Anda di halaman 1dari 25

Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

BAB VII
PERENCANAAN SITU

BAB 7. PERENCANAAN SITU


7.1. KONSEP PERENCANAAN
Rencana Danau/Situ Pangkalan secara administratif berada di Dusun Kamojang, Desa Laksana,
Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Secara geografis lokasi rencana situ terletak pada
koordinat 7° 8'53.06"S" LS serta 107°47'7.65"E. Berikut merupakan konsep perencanaan Situ
Pangkalan :

1. Situ Pangkalan direncanakan dengan total luas areal 6,8 ha, dimana luas kolam tampungan
adalah 4,5 ha, sedangkan sisanya 2,3 ha untuk areal green belt dan areal fasilitas umum
obyek wisata.

2. Jika ditinjau dari kondisi topografi eksisting, lokasi rencana danau merupakan daerah dataran
dengan kemiringan 0,3%. Maka untuk pembuatan kolam tampungan memerlukan penggalian
tanah 1 s/d 3 meter.

3. Rencana sumber air Situ Pangkalan berasal dari Sungai Cikaro yang mengalir dari sisi selatan
lokasi site. Luas DAS pada titik tinjau lokasi adalah 1,92 Km2 dan lebar sungai 2 m dan
kedalaman air rata-rata 30 cm. Potensi supplai air yang dapat diandalkan secara kontinyu
berdasarkan hasil analisis hidrologi adalah sebesar 58 liter/detik.

4. Tanggul keliling direncanakan dengan konstruksi urugan tanah, bahan urugan diambil dari
hasil penggalian. Tanah galian yang memenuhi syarat digunakan sebagai timbunan tanggul,
sedangkan tanah yang tidak memenuhi syarat di buang ke disposal area.

5. Tanah merupakan bahan alami yang sangat mudah penggarapannya dan setelah menjadi
tanggul sangat mudah pula menyesuaikan diri dengan lapisan tanah pondasi yang
mendukungnya. Tanah juga mudah menyesuaikan dengan kemungkinan penurunan yang
tidak rata, sehingga perbaikan yang disebabkan oleh penurunan tersebut mudah dikerjakan.

6. Bangunan pelimpah yang juga berfungsi sebagai bendung diletakkan di bagian utara site,
tepat pada as sungai Cikaro. Mengingat lokasi tersebut merupakan daerah rawa, untuk
mengantisipasi adanya penurunan akibat kurangnya daya dukung tanah, maka diperkuat
dengan pancang minipile.

7. Bangunan pengambilan (intake) diletakkan tepat di sebelah kiri pelimpah agar mudah dalam
pelaksananaan operasi dan pemeliharaannya. Intake direncanakan dengan cara menyadap
melalui pipa, kemudian dialirkan ke hilir secara gravitasi.

8. Situ Pangkalan direncanakan akan menjadi pusat wisata air di kawasan Desa Wisata
Kamojang. Untuk itu, perencanaan Situ Pangkalan dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas: tempat
parkir, jogging track, taman, areal green belt yang dapat menunjang kegiatan pariwisata di
kemudian hari.

7-1
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

Gambar 7.1 Layout Perencanaan Situ Pangkalan

7.2. KOLAM TAMPUNGAN


7.2.1. Rencana Tampungan
Konsep tampungan situ Pangkalan adalah dengan merencanakan kolam kedalaman 3 m, dimana
puncak tanggul berada pada el. +1475,00 sedangkan dasar kolam pada el. +1472,00, sehingga
dibutuhkan penggalian tanah 1 s/d 3 m dari tanah asli. Luas total area situ adalah 6,8 ha, dengan
luas tampungan yang direncanakan adalah + 4,5 ha, dan sisanya untuk areal greenbelt dan
fasilitas wisata.

7-2
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

Gambar 7.2 Penggalian Tanah Untuk Kolam

7.2.2. Lengkung Kapasitas


Perhitungan yang digunakan dalam menghitung kapasitas genangan/tampungan adalah dengan
menggunakan rumus :

K .( L1 + L2 )
V=
2
dimana :
V : volume tampungan
K : beda kontur
L1 : luas genangan untuk elevasi 1
L2 : luas genangan untuk elevasi 2

7-3
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

Tabel 7.1 Kapasitas Tampungan Situ Pangkalan

Elevasi Tinggi Luas Volume Vol. Komulatif Keterangan


m m m² ha m³ m³
1,472.00 0.00 41,026.40 4.103 0.00 0.00 Dasar Embung
1,472.20 0.20 41,451.31 4.145 8,247.77 8,247.77
1,472.40 0.40 41,876.22 4.188 8,332.75 16,580.52
1,472.60 0.60 42,301.14 4.230 8,417.74 24,998.26
1,472.80 0.80 42,726.05 4.273 8,502.72 33,500.98
1,473.00 1.00 43,150.96 4.315 8,587.70 42,088.68
1,473.20 1.20 43,581.34 4.358 8,673.23 50,761.91
1,473.40 1.40 44,011.71 4.401 8,759.30 59,521.21
1,473.60 1.60 44,442.08 4.444 8,845.38 68,366.59
1,473.80 1.80 44,872.46 4.487 8,931.45 77,298.05
1,474.00 2.00 45,302.83 4.530 9,017.53 86,315.58 Muka Air Rencana
1,474.20 2.20 45,738.67 4.574 9,104.15 95,419.73
1,474.40 2.40 46,174.50 4.617 9,191.32 104,611.04
1,474.60 2.60 46,610.34 4.661 9,278.48 113,889.53
1,474.80 2.80 47,046.17 4.705 9,365.65 123,255.18
1,475.00 3.00 47,482.01 4.748 9,452.82 132,708.00 Puncak Tanggul

Sumber : Hasil Perhitungan

Luas Genangan (ha)

4.80 4.70 4.60 4.50 4.40 4.30 4.20 4.10


1,475.00

1,474.50
Luas Genangan Volume Tampungan

1,474.00
Elevasi (m)

1,473.50

1,473.00

1,472.50

1,472.00
0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000 100,000 110,000 120,000 130,000

Volume Embung ( m3)

Gambar 7.3 Grafik Elevasi Tampungan Situ Pangkalan

7.3. BANGUNAN OUTLET (PELIMPAH)


Bangunan pelimpah dimaksudkan sebagai penyalur kelebihan air banjir jika tampungan tidak
mampu lagi menampung air yang masuk. Bangunan pelimpah direncanakan terbuat dari pasangan
batu dengan selimut beton. Dimensi bangunan pelimpah didasarkan pada debit banjir rancangan
dengan kala ulang 100 tahun.
7.3.1. Kapasitas Pelimpah
Penentuan debit (Q) di puncak bangunan pelimpah dihitung dengan rumus:
Q = C x L x H3/2 , m3/dt
Dimana :
C = koefisien limpahan
L = panjang puncak pelimpah, m

7-4
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

H = total tinggi tekanan diatas mercu bendung, m


Q = debit desain , m3/dt
Koefisien limpahan ( C ) dari diperoleh dengan rumus Iwasaki sebagai berikut :

Cd = 2,2 − 0,0416 ( H d / P) 0,9900


1 + 2a ( h / H d )
C = 1,6
1 + a(h / H d )
Dimana :
C = koefisen limpahan
Cd = koefisien limpahan pada saat h = Hd
h = tinggi air di atas mercu bendung
Hd = tinggi tekanan rencana di atas mercu bendung
P = tinggi bendung
a = konstanta (diperoleh pada saat h = Hd, yang berarti C = Cd)
Hasil perhitungan kapasitas pelimpah rencana embung selanjutnya ditabelkan berikut ini:

Tabel 7.2 Perhitungan Kapasitas Pelimpah

Elevasi Ambang Pelimpah = 1472.00 m


Elevasi Dasar Pelimpah = 1470.00 m
L (rencana) = 6.00 m
P = 2.00 m
Hd = h (Rencana) = 1.00 m
a = 0.57

Elevasi Hd = h P Hd/P Cd
MAB Tinggi MAB Tinggi Mercu Koefisien Debit
(m) (m) (m)
1 2 3 4 = 2/3 5 = 2.2-0.0416*(4)0.99

1474.00 1.00 2.00 0.50 2.179

Elevasi H C L Q
No.
(m) (m) (m 0.5/detik) (m) (m 3/detik)
1 1472.00 0.00 1.60000 6.00 0.000
2 1472.10 0.10 1.68588 6.00 0.320
3 1472.20 0.20 1.76301 6.00 0.946
4 1472.30 0.30 1.83266 6.00 1.807
5 1472.40 0.40 1.89587 6.00 2.878
6 1472.50 0.50 1.95349 6.00 4.144
7 1472.60 0.60 2.00624 6.00 5.595
8 1472.70 0.70 2.05471 6.00 7.220
9 1472.80 0.80 2.09939 6.00 9.013
10 1472.90 0.90 2.14072 6.00 10.967
11 1473.00 1.00 2.17906 6.00 13.074
Sumber : Hasil Perhitungan

7-5
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

7.3.2. Penelusuran Banjir


Tujuan penelusuran banjir situ adalah untuk mengetahui besarnya debit outflow yang melalui
pelimpah situ setelah melewati tampungan genangan, sehingga akan diketahui berapa tinggi muka
air banjir diatas pelimpah dan seberapa efektif mengurangi debit inflow (banjir).
Data yang diperlukan pada penelusuran banjir lewat situ adalah :
➢ Hubungan volume tampungan dengan elevasi situ.
➢ Hubungan debit keluar (outflow) dengan elevasi muka air di situ serta hubungan debit
keluar dengan tampungan.
➢ Hidrograf inflow, I = I(t)
➢ Nilai awal dari tampungan S, inflow I dan debit keluar Q pada t = 0
Nilai awal tampungan, diambil pada kondisi muka air normal atau muka air setinggi mercu spillway.
Untuk situ pengendali banjir, nilai tampungan disesuaikan dengan pedoman operasinya. Untuk
keamanan situ, disarankan diasumsikan pintu intake dalam keadaan tertutup. Metode penelusuran
banjir di situ yang lazim digunakan yaitu, “Modified Pul’s Method”, dengan persamaan sebagai
berikut:
(I1 + I2 ) − (Q1 + Q 2 ) = S − S1
2
2 2
dimana :
I1, I2 = inflow pada waktu t1, t2
Q1, Q2 = outflow pada waktu t1, t2
S1, S2 = volume tampungan pada waktu t1, t2
Persamaan dengan periode penelusuran Δt setelah disederhanakan akan menjadi :
(I1 + I2 ) t +  S −
Q1 t   Q t 
 1  =  S2 + 2 
2  2   2 
Bila debit masuk, hubungan volume tampungan dengan elevasi muka air, hubungan outflow
dengan elevasi muka air, volume tampungan awal, debit keluar awal semuanya diketahui, maka
persamaan tersebut di atas dapat digunakan setahap demi setahap untuk menghitung perubahan
tampungan situ dan outflow yang disebabkan oleh setiap banjir.Setelah bagian kiri dari persamaan
Q 2 t
S2 +
diketahui semuanya, maka bagian kanan persamaan yaitu 2 Dapat dihitung. Dengan
Q 2 t
S2 +
menggambar kurva hubungan antara 2 dengan elevasi serta kurva hubungan antara
outflow O dengan elevasi, maka dapat diketahui hubungan antara O dengan (S2 + O/2). Pada
awal penelusuran, volume tampungan awal (S) debit keluar (Q) dan debit masuk (I) diketahui.
Setelah langkah waktu Δt telah ditetapkan, maka seluruh komponen persamaan bagian kiri telah
Q 2 t
S2 +
diketahui semuanya, sehingga bagian kanan persamaan yang merupakan fungsi 2
dapat dihitung.

7-6
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

Tabel 7.3 Hubungan Elevasi dan Tampungan


Elevasi He S S/∆t Q Q/2 Ψ Ф
(m) (m) m3 (m 3/dt) (m 3/dt) (m 3/dt) (m 3/dt)
1 2 3 4 = [3]/∆t 5 6 = [5]/2 7=4-6 8 = 4+6
1472.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1472.10 0.10 4,208.87 1.17 0.32 0.16 1.01 1.33
1472.20 0.20 8,417.74 2.34 0.95 0.63 1.71 2.97
1472.30 0.30 12,626.60 3.51 1.81 1.38 2.13 4.88
1472.40 0.40 16,835.47 4.68 2.88 2.34 2.33 7.02
1472.50 0.50 21,044.34 5.85 4.14 3.51 2.33 9.36
1472.60 0.60 25,253.21 7.01 5.59 4.87 2.15 11.88
1472.70 0.70 29,462.08 8.18 7.22 6.41 1.78 14.59
1472.80 0.80 33,670.94 9.35 9.01 8.12 1.24 17.47
1472.90 0.90 37,879.81 10.52 10.97 9.99 0.53 20.51
1473.00 1.00 42,088.68 11.69 13.07 12.02 -0.33 23.71
1473.10 1.10 46,511.37 12.92 15.33 14.20 -1.28 27.12
1473.20 1.20 50,934.06 14.15 17.73 16.53 -2.38 30.68
1473.30 1.30 55,356.75 15.38 20.27 19.00 -3.62 34.38
1473.40 1.40 59,779.44 16.61 22.94 21.60 -5.00 38.21
1473.50 1.50 64,202.13 17.83 25.74 24.34 -6.51 42.18
1473.60 1.60 68,624.82 19.06 28.67 27.21 -8.15 46.27
1473.70 1.70 73,047.51 20.29 31.72 30.20 -9.91 50.49
1473.80 1.80 77,470.20 21.52 34.90 33.31 -11.79 54.83
1473.90 1.90 81,892.89 22.75 38.18 36.54 -13.79 59.29
1474.00 2.00 86,315.58 23.98 41.58 39.88 -15.91 63.86
1474.10 2.10 90,954.82 25.27 45.10 43.34 -18.07 68.61
1474.20 2.20 95,594.06 26.55 48.72 46.91 -20.35 73.46
1474.30 2.30 100,233.30 27.84 52.44 50.58 -22.74 78.42
1474.40 2.40 104,872.54 29.13 56.27 54.36 -25.22 83.49
1474.50 2.50 109,511.79 30.42 60.20 58.24 -27.82 88.66
1474.60 2.60 114,151.03 31.71 64.23 62.22 -30.51 93.92
1474.70 2.70 118,790.27 33.00 68.36 66.29 -33.30 99.29
1474.80 2.80 123,429.51 34.29 72.58 70.47 -36.18 104.75
1474.90 2.90 128,068.75 35.57 76.89 74.74 -39.16 110.31
1475.00 3.00 132,708.00 36.86 81.30 79.10 -42.23 115.96

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 7.4 Hasil Perhitungan Penelusuran Banjir


t Q100th (I 1 + I 2)/2 Ψ Ф Qout He Elevasi MAB
(jam) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m) (m)
0.00 0.02 0 0.02 0.00 1472.00
1.00 4.68 2.35 0.06 2.41 0.73 0.20 1472.20
2.00 2.44 3.56 1.47 5.03 1.88 0.31 1472.31
3.00 1.64 2.04 2.14 4.19 1.49 0.26 1472.26
4.00 1.22 1.43 1.98 3.41 1.14 0.22 1472.22
5.00 0.97 1.10 1.80 2.90 0.92 0.20 1472.20
6.00 0.82 0.89 1.67 2.57 0.79 0.18 1472.18
7.00 0.27 0.54 1.53 2.07 0.60 0.15 1472.15
8.00 0.11 0.19 1.33 1.52 0.39 0.11 1472.11
9.00 0.06 0.09 1.09 1.17 0.28 0.09 1472.09
10.00 0.04 0.05 0.89 0.94 0.23 0.07 1472.07
11.00 0.03 0.03 0.71 0.74 0.18 0.06 1472.06
12.00 0.02 0.02 0.56 0.59 0.14 0.04 1472.04
13.00 0.02 0.02 0.45 0.47 0.11 0.04 1472.04
14.00 0.02 0.02 0.36 0.38 0.09 0.03 1472.03
15.00 0.02 0.02 0.29 0.31 0.07 0.02 1472.02
16.00 0.02 0.02 0.23 0.25 0.06 0.02 1472.02
17.00 0.02 0.02 0.19 0.21 0.05 0.02 1472.02
18.00 0.02 0.02 0.16 0.18 0.04 0.01 1472.01
19.00 0.02 0.02 0.14 0.16 0.04 0.01 1472.01
20.00 0.02 0.02 0.12 0.14 0.03 0.01 1472.01
21.00 0.02 0.02 0.11 0.13 0.03 0.01 1472.01
22.00 0.02 0.02 0.10 0.12 0.03 0.01 1472.01
23.00 0.02 0.02 0.09 0.11 0.03 0.01 1472.01
24.00 0.02 0.02 0.08 0.10 0.02 0.01 1472.01
Sumber : Hasil Perhitungan

7-7
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

5.00
t Qin Qout
4.50
(jam) (m3/dt) (m3/dt)
0.00 0.020 0.020 4.00
1.00 4.680 0.733
3.50
2.00 2.445 1.881
inflow pond
3.00 1.643 1.494 3.00

Debit (m3/dt)
4.00 1.219 1.143
outflow pond
5.00 0.971 0.918 2.50
6.00 0.816 0.792
2.00
7.00 0.265 0.604
8.00 0.115 0.391 1.50
9.00 0.058 0.283
10.00 0.035 0.226 1.00
11.00 0.026 0.179
0.50
12.00 0.022 0.142
13.00 0.021 0.113 0.00
14.00 0.020 0.091 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 22.00 24.00
15.00 0.020 0.074 Jam ke-
16.00 0.020 0.061
17.00 0.020 0.051
18.00 0.020 0.044
19.00 0.020 0.038
20.00 0.020 0.034
21.00 0.020 0.030
22.00 0.020 0.028
23.00 0.020 0.026
24.00 0.020 0.025
Sumber : Hasil Perhitungan

Berdasarkan hasil penelusuran banjir melalui tampungan, didapatkan bahwa debit banjir yang
melewati pelimpah sebelum ada masuk situ adalah sebesar 4,68 m3/dt setelah keluar dari
pelimpah situ menjadi 1,88 m3/dt dengan tinggi muka air banjir dari puncak pelimpah adalah
0,31 m atau pada elevasi +1472,31.
7.3.3. Saluran Pengarah
Kecepatan air yang melewati ambang tidak boleh lebih dari 4 m/dt. Kedalaman dasar saluran
pengarah diambil > 0,2 H, tinggi air di atas mercu ambang pelimpah, dengan angka Froude = q/g
(H + P)3  0,4.

Gambar 7.4 Saluran Pengarah (Approach Channel) Menuju Pelimpah

7-8
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

Hasil Perhitungan Saluran Pengarah

v2/2g 1/2H1
H1
h1

Z P v12/2g H2

y2
y1

DIRENCANAKAN
h1 = 0.31 m (Tinggi Muka Air Banjir Rencana)
P atau W = 3.2 m (Tinggi Mercu Pelimpah dari dasar sal. pengarah)
z = 3 m (Tinggi Jatuh)
g = 9.81 (Percepatan Gravitasi)
Q = 1.88 m3/dt (Debit Spillout Rencana)
B = 6.00 m (Lebar Pelimpah Rencana)

PERHITUNGAN SALURAN PENGARAH


Syarat kecepatan di saluran pengarah sebelum ke saluran pengatur yaitu V < 4 m/dt
2
A = (h1 + P) * B = 21.06 m
V = Q/A = 0.09 m/dt < 4.00 m/dt (OK)
hv = V 2/(2*g) = 0.00 m (Tinggi energi diatas MAB)
H1 = h1+hv = 0.31 m (Tinggi MAB + tinggi energi)

7.3.4. Ambang Pelimpah


Kriteria dasar dari perencanaan ambang adalah untuk mendapatkan koefisien debit yang besar di
bawah kondisi aliran yang melimpah bebas serta menghindari terjadinya bahaya tekanan negatif
pada mercu ambang. Bentuk ambang dengan Metode USCE dapat diaplikasikan pada tipe bendung
pelimpah dan tipe pelimpah samping.(Engineering Manual for Irrigation and Drainage, Fill dam,
The Japanese Institute of Irrigation and Drainage)
Metode ini menghasilkan bentuk penampang lintang bentuk yang disebut juga penampang lintang
Harrold.
Persamaan lengkung Harrold:

X 1,85 = 2.H d
0 ,85
Y
dimana :
Hd = tinggi tekanan rencana
X = jarak horisontal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik di permukaan mercu di
sebelah hilirnya.
Y = jarak vertikal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik di permukaan mercu di
sebelah hilirnya.

7-9
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

Gambar 7.5 Bentuk Ambang Pelimpah Tipe Ogee

Tabel 7.5 Perhitungan Lengkung Ambang Pelimpah

X Y
Elevasi
(m) (m)
1470.00
0.0 0.000 1474.000
0.5 0.375 1473.625 1465.00

1.0 1.353 1472.647


1460.00
1.5 2.865 1471.135
Elevasi (m)

2.0 4.878 1469.122 1455.00

2.5 7.371 1466.629


1450.00
3.0 10.327 1463.673
3.5 13.735 1460.265 1445.00

4.0 17.584 1456.416 1440.00

4.5 21.865 1452.135


5.0 26.571 1447.429 1435.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00

5.5 31.694 1442.306 Jarak (m)

6.0 37.230 1436.770

7.3.5. Loncatan Hidrolis


Loncatan hidrolis adalah suatu loncatan air yang disebabkan perubahan aliran dari superkritis
menjadi subkritis. (Raju, Ranga K.G, 1986 : 185).
Kecepatan (v1) awal loncatan dapat dirumuskan:

v1 = 2 g (0,5H 1 + z )
di mana: v1 = kecepatan awal loncatan, m/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8)
H1= tinggi energi di atas ambang, m
z = tinggi jatuh, m.
Dengan q = v1y1, dan rumus untuk kedalaman konjugasi dalam loncat air adalah:

y2
= ½ ( 1 + 8 Fr −1)
2

yu

7-10
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

v1
di mana : Fr =
gyu
di mana :
y2 = kedalaman air di atas ambang ujung, m
yu = kedalaman air di awal loncat air, m
Fr = bilangan Froude
v1 = kecepatan awal loncatan, m/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8)

Hasil Perhitungan Loncatan Hidrolis Pelimpah

v2/2g 1/2H1
H1
h1

Z P v12/2g H2

y2
y1

Kecepatan loncatan air di kaki pelimpah dihitung dengan :

v1 = 2 g (1 / 2 H 1 + z )

H1 = 0.31 m
z = 3.00 m
V1 = 7.87 m/dt (Kecepatan di kaki pelimpah)
Kedalaman loncatan air di hulu (y 1) dihitung dengan :
3
Q1 = Q = 1.88 m /dt
B1 = B = 6.00 m
y 1 = q1/V1 ----> q1 = Q1/B1
3
q1 = 0.31 m /dt/m (Debit persatuan lebar)
y1 = 0.04 m (Kedalaman loncatan air di hulu)
Bilangan froude di kaki pelimpah diperoleh dengan:
v1
Fr1 =
g .y1
Fr1 = 12.59 Superkritis

7.3.6. Peredam Energi


Peredam energi adalah bangunan berupa lantai dengan ketebalan tertentu di bagian hilir bendung
yang berfungsi untuk menahan gerusan di bagian hilir bendung atau merubah kondisi aliran dari
super kritis (bilangan Froude >1) menjadi sub kritis (bilangan froude < 1). Besarnya bilangan
Froude dapat dicari dengan rumus : (Anonim, 1986 : 88)
Vz
Fz =
g .Yz

7-11
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

dengan :
Fz = bilangan froude pada titik z
Vz = kecepatan pada titik z (titik dibagian awal terjadinya loncatan air)
Yz = kedalaman air pada titik z
g = percepatan gravitasi (m/dt2) ~ 9,8

Kriteria Pemilihan Peredam Energi


Pemilihan tipe peredam energi berdasarkan atas besar kecilnya debit persatuan lebar di bagian hilir
bendung dan bilangan Froude. Di bawah ini merupakan beberapa tipe peredam energi (Davidson,
L.W, 1974 : 404, Chow, Ven Te, 1986 : 410).
1. USBR Tipe I
Syarat : Bilangan Froude (Fr) < 4,5

Gambar 7.6 Peredam energi USBR Tipe I


2. USBR Tipe II
Syarat :
- Debit persatuan lebar (q) > 4,5 m 3/dt/m
- Bilangan Froude > 4,5

Gambar 7.7 Peredam energi USBR tipe II

7-12
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

3. USBR Tipe III


Syarat :
- Debit persatuan lebar (q) < 18,5 m3/dt/m
- Bilangan Froude > 4,5

Gambar 7.8 Peredam energi USBR Tipe III

Perhitungan Peredam Energi Pelimpah


Untuk Fr = 12.59
Maka dapat menggunakan peredam energi
KOLAM OLAKAN USBR TIPE III
Diketahui kondisi di kaki sal. peluncur sbb:
Fr = 12.59
y1 = 0.08 m
v1 = 7.87 m/dt
2
E1 = y 1+(v1 /2g) = 3.23
Kedalaman Muka Air dihilir olakan dihitung dengan:

=  1 + 8Fr1 − 1
y2 1 2

y1 2 
y2 = 1.38 m 0.88
Sehingga Dimensi Kolam Olak
0.82y 2 = 1.13 m (Jarak blok halang)
L = 2.7y 2 = 3.72 m (Jarak kolam olakan)
yu = y 1 = 0.16 m (Tinggi, lebar dan jarak blok muka)
n=( yu(18+Fr))/18 = 0.27 m (Tinggi endsill)
n3=(yu(4+Fr))/6 = 0.44 m (Tinggi blok halang)
0.5yu = 0.08 m (Jarak blok muka dengan dinding)
0.2n3 = 0.09 m (Lebar puncak blok halang)
0.75n3 = 0.33 m (Jarak antar blok halang)
Energi yang yang diredam (∆E) pada olakan
Q = 1.88 m3/dt
B olakan = 6.00 m
A = y 2.B = 8.27 m2
v2 = Q /A = 0.23 m/dt
Fr = 0.06 subkritis
E2 = y 2+(v22/2g) = 1.38
∆E = E 1 - E2 = 3.23 - 1.38
= 1.85
7-13
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

7.3.7. Pintu Pembilas


Bangunan pintu pembilas berfungsi untuk membilas (menghindarkan) angkutan sedimen dasar dan
mengurangi angkutan sedimen layang masuk ke intake. Untuk melakukan perencanaan bangunan
pembilas maka harus direncanakan ukuran butiran sedimen maksimum yang dapat digelontor.
Kemudian dihitung kecepatan pembilasan yang dapat menghanyutkan sedimen sesuai dengan
diameter yang telah direncanakan menggunakan rumus sebagai berikut :

Vc = 1,5 c d
Dimana:
Vc = kecepatan kritis (m/dtk)
C = koefisien tingkat material jenis endapan (3,2 – 3,5)
D = diameter ukuran butiran maksimum rencana (m)
Rumus debit yang dapat dipakai untuk pintu pembilas (pintu sorong) adalah :
Q = μ a b 2g h ; V = µ.√2.g.h1
1
Dimana :
Q = debit, (m3/dt)
 = koefisien debit (0,75)
a = bukaan pintu, m
b = lebar pintu, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8)
h1 = tinggi air di depan pintu – ½ bukaan pintu, m.
V = kecepatan di bawah pintu air (m/dt)
Lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya < 1/6-1/10 dari lebar bersih
bendung/pelimpah (jarak antara pangkal-pangkalnya), untuk sungai-sungai yang lebarnya kurang
dari 100 m. Lebar pintu dirancang sesuai dengan materil pintu yang akan digunakan. Untuk pintu
dari kayu lebar maksimal = 2,0 m, dan pintu dai besi lebar maksimal = 1,5 m. Lebar pilar antar
pintu dapat digunakan 0,5-1,5 m.
Perhitungan Pintu Pembilas
Direncanakan
b (lebar pintu) = 1.50 m
n (jumlah pintu) = 1.00 bh
µ (koefisien debit) = 0.70
h (tinggi muka air) = 3.20 m
d (diameter butir) = 0.30 m
c (koef. endapan) = 5.50

Perhitungan
Vc = 1,5 c √d
Vc = 1.5 x 5.5 x √ 0.30
= 4.52 m/dt
Vc = V = µ.√2.g.(h-0.5a)
untuk
a (bukaan pintu) = 2.15 m (trial error agar V=Vc)
V = 0.70 x √ 2 x 9.81 x 2.12
V = 4.52 m/dt
V = Vc (ok)
Sehingga bukaan pintu maksimal untuk penggelontoran adalah 2,15 m
7-14
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

Gambar 7.9 Potongan Spillway (Pelimpah)

7-15
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

7.4. BANGUNAN INLET


7.4.1. Fungsi Bangunan
Untuk melindungi agar saluran inlet tidak longsor atau tertimbun, maka perlu direncanakan
perkuatan bangunan yang dapat berfungsi juga sebagai jembatan yang menghubungkan jalur
jogging track keliling Situ.
7.4.2. Rencana Bangunan
Rencana inlet Situ diambil dari Sungai Cikaro yang berada di sisi selatan calon kedudukan Situ.
Sungai Cikaro mempunyai lebar 2 m dengan kedalaman air rata-rata 0,5 m. Bangunan inlet
direncanakan dengan struktur Beton bertulang dengan dimensi ukuran penampang B = 3 m dan H
= 2 m.

Gambar 7.10 Konstruksi Inlet Situ Pangkalan

7.5. TANGGUL KELILING


7.5.1. Fungsi Bangunan
Tanggul berfungsi untuk menahan air dan sebagai pembatas kolam. Tanggul yang baik harus
kedap air (tidak rembes), kuat menahan beban air, tidak mudah erosi, dan tidak bocor. Untuk jenis
tanah liat berpasir, tanggul bisa dibuat dengan tanah. Tetapi untuk jenis tanah yang gembur dan
mudah erosi diperlukan tanggul dari batu atau tembok.
7.5.2. Rencana Bangunan
Bangunan tanggul tanah direncanakan dengan bentuk trapesium dengan lebar puncak 6 m.
Kemiringan lereng bagian hulu dan hilir dibuat sama yaitu 1 : 2, dengan ketinggian 3 m. Di bagian
puncak tanggul dibuat pagar pengaman dari beton bertulang setinggi 90 cm.
Bahan timbunan tanggul direncanakan diambil dari hasil penggalian kolam. Tanah galian yang
memenuhi syarat digunakan sebagai timbunan tanggul, sedangkan tanah yang tidak memenuhi
syarat di buang ke disposal area.

7-16
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

Gambar 7.11 Kontruksi Tanggul Keliling

7.6. BANGUNAN INTAKE


7.6.1. Fungsi Bangunan
Intake adalah suatu konstruksi yang berguna untuk mengambil air dari sumber air di permukaan
seperti reservoir, sungai, danau atau kanal. Konstruksi intake disesuaikan menurut konstruksi
bangunan air yang direncanakan.
7.6.2. Rencana Bangunan
Pada perecanaan embung ini, bangunan pengambilan ( intake) terbuat dari pipa yang menyadap
langsung dari tampungan/kolam embung. Bangunan ini terletak tapat di bagian kiri pintu pembilas
dan pelimpah. Sebelum masuk ke pipa terlebih dahulu dibuat sponeng pintu, yang berguna untuk
memudahan dalam operasi dan pemeliharaan ujung pipa penyadap. Di bagian hilir, pipa dilengkapi
dengan gatevalve yang terletak di dalam konstruksi manhole dari beton bertulang.
Pipa pengambilan direncanakan dengan pipa galvanis diameter 100 mm (4 inch) yang ujungnya
dilengkapi oleh saringan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung diamater pipa adalah
sebagai berikut.
Q = C A (2gh1)
dimana:
Q = debit, m3/det
C = koefisien debit, diasumsikan = 0,545
A = Luas penampang intake, m2
g = percepatan grafitasi, m/det2 ( 9,81)
h1 = kedalaman air di depan intake, m

7-17
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

Hasil Perhitungan
Qa = 0.058 m3/dt
Qs = 1.2 x Qa
= 0.0696 m3/det
El. Muka Air = 1474.00 m dpl
El. Dasar Pipa = 1472.00 m dpl
h1 = El. MAB - El. Dasar Pipa
= 2.00 m
C = 0.80

A = Q. C
(2gh1)1/2
= 0.05568
6.264184
= 0.00889 m2
Diameter Pipa (D)
A = (1/4) x 3,14 x D2
D = 0.106 m
= 10.64 cm
= 4.24 inch

Gambar 7.12 Konstruksi Bangunan Pengambilan

7-18
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

7.7. BANGUNAN JOGGING TRACK


7.7.1. Fungsi Bangunan
Jalan (Joging Track) sekeliling situ bermanfaat untuk memagari/membatasi kolam situ, selain itu
befungsi juga untuk akses pengunjung (pejalan kaki), juga sebagai penahan sedimen yang berasal
dari air pembuangan yang terbawa oleh air hujan yang jatuh pada areal sekeliling situ, baik yang
ada didalam maupun di luar areal situ.
7.7.2. Rencana Bangunan
Lebar ruang untuk fasilitas joging track direncanakan pada elevasi +1475 dan lebar 6 meter
dengan rincian lebar paving block adalah 3 meter, lebar kansteen kiri dan kanan masing-masing
0,15 m, lebar bahu jalan untuk ruang saluran drainase dan pohon adalah 1,8 meter. Saluran
drainase sekeliling embung direncanakan menggunakan saluran precast U-ditch dengan ukuran 0,5
x 0,5 m.

Gambar 7.13 Konstruksi Joging Track

7-19
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

7.8. STABILITAS BANGUNAN


7.8.1. Metode Analisa Rembesan
7.8.1.1. Metode Lane
Metode Lane atau yang disebut juga metode Angka Rembesan Lane (Weighted Creep Ratio
Method) adalah metode yang dianjurkan untuk mengecek bangunan-bangunan utama terhadap
terjadinya erosi bawah tanah. Metode Lane ini membandingkan panjang jalur rembesan di bawah
bangunan di sepanjang bidang kontak bangunan/pondasi dengan beda tinggi muka air antara
kedua sisi bangunan.
Di sepanjang jalur perkolasi ini kemiringan yang lebih curam dari 45° dianggap vertikal dan yang
kurang dari 45° dianggap horisontal. Jalur vertikal dianggap memiliki daya tahan terhadap aliran 3
kali lebih kuat daripada jalur horisontal, yang dapat ditulis sebagai berikut:

1
L v +
3
 LH
CL =
H
dimana :
CL = angka rembesan Lane
LV = jumlah panjang vertikal (m)
LH = jumlah panjang horisontal (m)
H = beda tinggi muka air (m)
Syarat Aman : C < ∑ (Lv + 1/3.Lh) / ∆H
7.8.1.2. Metode Bligh
Konsep metode Bligh sama dengan metode Lane, namun panjang jalur rembesan di bawah
bangunan tidak dibedakan antara vertical dan horizontal.

dimana :
C = angka rembesan Bligh
L = jumlah panjang lintasan (m)
H = beda tinggi muka air (m)
Syarat Aman : ∑ L > (∆H x C)

Tabel 7.6 Harga-harga Minimum Angka Rembesan Lane (CL) dan Bligh (C)
Macam pondasi CL C

Pasir sangat halus atau lanau 8.5 18


Pasir halus 7.0 15
Pasir sedang 6.0 13.5
Pasir kasar 5.0 12
Kerikil halus 4.0 11
Kerikil sedang 3.5 10
Kerikil campur pasir - 9

7-20
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

Macam pondasi CL C
Kerikil kasar termasuk batu-batu kecil (berangkal) 3.0 8
Bongkah dengan sedikitbatu-batu kecil (berangkal) dan kerikil 2.5 7
Bongkah, batu batu kecil dan kerikil - 4~6
Lempung lunak 3.0 -
Lempung sedang 2.0 -
Lempung keras 1.8 -
Lempung sangat keras 1.6 -

Analisa rembesan dilakukan dengan teori Bligh dan Lane untuk kondisi:
- Selama terjadi debit normal, yaitu elevasi muka air hulu mencapai elevasi mercu bendung dan
pada waktu bak dikeringkan.
- Selama terjadi banjir rencana
Dengan teori yang sama dihitung tekanan air di bawah bendung, dengan asumsi lantai bendung
(apron) hulu kedap air.
7.8.2. Metode Analisa Pembebanan
7.8.2.1. Beban Mati
Beban mati adalah berat sendiri dari stuktur tersebut termasuk berat material-material pengisinya.
Mengacu pada Standar Indonesia, berat jenis dari berbagai material yang biasanya digunakan
untuk penghitungan beban adalah sebagai berikut.
Tabel 7.7 Berat Jenis dari Berbagi Material
No Material Berat Jenis
(t/m3)
1. Baja 7,85
2. Batu galian, batu kali (tidak 1,50
dipadatkan)
3. 0,70
Batu Koral
4. 7,25
Besi Cor
5. 2,20
Beton Polos (tanpa tulangan)
6. 2,40
Beton Bertulang
7. 1,00
Kayu Kelas I
8. 0,80
Kayu Kelas II
9. 1,65
Kerikil
10. 2,15
Adonan Semen (Mortar)
11. 1,70
Pasangan Batu bata
12. 2,20
Pasangan Batu
13. 1,60
Pasir kering
14. 1,80
Pasir basah
15. 1,00
Air
16. 1,70

7-21
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

No Material Berat Jenis


(t/m3)
17. Tanah, lempung, lanau (kering) 2,00
Tanah, lempung, lanau (basah)
Sumber: KP-06, halaman 4 Tabel 2.1
7.8.2.2. Tekanan Tanah
Perhitungan dari tekanan tanah yang bekerja pada dinding dihitung dengan rumus Rankine’s.
Rumus di atas tidak mempertimbangkan kohesi tanah.

H1

Ea
Ep H2

Gambar 7.14 Distribusi Tekanan Tanah


Ea = 0.50 X  X Ka X H12
Ep = 0.50 X  X Kp X H22
Dimana :
Ea : Tekanan Tanah Aktif (t)
Ep : Tekanan Tanah Pasif (t)
 : Berat jenis dari Tanah (t/m3)
H1 & H2 : Ketinggian dari permukaan tanah (m)
Ka : Koeff. Tekanan Tanah Aktif (Acuan. KP-06, hal. 22)
Kp : Koef. Tekanan tanah Pasif (Acuan. KP-06, hal. 22)

7.8.2.3. Tekanan Air (Hidrolis)


Total tekanan hidrolis yang bekerja pada permukaan bidang dihitung dengan rumusan berikut
Muka air bag. hulu

level

Ph
Muka air bag.
hilir

Gambar 7.15 Distribusi Tekanan Hidrostatik

7-22
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

Ph = 0.50 X w X H2
Dimana,
Ph : Total tekana hidrostatik
w : Berat Jenis Air (= 1.00 t/m3 )
H : Kedalaman air (m)
7.8.2.4. Tekanan Uplift (Gaya angkat)
Tekanan uplift diakibatkan oleh tekanan air rembesan pada pondasi batuan atau tanah. Total
tekanan uplift yang bekerja pada suatu bangunan dapat dihitung sebagai berikut :
Muka air bag. hulu

H
A
D Muka air bag. Hilir
B
x
C
Gambar 7.16 Distribusi tekanan Uplift
Ux = Hx - H X L x / L
Dimana :
Ux : Tekanan Uplift pada titik X (t/m2)
Hx : Tinggi tekan dari elevasi muka air bag. Hulu pada titik X (m)
L x : Garis rembesan sampai dengan titik X (m), dihitung berdasarkan
metode Lane’s
L : Total panjang dari garis rembesan (m), diihitung berdasarkan metode
Lane
H : Perbedaan Tinggi tekan (m)
7.8.2.5. Gaya Gempa
Gaya gempa yang bekerja pada suatu bangunan dapat dihitung dengan persamaan berikut .

G E

Gambar 7.17 Distribusi Gaya Gempa


E = Kh x G
Dimana,
E : Gaya gempa (t)
G : Beban Mati/berat sendiri struktur (t)
Kh : Koefisien gempa horisontal (= 0.12)

7-23
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

7.8.3. Metode Kontrol Stabilitas


7.8.3.1. Daya Dukung
Menurut Terzaghi, daya dukung tanah untuk fondasi dangkal berdasarkan pada anggapan bahwa
kekuatan geser tanah dapat dinyatakan dengan rumus :
s = c +  tan 
dimana :
s = kekuatan geser tanah
 = tegangan normal pada bidang geser
c = kohesi
 = sudut perlawanan geser
dan anggapan bahwa dasar fondasi tidak licin sehingga gesekan antara dasar fondasi dengan
tanah cukup tinggi. Maka teori Terzaghi ini menghasilkan sebuah rumus daya dukung sebagai
berikut :
❑ Untuk Fondasi Jalur
q = cNc +  D Nq + 0.5  B N
❑ Fondasi Lingkaran
q = 1.3 cNc +  D Nq + 0.6  + R N
dimana
R = jari-jari fondasi
❑ Fondasi Bujur Sangkar :
q = 1.3 cNc +  D Nq + 0.4  + B N
dimana :
q = daya dukung keseimbangan (ultimate bearing capacity)
B = lebar fondasi
D = dalam fondasi
 = berat isi tanah
c = kohesi
 = sudut perlawanan geser
Nc, Nq, N = Faktor daya dukung, tergantung pada sudut perlawanan geser ()
ø Nc Nq Nγ
0 5.71 1.00 0
5 7.30 1.60 0.5
10 9.60 2.70 1.2
15 12.90 4.40 2.5
20 17.70 7.40 5
25 25.10 12.70 9.7
30 37.20 22.50 19.7
35 57.80 41.40 42.4
40 96.70 82.30 100.4

7-24
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

7.8.3.2. Stabilitas Terhadap Guling

Agar aman terhadap guling, maka stabilitas bangunan harus memenuhi persamaan sebagai
berikut:

Sf =
 Mv > 1,5 (Kondisi Normal)
 Mh
> 1,2 (Kondisi Gempa)

e =
 Mv − Mh − B / 2  < B/6 (Kondisi Normal)
V
< B/3 (Kondisi Gempa)
7.8.3.3. Stabilitas Terhadap Geser

Agar aman terhadap geser, maka stabilitas bangunan harus memenuhi persamaan sebagai berikut:

Sf =
V . f > 1,5 (Kondisi Normal)
H
> 1,2 (Kondisi gempa)

7.8.3.4. Stabilitas Terhadap Daya Dukung

Agar aman terhadap daya dukung (tidak terjadi penurunan), maka stabilitas bangunan harus
memenuhi persamaan sebagai berikut:
Untuk e < B/6 → q =  V (1  6 . e ) < q ijin
B ..L B

Untuk e > B/6 → q = 2V < q ijin


3. L. (B / 2 − e)

dimana :
 Mv = Momen tahan (t.m)
 Mh = Momen guling (t.m)
V = Beban Vertikal (ton)
H = Beban Horisontal (ton)
U = Uplift (ton)
f = Koefisien geser antara batu dan tanah (0.75)
B = Lebar konstruksi
L = Panjang konstruksi

7-25

Anda mungkin juga menyukai