yang berada di dalam.
(Samsir, 2010).

Gambar 3.25 : Ruang Di Dalam Ruang


Sumber : Samsir, 2010

3.7.3.2. Ruang-Ruang yang Saling Berkaitan


Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan antara dua daerah ruang yang
membentuk suatu daerah ruang bersama.

91
Gambar 3.26: Ruang Yang Saling Berkaitan
Sumber : Samsir, 2010

Jika dua buah ruang membentuk volume berkaitan seperti ini, masing-
masing ruang mempertahankan identitas dan definisinya sebagai suatu ruang.
Bagian yang saling berkait dari dua buah volume dapat digunakan bersama secara
seimbang dan merata oleh masing-masing ruang.Bagian yang saling berkait dapat
melebur dengan salah satu ruang dan menjadi bagian yang menyatu dari ruang
tersebut. Bagian yang saling berkaitan dapat mengembangkan integritasnya
sebagai sebuah ruang yang berfungsi untuk menghubungkan kedua ruang aslinya.

3.7.3.3. Ruang Yang Bersebelahan

Gambar 3.27 : Ruang Yang Bersebelahan


Sumber : Samsir, 2010

Bersebelahan adalah jenis hubungan ruang yang paling umum. Hal tersebut
memungkinkan definisi yang jelas dan untuk masing-masing ruang baik terhadap
fungsi maupun persyaratan simbolisnya. Tingkat kontinuitas visual maupun ruang
yang terjadi antara dua ruang yang berdekatan akan tergantung pada sifat alami
bidzang yang memisahkan sekaligus mcnghubungkan keduanya. Bidang pemisah
dapat membatasi pencapaian visual maupun fisik antara dua ruang bersebelahan,
memperkuat individualitas masing-masing ruang dan menampung perbedaan yang
ada.

92
Gambar 3.28 : Ruang Yang Bersebelahan
Sumber : Samsir, 2010

Bidang pemisah dapat muncul sebagai suatu bidang yang berdiri sendiri
dalam volume ruang tunggal.Bidang pemisah dapat menjadi pembatas berupa
baris kolom-kolom yang memberikan tingkat kontinuitas visual serta kontinuitas
ruang yang tinggi di antara dua buah ruang.

Gambar
3.29 : Ruang
Yang Bersebelahan
Sumber : Samsir, 2010

Bidang pemisah dapat seolah terbentuk dengan sendirinya dengan adanya


perbedaan ketinggian lantai, material permukaan, atau tekstur.

Gambar 3.30 : Ruang Yang Bersebelahan


Sumber : Samsir, 2010

3.7.3.4. Ruang Yang Dihubungkan Oleh Sebuah Ruang Bersama


Dua buah ruang yang terpisah oleh jarak dapat dihubungkan atau dikaitkan
satu sama lain oleh ruang ketiga yaitu ruang perantara. Hubungan visual dan

93
hubungan keruangan antara kedua ruang tergantung pada sifat ruang ketiga yang
digunakan bersama-sama.

Gambar 3.31 : Ruang Yang Dihubungkan


Sumber : Samsir, 2010

Ruang perantara dapat Berbeda dalam bentuk dan orientasi dari kedua ruang
lainnya untuk menunjukkan fungsinya seagai penghubung.Kedua ruang, seperti
juga ruang perantaranya dapat setara dalam wujud dan ukuran dan membentuk
serangkaian ruang-ruang linier.

Gambar
3.32 : Ruang Yang Dihubungkan
Sumber : Samsir, 2010

Ruang perantara dapat berbentuk linier untuk menghubungkan kedua ruang


yang berjarak, atau menghubungkan seluruh rangkaian ruang-ruang yang tidak
mempunyal hubungan langsung satu sama lain.

Gambar 3.33 : Ruang Yang Dihubungkan


Sumber : Samsir, 2010

94
Ruang perantara yang cukup kesar, dapat menjadi ruang yang dominan
dalam hubungannya dengan ruang-ruang lain dan mampu mengorganisir sejumlah
ruang yang terkait.

Gambar 3.34 : Ruang Yang Dihubungkan


Sumber : Samsir, 2010

Bentuk ruang perantara dapat terjadi dengan sendirinya atau ditentukan oleh
bentuk dan orientasi dan kedua ruang yang terkait.

Gambar 3.35 : Ruang Yang Dihubungkan


Sumber : Samsir, 2010
3.7.4. Sifat Ruang
Zona adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan
fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi
lain. Zona memiliki 3 sifat – sifat ruang.
 Ruang Publik
Ruang yang terbuka yang mampu menampung kebutuhan akan tempat-
tempat pertemuan dan aktivitas bersama.
 Ruang Privat
Ruang privat adalah ruang yang bersifat sangat penutup dimana tidak
sembarang orang boleh mengakses atau menggunakannya tanpa izin dari
pemiliknya.
 Ruang Servis
Ruang servis ini adalah ruang yang bersifat umum namun sengaja
difungsikan untuk kegiatan penunjang.

95

Anda mungkin juga menyukai