Keterangan :
Drz : Dept of root zone (kedalaman daerah perakaran)
SFI : Surface flow into the control volume
I : Irrigation (air untuk irigasi (untuk tanaman)
P : Precipitation (hujan yang meresap kedalam tanah)
ET : Evapotranspiration (penguapan dan untuk kebutuhan tanaman (lihat kebutuhan air)
GW : Ground water seepage (tirisan air tanah daya kapilaritas)
DP : Deep perkcolation (perkolasi)
L : Leaching requirement (pencucian, aliran dalam tanah)
LI : Leaching in
Page 15
LO : Leaching out
RO : Run off
𝜃f : Batas akhir (final)
𝜃i : Batas awal (initial)
Page 16
3.2.1 Penyiapan lahan (LP)
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (IR atau Irrigation Requirement atau Land
Preparation) umumnya menentukan kebutuhan maksimum air irigasi pada suatu proyek.
Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan
adalah:
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan
lahan.
b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.
Untuk perhitungan air irigasi selama penyiapan lahan, digunakan metode yang
dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijltra, metode tersebut didasarkan pada laju air
konstan selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus sebagai berikut:
𝑀×𝑒 2
𝐼𝑅 = (𝑒 2 −1)
.................................................................................................................... (3.5)
𝑀 = 𝐸𝑜 + 𝑃................................................................................................................... (3.6)
𝑀×𝑇
𝐾= ..................................................................................................................... (3.7)
𝑆
Keterangan:
IR = kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan (mm/hr)
M = kebutuhan air untuk menggantikan kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi
disawah yang sudah jenuh (mm/hr)
Eo = evaporasi didaerah terbuka yang diambil 1,1 Eto selama penyiapan lahan (mm/hr)
P = harga perkolasi 2 mm - 6 mm (diambil 2 mm).
T = jangka waktu penyiapan lahan (30 hari)
S = kebutuhan air untuk penjenuhan (300 mm)
e = bilangan dasar, eksponensial (2,718281828)
Kebutuhan Air Irigasi selama Penyiapan lahan, diberikan oleh Dirjen Pengairan Dep.
PU seperti Tabel 3.1 berikut:
Page 17
Tabel 3.1 Kebutuhan Air selama Penyiapan Lahan
Eo + P T = 30 hari T = 45 hari
mm/hr S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm
5,0 11,10 12,70 8,40 9,50
5,5 11,40 13,00 8,80 9,80
6,0 11,70 13,30 9,10 10,10
6,5 12,00 13,60 9,40 10,40
7,0 12,30 13,90 9,80 10,80
7,5 12,60 14,20 10,10 11,10
8,0 13,00 14,50 10,50 11,40
8,5 13,30 14,80 10,80 11,80
9,0 13,60 15,20 11,20 12,10
9,5 14,00 15,50 11,60 12,50
10,00 14,30 15,80 12,00 12,90
10,50 14,70 16,20 12,40 13,20
11,00 15,00 16,50 12,80 13,60
Sumber : Ditjen. Pengairan, DPU 1986
Page 18
3.2.3 Perkolasi (P)
Laju perkolasi (P) sangat bergantung pada sifat tanah. Pada tanah-tanah lempung
berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi rata-rata dapat mencapai 1
mm/hari sampai dengan 5 mm/hari. Sedangkan pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju
perkolasi bisa lebih tinggi, sampai 7 mm/hari (Dirgen Pengairan Dep. PU, 1986 : hal 165).
Besarnya perkolasi, menurut Bardan, M., 1990, diperhitungkan sesuai dengan jenis
tanaman padi dan umur tanamannya, harga perkolasi disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.2 Nilai perkolasi (P) sesuai dengan jenis tanamannya (padi)
Bulan ke 1 2 3 4 5 6
Padi dalam (mm/hr) 0 6 5 4 2 0
Padi genjah (mm/hr) 0 5 4 2 0 0
Sumber : Bardan, M., 1990
Pada umumnya pemberian air untuk tanaman padi disesuaikan dengan periode
(berumur 2 mingguan = 15 hari) waktu dan tahap awal penanaman disesuaikan pada awal
musim penghujan, sehingga efektifitas pemanfaatan air secara maksimal harus
diperhitungkan dengan melakukan simulasi, berikut dengan peraturan golongan (giliran
teknis atau rotasi teknis).
Page 19
masing 50 mm/bulan (1,7 mm/hari selama 1 bulan) diberikan sebulan setelah tanam dan 2
bulan setelah transplantasi (Dirjen Pengairan, Dep. PU, 1986: hal 165).
Pada saat penyiapan lahan, berarti pada saat akan memulai menanam, diperoleh nilai
IR atau LP (Irrigation Requirement atau Land Preparation) yang menggantikan nilai WLR +
P dan Etc, sehingga yang diperhitungkan tinggal :
NFR = LP – Re ..................................................................................... (3.9)
Lama waktu pengerjaan lahan, menentukan koefisien tanamannya, Tabel 3.4 berikut
menunjukan pengerjaan lahan selama 1 (satu) bulan, masa awal tanam diperkirakan mulai
Oktober 1, umur padi 3,5 (tiga setengah) bulan dengan dua kali tanam. Sedangkan untuk
pengerjaan lahan selama 45 hari (1,5 bulan) diperhitungkan seperti dalam Tabel 3.5 berikut.
Bulan c1 c2 kc
Oktober 1 LP LP LP
Oktober 2 1,10 LP LP
Februari 1 LP LP LP
Februari 2 1,10 LP LP
Page 20
Tabel 3.5 Nilai kc untuk penyiapan lahan selama 1,5 (satu setengah) bulan.
Periode 2
c1 c2 c3 kc
mingguan
1 LP LP LP LP
2 1,10 LP LP LP
3 1,10 1,10 LP LP
4 1,05 1,10 1,10 1,08
5 1,05 1,05 1,10 1,07
6 0,95 1,05 1,05 1,02
7 0,00 0,95 1,05 0,67
8 0,00 0,95 0,32
0,00 0,00
Sumber : Bardan, M., 1990
Keterangan :
Re = curah hujan efektif (mm/hr)
R80 = curah hujan rata-rata tengah bulanan dengan kemungkinan tidak terpenuhi(mm/bln)
Page 21
∑ 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
𝑒𝑓 = ∑ 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛
× 100% ................................................................................ (3.11)
Untuk tujuan perencanaan,dianggap bahwa seperempat sampai sepertiga dari jumlah air
ang diambil akan hilang sebelum air itu sampai disawah. Kehilangan ini kemungkinan bias
disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, terjadinya Evaporasi di lahan dan rembesan.
Kehilangan akibat Evaporasi dan rembesan umumnya kecil saja jika dibandingkan dengan
jumlah kehilangan air akibat kegiatan eksploitasi, perhitungan hanya dilakukan apabila
kelulusan tanah cukup tinggi.
Menurut Dirjen Pengairan, Dep. PU, 1986: hal 6, pada umumnya kehilangan air
dijaringan irigasi dapat dikelompokan menjadi:
a. Antara 15% sampai 22,5% di petak tersier, antara bangunan sadap tersier dan sawah
b. Antara 7,5% sampai 12.5% di saluran sekunder.
c. Antara 7,5% sampai 12,55 di saluran primer.
Secara keseluruhan Efisiensi Irigasi adalah antara 59% sampai 73%.
Jika mengacu pada bagian penunjang untuk standar perencanaan irigasi, Dep. P.U
1986: hal 10, besarnya efisiensi irigasi adalah pada saluran primer sebesar 90%, saluran
sekunder sebesar = 90% dan saluran tersier sebesar 80%, sehingga efisiensi keseluruhan
adalah 65%.
𝐻
𝑄 = 𝛼 × 𝐴 × 𝑇 ...................................................................................................... (3.12)
Keterangan:
Q = debit andalan (m3/detik)
𝛼 = koefisien yang besarnya = 0,52
A = luas lahan (km2)
H = curah hujan rata-rata (mm)
T = waktu sesuai umur bulan (hari)
Page 22
3.2.8 Evapotranspirasi (ETo)
Dari beberapa cara perhitungan evapotranspirasi (ETo), dapat dikelompokkan
menjadi 4 metode, antara lain :
a. Metode “Aerodynamic”, yang dikembangkan oleh Dalton.
b. Metode “Energy Balance”.
c. Metode “Combination”, merupakan kombinasi antara Aerodynamic dengan Energy
Balance yang dikembangkan oleh Penman.
d. Metode “Empirical”, yang dikembangkan oleh Thornthwaite
Evapotranspirasi (ETo) adalah kondisi evaporasi berdasarkan keadaan meteorologi
seperti: Temperatur (°C), lama matahari bersinar dalam persen (%), kelembaban udara (Rh)
dalam persen (%) dan kecepatan angin mil/hari. Lebih lanjut untuk menghitung
evapotranspirasi digunakan kombinasi dua metode yaitu aerodynamic dan keseimbangan
energi, metode ini terutama dikembangkan oleh Penman yang telah disederhanakan:
H 0,27 Ea
ETo ................................................................................... (3.13)
0,27
Dengan :
Ea = 0,35 (ea-ed) (k + 0,012 U2)
H RA(1 r )(018 0,55n / D) T (0,56 0092 ed )(0,10 0,90n / D)
Keterangan :
Δ = slope (lengkung) tekanan uap pada temperature udara rata – rata (mm/Hg)
ΔσT 4 = black body radiation pada temperature udara rata – rata (mm H2O perhari)
ea = tekanan uap (mmHg)
ed = tekanan uap aktual (mmHg)
= h . ea dengan h = relative humadity dalam %
Page 23
H = besaran untuk drying power dari udara
Ea = evaporasi (mm H2O perhari)
RA = solar radiation ((mmHg perhari)
r = reflection coefficient of surface
(1 – r) = penyerapan radiasi
k = roughness of the evaporating surface
n/D = ratio of actual to possible hours of bright sunshine (%)
n = lamanya matahari bersinar secara nyata
D = lamanya matahari bersinar secara maksimal
U2 = kecepatan angin pada ketinggian 2 m diatas permukaan tanah (mile/hari)
T = temperatur udara rata-rata (°C)
Dari empat metode yang dikembangkan untuk menghitung kebutuhan air secara
langsung yaitu hasil pada tabel berikut (Hansen, 1992. Buku Irigasi Bangunan Air).
Page 24
Tabel 3.7 Koefisien tanaman untuk tanaman padi sesuai umurnya
Nedeco / Prosida FAO
Umur tanaman
Varietas Varietas
(bulan) Varietas Biasa Varietas Biasa
Unggul Unggul
0,5 1,20 1,10
1,0 1,20 1,20 1,10 1,10
1,5 1,32 1,27 1,10 1,10
2,0 1,40 1,33 1,10 1,05
2,5 1,35 1,30 1,10 1,05
3,0 1,24 1,30 1,05 0,95
3,5 1,12 0 0,95 0
4,0 0 0
Sumber : Dirjen Pengairan, Dep. PU, 1986
Perlu dicatat bahwa ternyata besarnya Koefisien tanaman menurut Tabel 3.7 sesuai
dengan metode perhitungan rumus ET Penman, sedangkan untuk beberapa macam tanaman
yang lain disajikan dalam Tabel 3.8 koefisien beberapa tanaman menurut Hansen 1992,
sedangkan Tabel 3.9 koefisien beberapa tanaman menurut FAO. Serta dalam Tabel 3.10 nilai
a dan b sesuai phase 1 dan Tabel 3.11 umur phase untuk beberapa jenis tanaman.
Page 25
Tabel 3.9 Koefisien untuk beberapa tanaman sesuai dengan metode perhitungan ET menurut FAO
Jenis Tanaman
No. Phase Kentang Buncis Gamdum Terigu Jagung Kapas
(Potato) (Beans) (Oat) (Wheat) (Corn) (Cotton)
1 Awal penanam 25 20 15 15 30 30
2 Periode pertumbuhan 30 30 25 30 50 50
3 Masa pemeliharaan 30 40 50 65 60 60
4 Menjelang panen 20 20 30 40 40 55
Umur Tanaman (hari) 105 110 120 150 180 195
Sumber : James, 1988
Page 26
Tabel 3.12 Arah dan Kecepatan Angin (mile/hr)
BULAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
TAHUN
1996 5 5 5 5 5 5 5 6 6 5 5 5
1997 6 6 5 5 5 6 6 5 6 5 5 5
1998 5 5 5 5 5 4 5 6 5 5 5 5
1999 5 5 5 6 6 6 5 5 5 5 6 5
2000 5 5 6 5 5 5 6 6 6 5 5 5
2001 5 6 5 5 5 5 6 7 6 5 6 6
2002 5 5 5 5 5 6 6 7 7 6 6 5
2003 6 5 5 5 6 6 6 6 6 6 5 6
2004 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 5 6
2005 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 5 6
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Iskandar Pangkanbun,2005
Tabel 3.13 Data Arah Dan Kecepatan Angin Rata-Rata Bulanan (U2) (-1)
BULAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
TAHUN
1996 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 5,0 5,0 4,0 4,0 4,0
1997 5,0 5,0 4,0 4,0 4,0 5,0 5,0 4,0 5,0 4,0 4,0 4,0
1998 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 3,0 4,0 5,0 4,0 4,0 4,0 4,0
1999 4,0 4,0 4,0 5,0 5,0 5,0 4,0 4,0 4,0 4,0 5,0 4,0
2000 4,0 4,0 5,0 4,0 4,0 4,0 5,0 5,0 5,0 4,0 4,0 4,0
2001 4,0 5,0 4,0 4,0 4,0 4,0 5,0 6,0 5,0 4,0 5,0 5,0
2002 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 5,0 5,0 6,0 6,0 5,0 5,0 4,0
2003 5,0 4,0 4,0 4,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 4,0 5,0
2004 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 4,0 5,0
2005 4,0 4,0 4,0 4,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 4,0 5,0
Σ 42,0 42,0 41,0 41,0 43,0 45,0 47,0 50,0 49,0 44,0 43,0 44,0
Rata-Rata 4,2 4,2 4,1 4,1 4,3 4,5 4,7 5,0 4,9 4,4 4,3 4,4
U2 116,0 116,0 113,2 113,2 118,8 124,3 129,8 138,1 135,3 121,5 118,8 121,5
Sumber: Data Hasil Perhitungan
Page 27
b. Temperatur (T)
Hasil diperoleh dari rata–rata data temperatur udara per bulannya.
Untuk bulan Januari = jumlah temperatur pada bulan Januari / jumlah data
= 282,1/10
= 28,21 °C
BULAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
TAHUN
1996 25,9 25,9 27,6 26,8 27,2 26,7 26,2 25,7 26,5 25,9 26,5 25,9
1997 26,4 26,2 26,9 26,4 26,9 27 25,9 26,2 25,7 26,2 26,5 27
1998 26,8 27,3 26,9 27,3 27,5 26,9 26,7 26,2 26 26,7 26,1 26
1999 25,7 26,4 26,3 26 26,4 26,2 25,5 25,7 25,8 26,2 25,9 25,8
2000 25,5 26,3 26,7 26,2 26,9 26,2 25,9 26,2 26,6 26,4 26,4 26,4
2001 26,2 26,5 26,4 26,5 27,4 26,6 26,5 26,6 26,8 26,6 26,2 26
2002 26,3 26,9 26,6 26,5 27,4 26,4 27 26,2 26,2 26,8 26,3 26,6
2003 26,4 26,5 26,5 26,5 27,2 27,9 26 26,4 26,7 26,6 26,1 26,1
2004 26,3 26,5 26,5 27 27,3 26,5 25,8 23,6 26,7 26,7 26,8 26,1
2005 26,6 26,4 26,7 26,3 27,1 26,9 26,1 24,3 26,8 26,4 26,8 26,1
Sumber: Badan Meteorologi Stasiun Meteorologi Iskandar Pangkalan Bun
BULAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
TAHUN
1996 27,9 27,9 29,6 28,8 29,2 28,7 28,2 27,7 28,5 27,9 28,5 27,9
1997 28,4 28,2 28,9 28,4 28,9 29,0 27,9 28,2 27,7 28,2 28,5 29,0
1998 28,8 29,3 28,9 29,3 29,5 28,9 28,7 28,2 28,0 28,7 28,1 28,0
1999 27,7 28,4 28,3 28,0 28,4 28,2 27,5 27,7 27,8 28,2 27,9 27,8
2000 27,5 28,3 28,7 28,2 28,9 28,2 27,9 28,2 28,6 28,4 28,4 28,4
2001 28,2 28,5 28,4 28,5 29,4 28,6 28,5 28,6 28,8 28,6 28,2 28,0
2002 28,3 28,9 28,6 28,5 29,4 28,4 29,0 28,2 28,2 28,8 28,3 28,6
2003 28,4 28,5 28,5 28,5 29,2 29,9 28,0 28,4 28,7 28,6 28,1 28,1
2004 28,3 28,5 28,5 29,0 29,3 28,5 27,8 25,6 28,7 28,7 28,8 28,1
2005 28,6 28,4 28,7 28,3 29,1 28,9 28,1 26,3 28,8 28,4 28,8 28,1
Σ 282 285 287 286 291 287 282 277 284 285 284 282
Rata-rata 28,21 28,49 28,71 28,55 29,13 28,73 28,16 27,71 28,38 28,45 28,36 28,20
Page 28
c. Kelembapan Udara (Rh)
Caranya sama seperti diatas, yaitu dengan merata–ratakan data per-sentase
kelembaban udara per bulannya.
Untuk bulan Januari = jumlah kelembaban udara pada bulan Januari / jumlah data
= 866 /10
= 86,6 %
Σ 866 859 870 877 856 854 848 830 833 860 874 875
Rata-rata 86,6 85,9 87,0 87,7 85,6 85,4 84,8 83,0 83,3 86,0 87,4 87,5
Page 29
d. Nilai Tekan Uap Jenuh Pada Suhu Rata-Rata (ea)
Ketentuan ∆ mmHg, σT4 dan ea berdasarkan suhu dapat diliat pada Tabel 3.16
berikut.
Tabel 3.16 Ketentuan Nilai ∆ mmHg, σT4 dan ea, Sesuai Temperatur Bulanan
Temp
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
˚C
∆mmHg 0,34 0,39 0,43 0,48 0,54 0,60 0,67 0,75 0,83 0,92 1,01
σT4 12,90 13,30 13,70 14,50 14,80 14,90 15,40 15,80 16,20 16,70 17,10
Ea 9,21 10,50 12,00 13,60 15,50 17,50 19,80 22,40 25,20 28,30 31,80
Tabel 3.17 Hasil Interpolasi Diperoleh Nilai ∆ mmHg, σT4 dan ea, Sesuai Temperatur Bulanan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des
31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
Temp
28,21 28,49 28,71 28,55 29,13 28,73 28,16 27,71 28,38 28,45 28,36 28,20
⁰C
Δ
0,929 0,942 0,952 0,945 0,971 0,953 0,927 0,862 0,937 0,94 0,936 0,929
mmHg
σT⁴ 16,75 16,82 16,88 16,84 16,98 16,88 16,74 16,38 16,8 16,81 16,79 16,75
Ea 28,67 29,16 29,54 29,26 30,28 29,58 28,58 26,3 28,97 29,09 28,93 28,65
Contoh :
Pada bulan Januari, diambil nilai rata–rata temperaturnya sekitar 28,21 O C. Kemudian
diubah satuannya ke mmHg. Apabila tidak terdapat pada tabel seperti diatas, maka digunakan
rumus Interpolasi.
X1 = 28,30 Y1 = 28 Y = 28,21
X2 = 31,80 Y2 = 30
Maka :
(Y Y1 )
X X1 (X 2 X1)
(Y2 Y1 )
(28,21 28)
28,3 (31,80 28,30)
(30 28)
ea = 28,67 mmHg
Page 30
e. Lama matahari bersinar (n/D)
Hasil didapat dengan merata–ratakan data presentase lama matahari bersinar
perbulannya.
Untuk bulan Januari = jumlah lama matahari bersinar pada bulan januari / jumlah data
= 470/10
= 47%
Tabel 3.18 Data Persentase Lama Matahari Bersinar Bulanan rata-Rata, Dalam %
BULAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
TAHUN
1996 52,0 54,0 56,0 70,0 78,0 72,0 77,0 63,0 52,0 53,0 64,0 44,0
1997 62,0 60,0 75,0 60,0 77,0 84,0 76,0 87,0 27,0 10,0 36,0 55,0
1998 54,0 56,0 34,0 34,0 58,0 59,0 70,0 64,0 64,0 56,0 51,0 54,0
1999 43,0 59,0 52,0 72,0 53,0 76,0 73,0 72,0 67,0 55,0 55,0 39,0
2000 35,0 47,0 59,0 56,0 69,0 54,0 63,0 63,0 72,0 61,0 58,0 55,0
2001 52,0 51,0 57,0 52,0 59,0 67,0 71,0 81,0 59,0 55,0 56,0 49,0
2002 43,0 63,0 55,0 56,0 68,0 54,0 84,0 83,0 51,0 57,0 44,0 46,0
2003 47,0 44,0 49,0 50,0 66,0 79,0 70,0 67,0 61,0 54,0 47,0 41,0
2004 49,0 56,0 59,0 60,0 68,0 73,0 54,0 91,0 69,0 66,0 51,0 40,0
2005 63,0 54,0 60,0 49,0 70,0 71,0 63,0 67,0 63,0 52,0 53,0 44,0
∑ 500,0 544,0 556,0 559,0 666,0 689,0 701,0 738,0 585,0 519,0 515,0 467,0
rata-
50,0 54,4 55,6 55,9 66,6 68,9 70,1 73,8 58,5 51,9 53,0 46,7
rata
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Iskandar Pangkalan Bun
Tabel 3.19 Data Persentase Lama Matahari Bersinar Bulanan rata-Rata, Sesuai
Ketentuan (-2) , Dalam %
BULAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
TAHUN
1996 49,0 51,0 53,0 67,0 75,0 69,0 74,0 60,0 49,0 50,0 61,0 41,0
1997 59,0 57,0 72,0 57,0 74,0 81,0 73,0 84,0 84,0 7,0 33,0 52,0
1998 51,0 53,0 31,0 31,0 55,0 56,0 67,0 61,0 61,0 53,0 48,0 51,0
1999 40,0 56,0 49,0 69,0 50,0 73,0 70,0 69,0 64,0 52,0 52,0 36,0
2000 32,0 44,0 56,0 53,0 66,0 51,0 60,0 60,0 69,0 58,0 55,0 52,0
2001 49,0 48,0 54,0 49,0 56,0 64,0 68,0 78,0 56,0 52,0 53,0 46,0
2002 40,0 60,0 52,0 53,0 65,0 51,0 81,0 80,0 48,0 54,0 41,0 43,0
2003 44,0 41,0 46,0 47,0 63,0 74,0 67,0 64,0 58,0 51,0 44,0 38,0
2004 46,0 53,0 56,0 57,0 65,0 70,0 51,0 88,0 66,0 63,0 48,0 37,0
2005 60,0 51,0 57,0 46,0 67,0 68,0 60,0 64,0 60,0 49,0 50,0 41,0
∑ 470,0 514,0 526,0 529,0 636,0 657,0 671,0 708,0 615,0 489,0 485,0 437,0
rata-
47,0 51,4 52,6 52,9 63,6 65,7 67,1 70,8 61,5 48,9 53,0 43,7
rata
Page 31
Radiasi Matahari dihitung sesuai lokasi, pada Lintang Utara atau Lintang Selatan,
lokasi Pangkalanbun pada 2°35’ sehingga perhitungan nilai RA tersaji dalam Tabel 3.20
sesuai ketentuannya.
Pada 2°
atau 2,583°
LS 35´
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
14.09 14.74 15.10 14.85 14.21 13.76 13.86 14.41 14.90 14.79 14.24 13.84
Perhitungan Evapotranspirasi bulanan, seperti yang tersaji dalam Tabel 3.21. Harga
ETo dipergunakan untuk menghitung IR (Irigation Requirement) atau dapat diinterpretasikan
sebagai LP (Land Preperation) tersaji dalam Tabel 3.2. Lebih lanjut dapat dihitung kc
(Koefisien tanaman), sesuai ketentuan dengan lama pengerjaan tanah (Lama penggarapan
tanah) yaitu 30 hari.
Page 32
g. Black body radiation pada temperatur udara rata-rata, dalam mmH2O/hari (σT4)
Dengan menggunakan tabel Value of σT4 in the Penman equation. Data temperatur
rata-rata pada bulan Januari adalah 28,21°C, maka harus di ganti nilainya ke °F.
Digunakan tabel untuk mencari σT4 , dengan cara interpolasi sehingga diperoleh:
X1 = 16,7 Y1 = 28 Y = 28,21
X2 = 17,1 Y2 = 30
(Y Y1 )
Maka : X X 1 ( X 2 X1)
(Y2 Y1 )
(28,21 – 28)
= 16,7 + x (17,1 - 16,7)
(30 – 28)
4.Nilai slope (lengkung) tekanan uap pada temperatur udara rata-rata (Δ)
Dari grafik temperature versus Δ in the penmann equation. Pada bulan januari rata-rata
temperatur yang telah diketahui yaitu 28,21 °C. Maka untuk memperoleh nilai slope
dapat menggunakan grafik yang ada atau agar ebih akuratnya dapat menggunakan
metode interpolasi yaitu sebagai berikut:
Page 33
X1 = 0,92 Y1 = 28 Y = 28, 21
X2 = 1,01 Y2 = 30
Maka :
Y- Y1
X = X1 + [ x (X2 – X1) ]
Y2 – Y1
( 28, 21 – 28)
= 0,92 + [ x ( 1,01-0,92 ) ]
(30 – 28)
Δ = 0,84 mmHg
7. Nilai F1
Untuk mendapatkan nilai F1 digunakan rumus :
F1 = Δ.σT4 (0,56-0,092√ed)
Δ +0.27
0,84x16,75(0,56-0,092√24,828)
= 0,84 +0.27
Page 34
= 1,891
F2 = Δ (0,18+0,55n/D)
Δ +0,27
0,84(0.18+(0.55x0,47))
=
0,84+0,27
= 0,332
9. Nilai F3
Nilai F3 didapat menggunakan rumus baku yaitu :
F3 = 0,27x0,35(ea-ed)
Δ +0,27
= 0,27x0,35(28,67-24,828)
0,84 +0,27
= 0,327
Page 35
Tabel 3.21 Perhitungan Besarnya Evapotranspirasi
Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des
No Uraian
Hari 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
1 Temperatur (T) ˚C 28,21 28,49 28,71 28,55 29,13 28,73 28,16 27,71 28,38 28,45 28,36 28,20
2 Temperatur (T) K 301,210 301,490 301,710 301,550 301,130 301,730 301,160 301,710 301,380 301,450 301,360 301,200
3 kec. Angin (U2) mil/hr 171,27 171,27 168,51 168,51 174,03 179,56 185,08 193,37 190,61 176,79 174,03 176,79
kelembapan
5 % 0,866 0,859 0,870 0,877 0,856 0,854 0,848 0,830 0,833 0,860 0,874 0,875
udara (RH)
6 n/D % 0,47 0,514 0,526 0,529 0,636 0,657 0,671 0,708 0,615 0,489 0,530 0,437
7 ea mmH2O/day 28,670 29,160 29,540 29,260 30,280 29,580 28,580 26,300 28,970 29,090 28,930 28,650
8 r = 25% 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25
9 RA mmHg/day 14,836 15,181 15,174 14,468 13,513 12,935 13,087 13,890 14,771 15,077 14,884 14,687
10 σT⁴ mm/hr 16,75 16,82 16,88 16,84 16,98 16,88 16,74 16,38 16,8 16,81 16,79 16,75
11 ed mmHg 24,828 25,048 25,700 25,661 25,920 25,261 24,236 21,829 24,132 25,017 25,285 25,069
12 ∆ mmHg 0,839 0,852 0,861 0,854 0,880 0,862 0,837 0,816 0,847 0,850 0,846 0,836
13 F1 1,891 1,906 1,918 1,909 1,939 1,918 1,889 1,837 1,901 1,904 1,889 1,891
14 F2 0,332 0,351 0,357 0,358 0,405 0,412 0,415 0,428 0,393 0,341 0,357 0,318
15 F3 0,327 0,346 0,321 0,303 0,358 0,361 0,371 0,389 0,409 0,344 0,309 0,305
16 Eto mm/ hari 3,392 3,657 3,630 3,408 3,564 3,457 3,572 4,003 4,051 3,567 3,549 3,230
17 Eto mm/ bulan 105,140 102,383 112,543 102,231 110,487 103,698 110,732 124,105 121,532 115,113 106,477 100,123
Keterangan :
U2 = kecepatan angin dalam mil per hari. (1knot = 1,151) n/D = intensitas matahari rata-rata bulanan (%)
T = temperatur udara rata-rata dalam ˚C r = relection coeffient of surface 25%
T (˚K) = temperatur udara rata-rata dalam ˚K RA = solar radiation dinyatakan dalam mmHg per hari (lampiran)
RH = kelembaban rata-rata bulanan σT⁴ = black body radiation pada temperatur udara rata-rata, dalam H2O
Ea = tekanan uap aktual, dalam mmHg (lampiran) ed = tekan uap aktual
∆ = slope (lengkung) tekanan uap pada temperatur udara rata-rata dalam mmHg
(lampiran)
Page 36
3.2.8 Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan ( IR )
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (IR atau Irrigation Requirement atau Land
Preparation) umumnya menentukan kebutuhan maksimum air irigasi pada suatu proyek. Faktor-
faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah:
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan.
b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.
Untuk perhitungan air irigasi selama penyiapan lahan, digunakan metode yang dikembangkan
oleh Van de Goor dan Zijltra, metode tersebut didasarkan pada laju air konstan selama periode
penyiapan lahan dan menghasilkan rumus sebagai berikut:
M.ek
` IR = ........................................................................................................ (3.22)
( ek – 1 )
MT
k = ...................................................................................................................... (3.24)
S
Keterangan:
IR = kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan (mm/hr)
M = kebutuhan air untuk menggantikan kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah
yang sudah jenuh (mm/hr)
Eo = Evaporasi di daerah terbuka yang diambil 1,1 Eto selama penyiapan lahan (mm/hr)
P = harga perkolasi 2 mm - 6 mm (diambil 2 mm).
T = jangka waktu penyiapan lahan (30 hari)
S = kebutuhan air untuk penjenuhan (300 mm)
e = bilangan dasar,eksponensial (2,718281828)
Perhitungan komponen–komponen yang ada sesuai dengan data yang ada yaitu sebagai
berikut:
a. ETo diambil dengan satuan mm/hari.
b. P merupakan harga perkolasi 2 mm/hari sampai 6 mm/hari (diambil 2 mm/hari).
c. Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di
sawah yang sudah jenuh (M) dalam mm/hari. Di dapat dengan rumus :
M = 1,1xETo + P
Page 37
Untuk bulan Januari diketahui : ETo = 3,392 mm/hari, dan P = 2 mm/hari maka di dapat
nilai:
M = [1,1x 3,392] + 2
= 5,731 mm/hari
4. k di dapat dengan rumus :
MT
k = ............................................................................................................ (3.26)
S
untuk bulan Januari, diketahui M = 5,731 mm/hari ; T diambil 30 hari ; S diambil 300 mm.
maka :
5,731×30
k = = 0,573
300
5. ek untuk bulan Januari diketahui k = 0,573 ; dan e merupakan bilangan dasar =
2,718281828.
Maka : ek = (2,718281828 )0,573
= 1,774
6. IR (Kebutuhan air untuk penyiapan lahan ) dalam mm/hari
Untuk bulan Januari diketahui M = 5,731 dan ek = 1,774 maka di dapat nilai:
5,731 x 1,774
IR = (1,802 – 1)
Page 38
3.2.9 Curah Hujan Efektif
Hujan efektif adalah curah hujan yang secara efektif dapat dimanfaatkan oleh tanaman
untuk irigasi padi curah hujan efektif bulanan diambil 70% dari curah hujan rata–rata tengah
bulanan dengan kemungkinan tidak terpenuhi 20%. Hal di atas dilakukan dengan mengingat
tidak seluruh hujan yang jatuh meresap kedalam tanah dan dimanfaatkan oleh tanaman, tetapi
menjadi air permukaan (run off).
Re = 0,7 x R80
Keterangan:
Re = curah hujan efektif (mm/hari)
R80 = curah hujan rata–rata tengah bulanan dengan kemungkinan tidak terpenuhi
Besarnya R80 dihitung sebagai berikut :
1. Data curah hujan diurutkan dari terbesar ke terkecil (atau sebaliknya)
2. R80 ditentukan dengan memilih ranking ke (n/5+1) dari urutan terkecil, dengan n periode
lamanya pengamatan.
Sedangkan untuk irigasi tanaman palawija (kedelai), curah hujan efektif ditentukan oleh
curah hujan rata–rata bulanan dengan kemungkinan terpenuhi 50% yang dihubungkan dengan
evapotranspirasi rata–rata bulanan.
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm Mm
1996 44,0 62,0 107,0 26,0 41,0 47,0 72,0 55,0 47,0 50,0 43,0 81,0
1997 41,0 31,0 49,0 54,0 52,0 34,0 61,0 11,4 78,4 79,0
1998 38,0 86,0 97,0 78,0 42,0 64,0 109,0 80,0 43,0 47,0 35,0 27,0
1999 34,0 50,3 30,6 78,8 52,0 27,4 52,4 60,7 115,0 84,2 62,6 51,8
2000 45,4 58,3 64,2 47,0 40,6 57,0 118,3 41,2 60,7 63,9 151,2 57,0
2001 65,0 27,1 59,3 93,6 36,0 58,5 22,4 14,6 70,6 69,0 42,9 53,6
2002 119,7 31,0 119,1 74,1 39,2 43,6 8,6 30,2 58,6 53,8 74,0 100,4
2003 37,0 73,5 113,6 122,5 68,1 78,9 58,3 47,9 9,0 72,3 45,7 39,4
2004 68,0 29,6 57,7 76,2 83,0 45,6 49,8 40,0 54,0 60,8 41,6
2005 24,6 58,2 71,6 81,0 60,6 14,4 40,0 40,5 89,9 35,5 103,6 37,0
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Iskandar Pangkalan Bun
Page 39
Tabel 3.24 Data Curah Hujan Maksimal 10 Tahun Terakhir (Berurutan)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
mm mm mm Mm mm mm mm mm mm mm mm Mm
1996 24,6 27,1 30,6 26,0 36,0 14,4 8,6 14,6 9,0 11,4 35,0 27,0
2000 34,0 29,6 49,0 47,0 39,2 27,4 22,4 30,2 40,0 35,5 42,9 37,0
1997 37,0 31,0 57,7 54,0 40,6 34,0 40,0 40,5 43,0 47,0 43,0 39,4
2002 38,0 31,0 59,3 74,1 41,0 43,6 49,8 41,2 47,0 50,0 45,7 41,6
2004 41,0 50,3 64,2 76,2 42,0 45,6 52,4 47,9 58,6 53,8 60,8 51,8
1998 44,0 58,2 76,1 78,0 52,0 47,0 58,3 55,0 60,7 54,0 62,6 53,6
1999 45,4 58,3 97,0 78,8 52,0 57,0 61,0 60,7 70,6 63,9 74,0 57,0
2005 65,0 62,0 107,0 81,0 60,6 58,6 72,0 80,0 89,9 69,0 78,4 79,0
2001 68,0 73,5 113,6 93,8 68,1 64,0 109,0 115,0 72,3 103,6 81,0
2003 119,7 86,0 119,1 122,5 83,0 78,9 118,3 84,2 151,2 100,4
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Iskandar Pangkalan Bun
Tgl Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
mm mm mm mm Mm mm mm mm Mm mm mm mm
1 0,50 2,10 23,60 4,40 - - 22,20 2,40 - - 103,60 10,00
2 - 3,60 - 34,20 - - - - - - 4,60 -
3 - 2,60 0,60 - - - - 30,00 - - 33,20 23,40
4 1,40 4,70 13,00 9,70 1,60 - - - - - 21,60 3,40
5 - - 3,80 - 15,40 10,20 8,40 - - 5,50 19,50 -
6 - 1,20 0,60 66,60 0,60 - - - - 18,10 - 16,70
7 3,40 1,00 - 5,80 1,00 - 5,20 1,00 0,90 - 3,50 -
8 - 1,70 - 7,00 - - 3,90 - - 2,50 - -
9 10,40 - - - - - - - - - - 4,20
10 - 0,10 35,80 15,40 2,50 - - - - - 35,30 5,90
11 - 54,40 - 12,20 - - 31,00 - - 28,00 - -
12 - 4,00 - 4,00 3,00 - 1,20 - - 35,50 5,90 28,30
13 1,00 58,20 4,80 - 2,40 14,40 1,70 - - 8,20 1,60 19,60
14 1,40 34,00 4,60 12,00 - - - - - 1,00 - 5,60
15 2,60 6,80 2,20 - - 1,30 11,60 - - 3,00 2,50 7,00
16 3,20 - - - 60,60 - 40,00 40,50 - 8,30 - 2,40
17 2,20 1,40 - - - - 21,60 - - 1,30 0,80 -
18 - 0,80 - 0,40 - 13,00 3,00 2,00 2,00 9,20 1,40 1,40
19 3,00 4,40 6,90 21,00 - - - - - 6,30 9,00 10,40
20 3,60 14,80 21,60 - - 1,60 4,20 1,20 - 7,60 12,40 8,00
21 13,20 20,80 12,00 - 19,20 - 1,40 6,20 48,40 7,50 22,70 37,00
22 5,10 0,60 1,00 81,00 33,80 6,20 0,50 18,00 - 4,20 2,10 10,80
23 - 8,20 2,00 - - - - 15,80 - 1,00 - 1,00
24 6,20 - 56,80 3,20 - 3,60 - - - 26,10 7,20 1,40
25 13,40 - 19,40 - 13,20 - - - 2,40 - 13,40 6,20
26 15,60 - - - - - - - 11,20 - 38,10 -
27 - 39,60 12,40 82,20 - - - - 0,60 23,80 46,40 5,50
28 - 2,50 0,40 0,80 - 6,40 - - 9,60 2,40 20,40 6,00
29 - - 1,70 42,80 - 0,80 - - 89,80 11,00 19,70 17,60
30 1,20 - 1,80 3,00 - - - 8,30 - 14,40 2,70 2,60
31 24,60 - 71,60 - 8,20 - - - - 2,80 - -
Page 40
Tabel 3.25 Curah Hujan Harian Pada Tahun 2005 (lanjutan)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
mm mm mm mm Mm mm mm mm Mm mm mm mm
MAX I 10,40 58,20 35,80 66,60 15,40 14,40 31,00 30,00 0,90 35,50 103,60 28,30
MAX II 24,60 39,60 71,60 82,20 60,60 13,00 40,00 40,50 89,80 26,10 46,40 37,00
ΣI 20,70 174,40 89,00 171,30 26,50 25,90 85,20 33,40 0,90 101,80 231,30 124,10
Σ II 91,30 93,10 207,60 234,40 135,00 31,60 70,70 92,00 164,00 125,90 196,30 110,30
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Iskandar Pangkalan Bun
Sedangkan untuk irigasi tanaman Palawija (kedelai), curah hujan efektif ditentukan oleh
curah hujan rata-rata bulanan dengan kemungkinan terpenuhi 50% yang dihubungkan dengan
evapotranspirasi rata-rata bulanan.
Page 41
3.2.10 Kebutuhan Air Irigasi untuk Tanaman
Selanjutnya dapat diperhitungkan, kebutuhan air irigasi bila awal tanam pada tanggal 1
Oktober, 16 Oktober, dan 1 November; 16 November , 1 Desember, dan 16 Desember; 1
Januari, 16 Januari, dan 1 Februari. Perhitungan kebutuhan air irigasi dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
NFR = ETc + P + WLR – Re ................................................................. (3.27)
= LP - Re
Keterangan:
IR = LP (Land Preparation) (lt/dt/ha)
P = Besarnya perkolasi tanah, yang diperhitungkan maksimal 6 mm/hr dan paling sedikit 2
mm/hr, diambil P = 2 mm/hr
WLR = Water land Requerement, diberikan setelah 2 bulan setelah pengerjaan tanah. (mm/hr)
ETo = Besarnya evapotranspirasi (mm/hr).
Kc = Koefisien tanaman, sesuai dengan jenis tanaman.
Etc = Pengguaan air konsumtif oleh tanaman. (mm/hr)
Re = Curah hujan efektif.(mm/hr)
Penggantian Lapisan air (WLR) diberikan setelah masa pemupukan selesai, diusahakan
untuk menjadwalkan dan mengganti lapisan air menurut atau sesuai kebutuhan. Apabila tidak
ada penjadwalan, lakukan pergantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm/bulan (1,7
mm/hari selama 1 bulan) diberikan 1 bulan setelah tanam dan 2 bulan setelah transplantasi
(Dirjen pengairan, Dep. PU, 1986: hal 165).
Page 42
Tabel 3.27 Nilai Kc untuk tanaman padi jenis varietas unggul
Periode C1 C2 Kc
Oktober 1 LP LP LP
Oktober 2 1.10 LP LP
November 1 1.10 1.10 1,10
November 2 1.05 1.05 1.08
Desember 1 1.05 1.05 1.05
Desember 2 0.95 1.05 1.00
Januari 1 0 0.95 0.475
Januari 2 0 0
Febuari 1 LP LP LP
Febuari 2 1,10 LP LP
Maret 1 1,10 1,10 1,10
Maret 2 1,05 1,10 1,08
April 1 1,05 1,05 1,05
April 2 0,95 1,05 1,00
Mei 1 0 0,95 0,475
Mei 2 0 0
Sumber: Ditjen Pengairan, Dep. PU, 1986
Perhitungan komponen–komponen yang ada sesuai dengan data yang ada yaitu sebagai
berikut:
ETc = Kc . Eto ........................................................................................................... (3.28)
Keterangan:
ETc = penggunaan konsumtif
ETo = evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hr)
Kc = koefisien tanaman
Pada saat penyiapan lahan, beberapa saat awal akan memulai menanam, nilai IR atau LP
yang menggantikan nilai WLR+P dan ETc, sehingga perhitungan menjadi:
NFR = LP – Re ....................................................................................................... (3.29)
Untuk periode masa awal tanam 1 Oktober, pada bulan Oktober 1 diketahui :
ETo = 3,567 mm/hari P = 2 mm/hari
Re = 1,061 mm/hari ETc = IR = 13,253 mm/hari
Maka di dapat nilai :
NFR = LP – Re
= 13,253 – 1,061
12,192
= 12,192 mm/hari =
(86400/ 10000)
= 1,411 lt/dt/ha
Page 43
Untuk periode masa tanam 1 November, pada bulan November 1 diketahui:
ETo = 3,549 mm/hari P = 2 mm/hari
Re = 1,003 mm/hari WLR = 1,7 mm/hari
Maka di dapat :
mm
ETc = 1,10 × 3,549 = 3,904 hr
𝑚𝑚 𝑚𝑚 𝑚𝑚 𝑚𝑚 𝑚𝑚
NFR = 3,904 +2 + 1,7 − 1,003 = 6,641 = 0,764 L/dt/ha
ℎ𝑟 ℎ𝑟 ℎ𝑟 ℎ𝑟 ℎ𝑟
Perhitungan selanjutnya disajikan dalam tabel 3.30 Hasil Perhitungan Kebutuhan air
Tanaman (NFR) masa tanam 1 Oktober, 16 Oktober, dan 1 November. Tabel 3.31 Hasil
Perhitungan Kebutuhan air Tanaman (NFR) masa tanam 16 November, 1 Desember, dan 16
Desember serta tabel 3.30 Hasil Perhitungan Kebutuhan air Tanaman (NFR) masa tanam 1
Januari, 16 Januari, dan 1 Februari.
Page 44
Tabel 3.28 Perhitungan kebutuhan air tanaman (NFR) masa tanam 1 Oktober, 16 Oktober dan 1 November
Page 45
Tabel 3.29 Perhitungan kebutuhan air tanaman (NFR) masa tanam 16 November, 1 Desember dan 16 Desember
Page 46
Tabel 3.29 Perhitungan kebutuhan air tanaman (NFR) masa tanam 1 Januari, 16 Januari dan 1 Februari
Page 47
3.3 Rotasi Teknis
Rotasi teknis/peraturan golongan adalah cara penamaan dan waktu penamaan yang
dilakukan diatur secara teknis dalam beberapa golongan sehingga dinamakan peraturan golongan
dengan menggilir secara teknis maka dapat disebut juga sebagai giliran teknis.
Seperti pada data yang diperoleh untuk suatu wilayah seperti di atas, dapat diingat bahwa
keadaan air belum tentu tersedia cukup, maka sangat diperlukan efisiensi oleh karenanya
pemanfaatan sistem rotasi teknis sangat diperlukan agar diperoleh penghematan air. Disamping
itu masih dipilih saat–saat awal tanam tepat, oleh karenanya dipakai sistem simulasi sehingga
diperkirakan pemanfaatan air hujan secara optimal.
Rotasi teknis 3 golongan ialah kebutuhan air lahan dihitung dengan membagi dalam tiga
jenis golongan menurut waktu awal tanamnya sehingga kebutuhan air akan lebih sedikit
dibanding dengan awal penanaman yang bersamaan secara keseluruhan. Sedangkan rotasi teknis
4 golongan ialah kebutuhan air lahan dihitung dengan membagi dalam empat jenis golongan
menurut waktu awal tanamnya sehingga kebutuhan air akan lebih sedikit dibanding dengan awal
penanaman yang bersamaan secara keseluruhan.
Sebagai contoh, petak pertama untuk lahan awal tanamnya 1 Oktober, petak kedua untuk
lahan dengan awal tanam 16 Oktober, selanjutnya petak ketiga untuk lahan dengan awal tanam 1
November. Dari ketiga golongan petak tersebut, kebutuhan airnya dijumlahkan yang kemudian
dibagi efisiensi NFR sebesar 65% dan dirata-rata sehingga diperoleh nilai DR (kebutuhan air
lahan rata-rata per hektar). Apabila awal tanam petak pertama dimulai pada tanggal 16 Oktober
maka petak kedua mulai ditanami pada tanggal 1 November, dan petak ketiga ditanami pada
tanggal 16 November, begitu seterusnya.
Pada bulan Oktober 1 data rekapitulasinya adalah 1,690 kemudian data ini menjadi data
bulan Oktober 1 pada sistem tiga (3) golongan kemudian dijumlahkan dengan Oktober 2
sehingga jumlahnya menjadi 1,690 , kemudian nilai koefisiennya adalah total penjumlahan 1
Oktober dan 2 Oktober (NFR) dibagi 0,65 dan hasilnya adalah 2,6 dan nilai DR adalah (NFR)
dibagi 3 hasilnya adalah 0,867.
Keterangan : koefisien untuk DR diasumsikan = 0,65
diambil dari saluran primer = 0,90
saluran sekunder = 0,90
saluran tersier = 0,80
Page 48
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.31 Rekapitulasi Kebutuhan Air Tanaman (NFR) masing-masing periode tanam
1 16 1 16 1 16 1 16 1
Bulan Oktober Oktober November November Desember Desember Januari Januari Februari
Lt/dt/ha Lt/dt/ha Lt/dt/ha Lt/dt/ha Lt/dt/ha Lt/dt/ha Lt/dt/ha Lt/dt/ha Lt/dt/ha
Okt 1 1,411
2 1,411 1,411
Nov 1 0,764 1,416 1,416
2 0,754 0,764 1,416 1,416
Des 1 0,718 0,727 0,736 1,405 1,405
2 0,699 0,718 0,727 0,736 1,405 1,405
Jan 1 0,321 0,724 0,744 0,754 0,763 1,424 1,424
2 0,135 0,321 0,724 0,744 0,754 0,763 1,424 1,424
Feb 1 1,451 0,142 0,343 0,762 0,783 0,793 0,804 1,451 1,451
2 1,388 1,388 0,142 0,343 0,762 0,783 0,793 0,804 1,451
Mar 1 0,740 1,388 1,388 0,081 0,280 0,698 0,719 0,729 0,740
2 0,706 0,716 1,376 1,388 0,081 0,280 0,698 0,719 0,729
Apr 1 0,697 0,706 0,716 1,376 1,376 0,086 0,273 0,677 0,697
2 0,735 0,755 0,766 0,716 1,376 1,376 0,086 0,273 0,677
Mei 1 0,321 0,735 0,755 0,766 0,776 1,428 1,428 0,125 0,321
2 0,125 0,330 0,736 0,755 0,766 0,776 1,428 1,428 0,125
Jun 1 0,140 0,330 0,736 0,756 0,766 0,776 1,434 1,434
2 0,140 0,330 0,736 0,756 0,766 0,776 1,434
Jul 1 0,127 0,323 0,737 0,758 0,768 0,778
2 0,127 0,323 0,737 0,758 0,768
Ags 1 0,126 0,346 0,786 0,809
2 0,126 0,346 0,786
Sept 1 0,115 0,338
2 0,115
Page 49
Tabel 3.32 Sistem tiga golongan awal tanam 1 Oktober
Page 50
Tabel 3.33 Sistem tiga golongan awal tanam 16 Oktober
Page 51
Tabel 3.34 Sistem tiga golongan awal tanam 1 November
Page 52
Tabel 3.35 Sistem tiga golongan awal tanam 16 November
Page 53
Tabel 3.36 Sistem tiga golongan awal tanam 1 Desember
Page 54
Tabel 3.37 Sistem tiga golongan awal tanam 16 Desember
Page 55
Tabel 3.38 Sistem tiga golongan awal tanam 1 Januari
Page 56
b. Rotasi teknis untuk empat golongan
Dalam menanam diperlukan giliran (rotasi) penanaman agar kebutuhan air tidak banyak.
Rotasi teknis empat golongan ialah kebutuhan air lahan hihitung dengan membagi empat
golongan empat jenis golongan menurut waktu awal tanamnya sehingga kebutuhan air akan
lebih sedikit dibandingkan awal penanaman yang bersamaan secara keseluruhan. Kebutuhan air
dijumlahkan yang kemudian dibagi efisiensi NFR sebesar 65% dan rata-rata sehingga diperoleh
nilai rata-rata NFR. Perhitungan rotasi teknis untuk empat golongan awal tanam 1 Oktober,
seperti tersaji dalam Tabel 3.39. Rotasi teknis untuk awal tanam 16 Oktober dalam Tabel 3.40,
rotasi teknis untuk awal tanam 16 Oktober dalam Tabel 3.41 dan rotasi teknis untuk awal tanam
1 November dalam Tabel 3.42 dan seterusnya.
Page 57
Tabel 3.40 Sistem Empat golongan awal tanam 16 Oktober
Page 58
Tabel 3.41 Sistem empat golongan awal tanam 1 November
Page 59
Tabel 3.42 Sistem Empat golongan awal tanam 16 November
Page 60
Tabel 3.43 Sistem empat golongan awal tanam 1 Desember
DR Rata-rata Tiap
1 16 1 16 Jumlah Koefisien Ha
Bulan
Desember Desember Januari Januari
Lt/dt/ha Lt/dt/ha Lt/dt/ha Lt/dt/ha (Lt/dt/ha) 0,65 (Lt/dt/ha)
Okt 1
2
Nov 1
2
Des 1 1,405 1,405 2,162 0,541
2 1,405 1,405 2,811 4,324 1,081
Jan 1 0,763 1,424 1,424 3,611 5,555 1,389
2 0,754 0,763 1,424 1,424 4,365 6,715 1,679
Feb 1 0,783 0,793 0,804 1,451 3,831 5,895 1,474
2 0,762 0,783 0,793 0,804 3,142 4,834 1,209
Mar 1 0,280 0,698 0,719 0,729 2,426 3,732 0,933
2 0,081 0,280 0,698 0,719 1,777 2,734 0,684
Apr 1 1,376 0,086 0,273 0,677 2,411 3,710 0,927
2 1,376 1,376 0,086 0,273 3,111 4,785 1,196
Mei 1 0,776 1,428 1,428 0,125 3,756 5,779 1,445
2 0,766 0,776 1,428 1,428 4,397 6,764 1,691
Jun 1 0,756 0,766 0,776 1,434 3,733 5,743 1,436
2 0,736 0,756 0,766 0,776 3,036 4,671 1,168
Jul 1 0,323 0,737 0,758 0,768 2,586 3,979 0,995
2 0,127 0,323 0,737 0,758 1,945 2,993 0,748
Ags 1 0,126 0,346 0,786 1,257 1,934 0,484
2 0,126 0,346 0,471 0,725 0,181
Sept 1 0,115 0,115 0,177 0,044
2
Page 61
Tabel 3.44 Sistem Empat golongan awal tanam 16 Desember
Page 62
Tabel 3.45 Data curah hujan harian pada tahun 2005
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Tgl
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
1 0,50 2,10 23,60 4,40 - - 22,20 2,40 - - 103,60 10,00
2 - 3,60 - 34,20 - - - - - - 4,60 -
3 - 2,60 0,60 - - - - 30,00 - - 33,20 23,40
4 1,40 4,70 13,00 9,70 1,60 - - - - - 21,60 3,40
5 - - 3,80 - 15,40 10,20 8,40 - - 5,50 19,50 -
6 - 1,20 0,60 66,60 0,60 - - - - 18,10 - 16,70
7 3,40 1,00 - 5,80 1,00 - 5,20 1,00 0,90 - 3,50 -
8 - 1,70 - 7,00 - - 3,90 - - 2,50 - -
9 10,40 - - - - - - - - - - 4,20
10 - 0,10 35,80 15,40 2,50 - - - - - 35,30 5,90
11 - 54,40 - 12,20 - - 31,00 - - 28,00 - -
12 - 4,00 - 4,00 3,00 - 1,20 - - 35,50 5,90 28,30
13 1,00 58,20 4,80 - 2,40 14,40 1,70 - - 8,20 1,60 19,60
14 1,40 34,00 4,60 12,00 - - - - - 1,00 - 5,60
15 2,60 6,80 2,20 - - 1,30 11,60 - - 3,00 2,50 7,00
16 3,20 - - - 60,60 - 40,00 40,50 - 8,30 - 2,40
17 2,20 1,40 - - - - 21,60 - - 1,30 0,80 -
18 - 0,80 - 0,40 - 13,00 3,00 2,00 2,00 9,20 1,40 1,40
19 3,00 4,40 6,90 21,00 - - - - - 6,30 9,00 10,40
20 3,60 14,80 21,60 - - 1,60 4,20 1,20 - 7,60 12,40 8,00
21 13,20 20,80 12,00 - 19,20 - 1,40 6,20 48,40 7,50 22,70 37,00
22 5,10 0,60 1,00 81,00 33,80 6,20 0,50 18,00 - 4,20 2,10 10,80
23 - 8,20 2,00 - - - - 15,80 - 1,00 - 1,00
24 6,20 - 56,80 3,20 - 3,60 - - - 26,10 7,20 1,40
25 13,40 - 19,40 - 13,20 - - - 2,40 - 13,40 6,20
26 15,60 - - - - - - - 11,20 - 38,10 -
27 - 39,60 12,40 82,20 - - - - 0,60 23,80 46,40 5,50
28 - 2,50 0,40 0,80 - 6,40 - - 9,60 2,40 20,40 6,00
29 - - 1,70 42,80 - 0,80 - - 89,80 11,00 19,70 17,60
30 1,20 - 1,80 3,00 - - - 8,30 - 14,40 2,70 2,60
31 24,60 - 71,60 - 8,20 - - - - 2,80 - -
Tengah Jumlah hari hujan
bulan ke jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nov Des
I
Jumlah 20,7 174,4 91,4 171,3 26,5 25,9 85,2 33,4 0,9 101,8 231,3 124,1
hujan(H)
I
Jumlah 7 13 9 10 7 3 8 3 1 8 10 10
hari (T)
H/T 2,96 13,42 10,19 17,13 3,79 8,63 16,65 11,13 0,90 12,73 23,13 12,41
II
Jumlah 91,3 93,1 207,6 234,4 135 31,6 70,7 92 164 125,9 196,3 110,3
hujan(H)
II
Jumlah 11 8 12 8 5 6 6 7 7 14 13 13
hari (T)
H/T 8,30 10,34 17,30 29,30 27 5,27 10,65 13,14 23,43 8,99 12,41 8,48
Page 63
3.4 Ketersedian Air
Ketersediaan air irigasi atau sering dinamakan sebagai Debit Andalan (dependable flow)
adalah debit minimum untuk kemungkinan terpenuhi air yang sudah ditentukan yang dapat
dipakai untuk irigasi. Kemungkinan terpenuhi 80% (kemungkinan bahwa debit sungai lebih
rendah dari debit andalan adalah 20%). Debit andalan ditentukan pada periode tengah bulanan
(Dirjen Pengairan, Dep.PU, 1986: hal 70), ketersediaan air irigasi dihitung dengan rumus :
Q = . A .H/T
Keterangan:
Q = debit andalan (ketersediaan air irigasi) (m3/dt)
= koefisien yang besarnya = 0.52
A = luas lahan (ha)
H = curah hujan harian rata-rata (mm)
T = sesuai dengan umur bulan (hari)
Untuk rekapitulasi data dapat dilihat pada tabel 3.46 berikut.
Tabel 3.46 Perhitungan ketersediaan air (Q andalan)
Page 64
1 0,52 2367,9 26,50
7 3,79
0,2698 0,1139
Mei
2 0,52 2367,9 135,00
5 27,00
1,9239 0,8125
1 0,52 2367,9 25,90
3 8,63
0,6152 0,2598
Jun
2 0,52 2367,9 31,60
6 5,27
0,3753 0,1585
1 0,52 2367,9 85,20
8 10,65
0,7589 0,3205
Jul
2 0,52 2367,9 70,70
6 11,78
0,8396 0,3546
1 0,52 2367,9 33,40
3 11,13
0,7933 0,3350
Agust
2 0,52 2367,9 92,00
7 13,14
0,9365 0,3955
1 0,52 2367,9 0,90
1 0,90
0,0641 0,0271
Sep
2 0,52 2367,9 164,00
7 23,43
1,6694 0,7050
Dari hasil di atas, kemudian dibandingkan dengan kebutuhan air untuk tanaman (NFR)
untuk seluruh area yaitu seluas 1 ha (1000 m2) baik yang memakai rotasi teknis tiga golongan
maupun empat golongan. Selanjutnya diambil jumlah ketersediaan air yang lebih banyak
memenuhi kebutuhan tanaman akan air, sehingga di dapat jenis rotasi yang di pakai dan waktu
awal tanam yang sebagian besar kebutuhan airnya terpenuhi oleh ketersediaan airnya.
Untuk perhitungan selengkapnya dimulai dari rekapitulasi ketersedian air dengan
kebutuhan air pada tiga golongan pada tabel 3.47 dan rekapitulasi ketersedian air dengan
kebutuhan air pada empat golongan pada tebel 3.48 berikut.
Page 65
Tabel 3.47 Perbandingan ketersediaan air dengan kebutuhan air dengan rotasi tiga golongan
Q DR DR DR DR DR DR DR
awal awal awal awal awal awal
(ketersediaan
Bulan tanam tanam tanam tanam tanam tanam awal tanam
16 16
air) 1 Okt Okt 1 Nop Nop 1 Des 16 Des 1 Jan
Okt 1 0,383 0,724
2 0,271 1,447 0,724
Nov 1 0,696 1,844 1,453 0,726
2 0,454 1,505 1,844 1,453 0,726
Des 1 0,373 1,119 1,471 1,819 1,441 0,721
2 0,255 1,099 1,119 1,471 1,819 1,441 0,721
Jan 1 0,089 0,917 1,139 1,159 1,508 1,852 1,460 0,730
2 0,250 0,605 0,917 1,139 1,159 1,508 1,852 1,460
Feb 1 0,404 0,993 0,639 0,968 1,199 1,221 1,563 1,901
2 0,350 1,496 0,960 0,639 0,968 1,199 1,221 1,563
Mar 1 0,298 1,803 1,465 0,897 0,543 0,870 1,100 1,122
2 0,521 1,435 1,785 1,459 0,897 0,543 0,870 1,100
Apr 1 0,515 1,087 1,435 1,779 1,455 0,890 0,531 0,844
2 0,882 1,157 1,147 1,466 1,779 1,455 0,890 0,531
Mei 1 0,114 0,929 1,157 1,178 1,523 1,862 1,528 0,961
2 0,813 0,611 0,934 1,158 1,178 1,523 1,862 1,528
Jun 1 0,260 0,241 0,618 0,935 1,159 1,179 1,526 1,869
2 0,158 0,072 0,241 0,618 0,935 1,159 1,179 1,526
Jul 1 0,320 0,065 0,231 0,609 0,932 1,161 1,182
2 0,355 0,065 0,231 0,609 0,932 1,161
Ags 1 0,335 0,064 0,242 0,645 0,995
2 0,396 0,064 0,242 0,645
Sept 1 0,027 0,059 0,233
2 0,705 0,059
Page 66
Tabel 3.48 Perbandingan ketersediaan air dengan kebutuhan air dengan rotasi empat
golongan
Q DR DR DR DR DR DR
Ketersedian awal tanam awal tanam awal tanam awal tanam awal tanam awal tanam
Bulan
Air 1 Okt 16 Okt 01 Nop 16 Nop 1 Des 16 Des
(l/dt/ha) (l/dt/ha) (l/dt/ha) (l/dt/ha) (l/dt/ha) (l/dt/ha) (l/dt/ha)
Okt 1 0,383 0,543
2 0,271 1,085 0,543
Nov 1 0,696 1,383 1,090 0,545
2 0,454 1,673 1,383 1,090 0,545
Des 1 0,373 1,380 1,644 1,364 1,081 0,541
2 0,255 1,108 1,380 1,644 1,364 1,081 0,541
Jan 1 0,089 0,978 1,148 1,417 1,679 1,389 1,095
2 0,250 0,740 0,978 1,148 1,417 1,679 1,389
Feb 1 0,404 1,037 0,780 1,031 1,209 1,474 1,731
2 0,350 1,254 1,013 0,780 1,031 1,209 1,474
Mar 1 0,298 1,383 1,206 0,941 0,684 0,933 1,110
2 0,521 1,610 1,370 1,202 0,941 0,684 0,933
Apr 1 0,515 1,344 1,606 1,367 1,196 0,927 0,666
2 0,882 1,143 1,390 1,628 1,367 1,196 0,927
Mei 1 0,114 0,991 1,166 1,432 1,691 1,445 1,270
2 0,813 0,749 0,995 1,167 1,432 1,691 1,445
Jun 1 0,260 0,464 0,755 0,996 1,168 1,436 1,696
2 0,158 0,181 0,464 0,755 0,996 1,168 1,436
Jul 1 0,320 0,049 0,173 0,457 0,748 0,995 1,170
2 0,355 0,049 0,173 0,457 0,748 0,995
Ags 1 0,335 0,048 0,181 0,484 0,795
2 0,396 0,048 0,181 0,484
Sept 1 0,027 0,044 0,174
2 0,705 0,044
Page 67
2.0
1.8
1.6
1.4
1.2
lt/dt/ha
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept
Gambar 3.2 Grafik Perbandingan Ketersediaan air (Q) dan kebutuhan air (DR) padi
sistem tiga golongan awal tanam 1 Oktober
2.0
1.8
1.6
1.4
1.2
lt/dt/ha
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept
Periode Tanam ( 2 mingguan )
Gambar 3.3 Grafik Perbandingan Ketersediaan air (Q) dan kebutuhan air (DR) padi
sistem tiga golongan awal tanam 16 Oktober
Page 68
2.0
1.8
1.6
1.4
1.2
lt/dt/ha
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept
Periode Tanam (2 mingguan)
Gambar 3.4 Grafik Perbandingan Ketersediaan air (Q) dan kebutuhan air (DR) padi
sistem tiga golongan awal tanam 1 November
2.0
1.8
1.6
1.4
lt/dt/ha
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept
Periode Tanam (2 mingguan)
Q (ketersediaan air) DR awal tanam 16 Nop
Gambar 3.5 Grafik Perbandingan Ketersediaan air (Q) dan kebutuhan air (DR) padi
sistem tiga golongan awal tanam 16 November
Page 69
2.0
1.8
1.6
1.4
1.2
lt/dt/ha
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept
Periode Tanam (2 Mingguan)
Gambar 3.6 Grafik Perbandingan Ketersediaan air (Q) dan kebutuhan air (DR) padi
sistem tiga golongan awal tanam 1 Desember
2.0
1.8
1.6
1.4
1.2
lt/dt/ha
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept
Gambar 3.7 Grafik Perbandingan Ketersediaan air (Q) dan kebutuhan air (DR) padi
sistem tiga golongan awal tanam 16 Desember
Page 70
2.0
1.8
1.6
1.4
1.2
lt/dt/ha
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept
Periode Tanam (2 Mingguan)
Gambar 3.8 Grafik Perbandingan Ketersediaan air (Q) dan kebutuhan air (DR) padi
sistem tiga golongan awal tanam 1 Januari
2.0
1.8
1.6
1.4
1.2
lt/dt/ha
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept
Gambar 3.9 Grafik Perbandingan Ketersediaan air (Q) dan kebutuhan air (DR) padi
sistem empat golongan awal tanam 1 Oktober
Page 71
1.8
1.6
1.4
1.2
lt/dt/ha
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept
Periode Tanam (2 Mingguan)
Gambar 3.10 Grafik Perbandingan Ketersediaan air (Q) dan kebutuhan air (DR) padi
sistem empat golongan awal tanam 16 Oktober
1.8
1.6
1.4
1.2
ll/dt/ha
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept
Gambar 3.11 Grafik Perbandingan Ketersediaan air (Q) dan kebutuhan air (DR) padi
sistem empat golongan awal tanam 1 November
Page 72
1.8
1.6
1.4
1.2
lt/dt/ha
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept
Periode Tanam ( 2 mingguan )
Gambar 3.12 Grafik Perbandingan Ketersediaan air (Q) dan kebutuhan air (DR) padi
sistem empat golongan awal tanam 16 November
1.8
1.6
1.4
1.2
1.0
lt/dt/ha
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept
Periode Tanam ( 2 Mingguan )
Gambar 3.13 Grafik Perbandingan Ketersediaan air (Q) dan kebutuhan air (DR) padi
sistem empat golongan awal tanam 1 Desember
Page 73
2.0
1.8
1.6
1.4
1.2
lt/dt/ha
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept
Gambar 3.14 Grafik Perbandingan Ketersediaan air (Q) dan kebutuhan air (DR) padi
sistem empat golongan awal tanam 16 Desember
Page 74