DEFINISI IRIGASI
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang
pertanian, meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan
irigasi tambak.
Kata irigasi berasal dari kata irrigate dalam Bahasa Belanda dan irrigation dalam Bahasa
Inggris.
a. Daerah Irigasi
adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi yang bisa disingkat
dengan D I.
b. Jaringan Irigasi
adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk
pengaturan air irigasi yang mencakup penyediaan, pengambilan, pembagian.
c. Jaringan Utama
adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan
utama (bendung/ bendungan) saluran induk / primer, saluran sekuder dan bangunan
sadap serta bangunan pelengkapnya.
d. Saluran Sekunder
adalah saluran pembawa air irigasi yang mengambil air dari bangunan bagi di saluran
primer yang berada dalam jaringan irigasi.
e. Jaringan Tersier
adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk
pengaturan air irigasi yang mencakup penyediaan, pengambilan, pembagian.
TUJUAN IRIGASI
1. Secara langsung
a. Menambah air pada areal pertanian, untuk mencukupi kebutuhan air terutama pada
saat tidak turun hujan.
b. Memupuk areal pertanian, karena air yang dialirkan dari sumber air sampai ke areal
pertanian banyak mengandung unsur-unsur hara yang banyak dibutuhkan untuk
kehidupan tanaman.
2. Secara tidak langsung
Pemberian air dapat menunjang usaha pertanian melalui berbagai cara, antara lain :
• Sebagai transportasi
• Mengatur suhu tanah
• Pencucian tanah
• Pemberantasan hama
• Meningkatkan kualitas air
• Memperbaiki permukaan air tanah
• Menetralisir air yang kotor
• Kolmatasi
FUNGSI IRIGASI
Mendukung produktifitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka
ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani yang
diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi yang dilakukan dengan pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi serta ditentukan oleh keandalan air irigasi, keandalan prasarana
irigasi dan peningkatan pendapatan masyarakat petani dari usaha tani.
SISTEM IRIGASI
a. Irigasi Teknis
adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk
pengaturan air irigasi yang mencakup penyediaan, pengambilan, pembagian yang
dilengkapi dengan bangunan ukur di seluruh bangunan pembaginya.
a. Jaman Hindu
Raja-raja Hindu memaksa rakyat untuk membuat pekerjaan-pekerjaan irigasi yang
besar-besar guna pertanian yang memberi kemakmuran kepada negara.
Setelah datangnya bangsa Eropa, timbul peperangan, sehingga irigasi tidak terpelihara,
bangunan dan saluran irigasi menjadi rusak, pertanian terhenti dengan akibat
jatuhnya kemakmuran.
b. Pendudukan Belanda
Setelah diadakan peraturan tanam paksa pada waktu pendudukan Belanda, mereka
memaksa rakyat untuk membuat pekerjaan irigasi guna tanaman-tanaman yang mereka
butuhkan.
a. Menerus
b. Golongan
c. Giliran
KEBUTUHAN AIR IRIGASI
Penyediaan air irigasi ditetapkan dalam PP No. 20 Tahun 2006 tentang irigasi,
khususnya Pasal 36 yaitu :
“Air irigasi ditujukan untuk mendukung produktivitas lahan dalam rangka
meningkatkan produksi pertanian yang maksimal, diberikan dalam batas tertentu
untuk pemenuhan kebutuhan lainnya”.
Untuk memperoleh hasil yang optimal, pemberian air harus sesuai dengan jumlah
dan waktu yang diperlukan tanaman
Kebutuhan air irigasi (NFR) didekati dengan metode Water Balance dengan
parameter :
1. Kebutuhan air untuk tanaman (ETc)
2. Kebutuhan air akibat perkolasi dan rembesan (P)
3. Kebutuhan air untuk pergantian lapisan air (WLR)
4. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (PL)
5. Curah hujan efektif (Ref)
ETc
Ref Ref
NFR
P IR
WLR
EVAPOTRANSPIRASI
Evaporasi Transpirasi
iklim •Iklim
•jenis, varietas, umur tanaman
Cara pengukuran :
1. Secara langsung dengan Lysimeter
2. Rumus empiris :
a) Pennman Modifikasi
b) Hargreaves
c) Thornwaite
d) Blaney-Criddle
PENGGUNAAN KONSUMTIF (ETc)
J F M A M J J A S O N D
4,4 4,5 4,4 4,3 4,0 3,6 4,1 4,9 5,4 5,9 5,2 4,2
PERKOLASI
Dilakukan setinggi 50 mm, satu atau dua bulan setelah transplantasi (lihat skema),
diberikan dengan jangka waktu satu setengah bulan.
Jadi kebutuhan air tambahan adalah 3,3 mm/hari
N D J F M A M J J A S O
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
WLR 1 WLR 2 WLR 3
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
3.3
WLR
2.2
1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
2.2
1.1
1.1
PENYIAPAN LAHAN
Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan untuk penyiapan lahan adalah :
• waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan
• jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan
Untuk menentukan besarnya kebutuhan air selama penyiapan lahan, digunakan rumus van de
Goor dan Zijlstra sebagai berikut :
M ek M E0 P
IR
ek 1 MT
k
S
dimana :
IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/hari
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi
disawah yang sudah dijenuhkan, mm/hari
E0 = evaporasi air terbuka yang diambil 1.1 ET0 selama penyiapan lahan, mm/hari
P = perkolasi, mm/hari
T = jangka waktu penyiapan lahan, hari
S = kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, yaitu 200 +
50 = 250 mm (untuk tanah lempung)
KEBUTUHAN AIR UNTUK PENYIAPAN LAHAN
E0 + P T 30 hari T 45 hari
mm/ hari S 250 mm S 300 mm S 250 mm S 300 mm
5,0 11,1 12,7 8,4 9,5
5,5 11,4 13,0 8,8 9,8
6,0 11,7 13,3 9,1 10,1
6,5 12,0 13,6 9,4 10,4
7,0 12,3 13,9 9,8 10,8
7,5 12,6 14,2 10,1 11,1
8,0 13,0 14,5 10,5 11,4
8,5 13,3 14,8 10,8 11,8
9,0 13,6 15,2 11,2 12,1
9,5 14,0 15,5 11,6 12,5
10,0 14,3 15,8 12,0 12,9
10,5 14,7 16,2 12,4 13,2
11,0 15,0 16,5 12,8 13,6
CURAH HUJAN EFEKTIF
Definisi : besarnya curah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk memenuhi
kebutuhan selama masa pertumbuhannya
dimana,
Efisiensi Irigasi
ETc = penggunaan komsumtif, mm
P = perkolasi, mm/hari Jaringan tersier 80%
Saluran sekunder 90%
Re = curah hujan efektif, mm/hari
Saluran primer 90%
WLR= penggantian lapisan air, mm/hari
Jumlah 65%
e = efisiensi irigasi
C C1 C2 C3
1
LP LP LP LP LP
2
LP 1.1 LP LP D
1
LP 1.1 1.1 LP
2
1.08 1.05 1.1 1.1
J
PADI
1
1.07 1.05 1.05 1.1 90 hari
J
setelah transpl
2
F
1
0.67 0 0.95 1.05
F
M
2
0.32 0 0.95
1
0 0 LP
M
A
2
LP LP LP LP
1
LP 1.1 LP LP A
M
LP 1.1 1.1 LP 2
PADI
1
90 hari
M
setelah transpl
1
J
85 hari
0.15 - - 0.45
rhitungan Kebutuhan Air Irigasi Golongan A
ET0 Re ETc DR
PERIODE P mm/h WLR C1 C2 C3 C NFR mm/h
mm/h mm/h mm/h L/dt ha
PERIOD
(9) = (10) = (11) = (12) =
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
(11)
(2x9) (10+3+5-4)
ex8.64
1960 25.8 30.8 17.5 16.5 6.0 8.7 0.9 0.9 1.7 0.6 8.3 36.4
1961 38.1 44.7 42.9 10.5 9.8 2.0 0.9 0.9 0.3 20.3 36.3 19.9
1962 14.5 24.9 32.5 26.0 7.2 1.0 1.3 0.9 0.3 0.4 11.5 9.9
1963 36.2 10.7 15.7 22.5 18.0 3.0 0.9 1.0 0.7 4.2 36.3 18.7
1964 20.6 12.2 42.9 36.0 31.3 6.2 30.6 12.1 1.5 22.6 35.3 21.3
1965 24.5 26.7 10.8 15.5 13.7 11.4 9.8 2.2 3.0 3.7 25.8 9.7
1966 27.7 20.3 35.7 12.7 9.0 2.4 12.7 0.9 0.3 0.4 11.3 36.4
1967 10.6 18.6 42.9 22.4 17.4 2.8 5.1 8.7 0.6 17.4 17.4 36.4
1968 11.7 44.6 27.3 25.9 15.7 3.2 0.9 0.9 0.3 2.9 26.4 16.0
1969 34.6 22.5 25.7 22.8 25.6 3.2 0.9 0.9 0.3 2.1 36.3 28.1
1970 34.4 22.9 21.2 36.9 9.1 0.9 0.9 0.9 0.3 0.4 5.4 36.4
1971 22.9 17.5 31.4 42.7 3.4 5.4 1.0 0.9 0.3 11.4 11.5 36.4
1972 19.3 29.2 38.0 7.7 2.3 1.3 0.9 0.9 0.3 0.4 7.6 10.7
1973 12.1 24.6 29.9 26.9 15.2 3.9 0.9 0.9 1.8 26.4 23.8 29.5
1974 38.1 33.9 14.4 7.4 2.5 1.1 0.9 0.9 0.3 0.4 12.1 32.3
1975 23.4 22.9 42.9 8.1 2.6 1.1 0.9 0.9 0.3 8.8 24.8 36.4
1976 38.1 24.0 25.4 20.6 3.8 0.8 0.9 0.9 0.3 1.5 34.6 34.3
1977 29.2 29.6 42.9 20.4 23.1 8.9 5.9 2.8 0.3 6.7 35.1 36.4
1978 22.2 21.7 25.2 29.0 3.0 1.1 0.9 0.9 0.3 11.9 17.1 16.6
1979 21.9 15.4 28.9 19.8 21.7 1.6 0.9 0.9 0.3 1.7 29.2 36.4
1980 20.1 11.4 23.0 8.7 12.5 1.2 0.9 0.9 0.3 24.8 5.4 19.6
1981 27.7 16.2 28.0 19.0 6.0 0.8 0.9 0.9 0.3 0.4 17.6 17.5
1982 24.9 30.8 23.4 15.2 28.4 24.0 0.9 0.9 5.7 8.6 36.3 15.7
1983 6.4 26.6 13.8 18.2 10.9 0.9 1.0 5.1 5.3 33.9 36.3 11.0
1984 38.1 15.2 42.9 40.4 20.7 1.0 0.9 0.9 18.1 21.8 32.4 33.6
Debit Rata-Rata Bulanan (dari urutan kecil ke besar)
Persentase
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
tak terpenuhi
4 6.4 10.7 10.8 7.4 2.3 0.8 0.9 0.9 0.3 0.4 5.4 9.7
8 10.6 11.4 13.8 7.7 2.5 0.8 0.9 0.9 0.3 0.4 5.4 9.9
12 11.7 12.2 14.4 8.1 2.6 0.9 0.9 0.9 0.3 0.4 7.6 10.7
16 12.1 15.2 15.7 8.7 3.0 0.9 0.9 0.9 0.3 0.4 8.3 11.0
20 14.5 15.4 17.5 10.5 3.4 1.0 0.9 0.9 0.3 0.4 11.3 15.7
24 19.3 16.2 21.2 12.7 3.8 1.0 0.9 0.9 0.3 0.4 11.5 16.0
28 20.1 17.5 23.0 15.2 6.0 1.1 0.9 0.9 0.3 0.6 11.5 16.6
32 20.6 18.6 23.4 15.5 6.0 1.1 0.9 0.9 0.3 1.5 12.1 17.5
36 21.9 20.3 25.2 16.5 7.2 1.1 0.9 0.9 0.3 1.7 17.1 18.7
40 22.2 21.7 25.4 18.2 9.0 1.2 0.9 0.9 0.3 2.1 17.4 19.6
44 22.9 22.5 25.7 19.0 9.1 1.3 0.9 0.9 0.3 2.9 17.6 19.9
48 23.4 22.9 27.3 19.8 9.8 1.6 0.9 0.9 0.3 3.7 23.8 21.3
52 24.5 22.9 28.0 20.4 10.9 2.0 0.9 0.9 0.3 4.2 24.8 28.1
56 24.9 24.0 28.9 20.6 12.5 2.4 0.9 0.9 0.3 6.7 25.8 29.5
60 25.8 24.6 29.9 22.4 13.7 2.8 0.9 0.9 0.3 8.6 26.4 32.3
64 27.7 24.9 31.4 22.5 15.2 3.0 0.9 0.9 0.3 8.8 29.2 33.6
68 27.7 26.6 32.5 22.8 15.7 3.2 0.9 0.9 0.6 11.4 32.4 34.3
72 29.2 26.7 35.7 25.9 17.4 3.2 1.0 0.9 0.7 11.9 34.6 36.4
76 34.4 29.2 38.0 26.0 18.0 3.9 1.0 0.9 1.5 17.4 35.1 36.4
80 34.6 29.6 42.9 26.9 20.7 5.4 1.3 1.0 1.7 20.3 35.3 36.4
84 36.2 30.8 42.9 29.0 21.7 6.2 5.1 2.2 1.8 21.8 36.3 36.4
88 38.1 30.8 42.9 36.0 23.1 8.7 5.9 2.8 3.0 22.6 36.3 36.4
92 38.1 33.9 42.9 36.9 25.6 8.9 9.8 5.1 5.3 24.8 36.3 36.4
96 38.1 44.6 42.9 40.4 28.4 11.4 12.7 8.7 5.7 26.4 36.3 36.4
100 38.1 44.7 42.9 42.7 31.3 24.0 30.6 12.1 18.1 33.9 36.3 36.4
I II III IV V VI
Maksimum Luas Area TerairiNOV 1 6.807 max max 13.614 20.545 max
2 6.807 6.807 max 6.807 10.180 13.614
DES 1 10.466 10.466 10.466 10.466 10.466 10.466
2 17.252 11.056 11.056 13.534 12.560 11.056
RENDENG
2 37.560 22.000 13.162 27.500 20.263 16.382
MAR 1 - 38.043 23.648 76.087 43.730 29.166
2 13.461 - 40.697 26.923 30.172 79.545
APR 1 8.076 7.835 - 7.954 11.931 15.671
2 8.536 8.333 8.333 8.400 8.400 8.333
GADU
2 max 1.666 1.139 3.333 2.045 1.343
AGT 1 2.045 6.428 1.216 3.103 2.045 2.045
2 1.551 2.045 6.428 1.765 2.368 3.103
PALAWIJA
SEP 1 410 434 545 422 461 484
2 545 410 434 468 461 422
OKT 1 1.739 1.425 526 1.000 769 606
2 max 1.739 1.425 3.333 1.481 1.000