Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH PERKEMBANGAN

BETON PRATEGANG

DISUSUN OLEH :
I MADE WISAKANANDA PRADIPTA
1204105051

HALAMAN JUDUL

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT-JIMBARAN
2015

SEJARAH PERKEMBANGAN BETON PRATEGANG


Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap tekan, tetapi
sebaliknya mempunyai kekuatan relatif sangat rendah terhadap tarik. Beton tidak selamanya
bekerja secara efektif didalam penampang-penampang struktur beton bertulang, hanya bagian
tertekan saja yang efektif bekerja, sedangkan bagian beton yang retak dibagian yang tertarik
tidak bekerja efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfaat. Hal inilah yang
menyebabkan

tidak

dapatnya

diciptakan

srtuktur-struktur

beton

bertulang

dengan

bentang yang panjang secara ekonomis, karena terlalu banyak beban mati yang tidak efektif.
Disampimg itu, retak-retak disekitar baja tulangan bisa berbahaya bagi struktur karena
merupakan tempat meresapnya air dan udara luar kedalam baja tulangan sehingga terjadi
karatan. Putusnya baja tulangan akibat karatan fatal akibatnya bagi struktur.
Dengan kekurangan-kekurangan yang dirasakan pada struktur beton bertulang seperti
diuraikan diatas, timbullah gagasan untuk menggunakan kombinasi-kombinasi bahan beton
secara lain, yaitu dengan memberikan pratekanan pada beton melalui kabel baja (tendon) yang
ditarik atau biasa disebut beton pratekan.
Penerapan pertama dari beton prategang dimulai oleh P.H. Jackson dari California,
Amerika Serikat. Pada tahun 1886 telah dibuat hak paten dari kontruksi beton prategang yang
dipakai untuk pelat dan atap. Pada waktu yang hampir bersamaan yaitu pada tahun 1888, C.E.W.
Doehting dari Jerman memperoleh hak paten untuk memprategang pelat beton dari kawat baja.
Tetapi gaya prategang yang diterapkan dalam waktu yang singkat menjadi hilang karena
rendahnya mutu dan kekuatan baja. Untuk mengatasi hal tersebut oleh G.R. Steiner dari Amerika
Serikat pada tahun 1908 mengusulkan dilakukannya penegangan kembali. Sedangkan J. Mandl
dan M. Koenen dari Jerman menyelidiki identitas dan besar kehilangangaya prategang. Eugen
Freyssonet dari Perancis yang pertama-tama menemukan pentingnya kehilangan gaya prategang
dan usaha untuk mengatasinya. Berdasarkan pengalamannya membangun jembatan pelengkung
pada tahun 1907 dan 1927, maka disarankan untuk memakai baja dengan kekuataan yang sangat
tinggi dan perpanjangan yang besar Ia mengemukakan bahwa untuk mengatasi rangkak,relaksasi
dan slip pada jangkar kawat atau pada kabel maka digunakan beton dan baja yang bermutu
tinggi. Disamping itu ia juga telah menciptakan suatu system panjang kawat dan system
penarikan yang baik, yang hingga kini masih dipakai dan terkenal dengan system Freyssinet.

Dengan demikian, Freyssinet telah berhasil menciptakan suatu jenis struktur baru sebagai
tandingan dari strktur beton bertulang. Karena penampang beton tidak pernah tertarik, maka
seluruh beban dapat dimanfaatkan seluruhnya dan dengan system ini dimungkinkanlah
penciptaan struktur-struktur yang langsing dan bentang-bentang yang panjang. Beton pratekan
untuk pertama kalinya dilaksanakan besar-besaran dengan sukses oleh Freyssinet pada tahun
1933 di Gare Maritime pelabuhan LeHavre (Perancis). Freyssenet sebagai bapak beton pratekan
segera diikuti jejaknya oleh para ahli lain dalam mengembangkan lebih lanjut jenis struktur
ini,seperti:
a). Yves Gunyon
Yves Gunyon adalah seorang insinyur Perancis dan telah menerbitkan buku
Masterpiecenya Beton precontraint (2 jilid) pada tahun 1951. Beliau memecahkan kesulitan
dalam segi perhitungan struktur dari beton pratekan yang diakibatkan oleh gaya-gaya tambahan
disebabkan oleh pembesian pratekan pada struktur yang mana dijuluki sebagai Gaya Parasit
maka Guyon dianggap sebagai yang memberikan dasar dan latar belakang ilmiah dari beton
pratekan.
b). T.Y. Lin
T.Y. Lin adalah seorang insinyur kelahiran Taiwan yang merupakan guru besar
di California University, Merkovoy. Keberhasilan beliau yaitu mampu memperhitungkan gayagaya parasit yang tejadi pada struktur. Ia mengemukakan teorinya pada tahun 1963 tentang
Load Balancing. Dengan cara ini kawat atau kabel prategang diberi bentuk dan gaya yang
sedemikian rupa sehingga sebagian dari beban rencana yang telah datetapkan dapat diimbangi
seutuhnya pada beban seimbang ini. Didalam struktur tidak terjadi lendutan dan karenanya tidak
bekerja momen lentur apapun, sedangkan tegangan beton pada penampang struktur bekerja
merata. Beban-beban lain diluar beban seimbang (beban vertikal dan horizontal) merupakan
inbalanced load, yang akibatnya pada struktur dapat dihitung dengan mudah dengan
menggunakan teori struktur biasa. Tegangan akhir dalam penampang didapat dengan
menggunakan tegangan merata akibat balanced dan tegangan lentur akibat unbalanced load.
Tanpa melalui prosedur rumit dapat dihitung dengan mudah dan cepat. Gagasan ini telah
menjurus kepada pemakaian baja tulangan biasa disamping baja prategang, yaitu dimana baja
prategang hanya diperuntukkan guna memikul akibat dari inbalanced load.

Teori inbalanced load telah mengakibatkan perkembangan yang sangat pesat dalam
menggunakan beton pratekan dalam gedung-gedung bertingkat tinggi. Struktur flat slab,
struktur shell, dan lain-lain. Terutama di Amerika dewasa ini boleh dikatakan tidak ada gedung
bertingkat yang tidak menggunakan beton pratekan didalam strukturnya.
T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan dapat dipakai dengan
aman dalam bangunan-bangunan didaerah gempa, setelah sebelumnya beton pratekan dianggap
sebagai bahan yang kurang kenyal (ductile) untuk dipakai didaerah-daerah gempa, tetapi
dikombinasikan dengan tulangan baja biasa ternyata beton pratekan cukup kenyal, sehingga
dapat memikul dengan baik perubahan-perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.
c). P.W. Abeles
P.W. Abeles adalah seorang insinyur Inggris, yang sangat gigih mendongkrak aliran full
prestressing, karena penggunaanya tidak kompetitif terhadap penggunaan beton bertulang biasa
dengan menggunakan baja tulangan mutu tinggi. Penggunaan full prestressing ini tidak
ekonomis, menurut berbagai penelitian biaya struktur dengan beton pratekan dan full
prestressing dapat sampai 3,5 atau 4 kali lebih mahal dari pada struktur yang sama tetapi dari
beton bertulang biasa dengan menggunakan tulangan baja mutu tinggi. Dengan demikian
timbullah gagasan baru yang dikemukakan oleh P.W. Abeles untuk mengkombinasikan prinsip
pratekan dengan prinsip penulangan penampang atau dikenal dengan nama partial
prestressing. Yang mana didalam penampang diijinkan diadakannya bagi tulangan, lebar retak
dapat dikombinasikan dengan baik.
Partial prestressing telah disetujui oleh Chief Engineers Departement untuk
digunakan pada jembatan-jembatan kereta api di Inggris, dimana tegangan tarik boleh terjadi
sampai 45 kg/cm2 dengan lebar retak yang dikendalikan dengan memasang baja tulangan biasa.
Freyssinet sendiri menjelang akhir karirnya telah mengakui juga bahwa partial prestressing
mengembangkan struktur-struktur tertentu. Begitupun dengan teori load balancing dari T.W.
Lin yang ikut mendorong dipakainya partial prestressing karena pertimbangannya kecuali segi
ekonomis juga segi praktisnya bagi perencanaan.
Sekarang telah dikembangkan banyak sistim dan teknik prategang. Dan beton prategang sekarang telah
diterima dan banyak dipakai, setelah melalui banyak penyempurnaan hampir pada setiap elemen beton prategang,
misalnya pada jembatan, komponen bangunan seperti balok, pelatdan kolom, pipa dan tiang panjang, terowongan

dan lain sebagainya. Dengan beton prategang dapat dibuat bentang yang besar tetapi langsing. Struktur beton
prategang mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :
Terhindarnya retak terbuka di daerah tarik, jadi lebih tahan terhadap keadaan korosif.
Kedap air, cocok untuk pipa dan tangki.
Karena terbentuknya lawan lendut sebelum beban rencana bekerja, maka lendutan akhirnya akan lebih
kecil dibandingkan pada beton bertulang.
Penampang struktur lebih kecil/langsing, sebab seluruh luas penampang dipakai secara efektif. Jumlah
berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah berat besi beton biasa.
Ketahanan gesek balok dan ketahanan puntirnya bertambah. Maka struktur dengan bentang besar dapat
langsing. Tetapi ini menyebabkan natural frequency dari struktur berkurang, sehingga menjadi dinamis
instabil akibat getaran gempa/angin, kecuali bila struktur itu memiliki redaman yang cukup atau
kekakuannya ditambah

Anda mungkin juga menyukai