BAB IV
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Secara sistematis pendekatan teknis serta aktivitas yang akan dilakukan untuk “SID
Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat”, dapat dilihat pada Bagan Alir
Pelaksanaan Pekerjaan
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
MULAI
A3.SD.1
Konsep Rencana
Mutu K ontrak
(RMK)
Tidak
A3.SD.2
Laporan Rencana
Mutu K ontrak
Cek
(RMK)
Ya
A.4..SP.1 A.5..SP.1 A.6.SP.1
Identifikasi Sumber Air
Survey Pendahuluan P engu mpulan D ata Sekunder Koordinasi D engan Instansi
Baku Dan Studi Terdahu lu Terkait
Ya
A.7.SP.1
Penyusunan Laporan
Pendahulu an
A.7..SD.1
Draft Laporan
Pendahulu an
Tidak A.8.SP.1 – A.8.SP.4
(A.8.SD.1 – A.8..SD.3)
Laporan
D iskusi Pen dahulu an A.7.SP.2 (A.7.SD.2)
Ya
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Ya Ya Ya B.4.SP.7 (B.4.SD.7)
Ya Analisa Ketersediaan
B.1.SP.7 – 8 (B.1.SD.7 - B.3.SP.7 (B.3.SD.7) B.2.SP.7
8) Analisis Data Analisis Geotek Analisis Hidrologi
(B.2.SD.7)
Debit Sumber Air
Topografi & Mektan Dan Hidrometri Baku, Kebutuhan Air
Baku, Neraca Air
Hasil(G.SD.9)
B.1.SP.9 B.3.SP.Hasil
8 – 9Analisis
(B.3.SD.8 – 9) B.2.SP.Hasil
8 – 9Analisis
(B.2.SD.8 – 9) Tidak B.4.SP. 8 – 9 (B.4.SD.8 – 9)
Tidak Analisis Geotek & Hidrologi Dan Hasil Analisa
Tidak
Topografi Mektan Hidrometri
Tidak
Cek Cek Cek Cek
Ya Ya Ya Ya Ya
Penyusunan Konsep
D.2.SP.1
Laporan Interim
Konsep Laporan
D.2.SD.1
Tidak Interim
D.3.SP.1-4 Laporan
D.2.SP.2 (M.SD.2)
Diskusi(D.3.SD.1-3) Interim
Ya
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Ya Ya
Ya
KDD.06
Gambar D esain , Hasil
E.2.SD.1
P erhitu n g an D an
E.3.SD.1,2
P en y u su n an B O Q dan RA B,
Tidak E.4.SD.1
D o ku men Ten de r D an
E.5.SD.1
Spesifikasi Tekn is
Cek
Ya
P ertemu an K on su ltasi
Masy arakat (P K M )
F.1.SP.1 – 4
Sosialisasi (F.1.SD.1-3)
Hasil D e sain
Tidak
Cek
Ya
P en y u su n an K on sep Lapo ran
A k hir
F.2.SP.1
K on sep
Laporan A khir
F.2.SD.1
Tidak
D isku si
F.2.SP.3 – 5
Ya F.2.SD.3,4
Lapo ran
A k hir
F.2.SD.2
Ya
SEL E SA I
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
4.2. Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan tahap awal pekerjaan meliputi:
a. Pembuatan Rencana Mutu Kontrak (RMK)
Dalam laporan ini dijelaskan mengenai tujuan pekerjaan, lokasi pekerjaan, survei
lapangan, rencana kerja dan personil yang akan terlibat, serta daftar simak yang
akan dilaksanakan dalam pelaksanaan pekerjaan nantinya.
b. Survei Pendahuluan
Maksud dari survei ini adalah untuk mengetahui kondisi dan permasalahan yang
ada di daerah survei, dalam rangka penyiapan pelaksanaan survei lapangan yang
meliputi :
Menghubungi instansi-instansi terkait di daerah sehubungan dengan program
pembangunan sektoral/regional dan perencanaan pengembangan wilayah di
lokasi kegiatan.
Inventarisasi kondisi fisik dan permasalahan di lokasi kegiatan serta penilaian
tingkat kerusakan yang telah terjadi.
Penentuan referensi pengukuran dan batas lokasi survei
Pencarian daerah quarry (sumber material).
Dan lain-lain
c. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder diperlukan untuk pengolahan data selanjutnya. Data
yang diperlukan diantaranya adalah:
Peta Rupa Bumi
Peta rupa bumi 1:50.000 dan Peta Topografi (Bakosurtanal) skala 1:50.000
untuk wilayah kerja yang didapat dari Bakosurtanal (untuk peta topografi) dan
peta laut dari Dishidros TNI AL (Dinas Survei Hidro-Oseanografi). Peta ini
dibutuhkan sebagai acuan dalam survei primer topografi Kabupaten Pesisir
Barat.
Data Hidroklimatologi minimal 10 tahun yang didapat dari Badan
Meteorologi dan Geofisika. Data ini akan digunakan untuk menentukan
besaran-esaran hidrologis sebagai dasar untuk analisa hidrolik.
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Data sosial ekonomi dibutuhkan untuk analisa efek sosial dan kelayakan
ekonomi dari kegiatan “SID Penyediaan Air Baku Kabupaten
Pesisir Barat”. Yang dicari adalah data sosial ekonomi pada daerah
sekitar. Data ini didapat dari instansi seperti Bappeda, Biro Pusat
Statistik dan lain-lain.
d. Persiapan Administrasi dan Teknis
Persiapan administrasi dan teknis meliputi:
Mobilisasi sumber daya, meliputi kegiatan mobilisasi personil dan
mempersiapkan dana operasi.
Persiapan pekerjaan kantor, menyangkut pengolahan data, analisis data
sekunder, dan pengurusan administrasi.
Persiapan pekerjaan survei, membutuhkan perencanaan jadwal dan
perencanaan perjalanan survei yang meliputi kegiatan perencanaan jadwal
pelaksanaan survei, perhitungan waktu persiapan, lama perjalanan, persiapan
ketersediaan alat-alat survei, dan waktu pelaksanaan survei.
e. Pembuatan Draft Laporan Pendahuluan dan Laporan Pendahuluan
Laporan ini berisi kerangka kerja yang akan dilakukan mengenai persiapan,
pengurusan perijinan, mobilisasi tenaga dan peralatan, rencana kerja dan
pengorganisasian personil atau tenaga ahli dan rencana pengumpulan data
sekunder serta sumber data.
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Semua data penting yang digunakan untuk menentukan koordinat Bench Mark
diperoleh dengan cara pengukuran langsung di lapangan
Semua alat ukur (Theodolit, Waterpass, Echosounding) yang digunakan dalam
keadaan baik dan memenuhi syarat ketelitian yang diminta (dikalibrasi)
Sebelum pekerjaan dimulai, konsultan menyerahkan program kerja yang berisi
Jadual waktu pelaksanaan pekerjaan, daftar personil, daftar peralatan dan
rencana keberangkatan untuk dibahas bersama denga Direksi (berlaku juga
untuk survey lapangan lainnya seperti penelitian geologi / mekanika tanah,
survey echosounding, pengamatan sediment dan pasang surut)
Pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan jangka waktu yang tersedia.
Pengukuran pengikatan dilakukan dari titik triangulasi terhadap salah satu titik
pada kerangka dasar horizontal/vertikal utama, agar seluruh daerah pemetaan
berada dalam satu sistem referensi yang sama. Apabila titik triangulasi tidak
ada/berada jauh sekali dari lokasi proyek, maka dapat digunakan titik referensi
lokal.
Setelah dilakukan pengukuran pengikatan untuk menentukan titik awal proyek,
selanjutnya dilakukan pengukuran titik-titik kontrol, baik titik kontrol horizontal
maupun vertikal. Pengukuran titik-titik kontrol (control survey) adalah pekerjaan
pengukuran untuk pemasangan patok-patok yang kelak akan digunakan sebagai
titik-titik dasar dalam berbagai macam pekerjaan pengukuran. Pengukuran yang
dilakukan untuk memperoleh hubungan posisi di antara titik-titik dasar disebut
pengukuran titik-titik kontrol dan hasilnya akan dipergunakan untuk pengukuran
detail.
2. Pengukuran Poligon / Kerangka Dasar Horizontal (Kontrol Horizontal)
Pada pengukuran polygon utama maupun cabang semua BM yang dekat dengan
jalur pengukuran tersebut harus diukur.
Polygon cabang :
Alat ukur yang dipakai boleh jenis T-2 atau yang sejenis.
Pengamatan sudut horizontal dilakukan 1 (satu) seri.
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Jarak diukur dengan pita ukur baja dengan pergi pulang (2 kali bacaan jarak).
Jika kring polygon terlalu besar harus dibagi menjadi beberapa kring tertutup.
Titik 0 (nol) ditetapkan berdasarkan pengamatan pasang surut setempat atau
tinggi muka laut rata-rata (MSL).
Koordinat awal untuk kontrol horizontal diambil/diinterpolasi dari peta topografi
1:50.000 dengan system grid, sedangkan azimuth awal diperoleh dengan
pengukuran azimuth matahari. Pengukuran control horizontal dilakukan dengan
cara polygon, polygon tertutup atau polygon terbuka tetapi diketahui koordinat
titik awal dan akhir pengukuran, polygon melingkupi daerah yang dipetakan, jika
daerahnya cukup luas polygon utama dibagi dalam beberapa kring tertutup
(untuk pengukuran situasi). Usahakan sisi poligon sama panjangnya, polygon
cabang terikat kepada polygon utama dan titik referensi yang digunakan
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Usahakan jalur polygon baik
cabang atau utama melalui batas alam yang ada seperti jalan, sungai, batas
kampung dan lain-lain. Titik poligon lainnya selain Bench Mark adalah patok kayu
berukuran 5 cm x 7 cm x 60 cm. Patok ini dicat warna merah untuk memudahkan
identifikasi. Azimuth untuk kontrol maupun untuk sudut jurusan awal dicari
dengan pengamatan azimuth matahari. Pengamatan dilakukan setiap 2,5 km dan
untuk target pengamatan dipasang Control point (CP). Sudut diukur double seri
dan digunakan Theodolit T-1, perbedaan B dan LB lebih kecil dari 2” dan
ketelitian sudut lebih kecil dari 10 √n dimana “n” adalah jumlah titik poligon.
Jarak titik-titik poligon utama dan poligon cabang didapat dari jarak datar
Theodolit dan atau dengan memakai pita ukur baja / linon dengan ketelitian linier
poligon utama lebih kecil atau sama dengan 1 : 7.500 sedangkan poligon cabang
lebih kecil atau sama dengan 1 : 5.000.
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
stand denga selisih beda tinggi antara stand – I dengan stand – II tidak boleh
lebih dari 2 mm, alat yang digunakan adalah alat ukur waterpass otomatis (N12,
NAK, atau sejenisnya) sebelum dan sesudah pengukuran alat ukur diperiksa
ketelitian garis bidiknya, jumlah jarak belakang diusahakan sama dengan jumlah
jarak muka dan jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih besar dari 60 m
sedangkan jarak terdekat dari alat ke rambu tidak boleh kurang dari 5 m.
Ketelitian pengukuran waterpass utama tidak boleh lebih dari 10 √D dan
waterpass cabang tidak lebih 5 √D, dimana D adalah jumlah jarak dalam satuan
kilometer.
Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar
pada titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu
pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi
dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-
titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM. Penentuan posisi vertikal
titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi
antara dua titik terhadap bidang referensi (BM) seperti yang digambarkan di
bawah ini.
Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1
Bidang Referensi
D
D
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
c. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.
d. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap.
e. Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sanpai longgar. Sambungan
rambu ukur harus betul. Rambu harus menggunakan nivo.
f. Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis
bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.
g. Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan di atas alas besi.
h. Bidikan rambu harus diantara interval 0,5 m dan 2,75 m.
i. Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan benang tengah,
benang atas dan benang bawah.
j. Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah
(BB), yaitu : 2 BT = BA + BB.
k. Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm.
l. Jarak rambu ke alat maksimum 50 m
m. Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.
n. Toleransi salah penutup beda tinggi (T).
o. T = 10” D mm dimana:
p. D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satu kilo meter.
4. Deskripsi BM (Bench Mark) dan Patok Kayu
Bench Mark harus dibuat dari bahan campuran beton dengan ukuran 20 x 20 x 80
cm. Bahan patok-patok kayu harus dipilih yang berkualitas baik, ukuran 5 x 7 x
60 cm. Pemasangannya sedemikian dalam sehingga cukup kokoh atau tidak
goyah selama periode pelaksanaan berlangsung. Jarak antara dua patok untuk
polygon dan waterpass adalah 50 m untuk bagian lurus dan 25 m untuk belokan.
Bench Mark dipasang ditempat yang aman dari gangguan manusia atau binatang.
BM dipasang di 2 (dua) titik pada tiap lokasi pengukuran. Setiap BM dibuat
deskripsinya dan diberi nomor unit yang teratur. Ukuran BM & CP, ukuran
marmer tertentu dan dicat warna biru, diatasnya dipasang baut dengan diameter
1,50 cm (untuk BM) dan 1,00 cm (untuk CP). Seluruh Bench Mark (BM) dan
Control Point (CP) dibuat diskripsinya dengan dilengkapi : koordinat (X,Y), elevasi
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
(Z), foto BM dan CP, lokasi BM dan CP dan keterangan penempatannya. Semua
Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) serta patok poligon ditunjukkan pada
peta situasi yang berskala 1: 1.000. Nama Bench Mark (BM) dan Control Point
(CP) serta elevasinya dicantumkan dengan jelas, elevasi tanah ditunjukkan
sebagai pusat ketinggian. Untuk hal patok poligon, hanya nama nomor dan
elevasi tanah asli yang dicantumkan.
Bentuk, ukuran dan konstruksi Bench Mark dan patok kayu seperti yang
dijelaskan di atas. Bench Mark besar dipasang seperti berikut:
BM harus dipasang pada 2 titik di setiap lokasi pengukuran. Patok beton
tersebut harus ditanam ke dalam tanah sepanjang kurang lebih 50 cm (yang
kelihatan di atas tanah kurang lebih 20 cm) ditempatkan pada daerah yang
lebih aman dan mudah dicari. Pembuatan tulangan dan cetakan BM
dilakukan di Base Camp. Pengecoran BM dilakukan dilokasi pemasangan.
Pembuatan skets lokasi BM untuk deskripsi. Pemotretan BM dalam posisi
"Close Up", untuk lembar deskripsi BM.
Baik patok beton maupun patok-patok polygon diberi tanda benchmark (BM)
dan nomor urut, ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah
pencariannya.
Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pada pohon-pohon disekitar
patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.
Untuk patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran (3 x 5 x
50) cm3 ditanam sedalam 30 cm, dicat kuning dan dipasang paku di atasnya
serta diberi kode dan nomor yang teratur.
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Pen kuningan
Ø6 cm
20
25
Nom or titik
10
100
65
Dic or beton
75
20
B eton 1:2:3
15
10
20
Pasir dipadatkan
20 40
5. Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter. Tingkat
ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat
tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah.
6. Pengukuran Situasi
Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang telah
dipasang, dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran didalam
daerah survey.. Titik-titik spot height terlihat tidak lebih dari interval 2,50 cm
pada peta skala 1 : 2.000. Interval ini ekivalen dengan jarak 25 m tiap
penambahan satu titik spot height atau 10 - 15 titik spot height untuk tiap 1
hektar diatas tanah.
Beberapa titik spot height bervariasi tergantung kepada kecuraman dan ketidak
teraturan terrain. Kerapatan titik-titk spot height yang dibutuhkan dalam daerah
pengukuran tidak hanya daerah sungai, muara dan pantai tetapi juga tambak,
kampung, kebun, jalan setapak dan lain- lain.
Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tachimetry menggunakan Theodolit
(Wild - 1.0) atau yang sejenis. Jarak dan alat ke rambu tidak boleh lebih dari 60
meter. Untuk penggambaran kontur dibuat apa adanya tetapi teliti, dan bagian
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
luar daerah sungai kontur diplot hanya berdasarkan titik-titik spot height, efek
artistik tidak diperlukan. Pemberian angka kontur jelas terlihat, dimana setiap
interval kontur 0.50 m dan setiap kontur 1.00 m atau 5.00 m digambarkan lebih
tebal.
Semua legenda lapangan ditampilkan, terutama:
a. Seluruh alur, drainase, sungai (dasar terendah dan lebar jelas terlihat).
b. Jalan-jalan desa dan jalan setapak.
c. Petak-petak tambak, petak-petak sawah, jaringan irigasi dan drainase, batas
kampung, rumah-rumah, jembatan dan saluran. Diameter atau dimensi
berikut ketinggian lantai semua gorong-gorong, jembatan, sekolah, mesjid
dan kantor pemerintah dan lain-lain.
d. Tiang telepon, tiang listrik dan lain-lain.
e. Daerah rawa.
f. Batas tata guna lahan (misalnya pohon bakau, belukar berupa rerumputan
dan alang alang, sawah, rawa, ladang, kampung, kebun, dan lain-lain).
g. Tiap detail topografi setempat (seperti misalnya tanggul curam, bukit kecil dan
lain-lain).
h. Batas pemerintahan (kecamatan, desa dan lain-lain). Nama kampung,
kecamatan nama jalan dan lain-lain yang dianggap diperlukan.
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Ketelitian
Ketelitian horizontal minimal 90% titik yang mudah dikenal dilapangan,
digambar dengan toleransi kesalahan planimetris 0.8 mm pada skala peta
Ketelitian Vertikal minimal 90% dari semula titik tinggi /garis kontur dipeta
yang mudah dikenal dilapangan, toleransi kesalahan adalah maksimum
setengah interval ganis kontur.
Kontrol azimuth ditentukan atas pengamatan astronomi dengan ketelitian
20”.
Jumlah polygon antara dua control azimuth maksimum 50 buah
Koreksi sudut antara dua (2) control azimuth maksimum 20”
Salah penutup koordinat maksimum 1 : 5.000 dari skala gambar.
Penggambaran
Setelah perhitungan-perhitungan koordinat selesai, sambil menunggu hasil
perhitungan elevasi dan titik-titik detail, pengeplotan koordinat dengan
system grafis tidak diperbolehkan.
Seperti pekerjaan-pekerjaan pengukuran; perhitungan; pekerjaan
penggambaran ini harus dipimpin oleh seorang koordinator yang
berpengalaman, hal ini dimaksudkan agar dapat terkoordinir dengan baik
serta hasil survey yang maksimum dengan waktu yang tepat.
Ketentuan gambar sebagai berikut :
Garis silang grid dibuat setiap 10 cm arah x dan arah y.
Gambar konsep draft harus diperiksa terlebih dahulu kepada direksi
sebelum digambar final pada drafting ukuran 80/90 gram/m 2.
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Semua BM baik yang lama maupun yang baru atau yang digunakan
sebagai BM referensi harus digambar pada peta lengkap dengan
ketinggiannya.
Pada tiap kelipatan 5 m, garis kontur dibuat tebal dan dilengkapi
dengan elevasinya.
Setiap lembar gambar dilengkapi dengan arah orientasi, daftar legenda,
nomor urut dan jumlah lembar gambar serta titik referensi yang
digunakan lengkap dengan data x, y dan z nya.
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
(4) Pelaporan
Laporan akhir penyelidikan geologi dan mekanika tanah akan dibuat
tersendiri yang memuat hal-hal sebagai berikut :
a). Isi Pelaporan
Isi laporan Penyelidikan Geologi dan Mekanika Tanah akan
merupakan keseluruhan hasil kegiatan lapangan, laboratorium,
analisis dan evaluasi data.
b). Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dan saran akan memuat hal-hal yang penting secara
ringkas dan jelas mengenai :
Keadaan geologi permukaan
Pembagian perlapisan permukaan tanah/batuan yang terinci dan
akan memuat harga-harga parameter untuk keperluan
perencanaan
Saran untuk mendapatkan hasil perencanaan yang baik, maupun
hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan.
c). Lampiran
Lampiran-lampiran yang akan disertakan dengan laporan adalah
sebagai berikut :
Peta lokasi daerah proyek dengan skala 1:50.000 atau skala
1:25.000 .
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
memuat semua aspek yang diperlukan, sehingga semua kondisi social ekonomi
wilayah studi dapat terekam dengan baik.
Lingkupan aspek yang ditelaah dalam Survey ini adalah sebagai berikut :
a. Aspek demografis dan kelembagaan.
Jumlah penduduk, perkembangan penduduk, komposisi penduduk
menurut usia dan jenis kelamin.
Organisasi/lembaga sosial ekonomi yang ada, serta aktifitas lembaga
dewasa ini.
Prasarana dan sarana yang tersedia.
Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan proyek.
b. Aspek Ekonomis.
Corak nafkah penduduk.
Sumber pendapatan yang ada, baik dari sektor pertanian maupun non
pertanian.
c. Aspek legal dan Tata ruang
Landasan hukum yang ada menyangkut pengelolaan kawasan Kabupaten
Pesisir Barat
RUTR atau RTBL yang ada untuk Kabupaten Pesisir Barat
d. Aspek Sosial Budaya
Stratifikasi dan Interaksi Sosial
Akulturasi dan Asimilasi (proses sosial)
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Analisa hidrologi diperlukan untuk perhitungan curah hulan rencana, debit dominan
alur kali dan debit banjir rencana yang penting untuk digunakan dalam analisa
hidrolika guna merencanakan peningkatan kapasitas tampung sumber air/ sungai.
Menganalisis data hidrologi yang diperlukan untuk penentuan curah hujan rencana
dan debit banjir rencana untuk berbagai periode kala ulang (return period) (Q2, Q5,
Q10, Q15, Q25, Q50 dan Q100). Untuk menganalisis data tersebut dilakukan
beberapa metode pengujian data untuk memilih kecocokan tipe sebaran dengan
memperhatikan kecocokan ciri-ciri parameter statistik dan rangkaian data curah
hujan tersebut.
Analisa Hujan Rencana
A. Analisa Data Hilang
Stasiun hujan kadang-kadang tidak dapat bekerja dengan baik sehingga data
curah hujan kurang lengkap. Pengisian kekosongan data hujan/analisa Data
hilang (Missing Data) tersebut dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut :
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Menentukan hujan rata-rata pada stasiun terdekat, dengan stasiun hujan yang
tidak mempunyai data.
2. Faktor bobot didasarkan pada suatu nilai ratio hujan tahunan, ditentukan
dengan rumus sebagai berikut :
1 Anx Anx Anx Anx
PX Pa Pb Pc Pn
m Ana Anb Anc Anm
Dimana :
Px = tinggi hujan pada stasiun yang datanya tidak lengkap (mm)
Pa, Pb, Pc = tinggi hujan pada stasiun a, b, dan c (mm)
Anx = tinggi hujan tahunan pada stasiun yang datangnya tidak
lengkap (mm)
m = banyaknya stasiun
Ana,b,c = tinggi hujan tahunan pada stasiun a, b, dan c (mm)
Selanjutnya dilakukan perhitungan Curah Hujan Areal untuk analisa lebih
lanjut. Data hujan dapat menjadi tidak konsisten yang disebabkan karena
perubahan lingkungan atau gangguan lingkungan di sekitar tempat penakar
hujan dipasang misalnya penakar hujan terlindung pohon, terletak berdekatan
dengan gedung tinggi, perubahan cara penakaran dan pencatatan, perubahan
letak dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan perubahan trend semula. Hal
tersebut dapat diselidiki dengan menggunakan lengkung massa ganda.
B. Uji Konsistensi
Data hujan yang diambil dari berbagai stasiun hujan diuji untuk mengetahui
apakah data tersebut konsisten atau tidak. Uji konsistensi merupakan uji
kebenaran data lapangan yang menggambarkan keadaan sebenarnya. Data yang
tidak konsisten dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :
1. Perubahan mendadak pada sistem lingkungan hidrologis, antara lain
adanya pembangunan gedung-gedung baru, tumbuhnya pohon-pohon,
gempa bumi, gunung meletus, dan lain-lain.
2. Pemindahan alat pengukur hujan.
3. Perubahan cara pengukuran, misainya berhubungan dengan adanya alat
baru atau metode baru.
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Uji konsistensi data dapat dilakukan dengan menggunakan kurva massa ganda
(double mass curve). Dengan metode ini dapat dilakukan koreksi untuk data
hujan yang tidak konsisten. Langkah yang dilakukan adalah membandingkan
harga akumulasi curah hujan tahunan pada stasiun yang diuji dengan akumulasi
curah hujan tahunan rerata dari suatu jaringan dasar stasiun hujan yang
berkesesuaian, kemudian diplotkan pada kurva. Jaringan ini dipilih dari stasiun-
stasiun hujan yang berdekatan dengan stasiun yang diuji dan memiliki kondisi
meteorologi yang sama dengan stasiun yang diuji (Subarkah, 1980: 28).
C
C’
Curah hujan tahunan rata-rata
B '
komulatif (mm)
Curah hujan tahunan rata-rata pos penakar yang berdekatan (mm)
Dari Gambar di atas, terlihat bahwa pada kurva mulai terjadi perubahan
kemiringan. Untuk memperbaiki kurva maka perlu dikalibrasi dengan faktor
koreksi, sehingga akan mempunyai kemiringan yang sama. Faktor koreksi
tersebut adalah:
tg α = z/X
tg αo= Yo/Xo
tg
H o
Hz = tg o tg α
Dengan:
Hz = data hujan setelah diperbaiki (mm)
Ho = data hujan hasil pengamatan (mm)
C. Hujan Wilayah
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Dimana :
R3
A3
R1 A1
A2
R2
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
X= X S K
Keterangan :
X = Nilai yang diharapkan terjadi untuk kala ulang tertentu (mm)
X = Nilai rata-rata hitung data X (mm)
K = Faktor frekuensi
YT Yn
=
Sn
T x 1
Ln Ln r
= Tr x
X
i 1
i X 2
= n 1
n = Jumlah data
CS = koefisien kepencengan
= 1,1396
CK = koefisien kurtosis
= 5,4002
Tabel 4.1.Hubungan Reduksi Data Rata-rata (Yn) dengan Jumlah Data (n)
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
n Yn n Yn n yn n Yn
10 0,4952 34 0,5396 58 0,5515 82 0,5672
11 0,4996 35 0,5402 59 0,5518 83 0,5574
12 0,5035 36 0,5410 60 0,5521 84 0,5576
13 0,5070 37 0,5418 61 0,5524 85 0,5578
14 0,5100 38 0,5424 62 0,5527 86 0,5580
15 0,5128 39 0,5430 63 0,5530 87 0,5581
16 0,5157 40 0,5436 64 0,5533 88 0,5583
17 0,5181 41 0,5442 65 0,5535 89 0,5585
18 0,5202 42 0,5448 66 0,5538 90 0,5586
19 0,5220 43 0,5453 67 0,5540 91 0,5587
20 0,5236 44 0,5458 68 0,5543 92 0,5589
21 0,5252 45 0,5463 69 0,5545 93 0,5591
22 0,5268 46 0,5468 70 0,5548 94 0,5592
23 0,5283 47 0,5473 71 0,5550 95 0,5593
24 0,5296 48 0,5477 72 0,5552 96 0,5595
25 0,5309 49 0,5481 73 0,5555 97 0,5596
26 0,5320 50 0,5485 74 0,5557 98 0,5598
27 0,5332 51 0,5489 75 0,5559 99 0,5599
28 0,5343 52 0,5493 76 0,5561 100 0,5600
29 0,5353 53 0,5497 77 0,5563
30 0,5362 54 0,5501 78 0,5565
31 0,5371 55 0,5504 79 0,5567
32 0,5380 56 0,5508 80 0,5569
33 0,5388 57 0,5511 81 0,5570
Tabel 4.2.Hubungan antara Deviasi Standar (Sn) & Reduksi Data dengan Jumlah
Data (n)
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
n Sn n Sn n Sn n Sn
10 0,9496 33 1,1226 56 1,1696 79 1,1930
11 0,9676 34 1,1255 57 1,1708 80 1,1938
12 0,9833 35 1,1286 58 1,1721 81 1,1945
13 0,9971 36 1,1313 59 1,1734 82 1,1953
14 1,0095 37 1,1339 60 1,1747 83 1,1959
15 1,0206 38 1,1363 61 1,1759 84 1,1967
16 1,0316 39 1,1388 62 1,1770 85 1,1973
17 1,0411 40 1,1413 63 1,1782 86 1,1987
18 1,0493 41 1,1436 64 1,1793 87 1,1987
19 1,0565 42 1,1458 65 1,1803 88 1,1994
20 1,0628 43 1,1480 66 1,1814 89 1,2001
21 1,0696 44 1,1499 67 1,1824 90 1,2007
22 1,0754 45 1,1519 68 1,1834 91 1,2013
23 1,0811 46 1,1538 69 1,1844 92 1,2020
24 1,0864 47 1,1557 70 1,1854 93 1,2026
25 1,0915 48 1,1574 71 1,1854 94 1,2032
26 1,0861 49 1,1590 72 1,1873 95 1,2038
27 1,1004 50 1,1607 73 1,1881 96 1,2044
28 1,1047 51 1,1623 74 1,1890 97 1,2049
29 1,1086 52 1,1638 75 1,1898 98 1,2055
30 1,1124 53 1,1658 76 1,1906 99 1,2060
31 1,1159 54 1,1667 77 1,1915 100 1,2065
32 1,1193 55 1,1681 78 1,1923
Log Xt = Log X G S
Keterangan :
Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)
Log X = Rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan (mm)
S = Standar Deviasi nilai logaritma data X hasil pengamatan
n
Log X
t 1
t Log X 2
= n 1
CS = koefisien kepencengan
n. logX logX 3
CK = koefisien kurtosis =
n 2 logX logX 4
n 1 n 2 n 3 S log X 4
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Untuk menentukan kecocokan (the goodness of fit test) distribusi frekuensi dari
sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan maka terhadap
distribusi frekuensi tersebut perlu di akukan pengujian parameter. Uji parameter
yang di gunakan yaitu :
1. Uji Chi-kuadrat (chi-square)
2. Uji Smirnov – Kolmogorof
Berikut ini adalah uraian mengenai kedua uji kecocokan distribusi di atas.
1. Uji Chi-Kuadrat test)
Uji Chi-kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan
distribusi peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik
sampel data yang dianalisis. Pengambilan keputusan uji ini menggunakan
parameter x2. Parameter x2 dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :
k
EF OF 2
x2hitung =
i 1 EF
keterangan :
x2hitung = Parameter chi-kuadrat terhitung
OF = Frekuensi pengamatan (Observed Frequency)
EF = Frekuensi teoritis (Expected Frequency)
Harga curah hujan harian maksimum Xt diplot dengan harga probabilitas
Weibull (Soetopo, 1996:12) :
n
Sn (x) = 100%
N 1
Keterangan :
Sn (x) = Probabilitas (%)
n = Nomor urut data dari seri yang telah diurutkan
N = Jumlah total data
Hitung harga cr dengan menentukan taraf signifikan 5% dan
dengan derajat kebebasan yang dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Dk = K – (P + 1)
keterangan :
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Dk = Derajat kebebasan
P = Parameter yang terikat dalam agihan frekuensi
K = Jumlah kelas distribusi
= 1 + (3.322 . log n)
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
N
0.20 0.10 0.05 0.01
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,34 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
N> 1,07 1,22 1,36 1,63
50 N0,5 N0,5 N0,5 N0,5
Sumber: Bonnier, 1980
A. Debit Andalan
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
– Soil storage, adalah perubahan volume air yang ditahan oleh tanah
yang besarnya tergantung pada (P – Et), soil storage bulan
sebelumnya.
– Soil Moisture, adalah volume air untuk melembabkan tanah yang
besarnya tergantung (P – Et), soil storage, dan soil moisture bulan
sebelumnya.
– Kapasitas soil moisture, adalah volume air yang diperlukan untuk
mencapai kapasitas kelengasan tanah.
– Water Surplus, adalah volume air yang akan masuk ke dalam
permukaan tanah, yaitu: water surplus = (P –Et) - soil storage, dan
0 jika (P – Et) < soil storage.
dengan:
In : infiltrasi volume air yang masuk ke dalam tanah
V : volume air tanah
Vn : perubahan volume air tanah bulan ke – n
V(n-1) : volume air tanah bulan ke (n – 1)
I : koefisien infiltrasi
A : volume tampungan per bulan
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Debit Limpasan
Interflow = Infiltrasi - Volume air tanah (mm)
Direct Run Off = Water Surplus - Infiltrasi (mm)
Base Flow = Aliran sungai yang selalu ada sepanjang tahun
(m3/dt)
Run Off = Interflow + Direct Run Off + Base Flow
(m3/dt)
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
1 ,0
0 ,8
S to r a g e R a t io
0 ,6
AET/PET
0 ,4
0 ,2
0 ,0
0 ,2 0 ,4 0 ,6 0 ,8 1 ,0 1 ,2 1 ,4 1 ,6
h u ja n b u la n a n (R b ) / P E T
0 ,8
0 ,6
g
0 ,4
0 ,2
0 ,0
0 ,2 0 ,4 0 ,6 0 ,8 1 ,0 1 ,2 1 ,4 1 ,6
r a t io t a m p u n g a n k e le n g a s a n t a n a h
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
dengan:
Qp : debit puncak banjir (m3/detik)
C : koefisien pengaliran
A : luas daerah pengaliran (km2)
Ro : hujan satuan (mm)
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Tenggang waktu:
Tp = tg + 0,8 tr
Untuk: L < 15 km -------- tg = 0,21 L0,7
L> 15 km -------- tg = 0,4 + 0,058 L
Tr : 0,5 tg sampai 1tg
T0,3 : .tg
dengan:
L : panjang alur sungai (km)
tg : waktu konsentrasi (jam)
Untuk:
– daerah pengaliran biasa = 2
– bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat
=1,5
– bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat
=3
ii
Q t
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
0,8 tr tg
Qt
Lengkung naik
Q Qp Lengkung turun
0.3Q 0,32 Qp 2
dimana:
Qa : limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/detik)
t : waktu (jam)
1-T p 1,5T0,3
2 2T0,3
0,3 Q p Q d :Qd Q p . 0,3
Metode Snyder
Hidrograf satuan Snyder ditentukan dengan tinggi d = 1 cm dan dengan
ketiga unsur yang lain, yaitu Qp (m3.det-1), Tb serta tr (jam).
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
tr
tr
t
Q
Qp
Q
tp
tr Tb
Tb
Unsur-unsur hidrograf tersebut dihubungkan dengan :
A : luas daerah pengaliran (km2)
L : panjang aliran utama (km)
Lc : jarak antara titik berat daerah pengaliran dengan Outlet
yang diukur sepanjang aliran utama
Bila :
Te > tr maka tp’ = tp + 0,25 (te-tr) dan Tp = tp’ + 0.5
Te < tr maka Tp = tp + 0,5
Dimana CT besarnya berubah-ubah tergantung daerahnya.
(1 x ) 2
a
y 10 x
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Metode Gama-I
Metode ini dikembangkan oleh Dr. Ir. Sri Harto. Hidrograf satuan sintetik
Gama I dibentuk oleh tiga komponen dasar yaitu waktu naik ( TR), debit
puncak (Qp) dan waktu dasar (TB). Kurva naik merupakan garis lurus,
sedangkan kurva turun dibentuk oleh persamaan sebagai berikut:
Q
m3/det)
( Tr t )
Qt Q p e
Qp
K
TR t (jam)
TB
dengan:
TR : waktu naik (jam)
L : panjang sungai (km)
SF : faktor sumber yaitu perbandingan antara
jumlah panjang sungai tingkat – 1 dengan
panjang sungai semua tingkat
SIM : faktor simetri ditetapkan sebagai hasil kali
antara faktor lebar (WF) dengan luas relatif
DAS sebelah hulu (RUA)
WF : faktor lebar adalah perbandingan antara lebar
DAS yang diukur dari titik di sungai yang
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
X-A = 0,25 L
B X-B = 0,75 L
WL
WF = WU/WL
WU
A
dengan :
Qp : debit puncak (m3/det)
JN : jumlah pertemuan sungai yaitu jumlah seluruh
pertemuan sungai di dalam DAS
TR : waktu naik (jam)
c) Waktu dasar (TB) ditetapkan dengan rumus :
T B 27 ,4132.TR 0 ,1457S 0 ,0986 SN 0 ,7344
RUA 0 , 2574
dengan:
TB : waktu dasar (jam)
TR : waktu naik (jam)
S : landai sungai rata-rata
SN : frekuensi sumber yaitu perbandingan antara
jumlah segmen sungai-sungai tingkat 1 (satu)
dengan jumlah sungai semua tingkat untuk
penetapan tingkat sungai, lihat gambar berikut.
RUA : luas DAS sebelah hulu (km 2), yaitu perbandingan
antara luas DAS yang diukur di hulu garis yang
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
1 1
1
1
1
2 2
2
B 2 1
2 1
1
3 1
3 3
WU 2
1
Au 3
1
1
1
1
1
4 3 2
3 2
1
RUA = Au/A
dengan:
QB : aliran dasar (m3/det)
A : luas DAS (km2)
D : kerapatan jaringan kuras (drainage density)
(km/km2) = L/A
L : jumlah panjang sungai (km)
Besarnya hidrograf banjir dihitung dengan mengalikan hujan efektif
dengan hidrograf satuan yang selanjutnya ditambah dengan aliran
dasar.
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Tabel 4.7.Standar Kualitas Air berdasar PERMENKES No. 492 tahun 2010
Kadar maksimum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Parameter yang berhubungan
1
langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
Jumlah per 100
1) E.Coli 0
ml sampel
Jumlah per 100
2) Total Bakteri Koliform 0
ml sampel
b. Kimia an-organik
1) Arsen mg/l 0.01
2) Fluorida mg/l 1.5
3) Total Kromium mg/l 0.05
4) Kadmium mg/l 0.003
5) Nitrit, (Sebagai NO2-) mg/l 3
6) Nitrat, (Sebagai NO3-) mg/l 50
7) Sianida mg/l 0.07
8) Selenium mg/l 0.01
Parameter yang tidak langsung
2 berhubungan langsung dengan
kesehatan
a. Parameter Fisik
1) Bau Tidak berbau
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
2) Warna TCU 15
3) Total zat padat terlarut (TDS) mg/l 500
4) Kekeruhan NTU 5
5) Rasa Tidak berasa
6) Suhu o
C suhu udara ± 3
b. Parameter Kimiawi
1) Alumunium mg/l 0.2
2) Besi mg/l 0.3
3) Kesadahan mg/l 500
4) Khlorida mg/l 250
5) Mangan mg/l 0.4
6) pH 6.5 - 8.5
7) Seng mg/l 3
8) Sulfat mg/l 250
9) Tembaga mg/l 2
10) Amonia mg/l 1.5
Sumber : PERMENKES No. 492 tahun 2010
4.4.3. Analisa Proyeksi Penduduk
Proyeksi kependudukan dilakukan untuk mengetahui pridiksi jumlah penduduk untuk
beberapa tahun mendatang. Dalam kegiatan analisa ini lebih ditekankan pada kondisi
demografi dan prediksi jumlah penduduk untuk beberapa tahun yang akan datang.
Prediksi jumlah penduduk ini disesuaikan dengan rencanan kebutuhan air yang akan
datang.
Kebutuhan air berkaitan erat dengan jumlah penduduk dan aktivitas yang terjadi di
daerah tempat kajian. Hal ini menyebabkan perencanaan kebutuhan air harus
dimulai dengan mengetahui kuantitas penyebaran penduduk dan mengidentifikasikan
jenis-jenis kegiatan yang biasa dilakukan di daerah kajian. Kebutuhan akan air pada
prinsipnya bergantung pada banyaknya penduduk dan tingkat kesejahteraan, yang
akan menentukan tingkat kebutuhan air perorang. Untuk perencanaan air baku
diperlukan proyeksi jumlah penduduk baik secara jumlah total maupun distribusinya
menurut wilayah.
Proyeksi jumlah penduduk dapat dilakukan untuk jangka pendek (2-5 tahun) dan
jangka menengah (5-10 tahun). Untuk jangka panjang yaitu diatas 10 tahun pada
umumnya hanya dapat digunakan sebagai suatu perkiraan yang kasar. Dalam
menentukan proyeksi jumlah penduduk dapat digunakan asumsi-asumsi berdasarkan
beberapa faktor, antara lain :
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
a. Metoda Arithmatik
Pn Po + Ka (Tn – To)
dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n;
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar;
Tn = tahun ke n;
To = tahun dasar;
Ka = konstanta arithmatik;
P1 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke I;
P2 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir;
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
b. Metoda Geometri
Untuk perhitungan proyeksi penduduk digunakan Metode Geometri yang sudah
umum digunakan.
Adapun pada metode ini pertumbuhan rata-rata penduduk berkisar pada persentase
r yang konstan setiap tahun. Perhitungan dengan metode ini dapat dirumuskan
sebagai berikut (Punmia 1987 : 184) :
Pn = Po ( 1+r)n
dimana :
Pn = Jumlah penduduk yang diperkirakan
Po = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
R = Jumlah pertumbuhan penduduk tiap tahun.
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka konstanta a dapat ditentukan
dengan persamaan lain, yaitu:
dimana:
Y = Jumlah penduduk pada tahun ke-X;
X = Jumlah interval tahun;
k, a, dan b = Konstanta
Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan
dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan analisis
dengan menghitung standar deviasi atau koefisien korelasi;
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
dengan :
Qrt = jumlah kebutuhan air penduduk (liter/detik)
Pt = jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan (jiwa)
Un = nilai kebutuhan air perkapita per tahun (liter/jiwa/hari)
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Hal tersebut dikenal dengan prinsip Bernoulli bahwa tinggi energi total
pada sebuah penampang pipa adalah jumlah energi kecepatan, energi
tekanan dan energi ketinggian yang dapat ditulis sebagai berikut :
ETot = Energi ketinggian + Energi kecepatan + Energi tekanan
v2 P
= h+ + γ
2g w
Garis
Ener
Garis gi
Tekan
V2 an
2 2
p v P v
Z1 1 1 Z 2 2 2 h L
γ w 2g γ w 2g
dengan :
p1 p 2
, = tinggi
γw γw
b. Hukum Kontinuitas
Air yang mengalir sepanjang pipa yang mempunyai luas penampang A
m2 dan kecepatan V m/det selalu memiliki debit yang sama pada
setiap penampangnya. Hal tersebut dikenal sebagai hukum kontinuitas
yang dituliskan :
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
Dengan :
Q1 = debit pada potongan 1 (m3/det)
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
1 2
1 A1V1 2 1
A1V1 2 A1V1
A2V2 A2V2
1 2 2 1 A2V2
1
2
(a) (b)
Gambar 4.11.Aliran Dalam Pipa (c)
Pada gambar (a), potongan 1-1 dan potongan 2-2 mempunyai luasan
penampang yang sama sehingga kecepatan aliran di potongan 1-1
sama dengan kecepatan aliran di potongan 2-2. Pada gambar (b),
potongan 1-1 memiliki luasan penampang yang lebih besar dari
potongan 2-2 sehingga kecepatan aliran di potongan 1-1 lebih kecil
dibandingkan dengan kecepatan aliran di potongan 2-2. Sedangkan
pada gambar (c), potongan 1-1 memiliki luasan penampang yang lebih
kecil dari potongan 2-2 sehingga kecepatan aliran di potongan 1-1
lebih besar dibandingkan dengan kecepatan aliran di potongan 2-2.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kecepatan aliran selalu
berbanding terbalik dengan luasan penampang.
Pada aliran percabangan pipa juga berlaku hukum kontinuitas dimana
debit yang masuk pada suatu pipa sama dengan debit yang keluar
pipa. Hal tersebut diilustrasikan sebagai berikut :
2
Q2
1
V2
Q1 2
V1 3
1
V3 Q3 IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
3
LAPORAN PENDAHULUAN
Dimana :
Q1 = Q 2 + Q 3
A1.V1 = (A2.V2) + (A3.V3)
Dengan :
Q1, Q2, Q3 = Debit yang mengalir pada penampang 1, 2 dan 3
(m3/det)
V1, V2, V3 = Kecepatan pada penampang 1, 2 dan 3 (m/det)
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
dengan :
hf = kehilangan tinggi tekan mayor (m)
k = koefisien karakteristik pipa
Q = debit aliran pada pipa (m3/det)
D = Diameter pipa (m)
L = panjang pipa (m)
Chw = koefisien kekasaran Hazen-Williams
Tabel 4.10.Koefisien Kekasaran Pipa Menurut Hazen-Williams
Nilai Koefisien
No Jenis Pipa
Hazen-Wlliams (Chw)
1 PVC 140-150
2 Pipa asbes 120-150
3 Batu berlapis semen 100-140
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
dengan :
hLm = kehilangan tinggi tekan minor (m)
k = koefisien kehilangan tinggi tekan minor
v = kecepatan rata-rata dalam pipa (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Besarnya nilai koefisien k sangat beragam, tergantung dari bentuk fisik
penyempitan, pelebaran, belokan, katup dan sambungan dari pipa.
Namun, nilai k ini masih berupa pendekatan karena sangat dipengaruhi
oleh bahan, kehalusan membuat sambungan maupun umur
sambungan tersebut.
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Sarana Penunjang
Pipa yang digunakan dalam distribusi air minum harus dilengkapi
dengan alat bantu agar bisa berfungsi dengan baik, seperti :
1. Sambungan antar pipa
Untuk menggabungkan pipa yang satu dengan yang lain diperlukan
suatu sambungan pipa, baik pipa yang berdiameter sama atau
berbeda, belokan pada pipa dan penggabungan dua pipa yang
berbeda jenis. Sambungan pada pipa antara lain :
- mangkok (bell) dan lurus (spingot)
- sambungan mekanik
- sambungan dorong (push on joint)
- sambungan flens
Sambungan tersebut dipakai sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan
saat pemasangan pipa ditambah dengan perlengkapan sambungan
yaitu :
Belokan (bend)
Digunakan untuk mengubah arah dari arah lurus dengan sudut
perubahan standar yang merupakan sudut dari belokan tersebut.
Besar belokan standar adalah 11¼o, 22½o, 45o, dan 90o. Bahan
belokan itu biasanya sama dengan pipa
Perlengkapan “T”
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Untuk pipa sekunder dipasang tegak lurus (90o) pada pipa primer
berbentuk T. Untuk ujung-ujungnya perlengkapan dapat terdiri
dari kombinasi spigot, socket dan flens
Perlengkapan “Y”
Untuk pipa sekunder yang dipasang pada pipa primer dengan
sudut 45o
2. Pintu dan katup
Aliran air yang baik di dalam pipa sangat ditunjang oleh katup yang
bekerja pada sambungan antar pipa. Berbagai jenis katup memiliki
fungsi berbeda yang penggunaannya disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi lapangan agar suatu rangkaian pipa
berfungsi dengan baik. Beberapa macam katub dalam rangkaian
jaringan pipa adalah (Haestads, 2001 : 277) :
- Flow Control Valve (FCV)
Digunakan untuk membatasi aliran maksimum rata-rata yang
melalui katup dari hulu ke hilir. Dimaksudkan untuk melindungi
suatu komponen tertentu yang letaknya di hilir agar tidak rusak
akibat aliran yang terlalu besar
- Pressure Reducer Valve (PRV)
Digunakan untuk menanggulangi tekanan yang terlalu besar di
hilir katup. Jika tekanan naik hingga melebihi nilai batas, maka
PRV akan menutup dan akan terbuka penuh bila tekanan di hulu
lebih rendah dari nilai yang telah ditetapkan pada katup tersebut
- Pressure Sustaining Valve (PSV)
Digunakan untuk menanggulangi penurunan secara drastis pada
tekanan di hulu dari nilai yang telah ditetapkan. Jika tekanan di
hulu lebih rendah dari batas minimumnya, maka katu akan
menutup
- Pressure Breaker Valve (PBV)
Digunakan untuk memberikan tekanan tambahan pada tekanan
yang menurun di katup. Di samping itu, katup jenis ini juga
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
b. Pompa
Pompa adalah komponen sistem yang mampu memberikan tambahan
tekanan dalam suatu sistem jaringan distribusi air bersih. Dengan
pompa, maka tinggi tekanan yang berkurang dapat dinaikkan kembali
sehingga sistem dapat mengalirkan air ke tempat pelayanan yang lebih
tinggi dan jauh. Apabila sebelum pompa dipasang telah ada aliran,
maka pompa juga dapat digunakan untuk menambah kapasitas debit
pada sistem tersebut.
Karakteristik pompa ditunjukkan oleh debit yang dapat dihasilkan pada
berbagai jenis variasi tinggi tekan (head). Semakin tinggi head yang
harus ditambahkan, maka semakin kecil debit yang diproduksi dan
demikian pula sebaliknya. Operasional pompa dalam suatu sistem
jaringan distribusi air bersih juga menggunakan pronsip tersebut
dimana harus memperhatikan tinggi tekan dan debit yang dibutuhkan
sehingga operasional pompa mampu mencapai tingkat efisiensi yang
tinggi.
Pompa dapat dipasang secara paralel dan secara seri. Pada
pemasangan secara paralel, pompa dipasang sejajar pada dua pipa
yang ujung-ujungnya disatukan. Debit yang dihasilkan pada pompa
paralel menjadi dua kali lipat, namun tinggi tekannya sama dengan
satu unit pompa saja. Sedangkan pada pemasangan seri, pompa yang
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
satu diletakkan di hilir pompa yang lain. Pada pemasangan seperti ini,
debit yang dihasilkan sama dengan satu unit pompa saja, namun
tinggi tekannya menjadi dua kali lipat.
c. Tandon
Tandon merupakan komponen dari sistem jaringan distribusi air bersih
yang memiliki fungsi untuk menampung dan menyimpan air untuk
digunakan pada kondisi tertentu. Pengisian tampungan tandon
dilakukan apabila kebutuhan air bersih tidak mencapai puncak atau
dibagi antara keduanya apabila kapasitas debitnya mencukupi. Sumber
air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk penyediaan air bersih
adalah:
- mata air
- air tanah dalam
- air permukaan danau atau waduk
- air permukaan sungai.
Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sebuah tandon adalah :
1. Aspek kuantitas dan kontinuitas
Kapasitas tampungan dari sebuah tandon nantinya harus mampu
untuk melayani areal pelayanan yang direncanakan dan mampu
beroperasi sesuai rencana pengembangan seiring dengan
meningkatnya kebutuhan air bersih setiap tahunnya
2. Aspek kualitas air
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Mata air yang digunakan untuk mengisi tandon sebagai air baku
harus memenuhi standar kualitas air baku golongan A atau minimal
golongan B
D. Mekanisme Pengaliran Dalam Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih
a. Pipa Dengan Bantuan Pompa
Pemakaian pompa dimaksudkan untuk lebih memperbesar tekanan
pada suatu titik agar dapat melayani area tertentu yang cukup luas.
Jika pompa digunakan ntuk menaikkan air dari suatu tandon A ke
tandon B, maka akan dibutuhkan suatu daya pompa untuk
mengalirkannya seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut :
b. Sistem Perpipaan
Sistem pemipaan dalam jaringan distribusi air bersih dapat dibagi
menjadi dua yaitu hubungan seri dan hubungan paralel. Penggunaan
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Datum
Q1 Q 2 Q3
dengan :
Q1 = Q2 = Q3 = debit pada tiap pipa (m3/det)
Sedangkan,
hf tot hf1 hf 2 hf 3
i 1 hf
n
dengan :
hftot = total kehilangan tekanan pada pipa terpasang seri (m)
hf1 = hf2 = hf3 = kehilangan tekanan pada tiap pipa (m)
Sehingga persamaan Bernoulli menjadi :
2 2
v p v p
Z1 1 1 Z2 2 2 hf tot
2g γ 2g γ
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Apabila dua pipa atau lebih yang letaknya sejajar dan pada ujung-
ujungnya dihubungkan oleh satu titik simpul (junction), maka pipa-pipa
tersebut terpasang dalam hubungan paralel. Pada pipa hubungan
paralel, debit total merupakan penjumlahan debit aliran di tiap pipa,
sedangkan kehilangan tekanan pada tiap pipa sama. Hal tersebut
ditunjukkan pada gambar 4.10. di bawah ini :
Datum
hf1 hf 2 hf 3
dengan :
hf1 = hf2 = hf3 = kehilangan tekanan pada tiap pipa (m3/det)
Sedangkan,
Q tot Q1 Q 2 Q3
n
i 1
Q
dengan :
Qtot = total debit pada pipa terpasang paralel (m3/det)
Q1 = Q2 = Q3 = debit pada tiap pipa (m3/det)
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
untuk setiap pipa dalam suatu sistem jaringan yang harus diselesaikan secara
bersama-sama. Untuk menyelesaikan perhitungan analisis sistem jaringan
pipa, didasarkan pada dua kondisi dasar yang harus dipenuhi seperti
dijelaskan berikut ini (Webber, 1971) :
1. Hukum kontinuitas, yaitu dalam tiap-tiap titik simpul aliran yang masuk
harus sama dengan aliran yang keluar (Triatmojo, 1996 : 92)
Qi 0
Dengan :
Qi = debit yang masuk atau keluar dari titik simpul
2. Untuk kontinuitas tekanan, jumlah kehilangan tekanan di dalam sistem
jaringan tertutup harus sama dengan nol
hf 0
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
50 lt/det
J-1 J-2 J-5
P P 20 lt/det
- -
1 5
P P P
- - -
4 2 6
P P
- - 30 lt/det
J-4 3
J-3 7
J-6
20 lt/det
20 lt/det 25 lt/det
30 lt/det
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
Qe
hf J P hf
i P
p
K i
J K p
a
P a
Qin – Qout = Qe i
i
p n
a
Gambar 4.19.Skema Jaringan Menggunakan Metode Titik Simpul
m
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat