Anda di halaman 1dari 20

MODUL PERKULIAHAN

Irigasi Dan Bangunan Air

Modul IV : KONSEP KEBUTUHAN SUPLEI AIR JARINGAN IRIGASI

Lampiran
4.3. CONTOH PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR POLA TANAM

Program Tatap
Fakultas Kode MK Disusun Oleh
Studi Muka

0
Teknik Sipil dan Program A61111EL Ir.Hadi SSilo.MM
Perencanaan Studi Teknik
Sipil

4
Abstract Kompetensi
Memberikan gambaran umum proses perencanaan Mahasiswa diharapkan dapat merencanakan
kebutuhan air untuk pola tanam, perhitungan debit kebutuhan air untuk pola tanam, kehilangan air dan
rencana pengambilan di intake dari air sungai dan penetapan debit rencana pengambilan air dari
perhitungan kehilangan air pada jaringan irigasi sungai / intake.

LAMPIRAN MODUL IV BAB 4.3

4.3. CONTOH KEBUTUHAN AIR UNTUK POLA TATA TANAM

 Pengaturan pola tata tanam adalah kegiatan mengatur awal masa tanam, jenis tanaman dan varitas tanaman dalam suatu tabel
perhitungan.

 Tujuan utama dari penyusunan pola tanam adalah untuk mendapatkan besaran kebutuhan air irigasi pada musim kemarau sekecil
mungkin.

 Di dalam penyusunan pola tata tanam dilakukan simulasi penentuan awal tanam.

Misalnya alternatif pertama, jika awal tanam padi pada awal bulan Oktober, alternatif kedua, jika awal tanam padi pada awal bulan
November begitu seterusnya hingga alternatif kedua belas yang awal tanam padi dimulai pada awal September. Dari keduabelas
alternatif tadi dipilih alternatif yang “kebutuhan air irigasi”nya paling rendah.

Tabel penyusunan pola tata tanam biasanya seperti berikut : lihat tabel.

Keterangan tabel :

 Penyusunan pola tata tanam didasarkan pada tengah bulanan atau tiap 15 harian, artinya besaran-besaran yang ikut di dalam
perhitungan (seperti besaran Eto, Pd, P&I) dihitung selama 15 harian (bukan bulanan atau bukan harian) yaitu ditandai dengan
adanya angka 1 dan 2.

 Baris ke 1 : Pola Tanam

Penyusunan pola tata tanam dilakukan selama 1 tahun dengan disisipi 1 musim untuk tanaman palawija (tanaman jagung, kacang,
kedele, singkong atau ubi), misalnya pola tata tanam : padi pertama, sesudah padi pertama maka dilanjutkan dengan pengolahan
tanah untuk persiapan tanam padi kedua, sesudah padi kedua panen, maka lahan ditanami dengan palawija, tidak dengan padi
lagi.
Hal ini dimaksudkan untuk memutus rantai serangan hama pada tanaman padi serta memberi kesempatan tanah untuk
memulihkan unsur-unsur haranya setelah berturut-turut ditanami padi.

Notasi pola tanam dibuat miring-miring, dimaksudkan bahwa penanaman untuk seluruh areal persawahan tidak dilakukan serentak
tetapi bertahap, berperiode setengah bulanan (15 harian) dan ada waktu kosong (time lag) selama 15 hari (1 kali setengah
bulanan) sebelum pengolahan/penyiapan lahan (land preparation). Total waktu penyiapan lahan adalah 2 bulan.

 Baris ke 2 : Koefisien Tanaman c

Koefisien tanaman c sangat erat hubungannya dengan awal masa tanam, jenis tanaman dan varietas tanaman.

Pada contoh tersebut, jenis tanaman yang ditanam adalah padi dengan tabel koefisien tanaman seperti berikut : harga C1 adalah
koefisien tanaman bagi kelompok penanaman awal, C2 adalah koefisien tanaman bagi penanaman gelombang kedua, C3 adalah
koefisien tanaman bagi gelombang terakhir, koefisien rata-rata adalah harga rata-rata dari C1, C2 dan C3.

Tabel 2. Koefisien Tanaman

Bulan FAO

ke PIADP PROSIDA Varietas Biasa Varietas Unggul

Padi Padi

0.5 1.08 1.20 1.10 1.10

1.0 1.07 1.27 1.10 1.10

1.5 1.02 1.33 1.10 1.05

2.0 0.67 1.30 1.10 1.05

2.5 0.32 1.30 1.10 0.95

3.0 0.00 0.00 1.05 0.00

3.5 0.00 0.00 0.95 0.00

4.0 0.00 0.00 0.00 0.00


Jagung Kc. Tanah

0.5 0.40 0.40

1.0 0.48 0.48

1.5 0.85 0.70

2.0 1.09 0.91

2.5 1.05 0.95

3.0 0.80 0.91

3.5 0.00 0.69

Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, KP-01, Departemen Pekerjaan Umum ; Irigasi dan Bangunan Air. Ir. Agus Suroso .MT

 Baris ke 3 :

Koefisien tanaman k rata-rata adalah : harga rata-rata dari k1, k2, dan k3.

 Baris ke 4 :

Evapotranspirasi potensial (ETo) adalah hasil perhitungan dari tabel sebelumnya (tabel evapotranspirasi metode Penman
modifikasi) yaitu hasil perkalian antara faktor koreksi c dengan evapotranspirasi sebenarnya ETo*.

 Baris ke 5 :

Kebutuhan air tanaman ET adalah hasil perkalian antara koefisien tanaman rata-rata k pada baris ke 3 dengan Evapotranspirasi
potensial ETo pada baris ke 4.

 Baris ke 6 :

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (Pd) adalah hasil perhitungan harga Pd berdasarkan rumus vd. Goor – Zijlstra.

 Baris ke 7 :
Ratio penyiapan lahan adalah perbandingan antara total penyiapan lahan (2 bulan) dengan angka 4 (yang merupakan periode 15
harian).

 Baris ke 8 :

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dengan ratio merupakan perkalian antara kebutuhan air untuk penyiapan lahan (baris ke 6)
dengan ratio penyiapan lahan (baris ke 7).

 Baris ke 9 :

Perkolasi adalah air yang hilang akibat proses perkolasi, besarnya 1.5 mm/hari.

 Baris ke 10 :

Penggantian lapisan air WLR1, WLR2 dan WLR3 adalah sejumlah air yang diperlukan untuk mengganti lapisan air di sawah
sesudah 1.5 bulan dan 2 bulan dari penyiapan lahan, besarannya adalah 50 mm per 15 hari atau 3.3 mm per hari. Sedangkan
harga rata-rata WLR adalah rata-rata dari WLR1, WLR2 dan WLR3.

 Baris ke 11 :

Ratio luas tanaman adalah perbandingan antara luas lahan yang sudah ditanami dengan luas total. Untuk warna hijau yang penuh,
nilainya adalah 1, yang tidak penuh mungkin 0.75 atau 0.25.

 Baris ke 12 :

Kebutuhan air untuk ET + P + WLR, merupakan perkalian antara ratio luas tanaman (baris ke 11) dengan penjumlahan baris ke 5,
baris ke 9 dan baris ke 10.

 Baris ke 13 :

0,7
Re  x R80
N

Curah hujan efektif adalah curah hujan yang dimanfaatkan oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhannya. Dihitung dengan rumus

 Baris ke 14 :

Total ratio adalah penjumlahan antara ratio penyiapan lahan (baris ke 7) dengan ratio luas tanaman (baris ke 11).
 Baris ke 15 :

Curah hujan efektif dengan ratio adalah perkalian antara ratio total (baris ke 14) dengan curah hujan efektif (baris ke 13).

 Baris ke 16 :

Kebutuhan air di sawah netto NFR (net field requirement) adalah :

- Jika besar curah hujan efektif dengan ratio (baris ke 15) lebih besar dari penjumlahan kebutuhan air untuk pengolahan
lahan dengan ratio (baris ke 8) dengan kebutuhan air untuk (ET + P + WLR) pada baris ke 12, maka hasilnya = 0. Artinya
curah hujan efektif masih mampu memenuhi kebutuhan untuk ET + P + WLR dan Pd.

- Jika besar curah hujan efektif dengan ratio (baris ke 15) lebih kecil dari penjumlahan kebutuhan air untuk pengolahan lahan
dengan ratio (baris ke 8) dengan kebutuhan air untuk (ET + P + WLR) pada baris ke 12, maka hasilnya = (ET + P + WLR)
pada baris ke 12 dikurangi besar curah hujan efektif dengan ratio (baris ke 15).

 Baris ke 17 :

Kebutuhan air di sawah netto (ltr/dt per ha) adalah kebutuhan air di sawah netto (baris 16) dikalikan 0.1157.

 Baris ke 18 :

Efisiensi irigasi adlaah total efisiensi mulai dari saluran primer, sekunder dan tersier. Besarnya adalah 0.65

 Baris ke 19 :

Kebutuhan air diintake (DR) adalah kebutuhan air netto di sawah (baris ke 17) dibagi efisiensi irigasi (baris ke 18).
Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi Untuk Daerah Kampung Baru
Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

No Uraian Satuan

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

            LP                 LP                      

1 Pola tanam WIJA LP PADI I LP PADI II PALA

              LP                 LP                    

                                                     

2 Koefisien Tanaman (k)                                                  

  k1   0.820 0.450 LP LP 1.080 1.070 1.020 0.670 0.320 0.000   LP LP 1.080 1.070 1.020 0.670 0.320 0.000   0.500 0.750 1.000 1.000

  k2   1.000 0.820 0.450 LP LP 1.080 1.070 1.020 0.670 0.320 0.000   LP LP 1.080 1.070 1.020 0.670 0.320 0.000   0.500 0.750 1.000

  k3   1.000 1.000 0.820 0.450 LP LP 1.080 1.070 1.020 0.670 0.320     LP LP 1.080 1.070 1.020 0.670 0.320 0.000   0.500 0.750

3 Rerata koefisien tanaman   0.940 0.757 0.635 0.450 1.080 1.075 1.057 0.920 0.670 0.495 0.320 LP LP 1.080 1.075 1.057 0.920 0.670 0.495 0.320 0.500 0.625 0.750 0.917

4 Evapotranspirasi Potensial (ETo) mm/hr 4.694 4.694 4.601 4.601 4.406 4.406 4.273 4.273 3.349 3.349 3.665 3.665 3.850 3.850 3.775 3.775 3.544 3.544 3.663 3.663 3.924 3.924 3.856 3.856

5 Kebutuhan air bagi tanaman (ET) mm/hr 4.413 3.552 2.922 2.071 4.759 4.737 4.516 3.932 2.244 1.658 1.173 0.000 0.000 4.158 4.058 3.989 3.261 2.375 1.813 1.172 1.962 2.453 2.892 3.535

6 Keb. Air untuk penyiapan lahan (Pd) mm/hr     10.478 10.478 10.138 10.138           9.689 10.585 10.585 9.744                  

7 Ratio penyiapan lahan       0.250 0.250 0.250 0.250           0.250 0.250 0.250 0.250                  

Keb. Air untuk penyiapan lahan dengan


8 ratio mm/hr     2.619 2.619 2.535 2.535           2.422 2.646 2.646 2.436                  

9 Perkolasi (P) mm/hr         1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500      

10 Penggantian lapisan genangan (WLR) mm/hr                                                

  WLR1             3.300   3.300             3.300   3.300              

  WLR2               3.300   3.300             3.300   3.300            

  WLR3                 3.300   3.300             3.300   3.300          

  Rerata WLR             1.100 1.100 2.200 1.100 1.100         1.100 1.100 2.200 1.100 1.100          

11 Ratio luas tanaman   1.000 1.000 0.750 0.250 0.250 0.750 1.000 1.000 1.000 1.000 0.750 0.250 0.000 0.250 0.750 1.000 1.000 1.000 1.000 0.750 0.500 0.750 1.000 1.000

12 Kebutuhan air untuk (Etc + P + WLR) mm/hr 4.413 3.552 2.191 0.518 1.565 5.503 7.116 7.632 4.844 4.258 2.005 0.375 0.000 1.414 4.994 6.589 6.961 4.975 4.413 2.004 1.731 1.840 2.892 3.535

13 Curah hujan efektif (Re) mm/hr 5.507 0.000 1.307 0.747 1.073 0.219 0.700 1.540 0.700 0.263 5.180 4.988 4.650 3.750 7.793 2.756 1.587 1.353 2.053 0.613 0.000 0.000 2.707 2.100

14 Ratio luas hujan efektif (Total ratio)   1.000 1.000 1.000 0.500 0.500 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.750 0.500 0.250 0.500 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.750 0.500 0.750 1.000 1.000
15 Curah hujan efektif dengan ratio mm/hr 5.507 0.000 1.307 0.373 0.537 0.219 0.700 1.540 0.700 0.263 3.885 2.494 1.163 1.875 7.793 2.756 1.587 1.353 2.053 0.459 0.000 0.000 2.707 2.100

16 Kebutuhan air netto di sawah (NFR) mm/hr 0.000 3.552 3.504 2.764 3.563 7.818 6.416 6.092 4.144 3.995 0.000 0.303 1.484 2.186 0.000 3.833 5.374 3.621 2.360 1.545 1.731 1.840 0.186 1.435

17 Kebutuhan air netto di sawah dalam Vdt/ha Vdt/ha 0.000 0.411 0.405 0.320 0.412 0.905 0.742 0.705 0.479 0.462 0.000 0.035 0.172 0.253 0.000 0.443 0.622 0.419 0.273 0.179 0.200 0.213 0.021 0.166

18 Efisiensi irigasi (e)   0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650

19     0.000   0.624 0.492 0.634 1.392 1.142 1.084 0.738         0.389 0.000 0.682 0.957 0.645 0.420 0.275 0.308 0.327 0.033 0.255
Keterangan tambahan :

a) Penyiapan lahan

Penyiapan lahan adalah merupakan pekerjaan pengolahan tanah secara basah mulai dari pemberian air yang pertama, membersihkan jerami
dan akar-akar sisa tanaman padi yang lalu sampai siap ditanami. Tanah permukaan dibajak atau dicangkul sedalam 20-30 cm agar tanah
menjadi lunak dan membalikkan permukaan, kemudian digemburkan lalu dibuat rata dan siap untuk ditanami bibit padi yang diambil dari
tempat persemaian.

Lama pekerjaan penyiapan lahan tergantung jumlah tenaga kerja, hewan dan peralatan yang digunakan serta faktor-faktor sosial setempat.
Biasanya pengolahan lahan dilakukan sebelum masa tanam padi dan berlangsung selama 30-45 hari. Untuk penyiapan lahan digunakan
rumus empiris vd Goor dan Zijlstra.

M .e k
Pd 
(e k  1)

dengan :

Pd = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan pada saat pengolahan lahan (mm/hari)

M = kebutuhan air untuk mengganti/mengkompensasi air yang hilang akibat evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan (1.1 x
ETo) dan akibat perkolasi, atau M = (1.1 x ETo) + P, dalam mm/hari.

K = MT/S

T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)

S = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm

e = bilangan dasar dalam logaritma 2,7183

Tabel perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah seperti tabel 3 berikut :

Tabel 3. Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan pada Daerah Irigasi Kampung Baru
No Hitungan Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Keterangan
1 ETo mm/hari 3.67 3.85 3.78 3.54 3.66 3.92 3.86 4.69 4.60 4.41 4.27 3.35 Perhitungan kebutuhan air
2 1,1 . ETo 4.03 4.23 4.15 3.90 4.03 4.32 4.24 5.16 5.06 4.85 4.70 3.68 untuk penyiapan lahan
3 P 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 dengan metode :
4 M = 1.1. ETo + P 5.53 5.73 5.65 5.40 5.53 5.82 5.74 6.66 6.56 6.35 6.20 5.18 Vd Goor dan Zijlstra
5 T 31.00 28.00 31.00 30.00 31.00 30.00 31.00 31.00 30.00 31.00 30.00 31.00
6 S 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 - e = 2.7183
7 k= M . T 0.86 0.80 0.88 0.81 0.86 0.87 0.89 1.03 0.98 0.98 0.93 0.80
S - Pd = kebutuhan air
8 ek 2.33 2.18 2.38 2.20 2.33 2.37 2.42 2.81 2.68 2.67 2.53 2.18 untuk penyiapan
k
9 e -1 1.33 1.18 1.38 1.20 1.33 1.37 1.42 1.81 1.68 1.67 1.53 1.18 lahan
k
10 Pd = M . e 9.69 10.58 9.74 9.89 9.69 10.06 9.79 10.35 10.48 10.14 10.26 9.56
ek - 1

Keterangan :
- ETo = Evapotranspirasi potensial yang dihitung dengan metode Penman
- 1.1.ETo = Evaporasi pada permukaan air bebas, diambil 1.1 x Eto
- P = Perkolasi
- M = Kebutuhan air sebagai pengganti akibat evaporasi dan perkolasi
- T = Waktu penyiapan lahan
- S = Air yang dibutuhkan untuk penjenuhan ditambah dengan 50 mm

b) Perkolasi

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


10 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kehilangan air di sawah diperhitungkan karena adanya rembesan air dari daerah tidak jenuh ke daerah jenuh air (perkolasi). Besarnya
perkolasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Tekstur tanah
Makin besar tekstur tanah makin besar angka perkolasinya dan sebaliknya
2. Permeabilitas tanah, makin besar permeabilitasnya, makin kecil perkolasi yang terjadi.
3. Tabel lapisan tanah bagian atas
Makin tipis lapisan tanah bagian atas makin kecil angka perkolasinya.
4. Letak permukaan air tanah
Makin dangkal air tanah makin kecil angka perkolasinya. Perkolasi dapat mencapai 1-3 mm per hari.
c) Penggantian Lapisan Air
Penggantian lapisan air dilakukan setelah kegiatan pemupukan yang telah dijadwalkan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, maka
penggantian lapisan air tersebut dilakukan sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm per 15 hari (3,33 mm/hari selama setengah bulan). Selama
1 dan 2 bulan setelah awal tanam.
d) Efisiensi Irigasi
Efisiensi irigasi (e) adalah angka perbandingan jumlah debit air irigasi terpakai dengan debit yang dialirkan; dan dinyatakan dalam prosen
(%). Untuk tujuan perencanaan, dianggap seperempat atau sepertiga dari jumlah air yang diambil akan hilang sebelum air itu sampai di
sawah. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi dan rembesan. Efisiensi irigasi keseluruhan rata-rata berkisar antara
59%-73%. Oleh karena itu kebutuhan bersih air di sawah (NFR) harus dibagi efisiensi irigasi untuk memperoleh jumlah air yang dibutuhkan
di intake.
1. Saluran tersier, kehilangan air 20%, sehingga efisiensi ≈ 80%
2. Saluran sekunder, kehilangan air 10%, sehingga efisiensi ≈ 90%

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


11 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Saluran utama, kehilangan air 10%, sehingga efisiensi ≈ 90%
Efisiensi secara keseluruhan dihitung sebagai berikut : efisiensi jaringan tersier (60%) x efisiensi jaringan sekunder (90%) x efisiensi
jaringan primer (90%), sehingga efisiensi irigasi secara keseluruhan ≈ 65%

Ringkasan kebutuhan air irigasi di intake


Tengah Kebutuhan Air Pada Alternatif (I/det/ha)
No Bulan I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
Bulanan
I 0.000 0.000 0.230 0.213 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.337 0.382 0.201
1 Januari
II 0.054 0.000 0.371 0.416 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.012 0.264 0.230
I 0.264 0.000 0.094 0.359 0.309 0.210 0.057 0.000 0.011 0.134 0.461 0.543
2 Februari
II 0.389 0.204 0.134 0.622 0.703 0.268 0.000 0.067 0.000 0.000 0.254 0.519
I 0.000 0.087 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.305 0.000
3 Maret
II 0.682 0.436 0.255 0.305 0.786 0.832 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.422
I 0.957 1.014 0.370 0.140 0.603 0.847 0.536 0.000 0.000 0.000 0.000 0.534
4 April
II 0.645 0.889 0.557 0.387 0.534 0.998 1.055 0.378 0.212 0.312 0.096 0.171
I 0.420 0.893 0.782 0.301 0.000 0.378 0.630 0.413 0.000 0.000 0.000 0.000
5 Mei
II 0.275 0.791 1.043 0.619 0.443 0.677 1.149 1.195 0.150 0.000 0.000 0.000
I 0.308 0.809 0.993 1.049 0.370 0.136 0.622 0.892 0.549 0.780 0.657 0.524
6 Juni
II 0.327 0.368 0.731 1.002 0.603 0.415 0.609 1.102 1.158 0.526 0.529 0.640
I 0.033 0.064 0.701 0.950 0.996 0.350 0.110 0.582 0.848 0.517 0.281 0.163
7 Juli
II 0.255 0.041 0.289 0.821 1.087 0.637 0.452 0.701 1.189 1.235 0.326 0.146
I 0.000 0.000 0.000 0.721 1.045 1.099 0.365 0.114 0.641 0.964 0.562 0.000
8 Agustus
II 0.632 0.766 0.392 0.284 0.867 1.190 0.675 0.449 0.721 1.272 1.326 0.555
I 0.624 0.496 0.340 0.201 0.735 1.180 1.241 0.408 0.222 0.779 1.096 0.638
9 September
II 0.492 0.263 0.394 0.116 0.297 0.879 1.195 0.688 0.467 0.735 1.279 1.341
I 0.634 0.800 0.712 0.563 0.317 0.812 1.189 1.240 0.403 0.245 0.797 1.101
10 Oktober
II 1.392 0.243 0.002 0.127 0.000 0.359 0.949 1.253 0.710 0.498 0.812 1.341
I 1.142 0.661 0.586 0.482 0.338 0.207 0.565 1.234 1.292 0.425 0.289 0.848
11 November
II 1.084 1.137 0.401 0.293 0.415 0.145 0.177 0.698 0.992 0.592 0.386 0.565
12 Desember I 0.738 0.968 0.591 0.709 0.560 0.447 0.283 0.711 1.082 1.129 0.394 0.250

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


12 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
II 0.711 1.160 1.207 0.493 0.451 0.546 0.279 0.308 0.815 1.046 0.630 0.469
Max 1.392 1.160 1.207 1.049 1.087 1.190 1.241 1.253 1.292 1.272 1.326 1.341

DEBIT ANDALAN

 Debit andalan adalah besarnya debit dengan kemungkinan 80% terpenuhi atau tidak terpenuhi 20% dari serangkaian waktu.

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


13 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Untuk menentukan kemungkinan terpenuhi atau tidak terpenuhi, serangkaian data debit yang sudah diamati (dilakukan pencatatan) disusun
dengan urutan kecil ke besar.
 Besarnya probabilitas (kemungkinan) terpenuhi dari rangkaian data debit yang telah tercatat dapat dihitung dengan rumus
m
P
N
dengan :
P = probabilitas/kemungkinan debit terpenuhi 80%
m = urutan atau rangking besarnya debit
N = banyaknya data pengamatan debit
 Misalnya, dalam pencatatan data debit tercatat sebanyak 25 tahun. Maka nomor tingkatan (rangking) debit m dengan kemungkinan tidak
terpenuhi 20% (berarti juga kemungkinan terpenuhinya 80%) dapat dihitung yaitu :
m = P x N = 20% x 25 = 5  nomor rangking debit dengan kemungkinan tidak terpenuhi 20%.
 Berikut ini contoh perhitungan debit andalan, dari serangkaian data pencatatan debit sungai setiap hari, dan dirata-rata dalam sebulan.
Pencatatan dimulai tahun 1960 hingga tahun 1984, sebanyak 25 tahun pencatatan.

Tabel 1. Debit rata-rata bulanan (m3/dt)


Bulan
No Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
1 1960 25.8 30.8 17.5 16.5 6 8.7 0.9 0.9 1.7 0.6 8.3 36.4
2 1961 38.1 44.7 42.9 10.5 9.8 2 0.9 0.9 0.3 20.3 36.3 19.9
3 1962 14.5 24.9 32.5 26 7.2 1 1.3 0.9 0.3 0.4 11.5 9.9
4 1963 36.2 10.7 15.7 22.5 18 3 0.9 1 0.7 4.2 36.3 18.7
5 1964 20.6 12.2 42.9 36 31.3 6.2 30.6 12.1 1.5 22.6 35.3 21.3

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


14 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6 1965 24.5 26.7 10.8 15.5 13.7 11.4 9.8 2.2 3 3.7 25.8 9.7
7 1966 27.7 20.3 35.7 12.7 9 2.4 12.7 0.9 0.3 0.4 11.3 36.4
8 1967 10.6 18.6 42.9 22.4 17.4 2.8 5.1 8.7 0.6 17.4 17.4 36.4
9 1968 11.7 44.6 27.3 25.9 15.7 3.2 0.9 0.9 0.3 2.9 26.4 16
10 1969 34.6 22.5 25.7 22.8 25.6 3.2 0.9 0.9 0.3 2.1 36.3 28.1
11 1970 34.4 22.9 21.2 36.9 9.1 0.9 0.9 0.9 0.3 0.4 5.4 36.4
12 1971 22.9 17.5 31.4 42.7 3.4 5.4 1 0.9 0.3 11.4 11.5 36.4
13 1972 19.3 29.2 38 7.7 2.3 1.3 0.9 0.9 0.3 0.4 7.6 10.7
14 1973 12.1 24.6 29.9 26.9 15.2 3.9 0.9 0.9 1.8 26.4 23.8 29.5
15 1974 38.1 33.9 14.4 7.4 2.5 1.1 0.9 0.9 0.3 0.4 12.1 32.3
16 1975 23.4 22.9 42.9 8.1 2.6 1.1 0.9 0.9 0.3 8.8 24.8 36.4
17 1976 38.1 24 25.4 20.6 3.8 0.8 0.9 0.9 0.3 1.5 34.6 34.3
18 1977 29.2 29.6 42.9 20.4 23.1 8.9 5.9 2.8 0.3 6.7 35.1 36.4
19 1978 22.2 21.7 25.2 29 3 1.1 0.9 0.9 0.3 11.9 17.1 16.6
20 1979 21.9 15.4 28.9 19.8 21.7 1.6 0.9 0.9 0.3 1.7 29.2 36.4
21 1980 20.1 11.4 23 8.7 12.5 1.2 0.9 0.9 0.3 24.8 5.4 19.6
22 1981 27.7 16.2 28 19 6 0.8 0.9 0.9 0.3 0.4 17.6 17.5
23 1982 24.9 30.8 23.4 15.2 28.4 24 0.9 0.9 5.7 8.6 36.3 15.7
24 1983 6.4 26.6 13.8 16.2 10.9 0.9 1 5.1 5.3 33.9 36.3 11
25 1984 38.1 15.2 42.9 40.4 20.7 1 0.9 0.9 18.1 21.8 32.4 33.6

 Sesudah diurutkan dari kecil ke besar, maka bentuk tabel data adalah seperti berikut :

Tabel 2. Debit rata-rata bulanan sesudah diurutkan dari kecil ke besar (m3/dt)
No Prosentase Bulan
tak Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


15 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
terpenuhi
1 4 6.4 10.7 10.8 7.4 2.3 0.8 0.9 0.9 0.3 0.4 5.4 9.7
2 8 10.6 11.4 13.8 7.7 2.5 0.8 0.9 0.9 0.3 0.4 5.4 9.9
3 12 11.7 12.2 14.4 8.1 2.6 0.9 0.9 0.9 0.3 0.4 7.6 10.7
4 16 12.1 15.2 15.7 8.7 3 0.9 0.9 0.9 0.3 0.4 8.3 11
5 20 14.5 15.4 17.5 10.5 3.4 1 0.9 0.9 0.3 0.4 11.3 15.7
6 24 19.3 16.2 21.2 12.7 3.8 1 0.9 0.9 0.3 0.4 11.5 16
7 28 20.1 17.5 23 15.2 6 1.1 0.9 0.9 0.3 0.6 11.5 16.6
8 32 20.6 18.6 23.4 15.5 6 1.1 0.9 0.9 0.3 1.5 12.1 17.5
9 36 21.9 20.3 25.2 16.2 7.2 1.1 0.9 0.9 0.3 1.7 17.1 18.7
10 40 22.2 21.7 25.4 16.5 9 1.2 0.9 0.9 0.3 2.1 17.4 19.6
11 44 22.9 22.5 25.7 19 9.1 1.3 0.9 0.9 0.3 2.9 17.6 19.9
12 48 23.4 22.9 27.3 19.8 9.8 1.6 0.9 0.9 0.3 3.7 23.8 21.3
13 52 24.5 22.9 28 20.4 10.9 2 0.9 0.9 0.3 4.2 24.8 28.1
14 56 24.9 24 28.9 20.6 12.5 2.4 0.9 0.9 0.3 6.7 25.8 29.5
15 60 25.8 24.6 29.9 22.4 13.7 2.8 0.9 0.9 0.3 8.6 26.4 32.3
16 64 27.7 24.9 31.4 22.5 15.2 3 0.9 0.9 0.3 8.8 29.2 33.6
17 68 27.7 26.6 32.5 22.8 15.7 3.2 0.9 0.9 0.6 11.4 32.4 34.3
18 72 29.2 26.7 35.7 25.9 17.4 3.2 1 0.9 0.7 11.9 34.6 36.4
19 76 34.4 29.2 38 26 18 3.9 1 0.9 1.5 17.4 35.1 36.4
20 80 34.6 29.6 42.9 26.9 20.7 5.4 1.3 1 1.7 20.3 35.3 36.4
21 84 36.2 30.8 42.9 29 21.7 6.2 5.1 2.2 1.8 21.8 36.3 36.4
22 88 38.1 30.8 42.9 36 23.1 8.7 5.9 2.8 3 22.6 36.3 36.4
23 92 38.1 33.9 42.9 36.9 25.6 8.9 9.8 5.1 5.3 24.8 36.3 36.4
24 96 38.1 44.6 42.9 40.4 28.4 11.4 12.7 8.7 5.7 26.4 36.3 36.4
25 100 38.1 44.7 42.9 42.7 31.3 24 30.6 12.1 18.1 33.9 36.3 36.4

 Dari tabel di atas tampak bahwa urutan ke 5 yaitu probabilitas/kemungkinan tidak terpenuhi 20%. Baris no 5 itulah yang dinamakan debit
andalan (Qandalan) dengan satuan m3/dt, yang digunakan untuk perhitungan luas areal sawah yang bisa diairi.
 Dalam bentuk grafik adalah seperti berikut :

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


16 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Dari alternatif penyusunan pola tata tanam yang dibuat (ada 12 alternatif, awal tahun awal Oktober, awal tanam awal November dst) bisa
dihitung areal irigasi maksimum untuk setiap periode, dengan rumus :

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


17 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Qandalan
A x1000
DR
dengan :
A = luas areal (hektar) yang dapat diairi untuk alternatif tertentu selama jangka waktu tertentu
Qand = debit andalan selama jangka waktu tertentu (m3/dt)
DR = kebutuhan air irigasi di intake (I/dt/ha), didapat dari tabel pola tata tanam baris 19
Untuk perhitungan luas areal yang dapat diairi (A) adalah seperti contoh berikut :

Tabel kebutuhan air irigasi di intake (dari rangkuman 12 alternatif pola tata tanam)
Tengah Kebutuhan Air Pada Alternatif (I/det/ha)
No Bulan I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
Bulanan
I 0.000 0.000 0.230 0.213 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.337 0.382 0.201
1 Januari
II 0.054 0.000 0.371 0.416 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.012 0.264 0.230
I 0.264 0.000 0.094 0.359 0.309 0.210 0.057 0.000 0.011 0.134 0.461 0.543
2 Februari
II 0.389 0.204 0.134 0.622 0.703 0.268 0.000 0.067 0.000 0.000 0.254 0.519
I 0.000 0.087 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.305 0.000
3 Maret
II 0.682 0.436 0.255 0.305 0.786 0.832 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.422
I 0.957 1.014 0.370 0.140 0.603 0.847 0.536 0.000 0.000 0.000 0.000 0.534
4 April
II 0.645 0.889 0.557 0.387 0.534 0.998 1.055 0.378 0.212 0.312 0.096 0.171
I 0.420 0.893 0.782 0.301 0.000 0.378 0.630 0.413 0.000 0.000 0.000 0.000
5 Mei
II 0.275 0.791 1.043 0.619 0.443 0.677 1.149 1.195 0.150 0.000 0.000 0.000
I 0.308 0.809 0.993 1.049 0.370 0.136 0.622 0.892 0.549 0.780 0.657 0.524
6 Juni
II 0.327 0.368 0.731 1.002 0.603 0.415 0.609 1.102 1.158 0.526 0.529 0.640
I 0.033 0.064 0.701 0.950 0.996 0.350 0.110 0.582 0.848 0.517 0.281 0.163
7 Juli
II 0.255 0.041 0.289 0.821 1.087 0.637 0.452 0.701 1.189 1.235 0.326 0.146
I 0.000 0.000 0.000 0.721 1.045 1.099 0.365 0.114 0.641 0.964 0.562 0.000
8 Agustus
II 0.632 0.766 0.392 0.284 0.867 1.190 0.675 0.449 0.721 1.272 1.326 0.555
I 0.624 0.496 0.340 0.201 0.735 1.180 1.241 0.408 0.222 0.779 1.096 0.638
9 September
II 0.492 0.263 0.394 0.116 0.297 0.879 1.195 0.688 0.467 0.735 1.279 1.341

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


18 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
I 0.634 0.800 0.712 0.563 0.317 0.812 1.189 1.240 0.403 0.245 0.797 1.101
10 Oktober
II 1.392 0.243 0.002 0.127 0.000 0.359 0.949 1.253 0.710 0.498 0.812 1.341
I 1.142 0.661 0.586 0.482 0.338 0.207 0.565 1.234 1.292 0.425 0.289 0.848
11 November
II 1.084 1.137 0.401 0.293 0.415 0.145 0.177 0.698 0.992 0.592 0.386 0.565
I 0.738 0.968 0.591 0.709 0.560 0.447 0.283 0.711 1.082 1.129 0.394 0.250
12 Desember
II 0.711 1.160 1.207 0.493 0.451 0.546 0.279 0.308 0.815 1.046 0.630 0.469
Max 1.392 1.160 1.207 1.049 1.087 1.190 1.241 1.253 1.292 1.272 1.326 1.341

Tabel luasan areal terairi (dari rangkuman 12 alternatif pola tata tanam)
Tabel Luasan Terairi (hektar)
Tengah Debit Luas Lahan Terairi (Ha)
No Bulan
Bulanan Andalan I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
1 Januari I 14.50 Maks Maks 63,003 68,065 Maks Maks Maks Maks Maks 43,054 37,936 72,269
II 14.50 268,460 Maks 39,078 34,815 Maks Maks Maks Maks Maks 1,193.998 54,839 62,998
2 Februari I 15.40 58,312 Maks 163,452 42,875 49,848 73,343 Maks Maks 1,385.826 114,499 33,382 28,366
II 15.40 39,585 75,482 114,499 24,778 21,903 57,514 Maks 228,331 Maks Maks 60,530 29,651
3 Maret I 17.50 Maks 201,621 Maks Maks Maks Maks Maks Maks Maks Maks 57,414 Maks
II 17.50 25,652 40,094 68,616 57,414 22,259 21,037 Maks Maks Maks Maks Maks 41,430

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


19 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4 April I 10.50 10,977 10,360 28,407 75,088 17,411 12,397 19,586 Maks Maks Maks Maks 19,656
II 10.50 16,290 11,817 18,856 27,165 19,656 10,520 9,952 27,756 49,636 33,603 108,971 61,408
5 Mei I 3.40 8,094 3,807 4,349 11,312 Maks 9,006 5,400 8,236 Maks Maks Maks Maks
II 3.40 12,365 4,300 3,261 5,489 7,669 5,026 2,958 2,845 22,647 Maks Maks Maks
6 Juni I 1.00 3,245 1,237 1,007 953 2,700 7,326 1,607 1,121 1,823 1,282 1,523 1,909
II 1.00 3,054 2,718 1,367 998 1,658 2,412 1,641 908 863 1,901 1,892 1,562
7 Juli I 0.90 27,243 14,016 1,283 948 904 2,568 8,214 1,546 1,062 1,740 3,207 5,506
II 0.90 3,524 21,732 3,113 1,096 828 1,413 1,993 1,283 757 729 2,762 6,181
8 Agustus I 0.90 Maks Maks Maks 1,249 861 819 2,465 7,881 1,405 934 1,602 Maks
II 0.90 1,424 1,175 2,298 3,169 1,038 756 1,333 2,002 1,249 708 679 1,623
9 September I 0.30 481 605 882 1,491 408 254 242 735 1,349 385 274 470
II 0.30 610 1,143 762 2,585 1,010 341 251 436 643 408 235 224
10 Oktober I 0.40 631 500 562 710 1,261 493 336 323 992 1,631 502 363
II 0.40 287 1,643 246,428 3,147 Maks 1,113 421 319 563 803 493 298
11 November I 11.30 9,895 17,096 19,278 23,422 33,439 54,490 19,992 9,158 8,744 26,567 39,051 13,328
II 11.30 10,421 9,935 28,190 38,546 27,238 78,066 63,761 16,181 11,386 19,102 29,261 19,992
12 Desember I 15.70 21,285 16,217 26,570 22,131 28,017 35,115 55,569 22,077 14,504 13,911 39,813 62,832
II 15.70 22,077 13,531 13,013 31,874 34,806 28,731 56,184 50,928 19,252 15,010 24,927 33,484
Minimum Padi-1 287.43 500.15 13,012.83 22,131.31 17,411.48 5,025.59 1,606.98 907.53 757.02 385.12 234.52 223.74

Minimum Padi-2 8,093.91 1,236.74 1,007.34 947.83 407.98 254.33 241.71 319.33 563.23 802.53 24,927.08 19,656.19
Minimum Palawija 1,423.50 605.09 561.52 710.07 1,009.61 1,113.32 55,568.65 50,928.00 49,636.40 33,602.57 1,522.95 1,561.71
Jumlah 9,804.84 2,341.98 14,581.69 23,789.20 18,829.07 6,393.25 57,417.34 52,154.86 50,9556.65 34.790,22 26,684.54 21,441.64

Jaringan irigasi dapat dimanfaatkan secara optimal jika dipakai alternatif VII
karena mempunyai luas minimum yang terbesar.

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


20 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai