2. Sistem Konstruksi
Defenisi system konstruksi dalam bangunan merupakan bagian atau elemen yang
menempel pada system struktur utama, sedangkan fungsi dari system konstruksi adalah
elemen yang dapat menyebarkan gaya dan penerma beban secara langsung.
Penempatan system konstruksi pada bangunan berlantai berada pada:
a. Super Struktur berupa tangga, dinding, plafond. Fungsi system konstruksi yang
beraada pada bagian super struktur adalah menyalurkan gaya-gaya ke system
struktur bangunan.
b. Up Struktur berupa atap, listplank, talang air. Fungsi system konstruksi yang berada
pada bagian up struktur adalah penerima beban secara langsung. Beban yang
diterima berupa beban angin dan hal ini terjadi pada system konstruksi atap,
Indah Rosanti 1
sedangkan listplank berfungsi sebagai penrima beban angin dari arah samping atap
sedangkan talang air berfungsi sebagai penyalur air hujan pada atap dan talang air
juga dapat berfungsi sebagai pembentuk atap.
Indah Rosanti 2
5. Beban Gempa
Beban gempa biasanya berintesnsitas tinggi dan berlangsung singkat. Jadi beban
gempa cenderung mempunyai dampak yang lebih besar terhadap suatu struktur
daripada beban yang sama dan digunakan selama masa yang lebih lama.
6. Beban Termal.
Beban termal disebabkan oleh perubahan-perubahan suhu, yang cenderung
mengubah bentuk dan dimensi elemen-elemen structural sesuai dengan waktu dan
musim.
Dalam penetuan arah dan besar beban yang terjadi dalam suatu bangunan dapat
mempengaruhi kondisi bangunan sehingga strategi pemikulan beban dapat disesuaikan
dengan pengaturan bentangan (horizontal) dan tumpuan (vertical) agar bagian-bagian
dalam bangunan dapat member suatu rangka ruang untuk mengalihkan semua beban
ke tanah. Dalam menyelesaikan system pembebanan dalam bangunan maka system
struktur yang berperan aktif dalam penyaluran gaya dari beban, sehingga penerima
beban dpat dikategorikan ke dalam dua system tumpuan, yaitu tumpuan linear dan
tumpuan tak menerus.
1. Sistem tumpuan linear, yaitu suatu rakitan pendukung beban dimana sebagian
besar tembok eksterior digunakan untuk penutup maupun terus menerus
menunjang lantai dan atap.
2. Sistem tumpuan tak menerus, yaitu rakitan pendukung beban dimana beban-beban
bentangan horizontal dialihkan pertama-tama ke tumpuan-tumpuan titik (kolom
atau tiang) dan kemudian vertical ke tanah.
Dari system pemikulan beban dan penyaluran gaya maka elemen-elemen struktur
dan konstuksi dapat memperlihatkan bahwa system stumpuan linear dan system
tumpuan tak menerus memiliki karakteristik yang menonjol diantaranya dinding-dinding
yang menonjol sebagai system konstruksi bangunan tidak memikul beban secara
langsung tetapi menyalurkan gaya dari beban yang terjadi pada kolom yang merupakan
system struktur bangunan, kemudian gaya yang terjadi pada kolom di salurkan ke
pondasi yang merupakan system struktur bangunan berupa tumpuan linear atau titik.
1.3. Rangkuman
Sistem struktur dan konstruksi bangunan merupakan bagian yang terpenting
dalam suatu gedung atau rumah. Sistem struktur dalam bangunan terbagi tiga yaitu sub
struktur, super struktur dan up struktur. Dan system struktur merupakan elemen-
elemen utama dalam bangunan yang berfungsi sebagai penyalur gaya dari beban -
Indah Rosanti 3
beban dan penerima beban secara langsung yang terjadi pada struktur dan konstruksi
bangunan. Sedangkan system konstruksi merupakan elemen-elemen yang menempel
pada system struktur bangunan, system konstruksi ini berfungsi sebagai penyalur gaya
dari beban yang diterima dari setiap system struktur seperti kolom,dan kuda-kuda.
Sistem struktur dalam bangunan biasanya juga dijadkan sebagai system tumpuan
beban seperti tumpuan linear sedangkan system konstruksi merupakan system penyalur
gaya dari beban yang terjadi pada tumpuan tak menerus, contonya dinding pada
bangunan.
Indah Rosanti 4
BAB II
PONDASI, KOLOM, BALOK DAN PLAT LANTAI
2.1. PONDASI
Pondasi merupakan bagian dari struktur bangunan yang termasuk dalam sub struktur
bangunan. Pondasi berfungsi sebagai penerima beban dari bangunan, kemudian beban
tersebut dialirkan ke dalam tanah di bawah bangunan tersebut. Pondasi adalah bagian
terendah dari bangunan yang meneruskan beban bangunan ke tanah atau batuan yang
berada di bawahnya. Terdapat klasifikasi pondasi, yaitu:
1. Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung bebannya secara langsung. Pondasi
dangkal biasanya dipergunakan pada bangunan sederhana/bangunan yang tidak
berlantai serta pada bangunan 2 lantai. Jenis pondasi dangkal pada bangunan terbagia
atas dua jenis, yaitu:
a. Pondasi Batu (Pondasi Garis)
Pondasi batu/garis biasa juga disebut sebagai pondasi memanjang. Pondasi
batu/garis adalah jenis pondasi yang mendukung dinding secara memanjang atau
digunakan untuk mendukung sederetan kolom yang berjarak dekat. Pondasi
batu/garis memiliki kedalaman 1 – 1,5 meter. Pondasi ini tidak dipergunakan pada
struktur vertical/bangunan tinggi
Indah Rosanti 5
b. Pondasi Plat Kaki (Pondasi Foot-Plate)
Pondasi plat kaki biasa juga disebut sebagai pondasi telapak. Pondasi telapak adalah
pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom. Pondasi telapak memiliki
kedalaman 1,5 – 2 meter, bias dipakai untuk bangunan vertical. Pondasi ini haeus
bertumpu pada tanah keras atau pada tiang pancang.
2. Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yag meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau
batu yang terletak relative jauh dari permukaan. Adapun jenis-jenis pondasi dalam,
yaitu:
a. Pondasi Rakit
Pondasi rakit biasa juga disebut raft foundation, adalah pondasi yang digunakan
untuk mendukung bangunan yang terletak pada tanah lunak atau digunakan bila
susunan kolom-kolom jaraknya yang sedemikian dekat di semua arahnya. Prinsip
penepatan pondasi rakit adalahpondasi ini sebaiknya mendapatkan daya dukung
yang besar dan memperluas bidang sentuh tanah dengan pondasi.
Indah Rosanti 6
b. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran biasa juga disebut dengan nama pier foundation, adalah pondasi
yang merupakan bentuk peralihan antara pondasi dangkal dengan pondasi tiang,
pondasi ini dipergunakan bila tanah dasar yang kuat dan terletak pada kedalaman
yang relative dalam.
c. Pondasi Caisson
Pondasi caisson merupakan pondasi dengan bentuk persegi empat dan dasar dari
pondasi caisson diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras untuk memikul
beban struktur. Pondasi ini juga biasa dipakai/dipergunakan pada bangunan yang
berada pada daerah/site yang berair.
Indah Rosanti 7
Gambar 5. Pondasi Caisson
Indah Rosanti 8
Plat lantai terdiri dari beberapa kotak kecil yang sama, dimana setiap sudut kotak
ditempatkan tiang. Tiang dalam kotak dihubungkan dengan bidang diagonal.
Seluruh dinding pondasi merupakan dinding beton bertulang dan tingginya sama
dengan dinding luar. Ruang kosong dalam kotak setiga diisi dengan tanah atau
pasir + batu sebelum diadakan pengecoran pada lantai dasar.
e. Pondasi Tiang
Pondasi tiang biasa juga disebut dengan nama pile foundation yang digunakan bila
tanah pondasi pada kedalaman yang normal tidak mampu mendukung bebannya,
dan tanah keras terletak pada kedalaman yang sangat dalam. Dan juga bila pondasi
bangunan terletak pada tanah timbunan yang cukup tinggi, sehingga bila bangunan
diletakkan pada timbunan akan dipengaruhi oleh penurunan yang besar. Pondasi
tiang bentuknya hampir sama dengan pondasi sumuran akan tetapi pondasi tiang
umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih panjang serta lebih padat.
Konstruksi bangunan 9
kolom pendek tidak tergantung pada panjang kolom dan apabila mengalami beban
berlebihan, kolom pendek pada umumnya akan gagal karena hancurnya material.
2. Kolom Panjang
Kolom panjang adalah elemen struktur tekan yang semakin panjang akan semakin
langsing yang disebabkan oleh proporsinya. Perilaku kolom langsing yang mengalami
beban tekan sangat berbeda dengan perilaku kolom pendek. Karakteristik dari kolom
panjang adalah apabila beban tekuk pada kolom mencapai beban tekuk kritis, kolom
akan berada dalam keadaan keseimbangan netral. Dan apabila kolom mengalami
deformasi dari konfigurasi linear, maka akan tetap pada konfigurasi baru (tidak kembali
pada konfigurasi linear). Beban tekuk adalah beban maksimum yang dapat dipikul oleh
kolom.
Sistem perhitungan untuk menentukan besaran kolom pada bangunan berlantai, yaitu:
1 1
10 sampai dengan 12 dari bentangan modul. Modul adalah sistem grid yang
dipergunakan dalam penempatan modul atau batasan bentangan untuk penempatan kolom.
Untuk bangunan 2 (dua) lantai dalam menentukan besaran kolom yang dipakai 1 20 dari
600
2.3. BALOK
Balok dalam system struktur bangunan berlantai merupakan system struktur yang
berada pada bagian super struktur, dengan fungsi sebagai penyalur gaya dari kolom atasnya
dan plat lantai. Desain balok dalam bangunan merupakan struktur statis tak tentu, adalah
struktur yang reaksi, gaya geser, dan momen lenturnya tidak dapat ditentukan secara
Indah Rosanti 10
langsung dengan hanya menggunakan persamaan keseimbangan statika dasar ∑Fx = 0, ∑Fy
= 0, ∑Fz = 0. Struktur statis tak tentu adalah ari tinjauan desain, yaitu besar reaksi, gaya
geser dan momen lentur bergantung pada karakteristik fisik penampang melintang, juga
jenis material yang digunakan pada struktur tersebut, selain juga tentunya bergantung pada
bentang dan beban yang bekerja.
Pada bangunan berlantai klasifikasi balok terbagia 2 (dua), yaitu:
1. Balok induk, adalah balok yang berada pada tengah kolom di setiap lantainya. Fungsi
dari balok induk menerima gaya dari kolom atasnya, ringbalk, plat lantai dan dinding.
Besaran balok induk lebih besar dari balok anak. Untuk menentukan besaran balok induk
ditentukan 1 10 − 1 20 dari bentangan, misalnya:
= ( 1 20 x 600) x (1 10 x 600)
600 = 30 cm x 60 cm
Maka besaran balok induk: lebarnya 30 cm
600 dengan ketebalan 60 cm.
2. Balok anak, adalah balok yang berada dibawah plat lantai di bangunan berlantai. Fungsi
balok anak sebagai penerima gaya dan beban dari plat lantai yang kemudian
menyalurkan gaya dan beban tersebut ke balok induk. Besaran balok anak lebih kecil dari
balok induk. Untuk menentukan besaran balok anak maka sebaiknya bentangan di bagi
dua untuk menentukan as atau garis tengahnya, ini berfungsi untuk memberikan
keseimbangan dari bentangan, maka 1 10 - 1 12 dari as bentangan, contohnya:
300
300 maka:
600 = ( 1 12 x 300) x (1 10 x 300)
= 25 cm x 30 cm
600 jadi besaran balok anak : lebarnya 25 cm
dengan ketebalan 30 cm.
Indah Rosanti 11
atau hanya pada titik-titik tertentu (misalnya oleh kolom-kolom) atau campuran antara
tumpuan menerus dan titik. Ketebalan plat lantai untuk bangunan berlantai adalah 10 cm –
12 cm. Secara umum tipe plat lantai bangunan berlantai terdiri dari 3 (tiga) macam, yaitu:
1. Lantai Plat (Slab-Floor)
Pada jenis plat lantai ini, dikenal 2 (dua) macam, yaitu:
a. Lantai plat tanpa balok anak, dimana jarak kolom 2 – 4 meter.
b. Lantai plat dengan balok anak, dimana jarak kolom > 4 meter.
Indah Rosanti 12
3. Lantai Berusuk 2 Arah/Bersilangan (Grid Floor/Waffle Floor)
Jenis plat lantai ini hampir sama dengan system papan catur, karena arah balok
rusuk/balok anak dari dua arah.
2.5. RANGKUMAN
Pondasi, kolom, balok dan plat lantai merupakan system struktur utama dalam
bangunan. Penempatan pondasi berada pada bagian sub struktur bangunan sedangakan
kolom, balok dan plat lantai berada pada super struktur. Jenis-jenis pondasi terdiri dari
pondasi dangkal yang terdiri dari pondasi garis/menerus, dan telapak sedangkan pondasi
dalam terdiri dari pondasi rakit, sumuran, caisson dan pondasi tiang. Fungsi pondasi sebagai
penerima beban yang kemudian menyalurkan beban ke dalam tanah.
Untuk kolom, balok dan plat lantai berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya ke
pondasi. Kolom terbagi dua yaitu kolom pendek dan kolom panjang yang memiliki beban
tekan. Balok dalam bangunan berlantai merupakan penyalur gaya dari dinding dan kolom
bagian atasnya, balok terdiri dari dua jenis yaitu balok induk dan balok anak. Sedangkan
plat lantai merupakan bagian penyeimbang bangunan. Plat lantai terdiri dari lantai plat
(slab-floor), plat lantai berusuk satu arah dan plat lantai berusuk dua arah.
Indah Rosanti 13
BAB III
TANGGA
- Tiang sandaran
- Sandaran (pegangan)
Pelengkap - Ruji (baluster)
- Garis lintas (garis panjat)
Tangga adalah merupakan salah satu bagian dan suatu bangunan yang berfungsi
sebagai alat penghubung lantai bawah dengan lantai yank ada di atasnya pada bangunan
bertingkat dalam kegiatan tertentu.
Anak tangga (trede) adalah bagian dari tangga yang berfungsi untuk
rnemijakkan/ melangkahkan kaki ke arah vertikal maupun horisontal (datar). Bidang trede
datar yang merupakan tempat berpijaknya telapak kaki dinamakan: Aantrede (langkah
datar), sedangkan bidang trede tegak yang merupakan selisih tinggi antara dua trede yang
Indah Rosanti 14
berurutan dinamakan Optrede (langkah tegak/naik). Pada tangga kayu di bagian langkah
datar atau Aantrede biasa dibuat bagian yang disebut Wel ukurannya maksimum 5 cm. Satu
langkah datar (Aantrede) + Wel dinamakan trede sehingga lengkapnya menjadi demikian :
Lebar anak tangga untuk satu orang berjalan dibuat 60-90 cm dan untuk dua orang berjalan
dibuat 80-120 cm, 150 – 130 cm.
Stootbord (bidang sentuh), adalah system penguatan yang terbuat dari papan
dimana berfungsi sebagai penguatan pada trede. Untuk menutupi celah antara trede dan
stootbord dipasang wellat dengan ukuran 1,5 x 2 cm atau 2 x 3 cm, selain itu wellat dapat
menguatkan stootbord.
Ibu Tangga (Boom) adalah bagian tangga berupa dua batang atau papan miring
yang berfungsi menahan kedua ujung anak tangga (trede). Salah satu batang boom yang
menempel pada tembok dinamakan Boom Tembok atau Boom Luar, sedangkan batang yang
lain berdiri miring bebas dinamakan Boom Bebas atau Boom Dalam. Kemiringan boom
sesuai dengan besarnya kelandaian tangga (𝛼). Bagian ujung dari anak tangga, wellat dan
stootbord dihubungkan dengan alur pada sisi dalam boom, dengan dalam takikan 1 cm.
Sedangkan lebar boom yang diizinkan pada tangga kayu adalah minimal 3 – 4 cm.
Indah Rosanti 15
Bordes adalah bagian dari tangga yang merupakan bidang datar yang agak luas dan
berfungsi sebagai tempat istirahat bila terasa lelah. Bordes ini dibuat apabila jarak tempuh
tangga sangat panjang yang mempunyai jumlah trede lebih dari 20 buah dan atau lebar
tangga cukup akan tetapi ruangan yang tersedia untuk tangga biasa/tusuk lurus tidak
mencukupi. Bordes yang berada di sudut tembok dinamakan bordes sudut sedangkan
bordes yang berada di tengah-tengah tinggi tangga (bukan di sudut) dinamakan bordes
tengah/antara. Untuk menentukan panjang bordes (L) digunakan pedoman ukuran satu
langkah normal datar pada hitungan (ln) ditambah dengan satu atau dua langkah panjat
datar (Aantrede = a). Biasanya panjang bordes diambil antara 80 150 cm.
L= ln + a s/d 2.a
(L) = ln + 2 . a ln = 57 a 65 cm
(L) = 65 + 2 . 20 a = 17,5 a 20 cm
L = 105 cm
Indah Rosanti 16
Pelengkap, adalah bagian dari tangga agar tangga yang dilalui aman. Bagian dari
pelengkap terdiri dari:
- Tiang sandaran adalah tiang yang berdiri tegak yang ujung bawahnya tempat
memanjatkan boom dan ujung atasnya sebagai tempat menumpangnya sandarari
(rimbat tangan, pegangan). Bila menggunakan kayu berpenampang bujursangkir dapat
8 10
diambil ukuran 8 @ 10
cm.
- Sandaran (pegangan) adalah batang yang berfungsi sebagai pegangan tangan bagi
yang melintasi tangga yang mempunyai posisi sejajar dengan sisi atas boom. Sandaran
ini dipasang setinggi 75 @ 90 cm terhitung dari sisi boom, sandaran yang menempel
pada tembok dinamakan sandaran tembok (sandaran luar) sedangkan yang satu lagi
dinamakan sandaran bebas (sandaran dalam). Kayu sandaran dipakai kayu bulat
dengan Ø 4 @ 5 cm atau kayu 4 x 6 cm atau 6 @ 8 cm.
Indah Rosanti 17
Gambar 17. Tiang sandaran, ruji, pegangan, boom pada tangga
Konstruksi bangunan 18
- Bentuknya rapih, indah dipandang dan serasi dengan keadaan di sekitar tangga.
2. Syarat Khusus Tangga
Yang termasuk dalam syarat khusus tangga adalah perhitungan untuk besaran
aantrade dan optrade, yaitu dengan cara:
CARA 1.
a + 2 . 0 = ln
CARA 2.
a + 3 . 0 = 77 @ 85
Contoh: ditetapkan besarnya 0 = 17,5 cm atau lnx = 83 cm, maka akan didapat a
sebesar:
a + 3 . 0 = 83
a + 3 . 17,5 = 83
a = 30,5 cm (mendekati cara 1).
CARA 3.
Cara lain untuk menentukan ukuran-ukuran anak tangga dapat jugs dilakukan dengan
melihat hubungan antara: a – 0 – (sudut miring tangga, seperti berikut):
Indah Rosanti 19
Tabel 5: HUBUNGAN "a" - "0" – ―𝜑‖
Bila kita menghendaki tinggi optrede 0 = 17,5 cm dengan kemiringan tangga = 30o maka
dari tabel di atas akan di dapat aantrede a = 30 cm.
Kontrol:
0 17,5 𝑐𝑚
tg = = = 0,583
𝑎 30 𝑐𝑚
= 30,250 ≈ 300
Indah Rosanti 20
a. Lebar Tangga Efektif adalah lebar tangga-yang dihitung mulai dari sisi dalam rimbat
tangan (pegangan) yang satu sampai dengan sisi dalam rimbat tangan yang lainnya.
b. Lebar Tangga Total adalah lebar efektif tangga ditambah dua kali tebal rimbat tangan (t)
ditambah lagi dua kali sisa pijakan (s) di luar rimbat tangan atau
Biasanya : diambil t = 4 @ 6 cm
s = 5 @ 10 cm
c. Panjang Bordes Tangga, ukuran panjang bordes cukup relatif karena disesuaikan
dengan lugs lantai dan tinggi kosong antara muka lantai bawah dengan plafon di
atasnya, namun demikian panjang bordes dapat ditentukan dengan pendekatan,
seperti berikut:
Indah Rosanti 21
Contoh:
Bila langkah normal ln = 60 cm dan langkah datar a = 30 cm, maka panjang bordes =
Indah Rosanti 22
- Mudah dibentuk sesuai selera - Bobotnya tinggi 2,4 ton per
- Kokoh, stabil m3
- Tidak mudah aus maupun - Harganya mahal
terbakar - Pengerjaannya lama karena
3 BETON/ TULANG - Tidak licin memerlukan bekisting
- Banyak digunakan untuk - Proses pengikatan dan
tangga rumah tinggal yang pengeringan cuku lama 28
permanen atau tempat hari.
keramaian lainnya.
Inosdah Rosanti 23
- Kemiringan trede tangga disesuaikan dengan miring dinding di sekitarnya.
- Kedua boom lurus, sejajar dan sama panjang.
- Semua trede sama lebar dengan posisi miring terhadap kedua boom.
- Garis lintas/garis panjat berada di tengah-tengah kedua boom dan sejajar kedua
boom tersebut.
- Tangga ini digunakan bila posisi dinding seperti pada gambar dan jumlah trede tidak
terialu banyak (< 20 buah).
Indah Rosanti 24
- Digunakan bila ruangan yang tersedia untuk tangga kurang memadai.
5. Tangga Seperempatan Awal
- Tangga ini dapat menghemat ruangan seperempat (¼) putaran pada awal naik
tangga.
- Pada seperempatan awal trede (anak tangga) membentuk segitiga yang salah satu
ujungnya menuju satu titik (poros).
- Pada seperernpatan awal garis lintasnya membelok siku.
- Trede di luar seperempatan (trede 5, 6, 7 dan seterusnya sedikit miring), kemudian
bentuknya normal kembali.
- Tangga ini dapat menghemat ruangan putaran pada akhir tangga (menuju lantai
atas).
- Anak tangga (trede) pada seperempatan akhir berbentuk segitiga.
- Tangga ini tidak menggunakan hordes karena jumlah anak tangganya kurang dari 20
buah.
Indah Rosanti 25
7. Tangga Seperempatan Antara
- Tangga ini mempunyai seperempatan di antara trede bawah dengan trede yang ada
/ di atasnya (antara).
- Trede pada seperempatan antara jugaberbentuk segitiga sedangkan yang lain
bentuknya normal kembali.
- Menjalani tangga ini sedikit menjemukan, cepat lelah dan agak berbahaya.
- Menghemat ruangan pada bagian sudut lantai bangunan.
- Konstruksinya (kayu) agak sulit dibuat.
Indah rosanti 26
3.4. KONSTRUKSI TANGGA
Ditinjau dari segi penggunaan bahan, konstruksi tangga dapat dibagi menjadi 4
bagian, yaitu:
1. Konstruksi Tangga Kayu
Tangga ini banyak digunakan dengan pertimbangan bahannya ringan dan mudah
didapat serta menampakkan segi estetika yang tinggi bila diisi dengan variasi propil dan
difinishing dengan rapih. Namun demikian tangga ini memiliki kelemahan tidak dapat dilalui
oleh beban-beban yang begat dan terbatas lebarnya, karena kayu mempunyai sifat lentur
yang besar. Di samping itu kelemahan lainnya adalah tangga ini tidak cocok ditempatkan di
ruang. terbuka karena kalau kena panas dan hujan mudah lapuk.
Konstruksi tangga kayu terdiri dari dua bagian pokok yaitu ibu tangga (boom) dan
anak tangga (trede). Kedua ujung papan injak (wel + antrede) menumpang pada kedua sisi
dalam dari ibu tangga, begitu pula papan vertikal (stootboard) masuk ke dalam alur sisi
dalam ibu tangga. Biasanya pada pertemuan siku antara sisi atas shootbord dengan sisi
bawah papan injak diisi dengan plat penahan (wellat). Ujung bawah kedua ibu tangga
menumpang pada tiang lantai dan diberi angker penguat agar tidak bisa bergeser,
sedangkan kedua ujung ibu tangga bagian atas menumpang pada balok rapil bordes atau
balok rapil pada lantai atas suatu bangunan. Agar setiap hubungan kayu bisa kaku, maka
dibuatkan takikan-takikan atau dengan hubungan pen dan lobang tak tembus.
Tiang sandaran dipasang untuk menumpangkan ibu tangga maupun pegangan
pengaman (sandaran miring). Ruji-ruji (balustrade) dipasang antara ibu tangga dengan
pegangan. Hubungan antara ujung-ujung ruji dengan ibu tangga maupun pegangan
dibuatkan pen dan lobang tak tembus. Pegangan atau rimbat tangan dapat juga diletakkan
menumpang di sisi dalam tembok.
Indah Rosanti 27
Gambar 30. Tampak atas & tampak samping
Indah Rosanti 28
Gambar 32. Detail B
Indah Rosanti 29
Gambar 34. Detail D
Indah Rosanti 30
Gambar 36. Detail sistem pembesian tangga
Indah Rosanti 31
penahan berupa propil L atau T. Agar poros tangga dapat berdiri dengan tegak dan kokoh
maka pada ujung bawahnya dipasang baja plat 200.200.12 mm (baseplate) yang diberi 4
buah angker 0 16 mm. Angker ini ditanam pada blok beton pondasi setempat. Plat injak
anak tangga paling atas (di ujung atas poros) di angker ke plat lantai atas bangunan,
dengan maksud agar poros bagian atas bila dilalui tidak bergetar atau bergoyang. Sernua
komponen dari tangga poros ini menggunakan sistem las, kecuali bila plat injak
menggunakan papan kayu, maka penguatannya memakai hubungan mur-baut.
Indah Rosanti 32
Gambar 38. Tangga tusuk lurus dengan konstruksi tangga baja
Indah Rosanti 33
Gambar 39. Bentuk tangga seperempat awal, dengan konstruksi tangga baja
Indah Rosanti 34
Gambar 40. Bentuk tangga putar & detail dengan konstruksi tangga baja
Indah Rosanti 35
Gambar 41. Tangga putar lainnya & detail dengan konstruksi tangga baja
Indah Rosanti 36
Keuntungan penggunaan tangga beton ini antara lain:
a. Cukup kuat untuk menerima beban, bersifat kaku dengan lendutan yang kecil.
b. Mudah dibentuk sesuai selera pemilik
c. Awet yaitu tahan lama dan tahan terhadap zat kimia maupun panas.
Kerugian penggunaan tangga beton adalah:
a. Memerlukan waktu relatif lama dalam pembuatan cetakan (bekisting) untuk
pengecorannya.
b. Proses pengeringannya cukup lama ± 28 hari dan sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca
di sekitarnya.
c. Bobot dari tangga beton ini cukup besar.
Gambar 42. Tangga Terbuka Dengan Satu Balok Penahan sebagai Boom
Indah Rosanti 37
Gambar 43. Tangga terbuka dengan dua balok penahan sebagai boom
Indah Rosanti 38
Gambar 44. Tangga terbuka dengan salah satu ujung anak tangga terjepit pada balok
dinding
Indah Rosanti 39
Gambar 45. Tangga biasa dari beton tulang
Indah Rosanti 40
Gambar 46. Sistem pengecoran beton pada tangga
Indah Rosanti 41
Gambar 47. Tangga tusuk lurus dari beton
Indah Rosanti 42
Gambar 48. Tangga dua lengan dengan bordes dari beton
Indah Rosanti 43
Gambar 49. Bentuk lain tangga dua lengan dengan bordes dari beton
Indah Rosanti 44
Gambar 50. Sistem pengecoran beton pada tangga dua lengan dengan bordes
Indah Rosanti 45
4. Konstruksi Tangga Batu/Bata
Tangga ini jarang digunakan di dalam ruangan yang bersifat terbuka/umum akan
tetapi masih dapat digunakan untuk penghubung ruangan yang berada dalam tanah seperti
tangga gudang bawah tanah. Karena faktor konstruksi yang sedemikian rupa, tangga ini
dapat digunakan di luar ruangan misalnya pada bangunan rumah yang berada di daerah
tanah curam di pinggir jalan, tangga/undak pada tanggul jaringan irigasi dan lain-lainnya.
Bahan dasar tangga batu/bata ini adalah batu belch untuk fondasi, Bata merah dan
adukannya 1 Pc : 4 Ps. Untuk rapihnya tangga ini dapat diplester dengan campuran 1 Pc : 2
Ps serta pada permukaannya diberi lapisan semen sebagai lapisan penutup.
Indah Rosanti 46
Gambar 52. Tampak atas tangga batu/bata
Indah Rosanti 47
Gambar 53. Bentuk tusuk lurus pada tangga batu
Indah Rosanti 48
Gambar 54. Tampak & detail tangga tusuk lurus pada tangga batu
Indah Rosanti 49
E. RANGKUMAN
Tangga merupakan alat transportasi dalam bangunan vertical. Tangga dalam system
struktur masuk pada bagian super struktur. Bagian-bagian tangga yang sangat perlu
diperhatikan adalah system penentuan aantrade, optrade dan system penempatannya.
karena dengan penentuan tiga bagian ini maka tangga akan terasa nyaman. Tangga
memiliki bentuk, yaitu tangga tusuk lurus, tangga tusuk miring dll. Sedangkan system
konstruksi tangga terbagai atas, konstruksi tangga kayu, baja, beton dan batu bata.
Indah Rosanti 50
BAB 4
ATAP
Indah Rosanti 51
2. Atap Sandar
Atap sandar sering disebut juga dengan nama atap sengkuap , atau atap tempel.
Pada umumnya atap ini terdiri dari sebuah bidang atap miring yang bagian tepi atasnya
bersandar atau menempel pada tembok bangunan induk (tembok yang menjulang tinggi).
Pada bentuk atap sandar menggunakan konstruksi setengah kuda-kuda untuk rnendukung
balok gording. Bila dikehendaki, konstruksi setengah kuda-kuda dapat diganti dengan
gunung-gunung. Gunung-gunung adalah merupakan suatu konstruksi pasangan bata yang
dapat dipakai untuk menggantikan fungsi kuda-kuda. Kemiringan atapnya dapat diambil 30°
@ 40° bila memakai bahan penutup dari genteng. Untuk bahan penutup atap dari semen
asbes gelombang dan seng gelombang kemiringannya dapat diambil 20° @ 25°, yang pada
pemasangannya tidak memerlukan reng.
3. Atap Pelana
Atap pelana sebagai penutup ruangan terdiri dari dua bidang atap miring yang tepi
atasnya bertemu pada sate garis lurus, dinamakan bubungan. Tepi bawah bidang atap, di
mana air itu meninggalkan atap dinamakan tepi teritis. Pada tepi teritis ini dapat dipa:sangi
talang air. Di kedua ujung akhir tembok bangunan dibuatkan gunung-gunung sebagai
pengganti fungsi kuda-kuda. Kalau bangunannya cukup panjang, maka tiap-tiap jarak 3 m
perlu dipasang kuda-kuda untuk menahan gording/bidang penutup atap. Bahan penutupnya
banyak yang menggunakan genteng biasa (genteng kampung) maupun seng gelombang.
Indah Rosanti 52
4. Atap Perisai
Atap perisai merupakan penyempurnaan dari bentuk atap pelana dengan
menambahkan dua bidang atap miring yang berbentuk segitiga pada ujung akhir atap
bangunan. Atap perisai terdiri dari dua bidang atap miring yang berbentuk trapesium
panjang yang pada tepi atasnya bertemu pada satu garis lurus, yang dinamakan bubungan,
Dan dua bidang atap lainnya yang berbentuk segitiga. Pertemuan dari tiap dua bidang atap
yang merupakan garis miring menyudut Berta menjorok ke_luar dinamakan bubungan
miring atau jurai luar. Sedangkan pertemuan dan dua bidang atap yang menjorok ke dalam
dinamakan jurai dalam atau lembahan. Oleh karena air hujan yang jatuh di sekitar jurai
kemudian mengalir ke jurai dalam, maka ini perlu dibuatkan talang. Dengan demikian jurai
dalam atau lembahan dapat juga dinamakan jurai talang.
5. Atap Tenda
Dinamakan atap tenda karena bentuknya menyerupai pasangan tenda. Ukuran
panjang dan lebar bangunan yang menggunakan atap tenda adalah sama, ini berarti, terdiri
dari empat bidang atap dan empat jurai dengan bentuk, ukuran maupun lereng yang sama,
yang bertemu di satu titik tertinggi yaitu pada tiang penggantung (maklar). Garis pertemuan
dari bidang-bidang atap yang miring serta menjorok ke luar dinamakan jurai luar. Pada atap
tenda tidak terdapat jurai dalam atau lembahan.
Indah Rosanti 53
Gambar 59. Bentuk Atap Tenda
6. Atap Menara
Atap menara ini serupa dengan bentuk atap tenda yaitu mempunyai empat bidang
atap dengan sudut apitnya yang sama besar serta ujung bagian atasnya bertemu pada satu
titik yang cukup tinggi. Karen keempat bidang atap yang berbentuk segitiga sama besar
dengan sudut lereng atapnya besar (± 75° ), maka puncak atap menara ini berada cukup
tinggi, sehingga kelihatannya runcing.
Indah Rosanti 54
7. Atap Joglo
Atap joglo merupakan atap jurai luar yang patch ke dalam yang seolah-olah terdiri
dari dua bagian yaitu: bagian bawah yang mempunyai sudut lereng atap lebih keel atau
landai dan bagian atasnya mempunyai sudut lereng atap yang lebih besar, serta menjulang
tinggi. Bila bentuk atap ini dilihat dari atas akan tampak bagian-bagian bidang atap yang
berbentuk trapesium.
9. Atap Gergaji
Sebutan atap gergaji karena bidang atapnya menyerupai gigi gergaji. Atap ini terdiri
dari dua bidang atap yang masing-masing mempunyai sudut lereng sebesar 30° dan 60°.
Apabila di dalam ruangan dibutuhkan penerangan pada slang hari atau ventilasi, maka
bidang atap yang miringnya 60° dirubah menjadi vertikal. Pada bagian inilah dipasangi
dengan kaca berupa ventilasi atau krepyak/jalusi unbuk memperoleh penerangan
seperlunya. Pada pertemuan biclang atap miring (30°) dengan yang vertikal (90° )akan
terbentuk talang air.
Indah Rosanti 55
Gambar 63. Bentuk Atap Gergaji
Bentuk atap silang ini seolah-olah merupakan persilangan dua bentuk atap pelana.
Mengingat akan adanya pertemuan bagian-bagian bidang atap tersebut, maka akan
terbentuk lembahan. Lembahan ini dapat berfungsi sebagai penampung sekaligus
mengalirkan air hujan yang jatuh di sekitarnya. Oleh karenanya lembahan ini sering disebut
dengan jurai talang atau jurai dalam atau talang miring. Atap ini dapat dikembangkan lagi
menjadi bentuk atap gabungan (kombinasi). Dan, pada bentuk atap ini tidak terdapat jurai
luar.
Indah Rosanti 56
11. Atap Gabungan
Dari sekian banyak bentuk atap yang ada, kemudian dalam penggunaannya
digabungkan menjadi satu kesatuan dalam satu bangunan yang kemudian dikenal dengan
nama atap gabungan atau atap kombinasi. Atap gabungan ini dapat. terdiri dari gabungan
bentuk atap pelana, perisai, datar, setengah lingkaran maupun dengan bentuk atap lainnya
sesuai dengan selera.
Indah Rosanti 57
4.4. BAHAN/MATERIAL PENUTUP ATAP
Jenis bahan penutup bidang atap ada bermacam-macam di antaranya: genteng,
asbes, seng, sirap, beton, kaca, alang-alang, spandec dan lain-lainnya. Mengingat
banyaknya jenis bahan penutup atap yang dapat digunakan, maka dipandang perlu untuk
membuat kriteria dasar pemilihannya. Adapun kriteria dasar untuk dapat memilih bahan
penutup atap adalah sebagai berikut:
1. Tinjauan terhadap iklim setempat,
2. Bentuk keserasian atap yang dikehendaki.
3. Tinjauan daripada didirikannya bangunan tersebut
4. Mudahnya bahan itu didapat atau didatangkan di tempat di mana bangunan itu
didirikan.
5. Banyaknya dana/uang yang tersedia.
Adapun syarat umum bahan penutup atap adalah:
1. Bahan harus dapat bersifat isolasi terhadap panas, dingin dan bunyi.
2. Harus rapat terhadap air hujan/tidak tembus air.
3. Tidak mengalami perubahan bentuk karena adanya pergantian cuaca.
4. Tidak terlalu banyak memeriukan perawatan.
5. Tidak mudah terbakar.
6. Bobotnya cukup ringan dan mempunyai kedudukan yang mantap setelah dipasang.
7. Tahan lama (awet).
Kemiringan dari suatu bentuk atap dibuat dengan maksud:
1. Agar air hujan yang jatuh pada permukaan bidang atap dengan cepat dapat mengalir
meninggalkan bidang atap tersebut, sehingga kemungkinan rembes itu sangat kecil.
2. Menambah keindahan pandangan dari suatu bangunan.
3. Didapat ruangan atas yang sekaligus dapat berfungsi sebagai isolasi terhadap iklim. Dan
bila dalam keadaan memaksa dapat dipakai untuk gudang penyimpanan barang-barang
kecil dan ringan.
Tabel 8. Hubungan antara jenis bahan penutup dengan besar-kecilnya sudut lereng
(kemiringan) atap.
Indah Rosanti 58
6. Sirap 25o – 40o
7. Alang, ijuk 40o
Indah Rosanti 59
2. Genteng biasa ( "S") yang disempurnakan
Genteng ini merupakan hasil penyempurnaan dari genteng biasa (genteng "S").
68
Perbaikannya terletak pada pemberian alur dan dalamnya lengkungan, sehingga bentuknya
agak sedikit datar. Genteng ini lebih besar dari genteng biasa, dengan ukuran panjang 30 @
40 cm, lebar 22 @ 28 cm dan tebalnya berkisar 1 cm, dengan luas tutup per buah 22 x 28
cm. Tiap-tiap 1 m2 luas bidang atap membutuhkan ± 18 buah. Cara pemasangan genteng
ini hampir sama dengan cara pemasangan pada genteng biasa .
Setiap 1 m2 luas bidang atap membutuhkan 23 @ 25 buah, berat tiap buah berkisar
1,5 kg, dipasang di atas reng yang berjarak 22 @ 25 cm dari as ke as.
Indah Rosanti 60
Gambar 69. Bentuk genteng kodok & sistem pemasangannya
Indah Rosanti 61
Gambar 72. Bentuk sudut patah genteng kerpus
5. Genteng beton
Genteng beton dapat dibuat berwarna-warni sesuai dengan selera sehingga cukup
menambah keindahan dipandang mata. Dari sekian banyak pabrik yang memproduksi
genteng beton yang berwarna, di antaranya dikenal dengan nama: genteng warna ,"Tiara"
genteng "Monier".
a. Genteng warna Tiara
Terbuat dari bahan campuran semen, pasir yang bermutu dan zat pewama pilihan yang
dipadu secara sempuma melalui proses industri modem oleh tenaga-tenaga ahli yang
berpengalaman. Beberapa keistimewaan dari genteng warna Tiara adalah:
1. KUAT: Tidak mudah retak, pecah ataupun bocor dan tahan terhadap perubahan
Indah Rosanti 62
cuaca, maupun api. Tidak terpengaruh oleh adanya pencemaran industri.
2. INDAH. Mengingat menggunakan zat pewama pilihan, maka genteng ini
kelihatannya cukup menarik.
3. EKONOMIS: Tidak memerlukan adanya perawatan. Biaya yang dikeluarkan hanya
sekali untuk selarnanya serta pemasangannya cepat dan murah.
Di samping keistimewaan di atas,juga mempunyai kelemahan-kelemahan seperti:
1. Harganya cukup mahal bila dibandingkan dengan genteng biasa yang terbuat dari
pembakaran tanah hat.
2. Karena terbuat dari bahan beton praktis bobotnya cukup tinggi, sehingga
memerlukan ukuran reng kayu yang lebih besar.
3. Kurang cocok atau jarang digunakan untuk rumah-rumah yang bersifat sederhana.
Genteng wama Tiara mempunyai ukuran: panjang 42,5 cm, lebar 33 cm dan beratnya
4,4 kg. Sudut lereng atap dapat dibuat minimal 12,5°: Usuk-usuk yang dipakai berukuran
cm setiap jarak 50 cm, rengnya berukuran 3/4 cm yang dipasang setiap jarak 30 cm dari
as a as. Setiap 1 m2 luas atap membutuhkan 10 buah genteng.
Indah Rosanti 63
Gambar 75. Posisi genteng di atas reng & talang sederhana
b. Genteng "Monier"
Dilihat dari segi bentuknya merupakan suatu macam genteng pres yang cukup kuat dan
tahan terhadap gangguan cuaca. Genteng beton ini cukup padat/keras dengan
permukaan yang licin; sehingga tidak tembus air dalam keadaan hujan deras dan angin
kencang sekalipun. Menurut perusahaan yang memproduksinya di Indonesialkemiringan
atap dapat mencapai minimal 17,5°. Ukuran-ukuran genteng beton,sebagai berikut:
Panjang 42,5 cm, lebar 33 cm, tebal ± 1,5 cm, luas tutupnya 35 x 30 cm, tiap 1 m 2
pasangan genteng memerlukan sebanyak 10 buah, bobotnya 4,4 kg/buah atau ± 44
kg/m2, jarak rengnya 35 cm dengan ukuran 3/4 cm. Di tengah-tengah pada sisi atas
lebar genteng terdapat satu lobang untuk inemasang paku. Pada waktu pelaksanaan
pemasangan genteng beton "Monier" hares diperhatikan bahwa setiap genteng beton di
semua deretan pada basis kedua, keempat, keenam (berselang satu genteng) yang
tembus melalui lobang tadi. Bila sudut miring atap sama atau lebih besar dari 45 °
sebaiknya semua genteng beton dipaku satu per satu supaya kedudukannya di atas reng
lebih kokoh dan stabil.
Indah Rosanti 64
Gambar 77. Posisi Genteng Monier di atas reng
6. Genteng kaca
Kaca yang dimaksud di sini adalah rnerupakan zat yang tembus cahaya clan jernih yang
berasal dari bahan dasar pasir kuarsa dan batu api yang ditumbuk atau batu pasir yang
dilebur pada temperatur tertentu bersama-sama zat kimia lainnya. Genteng kaca ini
dipasang untuk dapat memasukkan cahaya ke dalam ruangan tertentu pada waktu siang
hari melalui penutup atap. Ukuran dan bentuk genteng kaca dapat dibuat bermacam-
macam, di antaranya terdapat genteng kaca yang bentuk dan ukurannya hampir sama
dengan genteng biasa (genteng "S"), hanya saja lebih tipis yaitu mempunyai ketebalan
± 4 mm (tebal berganda).
7. Asbes semen
Asbes semen dewasa ini banyak sekali digunakan sebagai bahan-bahan bangunan karena
kuat, awet, tahan api dan ringan. Sifat-sifat ashes semen sebagai perikut:
a. Asbes semen dapat bersifat isolasi terhadap panas, dingin dan suara, artinya: apabila di
luar udara sangat panas, maka dalam ruangan tidak terasa panas, sedang bila udara di
luar rumah dingin, maka di dalam ruangan tidak dingin.
b. Asbes semen merupakan bahan bangunan yang tahan lama (awet) dalam pemakaian
yang normal. Asbes semen tidak mudah terbakar (tahan terhadap api).
c. Asbes semen mempunyai bobot yang rendah (ringan).
d. Asbes semen tidak akan lapuk dan tahan terhadap binatang-binatang pengerat.
Adapun bentuk asbes semen yang dipergunakan sebagai bahan penutup atap dan
nok-nok yang sering dipergunakan dalam bangunan, yaitu:
a. Fiber semen gelombang 5 ½
Indah Rosanti 65
Fiber semen gelombang maksudnya: dalam satu lembar fiber semen pada arah lebarnya
terdiri dari 5½ gelombang.
Ukurannya:
Panjang standar dalam mm : 1500, 180C, 2000, 2250, 2500, 3000
Lebar normal : 920 mm (105 cm).
Lebar terpakai : 875 mm.
Tebal : 5 mm dan 6 mm
Berat/m2 : 9,3 kg dan 11,3 kg.
b. Fiber semen gelombang 14 :
Ukurannya:
Panjang standar : 1500, 1800, 2100, 2400, 2700, 3000 mm.
Lebar normal : 1050 mm
Lebar terpakai : 978 mm
Tebal : 4 mm
Berat/m2 : 7,3 kg
Indah Rosanti 66
d. Nok stel rata
Nok ini juga dapat distel kemiringannya, hanya raja sayap kiri dan kanannya rata/datar.
Ukuran-ukuran yang ada adalah:
Panjang 920 mm, tebal 5 mm, 6 m
Panjang 1050 mm, tebal 4 mm.
tebal 4 mm.
Indah Rosanti 67
g. Fiber semen rata/datar
Tabel 10. Daftar Ukuran dan Berat Fiber semen rata
Ukurang standar (mm) Berat Ukuran standar (mm) Berat
1000 x 1000 x 3 mm 4,2 kg 1200 x 2400 x 4 mm 17 kg
0500 x 1000 x 3 mm 2,4 kg 1000 x 2000 x 4 mm 11,8 kg
1000 x 2000 x 3 mm 8,4 kg 0500 x 2000 x 4 mm 5,9 kg
0500 x 2000 x 3 mm 4,2 kg 0400 x 2000 x 4 mm 4,7 kg
0400 x 2000 x 3 mm 3,4 kg 0300 x 2000 x 4 mm 3,5 kg
0300 x 2000 x 3 mm 2,5 kg 1000 x 1000 x 4 mm 5,9 kg
0250 x 2000 x 3 mm 2,1 kg
1200 x 2400 x 5 mm 21,6 kg 1200 x 2400 x 6 mm 25,9 kg
1000 x 2000 x 5 mm 15 kg 1000 x 2000 x 6 mm 18 kg
Nok ini bersifat flexibel, karena dapat mengikuti variasi kemiringan atap. Kemiringan
atap maksimtun yang diijinkan adalah 30°. Kemiringan ke arah kiri dan kanan dapat
dibuat tidak sama. Sarnbungan nok tidak boleh berada di atas sambungan lembaran.
Penjang nok () : 520 mm, tebal 5 mm dan 6 mm.
l. Penutup ujung
Penutup ujung ini bergelombang, biasanya digunakan pada akhir/ujung penutup atap.
Ukuran-ukurannya:
- Panjang (l) – 5 ½ gelombang = 920 mm, tebal 5 mm dan 6 mm.
Indah Rosanti 68
- Panjang (l) — 14 gelombang = 1050 mm, tebal 4 mm.
i. Penutup penjuru
Penutup ujung atas bergelombang ini digunakan untuk menutup ujung tertentu yang
menghubungkan lembaran atap dengan bidang vertikal dinding. Ukuran-ukurannya:
- Panjang (l) — 51/2 gelombang = 920 mm, tebal 5 mm dan 6 mm.
j. Jalusi
Jalusi ini berupa bilah asbes dengan bidang rata/datar.
Ukuran-ukurannya:
L = 1000 mm, 2000 mm
a = 50 mm, 75 mm
b = 220 mrn, 350 mm
Q = 120°, tebal 6 mm
Indah Rosanti 69
k. Nok Setengah Lingkaran
Mini Harflex adalah lembaran fiber semen gelombang dangkal untuk atap dan dinding.
Ukuran Lembaran
Kilogram per lembar Jumlah lembar perton *
(mm)
Lembaran lebar penuh
1000 x 3000 23,5 43
2700 21 47
2400 18.5
53
2100 16
60
1800 14 71
1500 11.5 86
Lembaran lebar separuh
142
172
210
Indah Rosanti 70
Sistem sambungan pada bahan penutup asbes semen, biasa disebut dengan system
tumpangan, ini dimaksudkan agar penyambungan pada material penutup atap yang terbuat
dari asbes dapat tersusun rapih.
a. Tumpangan Akhir
Tumpangan akhir ini dilakukan pada sambungan arah memanjang lembaran yang
beracla tepat di atas gording dengan kemiringan atapnya diambil tidak kurang dari 7
1/2°. Sambungan ini saling menumpang sejauh 200 mm (100 mm ke arah bawah dan
100 mm lagi ke arah atas dari as gording). Paku-paku sebagai penguat harus terletak
pada as dari tumpangan akhir tersebut. Selain paku, sekrup sebagai penguat dapat juga
menggunakan baja ―U‖ = 6 mm. Baja "U" ini dapat diletakkan setiap jarak ± 500 mm
atau pada tiap lembaran dipasang 2 buah. Gording itu dapat dipasang dari bahan kayu
atau baja. Pada gording baja, pemasangan baja "U" berjarak 50 mm dari sisi atas
tumpangan.
b. Tumpangan samping
Tumpangan samping yang terletak pada arah melebar dianjurkan tumpangannya sejauh
1 gelombang (75 mm). Pemberian paku diletakkan pada sisi cembung bagian atas dari
lembaran, dengan mengebor terlebih dahulu sebesar paku atau angker. Setelah selesai
di bor barulah dilaksanakan pemakuannya.
Indah Rosanti 71
Penentuan jarak gording yang satu dengan yang lainnya didasarkan kepada ukuran
panjang dan tumpangan akhir yang sebenarnya daripada penempatan gording tidal
tepat (terlalu jauh jarak yang satu dengan yang lainnya) akan dapat menimbulkan
kerusakan berupa pelenturan pada lembaran tersebut. Jarak yang terbaik antara
gording ialah ± 800 mm.
Indah Rosanti 72
Hubungan antara sudut miring atas dengan tumpangan akhir (overlap) :
Penyelesaian:
- Pada sudut miring atap sebesar 10° maka tumpangan akhir lembaran gelombang
dapat diambil sebesar 200 mm (20 cm).
- Pada sudut miring atap lebih besar yaitu 20°, maka tumpangan akhir lembaran
gelombang dapat diambil minimal 150 mm (15 cm).
- Pada pemasangan lembaran rata dengan sudut miring atap 90° (tegak), maka
tumpangan akhir dapat diambil sebesar 80 mm (8 cm) yang sama dengan tebal
gording.
Cara penyusunan lembaran asbes semen pada atap hampir sama dengan cara
penyusunan batu bata. Lembaran asbes semen memiliki gelombang maka
penyusunannya dimulai dari pinggir yang diletakkan di atas gording dan
pemasangannya dari bawah ke atas. Untuk baris pertama dan ketiga asbes semennya
dari lembaran penuh dan untuk baris 2, 4 dan seterusnya dimlai dengan lembaran
separuh.
Indah Rosanti 73
Langkah-langkah pemasangan Nok Stel Gelombang, sebagai berikut:
1. Pemasangan nok mulai dari ujung yang sama pada kedua belahan atap, seperti
halnya pada pemasangan lembaran-lembaran atap.
2. Pasanglah rol dalam terlebih dahulu pada satu belahan/bidang atap, kemudian
disusul dengan pemasangan rol luar pada belahan atap lainnya.
3. Rol dalam harus dipasang pada bagian atap di mana terpasang arah pemasangan
"kiri ke kanan".
4. Sambungan-sambungan pada nok atap tidak boleh sama dengan sambungan-
sambungan lembaran, tetapi harus disusun mundur satu gelombang penuh dengan
maksud untuk menghindari penumpukan ketebalan lembaran.
5. Potong setiap bagian dari nok (sisa) yang berada di luar garis atap.
6. Borlah di tempat-tempat yang telah ditentukan untuk pemasangan paku pada
masing-masing sayap.
7. Pakulah pada lobaneyarig dibuat tadi. Lobang atau tempat pemakuan berada pada
gelombang ke-2, ke-6 dan ke-10 di sisi cernbung bagian atas (di puncak
gelombang).
Indah Rosanti 74
o. Nok Patent Gelombang
Nok ini tidak dapat distel karena kedua sayapnya menyatu (kaku), dengan kemiringan
tertentu misalnya membentuk sudut 10° dan 15°. Ukuran-ukurannya: Panjang efektif :
975 mm, lebar sayap A : 300 mm, tebalny a : 4 mm.
Indah Rosanti 75
4. Potonglah bagian nok bila ada yang bersisa atau lebih.
Indah Rosanti 76
- Pasanglah lembaran asbes semen melewati rangka atap.
- Ujung gording dipasang tidak menem bus dinding.
- Pasanglah paku pada puncak gelombang ke-2, ke-6 dan seterusnya. ,
- Pasanglah lembaran asbes semen melewati gording.
- Gording ditumpuk oleh tiang dari kayu dan menonjol ke luar.
- Pasanglah paku pada puncak gelombang ke-2, ke-6 dan seterusnya.
- Pasanglah lembaran asebes semen lewati ujung gording.
8. Seng
Seng adalah merupakan salah satu dart sekian banyak bahan bangunan yang sering
digunakan sebagai penutup atap. Ukuran seng datar yang digalvanisir (disepuh) berkisar
915 mm x 1830 mm dengan beberapa macam tebal yang kurang dart 1 mm. Ukuran tebal
yang kurang dart 1 mm dinyatakan dengan BWG (Birmingham Wire Gauge). Ukuran tebal,
bobot yang sering dipakai. yaitu:
1. BWG 20 dengan tebal 0,90 mm, bobot 7,2/m2
2. 2 BWG 22 dengan tebal 0,70 mm, bobot 5,6/m2
3. BWG 24 dengan tebal 0,56 mm, bobot 4,5/m2
4. BWG 26 dengan tebal 0,46 mm, bobot 3,7/m2
5. BWG 28 dengan tebal 0,36 mm, bobot 2,9/m2
Ukuran seng gelombang biasa yang digalvanisir berkisar 760 mm x 1830 mm dengan
beberapa macam tebal yang dinyatakan dengan BWG. Ukuran tebal, bobot yang sering
digunakan sama seperti seng datar yaitu:
1. BWG 20 dengan tebal 0,90 mm, bobot 7,2/m2
Indah Rosanti 77
2. BWG 22 dengan tebal 0,70 mm, bobot 5,6/m2
3. BWG 24 dengan tebal 0,56 mm, bobot 4,5/m2
4. BWG 26 dengan tebal 0,46 mm, bobot 3,7/m2
5. BWG 28 dengan tebal 0,36 mm, bobot 2,9/m2.
Seng ini mempunyai: lebar propil 76 mm, tinggi propil 16 mm dan banyaknya ge-
lombang ada 100. Seng yang digunakan sebagai penutup atap tidak dianjurkan untuk
bangunan bangunan utama, kecuali bangunan yang bersifat sederhana dan sementara. Cara
pemasangan seng hampir sama dengan pemasangan semen asbes gelombang biasa dapat
mencapai kemiringan 10°. Penyambungan ke arah lebar atau tumpangan sarnpingnya
sebaiknya diambil sebesar 1 ½ .gelombang dan tumpangan ke arah panjang atau
tumpangan akhir dapat diambil 15-20 cm. Susunan tiap lembar seng pada baris ke-1, ke-2
dan ke-3 merupakan "Susunan Bata". Dengan kata lain turnpangan samping pada baris ke-1
dan ke-2 begitu pula seterusnya berselang seling . Lembaran-lembaran seng dipasang di
atas usuk 5 x 7 cm dengan jarak berkisar 60 cm atau di atas gording langsung dengan
memperhatikan jenis dan kekuatan seng itu sendin. Cara pemakuan sama seperti pada
asbes gelombang yaitu menggunakan paku yang dilengkapi dengan cincin (ring) dari karet
yang tahan lama.
Gambar 101. Sambungan seng secara melebar & susunan seng gelombang
9. Sirap
Bahan penutup atap sirap dibuat dengan cara membelah-belah kayu yang keras
seperti kayu jati, belian dan onglen menjadi lembaran-lembaran yang mempunyai ukuran
tertentu. Ukuran-ukuran sirap ada bermacam-macaln, seperti berikut:
- Ukuran besar : panjang 60 cm, lebar 8 @ 9 cm dan tebalnya 4-5 mm
- Ukuran kecil : panjang 40 cm, lebar 5 cm dan tebalnya 3 @ 4 mm
Lamanya sirap sebagai penutup atap diperkirakan berumur 35 tahun. Pemasangan
sirap ini dilakukan di atas reng kayu dengan jarak serupa dengan genteng (± 22 cm). Di
atas setiap reng harus terdapat minimal 3 lapis sirap, dengan maksud agar air hujan yang
Indah Rosanti 78
jatuh tidak akan mencapai lapisan yang paling bawah, dengan kata lain untuk menghindari
adanya bocor karena sisipan air di antara lapisan sirap.
10. Spandec
Spandec adalah jenis bahan/material penutup atap yang terbuat dari baja ringan.
Ukuran dari material ini dapat disesuaikan dengan panjangnya atap, sehingga tidak
memerlukan sambungan tiap barisnya. Atap spandec diletakkan di atas gording dan
lebarnya hampir sama dengan seng, hanya bentuk gelombangnya yang berbeda. Sistem
pemasangan menggunakan baut apabila gordingnya menggunakan baja ringan, tetapi bila
menggunakan ring balok maka system pemakuan dipergunakan, dimana pakunya dilapisi
dengan karet atap, sehingga paku tidak terlepas bila terjadi beban angin yang sangat keras.
Dengan memperhatikan panjang material spandec yang disesuaikan dengan panjang
atap maka dibutuhkan pemesanan terlebih dahulu agar bias mendapatkan atap spandec
sesuai dengan tinggi atap yang ada pada bangunan. Tebal dari spandec adalah 4 mm,
bahannya sangat halus dan ringan sehingga memerlukan system pemakuan yang kuat.
Pemasangan spandec dimulai dari bagian pinggir atap.
Indah Rosanti 79
1. Bentuk Konstruksi Kuda-Kuda/Rangka Atap
Kuda-kuda ini diletakkan di atas dua tembok selaku tumpuannya. Perlu diperhatikan
bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horisontal maupun momen, karena tembok
hanya mampu menerima beban vertical. Bentuk dasar konstruksi kuda-kuda:
a. Akibat adanya beban maka titik pertemuan kedua kaki kuda-kuda bagian atas (P)
mengalami perubahan letak yaitu turun ke P', sehingga kaki kuda-kuda menekan ke dua
tembok ke arah samping.
b. Untuk mencegah agar kaki kuda-kuda tidak bergerak ke samping perlu dipasang balok
horisontal untuk menahan kedua ujung bawah balok kaki kuda-kuda tersebut. Balok
yang horisontal ini dinamakan balok tarik. (AB).
c. Karena bentangan cukup besar dan beratnya sendiri, mak' balok tank AB akan
melentur. Titik, P bergerak turun ke titik P'.
d. Untuk mengatasi adanya penurunan pada balok tank di ujung atas kaki kuda-kuda
dipasangi tiang dan ujung bawah tiang menggantung tengah-tengah balok tank AB.
Oleh karenanya dinamakan tiang gantung.
e. Bentangan makin besar, praktis kaki kuda-kuda yang miring, ini bertambah besar pules
Dan oleh adanya beban kaki ini dapat melentur.
f. Untuk mencegah adanya pelenturan pada ka.ki kuda-kuda perlu dipasangi batang
sokong/skoor di mana ujung bawah skoor memancad pada bagian bawah tiang
ganttmg ujung atas skoor menopang kira-kira bagian tengah kaki kuda-kuda.
g. Pada bangunan-bangunan yang berukuran besar, kemungkinan konstruksi kuda-kuda
melentur pada bidangnya karena kurang begitu kaku. Untuk itu perlu diperkuat dengan
dua batang kayu horisontal yang diletakkan kira-kira di tengah-tengah tinggi tiang
gantung.
Indah Rosanti 80
d. Papan bubungan, yaitu: lembaran papan yang diletakkan berdiri di atas balok
bubungan yang berfungsi untuk menahan genteng bubungan dan adukannya
e. Balok kunci, yaitu: balok yang dipasang di atas atau di samping balok tarik yang
berfungsi untuk mengunci/menahan sambungannya.
f. Balok angin (ikatan silang), yaitu: balok yang dipasang saling menyilang di antara
tiang-tiang gantung yang diperkuat dengan baut mur.
g. Balok topang, yaitu: balok yang dipasang miring di mana ujung atasnya menopang
balok bubungan dan ujung-bawahnya memancad pada tiang gantung. Balok ini berfungsi
untuk menahan pelenturan balok bubungan.
h. Usuk (kasau-kasau), yaitu: kayu yang berukuran 7 cm atau 1 cm yang menumpang di
atas balok bubungan, balok gording dan balok tembok yang diletakkan berjejer di atas
balok gording dengan jarak ± 50 cm dari. sumbu ke sumbu (kecuali pada jurai
luar/dalam atap perisai).
i. Reng, yaitu kayu yang berukuran 2cm atau 3/4 cm yang dipasang di atas usuk. Jarak
reng tidak pasti ini disesuaikan dengan ukuran panjang genteng yang digunakan.
j. Balok bubungan miring (jurai luar), yaitu: balok yang berada pada pertemuan dan
bidang atap yang menjorok ke luar.
k. Balok lembahan (balok jurai dalam = balok jurai talang), yaitu: balok yang
berada pada pertemuan dua bidang atap yang menjorok ke dalam membentuk
lernbahan/talang..
l. Tiang pincang, yaitu: tiang yang ujung atasnya menopang balok bubungan miring pada
jarak spanjangnya dari sudut tembok, dan ujung bawahnya menumpang di atas batang
tunjang atau batang pikul.
m. Batang tunjang (batang pikul), yaitu: batang diagonal yang dipasang di atas atau di
bawah balok tembok yang berfungsi memikul tiang pincang. Panjang batang tunjang
maksimal 3 m atau dipasang lebih kurang 1,5 m dari sudut tembok.
n. Batang pincang (batang-batang apit), yaitu: dua batang kayu yang mengapit ujung
bawah tiang pincang dan balok bubungan miring.
Indah Rosanti 81
Gambar 103. Bentuk ½ kuda-kuda
Indah Rosanti 82
2. Nama dan Ukuran Kayu Pada Konstruksi Kuda-Kuda dan Bubungan
Tabel 12. Ukuran kayu untuk kuda-kuda dan bubungan miring
*) Tidak diperlukan
* Tidak diperlukan pada bentuk atap pelana karena tidak ada bubungan miring.
Indah Rosanti 83
1. Pen/gigi dibuat tegak lurus terhadap kaki kuda-kuda.
2. Pen/gigi membagi dua sama besar sudut apit balok tarik dengan kaki kuda-kuda.
3. Pen/gigi tegak lurus balok tarik dengan gigi ganda.
4. Pada puncak dibuat gigi yang membagi sudut apit sama besar dan dibagian
belakangnya dibuatkan tumit.
Gambar 104. Hubungan kaki kuda-kuda dengan balok tarik dan balok tembok
Indah Rosanti 84
b. Hubungan kaki kuda-kuda bagian atas dengan tiang gantung bagian atas
Ini dilaksanakan dengan hubungan pen dan lobang yang dilengkapi gigi pada
masing-masing pundaknya. Dalamnya gigi 1/6 @ 1/8 t, dalamnya lobang maksimum 1/3 t
dengan lebar 1/3 b (lebar balok). Pengunciannya memakai sepasang plat besi yang
ditembus dengan 3 batang mur-baut 14 mm. Di bagian ujung atas tiang gantung dicoak
sedemikian rupa untuk meletakkan bubungan. Pada kedua sudut atas balok bubungan
diketam miring sesuai dengan lereng atapnya dengan maksud agar ujung usuk bagian atas
dapat menumpang dengan sempurna. Usuk pada balok bubungan diperkuat dengan paku.
Bagian atas yang rata dari balok bubungan dipasang papan bubungan 2 x 15 cm atau x 20
cm yang dijepit oleh kedua ujung usuk sebelah kanan dan kiri. Hubungan pen dan lobang
pada. kaki kuda-kuda pada tiang gantung dapat dibuat dengan cara lain, yaitu pada
sambungan dibuat miring ke luar ke sebelah atas tanpa menggunakan gigi, akan tetapi ada
tumitnya. Hubungan kaki kuda-kuda satu dengan yang lainnya yang tidak memiliki tiang
gantung dapat dilakukan dengan coakkan ½ tebal yang dikunci oleh sebatang mur baut ±Ø
14 mm. Konstruksi ini biasanya digunakan untuk bentangan kecil.
Gambar 105. Kaki kuda-kuda bagian atas dengan tiang gantung bagian atas
Indah Rosanti 85
c. Hubungan kaki kuda-kuda dengan balok sokong dan gording
Kaki kuda-kuda merupakan batang miring yang cukup panjang yang sewaktuwaktu
bisa melentur dengan adanya beban yang berlebihan di atasnya. Untuk mengatasi keadaan
ini perlu dipasang batang/balok sokong. Hubungan yang digunakan ,pada kaki kuda-kuda
dan balok sokong adalah pen dan lobang tak tembus: Panjang pen maksimum 1 3 tinggi
balok (1 3 t) dan tebalnya 1 3 lebar balok (1 3 b). Hubungan ini dapat juga dilengkapi gigi
sedalam 1/6 @ 1/8 t atau maksimum 2 cm yang diperkuat dengan sepasang plat besi
berikut 2 batang mur baut () 14 @ 16 mm. Sedangkan hubungan balok gording dengan
kaki kuda-kuda dibuat dengan menarik gording sedalam 1½@ 2 cm. Di bawah gording/di
atas kaki kuda-kuda dipasang ganjel dari kayu yang dinamakan klos (tupai-tupai).
Pemasangan klos ini dibuat dengan gigi sedalam 1/6 @ 1/8 t yang diperkuat dengan 2
batang paku.
Sambungan kaki kuda-kuda dapat diletakkan di sebelah atas ujung balok sokong
sejauh ± 15 cm (setinggi balok t). Bila sambungannya dilengkapi dengan pemasangan balok
kunci maka sambungan bibir miring ini dapat diletakkan tepat di atas ujung balok sokong.
Pengakuan balok kaki kuda-kuda dengan balok kunci memakai 4 batang mur baut 14 @
16 mm. Jarak tegak antara tarikan benang dengan sisi atas kaki kuda-kuda berkisar 15 cm
untuk ukuran balok gording 8/2 cm.
Indah Rosanti 86
Gambar 106. Kaki kuda-kuda dengan balok sokong dan gording
Indah Rosanti 87
Gambar 107. Hubungan balok tarik dengan tiang gantung
Indah Rosanti 88
- Sambungan bibir miring berkait yang diperkuat oleh pasangan balok kunci. Sambungan
balok tarik menggunakan bibir miring berkait. Di kedua ujung balok tarik yang akin
disambung msing-masing ditarik sedalam 1/6 @ 1/8 tinggi balok tarik. Panjang bibir
dalam arah datar dapat diambil sekitar 2 ½ tinggi balok tarik dan di tengah-tengah
panjang bibir ditarik siku sehingga membentuk kait sebagai penahan gaya tarik.
- Sambungan bibir lurus berkait yang diperkuat pernasangan balok kunci Kedua ujung
balok yang akan disambung ditakik sepanjang 2 ½ tinggi balok (panjang bibir). Mulai di
tengah-tengah panjang bibir, masing-masing ditakik 2/5 dan 3/5 tinggi balok. Selisih
takikan ini akan memperoleh tinggi kait yaitu sebesar 1/5 tinggi balok (1/5 t).
- Sambungan memanjang kunci dua sisi (kunci jepit). Kedua ujung balok tarik yang akan
disambung dirapatkan begitu saja kemudian pada sisi atas dan bawah balok tank dijepit
oleh dua batang balok kunci yang diperkuat oleh 4 batang mur-baut 14 @ 16 mm.
Hubungan balok tank dengan balok kunci memakai gigi atau takikan sedalam 1/6 @ 1/8
tinggi balok dengan panjang masing-masing berkisar 20 cm
Gambar 108. Sambungan panjang balok tarik dan bubungannya dengan tiang gantung
Indah Rosanti 89
f. Hubungan bagian atas tiang gantung dengan sambungan balok bubungan
Sambungan balok bubungan dapat diletakkan tepat di atas Ujung tiang gantung atau
sedikit di luar ujung tiang gantung. Balok bubungan menumpang masuk di atas tiang
dengan hubungan gigi takik sedalam 1/6 @ 1/8 tinggi balok (1/6 @ 1/8) atau maksimal
ditakik 2 cm.
Gambar 109. Bagian atas tiang gantung dengan sambungan balok bubungan
Indah Rosanti 90
Gambar 110 Tumpangan usuk bagian atas dan bawah pada balok gording
h. Hubungan balok tembok dengan usuk dan reng pada bidang atap
Agar usuk bagian bawah dapat menumpang dengan balk pada balok tembok, maka
pada salah satu sudut balok tembok yang berhubungan dengan usuk diketam miring sesuai
dengan besarnya kemiringan bidang atap. Jarak satu usuk dengan yang lain biasanya
diambil berkisar 50 cm dari sumbu ke sumbu pada bentuk atap pelana maupun perisai. Usuk
atau kasau-kasau yang sering digunakan berukuran 5 x 7 ern dan 4 x 6 cm. Usuk atau
kasau-kasau yang sering digunakan berukuran 5 x 7 ern dan 4 x 6 cm. Untuk memperoleh
Indah Rosanti 91
basil penutup bidang atap yang betul-betul rata (tidak bergelombang-gelombang),
diusahakan tidak terlalu banyak ada sambungan reng dan tebal reng sama yaitu 2 cm.
Gambar 111. Posisi balok tembok, usuk dan reng pada bidang atap pelana
Indah Rosanti 92
Gambar 112. Posisi balok tembok, usuk dan reng pada sudut bidang atap perisai.
Indah Rosanti 93
dimana ;
A, B adalah: titik perletakan pada tembok = bentangan kuda-kuda
g.p. adalah: garis pertolongan/potongan
C1 D1 adalah: panjang balok jurai luar pada gambar tampak atas rencana atap
perisai.
Tariklah garis C1 C2 C1 D1, di mana C1 C2 = t = tinggi kuda-kuda yang diukur
dari sisi atas balok tank sampai sisi atas balok bubungan (tinggi yang
sebenarnya).
Hubungan titik C2 dengan titik A1 dan diteruskan.
Melalui titik D1, tariklah garis yang sejajar dnegan C 1 C2 sampai memotong
perpanjangan garis C2 Al di titik D2. Jadi garis D1 D2 D1 .
C2 D2 adalah panjang jurai luar yang sebenarnya (yang dicari).
- Cara "Proyeksi"
Indah Rosanti 94
adalah: sudut apit antara balok-jurai luar dn bidang datar.
adalah: sudut apit antara bidang atap dan bidang datar atau sudut lereng atap
( # ).
Melalui titik pusat C1 lingkarkanlah titik Al dan D1 sampai bertemu pada garis
pertolongan gp, sehingga masing-masing menghasilkan titik A' dan B'.
Melalui titik A' buatlah garis sejajar dengan AA 1 sampai memotong perpanjangan
garis balok tarik di titik A2. Titik A2 merupakan titik dukung.
Titik C2 (titik puncak kuda-kuda) dihubungkan dengan titik A 2 dan diteruskan.
Dari titik B' tariklah garis sejajar dengan A'A2 sampai memotong perpanjangan
garis C2 A2 di titik D2. Sebagai titik akhir (ajung bawah balok jurai luar).
C2 D2 adalah panjang balok jurai luar yang sebenarnya (yang dicari).
Indah Rosanti 95
2. Cara mencari sudut apit bidang-bidang atap ()
Indah Rosanti 96
Langkah-langkahnya:
Buat garis AB tegak lurus BC yang merupakan sudut balok temboic dan garis BD
merupakan as jurai luar atau as bubungan miring.
Pilihlah titik sembarang E pada garis BD. Dan titik E tariklah garis sik a terhadap BC,
sampai bertemu di titik F, di mana EF = 1/2 bentang kuda-kuda (1/2 l)
Tariklah dari titik F garis miring yang dengan EF membentuk sudut sama besar
dengan sudut miring bidang atap ()
Melalui titik E buatlah garis tegak lurus BF yang memotong garis miring atap di Er.
Segitiga EFEr adalah rehahan dari nairingnya atap. di mana E Er = tr = tinggi bidang
atap.
Dari titik E dirikanlah garis tegak lurus BE yang mana Er' = Er = tr. Kemudihn
hubungkan titik B dengan Er', maka akan didapat segitiga BEEr yang merupakan
rebahan jurai yang mengelilingi BE. Sudut Er = tr = sudut miring jurai luar.
Tariklah mulai dari titik sembarang H garis siku pada BEr' yang menghayalkan
sebuah bidang dan memotong bidang horizontal setinggi sisi atas balok tembok di
titik G yang dalam denah merupakan garis JK,
Lingkarkanlah GH, di mana titik G sebagai titik pusat lingkaran. sehingga didapat titik
Hr.
Jadi sudut JHrK = = sudut apit bidang-bidang atap (yang dicari). Perlu diketahui
bahwa =
Apabila di sebelah kanan dan kiri garis BD ditarik dua garis sejajar yang berjarak 1/2
tebal jurai (1/2 b), maka garis JHr dan garis HrK menjadi pemiringan sisi atas balok
jurai luar/balok bubungan miring.
3. Rencana rangka atap dengan juiai luar dan jurai dalam pada denah bangunan
yang menyerupai huruf "L"
Rencana rangka atap dimaksudkan adalah: tampak atas dari susunan kuda-kuda/ 1/2
kuda-kuda, tampak letak kuda-kuda, pertemuan balok gording, balok jurai. balok tembok
usuk dan reng. Pada bagian pengakhiran atap perisai terlihat adanya penutup bidang atap
berbentuk segitiga yang ditahan oleh kuda-kuda separuh atau 1/2 kuda-kuda. Kedua ujung
balok gording yang ada di sini didukung oleh kedua balok luar. Panjang gording yang
diperkenankan maksimum 4.00 m, agar gording tidak melentur oleh adanya beban maupun
karena beratnya sendiri. Apabila jurai luar au-pun jurai dalam cukup panjang, maka akan
timbul pelenturan dan pergeseran ke bawah dalam arah panjangnya yang disebabkan oleh
adanya gaya-gaya yang bekerja Gejala ini dapat dicegah dengan memasang tiang pincang
Indah Rosanti 97
yang bertumpu pada batang tunjang atau batang pikul. Batang tunjang dapat dipasang di
atas atau di bawah balok tembok, asalkan nantinya tidak mengganggu pemasangan langit-
langit. Panjang batang tunjang maksimum 3,00 m yang dipasang lebih kurang 1 50 m dari
sudut tembok. Ujung alas tiang pincang yang menyokong balok jurai luar berjarak sebesar
1/3 dari panjang balok jurai luar terhitung dari titik sudut perletakan tembok. Untuk
pengakuan hubungan ini dipasanglah batang-batang apit yang disebut batang pincang yang
terdiri dari 2 balok berukuran 1/12 cm. Dengan dipasangnya tiang pincang batang tunjang
dan batang pincang diharapkan gaya-gaya yang diterima oleh balok jurai luar dapat
dipindahkan kepada tembok secara vertikal dan merata.
Jurai luar dan jurai dalam pada rencana rangka atap
Indah Rosanti 98
Gambar 118. Jurai dalam pada rencana rangka atap
4. Hubungan antara balok bubungan dengan balok bubungan miring (jurai luar)
Hubungan ini dapat dilaksanakan dengan dua cara:
a. Ujung balok bubungan sengaja dibuat menonjol ke luar dari tiang gantung sejauh
maksimum 1,00 m. Untuk mencegah agar balok bubungan tidak melentur, perlu
dipasang batang topang yang masing-masing ujungnya memancad pada tiang gantung
dart balok bubungan. Kedua ujung balok bubungan miring yang telah ditakik
menyerupai mulut ikan, kemudian dipertemukan dengan ujung balok bubungan.
b. Ujung balok bubungan berakhir tepat di atas ujung tiang gantung. Dengan demikian
pada satu tit& akan bertemu 4 ujung balok yaitu balok bubungan tiang gantung dan 2
Indah Rosanti 99
ujung balok bubungan miring. Kedua ujung atas balok bubungan miring yang akan
dipertemukan ditakik menyerupai mulut ikan.
Gambar 119. Balok bubungan dengan balok bubungan miring (jurai luar)
Indah Rosanti
6. Hubungan antara tiang pincang dengan sambungan balok bubungan miring
Apabila balok bubungan terlalu panjang maka perlu dibuat sambungan dengan alur
dan lidah yang diperkuat oleh pemasangan balok kunci lengkap dengan gigi sebagai kaitnya.
Dalampya gigi dapat diambil 1/6 @ 1/8 tinggi balok (t), panjang balok kunci 7 @ 8 t atau ±
100 cm. Ujung atas tiang pincang memancad. di tengah-tengah panjang balok kunci dengan
hubungan pen dart lobang (gambar 84a) atau pada ujung bawah balok kunci kemudian
ditembus oleh 4 bittang mur-baut 14 @ 16 mm. Perlu diperhatikan bahwa ujung atas tiang
pincang yang memancad, harus terletak pada 1/3 panjang balok bubungan miring terhitung
dari sudut tembok sebagai perletakkan.
Gambar 122. Tiang pincang dengan batang tunjang dan batang pincang
Indah Rosanti
9. Potongan hubungan balok bubungan miring dengan gording dan usuk
a. Pada lembahan/jurai talang
Gambar 128. Kuda-kuda atap seng kuap/sandar dengan bentang 200 @ 300 cm
Gambar 129. Kuda-kuda atap pelana yang ditopang oleh tiang dengan bentang 300 @ 400
cm.
Gambar 130. Kuda-kuda atap pelana yang didukung oleh tembok dengan bentang 400 cm.
Gambar 133. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 600 @ 800 cm.
4.6. RANGKUMAN
Atap merupakan bagian dari up struktur dimana atap berfungsi sebagai penerima
beban angin. Atap memiliki bagian-bagian yang sangat penting dalam system struktur
diantaranya:
1. Bentuk atap seperti: plat beton, pelana, perisai, joglo, setengah lingkaran, gergaji, atap
setengah, dll.
2. Bahan/material penutup seperti: genteng, bubungan, asbes semen, seng, sirap dan
spandec.
3. Konstruksi kuda-kuda, seperti: konstruksi kuda-kuda pelana konstruksi kuda-kuda
perisai. Dll.
Dengan memperhatikan system struktur pada atap maka dapatlah disesuaikan dengan
system pemasangan dari tiap-tiap bentuk atap, bahan/material penutup dan system
konstruksi kuda-kuda yang akan dipasang pada bangunan.
PLAFOND
1. Siapkan semua bahan dan peralatan penunjang seperti: mistar, waterpass atau slang
plastik 6-10 mm, pensil, benang kasur, paku dan palu.
2. Ruangan atau kamar yang akan dipasangi langit-langit pada dindingnya diberi tanda
yang menunjukkan tinggi langit-langit yang akan dikerjakan, kemudian buatlah garis
horisontal keliling dinding dengan bantuan waterpass atau timbangan slang air plastik
bening.
Teras/emper
2. Talang Segitiga
Talang ini dapat dibuat dari plat seng lembaran (BWG. 30) atau dari bahan PVC
buatan pabrik. Untuk mendapatkan bidang yang rata dan miring maka dipasang papan
talang 3/20 sebagai alas penahan seng talang tersebut. Tinggi bersih talang 10-15 cm
dan lebar atas ± 30 cm. Ujung seng talang bagian belakang ditekuk pada reng paling
bawah, demikian pula ujung seng bagian depan. Papan lis/lisplank dipasang saling tegak
lurus dengan usuk atau miring ke depan.
9. Talang Lembahan
Talang ini berada di antara dua bidang atap pada satu bangunan. Konstruksi
talangnya berbentuk segitiga terbuka yang berada di antara dua ujung gording dan di atas
balok jurai dalam (jurai talang). Talang ini sering disebut dengan lembahan. Ukuran talang,
lebar ± 30 cm dan dalamnya ± 8 cm. Kemiringan talang sesuai dengan miring bidang
atapnya.
Amanto, H., dkk (2000), Analisa Upah dan Bahan, Penerbit Bumi AKsara
Frick, Heinz (1999), Sistem Bentuk Struktur Bangunan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Ibrahim, H, Bachtiar, ( 2012), Rencana Dan Estimate Real Of Cost, Penerbit. Bumi
Aksara.
Idham, Noor Cholis (2013), Merancang Bangunan Gedung Bertingkat Rendah, Yogyakarta:
Graha Ilmu
Supribadi, I.K, (1986), Ilmu Bangunan Gedung, Seri B, Edisi Revisi, Armico, Bandung.
Zainal A. Z., (2005), Menghitung Anggaran dan Biaya Bangunan, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.