Anda di halaman 1dari 8

MODUL PERKULIAHAN

Struktur
Beton 1

Kekuatan Beton Bertulang

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

02
Fakultas Teknik Sipil MK 11019 Agyanata Tua Munthe.,ST, MT
Teknik Perencanaan
dan Desain

Abstract Kompetensi
Memahami konsep kekuatan Mahasiswa dapat memahami sifat
komponen beton bertulang terhadap material beton bertulang dan
lentur,serta mampu menganalisa komponennya,prinsip dasar beton
kekuatan nominal komponen lentur bertulang
Persegi bb dengan tulangan tunggal

Kekuatan Beton Bertulang


MATERI KULIAH:
Terminologi, Umur Beton, Kekuatan Tekan Beton (f’c), Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Kekuatan Tekan Beton, Campuran Pasca Semen Segar dan
Beton, Sifat dan Karakteristik Campuran Beton.
POKOK BAHASAN:
KEKUATAN BETON BERTULANG
1-1 TERMINOLOGI
Menurut Pedoman Beton 1989, Draft Konsesus ( SKBI.1.4.53, 1989 : 4-5) beton didefinisikan sebagai
campuran semen Portland atau sembarang semen
hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa
menggunakan bahan tambahan. Macam dan jenis beton menurut bahan
pembentuknya adalah beton normal, bertulang, pra-cetak, pra-tekan, beton
ringan, beton tanpa tulangan, beton fiber dan lainnya.
Proses awal terjadinya beton adalah pasta semen yaitu proses hidrasi
antara air dengan semen, selanjutnya jika ditambahkan dengan agregat halus
menjadi mortar dan jika ditambahkan dengan agregat kasar menjadi beton.
Penambahan material lain akan membedakan jenis beton, misalnya yang
ditambahkan adalah tulangan baja akan terbentuk beton bertulang. Proses
terbentuknya beton dapat dilihat pada
Gambar 2.1

Gambar 2.1 Proses Terjadinya Beton

Beberapa pengertian dan definisi menurut Pedoman Beton 1989 Draft


Konsesus dan terminologi ASTM-C.125 adalah sebagai berikut :

‘19 Struktur Beton 1


2 Agyanata Tua M, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2.2 UMUR BETON
Kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton.
Kekuatan beton akan naiknya secara cepat ( linier ) sampai umur 28 hari, tetapi
setelah itu kenaikannya akan kecil. Kekuatan tekan beton pada kasus-kasus
tertentu terus akan bertambah sampai beberapa tahun dimuka. Biasanya
kekuatan tekan rencana beton dihitung pada umur 28 hari.
Untuk struktur yang menghendaki kekuatan awal tinggi, maka campuran
dikombinasikan dengan semen khusus atau ditambah dengan bahan tambahan
kimia dengan tetap menggunakan jenis semen tipe I ( OPC-I ).
Laju kenaikan umur beton sangat tergantung dari penggunaan bahan
semen karena semen cenderung secara langsung memperbaiki kinerja tekannya

2.3 KEKUATAN TEKAN BETON (f’c)


Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin
tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton
yang dihasilkan. Kekuatan tekan beton dinotasikan sebagai berikut ( PB.1989:16).
f’c = Kekuatan tekan beton yang disyaratkan ( MPa ).
fck = Kekuatan tekan beton yang didapatkan dari hasil uji kubus 150
mm atau dari silinder
dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm ( MPa ).
fc = Kekuatan tarik dari hasil uji belah silinder beton ( MPa ).
f’cr = Kekuatan tekan beton rata-rata yang dibutuhkan, sebagai dasar
pemilihan perancangan
campuran beton ( MPa ).
S = Deviasi standar ( s ) ( MPa ).
Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan suatu
kuat tekan rata-rata yang disyaratkan. Pada tahap pelaksanaan konstruksi, beton
yang telah dirancang campurannya harus diproduksi sedemikian rupa sehingga
memperkecil frekuensi terjadinya beton dengan kuat tekan yang lebih rendah dari
f’c seperti yang telah disyaratkan.
Kriteria penerimaan beton tersebut harus pula sesuai dengan standar
yang berlaku. Menurut Srandar Nasional Indonesia kuat tekan harus memenuhi
0.85 f’c untuk kuat tekan rata-rata dua silinder dan memenuhi f’c + 0.82 s untuk
rata-rata empat buah benda uji yang berpasangan. Jika tidak memenuhi, maka
diuji mengikuti ketentuan selanjutnya

2.4 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN TEKAN


BETON
Ada empat bagian utama yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton
tersebut, yaitu
(1). Proporsi bahan-bahan penyusunnya,
(2). Metode perancangan,
(3). Perawatan dan,
(4). Keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan, yang terutama
dipengaruhi oleh lingkungan setempat.

2.5 CAMPURAN PASTA SEMEN SEGAR DAN BETON

‘19 Struktur Beton 1


3 Agyanata Tua M, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Proses hidrasi adalah proses yang paling membutuhkan air. Air yang ada
dalam campuran semuanya akan digunakan untuk proses hidrasi. Gabungan
antara semen dengan air merupakan pasta semen. Seperti yang dijelaskan di
bagian bahan-bahan penyusun beton, air yang dapat diminum dapat digunakan
untuk campuran beton.
Namun demikian air yang tak dapat diminum pun dapat digunakan
sebagai campuran beton, asalkan memenuhi syarat mutu yang disyaratkan.
Untuk kasus ini di Indonesia, air yang digunakan sebagai campuran beton harus
memenuhi syarat baku mutu sesuai dengan BS 3148, 1980 (Ulasan PB, 1989 :
31) dan pasal 3.4 PB. 1989 Draft Konsensus
Kontribusi yang diberikan oleh semen terhadap peningkatan kekuatan
beton terutama terdapat dalam tiga fakor, yaitu
(1). Fakor air semen,
(2). Kehalusan butir dari semen dan,
(3). Komposisi dari bahan-bahan kimia semen.
a) Faktor Air Semen (FAS)
Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai FAS, semakin
rendah mutu kekuatan beton. Namun demikian, nilai FAS yang semakin
rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Ada
batas-batas dalam hal ini.
Nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam
pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada
akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun. Umumnya nilai FAS
minimum yang diberikan sekitar 0.4 dan maksimum 0.65. Rata-rata
ketebalan lapisan yang memisahkan antar partikel dalam beton sangat
bergantung pada faktor air semen yang digunakan dan kehalusan butir
semennya.
Hubungan antara FAS dengan kuat tekan beton ( Duff Abrams,
1920 : 220) dinyatakan dalam persamaan f’c = A/(B1.5X), dimana A, dan B
adalah nilai konstanta, dan X adalah FAS (semula dalam proporsi
volume). Pada praktiknya,untuk mengatasi kesulitan pengerjaan karena
rendahnya nilai FAS ini, ditambahkan bahan tambah “Admixture
Concrete” yang bersifat menambah keenceran “Plasticity or Plasticilizer
Admixture”. Menurut Talbot dan Richard (Ilsley, 1942 : 248) pada rasio air
semen 0,2 sampai 0,5, kekuatan beton akan naik seperti yang terlihat
pada Gambar 6.3. Akan tetapi, hasil penelitian (Abrams, 1920)
menunjukkan bahwa bertambahnya WCR/FAS hingga lebih dari 0.6 akan
menurunkan kekuatan beton sampai mendekati nol pada FAS 4.0 untuk
beton yang berumur 28 hari
b) Kehalusan Butir Semen
Kehalusan butir semen merupakan sifat fisika dari semen ;
semakin halus butiran semen, proses hidrasi semen akan semakin cepat
sehingga kekuatan beton akan lebih cepat tercapai. Semakin halus butir
semen, waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras semakin cepat.
c) Komposisi Kimia
Komposisi kimia semen akan menyebabkan perbedaan dari sifatsifat
semen, secara tidak langsung akan menyebabkan perbedaan naiknya
kekuatan dari beton yang akan dibuat. Jika beton menggunakan bahan
kimia yang dapat mempercepat waktu pengikatan maka kadar kimia
senyawa kimia C3S dalam semen harus diperbanyak, jika sebaliknya maka
harus dikurangi.
2.6 SIFAT DAN KARAKTERISTIK CAMPURAN BETON
Sifat dan karakteristik campuran beton segar secara tidak langsung akan
mempengaruhi beton yang telah mengeras. Pasta semen tidak bersifat elastis
sempurna, tetapi merupakan viscoelastic-solid. Gaya gesek dalam, susut dan
tegangan yang terjadi biasanya tergantung dari energi pemadatan dan tindakan
preventif terhadap perhatiannya pada tegangan dalam beton. Hal ini tergantung
dari jumlah dan distribusi air, kekentalan aliran gel (pasta semen) dan penanganan pada saat
sebelum terjadi tegangan serta kristalin yang terjadi untuk pembentukan porinya.
Beberapa sifat dan karakteristik beton yang perlu diperhatikan antara lain

‘19 Struktur Beton 1


4 Agyanata Tua M, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
adalah modulus elastisitas beton, kekuatan tekan, permeabilitas dan sifat panas
yang akan dijelaskan pada bab berikutnya.
a) Sifat dan Karakteristik Bahan Penyusun
Selain kekuatan pasta semen, hal lain yang perlu menjadi
perhatian adalah agregat. Seperti yang telah dijelaskan, proporsi
campuran agregat dalam beton adalah sekitar 70-80%, sehingga
pengaruh agregat akan menjadi besar, baik dari sisi ekonomi maupun
dari sisi tekniknya. Semakin baik mutu agregat yang digunakan, secara
linear dan tidak langsung akan menyebabkan mutu beton menjadi baik,
begitu juga sebaliknya. Jika melihat fungsi agregat dalam campuran
beton hanya sebagai pengisi maka diperlukan suatu sifat yang saling
mengikat dan saling mengisi (interlocking) yang baik, hal ini dapat
tercapai jika bentuk permukaan dan bentuk agregatnya memenuhi syarat
yang diberikan baik itu syarat ASTM, ACI maupun SII.
Agregat yang digunakan dalam beton yang berfungsi sebagai
bahan pengisi, namun karena prosentase agregat yang besar dalam
volume campuran, maka agregat memberikan kontribusi terhadap
kekuatan beton. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton
terhadap agregat :
(1). Perbandingan agregat dan semen campuran,
(2). Kekuatan agregat,
(3). Bentuk dan ukuran,
(4). Tekstur permukaan,
(5).Gradasi,
(6). Reaksi kimia, dan
(7). Ketahanan terhadap panas.
Detail mengenai sifat agregat ini dapat dilihat di buku Seri Bahan-BahanPenyusun Beton.
Bahan tambah biasanya hanya digunakan untuk memperbaiki
sifat-sifat beton, baik saat beton dalam keadaan segar ataupun saat
beton mengeras nantinya. Banyaknya dan komposisi kimia dari bahan
tambah akan menyebabkan karakteristik yang berbeda terhadap kinerja
beton yang diharapkan.
b) Metode Pencampuran
Penentuan Proporsi Bahan (Mix Design)
Proporsi campuran dari bahan-bahan penyusun beton ini
ditentukan melalui perancangan beton (mix design). Hal ini
dimaksudkan agar proporsi dari campuran dapat memenuhi syarat
kekuatan serta dapat memenuhi aspek ekonomis. Metode
perancangan ini pada dasarnya menentukan komposisi dari bahanbahan
penyusun beton untuk kinerja tertentu yang diharapkan.
Penentuan proporsi campuran dapat digunakan dengan beberapa
metode yang dikenal, antara lain :
(1). Metode American Concrete Institute,
(2). Portland Cement Association,
(3). Road Note NO. 4,
(4).British Standard, Department of Engineering,
(5). Departemen Pekerjaan Umum (SK.SNI.T-15-1990-03) dan
(6). Cara coba-coba.
Metode Pencampuran (mixing)
Metode pencampuran dari beton diperlukan untuk
mendapatkan kelecakan yang baik sehingga beton dapat dengan
mudah dikerjakan. Kemudahan pengerjaan atau workability pada
pekerjaan beton didefinisikan sebagai kemudahan untuk dikerjakan,
dituangkan dan dipadatkan serta dibentuk dalam acuan (Ilsley,
1942:224). Kemudahan pekerjaan ini diindikasikan melalui slump test
; semakin tinggi nilai slump, semakin mudah untuk dikerjakan. Namun
demikian nilai dari slump ini harus dibatasi. Nilai slump yang terlalu
tinggi akan membuat beton kropos setelah mengeras karena air yang
terjebak dalamnya menguap.
Metode pengadukan atau pencampuran beton akan

‘19 Struktur Beton 1


5 Agyanata Tua M, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menetukan sifat kekuatan dari beton, walaupun rencana campuran
baik dan syarat mutu bahan telah terpenuhi. Pengadukan yang tidak
baik akan menyebabkan terjadinya bleeding, dan hal-hal lain yang
tidak dikehendaki.
Pengecoran (Plancing)
Metode pengecoran akan mempengaruhi kekuatan beton. Jika
syarat-syarat pengecoran tidak terpenuhi, kemungkinan besar
kekuatan tekan yang direncanakan tidak akan tercapai.
Pemadatan
Pemadatan yang tidak baik akan menyebabkan menurunnya
kekuatan beton, karena tidak terjadinya pencampuran bahan yang
homogen. Pemadatan yang berlebih pun akan menyebabkan
terjadinya bleeding. Pemadatan harus dilakukan sesuai dengan syarat
mutu. Hal lain yang dapat dilakukan adalah melihat manual pemadat
yang digunakan sehingga pemadatan pada campuran beton dapat
dilakukan secara efisien dan efektif.
c) Perawatan
Perawatan terutama dimaksudkan untuk menghindari panas
hidrasi yang tidak diinginkan, yang terutama disebabkan oleh suhu. Cara
dan bahan serta alat yang digunakan untuk perawatan akan menentukan
sifat dari beton keras yang dibuat, terutama dari sisi kekuatannya. Waktuwaktu
yang dibutuhkan untuk merawat beton pun harus terjadwal dengan
baik.

d) Kondisi Pada Saat Pengerjaan Pengecoran


Kondisi pada saat pekerjaan pengecoran akan mempengaruhi
kualitas beton yang dibuat. Faktor-faktor tersebut antara lain : (1). Bentuk
dan ukuran contoh, (2). Kadar air, (3). Suhu contoh, (4). Keadaan
permukaan landasan dan (5). Cara pembebanan. Bahan-bahan penyusun
beton serta metode perancangan, pengolahan dan perawatan akan
dibahas pada bab selanjutnya.

Latihan
1. Gambarkan dan jelaskan proses terjadinya beton!
2. Mengapa uji kekuatan tekan beton umumnya dilakukan pada umur 28 hari?
3. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan beton!
4. Gambarkan hubungan antara faktor air semen dengan kuat tekan beton!

3.1. Kuat Tekan Beton


Sifat utama beton adalah memiliki kuat tekan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kuat tariknya. Kekuatan tekan beton adalah kemampuan
beton untuk menerima gaya tekan per satuan luas. Kuat tekan beton
mengidentifikasi mutu dari sebuah struktur (Mulyono, 2004). Nilai kekuatan, mutu,
dan daya tahan (durability) tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah
nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran,
pelaksanaan finishing, temperatur, dan kondisi perawatan pengawasannya.
Beberapa hal itu dapat menghasilkan beton yang memberikan kelecakan
(workability) dan konsistensi dalam pengerjaan beton, ketahanan terhadap kondisi
khusus (kedap air, korosif, dll), dan dapat memenuhi uji kuat yang direncanakan
(Dipohusodo, 1994, halaman 1).
Nilai kuat tekan beton dapat diperoleh dengan pengujian yang menacu pada
standar yang umumnya digunakan yaitu standar ASTM (American Society for
Testing and Material). Benda uji yang digunakan berbentuk silinder dengan ukuran
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.

‘19 Struktur Beton 1


6 Agyanata Tua M, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 2. 1 Pengujian Kuat Tekan Beton pada Benda Uji Silinder
Persamaan yang digunakan dalam menentukan nilai kuat tekan beton adalah
sebagai berikut :

2.2. Kuat Lentur Balok


Kekuatan tarik di dalam lentur yang dikenal dengan modulus runtuh
(modulus of rupture) merupakan sifat yang penting di dalam menentukan retak dan
lendutan balok. Saat terjadi momen lentur positif, regangan tekan akan terjadi pada
bagian atas balok dan regangan tarik akan terjadi pada bagian bawah balok. Oleh
karena itu balok yang dirancang harus mampu menahan tegangan tekan dan tarik.
Pengujian ini menggunakan balok sebagai benda uji dengan ukuran
panjang bentang bersih 1800 mm, lebar 125 mm, dan tinggi 200 mm. Pengujian
kuat lentur balok dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Pengujian Kuat Lentur Balok (satuan dalam mm)


Tegangan lentur balok dapat dihitung dengan persamaan berikut (Nawy,1990) :

keterangan :fr = tegangan lentur (MPa)


M = momen maksimum (Nmm)
c = letak garis netral (mm)
I = momen Inersia (mm4)

‘19 Struktur Beton 1


7 Agyanata Tua M, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Struktur Beton Bertulang,ISTIMAWAN DIPOHUSODO,Gramedia Pustaka
Utama,Jakarta,1999
2. Beton Bertulang,J. Thambah Sembiring Gurki,Rekayasa Sains,Edisi
Revisi,Bandung,2010
3. Struktur Beton Bertulang 1, Dr. Ir. Resmi Bestari Muin,Universitas Mercubuana,2009

‘19 Struktur Beton 1


8 Agyanata Tua M, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai