Anda di halaman 1dari 39

DRAFT UP TESIS BAB 3

KAJIAN PENGARUH DEPOSISI SEDIMEN


DAN SAMPAH DI DALAM SALURAN IRIGASI
TERHADAP KERUSAKAN JARINGAN
(Studi Kasus: D.I. Cipicung Kabupaten Subang)

USULAN PENELITIAN TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat


Mengikuti Sidang Seminar Usulan Penelitian Tesis

Oleh:
DENY ERNAWAN
2212181011

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP
BANDUNG 2019
DAFTAR ISI

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN ................................. III - 1

3.1. Data Penelitian .................................................................. III - 1

3.1.1. Gambaran Umum Daerah Irigasi Kabupaten

Subang ................................................................... III - 3

3.1.1.1. Kondisi Geografis dan Administrasi

Kabupaten Subang ................................... III - 3

3.1.1.2. Kondisi Fisik Kabupaten Subang ............. III - 5

3.1.1.3. Kondisi Daerah Irigasi Cipicung .............. III - 11

3.1.1.4. Kondisi Pengelolaan Daerah Irigasi (D.I)

Cipicung .................................................. III - 14

3.1.2. Kegiatan Usaha ...................................................... III - 14

3.2. Metodologi Penelitian ....................................................... III - 15

3.2.1. Metodologi yang Digunakan .................................. III - 15

3.2.2. Jenis dan Sumber Data ........................................... III - 17

3.2.3. Populasi dan Sampel .............................................. III - 18

3.2.4. Operasionalisasi Variabel ...................................... III - 18

3.2.5. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ........... III - 21

3.2.6. Uji Kualitas Data .................................................. III - 23

3.2.7. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis ................... III - 26

DAFTAR SIMBOL DAN ISTILAH ........................................................ III - 36

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... III - 37


BAB III
OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Data Penelitian

Data menurut Dempsey (2002) dinyatakan sebagai sebuah materi mentah

yang membentuk semua laporan penelitian yang harus diproses maupun diolah.

Dari wikipedia (2005) pengertian data adalah: “The word data is the plural of

latin datum, a large class of practically important statements are measurements

or observations of variable, such statements may comprise numbers, words, or

images”. Maka data bila diartikan secara luas merupakan sekumpulan informasi

yang dapat dibuat, diolah, dikirimkan, dan di analisis, sedangkan dalam arti

sempitnya data itu adalah data penelitian. (Hidayat, 2017)

Pengertian data diatas, maka menurut Suharsimi Arikunto (2002) dalam

Hidayat (2017:1), bahwa data penelitian merupakan segala fakta dan angka yang

dapat dijadikan sebagai bahan untuk menyusun suatu informasi. Menurutnya

bahwa data penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat, sumber, dan skala

pengukuran. Data berdasarkan sifatnya, yaitu a) data kuantitatif: data yang berupa

angka-angka, dan b) data kualitatif: data yang berupa kata-kata atau pernyataan-

pernyataan yang diartikan sebagai data kategori atau dikelompokan berdasarkan

nama atau inisial tertentu. Data berdasarkan sumbernya, yaitu: a). data primer

adalah data yang diperoleh langsung dari pihak yang diperlukan datanya, dan b).

data sekunder data yang tidak diperoleh langsung dari pihak yang diperlukan

datanya. Sedangkan data berdasarkan skala pengukurannya diklasifikasikan dari

III - 1
III - 2

hasil pengukuran variabel penelitian yang memiliki jenis skala pengukuran

sebagaimana terdapat pada variabel penelitian, diantaranya data nominal, data

ordinal, data interval, data rasio.

Menurut Hidayat (2017:3) bahwa data nominal merupakan salah satu jenis

data kualitatif yang dikatagorikan tidak ada perbedaan derajat yang lebih tinggi

dan yang lebih rendah, dalam penelitian ini dimana data nominalnya berupa jenis

petak tersier. Data ordinal hampir sama dengan data nominal hanya hanya saja ada

perbedaan derajat lebih tinggi dan lebih rendah, maka penelitian ini dimana data

ordinalnya berupa: saluran primer, saluran sekunder, dan saluran tersier. Untuk

data intervalnya yang merupakan data yang termasuk kelompok data kuantitatif

dengan angka-angka yang didalamnya dapat dilakukan operasi matematika serta

urutan antara satu data dengan data lainnya mempunyai rentang yang sama, maka

penelitian ini dimana data intervalnya berupa: data debit aliran air, dimensi

saluran, kecepatan air, dan luasan petak tersier. Sedangkan untuk data rasio yaitu

data yang sebenarnya sama dengan data interval yang membedakannya data rasio

dapat dibuat dalam bentuk persentase karena ada nilai 0 dan 100 absolut, maka

dalam penelitian ini dimana data rasionya berupa dalam bentuk presentase

kerusakan jaringan.

Berdasarkan pembahasan data penelitian diatas, maka dalam penelitian tesis

ini penulis mengambil objek penelitian tentang: “Daerah Irigasi (D.I.) Cipicung”

dengan luas area ± 675 ha yang lokasinya berada di wilayah Kabupaten Subang.

Penelitian tersebut akan dilakukan dengan cara pengambilan data baik data

sekunder maupun data primer. Untuk data sekunder yang bersifat kuantitatif,
III - 3

dimana penulis akan melakukan pengambilan data yang diperoleh dari Dinas

Pekerjaan Umum dan Permukiman Rakyat (PUPR) Kabupaten Subang

berdasarkan surat ijin Nomor: (………………………..…), tanggal 24 Desember

2019. Sedangkan data yang diperoleh berdasarkan data primer yang bersifat

kualitatif yaitu berdasarkan hasil langsung dari observasi lapangan.

3.1.1. Gambaran Umum Daerah Irigasi (D.I.) Cipicung Kabupaten Subang

3.1.1.1. Kondisi Geografis dan Batas Administrasi Kabupaten Subang

Kondisi wilayah Kabupaten Subang secara geografis terletak di bagian utara

Provinsi Jawa Barat dengan batas koordinat yaitu terletak 107031'-107054' Bujur

Timur dan 6011'-6049' Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Subang adalah

2.051,76 km2 atau sekitar 6,34% dari luas wilayah Provinsi Jawa Barat,

sedangkan range ketinggian tempat antara 0-1.500 m dpl (di atas permukaan laut).

(Badan Pusat Statistik, 2019)

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1968

tentang Pembentukan Pemerintah Kabupaten Subang, bahwa batas wilayah

administratif Kabupaten Subang (Undang-Undang Nomor 4, 1968), sebagai

berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa;

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kabupaten Bandung Barat;

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Indramayu dan Kabupaten

Sumedang;
III - 4

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabpaten

Karawang.

Menurut data Badan Pusat Statistik (2019) secara administratif Kabupaten

Subang sampai dengan tahun 2018 terdiri 30 kecamatan dengan jumlah desa dan

kelurahan yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu terdiri dari 245 desa dan 8

(delapan) kelurahan. Untuk lebih jelasnya mengenai letak administratif Kabupaten

Subang dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Peta Administratif Kabutapen Subang


Menurut Desa/Kelurahan dan Kecamatan
Sumber : http://www.google.com (diakses: tanggal 19 Desember 2019)
III - 5

3.1.1.2. Kondisi Wilayah Kabupaten Subang

A. Kondisi Penduduk

Kondisi jumlah penduduk menurut data BPS (2019) berdasarkan data

proyeksi perkembangan penduduk tahun 2018 bahwa Kabupaten Subang memiliki

jumlah penduduk berjumlah 1.579.018 orang dengan komposisi penduduk laki-

laki berjumlah 797.404 orang dan penduduk perempuan berjumlah 781.614 orang.

Dengan jumlah penduduk tersebut adanya peningkatan laju pertumbuhan yang

sebelumnya pada tahun 2017 yaitu sekitar 1.562.509 ke tahun 2018

peningkatannya sekitar 1,06%, sedangkan laju pertumbuhan penduduk yang

tertinggi pada tahun 2016 yaitu sekitar 1,09%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 2.1 jumlah penduduk Kabupaten Subang di bawah ini.

Tabel 3.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk


Kabupaten Subang Tahun 2014 s.d 2018

Laju
Jumlah
No. Tahun Pertumbuhan
Penduduk
Penduduk (%)
1. 2014 1.524.670 1,00
2. 2015 1.529.388 0,30
3. 2016 1.546.000 1,09
4. 2017 1.562.509 1,07
5. 2018 1.579.018 1,06
Sumber: BPS (2019)

B. Kondisi Mata Pencaharian

Jumlah penduduk yang telah dijelaskan di atas akan berpengaruh terhadap

angka tenaga kerja yang ada di Kabupaten Subang. Berdasarkan data BPS (2019)
III - 6

bahwa tenaga kerja di Kabupaten Subang diklasifikasikan menurut jenisnya yaitu

pertanian, industri, pemerintahan, perdagangan, dan lain-lain. Pada tahun 2018

berdasarkan data BPS (2019) jumlah tenaga kerja yang terbanyak berdasarkan

jenis pekerjaannya yaitu bekerja di sektor jasa-jasa sekitar 384.273 Orang dan

diikuti oleh sektor pertanian sekitar 195.820 orang. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 2.2 mata pencaharian penduduk Kabupaten Subang Tahun 2018

dibawah ini.

Tabel 3.2. Mata Pencaharian Penduduk


Kabupaten Subang Tahun 2018

Jumlah
No. Jenis Pekerjaan
(Orang)
1. Pertanian 195.820
2. Industri 131.885
3. Pemerintahan 11.743
4. Perdagangan 31.395
5. Jasa-jasa 384.273
6. Dan lain-lain 67.399
Sumber: BPS (2019)

C. Topografi

Pada umumnya bentuk medan topografi Kabupaten Subang terbagi atas 3

zona, terdiri dari:

1. Daerah pegunungan

Daerah ini memiliki ketinggian antara 500-1.500 m dpl (diatas permukaan laut)

dengan luas wilayah sekitar 41.035,09 ha atau 20% dari seluruh luas wilayah
III - 7

Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Sagalaherang, Kecamatan

Serangpanjang, sebagian besar Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Ciater,

Kecamatan Kasomalang, Kecamatan Cisalak, dan Kecamatan Tanjungsiang.

2. Daerah bergelombang/berbukit

Daerah dengan ketinggian antara 50-500 m dpl (diatas permukaan laut) dengan

luas wilayah sekitar 71.502,16 ha atau 34,85% dari seluruh luas wilayah

Kabupaten Subang. Wilayahnya meliputi Kecamatan Cijambe, Kecamatan

Subang, Kecamatan Cibogo, Kecamatan Kaljati, Kecamatan Cipeundeuy,

Kecamatan Purwadadi, dan Kecamatan Cikaum.

3. Daerah dataran rendah

Dengan ketinggian antara 0-50 m dpl (diatas permukaan laut) dengan luas

wilayah sekitar 92.639,7 ha atau 45,15% dari seluruh luas wilayah Kabupaten

Subang. Ini adalah wilayah pantura (Pantai Utara) meliputi Kecamatan

Pagaden, Kecamatan Cipunagara, Kecamatan Compreng, Kecamatan Ciasem,

Kecamatan Pusakanagara, Kecamatan Pamanukan, Kecamatan Legonkulon,

Kecamatan Blanakan, Kecamatan Patokbeusi, dan Kecamatan Cikaum.

D. Kemiringan Lahan

Apabila dilihat dari tingkat kemiringan lahan, maka tercatat bahwa 80,80%

wilayah Kabupaten Subang memiliki tingkat kemiringan 00-170, 10,64% dengan

tingkat kemiringan 180-450, sedangkan sisanya 8,56% memiliki kemiringan

diatas 450.
III - 8

E. Sumber Air

Kondisi sumber air yang ada di Kabupaten Subang dan sekitarnya yang

digunakan untuk mengaliri air irigasi berasal air permukaan maupun air tanah.

Potensi sumber daya air di Kabupaten Subang terdiri dari 3 (tiga) golongan, yaitu:

1. Mata Air

Mata air yang telah diketahui banyak terdapat di bagian lereng perbukitan

vulkanik terutama antara Jalancagak dan Sagalaherang. Debit mata air sangat

beragam mulai kurang dari satu hingga lebih dari 50 liter/detik. Mata air yang

berdebit besar termasuk mata air panas Ciater. Daerah yang lebih tinggi

disebelah selatannya merupakan daerah resapannya. Sedangkan yang berada di

dataran rendah terdapatnya mata air Cipicung.

2. Air Sungai atau air permukaan

Sungai mempunyai fungsi mengumpulkan curah hujan dalam satu daerah

tertentu dan mengalirkannya ke laut. Sungai ini dapat digunakan juga untuk

aspek irigasi, pembangkit tenaga listrik, perikanan, pariwisata dan lainnya.

Sungai yang ada dan mengalir di Kabupaten Subang antara lain sungai

Cipunegara, Ciasem, dan sungai Cilamaya. Sumber daya air permukaan

Kabupaten Subang terdiri dari air sungai, saluran Tarum Timur dan air

danau/situ. Sampai saat ini air permukaan merupakan sumber air utama yang

dimanfaatkan oleh penduduk.

Kabupaten Subang mempunyai 4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu;

DAS Cipunagara, DAS Ciasem, DAS Cilamaya dan DAS Cilalanang yang

beranak sungai sebanyak 158 buah dengan jumlah panjang 874,88 km. Air
III - 9

sungai yang berfungsi sebanyak 25 buah, dengan Saluran Induk Tarum Timur

dari bendung Pompa Curug sampai dengan bendung Salam Darma sepanjang

67,829 km. Adapun debit rata-rata sebesar 102,02 m3/dt yang terdiri dari debit

sungai 47,50 m3/dt dan saluran Tarum Timur 54,52 m3/dt.

3. Air Tanah

Kedalaman air tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis suatu wilayah,

lapisan pembawa air (akuifer) di Kabupaten Subang dibagi menjadi 4 (empat),

berdasarkan produktifitas akuifer dan terdapatnya air tanah, diantaranya:

- Akuifer produktif dengan penyebaran luas : akuifer dengan keterusan

sedang, muka air tanah atau tinggi pizometri air tanah dekat atau diatas

muka tanah setempat, mencapai 240 cm diatas permukaan tanah setempat,

debit sumur umumnya mencapai 5 liter/detik.

- Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas : akuifer dengan

keterusan sedang, muka air tanah atau tinggi pizometri air tanah dekat atau

diatas muka tanah setempat, debit sumur umumnya kurang dari 5 liter/detik.

- Setempat Akuifer dengan produktifitas sedang : akuifer tidak menerus, tipis

dan rendah keterusannya, muka air tanah umumnya dangkal, debit sumur

umumnya kurang dari 5 liter/detik.

- Akuifer dengan produktifitas rendah, setempat : umumnya kelulusan

rendah, air tanah dalam masih bisa disadap meskipun debitnya kecil.

F. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Subang, pengklasifikasiannya sama seperti

yang sudah baku digunakan secara nasional yaitu dibedakan menjadi 2 (dua)
III - 10

klasifikasi besar, lahan sawah dan lahan kering (darat). Lahan sawah dibedakan

menurut jenis pengairan sedangkan lahan kering dirinci menurut status

penggunaannya.

Di Kabupaten Subang luas lahan yang digunakan seluruhnya mencapai

201.786 ha yang terdiri dari sawah seluas 84.167 ha (41,71%) dan lahan

kering seluas 121.009 ha (58,29%). Memperhatikan data luas lahan lebih jauh

ternyata kualitas sawah di Kabupaten Subang sebagian besar sudah merupakan

sawah berpengairan irigasi teknis permanen dan teknis semi permanen. Hal

ini merupakan peluang yang cukup besar untuk dapat lebih meningkatkan

produksi dan produktivitas lahan lebih tinggi lagi.

G. Klimatologi

Iklim dan curah hujan di Kabupaten Subang berdasarkan data BPS (2019)

dipengaruhi oleh kondisi morfologi alam, sehingga temperatur suhu udara di

wilayah Kabupaten Subang memiliki suhu udara berkisaran antara 18 - 34 oC

dengan tingkat kelembaban berkisar rata-rata 83 oC. Dengan kondisi tersebut,

maka kondisi iklim di wilayah Kabupaten Subang untuk tekanan udara bulan

Januari s.d Desember 2018 dengan rata-rata kisaran 1.011,7 mb sedangkan curah

hujan berdasarkan pada bulan Januari s.d Desember 2018 dengan rata-rata kisaran

251 mm2, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.3 dibawah ini.

Dalam klimotologi dikenal istilah dengan penyinaran matahari dan

kecepatan angin. Untuk penyinaran matahari yang tercatat di pengamatan Stasiun

Lanud Surya Darma, bahwa Kabupaten Subang berkisar antara 58,7%. Sedangkan

Kecepatan angin tahunan rata-rata adalah 1,90 knots/hari.


III - 11

Tabel 3.3. Iklim Wilayah Menurut Bulan


di Kabupaten Subang Tahun 2018

Tekanan Curah
Bulan Hari Hujan
Udara Hujan

Januari 1.008,9 290 15


Februari 1.014,7 486 21
Maret 1.010,6 844 22
April 1.010,7 269 17
Mei 1.011,0 105 9
Juni 1.011,8 130 6
Juli 1.011,8 0 0
Agustus 1.012,4 0 0
September 1.012,7 1 3
Oktober 1.012,5 63 8
November 1.011,6 348 19
Desember - 472 14
Sumber: BPS (2019)

3.1.1.3. Kondisi Daerah Irigasi (D.I.) Cipicung

A. Kondisi Ketersedian Air

Kondisi ketersediaan air untuk Daerah Irigasi (D.I.) Cipicung berasal dari

sumber mata air yang dinamakan mata air Cipicung.

B. Kondisi Fisik Jaringan Irigasi

Berdasarkan data informasi dari Dinas PUPR (Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat) Kabupaten Subang, bahwa secara operasional D.I. Cipicung

berada dibawah pengelolaan Dinas PUPR Kabupaten Subang. Daerah Irigasi ini

merupakan daerah irigasi yang sudah ada, data lokasi saluran dapat dilihat pada
III - 12

Tabel 3.4 dibawah ini dan gambar jaringan irigasi D.I. Cipicung dapat dilihat pada

gambar terlampir.

Tabel 3.3. Data Lokasi Saluran D.I. Cipicung

Nama Saluran Lokasi


No.
Induk/Sekunder Desa Kecamatan Kabupaten
1. SI. Cipicung I Tanjung Cipunagara Subang

2. SS. Cipicung II Tanjung Cipunagara Subang

3. SS. Cipicung III Parigimulya Cipunagara Subang

4. SS. Cipicung IV Parigimulya Cipunagara Subang


Sumber: Dinas PUPR Kabupaten Subang (2019)

a) Bangunan Utama

Bangunan air pada Daerah Irigasi (D.I.) Cipicung memiliki bangunan utama

yaitu bendungan Cipicung yang terletak pada garis bujur 107o30’28”E dan garis

lintang 7o01’89,9”S. Data Teknis Daerah Irigasi Cipicung sebagai berikut :

- Lebar bendung : 20,00 m

- Lebar pintu penguras : 1 x 1,50 m

- Lebar pintu pengambilan : 2 x 1,00 m

- Bangunan utama dilengkapi dengan kolam peredam dan kantong lumpur


III - 13

Gambar 3.1. Bangunan Daerah Irigasi (D.I.) Cipicung

b) Saluran Pembawa

Panjang saluran pembawa D.I. Cipicung pada jaringan utama secara

keseluruhan adalah 220 km. Saluran pembawa pada jaringan utama adalah saluran

yang berfungsi membawa air dari bangunan pengambilan/utama sampai ke petak

sawah. Saluran yang terlayani oleh D.I. sebagai berikut:

- Saluran Induk Cipicung I

- Saluran Sekunder Cipicung II

- Saluran Sekunder Cipicung III

- Saluran Sekunder Cipicung III

Saluran Pembuang D.I. Cipicung terdiri dari saluran alam dan dijadikan

sebagai batas petak tersier, sehingga tidak ada saluran pembuang yang dibuat dan
III - 14

dikelola oleh Dinas PUPR Kabupaten Subang. Kegunaan dari saluran pembuang

itu sendiri adalah untuk menampung air hujan dan air buangan dari sawah.

3.1.1.4. Kondisi Pengelolaan Daerah Irigasi (D.I.) Cipicung

Kondisi pengelolaan di Daerah irigasi (D.I.) Cipicung Kabupaten Subang di

kelola oleh masyarakat setempat dengan membentuk organisasi. Organisasi ini

dihuni oleh beberapa petani dikenal dengan sebutan P3A yaitu Perkumpulan

Petani Perkumpulan Petani Pemakai Air. Kelompok ini sebagai pengelola D.I.

Cipicung sebanyak 2 (dua) kelompok GP3A yang berada di dua Desa yaitu Desa

Tanjung dan Desa Parigimulya Kecamatan Cipunagara. Untuk lebih jelasnya

daftar profil kelembagaan GP3A/P3A dapat dilihat pada tabel 3.4 halaman

berikutnya.

3.1.2. Kegiatan Usaha

Kegiatan usaha untuk rencana yang akan dilakukan dalan penelitian ini,

yaitu akan melakukan perhitungan kuantitas deposisi sedimen dan sampah berupa

beban dasar (bed load) di bangunan utama dan saluran pembawa, kemudian

melakukan perhitungan debit pengaliran air eksisting yang terdistribusikan pada

saluran saluran sekunder, kemudian membandingkannya dengan debit rencana

serta meninjau kecenderungan pendistribusian air irigasi ke petak tersier atau

pengguna air. Kemudian melakukan observasi dampak negatif dari deposisi

sedimen dan sampah di dalam saluran irigasi terhadap, serta pengaruhnya

terhadap kerusakan jaringan bangunan pembawa dengan melakukan analisa


III - 15

pengaruh kerusakan jaringan bangunan air akibat deposisi sedimen dan sampah

serta menentukan persentase kerusakan berdasarkan kuesioner dan perhitungan

alokasi air.

3.2. Metodologi Penelitian

Pada hakikatnya bahwa metodologi penelitian tidak terletak pada apa yang

kita ketahui (atau pengetahuan), tetapi pada bagaimana kita mengetahui, walaupun

pengetahuan dan cara mengetahui adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Metodologi penelitian tidak hanya berhubungan dengan pengetahuan, tetapi juga

dengan ilmu pengetahuan. Karena itu metedologi pengetahuan termasuk dalam

apa yang disebut epistemology. Epistemology adalah ilmu mengetahui, sedangkan

metodologi (bagian dari epistemology) dapat dikatakan sebagai ilmu menemukan.

Sehubungan dengan itu, metodologi penelitian perlu dilihat apa yang ingin

ditemukan di dalam kerangka teoritis tertentu, agar apa yang akan ditemukan itu

mendapatkan maknanya. (Gulo, 2002). Sehingga bahwa metodologi penelitian

atau metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-langkah dalam mendapatkan

pengetahuan ilmiah atau ilmu. Jadi metode penelitian adalah cara sistematis untuk

menyusun ilmu pengetahuan. (Suryana, 2010).

3.2.1. Metode yang Digunakan

A. Analisa Teknik Matematis

Analisa teknik matematis yang akan dilakukan berdasarkan sumber data

sekunder dan data primer yaitu, analisa hidrolika saluran eksisting, yaitu regime
III - 16

aliran, tipe aliran dan geometri saluran, analisa kuantitas deposisi sedimen dan

sampah di dalam saluran irigasi, tujuannya untuk menentukan karakteristik

hidrolis saluran dan kapasitas saluran eksisting.

B. Analisa Statistik Deskriptif Kualitatif

Dari hasil analisa teknik matematis berbentuk data kuantitatif, selanjutnya

untuk mendapatkan data primer dalam menentukan alokasi air dan pendistribusian

air dilakukan angket/kuesioner kepada P3A, Instansi terkait dan beberapa pakar

dengan prosedur dan teori yang tertuang dalam tahap pengolahan data dengan

tujuan untuk mendapatkan data kualitatif yang akan digunakan untuk menentukan

pendistribusian air.

C. Analisa Regresi Ganda

Analisis regresi ganda akan dilakukan karena jumlah variabel

independennya lebih dari 2 (dua). Persamaan regresi ganda untuk n predictor,

sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2.X2 + ....... + bn.Xn ................................................. (29)

Variabel dependen (Y) yaitu jaringan irigasi yang mengalami kerusakan,

sementara variabel independennya endapan sedimen (X1), sampah (X2), regime

aliran (X3), tipe aliran (X4), geometri saluran (X5), dan debit air (X6).
III - 17

3.2.2. Jenis dan Sumber Data

Data primer berupa data kuantitatif skala interval akan diperoleh dari

observasi langsung terhadap kerusakan Jaringan Irigasi D.I. Cipicung, adapun

pengamatan yang akan dilakukan yaitu :

a) Pengukuran unsur geometris saluran eksisting, diantaranya luas penampang,

keliling basah, jari-jari hidrolis, lebar puncak, kedalaman hidrolis, dan faktor

penampang.

b) Pengukuran karakteristik hidrolis eksisting, yaitu tipe aliran yang ditentukan

oleh debit, kecepatan aliran dan slope saluran serta regime aliran yang

ditentukan oleh bilangan Freud dan bilangan Reynold.

c) Perhitungan estimasi deposisi sedimen dan sampah secara manual dengan

mengukur kedalaman air eksisting disetiap saluran yang terindikasi sedimen

maupun sampah, kemudian membandingkan dengan kedalaman rencana yang

diperoleh dari gambar rencana skema bangunan air, selanjutnya akan diperoleh

selisih rata-rata kedalaman air, nilai selisih kedalaman rata-rata akan dijadikan

patokan untuk mengukur kuantitas deposisi sedimen dan sampah eksisting.

Pengambilan data primer ditujukan untuk menentukan pengaruh kerusakan

jaringan yang diakibatkan deposisi sedimen dan sampah serta untuk

mengoptimalkan dalam pendistribusian air menuju petak tersier akan dilakukan

melalui angket/kuesioner kepada P3A dan GP3A, pengelola jaringan irigasi dan

para pakar ahli irigasi. Data sekunder akan diperoleh dari Dinas PUPR Kabupaten

Subang, berupa data kuantitatif dan kualitatif skala interval, rasio dan nominal,

data untuk penelitian, yaitu :


III - 18

1) Profil D.I. Cipicung

2) Data debit dan luas wilayah jaringan irigasi.

3) Peta topografi dan skema jaringan irigasi

4) Data klimatologi

5) Data kerusakan konstruksi jaringan irigasi

6) Skema konstruksi/Gambar dimensi konstruksi eksisting

7) Data struktur organisasi P3A dan pengelola jaringan irigasi

3.2.3. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, penentuan populasi dalam peneitian yaitu Jaringan

Irigasi D.I. Cipicung sebagai objek penelitian dengan luas 675 ha yang terletak di

Kabupaten Subang, sedangkan sampel rencana yang akan diteliti yaitu

karakteristik hidrolis saluran eksisting berupa debit dan geometri saluran, tipe

aliran, regime aliran, deposisi sedimen dan sampah eksisting, pendistribusian air

irigasi eksisting, serta kerusakan saluran irigasi eksisting. Selanjutnya akan

dilakukan angket kepada sebagai subjek penelitian, tepatnya kepada pihak instansi

pengelola D.I. Cipicung dan kepada pengguna jaringan irigasi melalui P3A dan

GP3A.

3.2.4. Operasionalisasi Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian merupakan hal yang sangat

penting guna menghindari penyimpangan atau kesalah pahaman pada saat

pengumpulan data. Penyimpangan muncul dalam bentuk "bias". Penyimpangan


III - 19

dapat disebabkan oleh pemilihan/penggunaan instrumen (alat pengumpul data)

yang kurang tepat atau susunan pertanyaan yang tidak konsisten. (Syahlan, 2017).

Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan operasional variabel terhadap

penelitian tesis dapat dilihat pada tabel operasionalisasi variabel independen X

dan Y dibawah ini.

Tabel 3.4. Operasionalisasi Variabel Independen (X)

Variabel Definisi Operasional


Deposisi Beban dasar (Bed Load) adalah kuantitas lumpur/partikel tanah dan
Sedimen dan sampah padat yang terendapkan di dalam saluran irigasi dan bangunan
Sampah utama pembawa (Depeweg, Méndez, 2014).
(X1)
Regime aliran Regime aliran adalah kombinasi antara kekentalan dan gaya tarik bumi
air dapat menimbulkan salah satu dari 4 (empat) sifat aliran pada saluran
(X2) terbuka, yaitu:
1. Laminar Sub Kritis, jika F < 1 dan R terletak dalam daerah laminar
2. Laminar Super Kritis, jika F > 1 dan R terletak dalam daerah
laminar
3. Turbulen Super Kritis, jika F > 1 dan R terletak dalam daerah
turbulen
4. Turbulen Sub Kritis, jika F < 1 dan R terletak dalam daerah turbulen
Dipengaruhi juga oleh viskositas (Bilangan Reynold) dan gaya tarik
bumi (Freud Number) (Ven Te Chow, 1989)
Tipe Aliran Tipe aliran saluran terbuka digolongkan menjadi berbagai tipe, yang
Air mana waktu sebagai tolok ukur, yaitu :
(X3) 1. Aliran Tetap (Steady Flow)
a. Aliran Seragam
b. Aliran Berubah
 Aliran Berubah Lambat Laun
 Aliran Berubah Tiba-Tiba
2. Aliran Tidak Tetap (Unsteady Flow)
III - 20

Variabel Definisi Operasional


a. Aliran Seragam Tidak Tetap (jarang)
b. Aliran Tak Tetap
 Aliran Tak Tetap Berubah Lambat Laun
 Aliran Tak Tetap Berubah Tiba-Tiba (Ven Te Chow, 1989)
Geometri Geometri saluran adalah berupa bentuk dimensi saluran, geometri
Saluran penampang saluran terdiri dari beberapa unsur, yaitu :
(X4) 1. Kedalaman Aliran (y) adalah jarak vertikal titik terendah pada suatu
penampang saluran sampai ke permukaan bebas/permukaan air.
2. Taraf (Stage) adalah elevasi atau jarak vertikal dari permukaan
bebas di atas suatu bidang persamaan. Jika titik terendah dari
penampang saluran dipilih sebagai bidang persamaan, taraf ini sama
dengan kedalaman aliran.
3. Lebar Puncak (T) adalah lebar penampang saluran pada permukaan
bebas.
4. Luas Basah (A) adalah luas penampang melintang aliranyang tegak
lurus arah aliran.
5. Keliling Basah (P) adalah panjang garis perpotongan dari
permukaan basah dengan bidang penampang melintang yang tegak
lurus arah aliran.
6. Jari-jari Hidrolis (R) adalah perbandingan luas basah dengan
keliling basah
7. Kedalaman Hidrolis (D) adalah perbandingan luas basah dengan
lebar puncak (Ven Te Chow,1989)
Debit Air Debit aliran merupakan hubungan perkalian antara kecepatan aliran
(X5) dengan luas tampang basah saluran. Kecepatan aliran rata-rata (V)
merupakan perbandingan antara debit aliran yang melewati saluran (Q)
dengan luas tampang basah saluran (A), (Ven Te Chow, 1989).
Pendistribusian 1. Tingkat kebutuhan air oleh pengguna air yang memerlukan
Air kelancaran pendistribusian air untuk aktivitas pertanian
(X6) 2. Penentuan lokasi pendistribusian air ditentukan melalui angket
kepada P3A, GP3A, Instansi pengelola D.I. Cipicung dan para pakar
irigasi
III - 21

Tabel 3.5. Operasionalisasi Variabel Dependen (Y)

Variabel Definisi Operasional


Kerusakan 1. Kerusakan dimaksudkan pengaruh akibat deposisi endapan maupun
Jaringan sampah berdasarkan kuesioner
(Y) 2. Jaringan dimaksudkan saluran dan bangunan pembawa yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan,
pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi
(Permen PUPR RI No. 17/PRT/M/2015)

3.2.5. Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

Penggunaan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara proportionate

stratified random sampling, karena populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak

homogen dan berstrata secara proporsional. Deposisi sedimen dan sampah,

kecepatan aliran air, kapasitas saluran, dan kerusakan jaringan tidak sama pada

setiap lokasi sauran pembawa. Oleh karena itu, dalam melaksanakan kuesioner

kepada instansi maupun pengelola D.I. Cipicung, P3A dan GP3A memiliki strata

berdasarkan tingkat pendidikan dan pengalaman. Untuk kuesioner yang ditujukan

kepada para pakar irigasi tidak digunakan starta, sampel ditentukan langsung yang

memiliki pendidikan minimal magister teknik.

Pengumpulan data yang akan dilaksanakan untuk memperoleh data primer

yaitu akan menggunakan instrumen berupa angket/kuesioner dan observasi

langsung ke lokasi penelitian. Untuk data sekunder akan diperoleh dari Dinas

PUPR Kabupaten Subang, kebutuhan data untuk penelitian, yaitu data teknis

terkait D.I. Cipicung. Sedangkan untuk tahap pengolahan data akan dilakukan

pengukuran variasi kelompok yaitu untuk menjelaskan keadaan kelompok,


III - 22

didasarkan pada tingkat variasi data yang terjadi pada kelompok tersebut,

kelompok dalam hal ini yaitu klompok data yang diperoleh dengan observasi dan

kuesioner (data primer) dan kelompok data dokumen yang diperoleh dari instansi

terkait, berguna untuk mengetahui tingkat variasi kelompok data dilakukan

dengan melihat rentang data dan standar deviasi atau simpangan baku dari

kelompok data yang diketahui. Kemudian penggunaan statistik parametris,

bekerja dengan asumsi bahwa data setiap variabel penelitian yang akan dianalisis

membentuk distribusi normal, bila tidak normal maka data teknik statistik

parametris tidak bisa digunakan untuk analisa data.

Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan cara menganalisis secara

teknik matematis berdasarkan sumber data sekunder dan data primer, beberapa

analisa teknis diantaranya analisa hidrolika saluran eksisting, yaitu regime aliran

dan geometri saluran, analisa desposisi sedimen dan sampah eksisting dalam

saluran irigasi dan analisa kerusakan jaringan akibat pengaruh deposisi sedimen

dasar dan sampah. Kemudian analisa statistik deskriptif kualitatif karena data hasil

penelitian terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif, data kualitatif adalah data

berbentuk kalimat, kata atau gambar, sedangkan data kuantitatif adalah data yang

berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (scoring), data yang telah

dikumpulkan dari populasi atau sampel yang telah ditetapkan selanjutnya

dideskripsikan melalui penyajian data. dengan demikian gambaran data menjadi

lebih jelas. Untuk keperluan penyajian data maka diperlukan teknik statistik

deskriptif yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran

terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana
III - 23

adanya. Selanjutnya dilakukan analisa regresi ganda untuk memprediksikan

seberapa jauh perubahan nilai variabel dependen, bila nilai variabel independen

diturun naikan. Manfaat analisa regresi adalah untuk membuat keputusan apakah

naik dan menurunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui penigkatan

varibael independen atau tidak, dalam hal ini variabel dependen adalah kerusakan

jaringan, sedangkan variabel independen yaitu deposisi sedimen dan sampah

dalam saluran irigasi, kecepatan aliran air dalam saluran pembawa, kapasitas

saluran pembawa dan pendistribusian air ke pengguna atau pemakai air.

3.2.6. Uji Kualitas Data

Pada tahapan uji validitas, akan dilakukan pengukuran validitas pada

variabel kriteria kondisi objek yang diteliti. validitas atau mampu mengukur data

dari variabel yang diteliti secara tepat berdasarkan Kaiser-Meyer-Olkin Measure

(KMO) masing-masing lebih dari 0,5 dan signifikansi dibawah 0,05 maka sampel

sudah mencukupi. Uji Reliabilitas, data yang diuji reliabilitasnya adalah data yang

telah lulus dalam pengujian validitas dan hanya penyataan-pernyataan yang valid

saja yang diuji. Uji reliabilitasnya menggunakan nilai cronbach alpha 0,6 dimana

suatu alat ukur dinyatakan semakin reliabel apabila hasil dari perhitungan

cronbach alpha diatas 0,6.

Secara teknis pengujian validitas dapat dibantu dengan kisi-kisi instrumen.

Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang akan diteliti, indikator sebagai tolok

ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan

dalam indikator. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan secara eksternal


III - 24

maupun internal. Secara eksternal pengujian dilakukan dengan test-retest

(stability), equivalent dan gabungan keduanya. Secara internal realiabilitas

instrumen diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada

instrumen dengan teknik tertentu.

A. Test Retest

Penggunaan test restest Ddilakukan dengan cara mencobakan instrumen

beberapa kali pada responden. Kemudian reliabilitas diukur dari koefesien

korelasi antara percobaan pertama dan berikutnya. Bila koefesien korelasi

positif dan signifikan maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel.

B. Dua Instrumen yang Equivalent

Pada instrumen yang ekuivalen dilakukan dengan pertanyaan dengan bahasa

yang berbeda dan mudah dimengerti. Pengujian dengan cara ini cukup

dilakukan sekali tetapi instrumennya dua. Reliabilitas dihitung dengan cara

mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang

dijadikan ekuivalen. Bila koefesien korelasi positif dan signifikan maka

instrumen tersebut dinyatakan reliabel.

C. Internal Konsistensi

Tahapan ini dilakukan dengan cara mencobakan sekali saja kemudian yang

diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis digunakan untuk

memprediksi reliabilitas instrumen. Teknik Alfa Cronbach dilakukan karena

jenis data interval/essay untuk pengujian reliabilitas. Pengujian validitas dan

realiabilitas akan dilakukan dengan menggunakan bantuan sofware Statistical

Product and Service Solution (SPSS).


III - 25

Penggunaan uji linearitas adalah sifat hubungan yang linear antar variabel,

artinya setiap perubahan yang terjadi pada satu variabel akan diikuti perubahan

dengan besaran yang sejajar pada variabel lainnya. Uji Normalitas adalah sebuah

uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai sebaran data pada sebuah

kelompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal

ataukah tidak. Uji Normalitas berguna untuk menentukan data yang telah

dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Uji

Heteroskedastisitas adalah uji yang menilai apakah ada ketidaksamaan varian dari

residual untuk semua pengamatan pada model regresi linear. Uji ini merupakan

salah satu dari uji asumsi klasik yang harus dilakukan pada regresi linear. Apabila

asumsi heteroskedastisitas tidak terpenuhi, maka model regresi dinyatakan tidak

valid sebagai alat peramalan. Data Outlier disebut juga dengan data pencilan.

Pengertian dari Outlier adalah data observasi yang muncul dengan nilai-nilai

ekstrim, baik secara univariat ataupun multivariat. Yang dimaksud dengan nilai-

nilai ekstrim dalam observasi adalah nilai yang jauh atau beda sama sekali dengan

sebagian besar nilai lain dalam kelompoknya. Multikolinearitas adalah sebuah

situasi yang menunjukkan adanya korelasi atau hubungan kuat antara dua variabel

bebas atau lebih dalam sebuah model regresi berganda. Model regresi yang

dimaksud dalam hal ini antara lain, regresi linear, regresi logistik, regresi data

panel dan cox regression”.


III - 26

3.2.7. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

Rancangan analisis data menurut Hidayat (2012) adalah bagian integral dari

proses penelitian yang dituangkan baik dalam bentuk tulisan atau tidak.

Rancangan ini telah terformat sebelum kegiatan pengumpulan data dan pada saat

merumuskan hipotesis. Artinya, rancangan analisis data hasil penelitian telah

dipersiapkan mulai dari penentuan jenis data yang akan dikumpulkan, sumber data

yang ditemui, dan rumusan hipotesis yang akan diuji telah dibuat”. Bagan alir

penelitian, ditampilkan pada Gambar 3.2. dibawah ini :

Gambar 3.2. Bagan Alir Penelitian


III - 27

Menurutnya bahwa pada penelitian dengan pendekatan kualitatif, fokus

masalah penelitian menuntut peneliti melakukan pengkajian secara sistematik,

mendalam, dan bermakna. prinsip-prinsip analisis data pada penelitian kualitatif

sebagai berikut:

a) Peneliti menjadi instrumen utama pengumpulan data dan subjek yang diteliti

dipandang mempunyai kedudukan sama secara nisbi dengan peneliti. Sebagai

instrumen utama, peneliti melakukan kuesioner kepada responden dan

mengamati sejumlah fenomena fokus penelitian yang tampak dan terjadi di

lapangan sebagaimana adanya.

b) Data penelitian yang dikumpulkan bersifat deskriptif. Peneliti mengumpulkan

data dan mencatat fenomena yang terkait langsung atau tidak langsung dengan

fokus penelitian. Karakteristik ini berimplikasi pada data yang terkumpul, yaitu

cenderung berupa kata-kata atau uraian deskriptif, tanpa mengabaikan data

berbentuk angka-angka.

c) Proses kerja penelitian dilakukan dengan menggunakan perspektif etik, yaitu

dengan mengutamakan pandangan dan pendirian responden terhadap sistuasi

yang dihadapinya. Peneliti meminimalkan perspektif etik dengan tujuan

mereduksi subjektivitas data yang dihimpun.

d) Verifikasi data dan fenomena dilakukan dengan cara mencari kasus yang

berbeda atau bertentangan dengan menggunakan metoda dan subjek yang

berbeda.

e) Kegiatan penelitian lebih mengutamakan proses dari pada hasil dan data

penelitian dianalisis secara induktif untuk mendapatkan makna kondisi alami


III - 28

yang ada. Pemaknaan atas data dilakukan dengan interpretasi idiografik –

pemisahan atau pembeda – (idiographic interpretation) berupa analisis atas

fenomena yang muncul namun bukan dimaksudkan untuk merumuskan

generalisasi.

f) Pemberian makna merupakan dasar utama dalam memahami situasi, di mana

pemaknaan itu selain dilakukan sendiri oleh peneliti juga didasari atas

interpretasi bersama dengan sumber data.

Proses analisis data selama peneliti dilapangan dilakukan dengan cara:

mempersempit fokus dan menetapkan tipe studi; mengembangkan secara terus-

menerus pertanyaan analitis; merencanakan sesi pengumpulan data secara jelas;

menjaga konsistensi atas ide dan tema atau fokus penelitian; membuat catatan

sistematis mengenai hasil pengamatan dan penelaahan; mempelajari referensi

yang relevan selama di lapangan; menggunakan metafora, analogi dan konsep;

dan menggunakan alat-alat audio visual.

Dalam menganalisis data setelah pengumpulan data selesai dilakukan

dengan cara: membuat kode data secara kategoris; menata sekuensi (sederet

instruksi) atau urutan penelaahan; disamping analisis kualitatif, data yang telah

terkumpul juga dianalisis dengan menggunakan prosentase; dan tingkat

kepercayaan hasil penelitian. Menurut Sudarwan Danim dan Darwis (2003) dalam

Hidayat (2012), untuk hasil penelitian kualitatif atau naturalistik dipandang

memenuhi kriteria ilmiah jika memiliki tingkat kepercayaan tertentu. Menurut

Lincoln dan Guba, tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti
III - 29

berpegang pada 4 prinsip atau kriteria, yaitu : credibility, dependability,

corfirmability, dan transferability.

1. Credibility

Credibility atau prinsip kredibilitas menunjuk pada apakah kebenaran

penelitian kualitatif dapat dipercaya, dalam makna dapat mengungkapkan

kenyataan yang sesungguhnya. Untuk memenuhi kriteria ini peneliti perlu

melakukan trianggulasi, member check, kuesioner atau pengamatan secara

terus menerus hingga mencapai tingkat redundancy (kelebihan).

2. Dependebility

Prinsip dependabilitas merujuk pada apakah hasil penelitian memiliki

keandalan atau reliabilitas. Prinsip ini dapat dipenuhi dengan cara

mempertahankan konsistensi teknik pengumpulan data, dalam menggunakan

konsep, dan membuat tafsiran atas fenomena.

3. Corfirmability

Prinsip konfirmabilitas menunjuk pada sangat perlunya upaya untuk

mengkonfirmasikan bahwa temuan yang telah diperoleh dapat dipercaya

kebenarannya. Untuk memenuhi prinsip ini, peneliti dapat melakukan

berbagai cara, yaitu :

- Melakukan asistensi kepada pembimbing untuk mendiskusikan temuan

dan draf hasil penelitian.

- Mendatangi pihak-pihak tertentu untuk melakukan audit trial, berupa jejak

atau sistematika kerja penelitian yang dapat dilacak dan diikuti, serta
III - 30

melakukan proses kerja secara sistematis dan terdokumenasi, serta

memeriksa secara teliti setiap langkah kerja penelitian.

- Mengonfirmasikan hasil penelitian dengan para ahli, khususnya para

pembimbing.

4. Transferability

Prinsip transferabilitas mengandung makna apakah hasil penelitian ini dapat

digeneralisasikan atau diaplikasikan pada situasi lain. Berkenaan dengan hal

ini hasil penelitian kualitatif tidak secara apriori dapat digeneralisasikan,

kecuali situasi tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan situasi

lapangan tempat penelitian. Dengan demikian upaya untuk menstransfer hasil

penelitian kualitatif pada situasi yang berbeda sangat mungkin namun

memerlukan penyesuaian menurut keadaan dan asumsi yang mendasarinya.

Uji Hipotesis

Menurut Sugiyono (2017) dalam bukunya yang berjudul Statistik Untuk

Penelitian, bahwa “Hipotesis asosiatif” dugaan adanya hubungan antar variabel

dalam populasi, melalui data hubungan variabel dalam sampel, maka perlu

dihitung terlebih dahulu koefisien korelasi antar variabel dalam sampel, baru

koefisien yang ditemukan itu diuji signifikansinya. Terdapat tiga macam bentuk

hubungan antar variabel, yaitu hubungan simetris, hubungan sebab akibat (kausal)

dan hubungan interaktif (saling mempengaruhi). Untuk mencari hubungan antara

dua variabel atau lebih dilakukan dengan menghitung korelasi antar variabel yang

akan dicari hubungannya. Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan
III - 31

kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalam bentuk

hubungan positif atau negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam

besarnya koefisien korelasi. Berikut ini berbagai teknik statistik korelasi yang

digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif. Untuk data nominal dan ordinal

digunakan statistik nonparametris dan untuk data interval dan ratio digunakan

statistik parametris. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.6 di halaman

berikutnnya.

Tabel 3.6. Pedoman Untuk Memilih Teknik Korelasi


Dalam Pengujian Hipotesis

Macam / Tingkatan Data Teknik Korelasi yang


Digunakan

Nominal Koefisien Kontingency


Ordinal 1. Spearman Rank
2. Kendal Tau
Interval dan Rasio 1. Pearson Product Moment
2. Korelasi Ganda
3. Korelasi Parsial
Sumber : Sugiyono (2017)

Statistik parametris yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif

(hubungan antar variabel) meliputi Korelasi Product Moment, Korelasi Ganda dan

Korelasi Parsial.

1. Korelasi Product Moment

Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dari membuktikan

hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval

atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih adalah sama. Koefisien
III - 32

korelasi untuk populasi diberi simbol rho (ρ) dan untuk sampel diberi simbol r,

sedang untuk korelasi ganda diberi simbol R.


.................................................................................... (30)
√(∑ )

∑ (∑ ) (∑ )
....................................................... (31)
√( ∑ ( ) )( ∑ ( ) )

Keterangan:

rxy = Korelasi antara variabel x dengan y

x = (Xi – Xrata-rata)

y = (Yi – Yrata-rata)

Pengujian signifikansi koefisien korelasi, selain dapat menggunakan tabel, juga

dapat dihitung dengan uji t yang rumusnya ditunjukkan pada rumus dibawah

ini.


............................................................................................ (56)

Harga terhitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga tabel, Untuk

dapat memberikan penafsiran terhdap koefisien korelasi yang ditemukan

tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera

pada Tabel 3.7 sebagat berikut.


III - 33

Tabel 3.7. Pedoman Untuk Memberikan


Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi

Interval Koefesien Tingkat Hubungan


0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,590 Sedang
0,60 - 0.799 Kuat
0.80 - 1,000 Sangat kuat
Sumber : Sugiyono (2017)

2. Korelasi Ganda

Korelasi ganda (multiple corelation) merupakan angka yang menunjukkan arah

dan kuatnya hubungan antara dua variabel secara bersarnya sama atau lebih

dengan variabel yang lain. Korelasi ganda (R), persamaan-persamaan yang ada

pada regresi ganda dapat dimanfaatkan untuk menghitung korelasi ganda lebih

dari dua variabel secara bersama-sama. Rumus korelasi ganda dua variabel

adalah sebagai berikut.

√ ........................................................(57)

Dimana :

Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama dengan

variabel Y

ryx1 = Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y

ryx2 = Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y

rx1x2 = Korelasi Product Moment antara X1 dengan X2


III - 34

Jadi untuk dapat menghitung korelasi ganda, maka harus dihitung terlebih

dahulu korelasi sederhananya dulu melalui korelasi Product Moment.

Pengujian signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda dapat menggunakan

rumus dibawah ini, yaitu dengan uji F.


( ) ( )
.....................................................................................(58)

Dimana :

R = Koefisien korelasi ganda

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah anggota sampel

Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel dengan dk

pembilang = k dan dk penyebut = (n – k - 1). Jika Fh > dari F tabel maka Ho

ditolak dan Ha diterima. Jadi koefisien korelasi ganda yang ditemukan adalah

signifikan (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil).

3. Korelasi Parsial

Korelasi parsial digunakan untuk menganalisis bila peneliti bermaksud

mengetahui pengaruh atau mengetahui hubungan antara variabel independen

dan dependen, di mana salah satu variabel independennya dibuat

tetap/dikendalikan. Jadi korelasi parsial merupakan angka yang menunjukkan

arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih setelah satu variabel

yang diduga dapat mempengaruhi hubungan variabel tersebut dikendalikan

untuk dibuat tetap keberadaannya. Rumus untuk korelasi parsial adalah sebagai

berikut.
III - 35

........................................................................(59)
√ √

Bila X1 yang dikendalikan, maka rumusnya adalah seperti rumus dibawah ini.

........................................................................(60)
√ √

Uji koefisien korelasi parsial dapat dihitung dengan rumus dibawah ini.


.....................................................................................................(61)

t tabel dicari dengan dk = n – 1.


III - 36

DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH

Interval : Selang atau jarak waktu tanaman yang akan ditanam.


Kapiler : Air yang terdapat pada rongga pori-pori tanah berguna
untuk makhluk tanah dan akar tanaman.
Reservoir
III - 37

DAFTAR PUSTAKA

4, U.-U. R. N. (1968). Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1968 tentang

Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang (pp. 1–8). pp.

1–8.

Badan Pusat Statistik. (2019). Kabupaten Subang Dalam Angka 2019. Badan

Pusat Statistik Kabupaten Subang, 1–206.

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. In Gramedia Widiasarana Indonesia

(pp. 1–113). Jakarta.

Hidayat, A. (2017). Pengertian Data Penelitian, Skala Data Dan Sumber Data.

Https://Www.Statistikian.Com/2012/10/Pengertian-Data.Html, 1–4.

Retrieved from https://www.statistikian.com/2012/10/pengertian-

data.html/amp

Prof. Dr. Suryana, Ms. (2010). Metodologi Penelitian : Model Prakatis Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia, 1–58.

https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

Syahlan, A. N. (2017). Operasional Variabel.

Https://Www.Academia.Edu/9495439/Definisi_operasional_variabel, 1–4.

Anda mungkin juga menyukai