Anda di halaman 1dari 15

A.

Sistem Jaringan Komunikasi


Sistem jaringan komunikasi merupakan suatu perangkat instalasi yang berfungsi dalam
memberikan kemudahan dalam mengakses informasi baik yang bersifat internal maupun global
bagi para penggunanya dalam sistem gedung bertingkat, misalnya instalasi PABX telepon, jaringan
WIFI internet, TV Cable, instalasi Fax, sound system/loud speaker, dan sebagainya. Sistem
komunikasi pada Cineplex yaitu sistem komunikasi satu arah untuk memberikan pengumuman
kepada penonton bioskop. Sistem satu arah merupakan sistem terpusat. Selain itu jaringan
komunikasi telepon sangat berguna untuk mempermudah dan memperlancar komunikasi antar
staff. Pada sistem ini terdapat satu ruang operator peralatan komunikasi. Dalam ruang operator
inilah kendali peralatan komunikasi dipusatkan.

Ada dua macam Sistem telekomunikasi dalam gedung yang perlu kita perhatikan,

yakni:

1. Sistem Hubungan Telepon

Sistem network atau hubungan telepon dalam suatu gedung / bangunan, yaitu :

 Hubungan Eksternal
Berhubungan dengan nomor diluar yang tidak dalam ruang lingkup lingkunan
sistem PABX sebagai sentral telepon dalam gedung baik panggilan masuk (incoming)
atau panggilan keluar, seperti hubungan lokal, SLJJ, dan SLI. Sistem komunikasi
eksternal, yaitu untuk fasilitas komunikasi ke luar bangunan dengan memanfaatkan
jaringan telepon.

 Hubungan Internal

Jaringan komunikasi internal, yaitu dengan menggunakan sistem komunikasi dalam


bangunan dengan telepon secara otomatis dengan sistem PABX (Private Automatic
Branch Exchange). Berhubungan masih dalam lingkungan sistem PABX sebagai
sentral telepon antar sambungan cabang/nomor extension yang satu dengan
sambungan cabang/ nomor extension yang lain.

Penggunaan sejumlah telepon pada suatu bangunan pada umumnya tidak


diketahui secara tepat dan oleh karenanya perlu dirancang secara terpadu dengan
perancangan jaringan utilitas lainnya. Meskipun pada saat tahap rancangan jumlah
telepon sudah diketahui, pada kenyataannya masih sering terjadi penambahan jumlah
dan perubahan jaringan layanan telepon.

Untuk maksud ini, maka perancangan jumlah saluran telepon didasarkan pada
perkiraan per satuan luas lantai yang akan mempengaruhi alokasi kebutuhan ruangan
untuk kebutuhan :
1. Layanan penerimaan telepon, berikut panel utama telepon.
2. Saluran vertical (Riser), pipa saluran, dan panel distribusi.
3. Lemari untuk perlengkapan telekomunikasi.
4. Lokasi tempat penambahan sambungan.
5. Ruang peralatan untuk perlengkapan khusus telekomunikasi.
6. Sistem distribusi, termasuk pipa jaringan, kotak sambungan di lantai, dan lain- lain.
Untuk dapat berfungsinya sistem telekomunikasi didalam bangunan, diperlukan
saluran telepon dan Telkom, yang mempunyai fasilitas hubungan keluar local (dalam
kota), hubungan keluar interlokal (DDD – Domestic Direct Dialling) atau hubungan
international (IDD – International Direct Dialling).
Sistem dalam bangunan dimulai dari saluran Telkom ke fasilitas PABX (Private
Automatic Branch Exchange), selanjutnya dihubungkan ke kotak hubung induk (MDF –
Main Distribution Frame). Melalui kabel distribusi (DC – Distribution Cable) jaringan
telepon disebarkan ke kotak terminal (JB – Junction Box) yang ada pada tiap – tiap lantai
bangunan. Dari kotak terminal ini jaringan telepon diteruskan ke pesawat telepon.
Gambar Jaringan Instalasi Komunikasi Dalam Bangunan
Sumber : Google

Instalasi jaringan telepon menggunakan kabel berisolasi plastik yang dimasukan dalam
pipa PVC.
2. Sistem Tata Suara (Sound System)

Tata Suara erat kaitannya dengan pengaturan penguatan suara agar bisa
terdengar kencang tanpa mengabaikan kualitas dari suara-suara yang dikuatkan.
Pengaturan tersebut meliputi pengaturan mikrofon-mikrofon, kabel-kabel, prosesor
dan efek suara, pengaturan konsul mixer, dan juga Audio Power amplifier dan speaker-
speakernya. Pekerjaan sistem tata suara atau sound system diantaranya meliputi
pemasangan peralatan sentral sound system yang terdiri dari unit sinyal suara
(program source) dan penguat sinyal suara (audio amplifier), yang ditempatkan pada
rak peralatan sentral sistem tata suara.
Jaringan tata suara pada bangunan tinggi biasanya digunakan dengan
sistem keamanan, sistem tanda bahaya, dan sistem pengatur waktu terpusat.
Sistem tata suara biasanya diintegrasikan dengan sistem tanda bahaya, sehingga
bila terjadi kondisi darurat (kebakaran), sistem tanda bahaya mendapatkan
prioritas sinyal (signal) dari sistem tata suara untuk membunyikan tanda bahaya
(sirine) atau program panduan evakuasi ke seluruh bangunan.

Sistem tata suara untuk daerah lobby, koridor, area parkir dan ruang
administrasi selain digunakan untuk keperluan panduan evakuasi, digunakan
pula untuk pemanggilan (‘paging’) atau untuk keperluan program musik.

Jaringan sistem pengaturan jam terpusat (master clock) ini dimaksudkan


agar di semua ruangan menunjukan waktu yang sama, terutama pada bangunan
yang digunakan oleh satu pengguna (single tenani), seperti asrama, corporate
office, atau sekolah.
Perencanaan tata suara tidak terlepas dari persyaratan kebisingan yang
di sesuaikan dengan fungsi bangunan, agar rasa nyaman penghuni/ pengguna
bangunan tetap terpenuhi (Tabel).
Tabel.Tingkat Kebisingan

Sumber Suara Tingkat Kebisingan Keterangan


- 150 Dapat menyebabkan
telinga tuli
Pesawat tinggal landas 140 Dapat menyebabkan
telinga tuli
Suara ledakan peluru 130 Ambang rasa sakit
Suara sirine pada jarak 120 Kuping terasa pekak
30 m
Suara musik ‘ rock ‘, 110 Ambang tidak nyaman
gergaji kayu
Suara kereta api 100 Bising, sulit
Suara pabrik, 90 terjadinya
knalpot mobil percakapan
Percetakan, 80 Berisik, berbicara perlu
supermarket berteriak
Lalu lintas sedang 70
Lobby hotel, restoran 60 Pembicaraan dapat secara
Kantor, rumah 50 normal
sakit, bank
Kantor pribadi, rumah 40 Cukup sunyi
Studio radio 30
Auditorium 20 Sangat sunyi
kosong
, berbisik
Napas manusia 10
0 Ambang batas
pendengaran
Catatan : 60 db merupakan ambang batas background noise yang nyaman bagi telinga
B.Sistem Jaringan Air Bersih
Sistem jaringan air bersih sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan
operasional dan service dalam Cineplex dan galeri buku ini. Secara umum sistem jaringan air
bersih berkait dengan sistem pengadaan air bersih dalam bangunan dan site yang sistem
pendistribusiannya direncanakan sesuai kebutuhan. Distribusi air yang dilakukan umumnya
untuk mensuplai kebutuhan air pada kamar mandi/ WC, urinoir, washtafel, sink, dan sistem
fire protection. Sumber air bersih yang digunakan pada bangunan dan site yaitu bersumber
dari sumur. Air dari sumur nantinya akan dipompa menuju bak penampungan atas (down
feed) yang kemudian disalurkan keseluruh bangunan.

Sistem Distribusi Air Bersih


C.Sistem Jaringan Air Kotor
Limbah air kotor dibagi manjadi dua, yaitu: air kotor padat (disposal padat) dan air
kotor cair (disposal cair). Tiap jenis disposal tersebut memiliki penanganan yang berbeda satu
sama lain. Untuk disposal padat, pembuangannya harus secepat mungkin ke septic tank
dengan atau tanpa melalui bak kontrol yang kemudian masuk kedalam sumur resapan. Untuk
disposal cair, pembuangan langsung menuju sumur resapan, kecuali dari sink harus melalui
bak penangkap lemak terlebih dahulu yang emudian masuk ke sumur resapan. Selanjutnya
baru bisa dibuang ke riol kota.

Sistem Distribusi Air Kotor


D. Drainase
Buangan air hujan biasanya berasal dari atap yang disalurkan melalui talang
yang kemudian diturunkan melalui pipa vertikal dan berakhir disumur resapan air
hujan. Selain dari atap, buangan air hujan juga berasal dari site yang masuk ke saluran
air dan berakhir di sumur resapan air hujan. Semua air hujan yang masuk ke sumur
resapan air hujan akan dipompa menuju bak penampungan atas yang akan
dimanfaatkan kembali untuk kloset, urinoir, atau siram tanaman.
E.Sistem Pemadam Kebakaran
Untuk menghindari dan menanggulangi terjadinya bahaya kebakaran, suatu bangunan
harus memiliki sistem penanggulangan atau perlindungan bahaya kebakaran tersendiri baik
secara pasif maupun aktif. Sistem perlindungan atau penanggulangan kebakaran akan
berfungsi dengan baik dan efektif jika dirancang dengan baik. Alat atau piranti pendukung
pencegahan dan penanggulangan kebakaran secara aktif yang digunakan antara lain fire
sprinkler, hydrant cabinet atau hydrant box, fire extinguishers, smoke/fotoelectric detector,
dan hydran di halaman.
1. Fire Sprinkler
Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan dan head sprinkler
sebagai alat utama untuk memadamkan kebakaran.
2. Hydrant Cabinet/Hydrant Box
Sistem ini menggunakan instalasi hydran sebagai alat utama pemadam kebakaran,
yang terdiri dari box hydran dan aksesoris, pilar hydran, dan siemese. Box Hydran
dan accesories instalasinya (selang/hose, nozzle, atau disebut juga dengan Fire
House Cabinet (FHC)) biasanya ditempatkan dalam gedung, sebagai antisipasi jika
sistem sprinkler dan sistem fire extinguisher kewalahan mengatasi kebakaran di
dalam gedung.

3. Fire Extinguisher

Fire extinguisher atau lebih dikenal dengan nama APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya dilakukan secara manual dan
langsung diarahkan pada posisi dimana api berada.

4. Smoke/fotoelectric detector

Pada saat awal terjadinya api, asaplah yang lebih cepat menyebar dan bisa
terdeteksi. Bahkan beberapa material yang jika kita bakar tidak menimbulkan lidah
api, namun hanya bara dan asap yang mengepul kemana-mana, seperti sekam.
Menurut NFPA Photoelectric Smoke Detector secara umum sangat responsif
terhadap kebakaran yang diawali dengan proses bara yang lama. Meskipun
beberapa penelitian menemukan bahwa masih lebih responsive yang
menggunakan ionisasi. Jika pada sebuah area diperkirakan saat awal terjadi
kebakaran akan banyak menghasilkan asap sebaiknya menggunakan smoke
detector. Misalnya ruang yang beralaskan karpet (kecuali kamar hotel), gudang
kertas, gudang kapas, atau gudang tempat penyimpanan barang yang terbuat dari
karet.
Penerapan pada ruang cinema, sprinkler yang digunakan yaitu sprinkler foam. Hal ini
dikarenakan ruang cinema sangat rentan terhadap bahaya kebakaran. Selain itu juga
disiapkan fire extinguisher di pintu masuk cinema.
F.Sistem Elektrikal
Listrik bersumber dari PLN dan genset, sebelum listrik digunakan, listrik akan
masuk pada nael yang berisikan swicth, yang berfungsi sebagai alat otomatis bila listrik
dari PLN mati, maka genset secara otomatis dapat menggantikan tenaga yang diperlukan.
G.Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan dalam gedung terutama pada ruang publik menggunakan sistem
AC Sentral dengan sistem ducting atau biasa disebut dengan air handling system yang
dipasang pada suhu yang nyaman. Ducting System digunakan sebagai efisiensi, terutama
efisiensi energi, material, pemakaian ruang, dan perawatan. Sistem ini memungkinkan
digunakan pada gedung berukuran besar. Sistem ini mengontrol pengkondisian udara pada
satu titik dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi bangunan. Kantor pengelola atau
ruang-ruang staff menggunakan AC split, gudang menggunakan ventilasi alami, sedangkan
untuk Toilet (WC) cukup hanya menggunakan exhaust fan untuk mengeluarkan hawa panas
dan tidak dianjurkan menggunkan pendingin (AC) untuk mencegah bau dan kelembaban.
H.Sistem Penangkal Petir
Penangkal petir sangat dibutuhkan sebagai proteksi petir ke bangunan. Proteksi
tersebut berupa menangkap petir, menyalurkan arus petir, menampung petir, proteksi
grounding system, proteksi jalur power listrik, proteksi jalur PABX, dan proteksi jalur
elektronik. Prinsipnya penanangkal petir digunakan untuk menangkap sambaran petir ke
titik aman dari ujung penangkal petir dan menyalurkan energi lilstrik masuk ke dalam
tanah untuk meminimalkan resiko.
Penangkal petir yang disarankan adalah Eritech System 3000 yang terdiri dari Eritech
Dynasphere (penangkal petir), Eritech Ericore (Downconductor untuk mengurangi risiko
flashing samping dan keamanan dalam menyalurkan energy listrik ke dalam tanah),
Grounding System (sistem low-impedance yang dirancang untuk membubarkan energy
listrik dengan aman), Lightning Event Counter (mencatat sambaran petir untuk
mengetahui tingkat efisiensi penangkal petir terhadap sambaran petir).
Gambar Cara Pemasangan Petir
Sumber : https://www.antipetir.org/2018/10/penangkal-petir-erico.html

Gambar Penangkal Petir Dynasphere


Sumber : http://www.erico.com/products/RailS3000.asp

I.Sistem Keamanan
Kata “Keamanan” merupakan kata sifat “aman” yang berasal dari arti kata security,
dimana memiliki arti bebas dari bahaya. Pengertian keamanan terkait untuk menghindari
penyerangan, terorisme, sabotase, dan tindakan kriminal (seperti pencurian, atau
perampokan). Jika dikaitkan dengan bangunan, keamanan bangunan adalah kondisi bebas
dari resiko yang berkaitan dengan nyawa manusia di dalamnya dan asset bangunan yang di
dalam bangunan oleh akibat adanya pihak ketiga yang ikut campur seperti tindakan kriminal.
Standar keamanan bangunan bermanfaat untuk mengurangi resiko dengan mengidentifikasi
beberapa ancaman untuk menentukan tindakan antisipasinya di dalam desain. Ada beberapa
konsep terkait sistem perlidungan kemananan dari tidak kriminal, yaitu teritorialitas, natural
surveillance (pengawasan oleh manusia), natural access control (penggunaan elemen fisik
bangunan), dan maintenance dan manajemen melalui defensible space (ruang anti tindakan
kriminal).
Sistem keamanan yang diterapkan pada suatu bangunan antara lain CCTV dan Sistem
Alarm.
1. CCTV
Perangkat digital (camera) yang difungsikan untuk memantau dan mengawasi
serta merekam suatu keadaan/kegiatan pada satu ataupun beberapa tempat.
Penggunaannya ada yang untuk indoor maupun outdoor. CCTV juga dipasang di luar
ruangan, biasanya telah didesain agar lebih tahan cuaca dan mampu menjangkau
area yang lebih luas dengan deteksi gerak yang lebih akurat. Penempatan yang
paling umum adalah di pintu depan, jalan masuk, dan halaman belakang.
A. CCTV Infrared
Pada ruang cinema/bioskop biasanya menggunakan CCTV Infrared karena
cocok digunakan di tempat yang relatif gelap. Jauhnya jangkaun yang ditangkap
tegntung dari kapasitas pencahayaan yang dimiliki, yaitu LED yang dimiliki.
Selain itu penggunaan CCTV di dalam ruang bioskop digunakan untuk
meminimalisir adanya tindak pembajakan film ataupun tindak kejahatan.

Gambar Infrared CCTV


Sumber : google

B. Box CCTV
Jenis kamera ini baik untuk digunakan untuk pengamatan jarak jauh dan
ditempatkan pada bidang vertikal. Untuk keadaan dimana cahaya yang minim
tidak terlalu menjadi pertimbangan. Kamera jenis ini dapat digabungkan
dengan alat tambahan yang mendukung teknologi infra merah dengan (lensa
kamera CCTV yang digunakan juga harus sensitif terhadap sinar infra merah).
Gambar Box CCTV
Sumber : google

C. Dome CCTV
Dome kamera ini lensa CCTVnya dilindungi oleh kubah, karenanya jenis kamera
ini sulit rusak. Pemasangan model dome relatif lebih mudah. Orang sulit
menebak arah darii kamera karena posisi kamera tertutupi kubah.

Gambar Dome CCTV


Sumber : google

2. Sistem Alarm
Sistem alarm pada bangunan dimaksudkan untuk memberikan peringatan dini
pada penghuni bangunan berkaitan dengan hal-hal yang terjadi pada bangunan
seperti kebakaran, getaran gempa (vulkanik atau tektonik), bahaya tsunami,
keamanan dan kekuatan elemen struktur. Sistem alarm ini dapat pula
diintegrasikan atau dipisahkan dengan sistem alarm yang menyangkut keamanan
dan kenyamanan penghuninya, seperti ancaman pencurian dan perampokan, teror
dan aksi kejahatan lainnya, radiasi bahan berbahaya (nuklir), dan emisi gas buang.
Secara umum, sistem alarm terdiri atas 3 unsur yaitu unsur detektor, unsur
sinyal tanda bahaya, dan unsur pengendali. Sistem alarm pada bangunan gedung,
terutama bangunan-bangunan publik seperti perkantoran, mall/supermarket,
hotel, apartemen, gedung sekolah/kuliah dan sebagainya, umumnya memasang
sistem alarm untuk kebakaran dan sistem alarm keamanan. Sedangkan sistem
alaram untuk getaran gempa umumnya dipasang pada bangunan gedung
bertingkat tinggi, dan sistem alarm bahaya banjir biasanya dipasang pada
bangunan-bangunan yang rawan terjadinya genangan banjir.
Gambar Fire Alarm
Sumber : google

J.Sistem Transportasi
Sistem transportasi pada gedung meliputi 2 hal yaitu sirkulasi transportasi horizontal
dan vertikal.
1. Sirkulasi Horizontal
Merupakan jalan lalu-lalang antar ruang dalam satu lantai. Persentasi
kemiringan pada jenis ini tidak lebih dari 10%. Sedangkan alat transformasi jenis
sirkulasi horizontal ini adalah koridor.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam merancang sirkulasi horizontal
berupa koridor dan ruang peralihan adalah
 Urutan yang logis baikk dalam ukuran ruang, bentuk, dana rah
 Pencapaian yang mudah dan langsung dengan jarak sependek mungkin
 Memberi gerak yang ogis dan pengalaman yang indah bermakna
 Aman dan perssilangan arus sirkulasi sesedikit mungkin atau dihindari
 Cukup terang
2. Sirkulasi Vertikal
Transportasi vertikal merupakan mode transportasi yang digunakan untuk
mengangkat objek dari bawah ke atas ataupun sebaliknya. Transportasi vertical
yang sering digunakan pada gedung adalah elevator dan escalator.
A. Elevator
Elevator atau biasa disebut dengan lift merupakan alat angkut untuk mengangkut
orang atau barang dalam suatu bangunan yang tinggi. Lift dapat dipasang untuk
bangunan yang tingginya lebih dari 4 lantai, karena kemampuan orang untuk naik
turun dalam menjalankan tugasnya hanya mampu dilakukan sampai 4 lantai.
Lift menurut fungsinya dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
 Lift Penumpang, (passanger elevator) digunakan untuk mengangkut
manusia
 Lift Barang, (fright elevator) digunakan untuk menngangkut barang
 Lift Makanan (dumb waiters)
 Lift pemadam Kebakaran (biasanya berfungsi sekaligus sebagai lift
barang)
Pada dasarnya komponen pada elevator dibagi menjadi empat bagian utama yaitu,
 Komponen di ruang mesin (Machine Room)
 Komponen di ruang luncur (Hoistway)
 Komponen di kereta/Car Lift
 Komponen di luar ruang luncur pada tiap-tiap lantai
Pada gambar dibawah ini bisa kita lihat bersama-sama apa saja komponen pada
Elevator. Disini menggunakan mesin traction-geared elevator yang banyak
digunakan.

Gambar Komponen dalam Lift


Sumber : google
B. Escalator
Escalator dan Travelator adalah salah satu sistem transportasi vertikal di
dalam bangunan gedung untuk memindahkan objek dari satu lantai ke lantai
berikutnya. Escalator diprioritaskan untuk transportasi orang dengan barang
bawaan yang dijinjing, sedangkan travellator untuk transportasi orang
denganbarang yang di dalam trolley. Pemilihan escalator maupun travellator
ditentukan oleh besarnya kapasitas yang diinginkan karena kecepatannya
sudah tertentu. Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah
 Sudut kemiringan, lebih didasarkan pada keterbatasan perencanaan
dan kenyamanan
 Tinggi antar lantai, lebih didasarkan pada keputusan perencanaan
 Sistem operasi, memungkinkan elevator bisa digerakkan dengan arah
keatas atau kebawah

Gambar Bagian-bagian pada escalator


Sumber : google

J.Sistem Pembuangan Sampah


1. Sampah Organik
Sampah tanaman seperti daun dapat diolah dengan proses pembusukan dengan
kompos untuk menghasilkan pupuk alami.
2. Sampah Non-Organik
Sampah seperti kertas dan plastik dipisahkan dan dapat dijual atau dikelola oleh
pihak luar agar dapat didaur ulang kembali Sampah yang dihasilkan berupa sampah
basah maupun sampah kering ditangani dengan cara menyediakan tempat-tempat
sampah pada lokasi, untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan sampah
sementara kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Gambar Sistematika Pembuangan Sampah


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Anda mungkin juga menyukai