Debit intake (debit pengambilan) adalah jumlah volume air persatuan waktu
atau disebut juga dengan debit yang disadap dari sungai dan kemudian dialirkan
ke saluran irigasi untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Debit intake ini
mempunyai satuan m3/det dan baru dapat ditentukan setelah terlebih dahulu
diketahui :
1. berapa besar kebutuhan air di sawah, baik untuk padi maupun untuk palawija,
2. berapa besar kebutuhan air pengambilan, baik untuk padi maupun untuk
palawija; dan
3. berapa luas areal sawah yang ingin diairi.
Kebutuhan air di sawah dapat dibedakan atas kebutuhan kotor air di sawah
(GFR = Gross Field Water Requirment), dan kebutuhan bersih air di sawah (NFR
= Net Field Water Requirment). Pada perhitungan GFR, besaran curah hujan
efektif tidak dimasukkan ke dalam perhitungan, yaitu mencakup faktor nomor 1
sampai dengan nomor 4. Sementara pada perhitungan NFR besaran curah hujan
efektif turut dimasukkan ke dalam perhitungan. Besarnya kebutuhan air di sawah
dinyatakan dalam satuan mm/hari.
1.1 Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan
Dibandingkan dengan kebutuhan air lainnya, kebutuhan air untuk penyiapan
lahan umumnya mempunyai nilai yang paling besar. Oleh karenanya, kebutuhan
maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi umumnya ditentukan berdasarkan
kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Besarnya kebutuhan air utuk penyiapan
lahan ditentukan oleh faktor-faktor berikut ini, yaitu:
1. jangka waktu untuk penyiapan lahan:
2. jumlah air untuk penjenuhan dan lapisan air,
𝑴 = 𝑬𝟎 + 𝑷 (2)
𝑴×𝑻
𝒌= 𝑺 (3)
dimana:
IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan, mm/hari;
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan
perkolasi di sawah yang telah dijenuhkan tanahnya, mm/hari;
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 Et0, mm/hari;
ET0 = Evapotranspirasi potensial tanaman acuan (dihitung dengan rumus Penman
Modifikasi), mm/hari;
P = perkolasi, mm/hari;
T = jangka waktu penyiapan lahan, hari;
S = jumlah air untuk pejenuhan dan lapisan air;
Tabel 1. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
M = E0 + P T = 30 hari T = 45 hari
mm/hari S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm
dimana:
ETc = Kebutuhan air untuk penggunaan konsumtif tanaman, mm/hari;
Kc = koefisien tanaman;
ET0 = Evapotranspirasi potensial tanaman acuan (dihitung dengan rumus Penman
Modifikasi), mm/hari
Pada perhitungan kebutuhan bersih air di sawah (NFR), diasumsikan bahwa
pemberian air di petak tersier dilakukan secara rotasi alamiah, yaitu ditetapkan
pengaturan air dilakukan per setengah bulanan. Oleh karenanya, kebutuhan air
untuk penggunaan konsumtif tanaman (ETc) dihitung untuk setiap setengah
bulanan berdasarkan koefisien tanaman yang berbeda pada setiap setengah
bulanan.
dimana:
ET0 = Evapotranspirasi tanaman acuan, mm/hari;
c = faktor yang menunjukkan pengaruh perbedaan kecepatan angin pada siang
dengan malam hari;
W = faktor pembobot;
Rn = energi radiasi bersih yang menghasilkan evaporasi, mm/hari;
f(u) = fungsi kecepatan angin rata-rata yang diukur pada ketinggian 2 m dengan
satuan kecepatan angin dalam km/hari;
(ea-ed) = perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap aktual, mbar.
1). faktor c
Tidak ada data yang membedadan kecapatan angin pada siang hari dan
malam hari siang hari, maka nilai c dianggap 1.
Jika Tmean 24,0°C, maka nilai ea adalah 𝑒𝑎 = 29,8 𝑚𝑏𝑎𝑟. Namun apabila
nilai temperature rata-rata tidak terdapat pada table tersebut dapat dihitung
dengan menggunakan rumus interpolasi linear:
𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛 − 𝑇1
𝑒𝑎 = [ ] × (𝑒𝑎 − 𝑒𝑎 ) + 𝑒𝑎
2 1 1
𝑇2 − 𝑇1
Untuk mencari nilai tekanan uap actual (ed) digunakan rumus yang
menyatakan besar kelembaban relative (Rh), yaitu:
𝑒𝑑
𝑅ℎ = × 100%, 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑅ℎ = 60%
𝑒𝑎
𝑒𝑑 = 𝑅ℎ × 𝑒𝑎 = 0,60 × 20,6 = 12,36 𝑚𝑏𝑎𝑟
3). Fungsi kecepatan Angin F(u):
Pengaruh angin terhadap ET0 yang dihitung dengan rumus penman
Modifikasi ditunjukkan dengan rumus,
𝐮
𝐅(𝐮) = 𝟎, 𝟐𝟕 × (𝟏 + ) (6)
𝟏𝟎𝟎
dimana u adalah kecepatan angin harian rata-rata dalam satuan km/hari yang
diukur pada ketinggian 3 m. Nilai f(u) tersebut dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus diatas, apabila kecepatan angin diukur tidak pada
ketinggian 3 m, maka kecepatan angin tersebut dikoreksi terlebih dahulu
dengan factor yang terdapat pada Tabel4.
𝑓(𝑢) = 0,7501
4). Factor pembobot (W) dan (1-W)
Faktor pembobot W menjelaskan bobot pengaruh perubahan tekanan, dan
energi radiasi terhadap ET0 secara matematis dapat dihitung:
∆
𝑾=
∆+𝜸 (7)
dimana:
Δ = gradien perubahan tekanan uap terhadap perubahan temperatur;
γ = konstanta psychrometric.
Nilai W ini dapat juga diperoleh dari table 6 dibawah ini, yaitu berdasarkan
posisi ketinggian daerah yang diamati dan temperature udara rata-rata.
Tahap 1:
Pada ketinggian z = 0 m, dicari nilai W untuk T = 24,0 °C. Dari Tabel 5,
𝑊 = 0,73
Tahap 2:
Pada ketinggian z = 500 m, dicari nilai W untuk T = 24,0 °C. Dari Tabel 5,
𝑊=0,74
Tahap 3:
Pada ketinggian z = 90 dicari nilai W untuk T = 24,0 °C. Dari perhitungan
diatas maka:
𝑧−𝑧1
𝑊=( )× −𝑊 )+𝑊
(𝑊
𝑧2−𝑧1 2 1 1
90−0
𝑊=( ) × (0,74 − 0,73) + 0,73
500−0
𝑊 = 0,7318
𝑊 ≈ 0,73
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai W = 0,73, maka nilai (1-W) = 0,2682.
dimana:
Ra = radiasi yang sampai pada lapisan atas atmosfir, mm/hari;
Rs = radiasi matahari yang sampai ke bumi, mm/hari;
Rns = radiasi bersih matahari gelombang pendek, mm/hari;
Rn1 = radiasi bersih gelombang Panjang, mm/hari;
Rn = radiasi bersih, mm/hari;
n/N = perbandingan jam cerah actual dengan jam cerah teoritis, yang
besarnya sama dengan persentase penyinaran matahari;
P = kebutuhan air untuk perkolasi dan rembesan, mm/hari.
Tabel 6. Nilai Ra ekivalen dengan evaporasi dalam mm/hari
Lintang
Jan Feb mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Utara °
28
9,3 11,1 13,4 15,3 16,5 16,8 16,7 15,7 14,1 12 9,9 8,8
29
9,1 10,9 13,3 15,3 16,5 16,9 16,8 15,7 14,0 11,8 9,7 8,6
30 8,8 10,7 13,1 15,2 16,5 17 16,8 15,7 13,9 11,6 9,5 8,3
Bulan Januari,
29−28
Ra = ( ) × (9,3 – 8,8) + 8,8 = 9,1
30−28
Dari contoh di atas, daerah pengamatan terletak pada posisi 29 °LU, memiliki
persentase penyinaran matahari (n/N) = 86%, temperature udara rata-rata (T)
= 24,0 °C dan tekanan uap actual ed = 21,45 mbar, maka:
Dapat dihitung nilai n/N/100:
𝑒𝑑−𝑒𝑑1
𝑓(𝑒𝑑) = ( ) × (𝑓(𝑒𝑑)
𝑒𝑑2−𝑒𝑑1 2 − ) + 𝑓(𝑒𝑑)1
𝑓(𝑒𝑑)1
21,456−20
𝑓(𝑒𝑑) = ( ) × (0,13 − 0,14) + 0,14
22 −20
𝑓(𝑒𝑑) = 0,136
𝑓(𝑛/𝑁) = 0,874
Setelah diperoleh nilai f(T) = 15,4 ; f(ed) = 0,133 ; dan f(n/N) = 0,878 ;
maka dengan menggunakan rumus 10 diperoleh:
𝑅𝑛1 = 𝑓(𝑡) × 𝑓(𝑒𝑑) × 𝑓(𝑛/𝑁)
𝑅𝑛1 = 15,4 × 0,136 × 0,874
𝑅𝑛1 = 1,841 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
f) Dengan menggunakan rumus 11 dan nilai Rns = 8,415 mm/hari dan Rn1 =
1,84 mm/hari, diperoleh:
𝑅𝑛 = 𝑅𝑛𝑠 − 𝑅𝑛1
𝑅𝑛 = 8,415 – 1,84
𝑅𝑛 = 6,99 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
a) Dengan menggunakan data ini, kc = 1,2 dan ET0 = 3,97 mm/hari, maka:
𝑹𝟖𝟎%(𝒔𝒆𝒕𝒆𝒏𝒈𝒂𝒉 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏𝒂𝒏)
𝑹𝒆(𝑷𝒂𝒅𝒊) = 𝟎, 𝟕𝟎 × 𝟏𝟓 (12)
𝑹50%(𝒔𝒆𝒕𝒆𝒏𝒈𝒂𝒉 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏𝒂𝒏)
𝑹𝒆(𝑷𝒂𝒍𝒂𝒘𝒊𝒋𝒂) = 𝟎, 𝟕𝟎 ×
𝟏𝟓 (13)
Dimana:
Re = hujan efektif, mm/hari;
𝑅80% = (setengah bulanan) = hujan setengah bulanan berpeluang terpenuhi 80%
dalam satuan mm.
𝑅50% = (setengah bulanan) = hujan setengah bulanan berpeluang terpenuhi 50%
dalam satuan mm.
𝑅𝑒 = 1,82 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
1.6 Perhitungan Kebutuhan Air di Sawah untuk Padi
Kebutuhan air bersih di awah (NFR) untuk padi dihitung dengan rumus
𝑵𝑭𝑹 = 𝑰𝑹 − 𝑹𝒆 (15)
atau
𝑵𝑭𝑹 = 𝑬𝑻𝒄 + 𝑾𝑳𝑹 + 𝑷 − 𝑹𝒆 (16)
dimana:
IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan, mm/hari;
Re = hujan efektif, mm/hari;
ETc = kebutuhan air unutk penggunaan konsumtif tanaman, mm/hari;
WLR = kebutuhan air untuk pergantian lapisan air, mm/hari;
P = kebutuhan air untuk perkolasi dan rembesan, mm/ha
𝑵𝑭𝑹
𝑫𝑹 = 𝒆𝒇×𝟖,𝟔𝟒 (17)
Dimana:
DR = kebutuhan pengambilan, I/det/ha;
NFR = kebutuhan bersi air sawah,
mm/hari;
Er = efisiensi irigasi, biasanya diambil sebesar 65%;
1/8,64 = angka konversi satuan mm/hari menjadi I/det/ha.
Debit intake untuk padi adalah debit yang disadap dan kemudian dialirkan
ke dalam daluran irigasi untuk memenuhi kebutuhan air irigasi saat menanam
padi. Satuan debit intake ini adalah m 3/det dan dapat dihitung dengan rumus di
bawah ini.
𝑫𝑹×𝑨
𝑸= 𝟏𝟎𝟎𝟎 (18)
dimana:
Q = debit intake, m3/det
DR = kebutuhan pengambilan, I/det/ha
A = luas areal irigasi, ha;
1/1000 = angka konvensi satuan liter ke m3.
4. KEBUTUHAN AIR DI SAWAH UNTUK PALAWIJA
Selain kebutuhan untuk pergantian lapisan air, kebutuhan air di sawah untuk
palawija ditentukan oleh faktor-faktir yang sama sepertipasi, yaitu sebagai
berikut.
1. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan;
2. Kebutuhan air untuk pengguankaan konsumtif tanaman;
3. Kebutuhan air untuk perlolasi dan rembesan; dan
4. Curah hujan efektif.
𝑹5𝟎%(𝒔𝒆𝒕𝒆𝒏𝒈𝒂𝒉 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏𝒂𝒏)
𝑹𝒆(𝑷𝒂𝒍𝒂𝒘𝒊𝒋𝒂) = 𝟎, 𝟕𝟎
× 𝟏𝟓
Dimana:
Etc = kebutuhan air untuk penggunaan konsumtif tanaman, mm/hari;
P = kebutuhan air untuk perlokasi dan rembesan, mm/hari;
Re = hujan efektif, mm/hari.
5. KEBUTUHAN PENGAMBILAN UNTUK PALAWIJA
Sama seperti padi, kebutuhan pengambilan untuk palawija dihitung dengan
rumus:
𝑵𝑭𝑹
𝑫𝑹 = 𝒆𝒇×𝟖,𝟔𝟒 (21)
Dimana:
DR = kebutuhan pengambilan, I/det/ha;
NFR = kebutuhan bersi air sawah,
mm/hari;
Er = efisiensi irigasi, biasanya diambil sebesar 65%;
1/8,64 = angka konversi satuan mm/hari menjadi I/det/ha.
𝑫𝑹×𝑨
𝑸= 𝟏𝟎𝟎𝟎 (22)
dimana:
Q = debit intake, m3/det;
DR = kebutuhan pengambilan, I/det/ha
A = luas areal irigasi, ha;
1/1000 = angka konvensi satuan liter ke m3.