pembuatan sudetan pada aliran alur Kali Kemuning. 3. Menggunakan satu debit banjir rencana
Normalisasi Kali Kemuning merupakan salah satu (Qrencana) yaitu debit banjir dengan periode
langkah yang dapat dilakukan untuk menanggulangi ulang 25 tahun (Q25).
banjir di Kota Sampang. Maksud dari normalisasi 4. Asumsi dan anggapan yang digunakan dalam
sungai adalah menyediakan alur sungai yang pengerjaan berdasarkan program bantu Hec-
kapasitasnya cukup untuk menyalurkan banjir. Ras 4.1.0
Sedangkan sudetan adalah langkah yang dilakukan
I.5 MANFAAT
untuk menanggulangi banjir dengan membuat alur lain
selain alur alam yang sudah ada. Hal ini dimaksudkan Adapun manfaat yang dapat diperoleh
untuk membagi debit yang terjadi sehingga debit yang dari penyusunan Tugas Akhir ini antara lain
terjadi dapat ditampung oleh kapasitas alur sudetan mengetahui cara yang paling effektif dan dapat
dan kapasitas alur yang sudah ada sebelumnya. diterapkan guna mengendalikan banjir yang
terjadi di kota Sampang dan dapat dijadikan
Dengan alasan yang telah dikemukakan diatas, masukan bagi Dinas PU Pengairan Kota
penulis mengambil judul Perencanaan Sampang. Selain itu, diharapkan juga penelitian
Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota ini dapat menambah wawasan penulis.
Sampang. Perencanaan pengendalian banjir Kota
Sampang khususnya normalisasi Kali Kemuning yang
diambil ini merupakan pekerjaan normalisasi yang I.6 LOKASI
ditangani oleh Dinas PU Pengairan Kota Sampang dan
merupakan agenda program kerja pemerintah daerah Berikut adalah Peta Situasi Kali
Kabupaten Sampang. Kemuning dan daerah genangan banjir yang
terjadi di Kota Sampang.
I.2 PERMASALAHAN
Dengan penjelasan latar belakang masalah diatas,
maka dalam penulisan proposal Tugas Akhir ini
terdapat permasalahan sebagai berikut :
1. Berapakah kapasitas tampung Kali Kemuning
?
2. Apakah debit rencana mampu ditampung
oleh Kali Kemuning ?
3. Alternatif apakah yang paling sesuai dalam
pengendalian banjir kota Sampang ?
4. Bagaimana kinerja dari masing-masing
langkah yang telah diambil ?
hujan rata-rata maksimum dari beberapa stasiun dapat dipakai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dipakai Cara Thiessen Polygon. pada tabel 1.
2.1.1.1 Cara Thiessen Polygon a. Nilai rata-rata ( Mean )
Perhitungan hujan rata-rata dengan Nilai rata-rata adalah sebuah nilai yang
metode Thiessen Polygon ini menggunakan diambil karena dianggap dapat mewakili
faktor pengaruh daerah yang meruapakan dari beberapa nilai yang mungkin
perbandingan antara luas yang diwakili oleh didapatkan dari data-data.
luasan satu stasiun penakar dengan luas DAS Berikut adalah cara menentukan
keseluruhan yang merupakan faktor pembobot nilai rata-rata :
atau disebut juga sebagai koeffisien Thiessen. . ( 2.3 )
Dan berikut adalah cara yang digunakan
untuk memperoleh poligon-poligon tersebut : (Soewarno, Aplikasi Metode Statistik
1. Hubungkan masing-masing stasiun untuk Analisa Data jilid 1,Tahun1995)
dengan garis lurus sehingga terbentuk dimana :
beberapa segitiga. = nilai rata-rata
2. Buat sumbu-sumbu tegak lurus pada Xi = nilai pengukuran dari suatu variatif
polygon segitiga tersebut sehingga titik n = jumlah data
potong sumbu akan membentuk polygon
b. Standart Deviasi dan Varian
baru.
3. Poligon baru inilah merupakan batas ( 2.4 )
daerah pengaruh masing-masing stasiun
penakar hujan dan selebihnyaakan dipakai (Soewarno, Aplikasi Metode Statistik
untuk menentukan untuk Analisa Data jilid 1,Tahun1995)
Hujan rata-rata daerah aliran dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut : v = ( ) 2 ... ( 2.5 )
dimana :
= Standart Deviasi
( 2.1 ) n = Jumlah data
atau = Nilai rata-rata
.. ( 2.2 ) Xi = Nilai varian ke-i
c. Skewness ( Kemencengan )
dimana : Skewness (kemencengan) adalah suatu
R = Curah hujan rata-rata ( mm ) nilai yang menunjukkan derajat
Ai = Luas daerah pengaruh stasiun i ketidaksimetrisan (asymmetry) dari suatu
A = Luas daerah aliran bentuk distribusi. Pengukuran kemencengan
Ri = Tinggi hujan pada stasiun i adalah mengukur seberapa besar suatu kurva
Dan pada pengerjaan Tugas Akhir ini frekuensi dari suatu distribusi tidak simetris
digunakan 5 stasiun hujan yaitu stasiun atau menceng. Umumnya ukuran kemencengan
hujan Karang Penang, stasiun hujan dinyatakan dengan besarnya koefisien
Omben, stasiun hujan Kedundung, stasiun kemencengan (coefficient of skewness) dan
hujan Torjun, dan stasiun hujan Sampang. dapat dihitung dengan persamaan sebagai
Sedangkan lama pengamatan untuk curah berikut :
hujan adalah 10 tahun yaitu dari tahun 2001 Untuk sampel :
sampai 2010.
.. ( 2.6 )
2.1.2 Perhitungan Parameter Dasar Statistik
Sistem hidrologi adalah sebuah (Soewarno, Aplikasi Metode Statistik
fenomena yang tidak dapat dipastikan. untuk Analisa Data jilid 1,Tahun1995)
Banyak hal diluar perkiraan yang sering dimana :
terjadi. Untuk itulah diperlukan analisa Cs = Koefisien Skewness
frekuensi yang dimaksudkan untuk = Standart deviasi
menghitung besarnya peristiwa ekstrim = Nilai rata-rata
yang terjadi. Namun selain perhitungan xi = Nilai varian ke-i
frekuensi, diperlukan juga penerapan n = Banyaknya data
distribusi kemungkinan sebagai d. Koefisien Kurtosis
pembanding. Selain itu, parameter dasar Koefisien Kurtosis digunakan untuk
statistik (khususnya skewness dan koefisien mengukur distribusi variable, yang
Kurtosis) ini juga menentukan dalam merupakan puncak distribusi. Biasanya hal
pemilihan distribusi frekuensi yang akan ini dibandingkan dengan distribusi normal
yang mempunyai koefisien kurtosis.
5
Tabel 2.3. Reduce Standart Deviation ( Sn ) 2.1.3.3 Distribusi Log Pearson Tipe III
Distribusi Log Pearson III adalah
perkembangan fungsi probabilitas yang
dilakukan oleh Pearson sehingga dapat dipakai
untuk hampir semua distribusi probabilitas
empiris.
Adapun langkah-langkah dari penggunaan
distribusi Log Pearson tipe III adalah sebagai
berikut :
1. Mengubah data hujan ( X ) menjadi dalam
2.1.3.2 Metode Pearson Tipe III bentuk Logaritmik
Untuk menghitung curah hujan dengan masa ( Y = Log X ) ( 2.12 )
ulang tertentu. Dengan menggunakan persamaan di
2. Menghitung harga hujan rata-rata
bawah ini maka dapat dihitung besarnya curah hujan
rencana sesuai dengan periode ulangnya. . ( 2.13 )
3. Menghitung harga standart deviasi
( 2.11 )
(Soewarno, Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa ( 2.14 )
Data jilid 1,Tahun1995) 4. Menghitung koeffisien kemencengan
Dimana : 5. Menghitung Logaritma hujan dengan
X = Hujan dengan masa ulang T periode ulang n tahun menggunakan
persamaan :
= Curah hujan rata-rata
S = Standart Deviasi Yt = + K.s . ( 2.15 )
K = Faktor Distribusi Pearson Tipe III 6. Menghitung curah hujan dengan
menggunakan antilog Y
Dan nilai K berbeda-beda berdasarkan peluang Dimana :
terjadinya hujan (periode ulang) dan koefisien X = Hujan dengan masa ulang T
Skewness (kemencengan).Adapun nilai dari K dapat Y = Antilog curah hujan
dilihat pada tabel 2.4 = Antilog curah hujan rata-rata
S = Standart Deviasi
Tabel 2.4. Nilai K Distribusi Pearson Tipe III K = Faktor Distribusi Log - Pearson
Tipe III dan nilainya sama
Koef
dengan faktor distribusi Pearson
Cs
tipe III. Dapat dilihat pada tabel
2.4
.. ( 2.16 )
7
Rt = Rata-rata hujan pada jam ke i hujan maksimum yang sanagt mungkin pada
Ro = periode tertentu. Dan metode yang digunakan
adalah Metode perhitungan Debit Hidrograf
T = Lama waktu hujan terpusat ( jam )
Metode Nakayasu. Pemilihan hidrograf ini
t = Waktu hujan ( jam )
disesuaikan dengan karakteristik daerah
Untuk menghitung rata-rata curah hujan
pengalirannya, di samping itu hidrograf satuan
pada jam ket menggunakan rumus :
ini banyak digunakan dalam perhitungan banjir
. ( 2.18 )
rencana di Indonesia. Adapun rumus yang
Dimana : digunakan adalah sebagai berikut :
Rt = Tinggi hujan pada jam ke-t ( mm )
Rt = Rata-rata tinggi hujan sampai jam ( 2.21 )
ke-t ( mm ) (Hidrologi Teknik,Soemarto,Tahun
t = Waktu hujan ( jam ) 1999)
R(t-1) = Rata-rata tinggi hujan dari Dimana :
permulaan sampai jam ke-t ( mm ) Qp : Debit puncak banjir ( m3/detik )
Dalam perhitungan distribusi hujan R : Hujan satuan ( mm )
effektif, perumusan yang digunakan adalah A : Luas DAS ( km2 )
sebagai berikut : Tp : Tenggang waktu dari permulaan
. ( 2.19 ) hujan sampai puncak banjir ( jam )
Dimana : T0,3 : Waktu yang diperlukan oleh
R = Tinggi hujan effektif ( mm ) penurunan debit, dari debit puncak
C = Koeffisien pengaliran menjadi 30% dari debit puncak
Rt = Tinggi hujan rencana ( mm ) (jam)
2.1.6 Koeffisien Pengaliran
Untuk mendapatkan Tp dan T0,3 digunakan
Koeffisien pengaliran adalah
rumus empiris :
perbandingan antara air yang mengalir di
permukaan tanah dengan air hujan yang jatuh, tg = 0,4 + 0,058L bila L > 15 km
maka koeffisien pengaliran (RunOff) bergantung tg = 0,21 x L0,70 bila L < 15 km
pada jenis permukaan tanah dan tata guna lahan Tp = tg + 0,8tr
daerah aliran. Untuk daerah aliran dimana T0,3= .tg
penggunaannya bervariasi, maka koeffisiennya (HidrologiTeknik,Soemarto,Tahun1999)
merupakan gabungan antara nilai koeffisien Dimana :
pengaliran. Dapat dihitung menggunakan L : panjang alur sungai ( km )
persamaan : tg : waktu konsentrasi ( jam )
. ( 2.20 ) tr : satuan waktu hujan ( diambil 1 jam
)
Tabel 2.6 Koeffien pengaliran lahan ( C ) : Koeffisien pembanding
Komponen lahan Koefisien C ( %)
Jalan : - aspal 70 - 95 Untuk mencari besarnya koeffisien pembanding
- beton 80 - 95 dapat digunakan :
- bata/paving 70 - 85
Atap 75 - 95
= 1,5 untuk bagian naik hidrograf yang
Lahan berumput: lambat dan bagian menurun yang
- tanah berpasir, - landai (2%) 5 - 10 cepat
- curam (7%) 15 - 20
- tanah berat , - landai (2%) 13 - 17 = 2,0 untuk daerah pengaliran biasa
- curam (7%) 25 - 35 = 3,0 untuk bagian naik hidrograf yang
Untuk Amerika Utara, harga secara keseluruhan : cepat dan bagian menurun yang
Koefisien pengaliran
total lambat
Lahan C (%)
Daerah perdagangan - penting, padat 70 - 95 1. Pada kurva turun ( 0 < t< Tp )
- kurang padat 50 - 70
Area permukiman : .. ( 2.22 )
- perumahan tunggal 30 - 50
- perumahan kopel berjauhan 40 - 60
Pada kurva turun ( Tp < t << Tp+T0,3 )
- perumahan kopel berdekatan 60 - 75
- perumahan pinggir kota 25 - 40
. ( 2.23 )
- apartemen 50 - 70 2. Pada kurva turun (Tp+T0,3<t<<Tp+
Area industri : T0,3+1,5T0,3)
- ringan 50 - 80
- berat 60 - 90 . ( 2.24 )
Taman dan makam 10 - 25
Taman bermain 20 - 35 3. Pada kurva turun ( t > Tp+T 0,3+1,5T0,3 )
Lahan kosong/terlantar 10 - 30
. ( 2.25 )
2.1.7 Perencanaan debit rencana (Hidrologi Teknik,Soemarto,Tahun1999)
Perhitungan debit rencana sangat
diperlukan untuk memperkirakan besarnya debit
9
2.3.2 Sudetan
2.3.2.1 Umum
Sudetan merupakan salah satu dari bentuk
pengendalian sungai dan lebih khususnya yaitu
pengendalian debit. Tujuan dari sudetan adalah
Gambar 2.3 Tipical Sel Finite Difference membagi alur yang dimaksudkan untuk membagi
debit banjir juga sehingga muka air sungai akan turun
2. Persamaan Kontinuitas mengikuti debit banjir yang juga turun.
Adapun langkah membuat sudetan adalah
membuat alur baru yang mampu dialiri debit banjir
Terjadi perbedaan hasil pada aliran steady dan alur yang lama masih tetap berfungsi sebagai
dan unsteady. Jika pada aliran steady, debit mana mestinya.
yang masuk akan sama dengan debit yang Berikut adalah gambar penjelasan tentang
keluar. Sedangkan untuk aliran unsteady, langkah-langkah pembuatan sudetan :
debit yang masuk akan berbeda dengan debit
yang keluar
3. Persamaan Momentum
menambah wawasan yang mungkin bisa digunakan Memasukkan data yang diperlukan untuk
untuk bisa memecahkan masalah yang akan mungkin program bantu Hec-Ras
ditemui dalam mengerjakan Tugas Akhir ini. i. Data geometric sungai untuk
menggambarkan bentuk sungai
3.2 TAHAP PERSIAPAN ii. Data penampang melintang sungai (cross
Inventarisasi data dari instansi terkait yaitu PU section) untuk menggambarkan elevasi
Pengairan Daerah Sampang berhubungan dengan dan keadaan sungai
masalah penanggulangan banjir antara lain : Menghitung kapasitas sungai keadaan
Topografi Kali Kemuning eksisting
Data topografi ini digunakan untuk mengetahui Membandingkan kapasitas sungai dengan
lebar dari Daerah Aliran Sungai Kali Kemuning. debit rencana
Tata guna lahan daerah studi Menentukan langkah yang paling effektif
Data tata guna lahan daerah studi digunakan dalam pengendalian banjir
untuk mengetahui fungsi dari daerah sekitar Perhitungan ulang dimensi sungai dan
lahan dan kemudian akan digunakan untuk sudetan setelah normalisasi jika terjadi
mengetahui langkah yang paling efektif dalam luapan atau tidak mampu menampung debit
pengendalian banjir tersebut dan untuk rencana
menentukan nilai koeffisien pengaliran. Pengecekan kondisi lapangan daerah sekitar
Data Curah hujan Kali Kemuning dari beberapa sungai. Terjadi genangan banjir atau bebas
stasiun hujan genangan banjir
Data curah hujan digunakan untuk menghitung Pengecekan sistem drainase daerah genangan
besarnya debit rencana dari Kali Kemuning. banjir jika masih terjadi luapan sungai dan
Penampang Kali Kemuning genangan banjir.
Penampang eksisting digunakan untuk Mulai
mengetahui kemampuan sungai dalam 3.6 FLOW CART
menampung debit banjir (kapasitas sungai)
sebelum dilakukan normalisasi. Pengumpulan Data
Data pasang surut
Data pasang surut digunakan untuk mengetahui
tinggi muka air laut saat keadaan pasang dan
pengaruhnya terhadap tinggi muka air Kali Data Topografi Data Curah Hujan Data Penampang Data Pasang
sungai Surut
Kemuning sehingga dapat diperiksa terjadi
backwater atau tidak.
Luas DAS Intensitas hujan Kapasitas alur Muka air laut
3.3 ANALISA HIDROLOGI
Setelah data-data yang diperlukan terkumpul
Analisa Hidrologi
kemudian dilakukan analisa hidrologi untuk
mendapatkan nilai debit banjir rencana yang Analisa menggunakan program
digunakan untuk menentukan penampang yang cukup Debit banjir rencana bantu Hec.Ras 4.1.0
dan mampu menampung debit banjir. Di dalam analisa
hidrologi terdapat beberapa perhitungan sebelum
akhirnya mendapatkan nilai debit banjir rencana. Analisa hidrolika dan analisa profil muka air alur
Adapun langkah langkah yang ditempuh adalah
sebagai berikut:
Analisa curah hujan rata-rata daerah Periksa kemampuan penampang sungai / desain sudetan
Melakukan uji distribusi dan penarikan
kesimpulan
Menghitung tinggi hujan rencana
Tidak Penampang sungai
Menghitung debit banjir rencana mampu menampung
berdasarkan periode ulang 25 tahun ( Q25 ) Ya
debit banjir rencana
Selesai
12
15 Januari
0
0
-
-
0
70 15.09
- 0
10 3.92
- 0
0
-
-
51
0
5.71
-
5.71
19.01
rata-rata menggunakan metode Thiessen dimana cara 2004
24 Januari 0 - 0 - 32 12.55 0 - 0 - 12.55
19.94
(km2) 2009
11 Mei
17 Desember
126
3
29.87
0.71
3
0
0.65
-
15
0
5.88
-
0
0
-
-
6
20
0.67
2.24
37.08
2.95 37.08
Karang 25 Desember 0 - 115 24.78 13 5.10 10 0.43 0 - 30.31
81,80 0,24 28 Desember 14 3.32 0 - 0 - 110 4.74 0 - 8.06
Penang 6 Pebruari 12 2.85 2 0.43 21 8.24 210 9.05 0 - 20.56
14 Pebruari 8 1.90 48 10.34 0 - 115 4.96 0 - 17.20
Omben 74,35 0,22 2010 5 Agustus 0 - 0 - 65 25.50 0 - 22 2.47 27.96 33.09
Tabel 4.3 Reduced Mean ( Yn ) Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Curah Hujan Rencana
untuk periode Ulang (T) dengan Metode
Distribusi Gumbel
Tahun Yt K Rt
2 0.3665 -0.1355 41.99
5 1.4999 1.0581 62.02
10 2.2504 1.8483 75.28
25 3.1985 2.8468 92.04
50 3.9019 3.5876 104.47
100 4.6001 4.3228 116.81
Tabel 4.9 Variasi Reduksi Gumbel Dari hasil perhitungan sebelumnya pada tabel
4.7 didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 4.11 Variabel Reduksi Gauss
1 Rt < 1,42 3 2.5 0.25 0.1 Tabel 4.14 Kesimpulan Hasil Distribusi
Uji Kecocokan
2 1,42 < Rt < 1,58 3 2.5 0.25 0.1 Persamaan Chi Square Smirnov-Kolmogorov
Distribusi
3 1,58 < Rt < 1,74 1 2.5 2.25 0.9 X2 Nilai Xh2 Dmaks Nilai Do
Dari tabel diatas dapat disimpulkan : 4.1.5 Perhitungan Curah Hujan effektif Periode
kr = 3,841 Ulang
Indonesia merupakan negara dengan iklim
2 = 1,2
tropis yang terdiri dari dua musim yaitu musim
kr > 2 diterima
kemarau dan musim penghujan. Distribusi hujan yang
maka persamaan metode distribusi Log Pearson type
sering terjadi di Indonesia denga hujan terpusat 5 jam
III yang diperoleh dapat digunakan untuk menghitung
dan koefisien pengaliran sebesar 0,35 berdasarkan
distribusi hujan peluang curah hujan rencana dalam
hasil perhitungan menggunakan bantuan peta tata
penyusunan perencanaan pengendalian banjir Kali
guna lahan Daerah Aliran Sungai Kali Kemuning.
Kemuning ini.
Perhitungan rata rata hujan (Rt) sampai jam
ke t adalah:
4.1.3.2 Smirnov Kolmogorov 2/3
Uji ini digunakan untuk menguji simpangan R 5
horisontal yaitu selisih / simpangan maksimum antara Rt 1 = 24 0,585 xR24
distribusi teoritis dan empiris (D maks). 5 1
2/3
R24 5
Tabel 4.13 Perhitungan Uji Smirnov-Kolmogorov Rt 2 = 0,368xR24
5 2
m X P(x) P(x<) f(t) P'(x) P'(x<) D 2/3
R24 5
1 109.12 0.09 0.91 3.86 0.0002 0.9998 0.09 Rt 3 = 0,281xR24
5 3
2 63.08 0.18 0.82 1.12 0.1314 0.8686 0.05
2/3
3 62.34 0.27 0.73 1.08 0.1401 0.8599 0.13 R24 5
Rt 4 = 0,232xR24
4 41.30 0.36 0.64 -0.18 0.5731 0.4269 -0.21 5 4
16
R24
2/3 Dari data tata guna lahan, didapatkan luas
5
Rt 5 = 0,200xR24 dari masing-masing kegunaan lahan. Berikut adalah
5 5 tabel dan perhitungan nilai koeffisien pengaliran :
Perhitungan distribusi tinggi hujan (RT) pada jam ke t:
RT1 = 1 x R1 = 0,585 x R24 Tata Guna Luas Nilai Koeffisien
RT2 = 2 x R2 1 x R1 = 0,151 x R24 Lahan Area Pengaliran ( C )
RT3 = 3 x R3 2 x R2 = 0,107 x R24
Kebun 12.37 0.2
RT4 = 4 x R4 3 x R3 = 0,085 x R24
Sawah Irigasi 2.25 0.3
RT5 = 5 x R5 4 x R4 = 0,072 x R24
Semak 4.50 0.3
Perhitungan distribusi hujan efektif (Re) pada jam ke t: Sawah Hujan 58.30 0.3
dengan nilai C = 0,35 (berdasarkan perhitungan Ladang 180.79 0.3
koeffisien pengaliran) Danau 0.52 0.75
Re1 = RT1 x C Sungai 0.03 0.75
Re2 = RT2 x C Pemukiman 86.25 0.5
Re3 = RT3 x C Cgabungan 0.35
Re4 = RT4 x C
Re5 = RT5 x C Perhitungan distribusi tinggi hujan efektif
periode ulang 25 tahun ditabelkan dalam tabel 4.15
Perhitungan Koeffisien Pengaliran (C) dan tabel 4.16 sebagai berikut:
100
80
Rt Re
60 1 0.585 65.48 32.74
40
2 0.152 17.01 8.51
20
0
3 0.107 0.5 11.98 5.99
4 0.085 9.51 4.76
i
ak
an
g
n
ai
s
n
an
ja
ga
bu
na
ng
m
im
hu
Ir i
da
ke
Se
su
uk
la
wa
pe
Sa
Sa
Gambar 4.2 Luas tata guna lahan DAS Kali Kemuning Perhitungan Distribusi Hujan dari hasil tabel
dengan outlet stasiun AWLR Pangilen 4.16 nantinya akan dipakai untuk perhitungan debit
hidrograf satuan Nakayasu.
31 0.749 24.539 6.82 5.142 4.372 3.964 44.841 Keliling Penampang I = 7,00+1,78 = 8,78 m
32 0.700 22.927 6.38 4.804 4.085 3.703 41.895
33 0.654 21.420 5.96 4.488 3.816 3.460 39.142 Keliling Penampang II = 0,52+5,25 = 5,77 m
34 0.611 20.013 5.57 4.193 3.566 3.233 36.570 Keliling Penampang III = 3,61+3,65 = 7,26 m
35 0.500 16.371 5.20 3.918 3.331 3.020 31.840
Keliling Penampang total = PI + PII + PIII = 21,81 m
36 0.430 14.079 4.25 3.660 3.112 2.822 27.927
37 0.380 12.442 3.66 2.994 2.908 2.636 24.639
38 0.200 6.548 3.23 2.575 2.379 2.463 17.198
39 0.170 5.566 1.70 2.276 2.046 2.015 13.604
Jari-Jari Hidrolis = = 2,68
40 0.130 4.257 1.45 1.198 1.808 1.733 10.441 Kemiringan = 0,0023
41 0.100 3.274 1.11 1.018 0.951 1.531 7.881
42 0.080 2.619 0.85 0.779 0.809 0.806 5.863
Kekasaran Manning = 0,03
43 0.071 2.323 0.68 0.599 0.618 0.685 4.906
44 0.064 2.098 0.60 0.479 0.476 0.524 4.180
Kapasitas Sungai =
45 0.058 1.894 0.55 0.425 0.381 0.403 3.648 = 178,83 m3/detik
46 0.052 1.711 0.49 0.384 0.338 0.322 3.247
47 0.047 1.545 0.44 0.346 0.305 0.286 2.927
48 0.043 1.395 0.40 0.313 0.275 0.258 2.643 Setelah didapatkan nilai dari kapasitas sungai,
49 0.038 1.260 0.36 0.283 0.249 0.233 2.387 kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan debit
50 0.035 1.138 0.327 0.255 0.224 0.211 2.155
yang terjadi akibat hujan (317,268 m3/detik) dan
penampang melintang 23 Kali Kemuning tidak
Hidrograf Nakayasu mampu menampung debit yang terjadi sehingga
350
terjadi luberan pada section tersebut.
300
sebagai berikut : 21
22
60.36
78.79
43.58
40.00
1.3850
1.9698
0.0012
0.0021
86.29
186.87
Meluber
Meluber
23 58.49 21.81 2.6816 0.0023 178.83 Meluber
24 155.61 40.60 3.8328 0.0032 714.77 Aman
25 81.95 48.70 1.6828 0.0040 245.53 Meluber
26 103.47 43.60 2.3731 0.0054 449.19 Aman
27 77.41 49.52 1.5632 0.0004 71.68 Meluber
28 85.07 39.44 2.1569 0.0001 57.57 Meluber
29 77.40 39.60 1.9545 0.0009 123.70 Meluber
30 75.05 37.78 1.9865 0.0005 91.81 Meluber
31 63.32 31.27 2.0249 0.0022 158.09 Meluber
32 71.01 26.30 2.7000 0.0006 113.57 Meluber
33 95.10 65.28 1.4568 0.0042 264.86 Meluber
34 147.61 40.48 3.6465 0.0009 356.47 Aman
35 195.73 49.96 3.9177 0.0025 810.70 Aman
36 113.38 40.11 2.8267 0.0017 315.38 Meluber
Gambar 4.5 Penampang melintang Kali Kemuning 37 81.21 32.70 2.4835 0.0039 311.81 Meluber
section 23 38 62.58 24.60 2.5439 0.0012 135.56 Meluber
39 98.83 46.55 2.1231 0.0029 291.66 Meluber
40 144.80 42.00 3.4476 0.0004 215.68 Meluber
= 0,745 m2
41 137.32 39.60 3.4677 0.0001 79.06 Meluber
Luas penampang I = 42 230.86 65.70 3.5139 0.0019 776.44 Aman
43 175.62 43.43 4.0437 0.0026 759.59 Aman
Luas Penampang II = = 44 157.25 39.70 3.9610 0.0019 567.24 Aman
5,396 m2
45 98.36 36.44 2.6992 0.0035 378.54 Aman
46 85.80 36.60 2.3443 0.0007 134.59 Meluber
4
.12 Profil melintang sungai
Dalam perencanaan sudetan ini, penampang keliling basah penampang sebesar 51,84 m sehingga
direncanakan berbentuk trapesium dengan spesifikasi besarnya nilai jari-jari hidrolis sebesar 4 m. Berikut
sebagai berikut : adalah perhitungan kapasitas alur sudetan yang telah
direncanakan :
Q = .A.R2/3.i1/2
= .207,75.(4)2/3.(0,0002)1/2
= 269,21 m3/detik
Gambar 4.14 Rencana dimensi alur sudetan Dengan nilai kecepatan ( V ) didapatkan 1,3 m/detik
Setelah diketahui nilai kapasitas dari alur
Lebar alur : 25 m sudetan, maka diasumsikan bahwa debit yang terjadi,
Kemiringan Tanggul : 2 akan langsung terbagi kearah alur sudetan dan alur
Tinggi alur : 4,5 m Kali Kemuning.
Kemiringan saluran Langkah selanjutnya adalah memasukkan
Sudetan Atas : 0,0015 input alur sudetan yang telah direncanakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh dari sudetan itu
Sudetan Bawah : 0,0002
dalam usaha pengendalian banjir. Hasil output dari
Panjang alur
program bantu Hec-Ras 4.1.0 akan ditampilkan dalam
Sudetan Atas : 1375 m
gambar dan tabel di bawah ini.
Sudetan Bawah : 2700 m
Kekasaran permukaan : 0,0275 (saluran tanah
dan plengsengan beton)
Lebar alur : 10 m
Kemiringan Tanggul : 2
Tinggi alur : 4,5 m
Kemiringan saluran :
Antara Hulu-Hilir : 0,00043
Hulu : 0,00028
Panjang alur :
Antara Hulu-Hilir : 4561,52 m
Hulu : 4131,13 m
Kekasaran permukaan : 0,0275 (saluran tanah
dan plengsengan beton)
Gambar 4.22 Muka Air Sudetan Atas
Untuk alur dari Kali Kemuning tidak banyak Untuk ruas Kali Kemuning yang tidak
terjadi perubahan profil muka air setelah atau sebelum terpengaruh oleh adanya sudetan ( station 28
alur sudetan dilaksanakan dan profil muka air hampir 35, station 83 103 )
sama dengan saat perhitungan keadaan eksisting Kali
Kemuning.
23
30
Lebar alur : 22,5 m
Kemiringan Tanggul : 2
Tinggi alur : 4,5 m
Kemiringan saluran :
Hilir : 0.0001
Tengah Hulu-Hilir : 0.00013
Panjang alur :
Hilir : 2139.32 m Gambar 4.26 Profil muka air section 0 27
Tengah Hulu-Hilir : 768,82
Kekasaran permukaan : 0,0275 (saluran tanah
dan plengsengan beton)
Dari tabel diatas, terlihat bahwa elevasi tanggul Kekasaran permukaan : 0,0275 (saluran tanah
lebih tinggi daripada muka air yang terjadi akibat dan plengsengan beton)
debit banjir. Dapat disimpulkan bahwa dengan
normalisasi dan sudetan secara bersamaan adalah
langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi
luapan air di kota Sampang akibat dari luapan Kali
Kemuning.
4.3.3. Perencanaan sudetan dan eksisting Kali
Kemuning dinonaktifkan ( Alternatif III )
Pada alternatif III ini, direncanakan sudetan
seperti pada alternatif sebelumnya, namun Kali
Kemuning dinonaktifkan. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi pembengkakan biaya ( meskipun tidak
dilakukan perhitungan biaya). Untuk dimensi Gambar 4.30 Profil muka air Kali Kemuning Hilir
penampang dari sudetan pada alternatif III ini
disamakan dengan dimensi sudetan pada alternatif I
sehingga kapasitas dari sudetan tersebut juga sama
dengan sudetan pertama yaitu 269,21 m3/detik.
Berikut adalah gambar perencanaan dari
alternatif III pengendalian banjir kota Sampang :
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan keseluruhan hasil analisa data
yang dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini
30 dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Perhitungan curah hujan menggunakan
Alur kali Kemuning tengah hulu-hilir metode Thiessen Polygon dan metode
memiliki bentuk penampang yang sama dengan distribusi Log Pearson Type III dan
sudetan bawah yang sudah dihitung pada perhitungan didapatkan besarnya curah hujan yang
sebelumnya tetapi memiliki lebar bawah yang berbeda mungkin terjadi pada periode ulang 25
yaitu 30m dan nilai debitnya berbeda yaitu sebesar tahun adalah 111,94 mm
240 m3/detik sehingga rumus pada perhitungan 2. Debit maksimum yang didapatkan melalui
sebelumnya dapat digunakan setelah mengganti faktor perhitungan HIdrograf Banjir Nakayasu
lebar bawah saluran yang semula bernilai 25m adalah sebesar 317,268 m3/detik
menjadi 30m 3. Beberapa ruas kali Kemuning mempunyai
Dengan menggunakan rumus yang sama kapasitas sungai eksisting tidak mampu
dengan perhitungan sebelumnya, maka akan menampung debit banjir yang terjadi
didapatkan nilai kedalaman normal ( hn ) setinggi sehingga dibutuhkan alternatif
4,825m dan nilai kedalaman kritis ( hc ) setinggi pengendalian banjir.
3,76m 4. Berdasarkan perhitungan menggunakan
program bantu Hec-Ras 4.1.0, alternatif
Tipe profil aliran yang mampu mengendalikan banjir yang
Saluran sudetan atas dan alur kali Kemuning terjadi adalah alternatif II (perencanaan
tengah hulu-hilir memiliki kemiringan yang landai (i1 sudetan dan normalisasi penampang
< ic dan i2 < ic ) ) dan karena saluran sudetan atas yang eksisting kali Kemuning) dan alternatif III
berada sebelum alur kali Kemuning tengah hilir (perencanaan sudetan dengan menon-
memiliki kemiringan dasar yang lebih curam alur kali aktifkan beberapa ruas kali Kemuning).
Kemuning tengah hulu hilir ( i1 < i2 < ic ) maka profil
aliran yang terjadi adalah profil M2 5.2. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka disarankan :
4.4.2.2 Perhitungan profil muka air akibat
1. Memberikan perkuatan (plengsengan)
perbedaan kemiringan alur kali Kemuning
pada sisi sungai agar tidak menimbulkan
tengah hulu hilir dan sudetan bawah
gerusan terutama pada sudetan mengingat
Alur kali Kemuning tengah hulu-hilir kecepatan yang semakin besar mengikuti
Dari perhitungan sebelumnya alur kali nilai kemiringan yang juga semakin besar.
Kemuning tengah hulu hilir, didapatkan nilai 2. Normalisasi sungai bukan merupakan
kedalaman normal ( hn ) setinggi 4,825m dan nilai langkah yang effektif karena memerlukan
kedalaman kritis ( hc ) setinggi 3,76m. dimensi yang lebar untuk bisa
menampung debit banjir yang terjadi.
Saluran Sudetan Bawah 3. Perencanaan sudetan dan normalisasi kali
Saluran sudetan bawah memiliki bentuk Kemuning (alternatif II) bukan pula
penampang yang sama dengan sudetan bawah yang merupakan langkah yang effektif dalam
sudah dihitung pada perhitungan sebelumnya. Namun pengendalian banjir yang terjadi karena
nilai debitnya berbeda yaitu sebesar 60 m3/detik melakukan dua pekerjaan sekaligus.
Dengan menggunakan rumus yang sama
dengan perhitungan sebelumnya, maka akan
didapatkan nilai kedalaman normal ( hn ) setinggi 2m
dan nilai kedalaman kritis ( hc ) setinggi 0,815 m
Tipe profil aliran
Saluran sudetan atas dan alur kali Kemuning
tengah hulu-hilir memiliki kemiringan yang landai (i1
< ic dan i2 < ic ) ) dan karena saluran sudetan atas yang
berada sebelum alur kali Kemuning tengah hilir
memiliki kemiringan dasar yang lebih curam alur kali
Kemuning tengah hulu hilir ( i2 < i1 < ic ) maka profil
aliran yang terjadi adalah profil M1