Anda di halaman 1dari 17

Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

BAB II
KONDISI UMUM DAERAH STUDY

BAB 2. KONDISI UMUM DAERAH STUDY


2.1. KONDISI UMUM KECAMATAN IBUN
2.1.1. Kondisi Geografis
Kecamatan Ibun sebagai salah satu Kecamatan dari 30 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten
Bandung, secara topografis merupakan dataran tinggi yang memiliki ketinggian ± 1.500 m diatas
permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 781 mm/tahun dengan suhu udara rata-rata 21° C.
Sebagai salah satu daerah industri tekstil yang berada diwilayah Bandung selatan, Kecamatan Ibun
memiliki jarak orbitrasi dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung 3 5 Km dan dari Pusat
Pemerintahan Propinsi Jawa Barat berjarak 45 Km.
Luas Wilayah Kecamatan Ibun adalah 4.442 Ha yang terdiri dari 1.484 Ha merupakan areal sawah
dan 2.203 Ha merupakan tanah non sawah, dari luas tersebut Wilayah Kecamatan Ibun terbagi
dalam 12 Desa.
Secara Administrasi Kecamatan Ibun memiliki batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kecamatan Majalaya
- Sebelah Timur : Kecamatan Paseh
- Sebelah Selatan : Kabupaten Garut
- Sebelah Barat : Kecamatan Pacet

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kecamatan Ibun


No Desa/Kelurahan Luas Wilayah Persentase
(hektar) Terhadap Luas
Kecamatan (%)
1 Neglasari 340,00 7,65
2 Dukuh 375,00 8,44
3 Ibun 911,20 20,51
4 Laksana 1.135,90 25,57
5 Mekarwangi 669,70 15,08
6 Sudi 151,50 3,41
7 Cibeet 157,00 3,53
8 Pangguh 359,30 8,09
9 karyalaksana 110,00 2,48
10 Lampegan 99,00 2,23
11 Talun 95,40 2,15
12 Tanggulun 38,00 0,86
Jumlah 4.442,00 100
Sumber : Kecamatan Ibun Dalam Angka 2018

2-1
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

2.1.2. Kondisi Pemerintahan


Adapun Wilayah Kerja Kecamatan Ibun sebagai Perangkat Daerah meliputi 12 Desa yang terdiri
dari :
1. Desa Ibun
2. Desa Laksana
3. Desa Mekarwangi
4. Desa Sudi
5. Desa Talun
6. Desa Tanggulun
7. Desa Lampegan
8. Desa Cibeet
9. Desa Karyalaksana
10. Desa Pangguh
11. Desa Dukuh
12. Desa Neglasari
Dari 12 Desa tersebut terdiri dari 44 Dusun 139 RW dan 387 RT.

Tabel 2.2 Jumlah Satuan Lingkungan Setempat Menurut Desa


di Kecamatan Ibun Tahun 2017
No Desa/Kelurahan RT RW Dusun
1 Neglasari 39 9 3
2 Dukuh 38 13 6
3 Ibun 34 10 5
4 Laksana 32 13 4
5 Mekarwangi 41 13 4
6 Sudi 24 9 3
7 Cibeet 26 12 3
8 Pangguh 56 22 6
9 karyalaksana 41 12 3
10 Lampegan 27 11 3
11 Talun 33 8 2
12 Tanggulun 23 7 2
Jumlah 414 139 44
Sumber : Kecamatan Ibun Dalam Angka 2018

2.1.3. Kondisi Kependudukan


Jumlah Penduduk Kecamatan Ibun sampai dengan akhir 2017 tercatat sebanyak 83.903 orang,
terdiri dari 42.469 orang laki laki dan 41.434 perempuan dan jumlah KK 25.567 Kepala Keluarga.
Untuk lebih jelasnya keadaan jumlah penduduk Kecamatan Ibun dapat dilihat pada tabel berikut ini
:

2-2
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kecamatan Ibun tahun 2017
No Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk Total
Laki-Laki Perempuan
1 Neglasari 2.719 2.574 5.293
2 Dukuh 3.841 3.861 7.702
3 Ibun 4.184 4.098 8.282
4 Laksana 4.060 3.972 8.032
5 Mekarwangi 3.753 3.603 7.356
6 Sudi 3.184 3.091 6.275
7 Cibeet 3.190 3.061 6.251
8 Pangguh 4.969 4.803 9.772
9 karyalaksana 3.953 3.653 7.606
10 Lampegan 3.437 3.783 7.220
11 Talun 3.273 3.022 6.295
12 Tanggulun 1.906 1.913 3.819
Jumlah 42.469 41.434 83.903
Sumber : Kecamatan Ibun Dalam Angka 2018
2.1.4. Kondisi Sosial Ekonomi
Stabilitas Politik di Kecamatan Ibun sampai dengan akhir tahun 2016 cukup kondusif, hal ini
ditandai dengan tidak terjadi konflik baik SARA maupun Politik.
Keadaan sosial masyarakat diwilayah Kecamatan Ibun dapat dilihat dari agama yang dianut,
sarana kesehatan, sumber-sumber pembangunan dan sikap serta tingkah laku masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Agama mempunyai peranan dalam membentuk watak dan kepribadian,
pendidikan keagamaan dilakukan oleh tokoh-tokoh agama, melalui pendidikan formal seperti
madrasah maupun pendidikan non formal seperti pondok pesantren.
Sumber penghidupan bagi penduduk adalah dari sektor pertanian, sektor industri, sektor
perdagangan dan jasa. Di sektor industri menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat Ibun, lahan
pertanian berkurang sehingga penurunan produksi yang menyebabkan penduduk beralih ke sektor
industri.
Penduduk Kecamatan Ibun pada umumnya mata pencahariannya bergerak dibidang buruh pabrik,
namun sector yang lainnya pun terus berkembang seperti industri manufaktur dan jasa lainnya.

2.2. KONDISI LOKASI STUDI


Secara geografis daerah Studi terletak pada koordinat 7° 8'53.06"S" LS serta 107°47'7.65" BT.
Secara administratif, daerah Studi terletak di Kampung Kamojang, Desa Laksana Kecamatan Ibun
Kabupaten Bandung.
2.2.1. Kondisi Umum Desa Laksana
Desa Laksana sebagai salah satu Desa di Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung, secara tofografis
merupakan daerah relatif trasering yang memiliki ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut
dan curah hujan rata-rata 781 mm/tahun dengan suhu udara minimal 21°C. Secara Adminstratif
Desa Laksana memiliki batas-batas, sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Desa Mekarwangi
• Sebelah Timur : Desa Mekarwangi
• Sebelah Selatan : Kabupaten Garut
• Sebelah Barat : Desa Ibun
Desa Laksana terdiri dari 4 (empat) Dusun, 13 RW dan 34 RT. Jumlah penduduk Desa Laksana
sampai dengan akhir tahun 2014, tercatat sebanyak 7637 orang, terdiri dari 3718 orang
perempuan dan 3914 orang laki-laki, tercatat dalam 2297 Kepala Keluarga (KK).

2-3
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

Sumber penghidupan bagi penduduk adalah dari sektor pertanian, sektor industri, sektor
perdagangan dan jasa. Di sektor pertanian menjadi sumber penghasilan utama bagi masyarakat
Desa Laksana, karena lahan pertanian merupakan potensi alam yang potensial. Dapat diambil
kesimpulan bahwa penduduk Desa Laksana Kecamatan Ibun pada umumnya bermata pencaharian
sebagai Petani, namun demikian sektor manufaktur serta perdagangan dan jasa lainnya pun tetap
berkembang.

Gambar 2.1 Wilayah Desa Laksana dan Lokasi Danau Pangkalan


2.2.2. Kondisi Topografi
Dilihat dari topografinya, sebagian besar Kecamatan Ibun terdiri atas dataran tinggi dan
pegunungan. Secara topografis merupakan daerah relatif terasering yang memiliki ketinggian
1.500 meter di atas permukaan laut.

Tabel 2.4 Ketinggian Wilayah Kecamatan Ibun


No Desa/Kelurahan Topografi Wilayah Keberadaan Wilayah Ketinggian
Dari
Permukaan
Laut (m)
1 Neglasari Lereng/Punggung Bukit Tepi/Sekitar Kawasan Hutan 1.015
2 Dukuh Lereng/Punggung Bukit Luar Kawasan Hutan 775
3 Ibun Lereng/Punggung Bukit Luar Kawasan Hutan 700
4 Laksana Lereng/Punggung Bukit Dalam Kawasan Hutan 1.200
5 Mekarwangi Lereng/Punggung Bukit Tepi/Sekitar Kawasan Hutan 850
6 Sudi Lereng/Punggung Bukit Luar Kawasan Hutan 850
7 Cibeet Lereng/Punggung Bukit Luar Kawasan Hutan 822
8 Pangguh Lereng/Punggung Bukit Luar Kawasan Hutan 838

2-4
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

No Desa/Kelurahan Topografi Wilayah Keberadaan Wilayah Ketinggian


Dari
Permukaan
Laut (m)
9 karyalaksana Lereng/Punggung Bukit Luar Kawasan Hutan 768
10 Lampegan Lereng/Punggung Bukit Luar Kawasan Hutan 734
11 Talun Lereng/Punggung Bukit Luar Kawasan Hutan 800
12 Tanggulun Lereng/Punggung Bukit Luar Kawasan Hutan 717
Sumber : Kecamatan Ibun Dalam Angka 2018

Gambar 2.2 Peta topografi Kecamatan Ibun


2.2.3. Kondisi Iklim dan Curah Hujan
Secara umum iklim di wilayah Kabupeten Bandung bagian Utara dapat dikategorikan sebagai
daerah berilklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari
klasifikasi iklim koppen. Pada keadaan normal, pola pergantian iklim tahunan di kawasan tropis
basah ditandai dengan dua musim secara bergantian, yaitu perioda basah yang berlangsung dari
bulan Oktober sampai Mei dan perioda kering (kemarau) dari bulan Juni sampai dengan
September.
Selama musim hujan, secara tetap bertiup angin dari arah Barat Laut yang mebawa udara basah
dari Laut Cina Selatan dan bagian Barat Laut Jawa. Pada musim kemarau, bertiup angin kering
bertemperatur relatif tinggi dan arah Australia yang terletak di Tenggara.

2-5
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

Berdasarkan studi data sekunder iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Bandung bagian Selatan
dan sekitarnya dipengaruhi oleh tiga factor utama, yaitu: pola sirkulasi angin musiman ( monsoonal
circulation pattern), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian Tengah Jawa Barat dan
elevasi topografi di Bandung Curah Hujan rata-rata tahunan sekitar Kecamatan Ibun, Bandung
Selatan berkisar antara 2.000 – 2.500 mm, sedangkan disekeliling daerah pegunungan mencapai
3.000 – 4.000 mm. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 16°C – 18 °C di pagi hari,
sedangkan siang hari sekitar 20°C - 25°C. Besaran angka penguapan (evapotranspirasi) menurut
Iwaco-Waseco (1991) adalah 1.550mm/tahun.

Gambar 2.3 Curah Hujan Rerata Kabupaten Bandung

2.2.4. Kondisi Geologi Permukaan


Berdasarkan analisis data citra landsat ETM disekitar komplek pegunungan Kamojang dan
sekitarnya, tidak terlihat adanya struktur geologi berupa patahan yang muncul secara tegas di
permukaan. Namun demikian, beberapa kelurusan berarah Timur Laut - Barat Daya teridentifikasi
keberadaannya disebelah Timur dekat komplek Kamojang dan Barat Daya Danau Ciharus.
Aktifitas erosi alur telah menorah batuan di permukaan sehingga membentuk lembah-lembah
sungai yang dalam ke arah utara. Diperkirakan lembah-lembah tersebut berada pada jalur-jalur
patahan. Akibat aktifitas volkanik yang sangat intensif, menyebabkan sebagian besar fenomena
struktur tersebut tertutup, sehingga sulit untuk dilihat di lapangan. Berdasarkan peta geologi
permukaan terdapat susunan batuan Qgpk yang menunjukan batuan gunungapi Guntur,
pangkalan dan kendang artinya rempah lepas dan lava bersusun andesit-balasan bersumber dari
komplek gunungapi tua G. Guntur, G. Pangkalan dan G. Kendang.

2-6
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

Danau
Pangkalan

Gambar 2.4 Kondisi Geologi Kawasan Danau Pangkalan

2.2.5. Sistem Panas Bumi Kamojang


Di kawasan Kamojang terjadi aktivitas hidrotermal pada beberapa litologi seperti lava andesit,
debu vulkanik, tuf dan lain-lain. Mineral hidrotermal seperti illit, monmorillonit, kalsit, khlorit, pirit
dan kuarsa muncul dengan melimpah. Mineral-mineral anhidrit dan walrakit muncul dengan jumlah
menengah. Sedang mineral-mineral leukoxen, serisit, siderite, sphene, adularia, epidot dan pirhotit
muncul dengan jumlah sedikit
Pemunculan melimpah dapat terlihat pada 150 meter sampai kedalaman suatu sumur. Sedang
yang pemunculannya menengah dan jarang pada kedalaman lebih dari 600 meter. Khusus untuk
anhidrit muncul pada kedalaman relative dangkal, maksimum 400 meter
Mineral-mineral lain hasil proses hidrotermal seperti lempung, silika, kalsit dan pirit mempengaruhi
batuan piroklastik terubah, lava andesit terubah serta breksi berubah, dan menjadikannya sebagai
batuan tudung yang baik.
Kehadiran mineral hidrotermal seperti albit dan epidot pada beberapa lapisan berpengaruh
terhadap permeabilitas, sehingga membentuk zona berpori. Satuan batuan yang
mempengaruhinya adalah lava andesit terubah, tuf berubah dan breksi terubah yang bertindak
sebagai batuan reservoir
Pada awalnya, para ahli geologi menduga bahwa sumber air (fluida) panas bumi berasal dari air
magmatik, yaitu air yang dilepaskan dari magma cair ketika tekanannya berkurang. Namun dengan
ditentukannya aplikasi teknik isotop alam dalam panasbumi telah membuktikan bahwa sumber
fluida tersebut adalah air meteorik (air hujan), hanya sebagian kecil daerah panas bumi yang

2-7
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

sumber fluidanya berasal dari air magmatik. Air meteorik tersebut masuk ke dalam reservoir
melalui patahan dan dipanasi oleh batuan melalui proses konduktif dan konvektif. Jika suatu
reservoir panas bumi dieksploitasi, maka ketersediaan suplai air harus diperhatikan agar produksi
dapat berkelanjutan.

Gambar 2.5 Sistem Panas Bumi Kamojang


2.2.6. Pemanfatan Sistem Panas Bumi
Lapangan Kamojang adalah lapangan panas bumi pertama di Indonesia. Mulai beroperasi secara
komersial tahun 1983. Lapangan panas bumi Kamojang terletak 42 km arah tenggara kota
Bandung, di dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Bandung dan Garut, Jawa Barat. Lapangan
ini membentang pada deretan pegunungan api Rakutak-Guntur dan terletak 1.500 m di atas
permukaan laut.
Area panas bumi Kamojang meliputi luas kurang lebih sebesar 31,68 km2 dan luas daerah prospek
sekitar 21 Km2. Secara geografis daerah ini berada pada posisi 7° 8' 2" LS - 107° 48' 0,01” BT
dengan ketinggian sekitar 1.500 m di atas muka air laut. Kamojang beriklim sejuk, dengan suhu
15° - 20° C, dengan curah hujan setiap tahunnya mencapai 2.885 mm.
Bentuk manifestasi panas bumi di permukaan yang ada di lapangan ini terdiri dari kolam air panas,
kubangan lumpur panas, tanah beruap dan mata air panas yang tersebar di area Kamojang.
Lapangan Kamojang memiliki reservoir dengan tipe sistem dominasi uap.
Uap kering diproduksi dari reservoir sebesar 1.100 ton/jam atau setara dengan 140 Mwe, karena
untuk 1 MW itu dibutuhkan uap sebesar 8 ton perjam. Produksi 140 MW itu mengalir dari 28
sumur, masing-masing unit 1 (30 MW), unit 2 (55 MW), unit 3 (55 MW).
PGE hanya mensuplai uap. PLTP-nya sendiri dioperasikan Indonesia Power, anak usaha PLN.
Produksi lain yang dihasilkan unit IV yang diresmikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di
Nusa Dua Bali tanggal 11 Desember 2007. PGE tidak sekedar menjual uap, juga bertindak sebagai
operator PLTP, biasa dikenal dengan istilah IPP. Listrik yang dijual ke PLN dari unit IV itu sekitar 60

2-8
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

MW. kebutuhan uapnya untuk 1 MW itu hanya 7 ton perjam. Di internal Kamojang, diistilahkan
sebagai Total Project.
Saat ini, setelah diresmikannya produksi yang dihasilkan dari unit V sebesar 35 MW pada Agustus
2015 maka total produksi PLTP Kamojang menjadi 235 MW.

2.3. SURVEY IDENTIFIKASI LOKASI


2.3.1. Kondisi Administratif
Rencana Danau/Situ Pangkalan secara administratif berada di Dusun Kamojang, Desa Laksana,
Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Secara geografis lokasi rencana situ terletak pada koordinat
7° 8'53.06"S" LS serta 107°47'7.65"E.
Desa Laksana sebagai salah satu Desa di Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung, terdiri dari 4
(empat) Dusun, 13 RW dan 34 RT. Secara topografis merupakan daerah relatif terasering yang
memiliki ketinggian +1.500 meter di atas permukaan laut dan curah hujan rata-rata 781 mm/tahun
dengan suhu udara minimal 21°C.
Di daerah ini terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pertama di Indonesia. Panas
bumi disini pertama kali dieskplorasi pada tahun 1970 yang dilakukan oleh ahli Gunung Berapi dari
Selandia Baru.
2.3.2. Kondisi Akses Jalan
Jarak lokasi rencana Situ Pangkalan dari Ibukota Propinsi Jawa Barat (Kota Bandung) adalah
sekitar +33,90 Km dengan waktu tempuh + 90 menit. Untuk menuju ke lokasi rencana situ
Pangkalan, melalui jalan utama Jl. Raya Kamojang kemudian masuk ke arah barat menuju ke
Kampung Kamojang sekitar +1 Km dari jalan utama. Dengan lebar jalan sebesar 4 meter, kondisi
jalan kampung masih belum beraspal, akan tetapi dapat dilalui kendaraan roda 4 dengan baik.
2.3.3. Kondisi Lingkungan
Saat ini kondisi lingkungan sekitar rencana Situ Pangkalan merupakan areal perkebunan sayur-
sayuran seperti selada, cabe dan tomat serta dikelilingi oleh perbukitan dengan suasana hutan
yang hijau dan udara yang sejuk. Tepat di sebelah timur laut terdapat obyek wisata air Cianyar,
sehingga kedepannya sangat sesuai dikembangkan sebagai kawasan obyek wisata air terpadu.
2.3.4. Kondisi Sumber Air
Rencana sumber air Situ Pangkalan berasal dari Sungai Cikaro yang mengalir dari sisi selatan lokasi
site. Dengan lebar sungai 2 m dan kedalaman air rata-rata 30 cm, secara visual kualitas air dari
sungai ini cukup jernih dengan debit sesaat 40 lt/dt (survey pada bulan Oktober). Berdasarkan
informasi warga setempat, sungai ini selalu mengalir meskipun pada musim kering/kemarau. Di
bagian utara site, merupakan daerah rawa dengan kedalaman air tanah sekitar 0,5 m.
Di bagian hilir lokasi berjarak 800 m terdapat bangunan Bendung Cikaro yang berfungsi untuk
mempertahankan air di Danau Cikaro. Danau Cikaro sendiri saat ini dimanfaatkan sebagai sumber
air untuk PLTP Kamojang Unit 1, 2, 3 (PT Indonesia Power) dan PLTP Unit 4.
2.3.5. Kondisi Tata Guna Lahan
Calon lokasi situ/danau saat ini sebagian besar merupakan lahan perkebunanan sayur-sayuran
seperti cabe, tomat dan tanaman selada, sebagian lagi merupakan lahan kosong semak belukar.
Status kepemilikan lahan dari 6,8 ha total area, seluas 1,6 ha merupakan hak milik pemerintah
kabupaten Bandung, sedangkan sisanya merupakan hak milik perorangan, sehingga perlu adanya
pembebasan lahan.
2.3.6. Kondisi Topografi
Jika ditinjau dari arah selatan ke utara (memanjang), kondisi topografi eksisting lokasi rencana
danau merupakan daerah dataran flat dengan kemiringan 0,3%. Elevasi lokasi berdasarkan hasil
pemantauan GPS pada saat survey identifikasi yaitu antara level +1.472 s/d +1.474 m dpl.

2-9
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

Sedangkan elevasi muka air Danau Cikaro yang berjarak 800 m di bagian hilirya yaitu pada level
+1.471 m dpl.
2.3.7. Rencana Pengembangan
Desa Wisata Kamojang merupakan program unggulan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE)
yang mengembangkan aspek perlindungan lingkungan, edukasi, pelestarian budaya dan
peningkatkan keekonomian masyarakat sekitar. Program ini merupakan komitmen bersama antara
Direktur Utama PGE dengan Bupati Bandung Jawa Barat yang diwujudkan dalam penandatanganan
MoU pengembangan pariwisata di kawasan Kamojang. Situ Pangkalan sendiri direncanakan
merupakan pusat kawasan wisata air di areal Desa Wisata Kamojang.
2.3.8. Rencana Pemanfaatan
Pembangunan Situ Pangkalan merupakan upaya konservasi sumber daya air yang berupa danau,
agar dapat dilestarikan dan dilindungi keberadaannya sehingga dapat mempertahankan kondisi
hidrologis lingkungan disekitarnya.
Situ Pangkalan direncanakan akan menjadi pusat wisata air di kawasan Desa Wisata Kamojang.
Kawasan ini akan dipadukan dengan obyek-obyek lain yang berpotensi untuk dikembangkan, yaitu
kawasan wisata Kawah Kamojang, kawasan wisata agro, kawasan wisata pendidikan dan budaya.
Selain dimanfaatkan sebagai obyek wisata, kolam tampungan Situ Pangkalan juga dapat
dimanfaatkan untuk keperluan air baku masyarakat setempat dan Kebutuhan air PT. Pertamina
Geothermal Energy.

2-10
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

1 2

Danau Cikaro dengan luas genangan 0,6 ha, Danau Cikaro Sebagai sumber air untuk PLTP
berjarak 600 m di hilir lokasi rencana Situ Kamojang Unit 1, 2, 3 (PT Indonesia Power)
Pangkalan dan PLTP Unit 4

3 4

Bendung Cikaro di Sungai Cikaro, berjarak + Bangunan intake disisi kanan Bendung Cikaro,
200 m di hilir Danau Cikaro. Lebar bendung 10 sudah tidak diaktifkan karena terkendala teknis,
m, tinggi bendung 4 m.

5 6

Papan keterangan PT.Indonesia Power di sisi Papan keterangan PT.PGE di sisi kanan sungai
kanan sungai Ciakaro bertuliskan daerah Cikaro bertuliskan Titik Penaatan Cikaro Hilir.
kawasan koservasi air.

2-11
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

7 8

Jalan masuk ke areal rencana Situ Kamojang Kondisi jalan masuk yang belum beraspal,
dari arah Bandung. melalui perkampungan penduduk (Dusun
Pangkalan)

9 10

Kondisi lebar jalan masuk 4 m, dengan Kondisi Sungai Cikaro di bagian hulu lokasi
lingkungan sekitar adalah lahan pertanian rencana Situ Pangkalan, dengan lebar rerata
hortikultura. sungai 2 m.

12
11

Rencana inlet kolam Situ Pangkalan, tepat di Bagian hilir rencana inlet kolam Situ Pangkalan
lokasi jembatan, arah aliran dari kanan ke kiri dengan Sungai Cikaro sebagai sumber airnya,
gambar. view mengarah ke utara (site rencana).

2-12
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

13 14

Kondisi lahan rencana Situ Pangkalan saat ini, Bangunan rumah adat dari bilik bambu tengah
merupakan lahan pertanian hortikultura, view lokasi site, di wilayah lahan milik Pemerintah
mengarah ke selatan Kabupaten Bandung.

15
16

Sungai Cikaro yang berada ditengah-tengah Lokasi rencana situ Pangkalan dengan view
lokasi rencana situ , dengan lebar sungai antara pegunungan yang mengaarah ke timur laut.
1,5 m s.d 2 m.

17
18

Lokasi rencana outlet (pelimpah) Situ Pangkalan Lokasi bekas rawa berada di arah barat laut site
yang berada dibagian utara . lokasi situ Pangkalan

2-13
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

19 20

Papan keterangan dilokasi lahan milik Kondisi lahan yang ditanamani tanaman cabe,
pemerintah kabupaten Bandung di bagian barat rencana site situ Pangkalan,

21 22

Jalan setapak yang merupakan batas bagian Tanaman hortikulura yang mendominasi lokasi
timur lokasi rencana Situ Pangkalan. rencana situ

24
23

View ke arah obyek wisata air Cianyar yang Kondisi jalan di sebelah tenggara lokasi site situ
terletak di sebelah timur laut rencana situ Pangkalan.

2-14
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

3 1

4 2

5
6

12
7

11

10

Gambar 2.6 Lokasi Foto Identifikasi Lapangan (1)

2-15
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

17

20
18

22

19
15

23

14

21
16

13
24

Gambar 2.7 Lokasi Foto Identifikasi Lapangan (2)

2-16
Laporan Akhir Sementara Detail Desain Revitalisasi Situ Pangkalan di Kecamatan Ibun

2-17

Anda mungkin juga menyukai