Judul Penelitian:
PEMODELAN ATRIBUT DESA WISATA DI DESA HILINAWALO FAU
KABUPATEN NIAS SELATAN
B. Latar Belakang
Desa Hilinawalo Fau merupakan daerah yang bersejarah di mana
mengandung begitu banyak nilai seni dan budaya yang tinggi di dalamnya dan
masih tetap dipertahankan hingga sekarang ini. Hilinawalo terletak disebelah
selatan pulau nias yang berdekatan dengan Desa Ono Hondro di bagian sebelah
selatan dan Bawogosali di sebelah utara. Masyarakat di Desa Hilinawalo fau
mengandung dua agama yaitu Kristen Protestan dan Katolik. Meskipun demikian,
masyaraktat setempat bukanlah masyarakat yang fanatik sempit, namun juga
sangat menghargai sesama yag menganut agama yang berbeda dengannya. Di
desa Hilinawalo Fau, terdapat begitu banyak peninggalan sejarah seperti rumah
adat, batu megalit dan juga termasuk nilai budaya dan seni yang terkandung di
dalamnya.
Desa hilinawalo Fau memang bukan desa yang begitu besar, tapi dengan
kesederhanaanya dapat membentuk keunikan akan seni dan budaya tersendiri
yang mampu meninggalkan kesan bagi para wisatawan yang berkunjung disana.
Sumber kelangsungan hidup masyarakat Hilinawalo Fau pada umumnya masih
dominan dengan pertanian atau bercocok tanam dan menyadap karet. Namun
demikian, dengan kesederhanaan hidup ini tidak membatasi masyarakat
Hilinawalo Fau untuk meraih cita dalam dunia "Pendidikan". Di Hilinawalo Fau
dapat menyaksikan berbagai macam bentuk atraksi seni dan budaya seperti
pelompatan batu setinggi kurang lebih 2 meter dan tarian adat khas Hilinawalo
Fau. Kita mesti bangga bagi negeri ini yang memiliki beragam budaya yang unik
di dalamnya yang mampu menggugah hati para wisatawan mancanegara.
Hilinawalö Fau merupakan salah satu daerah pariwisata yang terletak di Pulau
Nias di bagian Selatan.
C. Tinjauan Pustaka
Desa-desa pantai
Desa-desa pantai atau laut tentu sangat tergantung kepada pantai atau pesisir
lautnya. Ada yang berada di pantai landai dengan pasir putihnya, ada juga yang di
pantai yang berbukit seperti di pantai Selatan pulau Jawa (meskipun tidak
semuanya), dan sebagainya.
Desa-desa di pedalaman
Desa pedalaman, yaitu desa-desa yang berada jauh dari kota dan relatif
terisolir, di wilayah pegunungan atau pedalaman, jauh di luar kota.
2.2.2 Karakteristik Sosial Pedesaan
Berikut adalah karakteristik sosial pedesaan, yaitu :
1.Sistem kehidupan umumnya berdasarkan kelompok dengan dasar kekurangan
(paguyuban)
2.Masyarakat bersifat homogeny seperti hal mata pencaharian, agama dan istiadat
3.Diantara warga desa mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan dan erat
bila dibandingkan dengan masyarakat lain di luar batas wilayahnya
4.Mata pencaharian utama para penduduk biasanya bertani
5.Faktor geografis sangat berpengaruh terhadap corak kehidupan Masyarakat
6.Jarak antara tempat bekerja tidak terlalu jauhdari tempat tinggal
2.2.3 Karakteristik Ekonomi Pedesaan
Karakteristik ekonomi pedesaan adalah sebagai berikut:
1. Ketergantungan pada kota dalam hal pasar dan modal
2. Lapangan kerja utama di sektor pertanian dan pengolahan hasil pertanian.
3. Pengolahan dengan teknologi sederhana.
4. Mengolah usaha dalam skala kecil dan menengah.
5. Permasalahan modal dan pemasaran.
2.3 Unsur-Unsur Desa
Desa memiliki beberapa unsur, yaitu:
1. Unsur daerah, berupa tanah produktif dan tidak produktif, serta unsur
lokasi, luas dan batas.
2. Unsur penduduk berupa jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran dan
mata pencaharian penduduk.
3. Unsur tata kehidupan berupa seluk-beluk masyarakat desa (Bintarto,
1977).
2.4 Ciri-ciri Desa
Wilayah pedesaan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perbandingan tanah dengan manusia (man land ratio) biasanya besar.
2. Lapangan kerja agraris.
3. Hubungan penduduk yang akrab.
4. Sifat yang cenderung mengikuti tradisi
Ciri-ciri desa dipengaruhi oleh kondisi geografis yang berpengaruh pada
kehidupan masyarakat pedesaan:
1. Desa dan masyarakatnya erat hubungannya dengan alam (iklim dan alam
seakan-akan mengatur kegiatan manusia dalam bertani).
2. Penduduk desa merupakan satu unit sosial dan unit kerja, jumlahnya relative
tidak besar dan struktur ekonomi pada umumnya agraris.
3. Masyarakat desa mewujudkan satu paguyuban (dimana terdapat ikatan
kekeluargaan yang erat) dimana proses sosial berjalan lambat. Control
kemasyarakatan di desa ditentukan oleh adat, moral dan hukum yang informal.
2.5 Tipologi Desa
Tipologi desa ialah teknik untuk mengenal tipe-tipe desa berdasarkan ciri-
ciri menonjol (tipikal) yang dimiliki dalam kaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangannya, sedangkan klasifikasi tingkat perkembangan desa berdasarkan
kesamaan tingkat perkembangannya yaitu tahapan desa swadaya, desa swakarya
dan desa swasembada.
Tipologi dan klasifikasi tingkat perkembangan desa meliputi empat bagian,
keempat bagian tersebut merupakan suatu kesatuan dan mempunyai hubungan
erat satu sama lain. Keempat bagian tersebut yaitu :
Potensi Dasar
Potensi dasar suatu desa merupakan modal dasar dari desa yang
bersangkutan dalam melaksanakan pembangunan, yang terdiri dari potensi alam,
potensi penduduk dan lokasi/letak desa terhadap pusat fasilitas. Potensi dasar
yang diolah dan dikembangkan oleh masyarakat serta menjadi sumber
penghasilan sebagian besar masyarakat.
Tipe Desa
Tipe desa ditentukan berdasarkan pendekatan potensi dominan yang diolah
dan dikembangkan serta telah menjadi sumber penghasilan sebagain besar
masyarakat desa. Tipe desa meliputi delapan tipe, yaitu :
Desa poligonal
Karena desa tak pernah dibangun menurut rencana tertentu, maka nampak
bentuk-bentuk luar yang beragam. Bentuk ini antara melingkar dan segi empat
panjang.
Sistem jalan primer, meliputi: arteri primer, kolektor primer, dan local
perimer.
Sistem jalan sekunder, meliputi: arteri sekunder, kolektor sekunder, local
sekunder, dan jalan lingkungan.
Jaringan drainase
Jenis jaringan drainase dapat dibedakan sebagai berikut:
o Berdasarkan sejarah terbentuknya, meliputi: drainase alamiah dan drainase
buatan
o Berdasarkan letak saluran, meliputi: drainase muka tanah dan drainase
bawah muka tanah.
o Menurut fungsi drainase, meliputi: single purpose, saluran terbuka, dan
saluran tertutup.
o Jaringan air bersih
Persyaratan, kriteria, dan kebutuhan air bersih yang harus dipenuhi adalah:
Penyediaan kebutuhan air bersih
1) Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan
air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2) Apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan
air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau
sambungan halaman.
Penyediaan jaringan air bersih
1) Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan
rumah;
2) Pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass;
3) Pipa yang dipasang di atas tanah tanpa menggunakan perlindungan
menggunakan GIP.
Penyediaan kran umum
1) Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;
2) Radius pelayanan maksimum 100 meter;
3) Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari.
Jaringan persampahan
Sarana pembuangan sampah merupakan kelengkapan yang penting terkait
dengan persyaratan kesehatan lingkungan. Tempat pembuangan sampah rumah
tangga sebaiknya disediakan di setiap unit hunian. Dari unit-unit hunian ini,
sampah diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS), misalnya dengan
menggunakan gerobak atau pun mobil sampah. Selanjutnya, sampah diangkut ke
tempat pembuangan akhir (TPA) dengan menggunakan dumb truck, yang
operasionalisasinya dapat dikoordinasikan dengan pemerintah daerah setempat
dan dapat pula dikelola secara mandiri.
Jaringan sanitasi dan Limbah
Jaringan listrik
2. Struktur Usahatani
Struktur usahatani menunjukkan bagaimana suatu komoditi diusahakan.
Cara pengusahaan dapat dilakukan secara khusus (1 lokasi), tidak khusus
(berganti-ganti lahan atau varietas tanaman)dan campuran (2 jenis atau lebih
varietas tanaman). Dikenal juga istilah “mix farming” yaitu jika pilihan antara dua
komoditi berbeda polanya, misalnya hortikultura dan sapi perah. Pemilihan
khusus atau tidak khusus ditentukan oleh:
Kondisi lahan
Musim/ iklim setempat
Pengairan
Kemiringan lahan
Kedalaman lahan
3. Corak Usahatani
Corak usahatani berdasarkan tingkatan hasil pengelolaan usahatani yang
ditentukan oleh berbagai ukuran/ kriteria, antara lain:
Nilai umum, sikap, dan motivasi
Tujuan produksi
Pengambilan keputusan
Tingkat teknologi
Derajat komersialisasi dari produk usahatani
Derajat komersialisasi dari input usahatani
Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan
Pendayagunaan lembaga pertanian setempat
Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani.
Tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan tingkat
ekonomi.
4. Bentuk Usahatani
Bentuk usahatani dibedakan atas penguasaan faktor produksi oleh petani,
yaitu:
Perorangan
Faktor produksi dimiliki atau dikuasai oleh seseorang, maka hasilnya akan
ditentukan juga oleh seseorang.
Kooperatif
Faktor produksi dimiliki secara bersama, maka hasilnya digunakan dan
dibagi berdasarkan kontribusi dari pencurahan faktor yang lain.
Perencanaan tata ruang dalam lingkup makro yang merupakan bagian dari
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten DT II. Rencana tata ruang perdesaan
pada lingkup makro ini tercakup:
1. Pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya.
2. Pengelolaan kawasan perdesaan sebagai bagian dari suatu wilayah.
3. Sistem prasarana perhubungan (jalan), telekomunikasi, energi, serta
pengelolaan lingkungan secara eksternal (antar desa atau antara desa
dengan kota di dalam wilayah yang bersangkutan).
4. Tata guna lahan, air udara, serta tata guna sumber daya lainnya dengan
memperhatikan integrasinya dengan persebaran sumber daya manusia dan
sumber daya binaan.
Unsur pokok yang menjadi dasar pertimbangan dan sangat berpengaruh pada
perencanaan penataan ruang perdesaan dalam lingkup makro ini adalah:
1) Letak geografis wilayah yang juga akan mempunyai implikasi terhadap
kegiatan sosial budaya dan sosial ekonomi masyarakatnya, misalnya wilayah
pegunungan, lereng, dataran rendah, sungai, danau, pantai, pinggiran kota.
2) Kegiatan perekonomian utama, misalnya pertanian sawah, perkebunan,
pertambangan, perikanan, kehutanan, perternakan.
3) Hubungan dengan desa-desa lain atau kota-kota dalam kepentingan sosial dan
ekonomi.
4) Kondisi lahan dan pola topografi wilayah dan kendala fisik wilayah.
5) Pola budaya dan perilaku ekonomi masyarakatnya sesuai dengan kondisi
wilayah (tradisi, pola usaha pertanian, nelayan, perdagangan, perternakan).
6) Persebaran penduduk dan hubungannya dengan kegiatan sosial budaya dan
sosial ekonomi.
7) Unsur-unsur ini akan berpengaruh terhadap pola konstelasi perdesaan di
dalam suatu wilayah sehingga akan menemukan pola perencanaan penataan ruang
perdesaan pada lingkup makronya.
Secara umum pada berbagai pola geografis tersebut ada tiga jenis pola ruang
perdesaan yaitu: Pola perdesaan terpencar (scattered); pola perdesaan
mengelompok (clustered); dan Pola perdesaan yang memanjang jalan, sungai, tepi
danau atau pantai secara linier (linear).
D. PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara mewujudkan desa tradisional hilinawalo fau yang layak
sebagai daerah wisata.
E. TUJUAN
1. Pemodelan atribut desa tradisional hilinawalo fau.
2. Penambahan fasos dan fasum di desa tradisional hilinawalo fau untuk
masyarakat dan wisatawan.
F. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Desa hilinawalo fau telah banyak perubahan diantaranya
1. Drainase
Dulu drainase desa hilinawalo fau memiliki lebar 50 cm dan dalam 60 cm,
namun sekarang drainase yang berada di desa hilinawalo fau kurang jelas lagi
karena kurangnya perawatan dari masyarakat.
2. Rumah adat
Rumah adat di hilinawalo fau masih asli, namun kaki dari rumah adat yang
dulunya terbuka dan difungsikan sebagai tempat ternak dan penyimpanan barang.
Sekarang ditutup karena telah berubah fungsi menjadi tempat hunian
3. Rumah raja (omo siulu)
Di desa hilinawalo fau juga terdapat rumah raja (omo siulu) yang tidak kalah
besarnya dan usianya dengan rumah raja(omo siulu) yang berada di desa
bawomataluo kab. Nias selatan, namun kondisi rumah raja (omo siulu) hilinawalo
fau pada saat ini sangat memperihatikan karena pemilik rumahnya telah merantau
ke kota sehingga rumah raja (omo siulu) hilinawalo fau tidak terurus lagi sehingga
sebagian besar kayu dari rumah raja (omo siulu ) sudah mulai membusuk seperti
lantai bagian belakang, dinding, balok.
2.1 Pengertian Pariwisata
Pengertian Pariwisata Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses
kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat
tinggalnya. Istilah parawisata sangat berhubungan erat dengan pengertian
perjalanan wisata, yaitu suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang
diluar tempat tinggalnya, karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan
kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian, perjalanan wisata adalah
merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, dengan
tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan hasrta ingin mengetahui
sesuatu. Wisatawan (tourist) adalah seseorang atau sekelompok orang yang
melakukan suatu perjalanan wisata. Jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24
jam di daerah atau negara yang dikunjungi maka disebut wisatawan (tourist),
dengan maksud tujuan perjalanan yang dapat digolongkan:
1. Pesiar (leasure) untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi,
keagamaan, olahraga
2. Hubungan dagang, sanak keluarga, handai taulan, konferensi misi.
Apabila mereka tinggal didaerah atau negara yang dikunjungi dengan
waktu kurang dari 24 jam maka mereka disebut sebagai pelancong (excursionist).
Istilah obyek wisata mempunyai pengertian sebagai sesuatu yang dapat menjadi
daya tarik bagi seseorang, atau calon wisatawan untuk mau berkunjung ke suatu
daerah tujuan wisata. Daya tarik tersebut dapat berupa:
1. Sumber-sumber daya tarik yang bersifat alamiah seperti iklim,
pemandangan alam, lingkungan hidup, flora, fauna, kawah, danau,
sungai, tebing, lembah, gunung.
2. Sumber-sumber daya tarik buatan manusia seperti sisa-sisa peradaban
masa lampau, monumen bersejarah, rumah peribadatan (semacam pura, candi,
mesjid dan gereja), museum, peralatan musik, tempat pemakaman, dsb.
3. Sumber-sumber daya tarik yang bersifat manusiawi. Sumber manusiawi
melekat pada penduduk dalam bentuk warisan budaya misalnya : tarian,
sandiwara, drama, upacara penguburan mayat, upacara perkawinan, upacara
keagamaan, unpacara untuk memperingati peristiwa-peristiwa penting, dsb.
Dampak positif pariwisata:
Hal menarik lainnya yang bisa dilakukan wisatawan di sini adalah belajar
membatik wayang dari kayu. Studi Potensi Desa Wisata Krebet Kecamatan
Pajangan bertujuan untuk menyusun dan menstrukturkan aset-aset potensial untuk
pengembangan Desa Wisata Krebet. Metode yang dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut diantaranya adalah mengembangkan potensi Dusun Krebet,
mengatur pemanfaatan ruang, meningkatkan peran dan kontribusi stakeholder,
dan mendorong pelestarian lingkungan/sumberdaya alam.
4. Toilet
Desa Shirakawago adalah salah satu Situs Warisan Dunia yang berada di
Jepang. Situs ini terletak di lembah sungai Shokawa di perbatasan Prefektur Gifu.
Kawasan ini merupakan salah satu tempat yang menerima paling banyak hujan
salju di Jepang. Sebagian besar (95,7%) wilayahnya tertutup oleh hutan.
Rumah Tradisional
Desa Shirakawago terkenal akan rumah tradisionalnya yang berusia lebih
dari 200 tahun yaitu model rumah Gassho-zukuri, atau “konstruksi tangan berdoa”
dicirikan dengan bentuk atap rumah yang miring dan melambangkan tangan orang
yang sedang berdoa. Desain rumah ini sangat kuat dan memiliki bahan atap yang
unik yang menjaga kekokohan bangunannya karena desa ini akan diliputi salju
yang sangat tebal pada musim dingin. Rumah desa Shirakawa-go sangat besar,
dengan 3 sampai 4 tingkat di bawah atap yang sangat rendah, sehingga menjadi
tempat yang cukup untuk satu keluarga besar.
Semua atap rumah di Desa Shirakawago menghadap ke timur dan barat.
Ini bertujuan salju yang menumpuk segera bisa mencair ketika terkena matahari.
Karena atap menghadap arah matahari, semua ventilasi yang terletak di loteng
mengarah ke selatan dan utara. Dengan begitu aliran udara dan angin bebas keluar
masuk sehingga menciptakan sistem ventilasi yang terbaik.
Seperti kebanyakan rumah tradisional Jepang lainnya, rumah gassho-
zukuri menggunakan kayu. Uniknya, untuk menyatukan antara bagian satu
dengan yang lain tidak satupun paku yang digunakan. Semua disatukan dengan
tali yang terbuat dari jerami yang dijalin atau neso, istilah untuk menyebut cabang
pohon yang dilunakkan.
Sejak Desember 1995 lalu, Shirakawa-go, bersama dua desa serupa di Gokayama,
ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh Unesco sehingga warga Shirakawa tidak
bisa sembarangan merenovasi rumah mereka. Pemerintah membuat peraturan
untuk mempertahankan kelestarian rumah-rumah di desa ini.
2.4.7 Kampung Naga
Kampung Naga Tasikmalaya adalah salah satu kawasan wisata adat yang
patut dipertahankan sampai kapanpun karena didalamnya menyimpan banyak
jejak sejarah masa silam. Alamat lengkap Kampung Naga terletak di Desa
Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten. Sejatinya Kampung Naga ini tidak
hanya menarik para wisatawan lokal namun juga wisatawan asing yang tiap
tahunnya makin meningkat jumlahnya. Untuk sampai di kampung ini maka Anda
harus menuruni sebuah tembok atau tepatnya sebuah tangga dengan lebar sekitar
2 meter dan panjangnya 500 meter karena memang kampung adat ini berada di
bawah perbukitan hijau yang ada di hulu Sungai Ciwulan.
Temuan Studi Banding yang menjadi acuan dalam Perancangan Desa Hilinawalo
Fau.
1. Sampel bangunan
Pemilihan sampel dilakukan dengan menentukan kriteria bangunan
terpilih terlebih dahulu. Kriteria bangunan yang akan diambil sebagai
sampel pada wilayah studi adalah sebagai berikut: - Bangunan difungsikan
sebagai tempat tinggal, Bangunan harus masih memiliki ciri asli rumah; dan -
Diupayakan dapat mewakili kriteria-kriteria pelestarian pola permukiman.
Berdasarkan hasil observasi, jumlah bangunan rumah yang sesuai dengan
kriteria bangunan yang akan diambil sebagai sampel pada wilayah studi
sejumlah bangunan. Untuk keakurasian data, pada penelitian ini tidak
dilakukan pengambilan sampel dan diambil seluruh populasi untuk
observasi bangunan.
2. Sampel masyarakat
Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat pemilik bangunan yang ada
di kawasan studi. Masyarakat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
masyarakat pemilik bangunan asli dan masyarakat pemilik bangunan
yang sudah mengalami perubahan:
a. Kelompok pertama, adalah masyarakat pemilik bangunan rumah asli
sebanyak sekian sesuai dengan jumlah sampel bangunan asli berdasarkan
hasil identifikasi awal; dan
b. Kelompok kedua, adalah pemilik bangunan rumah yang sudah
mengalami perubahan. Pemilik bangunan rumah yang sudah mengalami
perubahan adalah masyarakat sekitar bangunan asli, dengan asumsi setiap
rumah mewakili satu pendapat. Pengambilan sampel menggunakan rumus
Slovin dengan derajat deviasi 10% atau 0,1 terhadap total pemilik bangunan
yang sudah mengalami perubahan sebanyak orang. Adapun jumlah sampel
yang diambil sebagai berikut:
Rumus
Slovin: n=
N/1+N(e)²
Pengambilan sampel dilakukan dengan prosedur accidental sampling
terhadap masyarakat pemilik bangunan yang sudah mengalami perubahan
yang menyebar di kawasan studi. Data yang diperoleh dari sampel
masyarakat akan digunakan dalam penentuan arahan pelestarian non fisik.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengambilan data dengan melakukan survey ke lokasi penelitian,
dan wawancara ada pun data – data yang di ambil antara lain sbb:
Pengambilan data
1. Data site
2. Pola perkampungan
3. Data penduduk desa hilinawalo fau
4. Data wisata yang berkunjung ke desa hilinawalo fau
5. Data faso dan fasum
D. Metode Analisa Data
Metode analisis merupakan suatu alat untuk mewujudkan tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai. Metode analisis data yang digunakan dalam studi
ini meliputi:
1. Analisis karakteristik sosial budaya pembentuk permukiman
Metode yang digunakan untuk menganalisis karakteristik sosial budaya
pembentuk ruang–ruang permukiman di desa adalah analisis deskriptif–
eksploratif dan analisis Behavior Mapping:
a. Analisis Deskriptif –Eksploratif
Variabel sosial budaya yang menggunakan analisis deskriptif-eksploratif
adalah analisis tentang sejarah terbentuknya permukiman, tokoh yang
membentuk tatanan permukiman/pelindung kampung, dan hubungan
kekerabatan. Analisis sejarah terbentuknya desa membahas tentang
sejarah masyarakat, sejarah terbentunya desa dan budaya bermukim
mereka yang secara non fisik dapat berupa mitos dan secara fisik dapat
berupa artefak. Analisis tentang tokoh pelindung kampung membahas
tentang tokoh yang dianggap sebagai pelindung kampung yang secara
non fisik dapat ditandai dengan adanya sosok yang dianggap pelindung
permukiman masyarakat dan secara fisik dapat berupa artefak atau
pesanggrahan. Analisis sistem kekerabatan membahas tentang kedudukan
keluarga ini dalam rumah tangga; dan
b. Analisis Behavior Mapping (pemetaan perilaku)
Metode Behavior Mapping memberikan informasi mengenai suatu bentuk
fenomena (terutama perilaku individu dan kelompok masyarakat) yang
terkait dengan sistem spasialnya. Variabel yang menggunakan analisis
Behavior Mapping adalah variabel yang terkait dengan suatu proses
kegiatan diataranya kegiatan kelompok masyarakat, kegiatan mata
pencaharian, kegiatan budaya dan religi. Behavior Mapping digambarkan
dalam bentuk sketsa atau diagram mengenai berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh manusia pada suatu area. Tujuannya adalah
menggambarkan perilaku dalam peta dan menunjukkan kaitan antara
perilaku dan permukiman desa. Behavior Mapping digunakan untuk
mengetahui bagaimana sekelompok manusia memanfaatkan dan
menggunakan perilaku dalam situasi, waktu dan tempat tertentu. Cara yang
digunakan untuk melakukan pemetaan perilaku dalam studi ini adalah place
centered mapping. Cara ini lebih terfokus pada tempat yang spesifik baik
kecil maupun besar, sehingga dapat menunjukkan pola bermukim
masyarakat.
Proses analisis Behavior Mapping adalah menguraikan suatu kegiatan
dengan membuat tahap–tahap perkegiatan mulai dari awal hingga akhir
kegiatan. Tahap-tahap dari suatu kegiatan akan menunjukkan suatu
kesimpulan dari pemakaian skala ruang yang dituangkan dalam gambar
ilustrasi. Kesimpulan dari skala ruang dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: