NFR palawija = Cu + P - ER
Ket :
GFR = gross farm requirement
NFR = net farm requirement
• Besarnya kebutuhan air di sawah bervariasi
menurut jenis dan umur tanaman dan
bergantung kepada cara pengolahan lahan.
• Besarnya kebutuhan air di sawah dinyatakan
dalam mm/ hari.
1. Penyiapan lahan
• Penyiapan lahan hanya dilakukan untuktanaman padi
• Faktor yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk
penyiapan lahan adalah :
1. Lama waktu penyiapan lahan
2. Jumlah air untuk penyiapan lahan
• Untuk seluruh petak tersier, dianjurkan untuk
menyediakan waktu untuk penyiapan lahan
selama 1,5 bulan (45 hari)
• Bila penyiapan lahan dilakukan dengan peralatan mesin
(mekanis), maka jangka waktu satu bulan (30 hari)
dapat dipertimbangkan.
• Kebutuhan air untuk pengolahan lahan (puddling)
bisa diambil 200 mm, ini untuk penjenuhan
(presaturation). Dan untuk keperluan
penggenangan sawah pada awal transplantasi
akan ditambahkan lapisan air 50 mm lagi.
• Angka 200 mm di atas mengandaikan bahwa
tanah itu tidak ditanami selama lebih dari 2,5
bulan. Jika tanah itu dibiarkan bero lebih lama
lagi, maka kebutuhan air untuk penyiapan lahan
dinaikkan menjadi 250 mm.
• Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat
diperoleh dari tabel (1) atau dihitung dengan rumus
Van de Goor dan Ziljstra (1968) dengan rumus :
IR = kebutuhan air di sawah (mm/hr)
M = Kebutuhan air untuk menggantikan air yg hilang
akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah
dijenuhkan (mm/hr)
Eo = evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan
(mm/hr)
P = perkolasi (mm/hr)
T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = kebutuhan air untuk penjenuhan sebesar
(200 atau 250)mm + 50mm untuk lapisan genangan.
Tabel kebutuhan air untuk penyiapan lahan
Tabel (1)
Eo + P T = 30 hari T = 45 hari
mm/hari S 250 mm S 300 mm S 250 mm S 300 mm
5 11.1 12.7 0.4 9.5
5.5 11.4 13 8.8 9
6 11.7 13.3 9.1 10.1
6.5
12 13.6 9.4 10.4
7 12.3 13.9 9.8 10.8
7.5 12.6 14.2 10.1 11.1
8
13 14.5 10.5 11.4
8.5
13.3 14.8 10.8 11.8
9 13.6 15.2 11.2 12.1
9.5 14 15.5 11.6 12.5
10 14.3 15.8 12 12.9
10.5 14.7 16.2 12.4 13.2
11 15 16.5 12.8 13.6
Kacang 130 0.3 0.51 0.66 0.85 0.95 0.95 0.95 0.55 0.55
tanah
Bawang 70 0.5 0.54 0.69 0.69 0.9 0.95
kapas 195 0.5 0.5 0.58 0.75 0.91 1.04 1.05 1.05 1.05 0.78 0.65 0.65 0.65
Sumber : FAO Guideline for Crop Water Requirements (Ref. FAO, 1977)
3. Perkolasi dan rembesan
• Perkolasi ini dipengaruhi antara lain oleh:
a. Tekstur tanah, tanah dengan tekstur halus mempunyai
angka perkolasi yang rendah, sedangkan tanah dengan
tekstur yang kasar mempunyai angka perkolasi yang
besar.
b. Permeabilitas tanah
c. Tebal lapisan tanah bagian atas, makin tipis lapisan tanah
bagian atas ini makin rendah/kecil angka perkolasinya.
• Perkolasi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
perkolasi vertikal dan horizontal. Menurut hasil
penelitian di lapangan, perkolasi vertikal lebih kecil
dari pada perkolasi horizontal, angkanya berkisar
antara 3 sampai 10 kali, hal ini terutama untuk sawah-
sawah dengan keadaan lapangan yang mempunyai
kemiringan besar yaitu sawah-sawah dengan teras-
teras.
• Akan tetapi perkolasi horizontal ini, masih dapat
dipergunakan lagi oleh petak sawah di bawahnya
sehingga perkolasi horizontal tidak diperhitungkan
sebagai kehilangan.
• Di Jepang menurut hasil penelitian di lapangan, angka-
angka perkolasi untuk berbagai jenis tanah disawah
dengan lapisan tanah bagian atas (top soil) lebih tebal dari
50 cm adalah sebagai berikut (Rice Irrigation in Japan,
OTCA 1973)
Tabel (4)
Macam Tanah Perkolasi Perkolasi Vertikal (mm/hari)
Tabel (5)
Tabel (6)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Tahunan
No Tahun
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II (mm)
1 1992 123 146 140 189 157 97 105 29 0 9 1 0 1 2 0 2 11 54 28 39 5 145 117 96 1497
2 1993 120 211 228 23 16 55 83 13 24 0 14 3 0 0 0 0 0 3 12 23 20 68 114 323 1353
3 1994 38 144 179 135 224 126 58 0 2 0 0 0 0 6 0 0 4 0 2 0 1 59 153 36 1170
4 1995 140 148 126 120 111 85 60 7 14 6 3 1 3 2 0 0 10 0 20 11 167 116 150 44 1345
5 1996 84 55 125 169 130 31 36 24 46 0 0 0 13 2 5 0 0 3 1 45 41 42 72 29 950
6 1997 137 59 188 264 81 0 36 3 45 1 11 2 2 0 0 0 0 35 11 78 3 27 143 109 1237
7 1998 204 51 38 60 76 211 124 145 0 3 45 4 66 29 1 0 3 137 14 363 137 85 74 189 2058
8 1999 154 176 107 85 131 165 64 10 19 0 0 1 2 0 2 2 0 0 18 73 102 65 196 58 1431
9 2000 184 174 53 83 53 90 208 74 111 8 2 0 0 0 0 0 0 0 134 51 312 64 93 3 1698
3. Jadi hujan dengan peluang 80% (R80) adalah seluruh data pada tahun 1994,
sedangkan R50 adalah seluruh data tahun 1993
Efisiensi =
=
= 74,19 %
• Untuk keperluan perencanaan, besarnya efisiensi
di saluran ditetapkan berdasarkan KP01, adalah
sebagai berikut :
− saluran tersier : 80 %
− saluran sekunder : 90 %
− saluran primer : 90 %
Efisiensi irigasi total (C)= 80% x 90% x 90% = 65 %
Kebutuhan air di bangunan pengambilan
•• Kebutuhan
air irigasi pada pintu pengambilan dapat
dihitung dengan persamaan :
DR =
DR = kebutuhanair irigasipadapintupengambilan
(lt/dt/ha),
NFR = kebutuhanair irigasipadalahanpertanian (mm/hari),
eff = efisiensiirigasi.
8,64 = faktorkonversidari mm/harikelt/dt/ha.
Ringkasan Langkah-langkah
perhitungan kebutuhan air
1. Menentukan besarnya nilai evapotranspirasi
potensial daerah setempat, dengan menggunakan
data klimat dan diolah menggunakan metode
Penman, radiasi, thornthwaite, atau yang lain.
2. Menentukan koefisien tanaman (kc) berdasarkan
berdasarkan tabel FAO atau NEDECO (tabel 2 atau 3) .
3. Menentukan penggunaan konsumtif tanaman (Cu),
didapatkan dengan cara mengalikan koefisien
tanaman (kc) dengan angka evapotranspirasi
potensial (ETo).
3. Menentukan kebutuhan air untuk persiapan
lahan, biasanya ditentukan berdasarkan
kondisi kekeringan lahan serta kebiasaan
petani. Besarnya 200 + 50 mm untuk
genangan, atau 250 mm utk tanah kering
berat/pecah2 + 50mm untuk genangan.
4. Selanjutnya dihitung kebutuhan air selama
penyiapan lahan dengan persamaan Van Goor
dan Ziljstra atau baca tabel 1.
5. Menentukan nilai perkolasi. Nilai perkolasi untuk
daerah NTB (biasanya diambil) sebesar 2,0
mm/hari.
6. Menentukan evaporasi selama penyiapan lahan
yang didapatkan dari mengalikan nilai
evapotranspirasi potensial dengan koefisien 1,1.
7. Penggantian lapisan air dilakukan sebanyak 2 kali
masing-masing 50 mm pada saat sebulan dan dua
bulan setelah transplantasi (atau 3,33mm/hari
selama setengah bulan).
8. Menentukan hujan efektif R eff dengan rumus : (0,7
x R80)/Jumlah hari setengah bulanan.
− R80 adalah hujan dengan probabilitas 80%,
untuk tanaman padi.
− R50 adalah hujan dengan probabilitas 50% untuk
tanaman palawija.
9. Menentukan kebutuhan air irigasi di sawah yaitu dengan
cara mengurangi total kebutuhan air dengan hujan
efektif.
10. Mengkonversi satuan kebutuhan air di sawah dari
mm/hari menjadi l/dt/ha dengan cara membagi
kebutuhan air irigasi dengan 8,64. (lihat contoh
hitungan).
11. Menentukan kebutuhan air di intake (DR) yaitu dengan
cara membagikan kebutuhan air di sawah dengan
efisiensi irigasi. Nilai efisiensi irigasi keseluruhan adalah
0,65.
Kebutuhan air untuk tanaman palawija
1. Perhitungan kebutuhan air untuk tanaman
palawija sama dengan perhitungan kebutuhan air
untuk padi, hanya saja R efektif untuk palawija
adalah R50.
2. Selain itu tanaman palawija tidak membutuhkan
air untuk pengolahan lahan serta pergantian
lapisan air.