Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

KEBUTUHAN AIR IRIGASI- IRIGASI

Ayu Aulia Aftukha


NIM : 171710201010

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan semua


makhluk hidup, termasuk tanaman. Tanaman membutuhkan air
agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Air yang
dibutuhkan tanaman berasal dari air hujan maupun air irigasi.
Kebutuhan tanaman akan air digunakan untuk mengganti air yang
hilang akibat penguapan, baik penguapan yang melalui permukaan
tanaman maupun permukaan tanah atau evapotranspirasi.
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan,
irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Pengukuran
kebutuhan air dilakukan dengan dua acara yaitu metode
pengukuran lapang dan metode agroklimatolagi.
Pendekatan kebutuhan air secara agroklimatologis tergantung
dari pola tanam, kebutuhan air tanaman, dan efisiensi irigasi. Pola
tanam dan kebutuhan air tanaman akan menunjukkan air untuk
tanaman dan efisiensi irigasi menunjukkan kehilangan air dari
sumber air ke daerah layanan. Berdasarkan kedua parameter ini
maka dilakukan perhitungan kebutuhan air
Usaha pengelolaan dan penyediaan air untuk menunjang
kegiatan pertanian adalah bentuk diperlukan sistem irigasi yang
tertata baik. Dalam suatu pengelolaan sumber daya air dengan
perancangan bangunan air diperlukan suatu informasi yang
menunjukan jumlah air yang akan masuk ke bangunan tersebut
dalam satuan waktu yang dikenal sebagai debit aliran. Dengan
adanya data debit tersebut pengendalian air baik dalam keadaan
berlebih atau kurang sudah dapat diperhitungkan sebagai usaha
untuk mengurangi dampak banjir pada saat debit maksimum dan
kekeringan atau defisit air pada saat musim kemarau panjang.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menentukan tekstur tanah?
2. Berapa total air yang mengalami proses evapotranspirasi?
3. Apa saja macam-macam tanaman yang ditanam?
4. Berapa kebutuhan air bagi tanaman?

1.3 Tujuan Praktikum


Tujuan dilakukan praktikum sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui tekstur tanah
2. Untuk Mengetahui total air yang mengalami proses
evapotranspirasi
3. Untuk mengetahui macam-macam tanaman yang ditanam
4. Untuk mengetahui kebutuhan air bagi tanaman

1.4 Manfaat
Berikut manfaat dari pelaksanaan praktikum sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui tekstur tanah di lapang

2. Dapat mengetahui total air yang mengalami proses


evapotranspirasi

3. Dapat mengetahui macam-macam tanaman yang ditanam

4. Dapat mengetahui kebutuhan air bagi tanaman


BAB 2. DASAR TEORI

1.5 Kebutuhan Air Secara Agroklimatologis

Berikut beberapa kebutuhan air agroklimatologis

A. Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

Pendekatan kebutuhan Air untuk tanaman secara metode


agroklimatologis merupakan pendekatan kebutuhan air
berdasarkan (i) data klimatologis dan (ii) sifat dan karakteristik
tanah. Kebutuhan air untuk tanaman di lahan pertanian
dinyatakan dalam kebutuhan air petak (NFR, Net Field
Requirement) ditentukan persamaan sebagai berikut :
NFR Padi
NFRpadi = LP + ETPadi + WLR + P ‐ Repadi . . . (1a)

NFR Polowijo
NFRplw = ETPlw ‐ Replw ... (1b)

NFR Polowijo
NFRtebu = ETTebu ‐ Retebu ... (1c)
dimana : NFRpadi = netto kebutuhan air padi sawah (mm/hari)
NFRplw = netto kebutuhan air polowijo (mm/hari)
NFRtebu = netto kebutuhan air tebu (mm/hari)
LP = kebutuhan air untuk persiapan lahan (mm/hari)
ETcrop = kebutuhan air untuk kebutuhan konsumtip
tanaman (mm/hari)
WLR = kebutuhan air untuk pergantian lapisan air
P = perkolasi (mm/hari)
Repadi = curah hujan efektif untuk padi sawah (mm/hari)
Replw = curah hujan efektif untuk polowijo (mm/hari)
Retebu = curah hujan efektif untuk tebu (mm/hari)
Berdasarkan komponen‐komponen neraca air sebagai
persamaan berikut
(Direktorat Jenderal Pengairan ‐ Deparetemen Pekerjaan Umum
(KP‐01), 1986):
1. kebutuhan air untuk pengolahan tanah,
2. kebutuhan air untuk konsumtip
3. kebutuhan air akibat kehilangan air dalam distribusi
air bawah tanah (perkolasi),
4. kebutuhan air untuk perggantian genangan, dan
5. curah hujan efektif.
Komponen‐komponen kebutuhan air untuk tanaman dan
irigasi ini akan dibahas pada bab‐bab berikut ini.

1. Kebutuhan Air untuk evaporasi

Evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap. Uap ini


kemudian bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air ke
udara. Evaporasi merupakan penguapan yang terjadi pada
permukaan tanah. Evaporimeter yang digunakan pada praktikum
kali ini adalah evaporimeter yang menggunakan bejana penguapan
berupa panic atau tanki yang berisi air bersih (Runtunuwu 2008).

2. Kebutuhan Air untuk perkolasi

Pada kondisi tanah jenuh, maka terjadi pergerakan air dalam


lapisan tanah ke arah vertikal. Proses ini merupakan proses
kehilangan air yang terjadi pada penanaman padi sawah, yang
dikenal sebagai proses perkolasi.
Nilai perkolasi ini didekati berdasarkan laju infiltrasi konstan
yang tergantung pada tekstur tanah. Tanah berdominan liat (tanah
berat), laju perkolasi semakin tinggi dibandingkan dengan tanah
yang berdominan pasir. Daerah‐daerah dengan kandungan liat
yang cukup tinggi dan diolah dalam jangka waktu yang lama dapat,
laju perkolasi dapat bernilai lebih kecil, karena telah terbentuk
lapisan padas (hardpan).

3. Jangka waktu penyiapan lahan

Penyiapan lahan merupakan kegiatan pengolahan tanah (bajak


dan singkat, serta perataan/pelumpuran). Selain pengolahan
tanah, kegiatan lain dalam penyiapan lahan adalah transplantasi
(pemindahan bibit ke sawah).
Jangka Waktu Penyiapan Lahan ditentukan oleh ketersediaan
tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk menggarap
tanah dan kebiasaan petani setempat. Untuk daerah‐daerah proyek
baru, jangka waktu penyiapan lahan diasumsikan sebesar 1,5
bulan dan jika dipergunakan peralatan mesin secara luas, maka
jangka waktu penyiapan lahan akan diambil 1 (satu) bulan.

4. Kebutuhan Air Untuk Penjenuhan Dan Ketinggian Lapisan Air


Pada umumnya kebutuhan air untuk kejenuhan tanah
bertekstur ringan berkisar 200-250 mm. tanah yang bertekstur
sedang dampai berat berkisar antara 200-250 mm. sedangkan
ketinggian lapisan air diasumsikan sebesar 50 mm

B. Kebutuhan Air untuk Komsumtif

Pengukuran evaporasi dari permukaan air dilakukan dengan


cara lisimeter. Lisimeter merupakan instrumen penting yang
digunakan untuk mngukur real penggunaan air oleh tanaman (E.
Runtunuwu, et all, Tanpa Tahun). Pengukuran evapotranspirasi
dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

a) Lisimeter berat (weighing lysimeter)


b) Lisimeter volume (nonweighing lysimeter)
c) Neraca air (field water balance)

1. Koefisien tanaman
Nilai Faktor kc padi, polowijo (kedelai, jagung dan kacang tanah), dan tebu disajikan pada
Tabel 7.1.

Tabel 7.1 Nilai Kc Tanaman Padi, Polowijo dan Tebu


Periode Padi Polowijo Tebu Keterangan
10 Kedele Jagung Kacang Rata‐ Tanam Tebang
Harian Tanah rata (Plant (Ratoon
Cane) cane)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1. 1,00 1,10 0,50 0,30 0,30 0,37 0,45 1,05

2. 1,15 1,10 0,65 0,38 0,30 0,44 0,45 1,05

3. 1,25 1,10 0,75 0,68 0,43 0,62 0,45 1,05

4. 1,35 1,05 1,00 0,98 0,68 0,89 0,46 1,05

5. 1,39 1,05 1,00 1,10 0,91 1,00 0,48 1,05

6. 1,32 1,05 1,00 1,05 0,95 1,00 0,50 1,05

7. 1,21 0,95 0,82 0,78 0,95 0,85 0,52 1,05

8. 1,09 0,95 0,72 0,60 0,85 0,72 0,55 1,05

9. 0,45 0,65 0,55 0,58 0,80

10. 0,63 0,80

11. 0,68 0,80

12. 0,72 0,80


Sumber : *)Anomim 1986
**)Doorenbos, J. dan W. O. Pruitt, 1977

2. Evapotranspirasi Potensial (ETo)


Evapotranspirasi potensial (ETo) adalah laju evapotranspirasi
dari tanaman rumput dengan tinggi seragam antara 8 cm sampai 15
cm, tumbuh secara aktif menutupi permukaan tanah secara
bersamaan pada kondisi tidak kekurangan air.
Pendugaan Evapotranspirasi potensial diduga berdasarkan
metode Penman yang telah dimodifikasi dengan persamaan
sebagai berikut (Dorenboss and Pruitt, 1977) :
C. Pergantian Lapisan Air

Menurut Sitanala Arsyad (1989), pertumbuhan dan produksi


padi terbaik dicapai pada tanah tergenang dengan tinggi lapisan
genangan kurang lebih 5 cm. Penggenangan lebih dari 10 cm dapat
mempertinggi sterilisasi varietas, sehingga dapat menghambat
pembentukan anakan.
Efek reduksi pada tanah dan pertumbuhan tanaman dapat
dikurangi dengan melakukan pergantian lapisan genangan.
Pergantian lapisan genangan air dilakukan dua kali, masing‐masing
50 mm (2.5 mm/hari sebulan) selama 20 hari yang dilakukan satu
bulan, dan dua bulan setelah transplantasi (Standard Perencanaan
Irigasi ‐ DPU, 1986).

D. Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif merupakan curah hujan yang dapat


dimanfaatkan oleh tanaman untuk memenuhi kehilangan air
akibat evapotranspirasi tanaman, perkolasi dan lain‐lain. Curah
hujan efektif dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (i) curah hujan
efektif untuk padi; (ii) curah hujan efektif untuk polowijo dan (iii)
curah hujan efektif untuk tebu.

1. Curah Hujan Efektif untuk Padi

Curah hujan efektif untuk tanaman padi sawah dihitung


berdasarkan 70 persen dari curah hujan andalan 80% dengan
persamaan sebagai berikut (Direktorat Jenderal Pengairan,
Departemen Pekerjaan Umum, 1986) :
2. Curah Hujan Efektif untuk Palawija
Curah hujan efektif untuk tanaman palawija ditentukan
berdasarkan evapotranspitasi yang terjadi, hujan dan ketersediaan
air tanah yang siap dipakai (didekati dengan kedalaman perakaran)
dengan persamaan sebagai berikut :
1.6 Tata tanam
Tata Tanam merupakan upaya pengaturan waktu, tempat,
jenis, dan luas penanaman rendengan dan kemarau disertai
penggunaan air yang efisien untuk mendapatkan produksi yang
maksimal, sehingga perencanaan pola tanam merupakan
perpaduan antara kebutuhan air tanam dengan ketersediaan air
ada.

Tata tanam ini juga disesuaikan dengan hal‐hal sebagai berikut


(Baker dan
Norman (tth) dalam Anonim (1977) :

(1) kebiasaan penduduk setempat;

(2) tingkat kemampuan teknologi (teknologi pertanian,


budi daya tanaman dan sebagainya);
(3) kepadatan penduduk; dan
(4) tingkat pengelolaan usahatani.
BAB 2. METODOLOGI

2.1 Bahan dan Software


Data yang diperlukan adalah pengamatan klimatologi stasiun
Jubung, Jember yang terletak pada koordinat 8º11" Lintang
Selatan dengan data pada bulan Januari sampai bulan Desember.

(1) Peta Dasar

Peta dasar yang digunakan pada praktikum ini

a. Peta dasar 1609-1631

b. Peta kontur

c. Peta dasar RBI Jember

d. Klopogowok3 jpeg

e. E20 Batas DAS

(2) Image google maps

Image google maps yang digunakan dalam praktikum ini


adalah image google maps berkoordinat antara 113.6320850
Bujur Timur dan -8.194290 Lintang Selatan

(3) Data Hujan


Data hujan yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah
data hujan yang diperoleh pada stasiun ‐ stasiun hujan
sebagai berikut :

a. Dam Klatakan ____________________(2004 s/d 2018)


b. Dam P o n o ______________________ (2004 s/d 2018)
c. Sukorejo _____________________________ (2004 s/d 2018)
d. Paleran _______________________________ (2004 s/d 2018)
e. Dam. Langkap _____________________ (2004 s/d 2018)
f. Dam. Tugusari ____________________ (2004 s/d 2018)
g. Balung ________________________________ (2004 s/d 2018)
h. Karangduren___________________________ (2004 s/d 2018)
i. Gumelar Timur_______________________ (2004 s/d 2018)
j. Darungan_______________________________ (2004 s/d 2018)

(4) Data Klimatologi


Data klimatologi yang dipergunakan adalah data
klimatologi yang diamati oleh Stasiun Klimatologi Jubung
dengan pengamatan mulai tahun 2004 s/d 2018.
Software yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah ;
1. Map info
2. Microsoft excel
3. EGMD

2.2 Metode Praktikum


Berikut diagram alir pendugaan evapotranspirasi dengan
empat metode.

(1) Tanah
(2) Tanaman
(3) Klimatologi
(4) Kc
(6) Curah Hujan
(7) LP
(8) NFR

Gambar 3.1 Metodologi Praktikum


A. Tanah
Tanah diinterpretasikan kelas tekstur tanah dengan Metode Hand Feeling,
seperti tersaji pada Gambar 3.2.
B.
1. Pengambilan
peta tanah
2. Menghancurk
an struktur
tanah
3. Pembentukan
bola tanah
4. Pembentukan
pita tanah
5. Kekasaran
tekstur

Gambar 3.2 Penentuan Tekstur Tanah dengan Metode Hand Feeling

B. Data Evapotranspirasi
Data Klimatologi yang diamati adalah suhu udara rata‐rata, kelembaban
udara, rata kecepatan udara dan lama penyinaran dihitung evapotranspirasi,
seperti

Keterangan :
Rata‐rata
(1) Suhu
(2) Kelembaban
Udara
(3) Kecepatan
Angin
(4)Lama
Penyinaran
a. Rekapitulasi Data Iklim
Keterangan :
Perhitungan
(1) ETo penman
(2) ETo penman
(3) Fungsi
(3) Eo

b. Perhitungan Eo dan ETo


Gambar3.3 Perhitungan Eo dan ETo
C. Data Tanaman
Data tanaman diperoleh dari pencatatan juru pada UPTD,
kemudian dilakukan rekapitulasi. Hasil dipergunakan untuk
menentukan (i) awal tanam, (ii) jangka waktu persiapan tanam;
dan (iv) lama tanam, seperti tersaji pada Gambar 7.4.

D. Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah


Kebutuhan air untuk pengolahan tanah diduga (i) perkolasi,
(ii) jangka waktu
pengolahan dan (iii) kebutuhan air untuk penjenuhan dan
perhitungan evaporasi (1,1 x ETo), seperti tersaji pada Gambar
7.5.
E. Perhitungan NFR
Perhitungan NFR dihitung pada dengan membentuk NFR
dengan tiga golongan awal tanam
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum dilaksanakan pada Senin, 28 Oktober 2019. Lokasi
pengamatan kebutuhan air pada DI 143 Bangsalsari. Koordinat
lokasi Stasiun Klimatologi Jubung adalah 113.6320850 Bujur Timur
dan -8.194290 Lintang Selatan.

Gambar 4.1 lokasi pengamatan kebutuhan air


3.2 Tekstur tanah
Tekstur tanah dapat diamati di lapangan dengan cara
perabaan. Istilah tekstur pada prinsipnya adalah distribusi ukuran
partikel. Distribusi ukuran partikel dan kelas tekstur mempunyai
kolerasi dengan air, udara, unsur hara, mintakat perakaran,
kemudahan diolah dan yang terpenting adalah masalah kesuburan.
Sifat tanah sangat ditentukan oleh tekstur. Tekstur tanah juga
mempengaruhi ruang perakaran tanaman, konsistensi dan
keterolahan tanah. (sutanto, 2005)
Untuk menentukan tekstur tanah dilakukan beberapa cara
yaitu langkah awal mengambil sampel tanah yang ada di daerah
persawahan klopogowok3. Kemudian sampel diencerkan dengan air
dan diraba teksturnya yaitu halus dan lembut, kemudian dibentuk
plintiran sepanjang 7 cm dan di tekan tanah sampai patah, patahan
tanah sepanjang 2 cm dan dapat diklasifikasikan kedalam tekstur
silty clay loam yaitu lempung liat berdebu agak halus. Dan indikasi
lain tanah pada daerah klopogowok3 lengket saat disentuh.
Struktur tanah juga tergolong strong tidak mudah pecah
karena teksturnya yang lengket menyebabkan agregatnya lebih
besar dan kuat. Berdasarkan tekstur yang diperoleh dari
pengamatan maka persawahan tergolong kedalam tanah yang
subur dan produktif untuk ditanami tanaman pertanian
3.3 Evapotranspirasi

Berikut data kajian evapotranspirasi:

Nama Ketinggian alat pengukur


Jubung, Jember
Stasiun angin
Selata
Lintang 8 º 11 ' 0 " 2 m
n
Ketinggian 36 m. dpl
Simbol Parameter Satuan Evapotranspirasi pada Bulan (mm/hari)
Jan Feb Mar April Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
26,1 26,3 26,0 25,5 25,0 24,8 25,8 26,1 26,4
Tmax Rata-rata suhu maksimum ºC 26,16 26,1 26,14
4 4 8 2 8 4 2 8 6
26,1 26,3 26,0 25,5 25,0 24,8 25,8 26,1 26,4
Tmin Rata-rata suhu minimum ºC 26,16 26,1 26,14
4 4 8 2 8 4 2 8 6
26,1 26,3 26,0 25,5 25,0 24,8 25,8 26,1 26,4
Trata-rata Suhu udara rata-rata ºC 26,16 26,1 26,14
4 4 8 2 8 4 2 8 6
Rata-rata lama penyinaran jam/ha 5,74 5,64 5,62 5,61 5,41 5,96 6,33
n 5,573 5,35 6,31 5,97 5,233
matahari ri 9 8 9 3 5 7 3
RH Kelembaban udara rata-rata % 86,8 87 86,6 86,4 86 85,4 84,4 84,8 84 84,2 85,4 86,6
km/ja 0,62 0,56 0,60 0,72 0,80 0,89 1,09 0,67
uz Rata-rata kecepatan angin 0,706 0,56 0,93 0,608
m 7 4 4 3 2 5 9 5
m/deti 0,17 0,15 0,15 0,16 0,20 0,22 0,24 0,30 0,25 0,18
u2 0,196 0,169
k 4 6 7 8 1 3 9 5 9 8
mm/h
Eo
ari
ETo Evapotranspirasi
mm/h
Metode Banley and Cridlle 3,42 3,35 3,28 3,07 3 2,84 2,7 2,9 3,04 3,21 3,2 3,35
ari
mm/h
Metode Radiasi 4,14 4 4,1 3,84 3,26 3,2 3 3,88 4,21 4,56 4,5 4,07
ari
mm/h 3,99 3,98 3,64 3,25 3,01 3,01 3,43 3,90 4,17 4,13
Metode Penman-Monteith 4,033 3,917
ari 9 3 6 2 5 7 5 7 9 7
mm/h 3,81 4,28 4,20 4,15 4,39 4,57 4,30 3,82
Metode Penman 3,577 4,4 4,32 3,381
ari 7 1 9 3 4 5 7 5
Evapotranspirasi merupakan gabungan peristiwa evaporasi dan
transpirasi, kedua proses ini merupakan perubahan air menjadi uap air
dari permukaan bumi ke atmosfer. Evaporasi padaumumnya berasal dari
sungai, danau, laut, waduk dan permukaan tanah. Sedangkan transpirasi
terjadi pada tanaman melalui sel stomata akibat dari proses metabolisme
tanaman.
Pendugaan evaporasi dapat dihitung dengan berbagai metode, yaitu (i)
Metode Blaney Criddle, (ii) Metode Radiasi; (iii) Metode Penman; dan (iv)
Penman Mointeith. Pendugaan dilakukan dengan data yang diperoleh dari
hasil pengamatan suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin. Berikut
tabel 4.1 data parameter cuaca di jubung yang digunakan untuk
melakukan percobaan keempat metode diatas.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai evapotranspirasi menggunakan
keempat pendugaan diperoleh garis yang berbeda. Nilai ET0 dengan Metode
Banley-Criddle cenderung lebih kecil dibandingkan dengan metode lainya.
Namum Metode Penman memiliki nilai ET0 lebih besar dibandingkan
dengan metode lainya, hal ini dikarenakan penggunaan persamaan yang
berbeda dalam perhitungan tiap metode. Sehingga hasil yang diperoleh
juga berbeda. Menurut Arifin (2017) Selain persamaan, koefisien konstanta
yang digunakan pada masing-masing metode juga mempengaruhi terhadap
hasil perhitungan. Keempat metode dapat digunakan sesuai dengan
kebutuhan dan data yang dimiliki untuk menghitung berapa banyak air
yang teruapkan melalui perantara tumbuhan ataupun paparan sinar
matahari langsung pada permukaan air.
3.4 Kebutuhan Air bagi Tanaman

Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang dibutuhkan


tanaman selama musim pertumbuhannya. Setiap jenis tanaman
mempunyai kebutuhan air tertentu. Akan tetapi dalam suatu jenis
tanaman tertentu, terdapat variasi kebutuhan air yang cukup
besar. Kebutuhan air tanaman terdiri atas transpirasi dan
evaporasi, biasanya disebut evapotranspirasi. (Soemarno, 2016)

Kebutuhan air harian suatu tanaman bervariasi dengan fase


pertumbuhan tanaman. Berikut tabel kebutuhan air untuk
tanaman padi.

Tabel 4.1 kebutuhan air bagi tanaman padi

Diperoleh nilai perkolasi 1,50 mm/hari nilai ini diperoleh dari


hasil interpretasi di lapang, dengan waktu pengolahan selama 40
hari sesuai data yang diperoleh dari UPT. Maka penjenuhan lapisan
atas adalah 200 mm hal ini dilihat berdasarkan jenis tanah yang
ada di lapang. Kebutuhan air di lapang untuk tanaman padi
memiliki rata-rata 8,605 mm/hari. Nilai tersebut cukup besar
untuk kebutuhan tanam dengan luasan 25 Ha. Dan sesuai dengan
data tata tanam hasil pertanian di lingkungan tersebut produktif
maka dapat dikatakan kebutuhan air pada wilayah DI klopogowok
tercukupi.

3.5 Tata tanam

Pengaturan pola tata tanam adalah kegiatan


m e n g a t u r a w a l m a s a t a n a m , j e n i s tanaman dan varitas
tanaman dalam suatu tabel perhitungan. Tujuan utama dari
penyusunan pola tanam adalah untuk mendapatkan besaran
kebutuhan air irigasi pada musim kemarau sekecil mungkin. Di
dalam penyusunan pola tata tanam dilakukan simulasi penentuan
awal tanam. Misalnya alternatif pertama, jika awal tanam padi pada
awal bulan Oktober, alternative kedua, jika awal tanam padi pada
awal bulan Nopember begitu seterusnya hingga alternatif ke
duabelas yang awal tanam padi dimulai pada awal !eptember. Dari
keduabelas alternative tadi dipilih alternatif yang "kebutuhan air
irigasi” nya paling rendah. Berikut data koefisien tanaman:

Tabel 4.2 Data koefisien tanaman

Interpretasi data tanaman menunjukkan :

(1) Awal tanam di mulai pada bulan januari dekade 1-3

(2) Jangka Waktu persiapan Lahan selama 10 hari


Penyusunan pola tata tanam dilakukan selama 1 tahun
dengan disisipi musim untuk tanaman palawija )tanaman jagung,
kacang, kedele, singkong atau ubi, misalnya pola tata tanam padi
pertama, sesudah padi pertama maka dilanjutkan dengan
pengolahan tanah untuk persiapan tanam padi kedua, sesudah
padi kedua panen, maka lahan ditanami dengan palawija, tidak
dengan padi lagi.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum menghitung kebutuhan air irigasi


pada wilayah bangsal adalah sebagai berikut:

1. Tanah pada daerah persawahan klopogowok3 termasuk


klasifikasi clay loam atau tanah dengan tekstur debu dan
memiliki tingkat kesuburan yang tinggi.
2. Rerata kebutuhan air pada tanaman di daerah bangsalsari
adalah sebesar 8,605 mm/hari.
3. Pola tata tanam yang digunakan di bangsalsari setiap
tahunnya berubah-ubah yaitu disesuaikan dengan masa
awal tanam dan jenis tanaman yang ditanam.
4.2 Saran
Sebaiknya pada saat pengerjaan laporan praktikan
diberi arahan dengan jelas terkait data yang harus digunakan
untuk laporan, dan dibimbing asisten. Jadi mahasiswa tidak
kebingungan dalam penyusunan laporan dan mendapat nilai
yang cukup baik.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2017. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan


Tanaman, Bina Aksara, Jakarta Asian Development Bank
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar ilmu tanah. Yogyakarta:
kanisius

Soemarno, Ryan. 2016. Pengelolaan lahan untuk kebun kopi.


Malang: Gunung Samudra.
LAMPIRAN
Lampiran penentuan tekstur tanah di DI Klopogowok3
Kebutuhan Air

Perhitungan E0
Data curah hujan pada 10 stasiun terdekat

Anda mungkin juga menyukai