Anda di halaman 1dari 28

SAINS BANGUNAN DAN UTILITAS 1

PENDALAMAN MATERI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH


TINGGAL DI GATSU

Disusun oleh :

Dewa Bagus Mahesa Ramanatha 1805521066


I Putu Arya Satria Wararuchi 1805521089
I Putu Agung Purnadi Nanda 1805521098
Pande Gede Khrisna Anata Yuda 1805521086
Eka Saputra Yu Kamarena 1805521106

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada kami selaku penyusun, sehingga dapat menyelesaikan
makalah mengenai “Pencahayaan Alami Rumah Tinggal di Gatsu, Bali. Penyusunan makalah ini
adalah salah satu tugas mata kuliah Sains Bangunan dan Utilitas 1 tahun ajaran 2019/2020 dan
makalah ini juga sebagai bukti bahwa kami selaku penyusun telah melaksanakan pembuatan
makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan-kekurangan dari segi kualitas atau kuantitas maupun dari ilmu pengetahuan yang
dikuasai. Oleh karena itu kami selaku penyusun mohon kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk menyempurnakan pembuatan laporan atau karya tulis dimasa mendatang. Atas pehatian dan
waktunya penulis ucapkan terimakasih.

Denpasar, 24 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1

1.3. Tujuan ................................................................................................................. 1

1.4. Manfaat ............................................................................................................... 2

BAB II METODE DAN OBJEK

II.1. Metodologi Pendataan ....................................................................................... 3

ii.2. Metodologi Analisis............................................................................................ 3

II.3. Identitas Proyek .................................................................................................. 3

BAB III PEMBAHASAN

III.1.Pengcahayaan Alami .......................................................................................... 4

III.2. Standarisasi Tingkat Penerangan Ruangan ....................................................... 7

III.3 Persyaratan Umum pada Penerangan Siang Hari di Ruang Bagian Dalam

BAB IV STUDI OBJEK PENELITIAN

IV.1. Informasi Objek ................................................................................................ 12

IV.1. Lay out Pencahayaan alami pada objek ............................................................ 15

IV.2. Pendalaman Pencahayan alami secara keseluruhan ......................................... 22

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP

iii
V.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 23

V.2. Saran................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 24

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.
Dimana tingkat kebutuhan cahaya pada setiap ruangan berbeda-beda disesuaikan dengan
banyaknya aktivitas yang akan dilakukan dalam ruangan tersebut. Pencahayaan alami
dipengaruhi banyak faktor yang menentukan tingkat intensitas cahaya yang memasuki
ruangan. Intensitas cahaya alami sangat diperlukan dalam suatu ruangan. Pencahayaan alami
ini akan membuat suasana ruangan menjadi semakin nyaman. Untuk memperoleh
kenyamanan dalam ruangan, maka intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruangan harus
disesuaikan dengan kebutuhan terhadap penggunaan pencahayaan alami ini. Dengan itu dapat
dengan bijak dalam pengunaan cahaya alami pada rancangan bangunan.dan dapat menghemat
energy listrik dengan memanfaat pencahayaan alami pada siang hari.

I.2 Rumusan Masalah


- Bagaimana sistem pencahayaan alami dari rumah tinggal yang berlokasi di gatsu?
- Komponen pencahayaan alami apa saja yang ada pada rumah tinggal yang berlokasi di
gatsu?
- Bagaimanakah LayOut pencahayaan pada rumah tinggal yang berlokasi di gatsu?
- Berapakah kapasitas pencahayaan alami pada rumah tinggal yang berlokasi di gatsu?

I.3 Tujuan
- Mampu memahami prinsip-prinsip dasar sistem lingkungan dan utilitas terutama dalam
materi pencahayaan alami
- Mampu menerapkan prinsip-prinsip dasar sistem lingkungan dan utilitas terutama dalam
materi pencahayaan alami.
- Untuk mengetahui sistem pencahayaan alami..
- Untuk mengtahui layout dari pencahayaan alami
- Untuk mengetahui kapasitas pencahayaan alamii perruangan.

1
I.4 Manfaat
 Dengan ini diharapkan pembaca mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang mendalam
mengenai pencahayaan alami secara maksimal dan efisien.

2
BAB II

METODE DAN OBJEK

II.1. Metodologi Pendataan

- Studi Pustaka
Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha dalam memperoleh data yang bersifat
teori sebagai pembanding data penelitian yang diperoleh. Data tersebut dapat diperoleh
dari interatur, catatan kuliah serta tulisan lain yang berhubungan dengan penelitian
- Metode Observasi
Metode pengumpulan data dengan mengamati secara langsung dilapangan

II.2. Metode Analisis

- Metode Kuantitatif
 Penggumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan mengguna-kan alat yang
objektif dan baku
 Melibatkan perhitungan angka atau kuantifikasi data
- Metode Kualitatif
 Merumuskan masalah
Merupakan pertanyaan mengenai objek yang jelas batas-batasnya serta dapat
diidentifikasikan factor-faktor yang terkait didalamnya
 Perumusan hipotesis
Merupakan jawaban sementara yang diajukan
 Pengujian hipotesis
Pengumpulan fakta-fakta yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat
fakta-fakta yang dapat mendukung hipotesis tersebut
 Penarikan kesimpulan

II.3. Identitas Proyek

Objek merupakan rumah tinggal yang berlokasi di jalan sekar tunjung Gatsu Timur, objek ini
dikerjakan oleh contractor sarana kreasi. Pada lantai satu, objek rumah tinggal ini terdapat 9

3
ruangan diantaranya 1 kamar utama, 2 toilet, 1 ruang tamu, 1 ruang makan, 1 garasi, 1 daput,
1 kamar pembantu, 1 pantry area sementara Pada lantai dua, objek rumah tinggal ini terdapat
7 ruangan diantaranya 3 kamar tidur, 1 ruang jemur, 1 gudang, 1 toilet, dan 1 ruang keluarga

4
BAB III
PEMBAHASAN

III.1. Pencahayaan Alami

Sistem pencahayaan dalam ruang dapat dibagi menjadi dua bagian besar berdasarkan
sumber energi yang digunakan, yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan.
Kedua sistem ini memiliki karakteristik yang berbeda, dengan kelebihan dan kekurangannya
masing-masing.

Cahaya menurut Newton (1642-1727) terdiri dari partikel-partikel ringan berukuran kecil
yang dipancarkan oleh sumbernya ke segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Cahaya
dapat juga didefinisikan sebagai energi radiasi yang dapat dievaluasi secara visual (menurut
Illuminating Engineering Society, 1972), atau bagian dari spektrum radiasi elektromagnetik yang
dapat dilihat (visible).

Cahaya berada pada daerah panjang gelombang 400 nm s.d. 800 nm (atau 380 nm s.d. 780
nm). Di luar daerah tersebut, mata manusia tidak sensitif. Radiasi elektromagnetik dengan panjang
gelombang di bawah 400 nm disebut sinar ultraviolet, sedangkan radiasi elektromagnetik di atas
800 nm disebut sinar inframerah.

Istilah yang umum digunakan dalam pencahayaan adalah sebagai berikut:

1. Lumen adalah satuan flux cahaya yang dipancarkan di dalam satuan unit sudut padatan
oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu candela. Satu lux adalah
satu lumen per meter persegi. Lumen (lm) adalah kesetaraan fotometrik dari watt, yang
memadukan respon mata “pengamat standar”. 1 watt = 683 lumens pada panjang
gelombang 555 nm.
2. Luminaire adalah satuan cahaya yang lengkap, terdiri dari sebuah lampu atau beberapa
lampu, termasuk rancangan pendistribusian cahaya, penempatan dan perlindungan
lampu-lampu, dan dihubungkannya lampu ke pasokan daya.
3. Lux merupakan satuan metrik ukuran cahaya pada suatu permukaan. Cahaya rata-rata
yang dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada area yang sudah
ditentukan. Satu lux setara dengan satu lumen per meter persegi.

5
4. Footcandle adalah satuan pengukuran iluminasi (level cahaya) pada suatu permukaan.
Satu footcandle setara dengan satu lumen per kaki kuadrat (www.cleanaircounts.org).
5. Intensitas Cahaya dan Flux

Satuan intensitas cahaya I adalah candela (cd) juga dikenal dengan international
candle. Satu lumen setara dengan flux cahaya, yang jatuh pada setiap meter persegi (m2)
pada lingkaran dengan radius satu meter (1m) jika sumber cahayanya isotropik 1-
candela (yang bersinar sama ke seluruh arah) merupakan pusat isotropik lingkaran.
Dikarenakan luas lingkaran dengan jarijari r adalah 4πr2, maka lingkaran dengan jari-
jari 1m memiliki luas 4πm2, dan oleh karena itu flux cahaya total yang dipancarkan oleh
sumber 1- cd adalah 4π1m. Jadi flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya
isotropik dengan intensitas I adalah:

Flux cahaya (lm) = 4π × intensitas cahaya (cd)

Perbedaan antara lux dan lumen adalah bahwa lux berkenaan dengan luas areal
pada mana flux menyebar 1000 lumens, terpusat pada satu areal dengan luas satu meter
persegi, menerangi meter persegi tersebut dengan cahaya 1000 lux. Hal yang sama untuk
1000 lumens, yang menyebar ke sepuluh meter persegi, hanya menghasilkan cahaya
suram 100 lux (www.energyefficiencyasia.org).

6. Luminance adalah karakteristik fisik yang bergantung pada jumlah cahaya yang jatuh
pada permukaan obyek dan dipantulkan. Luminance dapat diukur dengan
menggunakan photometer .
7. Kecerlangan (brightness) merupakan rasa sensasi yang timbul akibat memandang
benda dari mana cahaya datang dan masuk ke mata.
8. Reflectance merupakan perbandingan antara cahaya yang dipantulkan oleh suatu benda
yang dinyatakan dalam persen.

Pencahayaan alami adalah pemanfaatan cahaya yang berasal dari benda penerang alam seperti
matahari, bulan, dan bintang sebagai penerang ruang. Karena berasal dari alam, cahaya alami
bersifat tidak menentu, tergantung pada iklim, musim, dan cuaca

6
Berdasarkan Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan pada Bangunan Gedung yang diatur
dalam SNI 63-6575-2001, sistem pencahayaan dapat dibedakan atas:

a) Sistem pencahayaan merata.

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan dan
digunakan jika tugas visual yang dilakukan di seluruh tempat dalam ruangan memerlukan
tingkat pencahayaan yang sama. Tingkat pencahayaan yang merata diperoleh dengan
memasang armatur secara merata langsung maupun tidak langsung di seluruh langit-
langit.

b) Sistem pencahayaan setempat.

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak merata.
Di tempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang memerlukan tingkat
pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih banyak dibandingkan dengan
sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan mengkonsentrasikan penempatan armatur pada
langit-langit di atas tempat tersebut.

c) Sistem pencahayaan gabungan merata dan setempat

Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah system


pencahayaan setempat pada sistem pencahayaan merata, dengan armatur yang dipasang
di dekat tugas visual. Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan digunakan untuk :

a. Tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi.

b. Memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari


arah tertentu.

c. Pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai pada tempat


yang terhalang tersebut.

d. Tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan untuk orang tua atau yang
kemampuan penglihatannya sudah berkurang.

III.2.. Standarisasi Tingkat Penerangan Ruangan


7
II.2.1 Kenyamanan Visual

Kenyamanan visual adalah kebutuhan akan tingkat penerangan yang baik di


didalam suatu ruangan. Pencahayaan yang baik, merupakan pencahayaan yang dapat
memenuhi kebutuhan akan penggunanya, terkait dengan jenis kegiatan yang dilakukan di
dalam ruang tersebut.

II.2.2 Standarisasi Tingkat Penerangan Ruangan

Untuk mencapai kenyamanan visual dalam suatu ruangan, diperlukan pengaturan


terhadap intensitas cahaya yang masuk. Berikut ini merupakan SNI tata cara sistem
pencahayaan untuk rumah tinggal atau hunian:

III.3 Persyaratan Umum pada Penerangan Siang Hari di Ruang Bagian Dalam

Untuk mendapatkan pencahayaan pada suatu ruang, dapat dilihat dari fungsi ruang dan lama
penggunaan ruang itu sendiri. System penggunaan pencahayaan dapat dibedakan menjadi 5
yaitu:

a) Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)

8
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu
diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada
kelemahannya karena dapat me nimbulkan bahaya serta kesilauan yang
mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk
efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada didalam
ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan

b) Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem
ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-
langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean pemantulan 90%, sedangkan
apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%

c) Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)

Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam pencahayaan
sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke
bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih
ditemui.

d) Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas,
sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan
langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini
masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.

e) Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit
dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik.

9
Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan
kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.

Type Sistem Penerangan

Type Sistem Penerangan


1. Direct lighting 90 – 100%
(penerangan langsung)
2. Semi direct lighting 80%
(setengah langsung)
3. Direct-indirect lighting 40 – 60%
(kombinasi)
4. Semi indirect lighting 60 – 90%
(setengah tidak langsung)
5. Indirect lighting 60%
(tidak langsung)
Sumber : Utilitas Bangunan, IR. HARTONO POERBA, M. ARCH

Pencahayaan alami dipengaruhi oleh beberapa hal yang menyebabkan adanya perbedaan tingkat,
yaitu:

a) Hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya

b) Ukuran dan posisi lubang cahaya

c) Distribusi terang langit

d) Bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur

Kualitas pencahayaan diklasifikasikan berdasarkan fungsi ruangan dan lamanya waktu aktifitas
yang memerlukan daya penglihatan yang tinggi dan sifat aktifitasnya. Klasifikasi kualitas
pencahayaan dapat dibagi menjadi berikut:

a) Kualitas A : keda halus sekali, pekedaan secara cermat terus menerus, seperti
menggambar detil, menggravir, menjahit kain warna gelap, dan sebagainya.

10
b) Kualitas B : keda halus, pekerjaan cermat tidak secara intensif terus menerus, seperti
menulis, membaca, membuat alat atau merakit komponen-komponen kecil, dan
sebagainya.
c) Kualitas C : keda sedang, pekedaan tanpa konsentrasi yang besar dari si pelaku, seperti
pekedaan kayu, merakit suku cadang yang agak besar, dan sebagainya.
d) Kualitas D : kerja kasar, pekedaan dimana hanya detil-detil yang besar harus dikenal,
seperti pada guclang, lorong falu lintas orang, dan sebagainya.

Adapun faktor langit yang mempengaruhi pencahayaan alami.Pencahayaan alami siang hari
sangat bergantung dari kondisi langit pada setiap saat. Untuk keperluan perancangan,
Commision Internationale L’Eclairage (CIE) telah menentukan beberapa jenis langit
perancangan untuk berbagai lokasi dan kondisi, antara lain:

a) Langit cerah (clear sky): langit dengan luminansi yang bervariasi menurut lintang
geografis dan ketinggian matahari (azimut). Luminansi tertinggi berada dekat posisi
matahari dan terendah berada pada posisi yang berseberangan dengan matahari.
b) Langit menengah (intermediate sky): variasi dari langit cerah yang lebih „gelap‟.
Luminansi tertinggi juga berada dekat posisi matahari, tetapi tidak seterang pada langit
cerah. Perubahan luminansi yang ada tidak sedrastis pada langit cerah.
c) Langit mendung (overcast sky): langit dengan luminansi yang bervariasi menurut lintang
geografis. Luminansi pada titik zenit (tepat di atas kepala) sebesar tiga kali luminansi
pada horison (cakrawala). Model langit jenis ini umumnya digunakan untuk pengukuran
faktor pencahayaan alami siang hari dalam bangunan.
d) Langit merata (uniform sky): langit dengan luminansi yang sama pada seluruh posisi,
tidak tergantung dari lintang geografis dan ketinggian matahari. Untuk Indonesia, dalam
SNI 03-2396-2001 ditetapkan langit perancangan berupa langit merata dengan iluminansi
pada bidang datar di lapangan terbuka sebesar 10.000 lux. (http://fisbang.tf.itb.ac.id,
Pencahayaan alami siang hari, 2008)

11
BAB IV
STUDI OBJEK PENELITIAN

IV.1. Informasi Objek


Rumah lantai 2 di daerah Sekar Tunjung, Denpasar, Bali.
Denah rumah:

 Lantai 1

12
 Lantai 2

13
Denah Kusen Lantai 1

Denah Kusen Lantai 2

14
IV.2. Lay out Pencahayaan alami pada objek

 Master Bed Room Lanttai 1

Pada ruangan ini terdapat lima bukaan (4 jendela 1 pintu) sebagai tempat
masuknya pencahayaan alami.

Ruangan ini menggunakan jendela tipe J4 berisikan 4 buah jendela dengan luasan
lebar 650 mm dan tinggi 1900 mm perjendelanya dan luasan total lebar 2900mm dan
tinggi 1900mm. Pintu yang digunakan merupakan pintu jenis P1 dengan material kayu
dengan ukuran lebar 800mm dan tinggi

Dengan ukuran jendela yang melebar dan cukup tinggi sehingga cahaya dapat
mengjangkau hingga wardrobe secara merata dengan bantuan pencahayaan alami dari
bukaan pintu. Namun pencahayaan alami tidak terdapat pada kamar mandi. Tingkat
pencahayaan pada ruangan ini cukup terang dan kurang pada kamar mandi

15
 Ruang Tamu dan Keluarga Lantai 1

Pada ruangan ini terdapat satu pintu dengan jendela dan sliding door dengan
jendela sebagai tempat masuknya pencahayaan alami.

Pintu depan dengan 2 jendela disampingnya (PD1) memiliki ukuran lebar 1400
mm dan tinggi 2500 mm pada pintu, lebar 600mm dan tinggi 2500mm pada masing
masing jendela dan ukuran total lebar 2600 mm dan tinggi 2500 mm, pintu menggunakan
material kayu sehingga hanya dapat mennyalurkan cahaya saat sedang terbuka. Dengan
Ukuran jendela dan pintu yang tinggi maka cahaya dapat menembus hingga ruang
keluarga dan ukuran lebar bukaan 80% dari lebar ruangan maka cahaya yang disalurkan
akan merata pada setiap sisi

Sliding door dengan 2 jendela disampingnya (PS1) memiliki ukuran lebar


1400mm dan tinggi 2200mm pada sliding door, lebar 700mm dan tinggi 2000mm pada

16
jendela dan ukuran total lebar 2800mm dan tinggi 2200 mm, sliding door memiliki
material kaca yang dapat menyalurkan cahaya pada saat pintu tertutup, cahaya yang
dihasilkan merata pada tiap sisi.

Tingkat pencahayaan pada ruangan ini terang.

 Maid Room Lantai 1

Pada ruangan ini terdapat satu pintu dengan jendela


sebagai tempat masuknya pencahayaan alami.

Pintu dan jendela yang


digunakan Tipe PJ1 dengan ukuran
lebar 800 mm dan tinggi 2200mm
pada pintu dan lebar 620mm dan
tinggi 1300mm pada jendela.
Pencahayaan alami hanya
mengjangkau pada tempat tidur
sedangkan pada depan toilet kurang
dan di toilet tidak ada. Tingkat pencahyaan pada ruangan ini
tebilang kurang.

 Dapur dan PantryLantai 1

Pada dapur pencahayaan alami yang didapat hanya


dari ruangan sekitarnya dan tidak secara langsung, pada
pantry mendapatkan pencahayaan alami dari ruang
keluarga. Tingkat pecahayaan pada ruangan tebilang sangat
kurang untuk sebuah dapur.

17
Ruang Makan dan Toilet Lantai 1

Ruang makan mendapatkan cahaya dari ruang keluarga dan


jendela tipe KCM 2. Pada wc pencahayaan alami tidak ada.

Jendela KCM2 memiliki ukuran lebar 800mm dan tinggi


4800mm. dengan ukuran jendela yang tinggi maka cahaya yang masuk
dapa menembus hingga ruang makan.

Tingkat pencahayaan pada ruang makan terbilang terang dan


kurang pada toilet.

 Kamar Tidur Lantai 2

18
Pada masing-masing kamar tidur terdapat tiga
bukaan berupa 2 jendela dan 1 pintu pada setiap
kamar sebagai tempat masuknya pencahayaan alami.

Pintu yang digunakan merupakan tipe P1 dan


jendela tipe J2A pada ruangan kiri dan J2 pada
ruangan di kanan dengan ukuran lebar 800mm dan
tinggi 2200mm untuk pintu, lebar 1200mm dan tinggi
2500mm untuk jendela J2A dan lebar 1200mm dan
tinggi 2100mm pada jendela J2. Jendela J2A
memberikan cahaya yang menembus lebih jauh dari
J2, dengan luasan ruang kiri lebih kecil dari ruangan
kanan maka pencahayaan alami pada ruangan kiri
lebih baik dari ruangan kanan.

Tingkat pencahayaan cukup terang untuk ruang tidur.

19
 Ruang Keluarga Lantai 2

Ruang keluarga memiliki


pencahayaan alami yang banyak
yang didapat dari bukaan jendela
yang banyak.

Jendela yang digunakan


adalah tipe KCM4, KCM1
sebanyak 3 buah, dan KCM2.
Dengan ukuran lebar 2900mm
dan tinggi 1100mm untuk KCM4, lebar 800mm dan tinggi 4800mm
pada KCM2, lebar 650mm dan tinggi 2200m pada KCM1. Jendela
KCM 4 dapat menyalurkan cahaya dengan merata namun tidak
dapat mengjangkau jauh, Jendela KCM 1 dengan penempatanya
yang cukup renggang dapat menyebarluaskan dengan merata dan
dengan ukuran yang tinggi, cahaya dapat menembus cukup jauh.
KCM2 memiliki ukkuran yang sangat tinggi sehingga dapat
mengjangkau hingga ke ujung.

Tingkat pencahayaan terbilang terang untuk ruang keluarga.

20
 Kamar Tidur Lantai 2

Pada ruangan ini terdapat tiga bukaan beupa 2 jendela


dan 1 pintu sebagai temppat masuknya pencahayaan alami.

Pintu yang digunakan bertipe P1 dan jendela bertipe


J2 dengan ukuran lebar 800mm dan tinggi 2200mm untuk
pintu,lebar 1200mm dan tinggi 2100mm pada jendela J2.
Cahaya yang dihasilkan pada ruangan ini terbilang cukup
terang .

 Gudang dan Toilet Lantai 2

Pada ruangan ini gudang dan toilet hanya


menerima cahaya dari ruangan sebelumnya melalui
pintu,

Tingkat pencahayaan terbilang kurang

21
IV.3. Pendalaman Pencahayan alami secara keseluruhan

Kondisi langit pada site merupakan overcast ( mendung) dan clearsky ( cerah ).
Dengan orientasi bangunan menghadap ke utara yang memberi efek sudut cahaya yang lebih
besar (intensitas cahaya kurang ) namun menerima sinar matahari yang konsisten tiap
tahunya. Luasan ruang yang tidak terlalu besar sehingga cahaya yang masuk melalui jendela
dapat menjangkau pada titik terjauh, penggunaa jendela pada rumah ini menggunakan
jendela dengan lubang yang meninggi, dengan ukuran yang meninggi maka cahaya dapat
mempenetrasi lebih baik ( dapat menjangkau pada titik yang jauh )

22
BAB V
KESIMPULAN & PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu :


 Pada rumah tinggal yang diobservasi jenis pencahayaan alami nya menggunakan
Bukaan Jendela dan pintu.
 Penggunaan bukaan untuk pengcahayaan alami beberapa ruang sudah cukup bagus
seperti kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, .
 Beberapa ruang memiliki pengcahayaan alami yang minim dan tidak ada sama sekali
seperti pada toilet, dapur, gudang, dan kamar pembantu
 Perhitungan jumlah dan luas bukan terbilang sudah cukup bagus dilihat dari
penempatan luas bukaan yang sesuai dengan luas ruang.

V.2. Saran

Dalam penyusunan makalah hendaknya menyiapkan bahan atau referensi yang


relevan dan sesuai sehingga dapat mempermudah kita dalam penyusunannya. Selain itu
gunakan juga beberapak referensiyang berbeda namun dapat dipertanggung jawabkan.
Serta memiliki landasan dari segi isi maupun penulisan.
Saran bagi pemilik rumah : agar mempertimbangkan bukaan pada toilet dan
beberapa ruang yang tidak memiliki pencahayaan alami.
Saran bagi pembaca : makalah ini diharapkan dapat memberikan refrensi ataupun
pembelajaran dalam perancangan dengan pencahayaan alami.

23
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, Susanti., 2018. “Pengaruh-bukaan-terhadap-pencahayaan-alami-bangunan-tropis-


indonesia” diakses pada Senin, 18 November 2019 pukul 20.45 pm. Dikutip dari
https://docplayer.info/70806041-Pengaruh-bukaan-terhadap-pencahayaan-alami-bangunan-tropis-
indonesia.html

Anonim, 2015, “Pengaturan Penghawaan dan Pencahayaan Pada Bangunan” diakses pada Senin,
18 November 2019 pukul 21.12 pm. Dikutip dari
http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengaturan-penghawaan-dan-pencahayaan-
pada-bangunan/

Manurung, Parmonangan, 2012, “ Pencahayaan Alami dalam Arsitektur” Bandung, Andi


Publisher

24

Anda mungkin juga menyukai