Anda di halaman 1dari 7

Jurnal APLIKASI Volume 7, Nomor 1, Agustus 2009

ISSN.1907-753X

Model Numerik 1-Dimensi Aliran di Sungai dengan Metode Differensi Hingga


Skema Staggered Grid,
Study Kasus Kali Kemuning-Sampang Madura
Suharjoko
Staft Pengajar Program Studi D-III Teknik Sipil FTSP
email: suharjoko_hydro@ce.its.ac.id; suharjoko_hydro@yahoo.com

ABSTRAK

Pada suatu sungai dimana penampangnya tidak seragam ( non-uniform ) demikian pula
kemiringan dasar sungainya, kondisi inflow sungai sebagai batas hulu dan adanya pengaruh
pasang surut di hilir sungai. Kondisi aliran di sungai yang demikian ini adalah aliran tak
tunak dan tak seragam (unsteady non-uniform flow). Maka penyelesaian perhitungan aliran
sungai demikian ini adalah menggunakan persamaan kontinuitas dan persamaan
momentum. Namun kedua persamaan ini merupakan persamaan differential partial,
sehingga dapat diselesaikan dengan metode numerik. Demikian halnya pada sungai Kali
Kemuning Sampang-Madura, permasalahan yang terjadi di Kali Kemuning adalah kapasitas
alirannya mengecil sehingga sering terjadi banjir di musim hujan. Persamaan kontinuitas
dan persamaan momentum yang akan diselesaikan adalah persamaan 1-Dimensi aliran.
Methode yang akan digunakan adalah metode differensi hingga skema Staggered Grid.
Model hitungan ini diharapkan dapat menunjukkan / mensimulasikan fenomena aliran yang
akan terjadi di sepanjang sungai dengan kondisi geometrinya, terutama kondisi geometri
rencana. Methode numerik Skema Staggered Grid diharapkan dapat memberikan
pemahaman kondisi aliran sungai. Pada kasus analisa rencana kapasitas normalisasi sungai
Kali Kemuning, dimana direncanakan dua kemiringan dasar sungai, di hulu Io = 0,0004,
sedangkan di hilir Io = 0,000199. lebar sungai direncanakan non-uniform, dari hulu lebar
sungai = 25 m. kemudian ke hilir berangsur-angsur melebar 35 m. kemudian 45 m. dan
sampai hilir melebar hingga 55 m. Batas hilir pasang surut dengan tinggi H = 2.00 m. dan
periode adalah 12 jam, batas hulu hydrograf banjir Kali Kemuning yaitu dengan puncak
banjir sebesar 300 m3/dt. Hasil simulasi telah dapat menggambarkan dengan baik
pemahaman kondisi aliran sungai dan muka air pada setiap jam di sepanjang sungai.

Kata Kunci: Unteady Flow, Staggered Grid.

1. PENDAHULUAN skema Staggered Grid. Penyelesaian ini


diharapkan dapat memberikan simulasi
1.1 Latar Belakang
kondisi (fenomena) aliran sungai yang akan
Pada suatu sungai seperti pada umumnya terjadi.
sungai alam dimana penampangnya tidak
Batas hulu sungai akan diberikan unsteady
seragam ( non-uniform ) dan aliran yang ada
flow yaitu dalam bentuk hidrograf banjir,
tidak tetap serta adanya pengaruh pasang
akibat kondisi batas hulu ini akan terjadi
surut di bagian hilir sungai (unsteady non-
perpindahan puncak gelombang dari waktu
uniform flow), maka penyelesaian hitungan
ke waktu menuju ke hilir sungai, sehingga
aliran sungai demikian ini, menggunakan
fenomena ini disebut pula perambatan
persamaan kontinuitas dan persamaan
banjir.
momentum. Persamaan kontinuitas dan
persamaan momentum itu adalah persamaan Berdasarkan hasil Studi Run-Off Sungai di
1-Dimensi aliran. Namun ke dua persamaan Jawa Timur (2006), Studi Daya Rusak Air Kali
ini merupakan persamaan differential Kemuning (2008), merupakan sungai yang
partial sehingga hanya dapat diselesaikan dikatagorikan produktif penghasil bahan
dengan metode numerik. Methode yang akan sedimen, disamping itu Kali Kemuning juga
digunakan adalah metode differensi hingga merupakan kali dengan run-off yang cukup

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 27
Volume 7, Nomor 1, Agustus 2009 Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

besar dan melebihi kapasitas sungai yang dapat melakukan simulasi pemahaman
ada. Sementara itu bagian hilir Kali kondisi aliran di sungai, sehingga dalam
Kemuning melalui jantung Kota Sampang upaya pengendalian dan pemberdayaan air
dan sekaligus Kali Kemuning ini masih sungai dapat menghasilkan suatu kondisi
difungsikan sebagai pelabuhan dan alur yang optimum yang diharapkan.
pelayaran bagi perahu nelayan. Pada
Tujuannya adalah membangun model
Gambar 1. dapat dilihat situasi Kali
perambatan gelombang di sungai dengan
Kemuning dan Kota Sampang.
methode differensi hingga Skema Staggered
Grid dan aplikasinya pada kasus analisa
kapasitas sungai Kali Kemuning Sampang
Madura.

Sebagai
pelabuhan
2. KAJIAN PUSTAKA
kapal
Persamaan kontinuitas dan persamaan
Momentum aliran masing-masing merupakan
persamaan differensial parsial, oleh karena
itu penyelesaiannya dilakukan dengan
methode numerik.
Wignyosukarto, 1996, telah menyelesaikan
Gambar 1: Situasi Kali Kemuning melalui Kota Sampang dengan baik persamaan kontinuitas dan
dan sebagai pelabuhan persamaan Momentum aliran 1-D dengan
baik yaitu yang telah dipatenkan dengan
Kali Kemuning merupakan kali yang potensi nama GamaFLOW-1D, 1995. penyelesaian
sebagai penyebab terjadinya banjir di Kota persamaan kontinuitas dan persamaan
Sampang dan wilayah sekitarnya, oleh Momentum aliran ini telah diselesaikan
karena itu dilakukan studi dan perencanaan dengan mehode numeric Skema
pengendaliannya. Karakteristik. Pada artikel ini ditunjukkan
penyelesaian persamaan kontinuitas dan
Dalam studi ini, analisa kapasitas sungai
persamaan Momentum aliran dengan
akan dikaji dengan mempertimbangkan
methode differensi hingga Skema Staggered
aliran tak tunak (unsteady flow) dimana
Grid oleh Suharjoko 2009, dan kemudian
batas hulu adalah hydrograf banjir, dan
dikembangkan aplikasinya pada kasus
batas hilir sungai adalah pengaruh pasang
pemahaman kondisi aliran sungai yang akan
surut air laut
disajikan dalam artikel ini. Sebagai
Hasil analisa ini diharapkan dapat penjelasan hasil, diberikan aplikasinya pada
memberikan pertimbangan penting dalam kasus perambatan banjir Kali Kemuning
rangka pengendalian daya rusak air Kali Sampang Madura.
Kemuning, dan mungkin dapat sebagai
pertimbangan pengembangan sumber daya
air sungai. 3. METODOLOGI
Dalam membangun model perambatan
Pemanfaan air sungai yang tepat akan
gelombang, didahului dengan membangun
memberikan peningkatan nilai, sebagai
model aliran. Sehingga dalam membangun
contoh untuk kebutuhan sumber air baku
model ini dilakukan melalui tahapan-
irigasi tambak garam, sumber air baku
tahapan sebagi berikut;
irigasi tambak ikan, sumber air baku irigasi
Pertama; mendapatkan persamaan
sawah dan lain sebagainya. Pemanfaatan air
kontinuitas dan persamaan momentum
sungai yang tidak tepat akan berdampak
sebagai persamaan aliran 1-D, ke dua;
negatif pada lingkungan.
penurunan skema numeris persamaan aliran
1.2 Maksud dan Tujuan 1-D dengan skema Staggered Grid, ke tiga;
penulisan program, ke empat; pengujian dan
Maksud dibangunnya model numerik 1-
Dimensi aliran di sungai ini adalah agar

Halaman 28 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini
Jurnal APLIKASI Volume 7, Nomor 1, Agustus 2009
ISSN.1907-753X

ke lima; aplikasi kasus dilanjutkan dengan Q = debit Aliran


pembahasan. V = Kecepatan aliran
Tahapan-tahapan ini dapat dijelaskan A = Luas Penampang Basah
mengikuti skema sesuai pada Gambar 2. g = Grafitasi
berikut. So = Kemiringan Dasar Sungai
Sf = Kemiringan Energi Aliran
PERSAMAAN ALIRAN Dapat dilihat bawa persamaan aliran
KONTUITAS DAN
MOMENTUM
tersebut merupakan persamaan deferensial
parsial, maka penyelesaiannya harus
dilakukan dengan methode numerik, yaitu
diselesaikan dengan methode numerik
PEN U RU N AN SKEM A Skema Staggered Grid sebagai berikut;
N U M ERI K
Pada metode ini menggunakan double jaring
hitung, hitungan untuk varibabel unsur Q
PEN U LI SAN PROGRAM
dan V mengikuti jaring-jaring biasa, yaitu
pada hitungan setiap lompatan jarak Δx dan
lompatan waktu Δt. Sedangkan untuk
PERBAI KAN
hitungan variable h atau A pada setengah
PEN GU JI AN
lompatan. Gambar 3. berikut ditunjukkan
jaring-jaring hitungan Skema Staggered
Grid. Maka dengan skema tersebut dapat
BAIK ?
diturunkan persamaan numerisnya sebagai
Tid a k berikut;
n+ 2
Ya
n+ 3 / 2 Δt
KASU S AN ALI SA KAPASI TAS
KALI KEM U N I N G n+ 1

n+ 1 / 2

1 . U SAH A N ORM ALI SASI


n
2 . M I N I M U M KEJAD I AN
BAN JI R
n- 1 / 2
i-1 i i+1

Gambar 2: Tahapan membangun model n- 1


i-1 i i+1
1-D Aliran
Δx
Poin t Q, V
Poin t h

4. PENYUSUNAN PROGRAM DAN KALIBRASI Gambar 3: Jaring-jaring hitungan Skema


4.1. Persamaan Aliran dan Penurunan Stegered Grade
Skema Numerik
h(i + 1, j) = h(i, j) – dt/dx*HR*(q(i, j+1) - q(i, j)) /
Persamaan aliran tak tunak (unsteady flow) Brt(j)
adalah persamaan Kontinuitas dan
q(i + 1, j) = QR – dt/dx / Brt(j) * (QQ2 ^ 2 / HH2 -
Persamaan Momentum aliran sebagai
QQ1 ^ 2 / HH1) - (gf * DTX * HH *
berikut. (HH2 - HH1) - gf * HH * (So - SF) * dt)
∂h 1 ∂ (1) / Brt(j)
+ (Qh) = 0
∂t B ∂x HR = (h(i, j) + h(i, j + 1)) / 2
HH1 = (h(i + 1, j) + h(i, j)) / 2
HH2 = (h(i + 1, j + 1) + h(i, j + 1)) / 2
dan QQ1 = (q(i, j) + q(i, j - 1)) / 2
∂Q ∂ ⎛ Q 2 ⎞ ∂h QQ2 = (q(i, j) + q(i, j + 1)) / 2
+ ⎜ ⎟ + gA − gA ( So − S f ) = 0 (2) SF = (Abs(QR) * QR) * n ^ 2 /(HH)) ^ 3.34
∂t ∂t ⎜⎝ A ⎟
⎠ ∂x

dimana :

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 29
Volume 7, Nomor 1, Agustus 2009 Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

4.2. Penulisan Program Dan berdasarkan kondisi penampang sungai


yang ada sesuai hasil pengukuran,
Dari skema hasil penurunan persamaan
normalisasi sungai direncanakan non-
aliran di atas maka selanjutnya dilakukan
uniform, dari hulu hingga 4 km ke hilir lebar
penyusunan program, pada penyelesaian
sungai = 25 m. kemudian ke hilir sampai
program ini ditulis dalam bahasa Visual
pada 9 km. berangsur-angsur melebar hingga
Basic, input data ditulis dalam format Excel
35 m. kemudian sampai pada 11 km.
dan kemudian output program diolah dan
berangsur-angsur melebar hingga 45 m. dan
diseselaikan dengan program Excel.
sampai hilir pada 12 km. berangsur-angsur
4.3. Kalibrasi Model melebar hingga 55 m.
Untuk mendapatkan keyakinan akan 5.2. Analisa HECRAS
validitas program, dilakukan serangkaian
Dalam analisa kapasitas sungainya telah
test dan langkah sebagai berikut.
dilakukan dengan menggunakan software
a. Pemilihan bilangan Courant Number HECRAS untuk analisa geometri rencana
dengan criteria (CΔt/Δx)<1 dimana sungai yang menghasilkan debit optomum
sebesar Q=290xm3/dt. Analisa ini
C = gh
mempertimbangan batas hulu merupakan
b. Disipasi numeric, langkah ini dimaksud debit aliran continue (steady flow) dan
untuk mendapatkan pemilihan Δx batas hilir adalah elevasi yang tetap dengan
hitungan yang baik, yang menghasilkan kondisi pasang. Hasil hitungan ini
menyimpangan paling kecil. memberikan rekomendasi tinggi tanggul
sebagaimana yang dapat dilihat pada
Gambar 4. berikut ini.
5. KASUS KAPASITAS KALI KEMUNING
5.1. Kondisi Sungai Kemuning 5.3. Model numerik 1-D Aliran Skema
Staggered Grid
Berdasarkan studi terdahulu Kali Kemuning
merupakan sungai yang potensi sebagai Dalam studi ini akan dikaji dengan tinjauan
penyebab terjadinya banjir di Kota Sampang mempertimbangkan aliran tak tunak
dan sekitarnya. Oleh karena itu telah (unsteady flow) dimana aliran masuk di hulu
dilakukan perencanaan pengendalian pada sungai sebagai batas hulu adalah hydrograf
Kali Kemuning. Hasil pengukuran sungai banjir, dan dibagian hilir sungai dipengaruhi
menunjukkan kondisi dasar sungai yang tidak pasang surut air laut
stream line, oleh karena itu dilakukan Dan pada tinjauan kapasitas ini akan
rencana pelurusan dasar dan tanggul seperti dipertimbangkan adanya batas hilir pasang
yang dapat dilihat pada Gambar 4. berikut. surut dengan tinggi H = 3.20 m. dan periode
Kemiringan dasar sungai dari hulu sampai pasang surut adalah 12 jam, yang diwakili
4,20 km Io = 0,00004, sedangkan dari 4,20 sebagai fungsi sinusoidal.
km ke hilir Io = 0,000199.

Pe na m pa ng M e m a nja ng Sunga i Ex siting da n Re nca na


8.00
7.00
Tanggul
6.00
5.00

4.00
3.00

2.00
1.00 Dasar
0.00
- 1.00

- 2.00
- 3.00
12 00 0

11 50 0

11 00 0

10 50 0

10 00 0

9 50 0

9 00 0

8 50 0

8 00 0

7 50 0

7 00 0

6 50 0

6 00 0

5 50 0

5 00 0

4 50 0

4 00 0

3 50 0

3 00 0

2 50 0

2 00 0

1 50 0

1 00 0

50 0

Jarak Komulatif ( m )

Gambar 4: Hasil pengukuran memanjang sungai dan rencana normalisasi.

Halaman 30 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini
Jurnal APLIKASI Volume 7, Nomor 1, Agustus 2009
ISSN.1907-753X

Dengan memberikan batas hulu hydrograf b. Kasus 2, fase pasang surut = 3 jam.
banjir Kali Kemuning yaitu dengan puncak
banjir sebesar 300 m3/dt. yang terjadi
Ba ta s Hilir, Pa sa ng Surut de nga n
f a s e 3 ja m
pada jam ke 3 setelah hujan mulai terjadi. 2

Elevasi ( m )
1
Kemudian untuk mendapatkan hasil yang
baik, dan dengan pertimbangan agar dicapai 0

kondisi yang ekstrim, analisa dilakukan -1

terhadap 4 kasus yang dibedakan oleh -2

kondisi fase pasang surut sementara batas 0 3 6 9 12 15


Ja m
18 21 24 27 30

hulu sama antara kasus satu dengan yang


lainnya yaitu merupakan hydrograf banjir Gambar 7: Fluktuasi Pasang Surut pada
fase jam ke 3.00.(Kasus 2.)
dengan puncak banjir Qmax = 300 m3/dt,
keempat kasus tersebut adalah ; 8.00
0
7.00 1

Kasus 1 fase pasang surut = 0 jam, 6.00


2
3
4
Kasus 2 fase pasang surut = 3 jam,
5.00
5

Ele va si ( m MSL )
4.00 6

Kasus 3 fase pasang surut = 6 jam dan


7
3.00 8
9

Kasus 4 fase pasang surut = 9 jam.


2.00 10
11
1.00
12
Setelah diselesaikan analisa ( running 0.00 13
14

program ) terhadap empat kasus seperti


-1.00 15
16
-2.00 17
yang diajukan didepan maka dihasilkan -3.00 18
19

12000

11000

10000

9000

8000

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
sebagai berikut :
20
21
Ja ra k Kom ula tif ( m ) 22
23

Gambar 8: Muka Air Hasil Simulasi pada Setiap Jam


Running, dengan Batas Hilir Kasus 2.
a. Kasus 1, fase pasang surut = 0 jam.
Ba ta s Hilir, Pa sang Surut dengan
f a se 0 ja m c. Kasus 3 fase pasang surut = 6 jam
2
Ba tas Hilir, Pa sa ng Surut denga n
Elevasi ( m )

1
f a se 6 jam
2
0
Elevasi ( m )

1
-1
0
-2
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 -1
Jam
-2
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Gambar 5: Fluktuasi Pasang Surut pada Jam
fase jam ke 0.00.(Kasus 1.)
Gambar 9: Fluktuasi Pasang Surut pada
8.00 fase jam ke 6.00.(Kasus 3.)
0
7.00 1
2
6.00 3
4 8.00
5.00
5
Ele va si ( m MSL )

0
4.00 6 7.00 1
7 2
3.00 8 6.00 3
9 4
2.00 10 5.00
5
Ele va si ( m MSL )

11 4.00 6
1.00
12 7
0.00 13 3.00 8
14 9
-1.00 15 2.00 10
16 11
-2.00 17 1.00
12
-3.00 18 0.00 13
19 14
12000

11000

10000

9000

8000

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

20 -1.00 15
21 16
Ja ra k Kom ula tif ( m ) 22 -2.00 17
23 18
-3.00
19
12000

11000

10000

9000

8000

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

20
Gambar 6: Muka Air Hasil Simulasi pada Setiap Jam Ja ra k Kom ula tif ( m )
21
22
Running, dengan Batas Hilir Kasus 1. 23

Gambar 10: Muka Air Hasil Simulasi pada Setiap Jam


Running, dengan Batas Hilir Kasus 3.

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 31
Volume 7, Nomor 1, Agustus 2009 Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

d. Kasus 4, fase pasang surut = 9 jam setinggi 0,5 meter dan berangsur-angsur
Bata s Hilir, Pas ang Surut dengan
menipis hingga 0 meter sampai pada jarak
f a se 9 ja m 2.50 km ke arah hulu, lebih jelasnya dapat
2
dilihat pada Gambar 13. berikut.
Elevasi ( m )

1
8.00

0 7.00
Koreksi Tanggul
6.00 Tanggul hasil
-1 analisa Hec-Ras
5.00

Elevasi (m - MSL)
4.00
-2
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 3.00
Ja m 2.00
Muka air hasil analisa
1.00 Unsteady Flow
Gambar 11: Fluktuasi Pasang Surut pada 0.00
fase jam ke 9.00.(Kasus 4.) -1.00
-2.00
8.00
0 -3.00

12000

11400

10800

10200

9600

9000

8400

7800

7200

6600

6000

5400

4800

4200

3600

3000

2400

1800

1200

600

0
7.00 1
2
6.00 3
4 Jarak Komulatif ( m )
5.00
5
Ele va si ( m MSL )

4.00 6
7 Gambar 13: Muka air hasil analisa numerik Unsteady Flow
3.00 8
9 dengan metode DIFFERENSI HINGGA SKEMA STEGERED GRADE
2.00 10
11
6. KESIMPULAN
1.00
12
0.00 13
14
-1.00
Hasil pengukuran sungai Kemuning
15
16
-2.00 17
-3.00 18
19 menunjukkan dasar sungai yang ada tidak
12000

11000

10000

9000

8000

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

stream line, oleh karena itu dilakukan


20
21
Ja ra k Kom ula tif ( m ) 22
23
rencana pelurusan dasar dan tanggul sebagai
Gambar 12: muka air hasil simulasi pada setiap jam
running, dengan batas hilir Kasus 4. berikut; dari hulu sampai 4,20 km Io =,
0,000199 sedangkan dari 4,20 km ke hilir Io
Dari hasil simulasi terhadap ke empat kasus
=0,00004. normalisasi lebar sungai
yang dapat dilihat pada Gambar 6, Gambar
direncanakan non-uniform, dari hulu lebar
8, Gambar 10, dan Gambar 12, diperoleh
sungai = 25 m. kemudian ke hilir berangsur-
bahwa muka air yang dihasilkan dari simulasi
angsur melebar hingga 35 m. kemudian
tersebut pada kasus 2 dan kasus 3
melebar hingga 45 m. dan sampai hilir
merupakan hasil simulasi aliran model
melebar hingga 55 m.
perambatan gelombang di sungai dengan
methode differensi hingga Skema Staggered Aplikasi program diberikan batas hilir pasang
Grid dan aplikasinya pada kasus analisa surut dengan tinggi H = 2.00 m. dan periode
kapasitas sungai Kali Kemuning. Muka air adalah 12 jam, batas hulu hydrograf banjir
tertinggi dari hasil simulasi tersebut Kali Kemuning yaitu dengan puncak banjir
dijadikan pertimbangan untuk menentukan sebesar 300 m3/dt. yang terjadi pada jam
tinggi tanggul rencana. ke 3 setelah hujan mulai terjadi.
Secara umum dapat dirumuskan bahwa hasil
Hasil simulasi telah dapat menggambarkan
simulasi pada rencana normalisasi Kali
dengan baik kondisi muka air pada setiap
Kemuning-Sampang Madura, adalah; di
jam di sepanjang sungai.
muara menunjukkan elevasi muka air
tertinggi adalah 1,00 m MSL, pada jarak 6,6 7. DAFTAR ACUAN
km dari muara menunjukkan elevasi muka Suharjoko dkk , 2008, Survei Investigasi dan
air tertinggi adalah 4,35 m. MSL, pada jarak Disain Daya Rurak Air Kali Kemuning,
7,8 km dari muara menunjukkan elevasi Balai Besar Pengairan Brantas. Surabaya.
muka air tertinggi adalah 4,52 m. MSL dan
Suharjoko dkk , 2006, Studi Kajian Run-off
pada hulu menunjukkan elevasi muka air
Sungai di Jawa Timur, SubDinas
tertinggi adalah 6,42 m MSL. Jika
Pengairan Dinas PU Propinsi Jawa Timur.
dibandingkan terhadap rencana normalisasi
analisa HECRAS, maka di hilir (muara) Cristoper G Koutitas, 1983, Elemen of
elevasi tanggul rencana adalah 2.00 m, MSL, Komputational Hydraulics, Pentech
sehingga perlu dikoreksi sampai pada jarak Press, London.
2,50 km. Dengan demikian perlu dilakukan
Wignyosukarto, Budi, 1995, Model
dengan memotong tanggul di bagian hilir
Matematik GamaFLOW – 1D, UGM.

Halaman 32 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini
Jurnal APLIKASI Volume 7, Nomor 1, Agustus 2009
ISSN.1907-753X

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 33

Anda mungkin juga menyukai