Anda di halaman 1dari 44

KEBUTUHAN AIR

IRIGASI
I. PENDAHULUAN
• Dalam perencanaan yg perlu diketahui adalah :
– Banyak air yg dibutuhkan
– Banyak air yang tersedia
– Investasi
– Pengelolaan (exploitasi ,operasi & pemeliharaan)
– Effisiensi
– Keberlanjutan / kesinambungannya

• Faktor yg mempengaruhi Kebutuhan Air Irigasi :


– Iklim
– Jenis tanaman & Masa pertumbuhan
– Keadaan tanah dan jenisnya
– Cara pemberian air
– Cara pengolahan tanah
– Waktu pengolahan / penanaman
– Keadaan jaringan irigasi (saluran & bangunan)
– Sikap petani pemakai air
• Iklim : memberikan gambaran tentang keadaan
atmosfir di bumi

• Cuaca : keadaan atmosfir di suatu tempat pada suatu


waktu tentang :
Suhu,
penyinaran matahari,
kadar lengas udara, kelembaban
awan,
hujan,
angin,
tekanan udara
II. FAKTOR PENENTU KEBUTUHAN AIR DI
SAWAH UNTUK PADI
Kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh
faktor-faktor berikut:

1. cara penyiapan lahan


2. kebutuhan air untuk tanaman/konsumtif
3. perkolasi dan rembesan
4. pergantian lapisan air
5. curah hujan efektif.
II. YG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN AIR
TANAMAN PADI
Kebutuhan air tanaman padi dipengaruhi oleh:
• Curah hujan efektif (Reff)
• Evapotranspirasi potensial (ETo)
• Penggunaan konsumtif (Etc)
• Pola tanam
• Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
• Perkolasi
• Efisiensi irigasi
2. Kebutuhan air irigasi (water requirement)
Jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air di
areal tanaman, yaitu berupa perkolasi, evaporasi, transpirasi
dan evapotranspirasi.
Kebutuhan air tanaman disebut kebutuhan air lapangan, atau
pemakaian konsumtif (consumtif use), dalam satuan (l/dt/ha).
Kebutuhan air untuk irigasi tanaman padi :

NFR
DR  l/dt/ha
e x 8,64
NFR  ETc  P - Re  WLR
ETc  ET0 x kc
Kebutuhan air untuk irigasi tanaman palawija :
NFR  ETc - Re
DR = kebutuhan air dipintu intake
NFR = kebutuhan air bersih di sawah
ETC = penggunaan konsumtif
P = kehilangan air akibat perlokasi
Re = curah hujan effektif
WLR = pergantian lapisan air
ET0 = evapotranspirasi potensial
kc = koeffisien tanaman
Kebutuhan air total di sawah (GFR) mencakup faktor 1
sampai 4.
Kebutuhan bersih air di sawah (NFR) adalah Kebutuhan
air total dikurangi dengan curah hujan efektif.
Kebutuhan air disawah dinyatakan dalam mm/hari, atau
liter/dt/ha.
Effisiensi irigasi di jaringan tersier dan jaringan utama
harus diperhitungkan.
Effisiensi juga mencakup perhitungan kebutuhan
pengambilan air irigasi di intek (m3/dt)
Keseimbangan air yang masuk dan keluar dari suatu lahan
digambarkan seperti :
Kebutuhan Kebutuhan Air Untuk Air Yang
Jumlah Air
Air Irigasi Tanaman (ET) Mengolah Merembes
Hujan (R)
(IR) Tanah (Pd) (P & I )

Agar terjadi keseimbangan air di suatu lahan pertanian maka :


Air
Air Bagi
Hujan
Tanaman
(R)
(ET)

Air Irigasi
(IR)

Air Bagi Air Merembes


Pengolahan (Perkolasi dan
Tanah (Pd) Infiltrasi P & I)
• Kebutuhan air untuk penyiapan lahan.
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah untuk :
– Tahap awal penjenuhan tanah
– Tahap pengolahan membentuk lapisan untuk media akar
--Tahap akhir mempertahankan genangan lapisan
air, merupakan faktor yang dominan
(the topping up requirement).

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan air untuk penyiapan


lahan adalah :
-jangka waktu dan cara penyiapan lahan
-jumlah air untuk penyiapan lahan.
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan ditetapkan 300 mm
untuk jangka waktu 45 hari.
a. Jangka Waktu Penyiapan Lahan
• Faktor penting yang menentukan jangka waktu penyiapan lahan adalah:
- Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk
menggarap tanah
- Perlunya memperpendek jangka waktu tersebut, agar waktu yang tersedia
cukup untuk menanam padi sawah atau padi ladang periode kedua
- Kondisi sosial budaya yang ada di daerah sekitarnya akan mempengaruhi
waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan.
• Untuk daerah irigasi baru, waktu penyiapan lahan ditetapkan berdasarkan
kebiasaan yang berlaku pada daerah di sekitarnya.
• Sebagai pedoman diambil waktu untuk penyiapan lahan selama1,5 bulan di
seluruh petak tersier.
• Apabila untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai peralatan mesin
secara luas, maka jangka waktu penyiapan lahan dapat diambil satu bulan.
• Perlu diingat bahwa transplantasi (pemindahan bibit ke sawah) mungkin
sudah dimulai setelah 3 sampai 4 minggu di beberapa bagian petak tersier
yang sudah selesai pengolahan lahan nya.
Penyiapan Lahan untuk Padi

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya


menentukan kebutuhan maksimum air irigasi pada
suatu proyek irigasi. Faktor penting yang menentukan
besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah
:
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan

b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan


Rumus untuk menentukan kebutuhan air selama masa
pengolahan adalah :
M.e k
IR 
ek  1
IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, (mm/ hari)
M = Kebutuhan air untuk mengganti/ mengkompensari
kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang
sudah dijenuhkan
M = Eo + P, (mm/ hari)
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1, ETo selama
penyiapan lahan, (mm/ hari)
P = Perkolasi
k = MT/S
T = jangka waktu penyiapan lahan, (hari)
S = Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan
air 50 mm, mm yakni 200 + 50 = 250 mm
Umumnya keperluan air pengolahan tanah berkisar antara 1,5 – 1,7 l/det/ha
untuk nilai M antara 5 - 8 mm/hari dan S = 300 mm dengan T = 30 hari. (Tabel 1)

Tabel 1. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan padi sawah (mm/hari)


(Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, 1986)

Eo + P T = 30 hari T = 45
( mm/hr ) S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm
5,0 11,10 12,70 8,40 9,50
5,5 11,40 13,00 8,80 9,80
6,0 11,70 13,30 9,10 10,10
6,5 12,00 13,60 9,40 10,40
7,0 12,30 13,90 9,80 10,80
7,5 12,60 14,20 10,10 11,10
8,0 13,00 14,50 10,50 11,40
8,5 13,30 14,80 10,80 11,80
9,0 13,60 15,20 11,20 12,10
9,5 14,00 15,50 11,60 12,50
10,0 14,30 15,80 12,00 12,90
10,5 14,70 13,20 12,40 13,20
11,0 15,00 16,50 12,80 13,60
Sebagian air yang diberikan akan hilang
sebelum mencapai tanaman padi akibat
operasi, evaporasi dan rembesan. Kehilangan
air akibat evaporasi dan rembesan kecil saja
dibanding kehilangan akibat operasi. Hanya
tanah-tanah yang lulus air saja yang akan
memerlukan perhitungan tersendiri. Untuk
tujuan perencanaan, kehilangan air di
jaringan irigasi tersier dianggap 15 - 22,5%
antara bangunan sadap tersier dari sawah
(atau e= 0,775 -0,85)
Kehilangan air yang sebenarnya di dalam jaringan
bisa jauh Iebih tinggi, khususnya pada waktu-
waktu kebutuhan air rendah. Walaupun
demikian, tidak disarankan untuk merencanakan
jaringan saluran dengan efisiensi yang rendah itu.
Setelah beberapa tahun diharapkan efisiensi akan
dapat dicapai dengan memperbaiki cara operasi.
1. Air yang Diperlukan Tanaman
Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dikonsumsi
tanaman untuk penguapan (evaporasi), transpirasi dan
aktivitas metabolisme tanaman. (evapotranspirasi tanaman).
Jumlah evapotranspirasi kumulatif selama pertumbuhan
tanaman yang harus dipenuhi oleh air irigasi, dipengaruhi
oleh :
jenis tanaman, radiasi surya, sistim irigasi, lamanya
pertumbuhan, hujan dan faktor lainnya.
Jumlah air yang dikonsumsi tanaman tergantung pada :
jumlah lengas yang tersedia di daerah perakaran,
suhu dan kelembaban udara, kecepatan angin,
intensitas dan lama penyinaran,
tahapan pertumbuhan, dan
tipe dedaunan.
Metoda untuk menentukan angka penggunaan konsumtif tanaman, yaitu :
(a) pengukuran langsung dengan lysimeter bertimbangan (weighing
lysimeter) atau tidak bertimbangan (
(b) secara tidak langsung dengan menggunakan rumus empirik
berdasarkan data cuaca.
Evapotranspirasi tanaman acuan (ETo), adalah jumlah konsumtif air
tanaman perdu dengan tinggi 15~20 cm, tumbuh sehat, menutup tanah
dengan sempurna, pada kondisi cukup air.
Beberapa rumus empirik yang dapat digunakan untuk pendugaan
evapotranspirasi potensial tanaman acuan (ETo), tergantung pada
ketersediaan data hidrologi dan klimatologi, antara lain :
Metoda Blaney-Criddle, Radiasi, Panci evaporasi, Hargreaves, Tohrn-
White, Penman, Jensen-Heysey dll.
Rekomendasi FAO (1999), gunakan metoda Penman-Monteith, jika data
klimatologi dan hidrologi cukup tersedia, termasuk posisi geografi dan
elevasi lokasi.
Kriteria Perencanaan (KP) Irigasi 1986, merekomendasikan penggunaan
metode Penman-Modifikasi.
Pengukuran dengan lisimeter
a. c.

b.

Gambar 2a. Panci evaporasi Kelas A, 2b. Panci evaporasi Sunken Colorado,
2c. Instalasi panci evaporasi dg anemometer
Hitungan evaporasi dengan panci ukur
• Persamaan untuk menghitung ETo adalah:
ETo  Kpan x Epan
ETo = Evapotranspirasi
K pan = koefisien panci
Untuk panci kelas A, koef. berkisar 0,35 – 0,85,
rata-rata = 0,70
Untuk panci Sunken Colorado, koef. Berikisar
0,45 – 1,10, rata-rata = 0,80
E pan = evapotranspirasi panci
• Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus
ETc = kc . ETo. kc = koeffisien tanaman
Kebutuhan ETc ini dipenuhi oleh hujan (efektif), jika kurang
ditambah dengan air irigasi. Kebutuhan air irigasi (DR)
dihitung dengan persamaan:
NFR
DR 
Eff x 8,64
NFR = ETc + P + WLR – Re
DR = Kebutuhan air di pintu pengambilan ( l/dt/ha )
NFR = Kebutuhan bersih air di sawah ( mm/hr )
Eff = Efisiensi Irigasi
ETc = Evapotranspirasi potensial (mm/hr)
P = Perkolasi ( mm/hr )
Re = hujan efektif ( mm/hr )
WLR = Penggantian lapisan air ( mm/hr )
Tabel 2. Koefisien tanaman padi (kc)
Periode KEDELAI
PADI
1/2 Bulanan (PALAWIJA)
Nedeco ( PORSIDA ) FAO
Varitas Varitas
Unggul Unggul
Biasa Biasa
1 1,2 1,2 1,1 1,1 0,5
2 1,2 1,27 1,1 1,1 0,75
3 1,32 1,33 1,1 1,05 1
4 1,4 1,3 1,1 1,05 1
5 1,35 1,3 1,1 0,95 0,82
6 1,24 - 1,05 - 0,45
7 1,12 - 0,95 - -
8 - - - - -
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, 1986
• Hujan Efektif (Re)
Curah hujan efektif adalah curah hujan yang dapat dimanfaatkan langsung oleh
tanaman, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Beberapa metoda empirik untuk menghitung hujan efektif untuk tanaman
palawija antara lain :
a. Nilai persentase tertentu dari hujan bulanan (fixed percentage):
Re = a . R, biasanya nilai a = 0,7 – 0,9
R = curah hujan andalan (dependable rain)
b. Hujan andalan (dependable rain) didefinisikan sebagai hujan dengan
peluang terlewati tertentu: peluang terlewati 80% menggambarkan kondisi
tahun kering, 50% kondisi tahun normal dan 20% kondisi tahun basah.
Secara empirik menurut AGLW/FAO:
untuk P mean < 60 mm/bulan Ref = 0.6 * R mean - 10;
untuk P mean > 60 mm/bulan Ref = 0.8 * R mean - 25;
c. Rumus empirik yang dikembangkan secara lokal, biasanya dikembangkan
dengan rumus umum sebagai berikut:
Reff = a . Rmean + b untuk Rmean < Z mm
Reff = c . Rmean + d untuk Rmean > Z mm
Konstanta a, b, c dan d dikembangkan berdasarkan penelitian secara lokal.
Hujan bulanan dengan peluang andal tertentu (misalnya 75%), untuk
beberapa daerah sudah mempunyai persamaan linier hubungan antara
hujan bulanan rata-rata dengan hujan bulanan dengan peluang andal
tertentu.
Untuk Indonesia, hujan dengan peluang terlewati 75% (Y) dapat
dinyatakan dengan persamaan :
Y = 0,82 . X - 30, (Oldeman, L.R. 1980)
X = hujan rata-rata bulanan.
Hujan efektif untuk tanaman : padi adalah 100% Y, Re = 100% .Y
palawija 75% dari Y. Re = 75% .Y

d. KP Irigasi berdasarkan penelitian Nedesco & Prosida menetapkan :


Untuk tanaman padi, curah hujan efektif diambil 70% dari curah hujan
rata-rata setengah bulanan atau bulanan dengan kemungkinan terpenuhi
80% yang dirumuskan sebagai berikut :
R eff  70% . R80

Reff = curah hujan efektif rata-rata bulanan


R80 = curah hujan rata-rata bulanan 80% terandalkan
• (R80) adalah curah hujan rata-rata bulanan dengan probabilitas
80% terandalkan (R80) ditentukan berdasarkan tahun dasar
perencanaan (basic year), dirumuskan sebagai berikut :
N
R 80 = +1
5
R 80 = curah hujan dengan probabilitas. 80%
N = jumlah data curah hujan tahunan
Cara menentukan R 80 :
1. Dari data hujan bulanan, jumlahkan untuk mendapatkan
curah hujan tahunan
2. Data hujan tahunan di urut dari rangking terbesar ke terkecil.
15
R 80 = + 1 4
Jika jumlah data hujan 15 th, maka : 5
Artinya R 80 adalah data hujan tahunan pada rangking ke 4
terkecil, sebagai tahun dasar (basic year)
• Evapotranspirasi
Evapotranspirasi potensial (ETo) dapat dianalisis dengan beberapa
metode, diantaranya :
metode Penman, Hargreaves, Blaney-Criddle, Jensen-Heysey dan
lain-lain.
Menurut KP Irigasi 1986 , evapotranspirasi potensial (ETo) dihitung
dengan metoda Penman Modifikasi
Data yang diperlukan untuk perhitungan evapotranspirasi metoda
Penman adalah :
- temperatur udara bulanan (T 0C)
- kelembaban udara bulanan (RH %)
- penyinaran matahari bulanan (Ra jam/hari)
- kecepatan angin bulanan (km/hari)
- lokasi proyek terhadap posisi garis bujur dan garis lintang
- elevasi / ketinggian proyek dari permukaan laut.
Evapotranspirasi potensial Metoda Penman dihitung
sebagai berikut :
ET0 = C . ( W . Rn + (1 - w) . f (u) . (ea - ed) )
f (u) = 0,27 (1 + u/100)
u = u . (log 6,6) / (log h)
Rn = (1 - ) . R1 - Rnl
Rnl = f . (T) . f (ed) . f (n/N) = T . T4
Rs = Ra (0,25 + 0,5 n/N)
Rns = (1 - ) . Rs   = 0,25
RH
ed = ea
100
Eto = evapotranspirasi, mm hari
W = weighting factor yang tergantung dari temperatur dan efek rotasi
Rn = radiasi netto, mm/hari.
(1-W) = weighting factor yang tergantung dari tempetur, elevasi, efek kecepatan angin
dan kelembaban.
f(u) = fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2 m diatas permukaan
u = kecepatan angin pada ketinggian pengukuran (m) diatas permukaan
ea = tekanan uap jenuh
(ea-ed) = perbedaan tekanan uap jenuh pada temperatur udara rata-rata dengan
tekanan uap aktual rata-rata
Rn L = gelombang panjang radiasi, netto
C = factor koreksi perbedaan keadaan iklim siang dan malam (aquisment factor)
Ra = extra terrestrial radiation
n = Lama penyinaran matahari
N = durasi harian rata-rata penyinaran matahari maksimum yang mungkin terjadi.
f(T) = pengaruh suhu terhadap radiasi gelombang panjang
f(ed) = pengaruh tekanan uap thd. radiasi gelombang panjang.
f(n/N) = pengaruh radiasi gelombang panjang
• Pola tanam
Pola tanam adalah tata pengaturan musim tanam, termasuk
pengaturan mengenai :
Penetapan jenis tanaman yang akan di tanam,
Waktu penanaman
Sistem rotasi tujuannya adalah untuk effisiensi pemakaian air
irigasi.
Beberapa alternatif pola tanam yang dapat diterapkan pada
daerah perencanaan.
• padi-padi-palawija
• padi-palawija-padi
• padi-tebu-palawija-padi
GRAFIK POLA TANAM

Pola tanam A (padi – padi) masa tanam mulai pertengahan Okt


Pengolahan lahan 1 bulan
Pola tanam B (padi – palawija) masa tanam mulai awal Nopember
Pengolahan lahan 1,5 bulan

PERIODE SEP OKT NOP DES JAN FEB MAR APR MAI JUN JUL AGT

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

Pola Tanam
A LP PADI LP PADI LP

Pola Tanam
B LP PADI LP PALAWIJA LP
• Perkolasi.
Perkolasi adalah proses penjenuhan lapisan tanah
bawah permukaan (sub surface soil)

Laju perkolasi dipengaruhi oleh :


• tekstur tanah,
• permeabilitas tanah,
• tebal lapisan permukaan tanah, dan
• kedalaman permukaan air tanah.

Besarnya perlokasi ditetapkan 4 mm/hari.


Perkiraan Laju Infiltrasi
Metode Φ-indeks
Pada metode Φ-indeks diasumsikan nilai ft tidak
bervariasi terhadap waktu.

Gambar 11. ilustrasi pengembangan


metode Φ-indeks
Menentukan nilai Φ-indeks
Persamaan yang digunakan:
Vol. limpasan langsung = Vol. hujan efektif
VLL =  Pef . A
Contoh 3:
Sebuah daerah tangkapan hujan dengan luas (A)
0,25 km2 terjadi hujan dengan profil sebagai
berikut:
Waktu (jam) 1 2 3 4 5 6
Curah hujan (mm) 7 18 25 12 10 3

Jika volume limpasan langsung (VLL) adalah


8.250 m3, tentukan nilai Φ-indeks.
Penyelesaian:
Tinggi limpasan langsung ( Pef) dalam mm:
VLL/A = 8.250/0,25x106 = 0,033 m = 33 mm
Nilai Φ-indeks ditentukan dengan cara coba-banding.
Pemisalan 1:
Misal 3 mm/jam < Φ-indeks < 7 mm/jam
Φ-indeks=[(7+18+25+12+10)-33]/5=7,8 mm/jam
Anggapan tidak benar, Φ-indeks > 7 mm/jam

Pemisalan 2:
Misal 7 mm/jam < Φ-indeks < 10 mm/jam
Φ-indeks = [(18+25+12+10)-33]/4 = 8 mm/jam
Anggapan benar, 7 mm/jam < Φ-indeks < 10 mm/jam
Φ-indeks = 8 mm/jam
• Penggunaan konsumtif (Etc).
Air yang dikonsumsi oleh tanaman tergantung pada
keadaan iklim dan jenis tanaman.
Penggunaan konsumtif (Etc) dihitung dengan rumus :
ETc = Kc . ETo
Etc = penggunaan konsumtif, mm/hr
Eto = evapotranspirasi tanaman acuan, mm/hr
Kc = koefisien rata-rata tanaman
Koefisien tanaman ditetapkan berdasarkan ketentuan
dari Nedeco/Prosida atau FAO seperti tabel berikut :
Tabel koefisien tanaman berdasarkan ketentuan
Nedeco/Prosida dan FAO

Umur Nedeco/Prosida FAO


tanaman Varitas Varitas Varitas Varitas
(bulan) biasa unggul biasa unggul
0,5 1,20 1,20 1,10 1,10
1,0 1,20 1,27 1,10 1,10
1,5 1,32 1,33 1,10 1,05
2,0 1,40 1,30 1,10 1,05
• Penggantian Lapisan Air

a. Setelah pemupukan, usahakan untuk


menjadwalkan dan mengganti lapisan air
menurut kebutuhan

b. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu,


lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-
masing 50 mm (atau 3,3 mm/ hari selama ½
Bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah
transplantasi.
• Efisiensi irigasi.
Besar efesiensi pada jaringan irigasi ditetapkan sbb :
- Saluran primer : 90%
- Saluran sekunder : 85%
- Saluran tersier : 80%
Maka besarnya effisiensi total irigasi : = 0,9 . 0,85 . 0,8 = 0,85 %
3. Debit andalan
Debit aliran sungai yang effektif tersedia dan
bisa digunakan sepanjang tahun

Ada 2 metoda untuk perhitungan debit


andalan, yaitu :
– Metoda pengukuran hidro-metri
– Metoda Neraca Air (water balance)
• Metode pengukuran hidrometri
– Pengukuran hidrometri dilakukan dengan alat ukur
kecepatan aliran (current meter).
– Hasil yang didapat adalah debit sesaat aliran sungai.
– Apabila profil sungai tidak seragam dan berbatu-
batu, akan sulit untuk menentukan posisi daerah
pengukuran.
– Harus diusahakan trase sungai di lokasi pengukuran
terlihat agak lurus dan seragam.
– Pengukuran debit dilakukan dibagian hulu dan hilir
lokasi.
• Metoda Neraca Air (Water balance)
Debit andalan (dependable flow) dihitung dengan
metode
Dr. F. J .Mock
Hitungan debit andalan dengan metoda Neraca Air
Dr. F. J Mock adalah sebagai berikut :
Q = (Dro + Bf) . F
Dro = Ws - I
Ws = R - Et
Bf = I - Vn
Vn = 0,5 ( 1+K ) I + K( Vn-1 )
Ro = ( I-Vn’) + 0,6 ( R - EL )
EL = Eto – E
Q = debit andalan, m /dt
Dro = direct run off, m /dt/km
Bf = base flow, m /dt/km
F = catchment area, km
Ws = water surplus, mm
I = infiltrasi, mm
Vn = volume tampungan (storage) , mm
Vn’ = Vn - (Vm - 1) = tampungan bulanan, mm
R = curah hujan, mm
Et = evapotranspirasi potensial (Penman), mm
I = infiltrasi - 40 % water surplus
R – Et = water surplus = curah hujan bulanan rata-rata dikurangi
limit evapotranspirasi, mm
Eto = evapotranspirasi potensial, mm
E = evapotranspirasi pada bidang terbuka, mm
K = koefisien infiltrasi, 0,60
A = luas catchment area, km2
TUGAS II
Hitunglah kebutuhan air irigasi dengan data berikut :
1. Data hujan dan data klimatologi dengan rentang
waktu minimal 10 th berturut-turut
2. Data lain yang diperlukan tentukan sendiri
3. Tugas ini diserahkan minggu depan
4. Buat powerpoint nya dan dipresentasikan serta
dibahas bersama

Anda mungkin juga menyukai