Anda di halaman 1dari 42

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem utilitas merupakan sarana atau unit yang diperlukan untuk operasi
suatu proses. Sarana atau unit penunjang disini dimaksudkan adalah sebuah unit yang
berfungsi sebagai fasilitas penunjang kegiatan serta kenyamanan bangunan. Unit
utilitas penting dalam proses didalam suatu bangunan tinggi dan bangunan
perindustrian.
Dalam pembangunan gedung tinggi tentunya dibutuhkan teknologi yang
tinggi juga untuk mendukung menciptakan kenyamanan bagi pengguna, salah satunya
adalah masalah utilitas bangunan. Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan
fasilitas yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan,
kesehatan, keselamatan, kemudahan komunikasi, dan mobilitas dalam pembangunan
Perancangan bangunan harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas
utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan lain (struktur, arsitektur, interior
dan lain-lain).

1.2 Tujuan Penulisan

Untuk menunjang persyaratan penilaian sebagai tugas akhir semester pada mata
perkuliahan Utilitas , dan mempelajari sistem utilitas bangunan tinggi serta membantu
para pembaca makalah ini untuk memperlajari materi Utilitas

1
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
PENGERTIAN UTILITAS BANGUNAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
SISTEM UTILITAS BANGUNAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 – 27
SISTEM PEMIPAAN PADA BANGUNAN TINGGI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28 -30
BAGIAN – BAGIAN SISTEM PEMBUANGAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
PENGOLAHAN LIMBAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .31
AIR CONDITIONING . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31- 36
PENCEGAHAN KEBAKARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37 –41
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .42

2
PENGERTIAN UTILITAS BANGUNAN
Dalam pembangunan gedung tinggi tentunya dibutuhkan teknologi yang tinggi juga
untuk mendukung menciptakan kenyamanan bagi pengguna, salah satunya adalah masalah
utilitas bangunan. Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas yang digunakan
untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan
komunikasi, dan mobilitas dalam pembangunan

SISTEM UTILITAS BANGUNAN


Sistem utilitas merupakan sarana atau unit yang diperlukan untuk operasi suatu
proses. Sarana atau unit penunjang disini dimaksudkan adalah sebuah unit yang berfungsi
sebagai fasilitas penunjang kegiatan serta kenyamanan bangunan. Unit utilitas penting dalam
proses didalam suatu bangunan tinggi dan bangunan perindustrian.
Perancangan bangunan harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas
yang dikoordinasikan dengan perancangan lain (struktur, arsitektur, interior dan lain-lain).
Berikut perencanaan utilitas bangunan yang harus dipenuhi pada sebuah pembangunan
konstruksi:

1. Perancangan Plambing dan Sanitasi


Sedangkan sistem plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem
pembuangan air kotor yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang memenuhi syarat,
yang berupa peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan, standar tentang peralatan dan
instalasinya .
Sistem plambing yang baik bergantung pada sistem plambing pemipaan yang baik
pula. Selain pemipaan, terdapat hubungan yang erat juga antara masalah penyediaan air dan
sanitasi, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan
beberapa aspek berikut:
1. Kesehatan.
2. Penggunaan air.
3. Pengolahan dan pembuangan limbah.

3
 SISTEM AIR BERSIH

SKEMA SISTEM AIR BERSIH

4
SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

5
SKEMA AIR KOTOR DAN AIR BEKAS

DISTRIBUSI AIR BEKAS

6
SKEMA AIR HUJAN

SKEMA AIR BEKAS

7
DISTRIBUSI AIR KOTOR

8
2. Perancangan CCTV dan Sekuriti Sistem
CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk memonitor suatu
ruangan melalui layar televisi atau monitor, yang menampilkan gambar dari rekaman kamera
yang dipasang di setiap sudut ruangan (biasanya tersembunyi) yang diinginkan oleh bagian
keamanan. Sistem kameran dan televisi ini terbatas pada gedung tersebut (closed). Semua
kegiatan di dalamnya dapat dimonitor di suatu ruangan sekuriti.

DISTRIBUSI CCTV

9
3. Perancangan Penerangan/pencahayaan
Pada perencanaan penerangan dan pencahayaan gedung dimaksudkan agar bangunan tersebut
mendapat pencahayaan dan penerangan yang baik pada siang hari maupun pada malam hari .
Dewasa ini pemanfaatan pencahayaandigunakan sumber alami dan telah diatur berdasarkan
SNI 03 – 2396 – 2001 tentang “Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada
bangunan gedung”. Selain itu dalam perencanaan penerangan atau pencahayaan juga
mempertimbangkan tentang standar pencahayaan buatan yang diatur pada SNI 036575-2001
tentang “Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung”.

DISTRIBUSI LISTRIK

10
4. Perancangan Pencegahan Kebakaran
Untuk menghindari terjadinya kebakaran pada suatu bangunan, diperlukan
suata cara atau sistem pencegahan kebakaran karena bahaya kebakaran dapat
menimbulkan kerugian berupa korban manusia, harta benda, terganggunya proses
produksi barang dan jasa, kerusakan lingkungan dan terganggunya masyarakat.
Bahaya kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Bahaya kebakaran ringan
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.
2. Bahaya kebakaran sedang.
3. Bahaya kebakaran berat.
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat cepat.
Perancangan sistem ini erat kaitannya dengan sistem plumbing karena agar
meminimalisir bahaya bencana kebakaran maka dikembangkan sistem-istem
yang melingkupi pengaliran air, sebagai media pemadaman guna mencegah
bahaya kebakaran skala besar, sistem pencegahan tersebut diantaranya adalah:
1. Sistem hidran 2. Sistem sprinkle

11
DISTRIBUSI ALAT PEMADAM KEBAKARAN

12
5.Perancangan Pengudaraan/penghawaan
Untuk mencapai kenyamanan, kesehatan, dan kesegaran hidup dalam rumah tinggal atau
bangunan bertingkat, khususnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada daerah yang beriklim
tropis dengan udaranya yang panas dan kelembaban udaranya yang tinggi, maka diperlukan
usaha untuk mendapatkan udara segar dari aliran udara alam maupun aliran udara buatan .
Perencangan pengudaraan atau penghawaan adalah perencanaan untuk mendapatkan aliran
udara yang tepat untuk ruangan serta pengontrolannya.

DISTRIBUSI AC

13
6.Perancangan Penangkal Petir
Pengamanan bangunan bertingkat dari bahaya sambaran petir perlu dilakukan dengan
memasang suatu alat penangkal petir pada puncak bangunan tersebut. Penangkal petir ini harus
dipasang pada bangunan-bangunan yang tinggi, minimal bangunan 2 lantai, terutama yang
paling tinggi di antara sekitarnya.

SKEMA PENANGKAL PETIR

14
7.Perancangan Transportasi dalam bangunan
Sebuah bangunan yang besar atau tinggi memerlukan suatu alat angkut transportasi untuk
memberikan suatu kenyamanan dalam berlalu-lalang di bangunan tersebut. Alat transportasi
tersebut mempunyai sifat berdasarkan arah geraknya sebagai alat angkut dalam bentuk arah
vertikal berupa elevator, arah horizontal berupa konveyor, arah diagonal berupa eskalator.

8.Perancangan Telepon
Perancangan telepon pada gedung harus mempertimbangkan kepada perencanaan sistem
komunikasi antara ruangan (intercom) dan perencanaan sistem komunikasi luar. Perancangan
ini juga harus memperhatikan sistem pengaturan pemasangan kabel dalam bangunan
sedemikian rupa sehingga tidak menggangu estetika pada bangunan serta untuk memudahkan
dalam perawatan. Perencanaan arus lemah telepon, sistem telepon harus menggunakan sistem
hubungan seperti saluran untuk daya pembangkit komputer, yaitu aliran di dalam lantai (floor
duct).

15
SUMBER TEMPAT PEMBUANGAN

CLOSET WASHTAFEL

FLOOR DRAIN BATHTUB

KITCHENZINK URINOIR

16
SKEMA PENGOLAHAN LIMBAH

17
DIMENSI SEPTICK TANK

18
DIAGRAM SIRKULASI FREON

19
AC WINDOWS

AC WINDOWS

20
AC SPLIT

21
AC SPLIT

22
PACKAGE UNIT

SKEMA AC CENTRAL

23
SISTEM AC CENTRAL

CHILLER

24
KONDENSOR

COOLING TOWER

25
SKEMA AHU ( AIR HUNDLING UNIT )

26
POLA PENYEBARAN API

27
SISTEM PEMIPAAN PADA BANGUNAN TINGGI

Instalasi pipa pada bangunan tingkat tinggi digunakan untuk mengalirkan :


a. air bersih (panas dan dingin )
b. air es untuk keperluan tata udara
c. air untuk keprluan pencegahan dan penangglangan bahaya kebakaran
d. pembuangan air kotor
e. air buangan
f. air hujan
g. air limbah.

a. Instalasi Air Bersih

Sumber air bersih berasal dari jaringan air PDAM dengan sumber cadangan dari sumur
artesis. Air dari jaringan PDAM dialirkan ke ground water tank yang diletakkan di bawah
muka air tanah, kemudian dipompakan ke roof tank yang letaknya lebih tinggi, terdapat dua
jenis roof tank yang pertama untuk penggunaan sehari-hari, yang kedua untuk pencegahan
kebakaran. Dengan mengandalkan gaya gravitasi, air dari roof tank kemudian didistribusikan
ke tiap titik pengambilan air seperti keran wastafel, keran bak air mandi, sprinkler dan hidrant
dengan sistem shaft. Meskipun dengan pemakaian roof tank membutuhkan ruang tersendiri
serta beban struktur yang lebih namun dibandingkan dengan menggunakan pompa yang
langsung dialirkan ke titik-titik pendistribusian air akan lebih efektif karena rusunawa yang
memiliki banyak ruang akan mebutuhkan tenaga atau daya dari pompa dalam jumlah besar.

b. Instalasi Air Kotor

Jaringan air kotor dalam bangunan terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

 Limbah cair, berupa air kotor yang berasal dari floor drain kamar mandi, wastafel,
dll.,
 Limbah padat, yang berasal dari kloset kamar mandi,
 Air hujan.

Pada penanganan limbah cair, air kotor yang berasal dari floor darain kamar mandi, wastafel,
tempat cuci piring dsb pada tiap lantai disalurkan ke bawah melalui pipa menuju ke lantai
dasar, lalu disalurkan menuju bak kontrol. Kemudian air dialirkan menuju sumur resapan
sebelum dibuang ke saluran kota.

Pada penanganan limbah padat, kotoran yang berasal dari kloset tiap lantai disalurkan melalui
pipa limbah padat secara vertikal menuju ke lantai dasar yang kemudian langsung disalurkan
ke dalam septic tank. Pipa limbah padat yang melintang secara horizontal harus memiliki
kemiringan minimal 5% tiap 1 meter untuk meminimalkan resiko tersumbat. Karena hal ini,
penempatan septic tank juga perlu diperhatikan, apabila jaraknya semakin jauh dari letak
28
kloset lantai dasar, maka penempatan septic tank akan membutuhkan kedalaman yang
semakin besar. Pada septic tank, limbah kemudian ditampung dan diendapkan, lalu air yang
tersisa dialirkan ke sumur resapan. Untuk penempatan septic tank beserta resapannya,
sebaiknya diletakkan berjauhan dengan sumur artesis maupun gorund water tank, minimal
berjarak 15 meter. Hal ini dilakukan agar jaringan air bersih tidak tercemar limbah dari septic
tank.

Untuk penanganan air hujan, digunakan talang yang disesuaikan dengan bentuk atap, yang
kemudian dialirkan secara vertikal melalui pipa menuju ke bak kontrol yang sama dengan
yang digunakan pada penanganan limbah cair di lantai dasar.

c. Instalasi Listrik

Sumber listrik pada bangunan ini berasal dari jaringan listrik PLN dan memiliki cadangan
listrik yang bersumber dari genset yang dapat digunakan apabila terjadi pemadaman listrik
dari jaringan PLN. Beberapa fasilitas yang membutuhkan daya listrik seperti lampu,
stopkontak, CCTV, pompa air, serta pemadam kebakaran. Untuk mewadahi instalasi listrik
diperlukan Main Distribution Panel dan ruang genset. Automatic Transfer Switch atau ATS
bekerja mengalirkan listrik dari genset ketika terjadi pemadaman listrik dari PLN. Listrik
yang berasal dari Main Distribution Panel kemudian dialirkan ke Sub Distribution Panel pada
tiap-tiap lantai Rusunawa kemudia dialirkan ke fasilitas yang membutuhkan daya listrik
tersebut.

d. Instalasi CCTV

Instalasi CCTV dalam bangunan diperlukan sebagai alat pengawasan keamanan baik di
dalam bangunan maupun di sekitar bangunan. Komponen – komponen dalam sistem CCTV
terdiri dari :

 Kamera pengawas, yang diletakkan di titik tertentu yang dianggap strategis dan
memiliki jangkauan jarak pandang yang luas.
 Digital Video Recording (DVR), sebagai alat perekam dari tiap – tiap kamera yang
ada dan diletakkan pada control room.
 Monitor CCTV, yaitu monitor yang menampilkan gambar dari setiap kamera yang
ada untuk diawasi oleh para pengawas di control room
 Jaringan kabel, yang menjadi penghubung antara kamera, DVR Unit, dan monitor
CCTV.

e. Instalasi Pemadam Kebakaran

Beberapa perangkat pemadam kebakaran atau pencegahan kebakaran yang terdapat pada
bangunan Rusunawa antara lain :

 Pendeteksi gejala kebakaran (detektor)


 Alarm atau sirine kebakaran
 Spinkler
 Hidrant

29
Pendeteksi gejala kebakaran yang diperluka berupa :

 Detektor asap
 Detektor panas
 Detektor Api

Peletakan detektor berapa pada langit-langit pada setiap ruangan di Rusunawa serta di lorong
dengan jarak tertentu. Detektor akan mendeteksi adanya asap atau tanda-tanda lain kebakaran
kemudian secara otomatis mengaktifkan alarm atau sirine kebakaran, namun jika alarm
otomatis tidak berfungsi terdapat tuas manual yang ditarik untuk mengaktifkan sirine
kebakaran. Kemudian sprinkler akan bekeja menyemprotkan air ketika alarm berbunyi. Air
yang digunakan sprinkler berasal dari roof tank untuk pemadaman pada instalasi air bersih.

Selain Sprinkler terdapat pula hidrant yang terdapat masing-masing dua diletakkan di pojok
lorong pada setiap lantai, sumbernya dari roof tank pemadaman kebakaran pada instalasi air
bersih. Pada saat terjadi kebakaran para penghuni menggunakan tangga darurat yang berada
di sisi kanan dan kiri bangunan untuk melakukan evakuasi.

f. Instalasi Penangkal Petir

Karena bentuk bangunan memanjang, penangkal petir yang digunakan pada bangunan ini
adalah penangkal petir tipe sangkar Faraday. Penangkal petir sangkar Faraday terdiri dari :

 Batang penangkal petir, berupa batang – batang logam berujung runcing yang
diletakkan pada bagian teratas atap bangunan,
 Kabel konduktor, yang merupakan kabel penyalur petir yang dipasang pada sisi luar
bangunan dan diberi lapisan pelindung / isolator,
 Tempat pembumian / grounding, berupa batang elektroda tembaga yang ditanam di
dalam tanah.

g. Instalasi Pembuangan Sampah

Pada bangunan bertingkat banyak, dibutuhkan shaft sampah agar dapat mempermudah
pengumpulan sampah tanpa harus naik-turun tiap lantai. Shaft sampah biasanya diletakkan di
ujung bangunan. Sampah yang telah dipilah – pilah sesuai jenisnya dan telah dimasukkan
kedalam kantung sampah kemudian dibawa ke shaft sampah yang ada di tiap lantai. Lalu
sampah dimasukkan melalui pintu shaft sampah yang biasanya berukuran 50 x 50 cm. Lalu
sampah turun melalui saluran shaft sampah hingga mencapai bak penampungan sampah di
lantai dasar. Bak penampungan sampah ini harus dapat diakses oleh mobil, agar pengambilan
sampah dapat dilakukan dengan mudah yang selanjutnya dibawa menuju ke TPA.

h. Instalasi AC

AC pada bangunan ini hanya diletakkan pada ruang pengelola dan pada ruang penunjang
fasilitas umum. Jenis AC yang digunakan adalah AC split wall dengan daya ± ½ s.d. ¾ PK.
Pada masing – masing ruangan hanya diletakkan 1 indoor unit.

30
BAGIAN – BAGIAN SISTEM PEMBUANGAN

 Alat – alat plambing yang di gunakan untuk pembuangan seperti bathtub, wastafel,
bak – bak cuci piring, cuci pakaian, kloset, urinal, bidet, dsb.
 Pipa – pipa pembuangan.
 Pipa ven.
 Perangkap dan penangkap ( interceptor ).
 Bak penampung dan tangki septic.
 Pompa pembuangan.

PENGOLAHAN LIMBAH

• Biasanya digunakan pada bangunan tinggi sebagai pengganti septiktank, bernama


SPT (Sewage Treatment Plant)
• Terdiri dari dua proses :
1. Mekanik (penyaringan, pemisahan, dan pengendapan)
2. Biologi/kimia (aktivasi bakteri aerob), netralisasi cairan dengan asam atau
memasukkan bahan kimia untuk oksidasi.
Contoh proses : aerasi,activated sludge process dan desinfection
menggunakan kaporit

31
AIR CONDITIONING

PENYEGAR UDARA :
Suatu proses mendinginkan udara sehingga mencapai temperatur dan kelembaban yang ideal.
Sistem penyegaran udara pada umumnya dibagi menjadi 2 golongan utama :
1. Penyegaran udara untuk kenyamanan kerja
2. Penyegaran udara untuk industri

Sistem penyegaran udara untuk industri dirancang untuk memperoleh temperatur kelembaban
dan distribusi udara yang sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh proses serta peralatan yang
dipergunakan di dalam ruangan yang bersangkutan. Dengan adanya penyegaran udara ini
diharapkan udara menjadi segar sehingga karyawan dapat bekerja dengan baik, pasien di
rumah
sakit menjadi lebih nyaman dan penghuni rumah tinggal menjadi nyaman

PRINSIP – PRINSIP AC
 Kondisi udara dalam ruangan dapat dalam keadaan sangat dingin, panas, lembab,
kering, kecepatan udara tinggi atau tidak ada gerakan udara.

 Udara dingin digerakkan oleh Fan masuk reducting (saluran udara) dan melalui out let
(lubang keluar) udara masuk ke dalam ruangan. Udara dari dalam ruangan kembali
ke return out let (grile/ lubang isap) masuk ke ducting return (saluran kembali) dan
melalui filter untuk pembersihan udara masuk melewati celah-celah/ permukaan coil
evaporator (koil pendinginan) dan kembali digerakkan Fan (kipas udara).

KOMPONEN AC YANG DILALUI SIRKULASI UDARA

1. Fan (kipas udara)

menggerakkan udara dari atau ke dalam ruangan . Udara yang dialirkan fan
dapat berupa : udara luar, udara ruangan atau gabungan dari udara luar dan
udara ruangan. Jumlah aliran udara dan kecepatan udara harus diatur, agar
memperoleh sirkulasi udara yang baik.

2. Supply Duct (saluran udara keluar)


untuk saluran udara dingin dari fan ke dalam ruangan

32
3. Supply out let (lubang keluar)

untuk megatur arah aliran udara dari fan, sehingga udara terdistribusi ke
seluruh ruangan. Untuk kenyamanan, jumlah out let turut menentukan.

4. Ruangan yang didinginkan


ruangan harus tertutup, sehingga udara dingin dalam ruangan tidak terbuang
keluar dan udara luar tidak masuk ke dalam ruangan.

5. Return out let (lubang isap)


Biasanya terletak berlawanan dengan supply out let.

6. Filter (saringan udara)


untuk membersihkan udara dan membuang debu/ kotoran udara. Ditempatkan
pada return duct, dan biasanya terbuat dari plastic, fiber glass atau elektro
statik
7. Cooling coil (koil pendingin)
untuk mendinginkan udara. Udara yang masuk melewati cooling coil harus
melalui filter sehingga debu tidak tertimbun pada permukaan koil. Biasanya
ditempatkan sebelum atau sesudah fan.

KOMPONEN-KOMPONEN PENTING YANG DILALUI CIRKULASI


FREON

1. Cooling Coil (evaporator)


Berfungsi sebagai transmisi panas device. Udara panas yang mengalir melalui
permukaan pipa refrigerat dingin, sehingga terjadi transmisi panas dari udara panas ke
cairan freon melaui permikaan cooling coil.

2. Compressor (kompresor)
Berfungsi mengalirkan refrigerant dari cooling coil ke condensor serta untuk
meninggikan tekanan refrigerant.Ada dua proses dalam kompresor, yaitu :
Suction (langkah isap) : pengisapan refrigerant dari cooling coil oleh kompresor,
sehingga tekanan refrigerant pada cooling coil tetap rendah. Hal ini memungkinkan
proses penguapan refrigerant pada temperatur rendah.
Discharge (langkah kompressi) : penekanan uap refrigerant oleh kondensor
menyebabkan tekanan uap refrigerant menjadi makin tinggi, sehingga temperatur uap
refrigerant juga makin tinggi.

33
3. Condensor (kondensor)

 Berfungsi untuk menghilangkan panas refrigerant yang diabsorbsi pada


cooling dan mengembangkan uap refrigerant menjadi phase cair. Proses
pemindahan panas dan proses kondensasi dapat dilakukan dengan beberapa
cara :
 Proses pendinginan dengan air (water cooled condensed)
 Uap refrigerant dialirkan melaui coil berisi air dingin. Panas dari uap Freon
ditransmisikan ke dalam cairan air melalui coil.
 Proses pendinginan dengan udara (air cooled condenser)
 Uap Freon melalui coil, dan udara dingin dialirkan oleh fan. Panas dari uap
freon yang ditransmisikan ke udara dingin melalui refrigerant menuju
condenser berupa uap panas, kemudian keluar dalam bentuj cairan refrigerant
yang panas

4. Expantion Value (katup ekspansi


Berfungsi untuk menurunkan tekanan cairan refrigerant

34
JENIS-JENIS AC

a. Unitary System (pachage unit)


Air Cooled system
Water cooled
b. Central station system
- All air system
- All water system

AC CENTRAL
 Blower, evaporator , condenser dan kompresor ditempatkan pada satu
tempat.
 Pendinginan seluruh bangunan di sentralisir pada satu tempat
 Umur 18 – 20 tahun
 Pendinginan untuk bangunan besar dan bertingkat tinggi
 Sistem distribusi :

1. All Air System


 Condenser, evaporator dan AHU ditempatkan pada satu tempat
 Udara dingin dari tempat tersebut dialirkan ke seluruh ruangan dengan
ducting
 Menggunakan central AHU yang dilengkapi dengan central direct
expantion coil
2. All Water system
 AHU ditempatkan pada setiap ruangan / lantai
 Setiap AHU dihubungkan dengan pipa air dingin dengan sentral

KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN ALL AIR SYSTEM :


1. Lebih sederhana ( mudah dipasang dan dirancang)
2. Distribusi udara lebih baik
3. Pemeliharaan di sentralisir operation

KERUGIAN MENGGUNAKAN ALL AIR SYSTEM :


1. Initial cost tinggi ( biaya ducting dan isolasi tinggi)
2. Ukuran shaft dan ducting sama besar
3. Keuntungan all Water system:
4. Lebih sederhana ( mudah dipasang dan dirancang)
5. Distribusi udara lebih baik
6. Pemeliharaan di sentralisir operation

35
7. Ukuran shaft pipa kecil

AC SISTEM VRV

VRV singkatan dari Variable Refrigerant Volume yang artinya sistem kerja refrigerant yang
berubah-ubah. VRV system adalah sebuah teknologi yang sudah dilengkapi dengan CPU dan
kompresor inverter dan sudah terbukti menjadi handal, efisiensi energi, melampaui banyak
aspek dari sistem AC lama seperti AC Sentral, AC Split, atau AC Split Duct.

 Beberapa pertimbangan bila ingin memutuskan menggunakan type VRV


diantaranya.
1. Dari segi lokasi indoor dan outdoor. Jika lokasi tidak memungkinkan untuk
menggukanan ac split biasa alangkah baiknya menggunakan type vrv.
2. Dari segi efisiensi volume ruangan. Jika ruang yang tersedia untuk penempatan
outdor yang dirasa kurang type vrv adalah solusi yang bijak.
3. Dari segi maintenance atau perawatan. Ac type vrv akan lebih mudah untuk
perawatan karna sistemnya yang sentralisasi.

 Adapun kelebihan dari VRV :


Memiliki kapasitas yang besar untuk ruangan yang besar pula
Instalasi dan maintenance AC yang cukup mudah
Panjang pipa panjang/tingkat perbedaan tak terbatas
Tinggi tekanan eksternal
1 unit outdoor melayani 1-64 unit indoor

 kekurangan diantarannya :
1. Investasi yang sangat mahal di bandingkan menggunakan ac split
2. Instalasi yang rumit terutama sistem pipa refrigerant.
3. Suara yang dihasilkan dari outdoor unit akan lebih besar karna memiliki kapasitas
kompresor besar

36
PENCEGAHAN KEBAKARAN

MASALAH KEBAKARAN DI PERKOTAAN :

 Makin sedikitnya ruang terbuka yang dapat berfungsi sebagai barrier /penghalang
menjalarnya kebakaran ataupun sebagai tempat operasi pemadaman kebakaran
 Makin sulitnya di jumpai sumber-sumber air untuk keperluan pemadaman
 Jumlah dan sebaran hidran kota yang masih belum memadai
 Kondisi dan peralatan aparat pemadam kebakaran yang belum lengkap, terutama
untuk menghadapi kebakaran bangunan tinggi /bertingkat banyak
 Makin sulit mendekati lokasi kebakaran, oleh sebab kepadatan kompleksitas bagunan,
serta kemacetan lalu lintas
 Perubahan yang cepat pada fungsi bangunan /ruang, yang tidak di imbangi dengan
penyesuaian sarana penanggulangan kebakaran; resiko terjadinya kebakaran
meningkat.
 Banyak gedung yang tidak memiliki sarana pengaman kebakaran yang lengkap
(deteksi, alarm, sprinkler, hidran)
 Banyak gedung yang kurang memperhatikan pentingnya sarana jalan keluar yang
aman. Bila ada, sebagian besar sering kurang terpelihara atau telah berubah fungsi.
 Aspek pemeliharaan dan pemeriksaan keandalan, misalnya terhadap instalasi listrik,
genset, tabung pemadam api dll, yang berusia lebih dan 5 tahun, masih kurang
diperhatikan
 Latihan kebakaran sebagai kegiatan rutin masih jarang, bahkan sering tidak dilakukan.

PENATAAN IINGKUNGAN UNTUK PROTEKSI KEBAKARAN

1. Setiap bangunan harus memiliki atau menyediakan jalan-jalan lingkungan dengan


lebar & luas yang cukup untuk operasional kendaraan pemadam kebakaran. Halaman
dan ruang parkir hams cukup untuk kendaraan pemadam (panjang 10 - 15m) atau
kendaraan mobil tangga (panjang 7 - 13 m) untuk berputar dan bergerak.
2. Kendaraan pemadam kebakaran harus dengan mudah berbelok; untuk itu perlu
diperhatikan hubungan antara lebar jalan dengan radius belokan jalan.
3. Model jalan lingkungan yang memudahkan operasional kendaraan pemadam
kebakaran
4. Penyediaan ruang yang cukup lebar untuk operasional mobil tangga kebakaran,
sebanding dengan tinggi bangunannya. Contoh, untuk tinggi bangunan 20 m,
diperlukan pelataran selebar 8 m agar tangga dengan sudut 700 dapat beroperasi.
5. Membuat jarak antar bangunan yang aman agar kebakaran tidak mudah menjalar
kebangunan disebelahnya, akibat konveksi atau radiasi

37
BEBERAPA KETENTUAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA
BANGUNAN

1. Tersedia ‘jalan keluar’ (exit) khusus kebakaran yang terlindung dan aman dengan
struktur tahan api.
2. Jumlah exit harus sesuai dengan jumlah penghuni ruang
3. Lokasi exit bangunan ditempatkan pada arah yang berlawanan
4. Jalur-jalur jalan /koridor yang menuju ke exit harus dapat bebas dan api dan asap dan
tidak diperkenankan adanya koridor buntu. Apabila terpaksa terbentuk koridor buntu,
maka panjangnya tidak boleh lebih dari 15 m dari mulut exit.
5. Pintu - pintu kebakaran harus dapat menutup rapat (tak bercelah) dan dilengkapi
dengan pengunci; agar dapat menghalangi penyebaran api dan asap. Pintu ini biasanya
selalu dalam keadaan tertutup, dan dibuka secara manual dengan ‘batang panik’.
6. Untuk ruang-ruang yang harus bebas asap seperti tabung tangga, maka perlu
disediakan peralatan mekanis pada sistim penekanan udara dan pengeluaran asap
7. Peraturan kebakaran di Indonesia melarang penggunaan elevator/lift dan escalator
sebágai sarana penyelamatan diri pada saat terjadi kebakaran. Elevator, pada saat
kebakaran hanya boleh digunakan oleh petugas pemadam kebakaran.
8. Menurut SNI, bangunan dengan ketinggian lebih dan 8 Iantai, penlu memiiki landasan
helikopter, terutama untuk bangunan perkantoran, rumah sakit, hotel, perdagangan
dan pertokoan

SISTEM DAN ALAT PROTEKSI KEBAKARAN

 Sistim isarat pencegahan dini :

1. Detektor manual
Sesungguhnya alat ini pasif dan sukar disebut sebagai detektor,
karena yang bertindak sebagai detektor adalah manusia. Alat ini
merupakan kotak tertutup, berisi saklar tarik atau tuas handel untuk
membunyikan alarm, karena itu disebut juga sebagai pull station. Manusia
bila melihat kemungkinan terjadinya kebakaran di satu ruang, diharapkan
memecah atau menarik tutup alat ini dan menarik tuas di dalammya

2. Detektor panas
Karena kesederhanaannya,detektor ini juga paling lambat responnya.
Sebelum mengirim alarm ia. Mernerlukan waktu pemanasan. Yang cukup

38
sehingga pada saat alarm diberikan, seringkali api sudah dalam kondisi
sukar dikontrol lagi.

3. Detektor ion
Api membesar secara bertahap, pada awalnya, bila suatu benda
terbakar ia mengeluarkan ion-ion, kemudian terlihat asap dan baru
terlihat nyala api. Karena yang di deteksi adalah ion (asap dan api
belum terlihat) maka alat ini sangat sensitif, lebih peka dibanding
detektor asap maupun api

4. Detektor asap
Asap merupakan tahap kedua dan pembakaran, sebelum nyala api terlihat.
Asap yang dapat dilihat ini dideteksi dengan detektor fotoelektrik.
Detektor asap ini ideal untuk ditempatkan di ruang-ruang yang meng
gunakan bahan, alat penyimpanan barang yang di curigai akan
menimbulkan banyak asap bila terbakar. Namun, sering mengirimkan
sinyal palsu bila digunakan di dapur.

5. Detektor nyala api (flame detector)

Merupakan detektor khusus. Pada kasus kebakaran bahan-bahan


tertentu seperti bensin atau bahan bakar lainnya, nyala api terlihat
dahulu sebelum asap, bahkan seringkali asap yang terjadi sangat
sedikit. Pada kasus semacam inilah digunakan detektor nyala api.
Detektor yang bekerja dengan prinsip merespon radiasi infrared dan
/atau ultraviolet yang merupakan karakteristik dan nyala api.

39
AIR UNTUK MELAWAN KEBAKARAN

1. SISTIM INSTALASI AIR UNTUK KEBAKARAN DALAM GEDUNG

Di Indonesia, sistim yang biasa dijumpai (terutama di bangunan bertingkat banyak)


adalah sistim ‘down feed’, menggunakan tàngki penampung atas/atap yang
mendistribusikan air kebawah dengan gaya gravitasi ke fire hose’; ‘springkler dan
konektor ‘siamnese’ . Tiap tiap jenis peralatan membutuhkan tekanan air yang berbeda-
beda, karena itu letak tinggi tangki terhadap peralatan, ukuran pipa menjadi penting. (cara
menghitungnya serupa dengan sistim air bersih).

2. FIRE HOSE

 Fire hose, mempunyai panjang pipa antara15—33m (lebih mnguntungkan bila


diambil jangkauan yang terbesar). Dengan demikian jarak linier maksimun antar unit
fire house adalah sekitar 30 m.
 Daya pacar air fire house adalah sejauh 3 m dengan nozzle 1 1/8” dan tekanan air
minimum 0,8 kg/cm (12 psi); optimum 1,7 kg/cm (25 psi) .dan tekanan
maksimumnya 5,5
 Apabila sistem ini dapat digunakan juga oleh pemadam kebakaran kota, maka di
lantai dasar dibuat cabang distribusi ke konektor siamnese. Namun perlu diingat
bahwa mesin/mobil pemadam kebakaran mempunyai kemampuan memindahkan air
3.800 l/menit.

3. SPRINGKLER

 Sistim springkler terdiri dan pipa horisontal dengan pola grid, dibawah balok slruktur
dan pada pipa tersebut; dengan jarak tertentu dipasangkan springkler head
 Ada dua sistim springkler :
1. sistim pipa basah; disebut demikian karena pipa-pipanya selalu terisi air. Sistim
inilah yang paling banyak digunakan
2. sistim pipa kering; karena pipa-pipanya kosong baru berisi air bila terjadi
kebakaran. Pada sistim ini perlu dipasangkan katup air otomatis yang
dihubungkan dengan detektor yang sensitif; katup membuka bila mendapat sinyal
dan detektor.
 Springkler head atau nozzle, digolongkan dalam 3 tipe yaitu :

1. NOZZLE DINDING, menempel di dinding luar bangunan, di letakkan diatas


bukaan (jendela). Tujuannya adalah membentuk tirai air sebagai penghalang
radiasi dan bangunan tetangga yang sedang terbakar
2. SPRINKLER TIPE UPRIGHT
3. SPRINKLER TIPE PENDANT.

40
PENGENDALIAN ASAP KEBAKARAN :

a. bahwa asap akan terdorong secara alami oleh pergerakan udara yang berkecepatan tinggi
dan asap mempunyai kecenderungan bergerak naik. Bila pendorong asap berkecepatan
rendah, asap justru akan berbalik arah.
b. asap bergerak dan udara yang bertekanan tinggi ke udara bertekanan rendah.
Berdasarkan prinsip diatas, maka bila suatu ruang atau lantai mengalami kebakaran, maka
pada ruang lantai sekelilingnya dimasukkan udara berkecepatan tinggi dengan bantuan kipas
angin sentrifugal melalui ducting AC atau ventilasi yang ada. Sedangkan ducting yang
menuju ruang yang terbakar disekat, dengan cara menutup dampernya.

41
DAFTAR PUSTAKA

https://tropicalarchitectblog.wordpress.com/2016/08/08/utilitas-bangunan-umum-sederhana-
rusunawa/
MATERI DARI DOSEN

42

Anda mungkin juga menyukai