Anda di halaman 1dari 36

PENGELOMPOKAN KOMPONEN-KOMPONEN STRUKTUR DAN

NONSTRUKTURAL PADA BANGUNAN GEDUNG TINGGI

TUGAS
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Metode Pelaksanaan Kontruksi
yang dibina oleh Bapak Ir. Dian Ariestadi, M.T.Ars

oleh
Yusnia Khristanti
180523630036

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
30 Agustus 2019
A. PEMBAHASAN
a. Pengertian struktur
Struktur adalah bagian-bagian yang membentuk bangunan seperti pondasi,
sloof, dinding, kolom, ring, kuda-kuda, dan atap. Pada prinsipnya, elemen struktur
berfungsi untuk mendukung keberadaan elemen nonstruktur yang meliputi elemen
tampak, interior, dan detail arsitektur sehingga membentuk satu kesatuan. Setiap
bagian struktur bangunan tersebut juga mempunyai fungsi dan peranannya
masing-masing.

Kegunaan lain dari struktur bangunan yaitu meneruskan beban bangunan


dari bagian bangunan atas menuju bagian bangunan bawah, lalu menyebarkannya
ke tanah. Perancangan struktur harus memastikan bahwa bagian-bagian sistem
struktur ini sanggup mengizinkan atau menanggung gaya gravitasi dan beban
bangunan, kemudian menyokong dan menyalurkannya ke tanah dengan aman.
Terdapat tiga bagian dari struktur bangunan antara lain :
a) Struktur atas (superstruktur) yaitu bagian-bagian bangunan yang terbentuk
memanjang ke atas untuk menopang atap. Struktur atas bangunan antara
lain rangka dan kuda-kuda.
b) Struktur tengah merupakan bagian-bagian bangunan yang terletak di atas
permukaan tanah
c) dan di bawah atap, serta layak ditinggali oleh manusia. Yang dimaksud
struktur tengah di antaranya dinding, kolom, dan ring.
d) Struktur bawah (substruktur) adalah bagian-bagian bangunan yang terletak
di bawah permukaan tanah. Struktur bawah ini meliputi pondasi dan sloof.
b. Klasifikasi Struktur
a) Klasifikasi struktur berdasarkan geometri dan bentuk dasarnya :
 Elemen garis adalah elemen yang panjang dan langsing dengan potongan
melintang nya lebih kecil dibandingkan ukuran panjangnya. Elemen garis
dapat dibedakan menjadi elemen lurus dan elemen melengkung.
 Elemen permukaan adalah elemen yang ketebalannya lebih kecil dari pada
ukuran panjang nya. Elemen datar dapat berupa datar atau lengkung.
Elemen lengkung bisa berupa lengkung tunggal atau lengkung ganda.
b) Klasifikasi struktur berdasarkan karakteristik kekakuan elemen :
 Elemen kaku, biasanya sebagai elemen yang tidak mengalami
perubahan bentuk yang cukup besar apabila mengalami tekanan beban.
 Elemen tidak kaku atau fleksibel, misalnya kabel yang berubah
menjadi bentuk tertentu pada suatu kondisi pembebanannya.Struktur
fleksibel akan mempertahankan keutuhan fisik nya meskipun
bentuknya berubah-ubah.
c) Berdasarkan susunan elemen :
 System satu arah, dengan mekanime transfer beban dari struktur untuk
menyalurkan ketanah merupakan aksi satu arah saja.Sebuah balok
yang terbentang pada dua titik tumpuan adalh contoh system satu
arah.
 System dua arah dengan system bersilang yang terletak diantara dua
titik tumpuan dan tidak terletak diatas garis yang sama.

Gambar 1. Mengkategorikan elemen berdasarkan transfer beban


Gambar 2. Klasifikasi elemen struktur
d) Berdasarkan material pembentuknya di bedakan :
 Struktur kayu
 Struktur baja
 Struktur beton,dll
e) Elemen-elemen utama struktur
Elemen-elemen struktur utama seperti pada gambar 3 di kelompok kan
menjadi 3 kelompok utama yaitu :
 Elemen kaku yang umum digunakan yaitu balok, kolom, pelengkung,
pelat datar, pelat berpelengkungan dan cangkang.
 Elemen tidak kaku atau fleksibel seperti kabel, membrane atau kabel
berpelengkung tunggal maupun ganda.
 Elemen elemen yang merupakan rangkaian dari elemen elemen tunggal :
rangka, rangka batang, kubah dan jaring.
Gambar 3. Jenis-jenis elemen struktur
f) Beban-beban Pada Struktur Bangunan Bertingkat
Beban-beban pada struktur bangunan bertingkat, menurut arah bekerjanya
dapat dibagi menjadi dua, yaitu : (PPI, 1983)
1. Beban Vertikal (Gravitasi)
a. Beban mati (Dead Load)
Beban mati adalah berat dari semua bagian bangunan yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan, pekerjaan pelengkap (finishing), serta alat atau
mesin yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka bangunannya (PPI,
1983).
Beban mati merupakan berat sendiri bangunan yang senantiasa bekerja
sepanjang waktu selama bangunan tersebut ada atau sepanjang umur bangunan.
Pada perhitungan berat sendiri ini, seorang analisis struktur tidak mungkin dapat
menghitung secara tepat seluruh elemen yang ada dalam konstruksi, seperti berat
plafond, pipa-pipa ducting, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam menghitung berat
sendiri konstruksi ini dapat meleset sekitar 15 % - 20 % (Soetoyo, 2000).

b. Beban Hidup (Live Load)


Beban hidup adalah berat dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat
berpindah, yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Sedangkan pada atap,
beban hidup termasuk air hujan yang menggenang (Benny, 1996).
Beban gravitasi pada bangunan yang berupa beban mati dan beban hidup ini
akan diterima oleh lantai dan atap bangunan, kemudian didistribusikan ke balok
anak dan balok induk. Setelah itu akan diteruskan ke kolom dan ke pondasi.
Bentuk pendistribusian beban dari plat terhadap balok dalam bentuk
trapesium maupun segitiga dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
2. Beban Horizontal (Lateral)
a. Beban Gempa (Earthquake)
Beban gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur rangka
bangunan akibat adanya pergerakan tanah oleh gempa. Pertama kali di Indonesia
ketetapan perencanaan gempa untuk bangunan dimasukkan dalam Peraturan
Muatan Indonesia 1970, lalu peraturan ini diperbaharui dengan diterbitkannya
Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983.
Pada dasarnya ada dua metode Analisa Perencanaan Gempa, yaitu :
(Soetoyo, 2000)
 Analisis Beban Statik Ekuivalen (Equivalent Static Load Analysis).
Analisis ini adalah suatu cara analisa struktur, dimana pengaruh gempa pada
struktur dianggap sebagai beban statik horizontal untuk menirukan pengaruh
gempa yang sesungguhnya akibat gerakan tanah. Metode ini digunakan untuk
bangunan struktur yang beraturan dengan ketinggian tidak lebih dari 40 m.
 Analisis Dinamik (Dynamic Analysis).
· Metode ini digunakan untuk bangunan dengan struktur yang tidak beraturan.
Perhitungan gempa dengan analisis dinamik ini terdiri dari :
 Analisa Ragam Spektrum Respons
Analisa Ragam Spektrum Respons adalah Suatu cara analisa dinamik
struktur, dimana suatu model dari matematik struktur diberlakukan suatu
spektrum respons gempa rencana, dan berdasarkan itu ditentukan respons struktur
terhadap gempa rencana tersebut.
 Analisa Respons Riwayat Waktu
Analisa Respons Riwayat Waktu adalah suatu cara analisa dinamik struktur,
dimana suatu model matematik dari struktur dikenakan riwayat waktu dari gempa-
gempa hasil pencatatan atau gempa-gempa tiruan terhadap riwayat waktu dari
respons struktur ditentukan.
b. Beban Angin (Wind Load)
Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya
karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang). Beban angin ini
ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif
(isapan angin), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang bangunan yang
ditinjau (Benny, 1996).

c. Tekanan Tanah dan Air Tanah


Selain beban-beban tersebut diatas, masih ada beban lain yang perlu
diperhitungkan, yaitu : (Soetoyo, 2000)
1. Beban Temperatur
Beban akibat temperatur ini perlu diperhitungkan jika letak bangunannya
berada di daerah yang perbedaan temperaturnya sangat tinggi.

2. Beban Konstruksi (Construction Load)


Beban konstruksi ini timbul pada saat pelaksanaan pembangunan fisik
gedung.

c. Bagian-Bagian Struktur Bagunan Gedung


1. Pengertian Struktur Atas Pada Bangunan Tinggi
Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang
berada di atas muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat,
balok,dinding geser dan tangga, yang masing-masing mempunyai peran yang
sangat penting.
a) Komponen-Komponen Struktural pada Bangunan Tinggi
i. Kolom
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996). Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan
sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta
beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak
mudah roboh.
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material
yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau
bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik pada bangunan.
i. Prinsip desain kolom
Elemen struktur kolom yang mempunyai nilai perbandingan antara panjang
dan dimensi penampang melintangnya relatif kecil disebut kolom pendek.
Kapasitas pikul-beban kolom pendek tidak tergantung pada panjang kolom dan
bila mengalami beban berlebihan, maka kolom pendek pada umumnya akan gagal
karena hancurnya material. Dengan demikian, kapasitas pikul-beban batas
tergantung pada kekuatan material yang digunakan. Semakin panjang suatu
elemen tekan, proporsi relatif elemen akan berubah hingga mencapai keadaan
yang disebut elemen langsing. Perilaku elemen langsing sangat berbeda dengan
elemen tekan pendek. Perilaku elemen tekan panjang terhadap beban tekan adalah
apabila bebannya kecil, elemen masih dapat mempertahankan bentuk liniernya,
begitu pula apabila bebannya bertambah. Pada saat beban mencapai nilai tertentu,
elemen tersebut tiba-tiba tidak stabil, dan berubah bentuk menjadi seperti
tergambar.
Hal inilah yang dibuat fenomena tekuk (buckling) apabila suatu elemen
struktur (dalam hal ini adalah kolom) telah menekuk, maka kolom tersebut tidak
mempunyai kemampuan lagi untuk menerima beban tambahan. Sedikit saja
penambahan beban akan menyebabkan elemen struktur tersebut runtuh. Dengan
demikian, kapasitas pikul-beban untuk elemen struktur kolom itu adalah besar
beban yang menyebabkan kolom tersebut mengalami tekuk awal. Struktur yang
sudah mengalami tekuk tidak mempunyai kemampuan layan lagi. Fenomena
tekuk adalah suatu ragam kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan suatu
elemen struktur yang dipengaruhi oleh aksi beban. Kegagalan yang diakibatkan
oleh ketidakstabilan dapat terjadi pada berbagai material. Pada saat tekuk terjadi,
taraf gaya internal bisa sangat rendah. Fenomena tekuk berkaitan dengan
kekakuan elemen struktur. Suatu elemen yang mempunyai kekakukan kecil lebih
mudah mengalami tekuk dibandingkan dengan yang mempunyai kekakuan besar.
Semakin panjang suatu elemen struktur, semakin kecil kekakuannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi beban tekuk (Pcr) pada suatu elemen
struktur tekan panjang. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
 Panjang Kolom
Pada umumnya, kapasitas pikul-beban kolom berbanding terbalik dengan
kuadrat panjang elemennya. Selain itu, faktor lain yang menentukan besar beban
tekuk adalah yang berhubungan dengan karakteristik kekakuan elemen struktur
(jenis material, bentuk, dan ukuran penampang).
 Kekakuan
Kekakuan elemen struktur sangat dipengaruhi oleh banyaknya material dan
distribusinya. Pada elemen struktur persegi panjang, elemen struktur akan selalu
menekuk pada arah seperti yang diilustrasikan pada di bawah bagian (a). Namun
bentuk berpenampang simetris (misalnya bujursangkar atau lingkaran) tidak
mempunyai arah tekuk khusus seperti penampang segiempat. Ukuran distribusi
material (bentuk dan ukuran penampang) dalam hal ini pada umumnya dapat
dinyatakan dengan momen inersia (I).
 Kondisi ujung elemen struktur
Apabila ujung-ujung kolom bebas berotasi, kolom tersebut mempunyai
kemampuan pikul-beban lebih kecil dibandingkan dengan kolom sama yang
ujung-ujungnya dijepit. Adanya tahanan ujung menambah kekakuan sehingga
juga meningkatkan kestabilan yang mencegah tekuk. Mengekang (menggunakan
bracing) suatu kolom pada suatu arah juga meningkatkan kekakuan. Fenomena
tekuk pada umumnya menyebabkan terjadinya pengurangan kapasitas pikul-beban
elemen tekan. Beban maksimum yang dapat dipikul kolom pendek ditentukan
oleh hancurnya material, bukan tekuk.
Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis yaitu
kolom utama dan kolom praktis.
 Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya
menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan
jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai
tidak tidak begitubesar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter,
maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk
bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan
pokok 8 d12 mm, danbegel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton
diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cmmaksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10
cm).

 Kolom Praktis
Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agardinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter,atau pada
pertemuan pasangan bata, (sudutsudut).Dimensi kolom praktis 15/15
dengantulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga
jenis kolom beton bertulang yaitu :
o Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan
kolom brton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang,
yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah
lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang
agar tetap kokoh pada tempatnya. Terlihat dalam gambar 1.
o Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang
pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah
tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di
sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan
kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga
mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses
redistribusi momen dan tegangan terwujud. Seperti pada gambar 1.(b).
o Struktur kolom komposit seperti tampak pada gambar 1. Merupakan
komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan
gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan
pokok memanjang.

ii. Balok
Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok
merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat
kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal
bangunan akan beban-beban. Persyaratan balok menurut PBBI 1971.N.I – 2
hal. 91 sebagai berikut :
a. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih.
Tinggi balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar badan yang
dipilih.
b. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang
tulangan untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat
mungkin harus dihindarkan pemasangan tulangan balok dalam lebih dari 2
lapis, kecuali pada keadaan-keadaan khusus.
c. Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari
penampang.
d. Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang
sampingnya harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10%
dari luas tulangan tarik pokok. Diameter batang tulangan tersebut tidak
boleh diambil kurang dari 8 mm pada jenis baja lunak dan 6 mm pada jenis
baja keras.
e. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh
diambil lebih dari 30 cm, sedangkan dibagian balok sengkang-sengkang
bekerja sebagai tulangan geser. Atau jarak sengkang tersebut tidak boleh
diambil lebih dari 2/3 dari tinggi balok. Diameter batang sengkang tidak
boleh diambil kurang dari 6 mm pada jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis
baja keras.
iii. Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi
merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang
bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :
a. Besar lendutan yang diijinkan
b. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung
c. Bahan konstruksi dan plat lantai
Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat (Szilard,
1974)
a. Pelat kaku
Pelat kaku merupakan pelat tipis yang memilikki ketegaran lentur (flexural
rigidity), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama dengan momen
dalam (lentur dan puntir) dan gaya geser transversal, yang umumnya sama dengan
balok. Pelat yang dimaksud dalam bidang teknik adalah pelat kaku, kecuali jika
dinyatakan lain.
b. Membran
Membran merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul beban
lateral dengan gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi pemikul beban ini
dapat didekati dengan jaringan kabel yang tegang karena ketebalannya yang
sangat tipis membuat daya tahan momennya dapat diabaikan.
c. Pelat flexibel
Pelat flexibel merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan memikul
beban luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser transversal dan gaya
geser terpusat, serta gaya aksial. Struktur ini sering dipakai dalam industri ruang
angkasa karena perbandingan berat dengan bebannya menguntungkan.
d. Pelat tebal
Pelat tebal merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya menyerupai
kondisi kontinu tiga dimensi
Bahan untuk Plat lantai dapat dibuat dari :
a. Plat Lantai Kayu
Ukuran Lebar papan umumnya 20-30cm. Tebal papan ukuran 2-3cm,
dengan jarak balok-balok pendukung antara 60-80cm. Ukuran balok berkisar
antara 8/12, 8/14, 10/14. Untuk bentangan 3-3,5cm. Balok-balok kayu ini dapat
diletakkan diatas pasangan bata 1 batu atau ditopang oleh balok beton. Bahan
kayu yang dipaki harus mempunyai berat jenis antara 0,6-0,8 (t/m3) atau dari jenis
kayu kelas II.
Keuntungannya :
a) Harga relative murah, berarti biaya bangunan rendah
b) Mudah dikerjakan, berarti pekerjaan lebih cepat selesai
c) Beratnya ringan, berarti menghemat ukuran fondasi
Kerugiannya :
a) Hanya boleh untuk konstruksi bangunan sederhana dengan beban ringan
ringan
b) Bukan peredam suara yang baik
c) Sifat bahan “permeable” ( rembes air ), jadi tidak dapat dibuat KM/WC di
lantai atas
d) Mudah terbakar, jadi tidak dapat membuat dapur dilantai atas
e) Tidak dapat dipasang keramik
f) Dapat dimakan bubuk atau serangga, berarti keawetan bahan terbatas
g) Mudah rusak oleh pengaruh cuaca yang berubah-ubah.

b. Plat Lantai Beton


Dipasang tulangan baja pada kedua arah, tulangan silang, untuk menahan
momen tarik dan lenturan. Untuk mendapatkan hubungan jepit-jepit, tulangan plat
lantai harus dikaitkan kuat pada tulangan balok penumpu. Perencanaan dan
hitungan plat lantai dan beton bertulang, harus mengikuti persyaratan yang
tercantum dalam buku SNI I Beton 1991.
Beberapa persyaratan tersebut antara lain :
a. Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12cm, sedangkan
untuk plat atap sekurangkurangnya7cm
b. Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8mm dari baja
lunak atau baja sedang
c. Pada plat lantai yang tebalnya > 25cm harus dipasang tulangan rangkap atas
bawah
d. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5cm dan tidak lebih
dari 20cm atau dua kalitebal plat lantai, dipilih yang terkecil
e. Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1cm,
untuk melindungi bajadari karat, korosi atau kebakaran
f. Bahan beton untuk plat harus dibuat dari campuran 1semen : 2pasir :
3kerikil + air, bila untuk lapiskedap air dibuat dari campuran 1semen : 1 ½
pasir : 2 ½ kerikil + air secukupnya.

Plat-lantai beton dapat dibuat menerus/menjadi satu dengan plat luifel


dengan balok penumpu sebagai pembatasnya.
c. Plat Lantai Yumen ( Kayu Semen )
Plat lantai kayu semen ini dibuat dari potongan kayu apa saja dan kecil-kecil
yang kemudian dicampur semenyang berukuran 90cm x 80cm. plat lantai yumen
ini masih jarang digunakan karena termasuk bahan bangunan yang baru dan
yumen ini buatan dari Pabrik Semen Gresik.
Cara Pemasangan Yumen :
Sebelum dipasangi yumen, dack yang akan dibuat dipasangi kayu bangkirai
5/7 dengan panjang yangsudah diatur dengan jarak 40cm. Kayu yang berjejer
tersebut ditumpangi ring balk dan dicor, setelah itu lembaran yumen dipasang
berjejer rapat diatas kayu tersebut lalu dibaut. Kemudian diatas yumen baru diberi
rabat beton (1pc : 2ps : 3kr), setelah kering dipasang keramik, kalau dilihat dari
bawah, kayu tersebut tampak seperti utuh. Untuk itu kayu tersebut bisa dipakai
sebagai kayu ekspos (bisa dipolitur).

iv. Dinding Geser


Dinding Geser (shear wall) adalah suatu struktur balok kantilever tipis yang
langsing vertikal, untuk digunakan menahan gaya lateral. Biasanya dinding geser
berbentuk persegi panjang, Box core suatu tangga, elevator atau shaft lainnya.
Dan biasanya diletakkan di sekeliling lift, tangga atau shaft guna menahan beban
lateral tanpa mengganggu penyusunan ruang dalam bangunan.

Usaha untuk memonolitkan antara profil dengan beton pada struktur


dinding geser, diberikan kabel pada dinding yang berupa baja mutu tinggi.
Dengan pemberian profil sebagai tambahan untuk pengaku dalam menahan gaya
lateral. Dinding geser dengan penambahan profil memberikan hasil kapasitas yang
jauh lebih besar dibandingkan penampang dinding geser biasa dengan selisih beda
100% yang bisa dilihat pada diagram interaksi momen (Mn) dan beban axial(Pn).
Perbedaan tersebut didapat dengan menarik garis linear pada diagram tersebut.
Didapat momen pada dinding geser tanpa profil sebesar Mn = 25000 KNm,
sedangkan momen pada dinding geser dengan profil sebesar Mn =50000 KNm.
Dengan adanya dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar
beban gempa akan terserap oleh dinding geser tersebut. Menurut Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2006
(Purwono et al., 2007), perencanaan geser pada dinding structural untuk bangunan
tahan gempa didasarkan pada besarnya gaya dalam yang terjadi akibat beban
gempa. Namun, dalam prakteknya masih terdapat keraguan akan keandalan hasil
desain dinding geser berdasarkan konsep ini. Hal ini menyebab kan masih
disyaratkannya konsep desain kapasitas untuk perencanaan dinding geser dalam
berbagai proyek gedung tinggi di Indonesia. Menurut konsep desain kapasitas,
kuat geser dinding didesain berdasarkan momen maksimum yang paling mungkin
terjadi di dasar dinding.
Dalam prakteknya dinding geser selalu dihubungkan dengan system
rangka pemikul momen pada gedung. Dinding struktural yang umum digunakan
pada gedung tinggi adalah dinding geser kantilever dan dinding geser berangkai.
Berdasarkan SNI 03-1726-2002 (BSN, 2002), dinding geser beton bertulang
kantilever adalah suatu subsistem struktur gedung yang fungsi utamanya adalah
untuk memikul beban geser akibat pengaruh gempa rencana. Kerusakan pada
dinding ini hanya boleh terjadi akibat momen lentur (bukan akibat gaya geser),
melalui pembentukkan sendi plastis di dasar dinding.
Penempatan dinding geser ada 2 macam :
1. Dinding geser sebagai dinding tunggal
2. Dinding geser yang disusun membentuk core (inti).
Jenis dinding :
 Dinding Partisi : Dinding ringan yang memisahkan antar ruang dalam.
Terbuat dari gypsum, fiber, tripleks atau Duplex.
 Dinding Pembatas : Untung menandakan batas lahan. Atau bisa disebut
dinding Privasi.
 Dinding Penahan : Digunakan pada tanah yang berkontur dan dibutuhkan
struktur tambahan untuk menahan tekanan tanah.
 Dinding Struktural : Untuk menopang atap dan sama sekalitidak
menggunakan cor beton untuk kolom. Konstruksinya 100% mengandalkan
pasangan batubata dan semen.
 Dinding Non-Struktural : Dinding yang tidak menopang beban, hanya
sebagai pembatas apabila dinding di robohkan, maka bangunan tetap berdiri.
beberapa material dinding non-struktural diantaranya seperti batu bata,
batako, bata ringan, kayu dan kaca.
v. Atap
Atap adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang melilndungi
gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik
(mikrokosmos/makrokosmos).

Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi,


bentuk dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya. Di daerah tropis atap
merupakan salah satu bagian terpenting. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap
dan penopang rangka atap. Rangka atap berfungsi menahan beban dari bahan
penutup. Penopang rangka atap adalah balok kayu / baja yang disusun membentuk
segitiga,disebut dengan istilah kuda-kuda.
a) Atap dan bagian-bagiannya:
 Jurai dalam
Jurai dalam ialah bagian yang tajam pada atap,berjalan dari garis tiris atap
sampai bubungan,dan terdapat pada pertemuan dua bidang atap pada sudut
bangunan kedalam.

 Jurai luar
Jurai luar,ialah bagian yang tajam pada atap,berjalan dari garis tiris atap
sampai bubungan,terdapat pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan
ke luar.

 Bubungan (nok)
Merupakan sisi atap yang teratas,selalu dalam keadaan datar dan umumnya
menentukan arah bangunan.

 Gording
Balok atap sebagai pengikat yang menghubungkan antar kuda-kuda.
Gording juga menjadi dudukan untuk kasau dan balok jurai dalam.

 Kasau
Komponen atap yang terletak diatas gording dan menjadi dudukan untuk
reng.

 Reng
Komponen atap yang memiliki profil paling kecil dalam bentuk dan
ukurannya. Posisinya melintang diatas kasau. Reng berfungsi sebagai penahan
penutup atap (genteng dan lain-lain). Fungsi lainnya adalah sebagai pengatur jarak
tiap genteng agar rapi dan lebih “terikat”. Jarak antar reng tergantung pada ukuran
genteng yang akan dipakai. Semakin besar dimensi genteng,semakin sedikit reng
sehingga biaya pun lebih hemat.

b) Penutup Atap
Penutup merupakan bagian yang menutupi atap secara keseluruhan sehingga
terciptalah ambang atas yang membatasi kita dari alam luar. Ada berbagai pilihan
penutup atap dengan pilihan bentuk dan sifat yang berbeda. Dua faktor utama
yang harus dipertimbangkan dalam pemilihannya adalah faktor keringanan
material agar tidak terlalu membebani struktur bangunan dan faktor keawetan
terhadap cuaca (angin,panas,hujan). Faktor lain adalah kecocokan/keindahan
terhadap desain rumah. Ukuran dan desain dari penutup atap juga memberi
pengaruh pada struktur,misalnya konstruksi kuda-kuda,ukuran reng,dan sudut
kemiringan.

c) Komponen Pelengkap
Elemen pelengkap pada atap selain berfungsi struktural juga estetis.

 Talang
Saluran air pada atap yang berfungsi mengarahkan air agar jatuh ketanah
disebut talang. Talang dipasang mendatar mengikuti tiris atap kemudian dialirkan
ke bawah melalui pipa vertikal.

 Lisplang
Dari segi konstruksi, lisplang menciptakan bentukan rigid (kokoh, tidak
berubah) dari susunan kasau. Pada pemasangan rangka penahan atap, batang-
batang kasau hanya ditahan oleh paku dan ada kemungkinan posisinya bergeser.
Disinilah lisplang berfungsi untuk mengunci susunan kasau tersebut agar tetap
berada pada tempatnya. Dari segi estetika, lisplang berfungsi menutupi kasau
yang berjajar dibawah susunan genteng/bahan penutup atap lain. Maka tampilan
atap pada bagian tepi akan terlihat rapi oleh kehadiran lisplang.

d) Kuda – Kuda
Kontruksi kuda-kuda adalah suatu komponen rangka batang yang berfungsi
untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat
memberikan bentuk pada atapnya. Kuda – kuda merupakan penyangga utama
pada struktur atap. Umumnya kuda-kuda terbuat dari :

a) Kuda-Kuda Kayu
Digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang sekitar 12 m.

b) Kuda-Kuda Bambu
Pada umumnya mampu mendukun beban atap sampai dengan 10 m.

c) Kuda-Kuda Baja
Sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapar
mendukung beban atap sampai beban atap sampai dengan bentang 75 m, seperti
pada hanggar pesawat, stadion olahraga, bangunan pabrik, dan lain-lain.

d) Kuda-Kuda Dari Beton Bertulang


Dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12 m. Pada
dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian batang yang selalu
membentuk segitiga. Kuda-kuda diletakkan di atas dua tembok selaku
tumpuannya. Perlu diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya
horizontal maupun momen, karena tembok hanya mampu menerima beban
vertikal saja. Kuda-kuda diperhitungkan mampu mendukung beban-beban atap
dalam satu luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah beban mati
(yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan beban hidup
(angin, air hujan, orang pada saat memasang/memperbaiki atap).

e) Tipe-Tipe Kuda-Kuda
a) Tipe Pratt
b) Tipe Howe
c) Tipe Fink
d) Tipe Bowstring
e) Tipe Sawtooth
f) Tipe Waren
f) Bentuk-Bentuk Kuda-Kuda
Berikut ditampilkan bentuk kuda-kuda berdasarkan bentang kuda-kuda dan
jenis bahannya, yaitu :
 Bentang 3-4 Meter
Digunakan pada bangunan rumah bentang sekitar 3 sampai dengan 4 meter,
bahannya dari kayu, atau beton bertulang.

 Bentang 4-8 Meter


Untuk bentang sekitar 4 sampai dengan 8 meter, bahan dari kayu atau beton
bertulang.

 Bentang 9-16 Meter


Untuk bentang 9 sampai dengan 16 meter, bahan dari baj (double angle).

 Bentang 20 Meter
Bentang maksimal sekitar 20 meter, bahan dari baja (double angle) dan
kuda-kuda atap sebagai loteng, bahan dari kayu.

 Kuda-Kuda Sistem Knock Down


Kuda-kuda sistem knock down merupakan terobosan baru untuk mendirikan
rumah instan. Bentuk kuda-kuda sangat sederhana dan terbuat dari papan. Tipe
kuda-kuda tersebut diperkenalkan dalam rangka pendirian rumah untuk korban
bencana alam yang terjadi di aceh tanggal 26 desember 2004 dan dikenal dengan
rumah tipe RI-A.

vi. Balok Ring


Balok Ring adalah balok beton yang terletak diatas dinding bangunan.
Balok ini berfungsi mengikat dinding yang ada dibawahnya, stabilisator dan
pengunci ujung atas balok kolom, serta menerima beban dari rangka atap atau
bagian lain yang ada diatasnya meratakannya lalu meneruskannya kebagian
bangunan yang ada dibawahnya terutama pada balok kolom.

b) Komponen-Komponen Non-Struktural pada Bangunan Tinggi


i. Tangga
Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat, bordes
dan anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya.
Tangga mempunyai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan bentangan arah
horizontal, tangga dengan bentangan ke arah memanjang, tangga terjepit sebelah
(Cantilever Stairs) atau ditumpu oleh balok tengah., tangga spiral (Helical Stairs),
dan tangga melayang (Free Standing Stairs).
Bagian-Bagian struktur tangga :
a. Ibu Tangga
Bagian konstruksi pokok yang berfungsi mendukung anak tangga. Ibu
tangga dapat merupakan konstruksi yang menjadi satu dengan rangka
bangunannya.
Jenis-jenis tangga menurut strukturnya :
a. Tangga Plat
Tangga dengan faktor pendukung berupa plat (biasanya berupa plat beton
bertulang). Diatas tangga plat tangga yang miring ini terdapat anak tangga.

b. Tangga Balok
Tangga dengan struktur pendukung berupa balok (dapat berupa balok beton
bertulang, kayu atau baja profil)

c. Tangga kantilever
Anak-anak tangga berupa kantilever yang terjepit salah satu ujungnya di
dalam dinding atau balok.
Persyaratan pembuatan tangga adalah sebagai berikut :
1. Lebar tangga dan bordes memenuhi kebutuhan
2. Panjang tangga cukup, sehingga dapat memberikan aantrede optrede yang
proporsional, aman dan nyaman.
3. Sandaran yang cukup kuat dan aman
4. Memenuhi persyaratan struktural.

vii. Pintu, Jendela dan Ventilasi


Pintu adalah tempat keluar masuk orang, hewan, udara , cahaya, barang, dsb
keluar / kedalam bangunan atau ruangan.

Jendela adalah tempat keluar masuknya udara maupun cahaya kedalam


bangunan yang bisa dibuka dan ditutup.
Ventilasi adalah tempat keluar masuknya udara maupun cahaya kedalam
bangunan yang selalu terbuka. Letak ketiga elemen bangunan ini menjadi satu
kesatuan dengan dinding bangunan.

viii. Balok Latei/Lintel


Balok Latei / Lintel adalah balok beton yang terletak diatas kusen pintu dan
jendela dimana fungsi dari balok ini adalah agar kusen tidak menerima beban
langsung dari atas melainkan dipikul oleh balok ini sehingga kusen akan tetap
kuat dan tidak melengkung karena berat beban dari atas dan ketika terjadi gempa
beban tidak menimpa langsung kusen sehingga daun pintu tidak terjepi kusan
serta bebas dibuka dan menjadi tempat untuk evekuasi.

ix. Plafon
Plafon adalah bagian bangunan yang menjadi pembatas antara konstruksi
atap dengan ruangan yang ada didalam bangunan. Fungsi dari langit – langit ini
adalah :
 Agar ruangan dibawahnya tampak bersih dan tidak kelihatan rangka
atapnya.
 Menahan kotoran / percikan air yang jatuh dari celah – celah bidang atap.
 Mengurangi panas dan sinar matahari melalui bidang atap.
 Sebagai tempat memasang / jalur instalasi listrik.
x. Keramik

Keramik merupakan perpaduan antara senyawa logam dan bukan logam.


Kata keramik sendiri berasal dari kata keramikos yang dalam bahasa Inggris
dikenal dengan burn stuff (benda-benda yang dibakar) yang menunjukkan bahwa
sifat-sifat material keramik yang ingin diperoleh, dapat dicapai melalui proses
pembakaran pada temperatur tinggi.
Pada dasarnya, keramik bersifat sangat keras, mudah pecah, isolator (baik
elektrikal maupun thermal), kaku, dan stabilitasnya sangat tinggi. Secara umum,
keramik juga mempunyai kekuatan tekan yang lebih baik dibandingkan kekuatan
tariknya.

2. Pengertian Struktur Bawah Pada Gedung Tinggi


Struktur bawah (substruktur) adalah bagian-bagian bangunan yang terletak
di bawah permukaan tanah. Struktur bawah ini meliputi pondasi dan sloof.
a) Komponen-Komponen Struktural pada Bangunan Tinggi
i. Pondasi
Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada suatu
bangunan. Karena pondasi berfungsi sebagai "penahan seluruh beban yang berada
di atasnya dan gaya – gaya dari luar". Pondasi merupakan bagian dari struktur
yang berfungsi meneruskan beban menuju lapisan tanah pendukung dibawahnya.
Dalam struktur apapun, beban yang terjadi baik yang disebabkan oleh berat
sendiri ataupun akibat beban rencana harus disalurkan ke dalam suatu lapisan
pendukung dalam hal ini adalah tanah yang ada di bawah struktur tersebut. Beton
bertulang adalah material yang paling cocok sebagai pondasi untuk struktur beton
bertulang maupun bangunan baja, jembatan, menara, dan struktur lainnya. Beban
dari kolom yang bekerja pada pondasi ini harus disebar ke permukaan tanah yang
cukup luas sehingga tanah dapat memikul beban dengan aman. Jika tegangan
tekan melebihi tekanan yang diizinkan, maka dapat menggunakan bantuan tiang
pancang untuk membantu memikul tegangan tekan pada dinding dan kolom pada
struktur.

Jenis-jenis pondasi :
 Pondasi telapak (untuk rumah panggung)
Pondasi telapak merupakan jenis pondasi sederhana yang telah digunakan
oleh masyarakat indonesia sejak zaman dulu. Pondasi ini terbuat dari beton tanpa
tulang yang dicetak membentuk limas segi empat seperti pada gambar disamping.
Sistem kerja pondasi ini menerapkan sistem tanam. Jadi pondasi telapak ini
menahan kolom yang tertanam di dalamnya sehingga tidak masuk dalam tanah.
Seperti halnya ketika kita menggunakan sebuah ganjalan yang pipih atau ganjalan
yang lebih lebar untuk standar motor ketika di tempatkan pada tanah yang
lembek.

 Pondasi rollag bata (untuk penahan lantai)

Rollag bata merupakan pondasi sederhana yang fungsinya bukan


menyalurkan beban bangunan, melainkan untuk menyeimbangkan posisi lantai
agar tidak terjadi amblas pada ujung lantai. Pondasi ini biasanya digunakan untuk
membuat teras rumah, fungsinya hampir sama dengan sloof gantung namun rollag
bata tidak sekuat sloof gantung dan tidak semahal sloof gantung.

 Pondasi batu kali (untuk bangunan sederhana 1-2 lantai)


Pondasi batu kali merupakan pondasi penahan dinding yang digunakan
pada bangunan sederhana. Pondasi ini terdiri dari batu kali dan perekat yang
berupa campuran pasir dan semen. Biasanya campuran agregat untuk merekatkan
batu kali ini menggunakan perbangingan 1 : 3 karena batu kali akan selalu
menerima rembesan air yang berasal dari tanah. Sehingga membutuhkan
campuran yang lebih kuat menahan rembesan.

 Pondasi batu bata (untuk bangunan sederhana)

Seperti halnya pondasi batu kali, pondasi batu bata memiliki fungsi sama.
Namun yang membedakan keduanya hanyalah bahan yang digunakan serta
kondisi alam di daerah sekitarnya. Dikarenakan batu-bata merupakan bahan yang
rentan terhadap air, maka pemasangan harus lebih maksimal artinya bata yang
dipasang harus dapat terselimuti dengan baik.

 Pondasi tapak atau ceker ayam (untuk bangunan bertingkat 2-3 lantai)
Pondasi tapak merupakan pondasi yang banyak digunakan oleh
masyarakat indonesia ketika mendirikan sebuah bangunan. Terutama bangunan
bertingkat serta bangunan yang berdiri di atas tanah lembek. Pondasi tapak di
temukan oleh alm prof ir sediyatmo tsb, dan dikembangkan oleh prof ir bambang
suhendro, dr harry christady dan ir maryadi darmokumoro, yang dikenal dengan
sistim cakar ayam modifikasi (cam). Modifikasi yang dilakukan adalah :
penggantian pipa beton menjadi pipa baja tipis tebal 1.4 mm, perhitungan dalam 3
dimensi dan penambahan “koperan” pada tepi slab. Sistim cam tsb telah di uji
skala penuh oleh puslitbang jalan dan jembatan di ruas jalan pantura indramyu-
pemanukan (2007) dan digunakan di jalan tol seksi 4 makasar (2008).

 Pondasi sumuran (untuk bangunan bertingkat)


Pondasi sumuran memiliki fungsi sama dengan pondasi footplat. Pondasi
sumuran merupakan pondasi yang berupa campuran agregat kasar yang
dimasukan kedalam lubang yang berbentuk seperti sumur dengan besi-besi di
dalamnya. Pondasi ini biasanya digunakan pada tanah yang labil dan memiliki
sigma 1,50 kg/cm2. Pondasi sumuran juga dapat digunakan untuk bangunan
beralantai banyak seperti medium rise yang terdiri dari 3-4 lantai dengan syarat
keadaan tanah relatif keras.

 Pondasi bored pile atau strauss pile (untuk bangunan bertingkat)

Pondasi bored pile digunakan untuk banguna berlantai banyak seperti


rumah susun yang memiliki lantai 4-8 lantai. Pondasi ini berbentuk seperti paku
yang kemudian di tancapkan kedalam tanah dengan menggunakan alat berat
seperti kren.

 Pondasi tiang pancang atau paku bumi (untuk bangunan bertingkat)


Pondasi tiang pancang ini merupakan pondasi yang banyak digunakan untuk
pembangunan gedung berlantai banyak seperti apartment, kondominium, rent
office dan sebagainya. Pondasi ini hampir sama dengan pondasi bored pile.
Namun pondasi tiang pancang memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan
dengan pondasi bored pil.

ii. Sloof
Sloof adalah jenis Konstruksi Beton Bertulang yang biasanya dibuat pada
bangunan Rumah atau Gedung, dan posisinya biasanya pada Lantai 1 atau lantai
dasar.Inilah sebab nya kita jarang melihat bentuk sloof saat bangunan sudah
"Berdiri" tegak.walau bentuk nya tidak terlihat tapi fungsinya sangat dibutuhkan
dalam suatu bangunan.Seperti dapat kita lihat pada Gambar dibawah ini. Sloof ini
berfungsi untuk memikul Beban dinding, sehingga dinding tersebut "BERDIRI"
pada beton yang kuat, sehingga tidak terjadi penurunan dan pergerakan yang bisa
mengakibatkan dinding rumah menjadi Retak atau Pecah. Jadi bisa dikatakan
Sloof juga merupakan salah satu aspek penting bagi rumah. inti dari tugas Sloof
adalah mendukung beban dinding rumah tersebut. Bila dikategorikan Sloof adalah
termasuk Pondasi Menerus.
Sloof adalah jenis Konstruksi Beton Bertulang yang sengaja didisain khusus
Luas Penampang dan Jumlah Pembesiannya, disesuaikan dengan kebutuhan
Beban yang akan dipikul oleh Sloof tersebut nantinya. Untuk menetukan Luas
Penampang atau ukuran Sloof ini, dibutuhkan Perhitungan Teknis yang Tepat
agar Sloof tersebut nanti benar-benar Mampu untuk memikul Beban Dinding Bata
diatasnya nanti. Untuk lebih aman nya sebaiknya kita menggunakan jasa
Konsultan untuk menghitung dan mendisain Dimensi Sloof ini.di Karenakan
fungsinya yang sangat penting harus sangat hati-hati dalam pengerjaan nya dan
jangan sampai salah dalam perhitungan komposisi bahan baku nya sebab akan
berakibat fatal pada suatu bangunan.

iii. Galian Tanah


Galian tanah untuk pondasi dan galian-galian lainnya harus dilakukan
menurut ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan peil-peil yang tercantum pada
gambar. Semua bekas-bekas pondasi bangunan lama dan akar-akar pohon yang
terdapat pada bagian pondasi yang akan dilaksanakan harus dibongkar dan
dibuang. Bekas-bekas pipa saluran yang tidak dipakai harus disumbat.
Apabila pada lokasi yang akan dijadikan bangunan terdapat pipa air, pipa
gas, pipa-pipa pembuangan, kabel-kabel listrik, telepon dan sebagainya yang
masih dipergunakan, maka secepatnya diberitahukan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi atau instansai yang berwenang untuk mendapatkan
petunjuk-petunjuk seperlunya.
Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala
kerusakan-kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan galian tersebut. Apabila
ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka Kontraktor
harus mengisi/ mengurangi daerah tersebut dengan bahan-bahan yang sesuai
dengan syarat-syarat pengisian bahan pondasi yang sesuai dengan spesifikasi
pondasi.

Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor harus menjaga agar lubang-lubang galian


pondasi tersebut bebas dari longsoran-longosoran tanah di kiri dan kanannya (bila
perlu dilindungi oleh alat-alat penahan tanah) dan bebas dari genangan air (bila
perlu dipompa), sehingga pekerjaan pondasi dapat dilakukan dengan baik sesuai
dengan spesifikasi.
Pengisian kembali dengan tanah bekas galian, dilakukan selapis demi
selapis, sambil disiram air secukupnya dan ditumbuk sampai padat. Pekerjaan
pengisian kembali ini hanya boleh dilakukan setelah diadakan pemeriksaan dan
mendapat persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi, baik mengenai
kedalaman, lapisan tanahnya maupun jenis tanah bekas galian tersebut.

iv. Struktur Basement


Konstruksi basement sering merupakan solusi yang ekonomis guna
mengatasi keterbatasan lahan dalam pembangunan gedung. Tapi sebagai struktur
bawah tanah, desain maupun pelaksanaan konstruksi basement perlu dilakukan
dengan memperhitungkan banyak hal. Disamping aspek teknis dari basement itu
sendiri, tidak kalah pentingnya adalah aspek lingkungannya. Mutu pekerjaan pada
konstruksi basement akan sangat mempengaruhi umur dari basement tersebut.
Pengendalian terhadap mutu terpadu sangat diperlukan untuk mencapai
produk konstruksi mutu tinggi dan dapat diandalkan. Beberapa hal yang berkaitan
dengan galian Basement yang perlu diperhatikan adalah beban dan metode galian.
Beban tersebut biasanya berupa beban terbagi rata, beban titik, dan beban garis
dan beban terbagi rata memanjang. Sedangkan metode galian dimana dibagi
menjadi: open cut, cantilever, angker, dan strut.
Pemilihan metode galian disesuaikan dengan perencanaan bangunan dan
konsdisi di lapangan. Pada metode galian basement ada beberapa factor yang
perlu diperhatikan antara lain: jenis tanah, kondisi proyek, muka air tanah, besar
tekanan tanah yang bekerja, waktu pelaksanaan, analisa biaya dan sebagainya.
Beberapa masalah yang timbul dalam pelaksanaan pembuatan galian
basement, seperti penurunan permukaan tanah disekitar galian yang dapat
menyebabkan kerusakan structural pada bangunan dekat galian, fan retaknya
saluran dan sarana yang lain. Salah satu penyebabnya adalah penurunan
permukaan air tanah disekitar galian akibat pemompaan selama konstruksi. Untuk
mencegah masalah yang timbul maka metode pemilihan dewatering sangan
menentukan.
DAFTAR RUJUKAN
https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-bangunan/apa-itu-struktur-bangunan
https://civilengginering.wordpress.com/tag/struktur-bangunan/
https://id.scribd.com/document/348251667/Sistem-Struktur-Shear-Wall
http://www.struktur-rumah.com/2008/07/kolom-beton-utama-praktis.html
https://docplayer.info/56270999-Struktur-dan-konstruksi-bangunan-iv.html
https://jom.unpak.ac.id/index.php/tekniksipil/article/view/347
http://sabenatamsis.blogspot.com/2015/03/kontruksi-dan-struktur-bagunan.html

Anda mungkin juga menyukai