Ada dua macam Sistem telekomunikasi dalam gedung yang perlu kita perhatikan,
yakni:
Sistem network atau hubungan telepon dalam suatu gedung / bangunan, yaitu :
Hubungan Eksternal
Berhubungan dengan nomor diluar yang tidak dalam ruang lingkup lingkunan
sistem PABX sebagai sentral telepon dalam gedung baik panggilan masuk (incoming)
atau panggilan keluar, seperti hubungan lokal, SLJJ, dan SLI. Sistem komunikasi
eksternal, yaitu untuk fasilitas komunikasi ke luar bangunan dengan memanfaatkan
jaringan telepon.
Hubungan Internal
Untuk maksud ini, maka perancangan jumlah saluran telepon didasarkan pada
perkiraan per satuan luas lantai yang akan mempengaruhi alokasi kebutuhan ruangan
untuk kebutuhan :
1. Layanan penerimaan telepon, berikut panel utama telepon.
2. Saluran vertical (Riser), pipa saluran, dan panel distribusi.
3. Lemari untuk perlengkapan telekomunikasi.
4. Lokasi tempat penambahan sambungan.
5. Ruang peralatan untuk perlengkapan khusus telekomunikasi.
6. Sistem distribusi, termasuk pipa jaringan, kotak sambungan di lantai, dan lain- lain.
Untuk dapat berfungsinya sistem telekomunikasi didalam bangunan, diperlukan
saluran telepon dan Telkom, yang mempunyai fasilitas hubungan keluar local (dalam
kota), hubungan keluar interlokal (DDD – Domestic Direct Dialling) atau hubungan
international (IDD – International Direct Dialling).
Sistem dalam bangunan dimulai dari saluran Telkom ke fasilitas PABX (Private
Automatic Branch Exchange), selanjutnya dihubungkan ke kotak hubung induk (MDF –
Main Distribution Frame). Melalui kabel distribusi (DC – Distribution Cable) jaringan
telepon disebarkan ke kotak terminal (JB – Junction Box) yang ada pada tiap – tiap lantai
bangunan. Dari kotak terminal ini jaringan telepon diteruskan ke pesawat telepon.
Gambar Jaringan Instalasi Komunikasi Dalam Bangunan
Sumber : Google
Instalasi jaringan telepon menggunakan kabel berisolasi plastik yang dimasukan dalam
pipa PVC.
2. Sistem Tata Suara (Sound System)
Tata Suara erat kaitannya dengan pengaturan penguatan suara agar bisa
terdengar kencang tanpa mengabaikan kualitas dari suara-suara yang dikuatkan.
Pengaturan tersebut meliputi pengaturan mikrofon-mikrofon, kabel-kabel, prosesor
dan efek suara, pengaturan konsul mixer, dan juga Audio Power amplifier dan speaker-
speakernya. Pekerjaan sistem tata suara atau sound system diantaranya meliputi
pemasangan peralatan sentral sound system yang terdiri dari unit sinyal suara
(program source) dan penguat sinyal suara (audio amplifier), yang ditempatkan pada
rak peralatan sentral sistem tata suara.
Jaringan tata suara pada bangunan tinggi biasanya digunakan dengan
sistem keamanan, sistem tanda bahaya, dan sistem pengatur waktu terpusat.
Sistem tata suara biasanya diintegrasikan dengan sistem tanda bahaya, sehingga
bila terjadi kondisi darurat (kebakaran), sistem tanda bahaya mendapatkan
prioritas sinyal (signal) dari sistem tata suara untuk membunyikan tanda bahaya
(sirine) atau program panduan evakuasi ke seluruh bangunan.
Sistem tata suara untuk daerah lobby, koridor, area parkir dan ruang
administrasi selain digunakan untuk keperluan panduan evakuasi, digunakan
pula untuk pemanggilan (‘paging’) atau untuk keperluan program musik.
3. Fire Extinguisher
Fire extinguisher atau lebih dikenal dengan nama APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya dilakukan secara manual dan
langsung diarahkan pada posisi dimana api berada.
4. Smoke/fotoelectric detector
Pada saat awal terjadinya api, asaplah yang lebih cepat menyebar dan bisa
terdeteksi. Bahkan beberapa material yang jika kita bakar tidak menimbulkan lidah
api, namun hanya bara dan asap yang mengepul kemana-mana, seperti sekam.
Menurut NFPA Photoelectric Smoke Detector secara umum sangat responsif
terhadap kebakaran yang diawali dengan proses bara yang lama. Meskipun
beberapa penelitian menemukan bahwa masih lebih responsive yang
menggunakan ionisasi. Jika pada sebuah area diperkirakan saat awal terjadi
kebakaran akan banyak menghasilkan asap sebaiknya menggunakan smoke
detector. Misalnya ruang yang beralaskan karpet (kecuali kamar hotel), gudang
kertas, gudang kapas, atau gudang tempat penyimpanan barang yang terbuat dari
karet.
Penerapan pada ruang cinema, sprinkler yang digunakan yaitu sprinkler foam. Hal ini
dikarenakan ruang cinema sangat rentan terhadap bahaya kebakaran. Selain itu juga
disiapkan fire extinguisher di pintu masuk cinema.
F.Sistem Elektrikal
Listrik bersumber dari PLN dan genset, sebelum listrik digunakan, listrik akan
masuk pada nael yang berisikan swicth, yang berfungsi sebagai alat otomatis bila listrik
dari PLN mati, maka genset secara otomatis dapat menggantikan tenaga yang diperlukan.
G.Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan dalam gedung terutama pada ruang publik menggunakan sistem
AC Sentral dengan sistem ducting atau biasa disebut dengan air handling system yang
dipasang pada suhu yang nyaman. Ducting System digunakan sebagai efisiensi, terutama
efisiensi energi, material, pemakaian ruang, dan perawatan. Sistem ini memungkinkan
digunakan pada gedung berukuran besar. Sistem ini mengontrol pengkondisian udara pada
satu titik dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi bangunan. Kantor pengelola atau
ruang-ruang staff menggunakan AC split, gudang menggunakan ventilasi alami, sedangkan
untuk Toilet (WC) cukup hanya menggunakan exhaust fan untuk mengeluarkan hawa panas
dan tidak dianjurkan menggunkan pendingin (AC) untuk mencegah bau dan kelembaban.
H.Sistem Penangkal Petir
Penangkal petir sangat dibutuhkan sebagai proteksi petir ke bangunan. Proteksi
tersebut berupa menangkap petir, menyalurkan arus petir, menampung petir, proteksi
grounding system, proteksi jalur power listrik, proteksi jalur PABX, dan proteksi jalur
elektronik. Prinsipnya penanangkal petir digunakan untuk menangkap sambaran petir ke
titik aman dari ujung penangkal petir dan menyalurkan energi lilstrik masuk ke dalam
tanah untuk meminimalkan resiko.
Penangkal petir yang disarankan adalah Eritech System 3000 yang terdiri dari Eritech
Dynasphere (penangkal petir), Eritech Ericore (Downconductor untuk mengurangi risiko
flashing samping dan keamanan dalam menyalurkan energy listrik ke dalam tanah),
Grounding System (sistem low-impedance yang dirancang untuk membubarkan energy
listrik dengan aman), Lightning Event Counter (mencatat sambaran petir untuk
mengetahui tingkat efisiensi penangkal petir terhadap sambaran petir).
Gambar Cara Pemasangan Petir
Sumber : https://www.antipetir.org/2018/10/penangkal-petir-erico.html
I.Sistem Keamanan
Kata “Keamanan” merupakan kata sifat “aman” yang berasal dari arti kata security,
dimana memiliki arti bebas dari bahaya. Pengertian keamanan terkait untuk menghindari
penyerangan, terorisme, sabotase, dan tindakan kriminal (seperti pencurian, atau
perampokan). Jika dikaitkan dengan bangunan, keamanan bangunan adalah kondisi bebas
dari resiko yang berkaitan dengan nyawa manusia di dalamnya dan asset bangunan yang di
dalam bangunan oleh akibat adanya pihak ketiga yang ikut campur seperti tindakan kriminal.
Standar keamanan bangunan bermanfaat untuk mengurangi resiko dengan mengidentifikasi
beberapa ancaman untuk menentukan tindakan antisipasinya di dalam desain. Ada beberapa
konsep terkait sistem perlidungan kemananan dari tidak kriminal, yaitu teritorialitas, natural
surveillance (pengawasan oleh manusia), natural access control (penggunaan elemen fisik
bangunan), dan maintenance dan manajemen melalui defensible space (ruang anti tindakan
kriminal).
Sistem keamanan yang diterapkan pada suatu bangunan antara lain CCTV dan Sistem
Alarm.
1. CCTV
Perangkat digital (camera) yang difungsikan untuk memantau dan mengawasi
serta merekam suatu keadaan/kegiatan pada satu ataupun beberapa tempat.
Penggunaannya ada yang untuk indoor maupun outdoor. CCTV juga dipasang di luar
ruangan, biasanya telah didesain agar lebih tahan cuaca dan mampu menjangkau
area yang lebih luas dengan deteksi gerak yang lebih akurat. Penempatan yang
paling umum adalah di pintu depan, jalan masuk, dan halaman belakang.
A. CCTV Infrared
Pada ruang cinema/bioskop biasanya menggunakan CCTV Infrared karena
cocok digunakan di tempat yang relatif gelap. Jauhnya jangkaun yang ditangkap
tegntung dari kapasitas pencahayaan yang dimiliki, yaitu LED yang dimiliki.
Selain itu penggunaan CCTV di dalam ruang bioskop digunakan untuk
meminimalisir adanya tindak pembajakan film ataupun tindak kejahatan.
B. Box CCTV
Jenis kamera ini baik untuk digunakan untuk pengamatan jarak jauh dan
ditempatkan pada bidang vertikal. Untuk keadaan dimana cahaya yang minim
tidak terlalu menjadi pertimbangan. Kamera jenis ini dapat digabungkan
dengan alat tambahan yang mendukung teknologi infra merah dengan (lensa
kamera CCTV yang digunakan juga harus sensitif terhadap sinar infra merah).
Gambar Box CCTV
Sumber : google
C. Dome CCTV
Dome kamera ini lensa CCTVnya dilindungi oleh kubah, karenanya jenis kamera
ini sulit rusak. Pemasangan model dome relatif lebih mudah. Orang sulit
menebak arah darii kamera karena posisi kamera tertutupi kubah.
2. Sistem Alarm
Sistem alarm pada bangunan dimaksudkan untuk memberikan peringatan dini
pada penghuni bangunan berkaitan dengan hal-hal yang terjadi pada bangunan
seperti kebakaran, getaran gempa (vulkanik atau tektonik), bahaya tsunami,
keamanan dan kekuatan elemen struktur. Sistem alarm ini dapat pula
diintegrasikan atau dipisahkan dengan sistem alarm yang menyangkut keamanan
dan kenyamanan penghuninya, seperti ancaman pencurian dan perampokan, teror
dan aksi kejahatan lainnya, radiasi bahan berbahaya (nuklir), dan emisi gas buang.
Secara umum, sistem alarm terdiri atas 3 unsur yaitu unsur detektor, unsur
sinyal tanda bahaya, dan unsur pengendali. Sistem alarm pada bangunan gedung,
terutama bangunan-bangunan publik seperti perkantoran, mall/supermarket,
hotel, apartemen, gedung sekolah/kuliah dan sebagainya, umumnya memasang
sistem alarm untuk kebakaran dan sistem alarm keamanan. Sedangkan sistem
alaram untuk getaran gempa umumnya dipasang pada bangunan gedung
bertingkat tinggi, dan sistem alarm bahaya banjir biasanya dipasang pada
bangunan-bangunan yang rawan terjadinya genangan banjir.
Gambar Fire Alarm
Sumber : google
J.Sistem Transportasi
Sistem transportasi pada gedung meliputi 2 hal yaitu sirkulasi transportasi horizontal
dan vertikal.
1. Sirkulasi Horizontal
Merupakan jalan lalu-lalang antar ruang dalam satu lantai. Persentasi
kemiringan pada jenis ini tidak lebih dari 10%. Sedangkan alat transformasi jenis
sirkulasi horizontal ini adalah koridor.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam merancang sirkulasi horizontal
berupa koridor dan ruang peralihan adalah
Urutan yang logis baikk dalam ukuran ruang, bentuk, dana rah
Pencapaian yang mudah dan langsung dengan jarak sependek mungkin
Memberi gerak yang ogis dan pengalaman yang indah bermakna
Aman dan perssilangan arus sirkulasi sesedikit mungkin atau dihindari
Cukup terang
2. Sirkulasi Vertikal
Transportasi vertikal merupakan mode transportasi yang digunakan untuk
mengangkat objek dari bawah ke atas ataupun sebaliknya. Transportasi vertical
yang sering digunakan pada gedung adalah elevator dan escalator.
A. Elevator
Elevator atau biasa disebut dengan lift merupakan alat angkut untuk mengangkut
orang atau barang dalam suatu bangunan yang tinggi. Lift dapat dipasang untuk
bangunan yang tingginya lebih dari 4 lantai, karena kemampuan orang untuk naik
turun dalam menjalankan tugasnya hanya mampu dilakukan sampai 4 lantai.
Lift menurut fungsinya dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
Lift Penumpang, (passanger elevator) digunakan untuk mengangkut
manusia
Lift Barang, (fright elevator) digunakan untuk menngangkut barang
Lift Makanan (dumb waiters)
Lift pemadam Kebakaran (biasanya berfungsi sekaligus sebagai lift
barang)
Pada dasarnya komponen pada elevator dibagi menjadi empat bagian utama yaitu,
Komponen di ruang mesin (Machine Room)
Komponen di ruang luncur (Hoistway)
Komponen di kereta/Car Lift
Komponen di luar ruang luncur pada tiap-tiap lantai
Pada gambar dibawah ini bisa kita lihat bersama-sama apa saja komponen pada
Elevator. Disini menggunakan mesin traction-geared elevator yang banyak
digunakan.