1. SPESIFIKASI PROSES/KEGIATAN
• Latar belakang
Sebagai wilayah yang memiliki garis pantai yang cukup panjang, Provinsi Maluku
Utara memiliki banyak aktivitas ekonomi di wilayah pesisir. Salah satu
konsekuensi dari kondisi ini adalah masalah perubahan garis pantai. Mengingat
kondisi perairan yang umumnya memiliki gelombang dan tunggang pasang-surut
yang besar, maka masalah garis pantai yang umum terjadi adalah masalah abrasi
dan erosi. Selain itu terdapat juga masalah sedimentasi yang umumnya terjadi di
sekitar muara sungai yang terdapat di daerah perairan yang berupa teluk dengan
kondisi pantai yang relatif landai.
Abrasi adalah perubahan garis pantai ke arah darat (mundur) akibat gaya
gelombang yang didominasi oleh gelombang yang datang dalam arah tegak lurus
garis pantai dengan gelombang pecah terjadi di sekitar garis pantai (gelombang dari
laut langsung mengambil material pantai dan membawanya ke laut dalam).
Fenomena ini umumnya terjadi pada laut dengan kemiringan yang terjal.
Sementara fenomena erosi terjadi jika pergerakan sedimen di pantai didominasi
oleh gaya gelombang sejajar garis pantai atau akibat arus pasang-surut. Material
pantai diambil dari daerah yang mengalami erosi dan dibawa ke daerah pantai lain
(sedimentasi). Kondisi ini umumnya terjadi pada daerah pantai yang relatif landai
dan gelombang pecah terjadi pada jarak yang relatif jauh dari garis pantai.
Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meredam besarnya daya rusak
gelombang laut terhadap erosi pantai, yang menyebabkan terjadinya kemunduran
garis pantai karena adanya ketidakseimbangan antara pasokan sedimen dengan
kapasitas angkutan sedimen dan pengerusakan terhadap morfologi pantai.
b. Dasar Hukum
✓ Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 12/PRT/M/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Wilayah
Sungai.
✓ Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Dewan
Sumber Daya Air.
✓ Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air.
✓ Peraturan Menteri PUPR Nomor 28 Tahun 2015 tentang Penetapan Garis
Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau.
✓ Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
✓ Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang
Pekerjaan Umum.
✓ Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi mencabut Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
✓ Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 135 Tahun 2018 Tentang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
✓ Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
20/PRT/M/2018 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
✓ Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
02/PRT/M/2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
✓ Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan
Barang / Jasa Pemerintahan.
✓ Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2018 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) Tahun Anggaran 2019.
✓ Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan dan telah diubah
menjadi Undang – Undang 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air.
✓ Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
03/PRT/M/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.
✓ Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
05/PRT/M/2019 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
✓ Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
07/PRT/M/2019 Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
Melalui Penyedia.
c. Lokasi Pekerjaan
Kuantitas yang diukur untuk pembayaran merupakan hasil dari total volume yang
telah terpasang baik itu satuan meter kubik untuk pemasangan batu, pasir core,
Jalan masuk ; satuan meter persegi untuk pemasangan geotextile dan satuan unit
untuk pekerjaan pemasangan geobag.
SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Maluku Utara Provinsi Maluku Utara
merencanakan Pembangunan dan Perkuatan Breakwater Kota Ternate untuk
melindungi Permukiman. Secara umum pekerjaan yang akan dilaksanakan
dikelompokkan menjadi 6 (enam) pekerjaan utama, yakni:
g. RKK K3
RKK K3 adalah dokumen lengkap rencana penerapan SMKK dan merupakan satu
kesatuan dengan dokumen kontrak suatu pekerjaan konstruksi, yang dibuat oleh
Penyedia Jasa dan disetujui oleh Pengguna Jasa, untuk selanjutnya dijadikan sebagai
sarana interaksi antara Penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa dalam penerapan SMKK.
Berikut ini merupakan jenis/tipe pekerjaan beserta identifikasi bahayanya.
Adapun besarnya jumlah pagu pada SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Maluku
Provinsi Maluku Utara, Pejabat Pembuat Komitmen Sungai dan Pantai II untuk
pembiayaan pekerjaan Pembangunan dan Perkuatan Breakwater Kota Ternate sebesar
Rp.19.925.000.000,- (Sembilan Belas Milyar Sembilan Ratus Dua Puluh Lima Juta
Rupiah), bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2020.
Jadwal kerja peralatan harus disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan dan dibuat secara terpisah.
Peralatan utama yang wajib disediakan oleh penyedia jasa untuk pelaksanaan pekerjaan Pembangunan dan Perkuatan Breakwater Kota Ternate
sebagai berikut :
Jadwal penugasan personil manajerial dan personil penunjang harus disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Dalam jadwal harus
udah termasuk/memperhitungkan waktu pengajuan dan waktu-waktu penambahan dan pengurangan personil yang dibutuhkan serta harus ada
persetujuan dari Direksi mengenai jadwal penugasan personil tersebut.
Jadwal Penugasan Personil Manajerial dan Personil Penunjang
Daftar personil yang disyaratkan untuk pelaksanaan pekerjaan Pembangunan dan Perkuatan Breakwater Kota Ternate sebagai berikut :
Pengalaman
Jabatan dalam Jumlah
Tingkat Pendidikan/ Kerja Sertifikat
No. pekerjaan yang akan Personil
Ijazah Profesional Kompetensi Kerja
dilaksanakan (Org)
(Tahun)
Personil Managerial
1 S1/D4 Teknik Sipil Manager Proyek 5 1 Ahli Sumber Daya Air (Madya) (211)
2 S1/D4 Teknik Sipil Manager Teknik 3 1 Ahli Sumber Daya Air (Muda) (211)
3 S1/D4 Ekonomi Manager Keuangan 2 1 -
4 S1/D4 Teknik Sipil Ahli K3 Konstruksi 2 1 Ahli K3 Konstruksi (Muda) (603)
Personil Penunjang
Pelaksana Pekerjaan wajib membuat Shop Drawing untuk setiap rencana yang belum
tercakup lengkap dalam Gambar Perencanaan atau yang perlu disesuaikan dengan keadaan
lapangan dan gambar-gambar yang diminta oleh Pengawas Pekerjaan. Dalam Shop Drawing
ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang diperlukan, termasuk contoh
bahan, keterangan produk, cara pemasangan, dan/atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai
dengan spesifikasi pabrik.
Pada dasarnya semua ukuran yang berlaku adalah seperti yang tertera pada Gambar
Rencana. Ukuran-ukuran tersebut adalah ukuran jadi, yaitu ukuran seperti keadaan selesai.
Pelaksana Pekerjaan tidak dibenarkan mengubah dan/atau mengganti ukuran-ukuran yang
tercantum di dalam Gambar Rencana atau Kontrak tanpa persetujuan tertulis dari Pengawas
Pekerjaan.
1. Laporan Harian
Pelaksana Pekerjaan diwajibkan membuat catatan-catatan harian dalam bentuk Laporan
Harian yang berisi : pekerjaaan yang dilaksanakan hari itu, material yang didatangkan,
peralatan yang digunakan, tenaga kerja yang dikerahkan, keadaan cuaca, pasang surut
serta hal-hal lain yang perlu dilaporkan sesuai petunjuk Pengawas Pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan.
2. Laporan Mingguan
Pelaksana Pekerjaan diwajibkan untuk membuat laporan mingguan yang berisikan
kemajuan fisik proyek yang dicapai pada minggu sebelumnya dan sampai minggu
dimaksud. Laporan ini harus dijilid sebanyak 5 (lima) set dan diserahkan kepada
Pengawas Pekerjaan paling lambat pada hari Senin siang.
3. Laporan Bulanan
Pelaksana Pekerjaan diwajibkan juga membuat laporan bulanan yang berisikan semua
kegiatan pada bulan yang bersangkutan termasuk hambatan-hambatan yang dihadapi,
perubahan-perubahan pelaksanaan yang telah mendapat persetujuan dari Pengawas
Pekerjaan yang dilengkapi dengan gambar. Laporan bulanan harus dijilid sebanyak 5
(lima) set dan harus diserahkan kepada Pengawas Pekerjaan paling lambat tanggal 10
(sepuluh) pada bulan berikutnya.
4. Laporan Akhir Proyek
Pelaksana Pekerjaan diwajibkan membuat Laporan Akhir Proyek setelah proyek
dinyatakan selesai dan dapat diterima oleh Pengawas Pekerjaan. Laporan ini berupa
rekapitulasi dari laporan bulanan yang harus memuat semua perubahan-perubahan
penting selama berlangsungnya proyek. Laporan ini dibuat dalam rangkap 5 (lima) dan
diserahkan pada saat Serah Terima Pekerjaan.
5. Laporan masa Pemeliharaan
Pelaksana Pekerjaan diwajibkan membuat Laporan Masa Pemeliharaan yang berisi
kegiatan selama Masa Pemeliharaan. Laporan ini dibuat dalam rangkap 5 (lima) dan
diserahkan selambat-lambatnya 5 (lima) hari setelah berakhirnya Masa Pemeliharaan.
Format Laporan Harian, Mingguan, dan Bulanan ditentukan oleh Pengguna Jasa.
Pelaksana Pekerjaan dapat mengusulkan format Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan
untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas Pekerjaan. Pelaksana Pekerjaan
diwajibkan menyerahkan as built drawing yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa. As
built drawing diserahkan dalam bentuk hardcopy sebanyak rangkap 5 (lima) dalam
bentuk softcopy (format DWG dalam CD) dan diserahkan selambat-lambatnya 5 (lima)
hari sebelum berakhirnya Masa Pemeliharaan.
Rapat Berkala
Rapat berkala untuk membahas masalah pelaksanaan pembangunan akan diadakan secara
rutin (mingguan) dengan dikoordinir dan dipimpin oleh Pengawas Pekerjaan dan dihadiri
oleh fungsi yang langsung berkaitan. Hasil rapat dituangkan dalam risalah rapat yang
disahkan oleh semua pihak yang hadir. Hasilnya akan menjadi bagian dari Dokumen
Pelaksanaan. Pelaksana Pekerjaan wajib menyiapkan semua perlengkapan untuk pengadaan
rapat berkala yang akan diadakan oleh Pengawas Pekerjaan.
Proses pembuatan kantong Geobag harus dengan menggunakan mesin khusus yang
direkomendasi dan telah terbukti pemakaiannya (referensi proyek).
Untuk benang penutup kantong juga harus memiliki spesifikasi khusus sebagai berikut:
✓ Terbuat dari benang Polyester 100%.
✓ Type benang adalah staple spun polyester
✓ Massa per unit benang adalah 300 gram / m2.
✓ Tahan terhadap U.V. dan air laut.
✓ Ukuran benang : Nm 20/5
✓ Density liner benang adalah dtex 500x5.
✓ Meter per kilo : 2.350 m +/- 3%.
✓ Elongasi : 16% +/- 4%.
✓ Kekuatan (strength) : 95 N (+/- 3%)
Metode Kerja :
✓ Geobag diangkut menggunakan dump truck ke lokasi pekerjaan.
✓ Setelah sampai pada lokasi pekerjaan, excavator akan mengangkat geobag dari dump
truck dengan cara mengaitkan tali yang berukuran besar (Sling) yang dipandu oleh
pekerja untuk ditempatkan pada posisi pemasangan.
✓ Susunan pemasangan geobag akan disesuaikan dengan yang terdapat pada gambar kerja
dan selama pemasangan wajib mengikuti arahan dari Direksi Pekerjaan. Selama proses
pekerjaan, para personil yang terlibat langsung diwajibkan memakai kelengkapan APD
untuk meminimalisir kecelakaan kerja.
GEOTEXTILE WOVEN
Metode Kerja :
✓ Geotextile diangkut menggunakan dump truck dekat dengan lokasi pemasangan
✓ Penerapannya dilakukan secara manual oleh tenaga manusia.
✓ Penghamparan geotextile woven mengikuti profil dengan memperhatikan dasar
pemasangan agar tidak terdapat batu atau bahan tajam yang dapat membuat material
geotextile woven rusak atau sobek. Selama proses pekerjaan, para personil yang terlibat
langsung diwajibkan memakai kelengkapan APD untuk meminimalisir kecelakaan
kerja.
Metode Kerja:
✓ Sebelum proses Pemasangan Batu Ukr. 0,40 – 0,50 m dan Pemasangan Batu Ukr. 0,70
– 0,80 m, material batu diangkut dari lokasi pengambilan menggunakan dump truck
untuk dikumpul di dekat lokasi pekerjaan.
✓ Batu yang telah disiapkan disortir terlebih dahulu kemudian dipasang secara rapi di atas
pemasangan geotextile menggunakan excavator.
✓ Penempatan batu Ukr. 0,40 – 0,50 m dengan proses mekanis menggunakan Excavator.
Penempatan batu dilakukan dengan rapih agar tidak membuat lapis geotextile woven
rusak atau sobek. Susunan batu Ukr. 0,40 – 0,50 m diletakkan sebagai dasar susunan
batu.
✓ Setelah pemasangan batu Ukr. 0,40 – 0,50 m selesai dilanjutkan dengan pemasangan
batu Ukr. 0,70 – 0,80 m dengan proses mekanis menggunakan excavator. Penempatan
batu dilakukan rapih agar tidak membuat lapis geotextile rusak atau sobek.
✓ Sebelum melakukan pekerjaan diatas harus mengkoordinasikan dengan Direksi
Pekerjaan.
✓ Selama proses pekerjaan, para personil yang terlibat langsung diwajibkan memakai
kelengkapan APD untuk meminimalisir kecelakaan kerja.
Metode Kerja :
✓ Material pasir core didatangkan dari luar menggunakan dump truck dan di tuang dekat
dengan lokasi pengisian pasir core.
✓ Excavator yang telah berada pada lokasi pekerjaan, melakukan penghamparan pasir
core pada sisi yang akan dipasangi Geobag.
✓ Bahan pasir core tidak berbeda dengan pasir untuk pengisi geobag yaitu bersih dari
segala kotoran yang dapat merusak Geobag. Selama proses pekerjaan, para personil
yang terlibat langsung diwajibkan memakai kelengkapan APD untuk meminimalisir
kecelakaan kerja.
PEMBUATAN JALAN KERJA
Bahan yang digunakan dalam pembuatan jalan kerja adalah Sirtu. Sirtu adalah singkatan
dari pasir batu. Sirtu terjadi karena akumulasi pasir dan batuan yang terendapkan di daerah-
daerah relatif rendah atau lembah. Sirtu berasal dari dua bagian yang yang berukuran besar
merupakan material dari batuan beku, metamorf dan sedimen. Sedangkan berukuran halus
terdiri pasir dan lempung.
Metode Kerja :
✓ Pada awal pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan harus menjamin adanya jalan masuk ke
daerah kerja yang memungkinkan untuk pemindahan alat dan bahan-bahan yang akan
digunakan.
✓ Pelaksana Pekerjaan harus memperbaiki dan memelihara jalan masuk untuk
menghindari keterlambatan angkutan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan.
✓ Jalan masuk yang dimaksud berupa jalan sirtu. Peningkatan jalan masuk ini tidak boleh
mengganggu akses jalan-jalan yang ada.
✓ Semua pengoperasian yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dan pekerjaan
sementara harus memenuhi persyaratan kontrak. Persyaratan-persayaratan tersebut
adalah agar tidak menggangu fasilitas-fasilitas umum milik orang lain atau Pemilik
Proyek. Pelaksana Pekerjaan harus mengganti kerugian kepada Pemilik terhadap semua
tuntutan-tuntutan secara hukum, proses hukum, kerugian, biaya-biaya, ongkos-ongkos
dan pengeluaran apapun yang timbul atau dalam hubungannya dengan setiap hal
semacam itu sejauh masih menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.
PERLENGKAPAN K3
Agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar tanpa ada hambatan terutama menyangkut
keselamatan kerja, maka semua prosedur pekerjaan selalu mengikuti kaidah K3. Baik para
pekerja yang ada di lapangan maupun para pelaksana selalu mengindahkan peraturan
keselamatan kerja yang telah ditetapkan. Penyedia jasa wajib menyiapkan seluruh
kelengkapan K3 sesuai yang telah ditentukan.
RENCANA ANGGARAN BIAYA
Satuan Kerja : SNVT Pelaksana Jaringan Sumber Air Maluku Provinsi Maluku Utara
Bagian Pelak. Kegiatan : Sungai dan Pantai II
Pekerjaan : Pembangunan dan Perkuatan Breakwater Kota Ternate
Lokasi : Kota Ternate
I PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Mobilisasi dan Demobilisasi Ls 1.00
2 Pek. Pengukuran, Adm, Mutual Check, Actual Check, Dokumentasi, Asbuilt
Ls 1.00
Drawing, Plank Proyek, Dll
Jumlah I 0.00
II PEKERJAAN KONSTRUKSI
3
1 Pemasangan Batu Ukr. 0.40 - 0.50 m M 2,971.96
2 Pemasangan Batu Ukr. 0.70 - 0.80 m M3 6,612.68
3 Pemasangan & Pengisian Geobag Type Standar (ukr. 1.45 m x 2.4 m) Unit 4,162.51
2
4 Pemasangan Geotextile Woven M 15,751.75
5 Pengisian Pasir Core M3 1,838.63
6 Pembuatan Jalan Kerja M3 480.00
Jumlah II 0.00
III K3 KONSTRUKSI
1 Penyiapan RKK :
a. Pembuatan Dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi
b. Pembuatan Prosedur dan Instruksi Kerja Set 1.00
c. Penyiapan Formulir
5 Personel K3 Konstruksi
a. Ahli K3 Konstruksi OB 6.00