Anda di halaman 1dari 12

STRUKTUR ATAS (UPPER STRUCTURE)

DAN STRUKTUR BAWAH


(LOWER STRUCTURE)
28 MARET 2016 / CIVIL ENGINERING

Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah (lower


structure)dan struktur atas (upper structure). Struktur bawah (lower
structure) yang dimaksud adalah pondasi dan struktur bangunan
yang berada di bawah permukaan tanah, sedangkan yang dimaksud
dengan struktur atas (upper structure) adalah struktur bangunan
yang berada di atas permukaan tanah seperti kolom, balok, plat,
tangga. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang berbeda-
beda di dalam sebuah struktur.
Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak
sangat rawan terhadap keruntuhan jika tidak direncanakan dengan
baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan struktur yang
tepat dan teliti agar dapat memenuhi kriteria kekuatan (strenght),
kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), dan umur
rencana bangunan (durability).

Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati (dead


load), beban hidup (live load), beban gempa (earthquake), dan
beban angin (wind load) menjadi bahan perhitungan awal dalam
perencanaan struktur untuk mendapatkan besar dan arah gaya-
gaya yang bekerja pada setiap komponen struktur, kemudian dapat
dilakukan analisis struktur untuk mengetahui besarnya kapasitas
penampang dan tulangan yang dibutuhkan oleh masing-masing
struktur (Gideon dan Takim, 1993).

Perencanaan struktur atas harus mengacu pada peraturan atau


pedoman standar yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan
bangunan beton bertulang, yaitu Standar Tata Cara Penghitungan
Struktur Beton nomor: SK SNI T-15-1991-03, Peraturan Pembebanan
Indonesia untuk Gedung 1983, Peraturan Perencanaan Tahan Gempa
Indonesia untuk Gedung tahun 1983, dan lain-lain (Istimawan,
1999).

Pengertian Struktur Atas (Upper Structure)


Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung
yang berada di atas muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri
atas kolom, pelat, balok,dinding geser dan tangga, yang masing-
masing mempunyai peran yang sangat penting.

Komponen-Komponen Struktur Gedung Bagian Atas


1. Kolom

Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang


peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada
suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total
(total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Fungsi kolom
adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang
memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur
utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti
beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan
angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah
roboh.

SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen


struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial
tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak
tiga kali dimensi lateral.

Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya


merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan
tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton
adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini
dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural
lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik
pada bangunan.

Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis
yaitu kolom utama dan kolom praktis.

2. Balok
Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok
merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai
dan pengikat kolom lantai atas.Fungsinya adalah sebagai rangka
penguat horizontal
3. Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai
yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi merupakan lantai
tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang bertumpu
pada kolom-kolom bangunan.

Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :

1. Besar lendutan yang diijinkan


2. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung
3. Bahan konstruksi dan plat lantai
Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat
(Szilard, 1974)

1. Pelat kaku
2. Membran
3. Pelat flexibel
4. Pelat tebal
Bahan untuk Plat lantai dapat dibuat dari :

1. Plat Lantai Kayu


2. Plat Lantai Beton
3. Plat Lantai Yumen ( Kayu Semen )
Sistem plat lantai

1. a) Sistem Pelat SatuSistem


2. b) Pelat Dua Arah
4.Tangga

Tangga merupakan
suatu komponen struktur yang terdiri dari plat, bordes dan anak
tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya.
Tangga mempunyai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan
bentangan arah horizontal, tangga dengan bentangan ke arah
memanjang, tangga terjepit sebelah (Cantilever Stairs) atau
ditumpu oleh balok tengah., tangga spiral (Helical Stairs), dan
tangga melayang (Free Standing Stairs).

Bagian-Bagian struktur tangga :

1. a) Ibu Tangga
2. b) Anak Tangga
Jenis-jenis tangga menurut strukturnya :
1. Tangga Plat
2. Tangga Balok
3. Tangga kantilever
5. Dinding Geser
Dinding Geser (shear wall) adalah suatu struktur balok kantilever
tipis yang langsing vertikal, untuk digunakan menahan gaya lateral.
Biasanya dinding geser berbentuk persegi panjang, Box core suatu
tangga, elevator atau shaft lainnya. Dan biasanya diletakkan di
sekeliling lift, tangga atau shaft guna menahan beban lateral tanpa
mengganggu penyusunan ruang dalam bangunan.
6. Atap
Atap adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang
melilndungi gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik
(mikrokosmos/makrokosmos).

Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang harus


dilindungi, bentuk dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan
penutupnya. Di daerah tropis atap merupakan salah satu bagian
terpenting. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang
rangka atap. Rangka atap berfungsi menahan beban dari bahan
penutup. Penopang rangka atap adalah balok kayu / baja yang
disusun membentuk segitiga,disebut dengan istilah kuda-kuda.

1. Kuda – kuda
Kontruksi kuda-kuda adalah suatu komponen rangka batang yang
berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya
sendiri dan sekaligus dapat memberikan bentuk pada atapnya. Kuda
– kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap. Umumnya
kuda-kuda terbuat dari :

 Kuda-kuda kayu
Digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang sekitar 12 m.

 Kuda-kuda bambu
Pada umumnya mampu mendukun beban atap sampai dengan 10
m.

 Kuda-kuda baja
Sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung
dapar mendukung beban atap sampai beban atap sampai dengan
bentang 75 m, seperti pada hanggar pesawat, stadion olahraga,
bangunan pabrik, dan lain-lain.

 Kuda-kuda dari beton bertulang


Dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12
m.

Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian batang


yang selalu membentuk segitiga. Kuda-kuda diletakkan di atas dua
tembok selaku tumpuannya. Perlu diperhatikan bahwa tembok
diusahakan tidak menerima gaya horizontal maupun momen,
karena tembok hanya mampu menerima beban vertikal saja. Kuda-
kuda diperhitungkan mampu mendukung beban-beban atap dalam
satu luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah beban
mati (yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan
beban hidup (angin, air hujan, orang pada saat
memasang/memperbaiki atap).

Struktur Bawah Bangunan

Struktur
bawah gedung umumnya terdapat beberapa pekerjaan, yaitu:

 Pondasi (pancang, bore pile, telapak, dll)


 Galian tanah
 Pile cap dan sloof
 Raft Fondation (jika ada)
 Dinding penahan tanah / retaining wall
 Waterproofing (umumnya waterproofing membrane atau
integral)
 Urug tanah kembali dan pemadatan tanah
1. Pondasi
Pengertian umum untuk Pondasi adalah Struktur bagian bawah
bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah, atau
bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah
yang mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan
lainnya di atasnya. Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat
menjamin kestabilan bangunan terhadap beratnya sendiri,
beban – beban bangunan (beban isi bangunan), gaya-gaya luar
seperti: tekanan angin,gempa bumi, dan lain-lain. Disamping
itu, tidak boleh terjadi penurunan level melebihi batas yang
diijinkan.
Agar kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi
bangunan harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup
keras, padat, dan kuat mendukung beban bangunan tanpa
menimbulkan penurunan yang berlebihan. Pondasi merupakan
bagian struktur dari bangunan yang sangat penting, karena
fungsinya adalah menopang bangunan diatasnya, maka proses
pembangunannya harus memenuhi persyaratan utama
sebagai berikut:
1. Cukup kuat menahan muatan geser akibat muatan tegak ke
bawah.
2. Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil
(tanah gerak)
3. Tahan terhadap pengaruh perubahan cuaca
4. Tahan terhadap pengaruh bahan kimia
Jenis-jenis struktur bawah (Pondasi)
Secara umum jenis-jenis struktur bawah (pondasi) dibagi menjadi 3
bagian, yaitu

pondasi dangkal, sumuran, dan pondasi dalam.

1. Pondasi dangkal
Yang dimaksud pondasi dangkal adalah apabila kedalaman alas
pondasi (Df) dibagi
lebar terkecil alas pondasi (B) kurang dari 4, (Df/B < 4). Jenis
pondasi ini digunakan

apabila letak tanah baik (kapasitas dukung ijin tanah > 2,0 kg/cm2)
relatif dangkal

(0,6-2,0 m)

2. Pondasi dalam
Apabila lapisan atas berupa tanah lunak dan terdapat lapisan tanah
yang keras yang dalam maka dibuat pondasi tiang pancang yang
dimasukkan ke dalam sehinggamencapai tanah keras (Df/B >10 m),
tiang-tiang tersebut disatukan oleh poer/pile cap.
Struktur bawah bangunan pondasi terdiri dari pondasi dan tanah
pendukung pondasi. Pondasi berfungsi untuk mendukung seluruh
beban bangunan dan meneruskan beban bangunan tersebut
kedalam tanah dibawahnya. Suatu sistem pondasi harus dapat
menjamin, harus mampu mendukung beban bangunan diatasnya,
termasuk gaya-gaya luar seperi gaya angin, gempa, dll. Untuk itu
pondasi haruslah kuat, stabil, aman, agar tidak mengalami
penurunan, tidak mengalami patah, karena akan sulit untuk
memperbaiki suatu sistem pondasi.

Akibat penurunan atau patahnya pondasi, maka akan terjadi :


1. Kerusakan pada dinding, retak-retak, miring dan lain –lain
2. Lantai pecah, retak, bergelombang
3. Penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain.

Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan,


kestabilan bangunan diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan
sebagian atau seluruhnya melebihi batas-batas yang diijinkan.
Pembuatan pondasi dihitung berdasarkan hal-hal berikut :
1. Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban
hidup, mati serta beban-beban lain dan beban- beban yang
diakibatkan gaya-gaya eksternal.
2. Jenis tanah dan daya dukung tanah.
3. Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat.
4. Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
5. Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan.
6. Waktu dan biaya pekerjaan.

Hal yang juga penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang
disebut soil investigation , atau penyelidikan tanah. Pondasi harus
diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras dan padat.
Untuk mengetahui letak/kedalaman tanah keras dan besar tegangan
tanah/ daya dukung tanah, maka perlu diadakan penyelidikan tanah,
yaitu dengan cara :
a. Pemboran (drilling) : dari lubang hasil pemboran (bore holes),
diketahui contoh-contoh lapisan tanah yang kemudian dikirim ke
laboraturium mekanika tanah.
b. Percobaan penetrasi (penetration test) : yaitu dengan
menggunakan alat yang disebut sondir static penetrometer.
Ujungnyaberupa conus yang ditekan masuk kedalam tanah, dan
secara otomatis dapat dibaca hasil sondir tegangan tanah (kg/cm2).

2. GalianTanah
Galian tanah untuk pondasi dan galian-galian lainnya harus
dilakukan menurut ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan peil-peil
yang tercantum pada gambar. Semua bekas-bekas pondasi
bangunan lama dan akar-akar pohon yang terdapat pada bagian
pondasi yang akan dilaksanakan harus dibongkar dan dibuang.
Bekas-bekas pipa saluran yang tidak dipakai harus disumbat.

Apabila pada lokasi yang akan dijadikan bangunan terdapat pipa air,
pipa gas, pipa-pipa pembuangan, kabel-kabel listrik, telepon dan
sebagainya yang masih dipergunakan, maka secepatnya
diberitahukan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi atau
instansai yang berwenang untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk
seperlunya.

Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor bertanggung jawab penuh atas


segala kerusakan-kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan galian
tersebut. Apabila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang
telah ditentukan, maka Kontraktor harus mengisi/ mengurangi
daerah tersebut dengan bahan-bahan yang sesuai dengan syarat-
syarat pengisian bahan pondasi yang sesuai dengan spesifikasi
pondasi.
Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor harus menjaga agar lubang-lubang
galian pondasi tersebut bebas dari longsoran-longosoran tanah di
kiri dan kanannya (bila perlu dilindungi oleh alat-alat penahan
tanah) dan bebas dari genangan air (bila perlu dipompa), sehingga
pekerjaan pondasi dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan
spesifikasi.

Pengisian kembali dengan tanah bekas galian, dilakukan selapis


demi selapis, sambil disiram air secukupnya dan ditumbuk sampai
padat. Pekerjaan pengisian kembali ini hanya boleh dilakukan
setelah diadakan pemeriksaan dan mendapat persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi, baik mengenai kedalaman, lapisan tanahnya
maupun jenis tanah bekas galian tersebut.

3. Struktur Basement
Konstruksi basement sering merupakan solusi yang ekonomis guna
mengatasi keterbatasan lahan dalam pembangunan gedung. Tapi
sebagai struktur bawah tanah, desain maupun pelaksanaan
konstruksi basement perlu dilakukan dengan memperhitungkan
banyak hal. Disamping aspek teknis dari basement itu sendiri, tidak
kalah pentingnya adalah aspek lingkungannya. Mutu pekerjaan pada
konstruksi basement akan sangat mempengaruhi umur dari
basement tersebut.

Pengendalian terhadap mutu terpadu sangat diperlukan untuk


mencapai produk konstruksi mutu tinggi dan dapat diandalkan.
Beberapa hal yang berkaitan dengan galian Basement yang perlu
diperhatikan adalah beban dan metode galian. Beban tersebut
biasanya berupa beban terbagi rata, beban titik, dan beban garis
dan beban terbagi rata memanjang. Sedangkan metode galian
dimana dibagi menjadi: open cut, cantilever, angker, dan strut.

Pemilihan metode galian disesuaikan dengan perencanaan


bangunan dan konsdisi di lapangan. Pada metode galian basement
ada beberapa factor yang perlu diperhatikan antara lain: jenis
tanah, kondisi proyek, muka air tanah, besar tekanan tanah yang
bekerja, waktu pelaksanaan, analisa biaya dan sebagainya.
Beberapa masalah yang timbul dalam pelaksanaan pembuatan
galian basement, seperti penurunan permukaan tanah disekitar
galian yang dapat menyebabkan kerusakan structural pada
bangunan dekat galian, fan retaknya saluran dan sarana yang lain.
Salah satu penyebabnya adalah penurunan permukaan air tanah
disekitar galian akibat pemompaan selama konstruksi. Untuk
mencegah masalah yang timbul maka metode pemilihan dewatering
sangan menentukan.

Anda mungkin juga menyukai