Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN PENDAHULUAN

BAB IV
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. Pendekatan Teknis


Kegiatan pekerjaan “SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat”, yang
merupakan tugas pokok konsultan meliputi :
A. Kegiatan Pendahuluan, meliputi Mobilisasi dan Perijinan, Pengumpulan Data
Sekunder dan Orientasi Lapangan, Penyusunan Rencana Kerja Detail,
Penyusunan RMK;
B. Kegiatan Survei dan Investigasi, meliputi Survei Topografi, Penyelidikan
Geologi Teknik dan Mekanika Tanah, Survei Hidrometri;
C. Analisa Data dan Perhitungan, meliputi Analisa Hidrologi dan Hidrometri,
Analisa Hidrolika, Analisa Laboratorium Mekanika tanah, Analisa Alternatif
Bangunan Intake Air Baku, Analisa Biaya dan Manfaat;
D. Perencanaan Detail, meliputi Perencanaan jaringan transmisi dan bangunan
penunjang lainnya, Penggambaran, Perhitungan BOQ dan RAB, Penyusunan
Dokumen Tender dan Spesifikasi Teknis, Penyusunan Dokumen O&P;
E. Penyusunan Laporan;
F. Diskusi.

Secara sistematis pendekatan teknis serta aktivitas yang akan dilakukan untuk “SID
Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat”, dapat dilihat pada Bagan Alir
Pelaksanaan Pekerjaan

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

MULAI

Persiapan Administrasi , P ersonil D an A.1.SP.1 (A.SD.1)


Peralatan A.2.SP.1 – A.2 SP 24 (A.2.SD.1 – A.2.SD.24)

Penyusunan Rencana Mutu K ontrak


(RMK) A.3.SP.1

A3.SD.1
Konsep Rencana
Mutu K ontrak
(RMK)
Tidak
A3.SD.2
Laporan Rencana
Mutu K ontrak
Cek
(RMK)

Ya
A.4..SP.1 A.5..SP.1 A.6.SP.1
Identifikasi Sumber Air
Survey Pendahuluan P engu mpulan D ata Sekunder Koordinasi D engan Instansi
Baku Dan Studi Terdahu lu Terkait

A.4.SD.1 A.5.SD.1 A.6.SD.1


Data Sekunder Hasil K oordinasi
Hasil Dan Studi Dengan Instansi
Hasil Survey
Identifikasi Terdahulu Terkait
Tidak

Tidak Cek Tidak

Ya
A.7.SP.1
Penyusunan Laporan
Pendahulu an
A.7..SD.1
Draft Laporan
Pendahulu an
Tidak A.8.SP.1 – A.8.SP.4
(A.8.SD.1 – A.8..SD.3)
Laporan
D iskusi Pen dahulu an A.7.SP.2 (A.7.SD.2)

Ya

Mengetahui. Makassar, April 2013


Ketua Direksi Pekerjaan PT. Sarana Bhuana Jaya
Gambar 4.1.Bagan Alir Pelaksanaan Kegiatan (1/3)

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

B.1.SP.1 – 4 (B.1..SD.1 – 4) B.3.SP.1 – 4 (B.3.SD.1 – 4) B.2.SP.1 – 4 (B.2.SD.1 – 4) B.4.SP.1 – 4 (B.4.SD.1 – 4)


Survey Dan Pengukuran Penyelidikan Geoteknik Pengumulan Data Dan Survey Survey Lingkungan
Topografi dan Mekanika Tanah Hidrologi dan Hidrometri
B.4.SP.5 – 6
B.1.SP.5 – 6 (B.1.SD.5 - 6)
Hasil Survey B.3.SP.5 – 6 (B.3.SP.5
Hasil Survey B.2.SP.5 – 6 (B.2.SP.5 –
Hasil Survey Hasil(B.4.SP.5 – 6)
Pemetaan Geoteknik Hidrologi Dan Survey
Topografi dan Mektan Hidrometri Lingkungan
Tidak Tidak Tidak
Tidak
Cek Cek Cek Cek

Ya Ya Ya B.4.SP.7 (B.4.SD.7)
Ya Analisa Ketersediaan
B.1.SP.7 – 8 (B.1.SD.7 - B.3.SP.7 (B.3.SD.7) B.2.SP.7
8) Analisis Data Analisis Geotek Analisis Hidrologi
(B.2.SD.7)
Debit Sumber Air
Topografi & Mektan Dan Hidrometri Baku, Kebutuhan Air
Baku, Neraca Air

Hasil(G.SD.9)
B.1.SP.9 B.3.SP.Hasil
8 – 9Analisis
(B.3.SD.8 – 9) B.2.SP.Hasil
8 – 9Analisis
(B.2.SD.8 – 9) Tidak B.4.SP. 8 – 9 (B.4.SD.8 – 9)
Tidak Analisis Geotek & Hidrologi Dan Hasil Analisa
Tidak
Topografi Mektan Hidrometri

Tidak
Cek Cek Cek Cek

Ya Ya Ya Ya Ya

Lay Out Bangunan D.1.SP.1 – 4 (D.1.SD


Embung/Jaringan
Layout Bangunan 1-3)
C.SP.1 (C.SD.1) Pipa Distribusi
pengambilan/Jaringan Pertemuan Konsultasi
pipa transmisi Masyarakat

Penyusunan Konsep
D.2.SP.1
Laporan Interim

Konsep Laporan
D.2.SD.1
Tidak Interim

D.3.SP.1-4 Laporan
D.2.SP.2 (M.SD.2)
Diskusi(D.3.SD.1-3) Interim

Ya

Gambar 4.2.Bagan Alir Pelaksanaan Kegiatan


Mengetahui. (2/3)
Makassar, April 2013
Direksi Pekerjaan PT. Sarana Bhuana Jaya

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

E.1.SP.1 E.1.SP.2 E.1.SP.3

D etail D esain B an gu n an A n alisa Stru ktu r


Detail Bangunan D etail D esain B an gu n an Analisa Struktur
E mbu n g/ Jarin g an P ip a Ban gu n an E mbu n g dan
pengambilan / Jaringan pipa P elen g kap Bangunan
D istribu si B an gu n an P elen gkap
transmisi
E.1.SD.1 E.1.SD.2 E.1.SD.3
Hasil D etail Tidak
Hasil D etail Tidak Hasil A n alisa
Tidak D esain
HasilBDetail
an g u n an
D esain B an gu n an Stabilitas
E mbuBangunan
n g/ Jarin gan B an gu n an
P elen g kap
Ppengambilan
ipa D istribu si/
Jaringan pipa

Cek Cek Cek

Ya Ya
Ya

P en ggambaran D esain , P erhitu n g an dan E.2.SP.1


P en y u su n an BO Q dan R A B, D ok u men E.3.SP.1 – 2
E.4.SP.1
Ten der dan Spesifikasi Tekn is
E.5.SP.1

KDD.06
Gambar D esain , Hasil
E.2.SD.1
P erhitu n g an D an
E.3.SD.1,2
P en y u su n an B O Q dan RA B,
Tidak E.4.SD.1
D o ku men Ten de r D an
E.5.SD.1
Spesifikasi Tekn is

Cek

Ya

P ertemu an K on su ltasi
Masy arakat (P K M )

F.1.SP.1 – 4
Sosialisasi (F.1.SD.1-3)
Hasil D e sain

Tidak
Cek

Ya
P en y u su n an K on sep Lapo ran
A k hir
F.2.SP.1

K on sep
Laporan A khir
F.2.SD.1

Tidak
D isku si
F.2.SP.3 – 5
Ya F.2.SD.3,4

Lapo ran
A k hir
F.2.SD.2
Ya

SEL E SA I

Gambar 4.3.Bagan Alir Pelaksanaan Kegiatan (3/3)


Mengetahui. Makassar, April 2013
Direksi Pekerjaan PT. Sarana Bhuana Jaya

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

4.2. Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan tahap awal pekerjaan meliputi:
a. Pembuatan Rencana Mutu Kontrak (RMK)
Dalam laporan ini dijelaskan mengenai tujuan pekerjaan, lokasi pekerjaan, survei
lapangan, rencana kerja dan personil yang akan terlibat, serta daftar simak yang
akan dilaksanakan dalam pelaksanaan pekerjaan nantinya.
b. Survei Pendahuluan
Maksud dari survei ini adalah untuk mengetahui kondisi dan permasalahan yang
ada di daerah survei, dalam rangka penyiapan pelaksanaan survei lapangan yang
meliputi :
 Menghubungi instansi-instansi terkait di daerah sehubungan dengan program
pembangunan sektoral/regional dan perencanaan pengembangan wilayah di
lokasi kegiatan.
 Inventarisasi kondisi fisik dan permasalahan di lokasi kegiatan serta penilaian
tingkat kerusakan yang telah terjadi.
 Penentuan referensi pengukuran dan batas lokasi survei
 Pencarian daerah quarry (sumber material).
 Dan lain-lain
c. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder diperlukan untuk pengolahan data selanjutnya. Data
yang diperlukan diantaranya adalah:
 Peta Rupa Bumi
Peta rupa bumi 1:50.000 dan Peta Topografi (Bakosurtanal) skala 1:50.000
untuk wilayah kerja yang didapat dari Bakosurtanal (untuk peta topografi) dan
peta laut dari Dishidros TNI AL (Dinas Survei Hidro-Oseanografi). Peta ini
dibutuhkan sebagai acuan dalam survei primer topografi Kabupaten Pesisir
Barat.
 Data Hidroklimatologi minimal 10 tahun yang didapat dari Badan
Meteorologi dan Geofisika. Data ini akan digunakan untuk menentukan
besaran-esaran hidrologis sebagai dasar untuk analisa hidrolik.

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

 Data sosial ekonomi dibutuhkan untuk analisa efek sosial dan kelayakan
ekonomi dari kegiatan “SID Penyediaan Air Baku Kabupaten
Pesisir Barat”. Yang dicari adalah data sosial ekonomi pada daerah
sekitar. Data ini didapat dari instansi seperti Bappeda, Biro Pusat
Statistik dan lain-lain.
d. Persiapan Administrasi dan Teknis
Persiapan administrasi dan teknis meliputi:
 Mobilisasi sumber daya, meliputi kegiatan mobilisasi personil dan
mempersiapkan dana operasi.
 Persiapan pekerjaan kantor, menyangkut pengolahan data, analisis data
sekunder, dan pengurusan administrasi.
 Persiapan pekerjaan survei, membutuhkan perencanaan jadwal dan
perencanaan perjalanan survei yang meliputi kegiatan perencanaan jadwal
pelaksanaan survei, perhitungan waktu persiapan, lama perjalanan, persiapan
ketersediaan alat-alat survei, dan waktu pelaksanaan survei.
e. Pembuatan Draft Laporan Pendahuluan dan Laporan Pendahuluan
Laporan ini berisi kerangka kerja yang akan dilakukan mengenai persiapan,
pengurusan perijinan, mobilisasi tenaga dan peralatan, rencana kerja dan
pengorganisasian personil atau tenaga ahli dan rencana pengumpulan data
sekunder serta sumber data.

4.3. Survey Lapangan


Dalam melaksanakan pekerjaan “SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir
Barat”, beberapa kegiatan lapangan yang akan dilaksanakan antara lain :
1. Survey Topografi
2. Survey Geologi Teknik dan Mekanika Tanah
3. Survey Hidrometri/Kualitas Air
4. Survey Sosial Ekonomi

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

4.3.1. Survey Topografi


Pengukuran detail dimaksudkan untuk mendapatkan data-data/detail lapangan
sesuai dengan fungsi, kegunaan dan kebutuhan yang diperlukan dalam survey dan
pemetaan ini. Data-data /detail lapangan tersebut dihitung dan diproses melalui
persyaratan dan tingkat ketelitian yang dikehendaki untuk dapat disajikan dalam
bentuk suatu peta /gambar-gambar yang memenuhi syarat dengan tingkat ketelitian
yang tertentu juga, sehingga peta dan gambar-gambar tersebut mewakili keadaan
lapangan sesuai fungsi dan kegunaannya. Skala peta/gambar-gambar merupakan
produk akhir dari kegiatan ini.
Pekerjaan Pemetaan dan Pengukuran yang akan dilakukan oleh Konsultan adalah
sebagai berikut :
1. Pemasangan Patok Bench Mark (BM) sebanyak 3 (tiga) buah dan Control Point
(CP) sebanyak 6 (enam) buah
2. Pengukuran Topografi(situasi, memanjang dan melintang)
3. Pengukuran Topografi (situasi, memanjang dan melintang)

Metodologi Pengukuran Topografi


Secara garis besar, Survey topografi yang dilakukan terdiri dari kegiatan sebagai
berikut :
1. Pekerjaan Pengukuran
Pengukuran ini maksudkan untuk menetapkan posisi dari titik awal proyek
terhadap koordinat maupun elevasi triangulasi, agar pada saat pengukuran untuk
pelaksanaan (stake out) mudah dilakukan. Data koordinat dan ketinggian titik
triangulasi diperoleh dari jawatan Topografi angkatan darat (JANTOP-AD) atau
dari BAKOSURTANAL. Referensi ketinggian titik triangulasi adalah permukaan laut
rata-rata, sedangkan data koordinat triangulasi berupa koordinat geografis lintang
dan bujur dalam sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator ) yang
kemudian ditransformasi ke dalam sistem koordinat Cartesian (x,y).
Secara garis besar, pengukuran dan pemetaan situasi meliputi pemasangan patok
beton BM & CP, control horizontal dan vertical, pengukuran detail situasi darat &
laut dan pengukuran/pengamatan pasang surut.

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

 Semua data penting yang digunakan untuk menentukan koordinat Bench Mark
diperoleh dengan cara pengukuran langsung di lapangan
 Semua alat ukur (Theodolit, Waterpass, Echosounding) yang digunakan dalam
keadaan baik dan memenuhi syarat ketelitian yang diminta (dikalibrasi)
 Sebelum pekerjaan dimulai, konsultan menyerahkan program kerja yang berisi
Jadual waktu pelaksanaan pekerjaan, daftar personil, daftar peralatan dan
rencana keberangkatan untuk dibahas bersama denga Direksi (berlaku juga
untuk survey lapangan lainnya seperti penelitian geologi / mekanika tanah,
survey echosounding, pengamatan sediment dan pasang surut)
 Pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan jangka waktu yang tersedia.

Pengukuran pengikatan dilakukan dari titik triangulasi terhadap salah satu titik
pada kerangka dasar horizontal/vertikal utama, agar seluruh daerah pemetaan
berada dalam satu sistem referensi yang sama. Apabila titik triangulasi tidak
ada/berada jauh sekali dari lokasi proyek, maka dapat digunakan titik referensi
lokal.
Setelah dilakukan pengukuran pengikatan untuk menentukan titik awal proyek,
selanjutnya dilakukan pengukuran titik-titik kontrol, baik titik kontrol horizontal
maupun vertikal. Pengukuran titik-titik kontrol (control survey) adalah pekerjaan
pengukuran untuk pemasangan patok-patok yang kelak akan digunakan sebagai
titik-titik dasar dalam berbagai macam pekerjaan pengukuran. Pengukuran yang
dilakukan untuk memperoleh hubungan posisi di antara titik-titik dasar disebut
pengukuran titik-titik kontrol dan hasilnya akan dipergunakan untuk pengukuran
detail.
2. Pengukuran Poligon / Kerangka Dasar Horizontal (Kontrol Horizontal)
Pada pengukuran polygon utama maupun cabang semua BM yang dekat dengan
jalur pengukuran tersebut harus diukur.
Polygon cabang :
 Alat ukur yang dipakai boleh jenis T-2 atau yang sejenis.
 Pengamatan sudut horizontal dilakukan 1 (satu) seri.

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

 Jarak diukur dengan pita ukur baja dengan pergi pulang (2 kali bacaan jarak).
Jika kring polygon terlalu besar harus dibagi menjadi beberapa kring tertutup.
Titik 0 (nol) ditetapkan berdasarkan pengamatan pasang surut setempat atau
tinggi muka laut rata-rata (MSL).
Koordinat awal untuk kontrol horizontal diambil/diinterpolasi dari peta topografi
1:50.000 dengan system grid, sedangkan azimuth awal diperoleh dengan
pengukuran azimuth matahari. Pengukuran control horizontal dilakukan dengan
cara polygon, polygon tertutup atau polygon terbuka tetapi diketahui koordinat
titik awal dan akhir pengukuran, polygon melingkupi daerah yang dipetakan, jika
daerahnya cukup luas polygon utama dibagi dalam beberapa kring tertutup
(untuk pengukuran situasi). Usahakan sisi poligon sama panjangnya, polygon
cabang terikat kepada polygon utama dan titik referensi yang digunakan
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Usahakan jalur polygon baik
cabang atau utama melalui batas alam yang ada seperti jalan, sungai, batas
kampung dan lain-lain. Titik poligon lainnya selain Bench Mark adalah patok kayu
berukuran 5 cm x 7 cm x 60 cm. Patok ini dicat warna merah untuk memudahkan
identifikasi. Azimuth untuk kontrol maupun untuk sudut jurusan awal dicari
dengan pengamatan azimuth matahari. Pengamatan dilakukan setiap 2,5 km dan
untuk target pengamatan dipasang Control point (CP). Sudut diukur double seri
dan digunakan Theodolit T-1, perbedaan B dan LB lebih kecil dari 2” dan
ketelitian sudut lebih kecil dari 10 √n dimana “n” adalah jumlah titik poligon.
Jarak titik-titik poligon utama dan poligon cabang didapat dari jarak datar
Theodolit dan atau dengan memakai pita ukur baja / linon dengan ketelitian linier
poligon utama lebih kecil atau sama dengan 1 : 7.500 sedangkan poligon cabang
lebih kecil atau sama dengan 1 : 5.000.

3. Pengukuran Waterpass / Kerangka Dasar Vertikal (Kontrol Vertikal)


Semua titik poligon diukur ketinggiannya (elevasinya), titik referensi awal untuk
kontrol vertikal diambil dari patok BM – TTG (Titik Tinggi Geodesi dan
Bakosurtanal) terdekat dan atau titik lain yang telah mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan. Pengukuran kontrol vertikal dilakukan pergi pulang atau double

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

stand denga selisih beda tinggi antara stand – I dengan stand – II tidak boleh
lebih dari 2 mm, alat yang digunakan adalah alat ukur waterpass otomatis (N12,
NAK, atau sejenisnya) sebelum dan sesudah pengukuran alat ukur diperiksa
ketelitian garis bidiknya, jumlah jarak belakang diusahakan sama dengan jumlah
jarak muka dan jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih besar dari 60 m
sedangkan jarak terdekat dari alat ke rambu tidak boleh kurang dari 5 m.
Ketelitian pengukuran waterpass utama tidak boleh lebih dari 10 √D dan
waterpass cabang tidak lebih 5 √D, dimana D adalah jumlah jarak dalam satuan
kilometer.
Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar
pada titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu
pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi
dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-
titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM. Penentuan posisi vertikal
titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi
antara dua titik terhadap bidang referensi (BM) seperti yang digambarkan di
bawah ini.

Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1

Bidang Referensi

D
D

Gambar 4.4.Pengukuran Waterpass


Pengukuran waterpas mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.
b. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

c. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.
d. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap.
e. Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sanpai longgar. Sambungan
rambu ukur harus betul. Rambu harus menggunakan nivo.
f. Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis
bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.
g. Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan di atas alas besi.
h. Bidikan rambu harus diantara interval 0,5 m dan 2,75 m.
i. Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan benang tengah,
benang atas dan benang bawah.
j. Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah
(BB), yaitu : 2 BT = BA + BB.
k. Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm.
l. Jarak rambu ke alat maksimum 50 m
m. Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.
n. Toleransi salah penutup beda tinggi (T).
o. T = 10”  D mm dimana:
p. D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satu kilo meter.
4. Deskripsi BM (Bench Mark) dan Patok Kayu
Bench Mark harus dibuat dari bahan campuran beton dengan ukuran 20 x 20 x 80
cm. Bahan patok-patok kayu harus dipilih yang berkualitas baik, ukuran 5 x 7 x
60 cm. Pemasangannya sedemikian dalam sehingga cukup kokoh atau tidak
goyah selama periode pelaksanaan berlangsung. Jarak antara dua patok untuk
polygon dan waterpass adalah 50 m untuk bagian lurus dan 25 m untuk belokan.
Bench Mark dipasang ditempat yang aman dari gangguan manusia atau binatang.
BM dipasang di 2 (dua) titik pada tiap lokasi pengukuran. Setiap BM dibuat
deskripsinya dan diberi nomor unit yang teratur. Ukuran BM & CP, ukuran
marmer tertentu dan dicat warna biru, diatasnya dipasang baut dengan diameter
1,50 cm (untuk BM) dan 1,00 cm (untuk CP). Seluruh Bench Mark (BM) dan
Control Point (CP) dibuat diskripsinya dengan dilengkapi : koordinat (X,Y), elevasi

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

(Z), foto BM dan CP, lokasi BM dan CP dan keterangan penempatannya. Semua
Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) serta patok poligon ditunjukkan pada
peta situasi yang berskala 1: 1.000. Nama Bench Mark (BM) dan Control Point
(CP) serta elevasinya dicantumkan dengan jelas, elevasi tanah ditunjukkan
sebagai pusat ketinggian. Untuk hal patok poligon, hanya nama nomor dan
elevasi tanah asli yang dicantumkan.
Bentuk, ukuran dan konstruksi Bench Mark dan patok kayu seperti yang
dijelaskan di atas. Bench Mark besar dipasang seperti berikut:
 BM harus dipasang pada 2 titik di setiap lokasi pengukuran. Patok beton
tersebut harus ditanam ke dalam tanah sepanjang kurang lebih 50 cm (yang
kelihatan di atas tanah kurang lebih 20 cm) ditempatkan pada daerah yang
lebih aman dan mudah dicari. Pembuatan tulangan dan cetakan BM
dilakukan di Base Camp. Pengecoran BM dilakukan dilokasi pemasangan.
Pembuatan skets lokasi BM untuk deskripsi. Pemotretan BM dalam posisi
"Close Up", untuk lembar deskripsi BM.
 Baik patok beton maupun patok-patok polygon diberi tanda benchmark (BM)
dan nomor urut, ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah
pencariannya.
 Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pada pohon-pohon disekitar
patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.
 Untuk patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran (3 x 5 x
50) cm3 ditanam sedalam 30 cm, dicat kuning dan dipasang paku di atasnya
serta diberi kode dan nomor yang teratur.

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Pen kuningan
Ø6 cm

Pelat m arm er 12 x 12 Pipa pralon PVC Ø6 cm

20

25
Nom or titik

Tulangan tiang Ø10


Dicor beton
Sengkang Ø5-15

10
100

65
Dic or beton

75
20
B eton 1:2:3

15

10
20

Pasir dipadatkan

20 40

Benchmark Control Point

Gambar 4.5.Konstruksi BM dan CP

5. Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter. Tingkat
ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat
tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah.

6. Pengukuran Situasi
Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang telah
dipasang, dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran didalam
daerah survey.. Titik-titik spot height terlihat tidak lebih dari interval 2,50 cm
pada peta skala 1 : 2.000. Interval ini ekivalen dengan jarak 25 m tiap
penambahan satu titik spot height atau 10 - 15 titik spot height untuk tiap 1
hektar diatas tanah.
Beberapa titik spot height bervariasi tergantung kepada kecuraman dan ketidak
teraturan terrain. Kerapatan titik-titk spot height yang dibutuhkan dalam daerah
pengukuran tidak hanya daerah sungai, muara dan pantai tetapi juga tambak,
kampung, kebun, jalan setapak dan lain- lain.
Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tachimetry menggunakan Theodolit
(Wild - 1.0) atau yang sejenis. Jarak dan alat ke rambu tidak boleh lebih dari 60
meter. Untuk penggambaran kontur dibuat apa adanya tetapi teliti, dan bagian

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

luar daerah sungai kontur diplot hanya berdasarkan titik-titik spot height, efek
artistik tidak diperlukan. Pemberian angka kontur jelas terlihat, dimana setiap
interval kontur 0.50 m dan setiap kontur 1.00 m atau 5.00 m digambarkan lebih
tebal.
Semua legenda lapangan ditampilkan, terutama:
a. Seluruh alur, drainase, sungai (dasar terendah dan lebar jelas terlihat).
b. Jalan-jalan desa dan jalan setapak.
c. Petak-petak tambak, petak-petak sawah, jaringan irigasi dan drainase, batas
kampung, rumah-rumah, jembatan dan saluran. Diameter atau dimensi
berikut ketinggian lantai semua gorong-gorong, jembatan, sekolah, mesjid
dan kantor pemerintah dan lain-lain.
d. Tiang telepon, tiang listrik dan lain-lain.
e. Daerah rawa.
f. Batas tata guna lahan (misalnya pohon bakau, belukar berupa rerumputan
dan alang alang, sawah, rawa, ladang, kampung, kebun, dan lain-lain).
g. Tiap detail topografi setempat (seperti misalnya tanggul curam, bukit kecil dan
lain-lain).
h. Batas pemerintahan (kecamatan, desa dan lain-lain). Nama kampung,
kecamatan nama jalan dan lain-lain yang dianggap diperlukan.

Pengukuran situasi di atas dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi dan


detail lokasi pengukuran. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran
situasi, yaitu:
a. Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri.
b. Ketelitian alat yang dipakai adalah 20”.
c. Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan metode Raai dan
Vorstraal.
d. Ketelitian poligon raai untuk sudut 20” n, dimana n = banyaknya titik sudut.
e. Ketelitian linier poligoon raai yaitu 1 : 1000.
f. Ketinggian titik detail diukur dengan toleransi 10 mm dengan interval
kerapatan kontur 0,25 s/d 0,50 meter.

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

g. Pengukuran situasi diukur merata keseluruh daerah rencana pengukuran


mencakup batas penggunaan lahan, saluran alam dan atau buatan serta
bangunan - bangunan yang ada.
h. Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga
memudahkan penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta.
i. Sudut poligon raai dibaca satu seri.
j. Ketelitian tinggi poligon raai 10 cmD (D dalam km).

Ketelitian
 Ketelitian horizontal minimal 90% titik yang mudah dikenal dilapangan,
digambar dengan toleransi kesalahan planimetris 0.8 mm pada skala peta
 Ketelitian Vertikal minimal 90% dari semula titik tinggi /garis kontur dipeta
yang mudah dikenal dilapangan, toleransi kesalahan adalah maksimum
setengah interval ganis kontur.
 Kontrol azimuth ditentukan atas pengamatan astronomi dengan ketelitian
20”.
 Jumlah polygon antara dua control azimuth maksimum 50 buah
 Koreksi sudut antara dua (2) control azimuth maksimum 20”
 Salah penutup koordinat maksimum 1 : 5.000 dari skala gambar.
Penggambaran
 Setelah perhitungan-perhitungan koordinat selesai, sambil menunggu hasil
perhitungan elevasi dan titik-titik detail, pengeplotan koordinat dengan
system grafis tidak diperbolehkan.
 Seperti pekerjaan-pekerjaan pengukuran; perhitungan; pekerjaan
penggambaran ini harus dipimpin oleh seorang koordinator yang
berpengalaman, hal ini dimaksudkan agar dapat terkoordinir dengan baik
serta hasil survey yang maksimum dengan waktu yang tepat.
 Ketentuan gambar sebagai berikut :
 Garis silang grid dibuat setiap 10 cm arah x dan arah y.
 Gambar konsep draft harus diperiksa terlebih dahulu kepada direksi
sebelum digambar final pada drafting ukuran 80/90 gram/m 2.

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

 Semua BM baik yang lama maupun yang baru atau yang digunakan
sebagai BM referensi harus digambar pada peta lengkap dengan
ketinggiannya.
 Pada tiap kelipatan 5 m, garis kontur dibuat tebal dan dilengkapi
dengan elevasinya.
 Setiap lembar gambar dilengkapi dengan arah orientasi, daftar legenda,
nomor urut dan jumlah lembar gambar serta titik referensi yang
digunakan lengkap dengan data x, y dan z nya.

4.3.2. Survey Geologi Teknik dan Mekanika Tanah


Penyelidikan geologi teknik bertujuan untuk menyelidiki dan menentukan secara
pasti sifat, susunan, tebal, tipe dan tekstur berbagai lapisan tanah bawah dan luas
serta keadaaan bermacam-macam bahan yang ada di dalam kedalaman lokasi yang
dimaksud untuk digunakan dalam pekerjaan detail desain.
Ruang lingkup pekerjaan penyelidikan geologi dan mekanika tanah meliputi :
1). Sondir
2). Hand Boring
3). Penyelidikan laboratorium mekanika tanah
4). Pelaporan

(1) Hand Boring


Pemboran tanah (hand boring) dilakukan pada 6 titik dengan kedalaman 8
m atau sampai pada suatu lapisan keras guna pengambilan contoh tanah
tidak terganggu (undisturbed sample) pada kedalaman 3 m dan 6 m.
Pekerjaan ini mempergunakan hand auger, type Iwan Auger, dengan mata
bor berdiameter 4”. Pemerian tanah/batuan lunak harus dilakukan pada
hasil pemboran setiap 35 cm. Kedalaman maksimum dari tiap-tiap lubang
adalah 8 meter, juga harus dilakukan pengambilan contoh tanah asli.

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

(2) Pengambilan Contoh Tanah


Untuk mengadakan penelitian tanah di laboratorium pengambilan contoh
tanah harus dilakukan, hal ini diperlukan untuk mengetahui sifat fisik dan
parameter tanahnya.
1. Contoh Tanah Asli Tak Terganggu (Undisturbed Sample)
 Struktur tanahnya dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah,
sehingga mendekati keadaan yang sama dengan keadaan
lapangan
 Kadar air asli masih dianggap sesuai dengan keadaan lapangan,
mata tabung berdiameter 6.8 cm dan panjang 50 cm
 Segera setelah pengambilan contoh selesai, kedua ujung tabung
contoh harus ditutup dengan paraffin guna melindungi dari
getaran dan lain-lain.
 Pada saat mengambil contoh, harus diberikan tekanan sentries
agar struktur tanah tetap serupa dengan kondisinya di lapangan.
2. Contoh Tanah Terganggu (Disturbed Sample)
 Bila masing-masing lapisan tanah cukup tebal, maka contoh harus
diambil dari masing-masing lapisan dengan pengambilan vertikal.
 Bila lapisan-lapisanya tipis (0.5 m) maka pengambilan contoh
tanah tersebut diambil secara keseluruhan dengan pengambilan
vertikal.

(3) Penyelidikan laboratorium


a). Penyelidikan laboratorium yang dimaksudkan adalah pengujian bahan
tanah, guna memberikan lebih banyak masukan data yang akan dipakai
dalam detail desain yang sesuai dengan kondisi bangunannya
b). Percobaan laboratorium diusahakan memberikan hasil yang andal
c). Metode dan Persyaratan Uji Tanah

Pengujian tanah akan dilakukan sesuai dengan prosedur standar berikut :


 Berat jenis (ASTM D. 854-83)

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

 Kadar air (ASTM D. 2216-80)


 Analisa ukuran butir (ASTM D. 422-63 (72))
 Batas-batas atterberg (ASTM D. 4318-84)
 Triaxial Compression Test, CU (ASTM D. 4767-88) & UU (ASTM D.
2850-87)
 Unconfined Compression Test (ASTM D.2166)
 Consolidation Test (ASTM D.2435-80)
 Compaction (ASTM D. 689-79)
 Permeability Test

(4) Pelaporan
Laporan akhir penyelidikan geologi dan mekanika tanah akan dibuat
tersendiri yang memuat hal-hal sebagai berikut :
a). Isi Pelaporan
Isi laporan Penyelidikan Geologi dan Mekanika Tanah akan
merupakan keseluruhan hasil kegiatan lapangan, laboratorium,
analisis dan evaluasi data.
b). Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dan saran akan memuat hal-hal yang penting secara
ringkas dan jelas mengenai :
 Keadaan geologi permukaan
 Pembagian perlapisan permukaan tanah/batuan yang terinci dan
akan memuat harga-harga parameter untuk keperluan
perencanaan
 Saran untuk mendapatkan hasil perencanaan yang baik, maupun
hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan.
c). Lampiran
Lampiran-lampiran yang akan disertakan dengan laporan adalah
sebagai berikut :
 Peta lokasi daerah proyek dengan skala 1:50.000 atau skala
1:25.000 .

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

 Peta geologi regional dengan skala 1:100.000, jika tidak tersedia


dengan skala yang lebih besar.
 Peta gologi lokal daerah proyek dan peta lokasi titik penyelidikan.
 Gambar penampang-penampang geologi, dengan skala vertikal
maksimal 2 × skala horizontal
 Peta lokasi bahan timbunan atau bahan batu.
 Peta kegempaan
 Hasil lapangan yang berhubungan dengan pekerjaan.
 Hasil laboratorium yang berhubungan dengan pekerjaan.
 Foto-foto yang memuat keadaan lokasi dan kegiatan pekerjaan
lapangan.

4.3.3. Survey Kualitas Air


Pengambilan contoh air dilakukan baik untuk air sungai, saluran yang disesuaikan
dengan rencana skematisasi dari model matematika. Selain itu juga dilakukan pada
air sumur atau kolam penduduk. Jumlah dan lokasinya akan disesuaikan dengan
kepentingannya dan akan dikonsultasikan dahulu dengan Direksi. Contoh air ini
kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis sesuai dengan kepentingannya
(pertanian dan air minum). (mengikuti standar Metode Pengambilan Contoh Uji
Kualitas Air Permenkes No.492 Tahun 2010 Kementerian Kesehatan )

4.3.4. Survey Sosial Ekonomi


Maksud dan tujuan Survey Sosial Ekonomi ini adalah untuk memberikan gambaran
kondisi sosial ekonomi masyarakat dilokasi studi pada saat ini seperti jumlah
penduduk yang tinggal di daerah studi, mata pencaharian masyarakat setempat dan
lain – lain.
Pengumpulan data primer khususnya yang menyangkut daerah layanan harus
dilakukan secara langsung di lapangan, baik berupa wawancara dengan penduduk
maupun dengan cara penyebaran kuisioner yang memuat daftar pertanyaan untuk
disebarkan ke masyarakat dalam wilayah studi. Daftar pertanyaan yang dibuat harus

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

memuat semua aspek yang diperlukan, sehingga semua kondisi social ekonomi
wilayah studi dapat terekam dengan baik.
Lingkupan aspek yang ditelaah dalam Survey ini adalah sebagai berikut :
a. Aspek demografis dan kelembagaan.
 Jumlah penduduk, perkembangan penduduk, komposisi penduduk
menurut usia dan jenis kelamin.
 Organisasi/lembaga sosial ekonomi yang ada, serta aktifitas lembaga
dewasa ini.
 Prasarana dan sarana yang tersedia.
 Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan proyek.
b. Aspek Ekonomis.
 Corak nafkah penduduk.
 Sumber pendapatan yang ada, baik dari sektor pertanian maupun non
pertanian.
c. Aspek legal dan Tata ruang
 Landasan hukum yang ada menyangkut pengelolaan kawasan Kabupaten
Pesisir Barat
 RUTR atau RTBL yang ada untuk Kabupaten Pesisir Barat
d. Aspek Sosial Budaya
 Stratifikasi dan Interaksi Sosial
 Akulturasi dan Asimilasi (proses sosial)

Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan Survey ini berupa :


 Pengamatan langsung (observasi) kondisi setempat
 Wawancara terhadap warga setempat.
 Wawancarara dengan kepala desa dan tokoh masyarakat setempat
 Inventarisasi data sekunder dari instansi terkait.
Data yang terkumpul, kemudian diolah dan dianalisis. Analisis dilakukan secara
kuantitatif maupun kualitatif.

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

4.4. Analisa Data


4.4.1. Analisa Hidrologi/Hidrometri
Analisa hidrologi dimaksudkan untuk mengetahui debit andalan dan kebutuhan air
baku, dan lain-lain yang akan dipakai sebagai dasar dalam mereview reservoar dan
saluran.
Data-data hidrologi yang dikumpulkan untuk keperluan analisa hidrologi antara lain:
 Peta lokasi pos hidrologi dan klimatologi terkait
 Peta catchment area daerah studi
 Data hujan dan stasiun-stasiun hujan yang berpengaruh terhadap daerah
studi
 Data pencatatan tinggi muka air/debit dan pos pengamatan TMA atau
AWLR yang berpengaruh terhadap daerah studi
 Data kejadian banjir di sekitar daerah studi
 Aspek analisa hidrologi dan hasil studi terdahulu yang terkait dengan
pekeraan ini.

Analisa hidrologi diperlukan untuk perhitungan curah hulan rencana, debit dominan
alur kali dan debit banjir rencana yang penting untuk digunakan dalam analisa
hidrolika guna merencanakan peningkatan kapasitas tampung sumber air/ sungai.
Menganalisis data hidrologi yang diperlukan untuk penentuan curah hujan rencana
dan debit banjir rencana untuk berbagai periode kala ulang (return period) (Q2, Q5,
Q10, Q15, Q25, Q50 dan Q100). Untuk menganalisis data tersebut dilakukan
beberapa metode pengujian data untuk memilih kecocokan tipe sebaran dengan
memperhatikan kecocokan ciri-ciri parameter statistik dan rangkaian data curah
hujan tersebut.
Analisa Hujan Rencana
A. Analisa Data Hilang
Stasiun hujan kadang-kadang tidak dapat bekerja dengan baik sehingga data
curah hujan kurang lengkap. Pengisian kekosongan data hujan/analisa Data
hilang (Missing Data) tersebut dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut :

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Menentukan hujan rata-rata pada stasiun terdekat, dengan stasiun hujan yang
tidak mempunyai data.
2. Faktor bobot didasarkan pada suatu nilai ratio hujan tahunan, ditentukan
dengan rumus sebagai berikut :
1  Anx Anx Anx Anx 
PX   Pa  Pb  Pc   Pn
m  Ana Anb Anc Anm 

Dimana :
Px = tinggi hujan pada stasiun yang datanya tidak lengkap (mm)
Pa, Pb, Pc = tinggi hujan pada stasiun a, b, dan c (mm)
Anx = tinggi hujan tahunan pada stasiun yang datangnya tidak
lengkap (mm)
m = banyaknya stasiun
Ana,b,c = tinggi hujan tahunan pada stasiun a, b, dan c (mm)
Selanjutnya dilakukan perhitungan Curah Hujan Areal untuk analisa lebih
lanjut. Data hujan dapat menjadi tidak konsisten yang disebabkan karena
perubahan lingkungan atau gangguan lingkungan di sekitar tempat penakar
hujan dipasang misalnya penakar hujan terlindung pohon, terletak berdekatan
dengan gedung tinggi, perubahan cara penakaran dan pencatatan, perubahan
letak dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan perubahan trend semula. Hal
tersebut dapat diselidiki dengan menggunakan lengkung massa ganda.

B. Uji Konsistensi
Data hujan yang diambil dari berbagai stasiun hujan diuji untuk mengetahui
apakah data tersebut konsisten atau tidak. Uji konsistensi merupakan uji
kebenaran data lapangan yang menggambarkan keadaan sebenarnya. Data yang
tidak konsisten dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :
1. Perubahan mendadak pada sistem lingkungan hidrologis, antara lain
adanya pembangunan gedung-gedung baru, tumbuhnya pohon-pohon,
gempa bumi, gunung meletus, dan lain-lain.
2. Pemindahan alat pengukur hujan.
3. Perubahan cara pengukuran, misainya berhubungan dengan adanya alat
baru atau metode baru.
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Uji konsistensi data dapat dilakukan dengan menggunakan kurva massa ganda
(double mass curve). Dengan metode ini dapat dilakukan koreksi untuk data
hujan yang tidak konsisten. Langkah yang dilakukan adalah membandingkan
harga akumulasi curah hujan tahunan pada stasiun yang diuji dengan akumulasi
curah hujan tahunan rerata dari suatu jaringan dasar stasiun hujan yang
berkesesuaian, kemudian diplotkan pada kurva. Jaringan ini dipilih dari stasiun-
stasiun hujan yang berdekatan dengan stasiun yang diuji dan memiliki kondisi
meteorologi yang sama dengan stasiun yang diuji (Subarkah, 1980: 28).

C
C’
Curah hujan tahunan rata-rata

B '
komulatif (mm)


Curah hujan tahunan rata-rata pos penakar yang berdekatan (mm)

Gambar 4.6.Kurva Massa Ganda Uji Konsistensi

Dari Gambar di atas, terlihat bahwa pada kurva mulai terjadi perubahan
kemiringan. Untuk memperbaiki kurva maka perlu dikalibrasi dengan faktor
koreksi, sehingga akan mempunyai kemiringan yang sama. Faktor koreksi
tersebut adalah:
tg α = z/X
tg αo= Yo/Xo
 tg  
  H o
Hz =  tg  o  tg α
Dengan:
Hz = data hujan setelah diperbaiki (mm)
Ho = data hujan hasil pengamatan (mm)

C. Hujan Wilayah
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan rancangan pemanfaatan air


adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Stasiun-
stasiun pengamat hujan yang tersebar pada suatu daerah aliran dapat dianggap
sebagai titik (point). Tujuan mencari hujan rata-rata adalah mengubah hujan titik
(point rainfall) menjadi hujan wilayah (regional rainfall) atau mencari suatu nilai
yang dapat mewakili pada suatu daerah aliran, yaitu :
a. Cara Rata-rata Aljabar
Cara ini merupakan perhitungan rata-rata hujan secara aljabar biasa, dengan
cara menjumlahkan sesuai data yang ada dari sejumlah stasiun hujan untuk
waktu tertentu kemudian dibagi dengan jumlah stasiun hujan tadi. Lebih
jelasnya diformulasikan di bawah ini.
R1  R2  R3  .......... .......... ....  R N
R 
N
Dimana :
R1, R2, R3,...,RN = Besarnya Curah Hujan (mm),
N = Jumlah Pos Pengamatan.
b. Cara Poligon Thiessen
Metode ini dikenal juga sebagai metode rata-rata timbang (weighted mean).
Cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan (pos
pengamatan) untuk mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Daerah
pengaruh dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus
terhadap garis penghbung antara dua pos pengamatan terdekat. Diasumsikan
bahwa variasi hujan antara pos pengamatan yang satu dengan pos
pengamtan lainnya adalah linier dan bahwa sembarang pos pengamatan
dianggap dapat mewakili kawasan terdekat. Hasil perhitungan dengan
menggunakan metode poligon thiessen lebih akurat dibandingkan dengan
metode rata-rata aljabar. Akan tetapi penentuan titik pengamatan akan
mempengaruhi ketelitian hasil yang didapat. Cara ini cocok untuk daerah
datar dengan luas antara 500 – 5000 km2, dan jumlah pos penakar hujan
terbatas dibandingkan dengan luasnya.
Jika titik-titik di daerah pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar
merata, maka cara perhitungan curah hujan dilakukan dengan
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

memperhitungkan daerah pengaruh tiap pengamatan. Untuk lebih jelasnya


dapat diformulasikan sebagai berikut :
A1 R1  A2 R2  A3 R3  ...............  AN R N
R 
A1  A2  A3  ................  AN

Dimana :

R1, R2, R3,...,RN = Besarnya Curah Hujan (mm),

A1, A2, A3,...,AN = Luas Areal Pengamatan (km2)

R3

A3
R1 A1

A2

R2

Gambar 4.7.Penentuan Curah Hujan Representatif Cara Poligon Thiessen


D. Analisis Curah Hujan Rencana
Curah hujan rancangan diperlukan sebagai data masukan pada analisis debit
banjir rancangan maupun analisis modulus drainase. Untuk itu perlu dilakukan
analisis curah hujan rancangan. Metode yang digunakan untuk melakukan analisis
curah hujan rancangan dengan periode kala ulang tertentu adalah sebagai
berikut :
1).Distribusi Gumbel Tipe I
2).Distribusi Log - Pearson Tipe III

Berikut ini adalah uraian mengenai ketiga metode distribusi di atas.


1. Distribusi Gumbel Tipe I
Persamaan empiris untuk distribusi Gumbel Tipe I sebagai berikut :

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

X= X   S K 
Keterangan :
X = Nilai yang diharapkan terjadi untuk kala ulang tertentu (mm)
X = Nilai rata-rata hitung data X (mm)
K = Faktor frekuensi
YT  Yn
=
Sn

YT = Reduced mean atau nilai reduksi data dari variabel yang


diharapkan terjadi pada periode ulang tertentu

  T  x   1 
 Ln   Ln  r 
=   Tr  x   

Yn = Nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari


jumlah data (n) dan dapat dilihat pada Tabel. 6.3.
Sn = Reduced Standar Deviation yang nilainya tergantung dari
jumlah data (n) dan dapat dilihat pada Tabel. 6.4.
S = Simpangan baku
n

 X
i 1
i X 2

= n 1

n = Jumlah data
CS = koefisien kepencengan
= 1,1396
CK = koefisien kurtosis
= 5,4002

Tabel 4.1.Hubungan Reduksi Data Rata-rata (Yn) dengan Jumlah Data (n)

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

n Yn n Yn n yn n Yn
10 0,4952 34 0,5396 58 0,5515 82 0,5672
11 0,4996 35 0,5402 59 0,5518 83 0,5574
12 0,5035 36 0,5410 60 0,5521 84 0,5576
13 0,5070 37 0,5418 61 0,5524 85 0,5578
14 0,5100 38 0,5424 62 0,5527 86 0,5580
15 0,5128 39 0,5430 63 0,5530 87 0,5581
16 0,5157 40 0,5436 64 0,5533 88 0,5583
17 0,5181 41 0,5442 65 0,5535 89 0,5585
18 0,5202 42 0,5448 66 0,5538 90 0,5586
19 0,5220 43 0,5453 67 0,5540 91 0,5587
20 0,5236 44 0,5458 68 0,5543 92 0,5589
21 0,5252 45 0,5463 69 0,5545 93 0,5591
22 0,5268 46 0,5468 70 0,5548 94 0,5592
23 0,5283 47 0,5473 71 0,5550 95 0,5593
24 0,5296 48 0,5477 72 0,5552 96 0,5595
25 0,5309 49 0,5481 73 0,5555 97 0,5596
26 0,5320 50 0,5485 74 0,5557 98 0,5598
27 0,5332 51 0,5489 75 0,5559 99 0,5599
28 0,5343 52 0,5493 76 0,5561 100 0,5600
29 0,5353 53 0,5497 77 0,5563
30 0,5362 54 0,5501 78 0,5565
31 0,5371 55 0,5504 79 0,5567
32 0,5380 56 0,5508 80 0,5569
33 0,5388 57 0,5511 81 0,5570

Tabel 4.2.Hubungan antara Deviasi Standar (Sn) & Reduksi Data dengan Jumlah
Data (n)

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

n Sn n Sn n Sn n Sn
10 0,9496 33 1,1226 56 1,1696 79 1,1930
11 0,9676 34 1,1255 57 1,1708 80 1,1938
12 0,9833 35 1,1286 58 1,1721 81 1,1945
13 0,9971 36 1,1313 59 1,1734 82 1,1953
14 1,0095 37 1,1339 60 1,1747 83 1,1959
15 1,0206 38 1,1363 61 1,1759 84 1,1967
16 1,0316 39 1,1388 62 1,1770 85 1,1973
17 1,0411 40 1,1413 63 1,1782 86 1,1987
18 1,0493 41 1,1436 64 1,1793 87 1,1987
19 1,0565 42 1,1458 65 1,1803 88 1,1994
20 1,0628 43 1,1480 66 1,1814 89 1,2001
21 1,0696 44 1,1499 67 1,1824 90 1,2007
22 1,0754 45 1,1519 68 1,1834 91 1,2013
23 1,0811 46 1,1538 69 1,1844 92 1,2020
24 1,0864 47 1,1557 70 1,1854 93 1,2026
25 1,0915 48 1,1574 71 1,1854 94 1,2032
26 1,0861 49 1,1590 72 1,1873 95 1,2038
27 1,1004 50 1,1607 73 1,1881 96 1,2044
28 1,1047 51 1,1623 74 1,1890 97 1,2049
29 1,1086 52 1,1638 75 1,1898 98 1,2055
30 1,1124 53 1,1658 76 1,1906 99 1,2060
31 1,1159 54 1,1667 77 1,1915 100 1,2065
32 1,1193 55 1,1681 78 1,1923

2. Distribusi Log Pearson Tipe III


Distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil transformasi dari distribusi
Pearson Tipe III dengan menggantikan data menjadi nilai logaritmik.
Persamaan distribusi Log Pearson Tipe III dapat ditulis sebagai berikut :

Log Xt = Log X   G  S 

Keterangan :
Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)
Log X = Rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan (mm)
S = Standar Deviasi nilai logaritma data X hasil pengamatan
n

  Log X
t 1
t  Log X  2

= n 1

CS = koefisien kepencengan

n. logX  logX  3

=  n  1 . n  2 . SlogX  3


IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

CK = koefisien kurtosis =


n 2  logX  logX 4

 n  1    n  2    n  3    S log X  4

Tabel 4.3.Nilai Negatif Koefisien Kemencengan/Skewness Coefficient (CS) pada


Distribusi Log - Pearson Tipe III

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Waktu Balik (Tahun)


Koef.
1.01 1.05 1.11 1.25 1.667 2 2.50 5 10 20 25 50 100 200 1000
Peluang (%)
Cs
99 95 90 80 60 50 40 20 10 5 4 2 1 0.5 0.1
3.00 -0.667 -0.665 -0.660 -0.636 -0.476 -0.396 -0.124 0.420 1.180 2.095 2.278 3.152 4.051 4.970 7.250
2.50 -0.799 -0.790 -0.771 -0.711 -0.477 -0.360 -0.067 0.518 1.250 2.093 2.262 3.048 3.845 4.652 6.600
2.20 -0.905 -0.882 -0.844 -0.752 -0.471 -0.330 -0.029 0.574 1.284 2.081 2.240 2.970 3.705 4.444 6.200
2.00 -0.990 -0.949 -0.895 -0.777 -0.464 -0.307 -0.002 0.609 1.302 2.066 2.219 2.912 3.605 4.298 5.910
1.80 -1.087 -1.020 -0.945 -0.799 -0.454 -0.282 0.026 0.643 1.318 2.047 2.193 2.848 3.499 4.147 5.660
1.60 -1.197 -1.093 -0.994 -0.817 -0.442 -0.254 0.056 0.675 1.329 2.024 2.163 2.780 3.388 3.990 5.390
1.40 -1.318 -1.168 -1.041 -0.832 -0.427 -0.225 0.085 0.705 1.337 1.996 2.128 2.706 3.271 3.828 5.110
1.20 -1.449 -1.243 -1.086 -0.844 -0.411 -0.195 0.114 0.732 1.340 1.963 2.087 2.626 3.149 3.661 4.820
1.00 -1.588 -1.317 -1.128 -0.852 -0.393 -0.164 0.143 0.758 1.340 1.926 2.043 2.542 3.022 3.489 4.540
0.90 -1.660 -1.353 -1.147 -0.854 -0.383 -0.148 0.158 0.769 1.339 1.905 2.018 2.498 2.957 3.401 4.395
0.80 -1.733 -1.388 -1.116 -0.856 -0.373 -0.132 0.172 0.780 1.336 1.888 1.998 2.453 2.891 3.312 4.250
0.70 -1.806 -1.423 -1.183 -0.857 -0.363 -0.116 0.186 0.790 1.333 1.861 1.967 2.407 2.824 3.223 4.105
0.60 -1.880 -1.458 -1.200 -0.857 -0.352 -0.099 0.201 0.800 1.328 1.837 1.939 2.359 2.755 3.132 3.960
0.50 -1.955 -1.491 -1.216 -0.856 -0.341 -0.083 0.214 0.808 1.323 1.812 1.910 2.311 2.686 3.041 3.815
0.40 -2.029 -1.524 -1.231 -0.855 -0.329 -0.066 0.228 0.816 1.317 1.786 1.880 2.261 2.615 2.949 3.670
0.30 -2.104 -1.555 -1.245 -0.853 -0.318 -0.050 0.241 0.824 1.309 1.759 1.849 2.211 2.544 2.856 3.525
0.20 -2.178 -1.586 -1.258 -0.850 -0.305 -0.033 0.255 0.830 1.301 1.732 1.818 2.159 2.472 2.763 3.380
0.10 -2.252 -1.616 -1.270 -0.846 -0.293 -0.017 0.267 0.836 1.292 1.703 1.785 2.107 2.400 2.670 3.235
0.00 -2.326 -1.645 -1.282 -0.842 -0.281 0.000 0.281 0.842 1.282 1.673 1.751 2.054 2.326 2.576 3.090
-0.10 -2.400 -1.673 -1.292 -0.836 -0.267 0.017 0.290 0.836 1.270 1.642 1.716 2.000 2.252 2.482 2.950
-0.20 -2.472 -1.700 -1.301 -0.830 -0.255 0.033 0.305 0.850 1.258 1.610 1.680 1.945 2.178 2.388 2.810
-0.30 -2.544 -1.726 -1.309 -0.824 -0.241 0.050 0.318 0.853 1.245 1.577 1.643 1.890 2.104 2.294 2.675
-0.40 -2.615 -1.750 -1.317 -0.816 -0.228 0.066 0.329 0.855 1.231 1.544 1.606 1.834 2.029 2.201 2.540
-0.50 -2.686 -1.774 -1.323 -0.808 -0.214 0.083 0.341 0.856 1.216 1.509 1.567 1.777 1.955 2.108 2.400
-0.60 -2.755 -1.797 -1.328 -0.800 -0.201 0.099 0.352 0.857 1.200 1.473 1.528 1.720 1.880 2.016 2.275
-0.70 -2.824 -1.819 -1.333 -0.790 -0.186 0.116 0.363 0.857 1.183 1.437 1.488 1.663 1.806 1.926 2.150
-0.80 -2.891 -1.839 -1.336 -0.780 -0.172 0.132 0.373 0.856 1.166 1.401 1.448 1.606 1.733 1.837 2.035
-0.90 -2.957 -1.858 -1.339 -0.769 -0.158 0.148 0.383 0.854 1.147 1.364 1.407 1.549 1.660 1.749 1.910
-1.00 -3.022 -1.877 -1.340 -0.758 -0.143 0.164 0.393 0.852 1.128 1.326 1.366 1.492 1.588 1.664 1.800
-1.20 -3.149 -1.910 -1.340 -0.732 -0.114 0.195 0.411 0.844 1.086 1.249 1.282 1.379 1.449 1.501 1.625
-1.40 -3.271 -1.938 -1.337 -0.705 -0.085 0.225 0.427 0.832 1.041 1.172 1.198 1.270 1.318 1.351 1.465
-1.60 -3.388 -1.962 -1.329 -0.675 -0.056 0.254 0.442 0.817 0.994 1.096 1.116 1.166 1.197 1.216 1.280
-1.80 -3.499 -1.981 -1.318 -0.643 -0.026 0.282 0.454 0.799 0.945 1.020 1.035 1.069 1.087 1.097 1.130
-2.00 -3.605 -1.996 -1.302 -0.600 0.005 0.307 0.464 0.777 0.895 0.948 0.959 0.980 0.990 0.995 1.000
-2.20 -3.705 -2.006 -1.284 -0.574 0.029 0.330 0.471 0.752 0.844 0.881 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910
-2.50 -3.845 -2.012 -1.250 -0.518 0.067 0.360 0.477 0.711 0.771 0.789 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802
-3.00 -4.051 -2.003 -1.180 -0.420 0.124 0.396 0.476 0.636 0.660 0.665 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668

E. PEMILIHAN DISTRIBUSI DENGAN UJI KECOCOKAN

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Untuk menentukan kecocokan (the goodness of fit test) distribusi frekuensi dari
sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan maka terhadap
distribusi frekuensi tersebut perlu di akukan pengujian parameter. Uji parameter
yang di gunakan yaitu :
1. Uji Chi-kuadrat (chi-square)
2. Uji Smirnov – Kolmogorof
Berikut ini adalah uraian mengenai kedua uji kecocokan distribusi di atas.
1. Uji Chi-Kuadrat test)
Uji Chi-kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan
distribusi peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik
sampel data yang dianalisis. Pengambilan keputusan uji ini menggunakan
parameter x2. Parameter x2 dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :
k
 EF  OF 2
x2hitung = 
i 1 EF

keterangan :
x2hitung = Parameter chi-kuadrat terhitung
OF = Frekuensi pengamatan (Observed Frequency)
EF = Frekuensi teoritis (Expected Frequency)
Harga curah hujan harian maksimum Xt diplot dengan harga probabilitas
Weibull (Soetopo, 1996:12) :
n
Sn (x) =  100%
N 1
Keterangan :
Sn (x) = Probabilitas (%)
n = Nomor urut data dari seri yang telah diurutkan
N = Jumlah total data
Hitung harga cr dengan menentukan taraf signifikan 5% dan
dengan derajat kebebasan yang dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Dk = K – (P + 1)
keterangan :

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Dk = Derajat kebebasan
P = Parameter yang terikat dalam agihan frekuensi
K = Jumlah kelas distribusi
= 1 + (3.322 . log n)

Tabel 4.4.Nilai Kritis untuk Distribusi Chi-Kuadrat (uji satu sisi)


Δ Derajat Kepercayaan
Dk
0,995 0,99 0.975 0.950 0.050 0.025 0.01 0.005
1 0,0000393 0,000157 0,000982 0,00393 3,841 5,024 6,635 7,879
2 0,0100 0,0201 0,0506 0,103 5,991 7,378 9,210 10,597
3 0,0717 0,115 0,216 0,352 7,815 9,348 11,345 12,838
4 0,207 0,297 0,484 0,711 9,488 11,143 13,277 14,860
5 0,412 0,554 0,831 1,145 11,070 12,832 15,086 16,750
6 0,676 0,872 1,237 1,635 12,592 14,449 16,812 18,548
7 0,989 1,239 1,690 2,167 14,067 16,013 18,475 20,278
8 1,344 1,646 2,180 2,733 15,507 17,535 20,090 21,955
9 1,735 2,088 2,700 3,325 16,919 19,023 21,666 23,589
10 2,156 2,558 3,247 3,940 18,307 20,483 23,209 25,188
11 2,603 3,053 3,816 4,575 19,675 21,920 24,725 26,757
12 3,074 3,571 4,404 5,226 21,026 23,337 26,217 28,300
13 3,565 4,107 5,009 5,892 22,362 24,736 27,688 29,819
14 4,075 4,660 5,629 6,571 23,685 26,119 29,141 31,319
15 4,601 5,229 6,262 7,261 24,996 27,488 30,578 32,801
16 5,142 5,812 6,908 7,962 26,296 28,845 32,000 34,267
17 5,697 6,408 7,564 8,672 27,587 30,191 33,409 35,718
18 6,265 7,015 8,231 9,390 28,869 31,526 34,805 37,156
19 6,844 7,633 8,907 10,117 30,144 32,852 36,191 38,582
20 7,434 8,260 9,591 10,851 31,410 34,170 37,566 39,997
21 8,034 8,897 10,283 11,591 32,671 35,479 38,932 41,401
22 8,643 9,542 10,982 12,338 33,924 36,781 40,289 42,796
23 9,260 10,196 11,689 13,091 36,172 38,076 41,638 44,181
24 9,886 10,856 12,401 13,848 36,415 39,364 42,980 45,558
25 10,520 11,524 13,120 14,611 37,652 40,646 44,314 46,928
26 11,160 12,198 13,844 15,379 38,885 41,923 45,642 48,290
27 11,808 12,879 14,573 16,151 40,113 43,194 46,963 49,645
28 12,461 13,565 15,308 16,928 41,337 44,461 48,278 50,993
29 13,121 14,256 16,047 17,708 42,557 45,722 49,588 52,336
30 13,787 14,953 16,791 18,493 43,773 46,979 50,892 53,672

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

2. Uji Smirnov – Kolmogorof


Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorof, sering disebut juga uji kecocokan non
parametrik, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi
tertentu. Uji ini digunakan untuk menguji simpangan/selisih terbesar
antara peluang pengamatan (empiris) dengan peluang teoritis, atau dalam
bentuk persamaan dapat di tulis seperti berikut:
Pe  PT
maks =
keterangan,
maks = Selisih terbesar antara peluang empiris dengan teoritis
Pe = Peluang empiris, dengan menggunakan persamaan dari
Weibull:
m
P = N 1

m = nomor urut kejadian, atau peringkat kejadian


N = jumlah data pengamatan
PT = peluang teoritis dari hasil penggambaran data pada kertas
distribusi (persamaan distribusinya) secara grafis, atau
menggunakan fasilitas perhitungan peluang menurut
wilayah luas dibawah kurva normal
Nilai kritis dari uji ini ditentukan terhadap nilai 0 pada Tabel.

Tabel 4.5.Nilai Kritis 0 untuk Uji Smirnov-Kolmogorof


IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN


N
0.20 0.10 0.05 0.01
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,34 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
N> 1,07 1,22 1,36 1,63
50 N0,5 N0,5 N0,5 N0,5
Sumber: Bonnier, 1980

Analisa Ketersediaan Air


Dalam siklus hidrologi curah hujan adalah sumber pertama dari ketersediaan air dan
merupakan salah satu faktor yang menentukan besaran potensi sumber air suatu
tempat. Curah hujan sebagian akan menguap (evaportanspirasi) dan lainnya akan
terdistribusi menjadi aliran permukaan (surface run off) setelah mengisi kelembaban
tanah dan cekungan-cekungan permukaan bumi (surface storage) serta sebagian lagi
akan mengisi timbunan air tanah (ground water storage) yang selanjutnya sebagian
dari air tanah tersebut akan mengalir sebagai aliran dasar (base flow) di sungai-
sungai. Untuk memperkirakan besaran potensi air permukaan (surface runoff), paling
baik dilakukan perhitungan dengan menggunakan data aliran yang lengkap. Cara
perhitungan tersebut akan lebih cepat dan akan memberikan hasil yang cukup baik.
Tetapi data aliran pada stasiun pengamatan debit di sungai biasanya tidak cukup
tersedia, dan kurang memadai, sehingga perkiraan besaran potensi air permukaan
dilakukan dengan cara tidak langsung melalui hubungan antara hujan - aliran
(rainfall-run off relationship).

A. Debit Andalan

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Tujuan penentuan debit andalan adalah untuk memperkirakan debit yang


tersedia dan cukup untuk memenuhi kebutuhan air sepanjang tahun dengan
resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Debit andalan dihitung untuk
menentukan besarnya ketersediaan air dengan mempertimbangkan:
– Sifat dan besar debit di mulut catchment area.
– Sifat dan besar curah hujan di daerah pengaliran.
– Hidrotopografi
– Sifat dan jenis tanah
– Pengaruh iklim.
– Debit saat kondisi normal, kering dan basah.

Probabilitas keandalan dirumuskan sebagai berikut :


P = m/(n+1) x 100%
dimana :
P : Peluang keandalan, %
m : Nomor urut data setelah dirangking
n : Jumlah data

Perhitungan ketersediaan air pada Daerah Aliran Sungai (DAS) menggunakan


metoda perhitungan : Simulasi DR FJ. Mock dan N-RECA.
1. Simulasi Debit Metode FJ. Mock
Perhitungan ketersediaan air/debit andalan dengan Simulasi DR FJ. Mock
ini memperhitungkan data curah hujan, evapotranspirasi, dan karakteristik
hidrologi daerah pengaliran sungai, dengan asumsi dan data yang
diperlukan. Untuk lebih jelasnya, komponen-komponen perhitungan
simulasi Mock, dapat dilihat sebagai berikut:
Evapotranspirasi Terbatas
Evapotranspirasi terbatas adalah evapotraspirasi aktual dengan
mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta curah
hujan. Untuk menghitung evapotranspirasi terbatas ini diperlukan data:
– Curah hujan setengah bulanan (P)

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

– Jumlah hari hujan setengah bulanan (n)


– Jumlah permukaan kering setengah bulanan (d), dihitung dengan
asumsi bahwa tanah dalam satu hari hanya mampu menahan air 12
mm dan selalu menguap sebesar 4 mm. (Dalam referensi Mock,
SMC sekitar 150 – 200 mm per bulan).
– Exposed surface (m %), ditaksir dari peta tata guna tanah, atau
dengan asumsi:
m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat
m = 0% pada akhir musim hujan dan bertambah 10%
setiap bulan kering untuk lahan sekunder
m = 0-40% untuk lahan yang terisolasi
m = 20-50% untuk lahan pertanian yang diolah.

Persamaan Evapotranspirasi terbatas sebagai berikut:


Et = Ep – E ............................................................ (1)
Er = Ep (d/30) ....................................................... (2)

Dari data n dan dstasiun hujan di sekitar proyek akan diperoleh


persamaan sebagai berikut:
d = an+b ......................................................... (3)

Dimana a dan b adalah konstanta akibat hubungan n (jumlah hari


hujan) dan d (jumlah permukaan kering)
Substitusi dari persamaan (3) dan (2), diperoleh:
Er/Ep = m/30 . (a.n + b) ............................................ (4)
Limpasan air Permukaan Tanah
Limpasan air permukaan dipengaruhi oleh jumlah air yang masuk ke dalam
permukaan tanah dan kondisi tanah itu sendiri. Data yang diperlukan
adalah:
– P - Et , adalah perubahan air yang akan masuk ke permukaan
tanah.

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

– Soil storage, adalah perubahan volume air yang ditahan oleh tanah
yang besarnya tergantung pada (P – Et), soil storage bulan
sebelumnya.
– Soil Moisture, adalah volume air untuk melembabkan tanah yang
besarnya tergantung (P – Et), soil storage, dan soil moisture bulan
sebelumnya.
– Kapasitas soil moisture, adalah volume air yang diperlukan untuk
mencapai kapasitas kelengasan tanah.
– Water Surplus, adalah volume air yang akan masuk ke dalam
permukaan tanah, yaitu: water surplus = (P –Et) - soil storage, dan
0 jika (P – Et) < soil storage.

Ground Water Storage


Nilai run off dan ground water besarnya tergantung dari keseneraca air
dan kondisi tanahnya. Data yang diperlukan adalah:
– Koefisien infiltrasi = I diambil 0,2 - 0,5
– Faktor resesi aliran air tanah = k, diambil 0,4-0,7
– Initial storage, adalah volume air tanah yang tersedia di awal
perhitungan.
Persamaan:
In = Water Surplus x I
V = k. V(n-1) + 0,5 (1+k) In
A = Vn - Vn-1

dengan:
In : infiltrasi volume air yang masuk ke dalam tanah
V : volume air tanah
Vn : perubahan volume air tanah bulan ke – n
V(n-1) : volume air tanah bulan ke (n – 1)
I : koefisien infiltrasi
A : volume tampungan per bulan

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Debit Limpasan
Interflow = Infiltrasi - Volume air tanah (mm)
Direct Run Off = Water Surplus - Infiltrasi (mm)
Base Flow = Aliran sungai yang selalu ada sepanjang tahun
(m3/dt)
Run Off = Interflow + Direct Run Off + Base Flow
(m3/dt)

2. Simulasi Debit Metode NRECA


Perhitungan debit aliran metode NRECA, dilakukan kolom perkolom dari
kolom 1 sampai kolom 18 dengan langkah sebagai berikut:
1) Nama bulan dari Januari sampai Desember tiap-tiap tahun
pengamatan.
2) Nilai hujan rerata bulanan (Rb).
3) Nilai penguapan peluh potensial (PET atau ETo)
4) Nilai tampungan kelengasan awal (Wo), Nilai ini harus dicoba-coba
dan percobaan pertama diambil 600 (mm/bulan) di bulan awal.
5) Tampungan kelengasan tanah ( soil moisture storage - Wi), dan
dihitung dengan rumus :
Wo
Wi 
No min al
Nominal = 100 + 0,2 Ra
Ra = hujan tahunan (mm)
6) Rasio Rb/PET
7) Rasio AET/PET
AET= Penguapan peluh aktual yang dapat diperoleh dari Gambar,
nilainya bergantung dari rasio Rb/PET dan Wi
AET = (AET/PET) x PET x koef. Reduksi (kolom 7 x 3 x koef.
reduksi).
Koefisien reduksi diperoleh dari fungsi kemiringan lahan, seperti
pada Tabel berikut :
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Tabel 4.6.Koef. Reduksi Penguapan Paruh

Kemiringan (m/Km) Koef. Reduksi


0 - 50 0.9
51 - 100 0.3
101 - 200 0.6
> 200 0.4
Sumber : CD Soemarto, 1987

8) Neraca air Rb - AET


9) Rasio kelebihan kelengasan (excess moisture) yang dapat
diperoleh sebagai berikut :
10) Bila neraca air positif (+), maka rasio tersebut dapat diperoleh
dari gambar dengan memasukkan harga Wi; dan jika neraca air
negatif (-), rasio = 0
11) Kelebihan kelengasan = rasio kelebihan kelengasan x neraca air
12) Perubahan tampungan = neraca air - kelebihan kelengasan
13) Tampungan air tanah = P1 x kelebihan kelengasan
P1 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah
permukaan (kedalaman 0 - 2) yang nilainya 0,1 untuk tanah
kedap air dan 0,5 untuk tanah lulus air.
14) Tampungan air tanah awal yang harus dicoba-coba dengan nilai
awal=2
15) Tampungan air tanah akhir = tamp. air tanah + tamp. air tanah
awal
16) Aliran air tanah = P2 x tampungan air tanah akhir
P2 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah
permukaan (kedalaman 2 - 10) yang nilainya 0,9 untuk tanah
kedap air dan 0,5 untuk tanah lulus air.

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

1 ,0

0 ,8

S to r a g e R a t io

0 ,6

AET/PET
0 ,4

0 ,2

0 ,0
0 ,2 0 ,4 0 ,6 0 ,8 1 ,0 1 ,2 1 ,4 1 ,6

h u ja n b u la n a n (R b ) / P E T

Gambar 4.8.AET/PET Ratio


1 ,0

0 ,8

0 ,6
g

0 ,4

0 ,2

0 ,0
0 ,2 0 ,4 0 ,6 0 ,8 1 ,0 1 ,2 1 ,4 1 ,6

r a t io t a m p u n g a n k e le n g a s a n t a n a h

Gambar 4.9.Ratio Tampungan Kelengasan Tanah


17) Larian langsung (direct run off) = kelebihan kelengasan - tamp.
Air tanah
18) Aliran total = larian langsung + aliran air tanah dalam
mm/bulan, dan jika satuan dalam m3/bulan nilai tersebut dikalikan
10 x luas tadah hujan A (Ha.).

Untuk perhitungan bulan berikutnya diperlukan nilai tampungan


kelengasan untuk bulan berikutnya dan tampungan air tanah (kolom 14)

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

bulan berikutnya yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus


sebagai berikut:
i) Tampungan kelengasan = tamp. kelengasan bulan sebelumnya +
perubahan tamp., semuanya bulan sebelumnya.
ii) Tamp. air tanah = tamp. air tanah bulan sebelumnya - aliran air
tanah , semuanya dari bulan sebelumnya.

Analisa Debit Banjir Rencana


Debit banjir adalah maksimum debit sungai pada suatu periode ulang tertentu.
Perhitungan debit banjir menggunakan tiga metode pendekatan hidrograf satuan
syntetis, diantaranya Metode Nakayasu, Snyder dan Gamma I. Harga debit
dinyatakan dalam bentuk hidograf, yaitu perjalanan debit banjir terhadap waktu.
 Metode Nakayasu
Hidrograf satuan sintetik Nakayasu memiliki beberapa karakteristik pada
daerah alirannya yaitu:
– Perbedaan waktu dari permulaan hujan sampai puncak hujan hidrograf.
– Perbedaan waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf.
– Perbedaan waktu hidrograf.
– Luas daerah aliran sungai.
– Panjang alur sungai utama terpanjang.
– Koefisien pengaliran.

Rumus hidrograf satuan sintetik dari Nakayasu adalah sebagai berikut:


C . A. R o
Qp 
3,6 ( 0,3 T p  T 0,3 )

dengan:
Qp : debit puncak banjir (m3/detik)
C : koefisien pengaliran
A : luas daerah pengaliran (km2)
Ro : hujan satuan (mm)

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Tp : tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai


puncak banjir (jam)
T0,3 : waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit
puncak sampai menjadi 30% dari debit puncak.

Tenggang waktu:
Tp = tg + 0,8 tr
Untuk: L < 15 km -------- tg = 0,21 L0,7
L> 15 km -------- tg = 0,4 + 0,058 L
Tr : 0,5 tg sampai 1tg
T0,3 : .tg
dengan:
L : panjang alur sungai (km)
tg : waktu konsentrasi (jam)
Untuk:
– daerah pengaliran biasa  = 2
– bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat
 =1,5
– bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat
 =3

ii

Q t
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

0,8 tr tg
Qt
Lengkung naik

Q Qp Lengkung turun

0.3Q 0,32 Qp 2

Tp T0,3 1.5 T0,3

Persamaan lengkung hidrograf satuan Nakayasu adalah sebagai


berikut:
2 ,4
 t 
Qa Q  
p
T 
 p 

dimana:
Qa : limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/detik)
t : waktu (jam)

Bagian lengkung turun (decreasing limb)


t -T p
T 0,3
Q d  0,3 Q p : Q d  Q p . 0,3
1-Tp  0,5T0,3
2 2T0,3
0,3 Q p  Q d  0,3 Q p : Q d  Q p . 0,3

1-T p  1,5T0,3
2 2T0,3
0,3 Q p  Q d :Qd Q p . 0,3

 Metode Snyder
Hidrograf satuan Snyder ditentukan dengan tinggi d = 1 cm dan dengan
ketiga unsur yang lain, yaitu Qp (m3.det-1), Tb serta tr (jam).

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

tr
tr
t

Q
Qp
Q

tp
tr Tb
Tb
Unsur-unsur hidrograf tersebut dihubungkan dengan :
A : luas daerah pengaliran (km2)
L : panjang aliran utama (km)
Lc : jarak antara titik berat daerah pengaliran dengan Outlet
yang diukur sepanjang aliran utama

Dengan unsur-unsur tersebut SNYDER membuat rumus-rumusnya berikut:


Tp = Ct (L Lc)0.3
tr = Tp / 5,5 : tr = 1 jam
tp = Ct (L Lc)n
te = tp / 5,5
Qp = 0,278 . (Cp.A /Tp)

Bila :
Te > tr maka tp’ = tp + 0,25 (te-tr) dan Tp = tp’ + 0.5
Te < tr maka Tp = tp + 0,5
Dimana CT besarnya berubah-ubah tergantung daerahnya.

Besarnya Ct = 0,75 – 3,00 dan Cp = 0,9 – 1,4


Qp.Tp
 dan h = 1mm
h.A
a  1,322  0,15  0,045

(1 x ) 2
a
y  10 x

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Lengkung hidrograf ditentukan dengan persamaan Elexeyev Q = y.Qp. (untuk


hidrograf tanpa dimensi dari SCS).

 Metode Gama-I
Metode ini dikembangkan oleh Dr. Ir. Sri Harto. Hidrograf satuan sintetik
Gama I dibentuk oleh tiga komponen dasar yaitu waktu naik ( TR), debit
puncak (Qp) dan waktu dasar (TB). Kurva naik merupakan garis lurus,
sedangkan kurva turun dibentuk oleh persamaan sebagai berikut:
Q

m3/det)
( Tr  t )
Qt Q p e
Qp
K

TR t (jam)

TB

a) Waktu naik (TR) dinyatakan dengan rumus:


3
 L 
TR  0 ,43    1 ,0665SIM  1 , 2775
 100.SF 

dengan:
TR : waktu naik (jam)
L : panjang sungai (km)
SF : faktor sumber yaitu perbandingan antara
jumlah panjang sungai tingkat – 1 dengan
panjang sungai semua tingkat
SIM : faktor simetri ditetapkan sebagai hasil kali
antara faktor lebar (WF) dengan luas relatif
DAS sebelah hulu (RUA)
WF : faktor lebar adalah perbandingan antara lebar
DAS yang diukur dari titik di sungai yang

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

berjarak ¾ L dan lebar DAS yang diukur dari


titik yang berjarak ¼ L dari tempat.

X-A = 0,25 L
B X-B = 0,75 L
WL
WF = WU/WL
WU
A

Sumber : CD. Soemarto, 1987

b) Debit puncak (QP) dinyatakan dengan rumus :


Q p  0 ,1836A 0 , 5886 .TR 0 , 4008
. JN 0 , 5886

dengan :
Qp : debit puncak (m3/det)
JN : jumlah pertemuan sungai yaitu jumlah seluruh
pertemuan sungai di dalam DAS
TR : waktu naik (jam)
c) Waktu dasar (TB) ditetapkan dengan rumus :
T B  27 ,4132.TR 0 ,1457S 0 ,0986 SN 0 ,7344
RUA 0 , 2574

dengan:
TB : waktu dasar (jam)
TR : waktu naik (jam)
S : landai sungai rata-rata
SN : frekuensi sumber yaitu perbandingan antara
jumlah segmen sungai-sungai tingkat 1 (satu)
dengan jumlah sungai semua tingkat untuk
penetapan tingkat sungai, lihat gambar berikut.
RUA : luas DAS sebelah hulu (km 2), yaitu perbandingan
antara luas DAS yang diukur di hulu garis yang

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

ditarik tegak lurus garis hubung antara stasiun


hidrometri dengan titik yang paling dekat
dengan titik berat DAS (Au), dengan luas
seluruh DAS.

1 1
1
1
1
2 2
2
B 2 1
2 1
1
3 1
3 3
WU 2
1

Au 3
1
1
1
1
1
4 3 2
3 2
1

RUA = Au/A

Sumber : CD. Soemarto, 1987


Untuk penetapan hujan efektif dilakukan dengan menggunakan metode 
indeks yang dipengaruhi fungsi luas DAS dan frekuensi sumber SN, seperti
yang dijelaskan sebelumnya.
Aliran dasar didekati sebagai fungsi luas DAS dan kerapatan jaringan
sungai yang dirumuskan sebagai berikut:
Q B  0 ,4751. A 0 ,6444 . D 0 , 9430

dengan:
QB : aliran dasar (m3/det)
A : luas DAS (km2)
D : kerapatan jaringan kuras (drainage density)
(km/km2) = L/A
L : jumlah panjang sungai (km)
Besarnya hidrograf banjir dihitung dengan mengalikan hujan efektif
dengan hidrograf satuan yang selanjutnya ditambah dengan aliran
dasar.

4.4.2. Analisa Kualitas Air


Pekerjaan analisis kualitas air meliputi :

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

 Kualitas air untuk domestik sangat diperlukan dalam rangka menjamin


kesehatan yang mungkin terjadi akibat pencemaran air sungai yang
disebabkan oleh tinja manusia maupun kotoran lainnya.
 Persyaratan untuk kebutuhan air minum penduduk seperti adanya unsur fisika
dan kimia untuk penyediaan air bersih.
 Penelitian tersebut untuk dapat diketahui bahwa air baku layak dikonsumsi
penduduk, ternak, maupun untuk tanaman dengan mengadakan penelitaian
kualitas air di laboratorium.
 Pengambilan sample diambil sebanyak 2 (dua) sample.
 Parameter kualitas air sebagaimana yang diteliti di laboratorium antara lain
sesuai dengan Permenkes No.492 Tahun 2010

Tabel 4.7.Standar Kualitas Air berdasar PERMENKES No. 492 tahun 2010
Kadar maksimum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Parameter yang berhubungan
1
langsung dengan kesehatan    
  a. Parameter Mikrobiologi    
Jumlah per 100
1) E.Coli 0
  ml sampel
Jumlah per 100
2) Total Bakteri Koliform 0
  ml sampel
  b. Kimia an-organik    
  1) Arsen mg/l 0.01
  2) Fluorida mg/l 1.5
  3) Total Kromium mg/l 0.05
  4) Kadmium mg/l 0.003
  5) Nitrit, (Sebagai NO2-) mg/l 3
  6) Nitrat, (Sebagai NO3-) mg/l 50
  7) Sianida mg/l 0.07
  8) Selenium mg/l 0.01
       
Parameter yang tidak langsung
2 berhubungan langsung dengan
kesehatan    
  a. Parameter Fisik    
  1) Bau   Tidak berbau

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

  2) Warna TCU 15
  3) Total zat padat terlarut (TDS) mg/l 500
  4) Kekeruhan NTU 5
  5) Rasa   Tidak berasa
  6) Suhu o
C suhu udara ± 3
  b. Parameter Kimiawi    
  1) Alumunium mg/l 0.2
  2) Besi mg/l 0.3
  3) Kesadahan mg/l 500
  4) Khlorida mg/l 250
  5) Mangan mg/l 0.4
  6) pH   6.5 - 8.5
  7) Seng mg/l 3
  8) Sulfat mg/l 250
  9) Tembaga mg/l 2
  10) Amonia mg/l 1.5
Sumber : PERMENKES No. 492 tahun 2010
4.4.3. Analisa Proyeksi Penduduk
Proyeksi kependudukan dilakukan untuk mengetahui pridiksi jumlah penduduk untuk
beberapa tahun mendatang. Dalam kegiatan analisa ini lebih ditekankan pada kondisi
demografi dan prediksi jumlah penduduk untuk beberapa tahun yang akan datang.
Prediksi jumlah penduduk ini disesuaikan dengan rencanan kebutuhan air yang akan
datang.
Kebutuhan air berkaitan erat dengan jumlah penduduk dan aktivitas yang terjadi di
daerah tempat kajian. Hal ini menyebabkan perencanaan kebutuhan air harus
dimulai dengan mengetahui kuantitas penyebaran penduduk dan mengidentifikasikan
jenis-jenis kegiatan yang biasa dilakukan di daerah kajian. Kebutuhan akan air pada
prinsipnya bergantung pada banyaknya penduduk dan tingkat kesejahteraan, yang
akan menentukan tingkat kebutuhan air perorang. Untuk perencanaan air baku
diperlukan proyeksi jumlah penduduk baik secara jumlah total maupun distribusinya
menurut wilayah.
Proyeksi jumlah penduduk dapat dilakukan untuk jangka pendek (2-5 tahun) dan
jangka menengah (5-10 tahun). Untuk jangka panjang yaitu diatas 10 tahun pada
umumnya hanya dapat digunakan sebagai suatu perkiraan yang kasar. Dalam
menentukan proyeksi jumlah penduduk dapat digunakan asumsi-asumsi berdasarkan
beberapa faktor, antara lain :

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pertumbuhan penduduk akhir-akhir ini


2. Skenario pertumbuhan penduduk, misalnya adalah:
- Laju pertumbuhan penduduk pada masa mendatang adalah sama
dengan saat ini
- Keluarga berencana (KB) berhasil, sehingga laju pertumbuhan
penduduk mengacu pada target KB.
- KB mengalami kegagalan, sehingga laju pertumbuhan penduduk
relatif tinggi.
Disamping itu terdapat beberapa metode proyeksi penduduk, yaitu: metode
matematis; metode ekonomi; metode analogi; dan metode komponen. Metode
analogi digunakan jika tersedia data demografi; Metode ekonomi, jumlah penduduk
dinyatakan sebagai variabel yang tergantung pada aktivitas ekonomi; metode
komponen, atau disebut juga sebagai metode cohort survival, jika terdapat data
yang sangat lengkap mengenai distribusi usia dan jenis kelamin penduduk, tingkat
kelahiran dan kematian bayi.
Proyeksi penduduk pada studi ini direncanakan sampai dengan 10 tahun yang akan
datang.
Rumus-rumus perhitungan proyeksi jumlah penduduk:

a. Metoda Arithmatik

Pn Po + Ka (Tn – To)

dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n;
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar;
Tn = tahun ke n;
To = tahun dasar;
Ka = konstanta arithmatik;
P1 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke I;
P2 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir;

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

T1 = tahun ke I yang diketahui;


T2 = tahun ke II yang diketahui.

b. Metoda Geometri
Untuk perhitungan proyeksi penduduk digunakan Metode Geometri yang sudah
umum digunakan.
Adapun pada metode ini pertumbuhan rata-rata penduduk berkisar pada persentase
r yang konstan setiap tahun. Perhitungan dengan metode ini dapat dirumuskan
sebagai berikut (Punmia 1987 : 184) :
Pn = Po ( 1+r)n
dimana :
Pn = Jumlah penduduk yang diperkirakan
Po = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
R = Jumlah pertumbuhan penduduk tiap tahun.

c. Metode Least Square


Ŷ = a + bX
dimana:
Ŷ = nilai variabel berdasarkan garis regresi;
X = variabel independen;
a = kontanta;
b = koefisien arah regresi linear
Adapun persamaan a dan b adalah sebagai berikut:

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka konstanta a dapat ditentukan
dengan persamaan lain, yaitu:

Dimana dan masing-masing adalah rata-rata untuk variabel Y dan X

d. Metode Trend Logistic:

dimana:
Y = Jumlah penduduk pada tahun ke-X;
X = Jumlah interval tahun;
k, a, dan b = Konstanta

Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan
dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan analisis
dengan menghitung standar deviasi atau koefisien korelasi;

Rumus standar deviasi dan koefisien korelasi adalah sebagai berikut:


(1) Standar Deviasi :

(2) Koefisien Korelasi

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Metode perhitungan proyeksi jumlah penduduk yang menghasilkan koefisien


paling mendekati 1 adalah metoda yang terpilih

4.4.4. Analisa Kebutuhan Air Baku


Kebutuhan air penduduk akan dihitung berdasarkan beberapa jenis kebutuhan,
antara lain :
1. Kebutuhan air bersih domestik untuk sambungan rumah dan kran umum
2. Kebutuhan air non domestik, misalnya untuk fasilitas peribadatan dan
kran umum, diperhitungkan sebesar 20 % dari kebutuhan domestik.
3. Kehilangan air
4. Kebutuhan hari maksimum, diperhitungkan sebesar 1.1  kebutuhan air
bersih
5. Kebutuhan jam puncak, diperhitungkan sebesar 1.5  kebutuhan air
bersih.
Selanjutnya kebutuhan air bersih penduduk dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keb. Total = Kebutuhan Domestik + Kebutuhan air sosial + kehilangan air
Pengertian kebutuhan air adalah jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk
keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan
berdasarkan pengalaman-pengalaman dari pemakaian air.
Sedangkan besar Kebutuhan untuk tiap jiwa perhari berdasarkan standar dari
Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah seperti pada table berikut.

Tabel 4.8.Kebutuhan Air Domestik (Municipal) Penduduk


Penduduk Kebutuhan per Kapita
No. Klasifikasi Kota
(Jiwa) (liter/orang/hari)
1. Kota besar utama > 1.000.000 120
2. Kota besar 500.000 – 1.000.000 100
3. Kota sedang 100.000 – 500.000 90
4. Kota kecil 20.000 – 100.000 60
5. Kota Kecamatan I 3.000 – 20.000 45

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

6. Kota Kecamatan II < 3.000 30


Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 1995

Untuk menentukan kebutuhan untuk keperluan domestik dipergunakan rumus


berikut :
Qrt  Pt  Un

dengan :
Qrt = jumlah kebutuhan air penduduk (liter/detik)
Pt = jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan (jiwa)
Un = nilai kebutuhan air perkapita per tahun (liter/jiwa/hari)

A. Analisa Neraca Air


Analisa neraca air dilakukan dengan memperhatikan kesetimbangan antara
ketersediaan air disatu pihak dan kebutuhan air baku di pihak lain. Metode
analisa neraca air yang digunakan adalah neraca ketersediaan dan kebutuhan
air. Analisa neraca air dilakukan dengan mengkaji rencana jenis dan tipe
bangunan air baku yang sudah dan akan dibangun, termasuk skala
prioritasnya.
Perhitungan neraca kebutuhan dan ketersediaan air dilakukan dengan
membandingkan kebutuhan air total dengan ketersediaan air berdasarkan
debit air baku yang tersedia. Setelah dibandingkan akan dapat diketahui
kelebihan atau defisit air pada setiap periode waktunya, baik untuk kondisi
saat ini ataupun proyeksi di waktu yang akan datang.

B. Analisa Hidrolika Dalam Sistem Distribusi Air Bersih


a. Hukum Bernoulli
Air di dalam pipa selalu mengalir dari tempat yang memiliki tinggi
energi lebih besar menuju tempat yang memiliki tinggi energi lebih
kecil. Aliran tersebut memiliki tiga macam energi yang bekerja di
dalamnya, yaitu :

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Energi ketinggian = h, dengan :


h = ketinggian titik tersebut dari garis referensi yang ditinjau (m)
v2
2. Energi kecepatan = 2g , dengan :
v = kecepatan (m/det)
g = percepatan gravitasi (m2/det)
P
γ
3. Energi tekanan = w , dengan :
P = tekanan (kg/m2)
w = berat jenis air (kg/m3)

Hal tersebut dikenal dengan prinsip Bernoulli bahwa tinggi energi total
pada sebuah penampang pipa adalah jumlah energi kecepatan, energi
tekanan dan energi ketinggian yang dapat ditulis sebagai berikut :
ETot = Energi ketinggian + Energi kecepatan + Energi tekanan
v2 P
= h+ + γ
2g w

Menurut teori kekekalan energi dari hukum Bernoulli yakni apabila


tidak ada energi yang lolos atau diterima antara dua titik dalam satu
sistem tertutup, maka energi totalnya tetap konstan. Hal tersebut
dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini :

Garis
Ener
Garis gi
Tekan
V2 an

Gambar 4.10.Diagram Energi Pada Dua Tempat

Hukum kekekalan Bernaulli pada gambar di atas dapat ditulis sebagi


berikut (Haestad, 2002 : 267) :
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

2 2
p v P v
Z1  1  1  Z 2  2  2  h L
γ w 2g γ w 2g

dengan :
p1 p 2
, = tinggi
γw γw

tekan di titik 1 dan 2 (m)


2 2
v1 v
, 2 = tinggi
2g 2g

energi di titik 1 dan 2 (m)


P1, P2 = tekanan di titik 1 dan 2 (kg/m2)
w = berat jenis air (kg/m3)
v1, v2 = kecepatan aliran di titik 1 dan 2 (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Z1, Z2 = tinggi elevasi di titik 1 dan 2 dari garis yang ditinjau (m)
hL = kehilangan tinggi tekan dalam pipa (m)
Pada gambar di atas, terlihat garis yang menunjukkan besarnya tinggi
tekan air pada titik tinjauan yang dinamakan garis gradien hidrolis atau
garis kemiringan hidrolis. Jarak vertikal antara pipa dengan gradien
hidrolis menunjukkan tekanan yang terjadi dalam pipa. Perbedaan
ketinggian antara titik 1 dan 2 merupakan kehilangan energi yang
terjadi sepanjang penampang 1 dan 2.

b. Hukum Kontinuitas
Air yang mengalir sepanjang pipa yang mempunyai luas penampang A
m2 dan kecepatan V m/det selalu memiliki debit yang sama pada
setiap penampangnya. Hal tersebut dikenal sebagai hukum kontinuitas
yang dituliskan :
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
Dengan :
Q1 = debit pada potongan 1 (m3/det)

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Q2 = debit pada potongan 2 (m3/det)


A1 = luas penampang pada potongan 1 (m2)
A2 = luas penampang pada potongan 2 (m2)
V1 = kecepatan pada potongan 2 (m/det)
V2 = kecepatan pada potongan 2 (m/det)

1 2
1 A1V1 2 1
A1V1 2 A1V1

A2V2 A2V2
1 2 2 1 A2V2
1
2
(a) (b)
Gambar 4.11.Aliran Dalam Pipa (c)

Pada gambar (a), potongan 1-1 dan potongan 2-2 mempunyai luasan
penampang yang sama sehingga kecepatan aliran di potongan 1-1
sama dengan kecepatan aliran di potongan 2-2. Pada gambar (b),
potongan 1-1 memiliki luasan penampang yang lebih besar dari
potongan 2-2 sehingga kecepatan aliran di potongan 1-1 lebih kecil
dibandingkan dengan kecepatan aliran di potongan 2-2. Sedangkan
pada gambar (c), potongan 1-1 memiliki luasan penampang yang lebih
kecil dari potongan 2-2 sehingga kecepatan aliran di potongan 1-1
lebih besar dibandingkan dengan kecepatan aliran di potongan 2-2.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kecepatan aliran selalu
berbanding terbalik dengan luasan penampang.
Pada aliran percabangan pipa juga berlaku hukum kontinuitas dimana
debit yang masuk pada suatu pipa sama dengan debit yang keluar
pipa. Hal tersebut diilustrasikan sebagai berikut :
2
Q2
1
V2
Q1 2
V1 3

1
V3 Q3 IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
3
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 4.12.Aliran Bercabang

Dimana :
Q1 = Q 2 + Q 3
A1.V1 = (A2.V2) + (A3.V3)
Dengan :
Q1, Q2, Q3 = Debit yang mengalir pada penampang 1, 2 dan 3
(m3/det)
V1, V2, V3 = Kecepatan pada penampang 1, 2 dan 3 (m/det)

c. Kehilangan Tinggi Tekan (Head Loss)


Kehilangan tinggi tekan dalam pipa dapat dibedakan menjadi
kehilangan tinggi tekan mayor (major losses) dan kehilangan tinggi
tekan minor (minor losses). Dalam merencanakan sistem jaringan
distribusi air bersih, aliran dalam pipa harus berada pada kondisi aliran
turbulen. Untuk mengetahui kondisi aliran dalam pipa turbulen atau
tidak, dapat dihitung dengan identifikasi bilangan Reynold
menggunakan persamaan berikut :
vD
Re 
ν
dengan :
Re = bilangan Reynold
v = kecepatan aliran dalam pipa (m/det)
D = diameter pipa (m)
 = kekentalan kinematik air pada suhu tertentu (m 2/det)

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Tabel 4.9.Kekentalan Kinematik Air


Kekentalan
Suhu Kekentalan Kinematik
Kinematik
(o C) (m2/det) (o C)
(m2/det)
0 1.785 . 10-6 40 1.658 . 10-6
5 1.519 . 10-6 50 1.553 . 10-6
10 1.306 . 10-6 60 1.474 . 10-6
15 1.139 . 10-6 70 1.413 . 10-6
20 1.003 . 10-6 80 1.364 . 10-6
25 1.893 . 10-6 90 1.326 . 10-6
30 1.800 . 10-6 100 1.294 . 10-6

Dari perhitungan bilangan Reynold, maka sifat aliran di dalam pipa


dapat diketahui dengan kriteria sebagai berikut :
 Re < 2000 aliran bersifat laminer
 Re = 2000 – 4000 aliran bersifat transisi
 Re > 4000 aliran bersifat turbulen

d. Kehilangan Tinggi Tekan Mayor (Major Losses)


Fluida yang mengalir di dalam pipa akan mengalami tegangan geser
dan gradien kecepatan pada seluruh medan karena adanya kekentalan
kinematik. Tegangan geser tersebut akan menyebabkan terjadinya
kehilangan energi selama pengaliran. Tegangan geser yang terjadi
pada dinding pipa merupakan penyebab utama menurunnya garis
energi pada suatu aliran (major losses) selain bergantung juga pada
jenis pipa.
Ada beberapa teori dan formula untuk menghitung besarnya
kehilangan tinggi tekan mayor ini yaitu dari Hazen-Williams, Darcy-
Weisbach, Manning, Chezy, Colebrook-White dan Swamme-Jain.
Dalam kajian ini digunakan persamaan Hazen-Williams (Haestad,
2001 : 278) yaitu :
Q = 0.85 . Chw . A . R0.63 . S0.64

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

V = 0.85 . Chw . R0.63 . S0.64


dengan :
Q = debit aliran pada pipa (m3/det)
V = kecepatan pada pipa (m/det)
0.85 = konstanta
Chw = koefisien kekasaran Hazen-Williams
A = Luas penampang aliran (m2)
R = Jari-jari hidrolis (m)
A 1 4 D 2
= 
P πD
D
R = 4
S = kemiringan garis energi (m/m)
hf
= L
V
Untuk Q = A , didapat persamaan kehilangan tinggi tekan mayor
menurut Hazen-Williams sebesar (Webber, 1971 : 121) :
hf = k.Q1.85
dimana :
10.7 L
k= 1.85
C hw D 4.87

dengan :
hf = kehilangan tinggi tekan mayor (m)
k = koefisien karakteristik pipa
Q = debit aliran pada pipa (m3/det)
D = Diameter pipa (m)
L = panjang pipa (m)
Chw = koefisien kekasaran Hazen-Williams
Tabel 4.10.Koefisien Kekasaran Pipa Menurut Hazen-Williams
Nilai Koefisien
No Jenis Pipa
Hazen-Wlliams (Chw)
1 PVC 140-150
2 Pipa asbes 120-150
3 Batu berlapis semen 100-140
IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

4 Pipa besi digalvanis 100-120


5 Cast Iron 90-125
Sumber : Buku Utama Sistem Jaringan Pipa, 1987

e. Kehilangan Tinggi Tekan Minor (Minor Losses)


Faktor lain yang juga ikut menambah besarnya kehilangan tinggi tekan
pada suatu aliran adalah kehilangan tinggi tekan minor. Kehilangan
tinggi tekan minor ini disebabkan oleh adanya perubahan mendadak
dari ukuran penampang pipa yang menyebabkan turbulensi, belokan-
belokan, adanya katub dan berbagai jenis sambungan. Kehilangan
tinggi tekan minor semakin besar bila terjadi perlambatan kecepatan
aliran di dalam pipa dibandingkan peningkatan kecepatan akibat terjadi
pusaran arus yang ditimbulkan oleh pemisahan aliran dari bidang batas
pipa. Untuk jaringan pipa sederhana, kehilangan tinggi tekan minor ini
tidak boleh diabaikan karena nilainya cukup berpengaruh. Namun
untuk pipa-pipa yang panjang atau L/D >> 1000, kehilangan tinggi
tekan minor ini dapat diabaikan. Persamaan umum untuk menghitung
besarnya kehilangan tinggi tekan minor ini dapat ditulis sebagai berikut
:
v2
hLm  k
2g

dengan :
hLm = kehilangan tinggi tekan minor (m)
k = koefisien kehilangan tinggi tekan minor
v = kecepatan rata-rata dalam pipa (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Besarnya nilai koefisien k sangat beragam, tergantung dari bentuk fisik
penyempitan, pelebaran, belokan, katup dan sambungan dari pipa.
Namun, nilai k ini masih berupa pendekatan karena sangat dipengaruhi
oleh bahan, kehalusan membuat sambungan maupun umur
sambungan tersebut.

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Tabel 4.11.Koefisien Kekasaran Pipa Menurut Jenis Perubahan Bentuk Pipa

Jenis Perubahan Jenis Perubahan


K K
Bentuk Pipa Bentuk Pipa

Awal masuk pipa Belokan halus 900


bell mouth 0.03 – 0.05 Radius Belokan/D = 4 0.16 - 0.18
Rounded 0.12 – 0.25 Radius Belokan/D = 2 0.19 - 0.25
Shard edge 0.5 Radius Belokan/D = 1 0.35 - 0.40
Projecting 0.8
Pengecilan mendadak Belokan tiba-tiba (mitered)
D2/D1 = 0.80 0.18  = 150 0.05
D2/D1 = 0.50 0.37  = 300 0.10
D2/D1 = 0.20 0.49  = 450 0.20
Pengecilan
 = 600 0.35
mengerucut
D2/D1 = 0.80 0.05  = 900 0.80
D2/D1 = 0.50 0.07
D2/D1 = 0.20 0.08 T (Tee)
Pembesaran
Aliran searah 0.30 - 0.40
mendadak
D2/D1 = 0.80 0.16 Aliran bercabang 0.75 - 1.80
D2/D1 = 0.50 0.57 Persilangan
D2/D1 = 0.20 0.92 Aliran searah 0.50
Pembesaran
Aliran bercabang 0.75
mengerucut
D2/D1 = 0.80 0.03 450 Wye
D2/D1 = 0.50 0.08 Aliran searah 0.30
D2/D1 = 0.20 0.13 Aliran bercabang 0.50
Sumber : Haestad, 2001 : 292

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 4.13.Pengaruh Bentuk Belokan Pipa Pada Aliran

C. Elemen-elemen Pada Sistem Jaringan Air Bersih


Elemen-elemen pada suatu sistem jaringan distribusi air bersih adalah
komponen-komponen yang ada dalam suatu rangkaian sistem jaringan
distribusi air bersih. Elemen-elemen ini terdiri dari pipa dan sambungannya,
katub, pompa, tandon dan tandon dimana kesemuanya haruslah bekerja
dengan baik. Jika salah satu dari elemen tersebut tidak berfungsi, maka
dampaknya adalah berkurangnya bahkan terhentinya kinerja dan efisiensi dari
sistem tersebut.
a. Pipa
Jenis Pipa
Pada suatu sistem jaringan distribusi air bersih, pipa merupakan
komponen yang utama. Pipa ini berfungsi sebagai sarana untuk
mengalirkan air dari sumber air ke tandon, maupun dari tandon ke
konsumen. Pipa tersebut memiliki bentuk penampang lingkaran dengan
diameter yang bermacam-macam. Dalam pelayanan penyediaan air
bersih lebih banyak digunakan pipa bertekanan karena lebih sedikit
kemungkinan tercemar dan biayanya lebih murah dibanding
menggunakan saluran terbuka atau talang. Suatu pipa bertekanan
adalah pipa yang dialiri air dalam keadaan penuh. Pipa yang umumnya
dipakai untuk sistem jaringan distribusi air dibuat dari bahan-bahan
seperti di bawah ini :

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Besi galvanis (galvanized iron)


Pipa jenis ini bahannya terbuat dari pipa baja yang dilapisi seng.
Umur pipa pendek yaitu antara 7 – 10 tahun. Pipa berlapis seng
digunakan secara luas untuk jaringan pelayanan yang kecil di dalam
sistem distribusi.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
- harga murah dan banyak tersedia di pasaran
- ringan sehingga mudah diangkut
- pipa mudah disambung
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa mudah berkarat
2. Plastik (PVC)
Pipa ini lebih dikenal dengan sebutan pipa PVC (Poly Vinyl Chloride)
dan di pasaran mudah didapat dengan berbagai ukuran. Panjang
pipa 4 m atau 6 m dengan ukuran diameter pipa mulai 16 mm
hingga 350 mm. Umur pipa dapat mencapai 75 tahun.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
- harga murah dan banyak tersedia di pasaran
- ringan sehingga mudah diangkut
- mudah dalam pemasangan dan penyambungan
- pipa tahan karat
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa jenis ini mempunyai koefisien muai besar sehingga tidak
tahan panas
- mudah bocor dan pecah
3. Baja
Pipa ini terbuat dari baja lunak dan mempunyai banyak ragam di
pasaran. Pipa baja telah digunakan dengan berbagai ukuran hingga
lebih dari 6 m garis tengahnya. Umur pipa baja yang cukup
terlindungi paling sedikit 40 tahun.
Keuntungan dari pipa ini adalah :

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

- tersedia dalam berbagai ukuran panjang


- mudah dalam pemasangan dan penyambungan
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa tidak tahan karat
- pipa berat sehingga biaya pengangkutan mahal

Sarana Penunjang
Pipa yang digunakan dalam distribusi air minum harus dilengkapi
dengan alat bantu agar bisa berfungsi dengan baik, seperti :
1. Sambungan antar pipa
Untuk menggabungkan pipa yang satu dengan yang lain diperlukan
suatu sambungan pipa, baik pipa yang berdiameter sama atau
berbeda, belokan pada pipa dan penggabungan dua pipa yang
berbeda jenis. Sambungan pada pipa antara lain :
- mangkok (bell) dan lurus (spingot)
- sambungan mekanik
- sambungan dorong (push on joint)
- sambungan flens
Sambungan tersebut dipakai sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan
saat pemasangan pipa ditambah dengan perlengkapan sambungan
yaitu :
 Belokan (bend)
Digunakan untuk mengubah arah dari arah lurus dengan sudut
perubahan standar yang merupakan sudut dari belokan tersebut.
Besar belokan standar adalah 11¼o, 22½o, 45o, dan 90o. Bahan
belokan itu biasanya sama dengan pipa
 Perlengkapan “T”

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Untuk pipa sekunder dipasang tegak lurus (90o) pada pipa primer
berbentuk T. Untuk ujung-ujungnya perlengkapan dapat terdiri
dari kombinasi spigot, socket dan flens
 Perlengkapan “Y”
Untuk pipa sekunder yang dipasang pada pipa primer dengan
sudut 45o
2. Pintu dan katup
Aliran air yang baik di dalam pipa sangat ditunjang oleh katup yang
bekerja pada sambungan antar pipa. Berbagai jenis katup memiliki
fungsi berbeda yang penggunaannya disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi lapangan agar suatu rangkaian pipa
berfungsi dengan baik. Beberapa macam katub dalam rangkaian
jaringan pipa adalah (Haestads, 2001 : 277) :
- Flow Control Valve (FCV)
Digunakan untuk membatasi aliran maksimum rata-rata yang
melalui katup dari hulu ke hilir. Dimaksudkan untuk melindungi
suatu komponen tertentu yang letaknya di hilir agar tidak rusak
akibat aliran yang terlalu besar
- Pressure Reducer Valve (PRV)
Digunakan untuk menanggulangi tekanan yang terlalu besar di
hilir katup. Jika tekanan naik hingga melebihi nilai batas, maka
PRV akan menutup dan akan terbuka penuh bila tekanan di hulu
lebih rendah dari nilai yang telah ditetapkan pada katup tersebut
- Pressure Sustaining Valve (PSV)
Digunakan untuk menanggulangi penurunan secara drastis pada
tekanan di hulu dari nilai yang telah ditetapkan. Jika tekanan di
hulu lebih rendah dari batas minimumnya, maka katu akan
menutup
- Pressure Breaker Valve (PBV)
Digunakan untuk memberikan tekanan tambahan pada tekanan
yang menurun di katup. Di samping itu, katup jenis ini juga

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

dapat memberikan tambahan tekanan pada aliran yang berbalik


arah (karena tekanan di hilir lebih tinggi dari tekanan di hulu)
sehingga tekanan di hilir lebih rendah dari tekanan di hulu
- Throttle Control Valve (TCV)
Katup jenis ini digunakan untuk mengontrol minor losses yang
berubah setiap waktu

b. Pompa
Pompa adalah komponen sistem yang mampu memberikan tambahan
tekanan dalam suatu sistem jaringan distribusi air bersih. Dengan
pompa, maka tinggi tekanan yang berkurang dapat dinaikkan kembali
sehingga sistem dapat mengalirkan air ke tempat pelayanan yang lebih
tinggi dan jauh. Apabila sebelum pompa dipasang telah ada aliran,
maka pompa juga dapat digunakan untuk menambah kapasitas debit
pada sistem tersebut.
Karakteristik pompa ditunjukkan oleh debit yang dapat dihasilkan pada
berbagai jenis variasi tinggi tekan (head). Semakin tinggi head yang
harus ditambahkan, maka semakin kecil debit yang diproduksi dan
demikian pula sebaliknya. Operasional pompa dalam suatu sistem
jaringan distribusi air bersih juga menggunakan pronsip tersebut
dimana harus memperhatikan tinggi tekan dan debit yang dibutuhkan
sehingga operasional pompa mampu mencapai tingkat efisiensi yang
tinggi.
Pompa dapat dipasang secara paralel dan secara seri. Pada
pemasangan secara paralel, pompa dipasang sejajar pada dua pipa
yang ujung-ujungnya disatukan. Debit yang dihasilkan pada pompa
paralel menjadi dua kali lipat, namun tinggi tekannya sama dengan
satu unit pompa saja. Sedangkan pada pemasangan seri, pompa yang

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

satu diletakkan di hilir pompa yang lain. Pada pemasangan seperti ini,
debit yang dihasilkan sama dengan satu unit pompa saja, namun
tinggi tekannya menjadi dua kali lipat.

Gambar 4.14.Kurva Sistem Operasi Pompa

c. Tandon
Tandon merupakan komponen dari sistem jaringan distribusi air bersih
yang memiliki fungsi untuk menampung dan menyimpan air untuk
digunakan pada kondisi tertentu. Pengisian tampungan tandon
dilakukan apabila kebutuhan air bersih tidak mencapai puncak atau
dibagi antara keduanya apabila kapasitas debitnya mencukupi. Sumber
air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk penyediaan air bersih
adalah:
- mata air
- air tanah dalam
- air permukaan danau atau waduk
- air permukaan sungai.
Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sebuah tandon adalah :
1. Aspek kuantitas dan kontinuitas
Kapasitas tampungan dari sebuah tandon nantinya harus mampu
untuk melayani areal pelayanan yang direncanakan dan mampu
beroperasi sesuai rencana pengembangan seiring dengan
meningkatnya kebutuhan air bersih setiap tahunnya
2. Aspek kualitas air

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Mata air yang digunakan untuk mengisi tandon sebagai air baku
harus memenuhi standar kualitas air baku golongan A atau minimal
golongan B
D. Mekanisme Pengaliran Dalam Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih
a. Pipa Dengan Bantuan Pompa
Pemakaian pompa dimaksudkan untuk lebih memperbesar tekanan
pada suatu titik agar dapat melayani area tertentu yang cukup luas.
Jika pompa digunakan ntuk menaikkan air dari suatu tandon A ke
tandon B, maka akan dibutuhkan suatu daya pompa untuk
mengalirkannya seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 4.15.Skema Jaringan Distribusi Air Bersih Dengan Bantuan Pompa

Dengan melihat gambar di atas, maka tinggi garis gradien hidraulik di


titik B (tekanan di B) adalah :
HB = ZA + HP – ZB + HL
dengan :
HB = tekanan di titik B
ZA = tinggi elevasi titik A garis yang ditinjau (m)
ZB = tinggi elevasi titik B garis yang ditinjau (m)
HP = tinggi tekan pompa (m)
HL = kehilangan tinggi tekan (m)

b. Sistem Perpipaan
Sistem pemipaan dalam jaringan distribusi air bersih dapat dibagi
menjadi dua yaitu hubungan seri dan hubungan paralel. Penggunaan

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

dua sistem pemipaan ini bergantung pada kondisi lapangan dan


melihat tingkat kebutuhan airnya.

c. Pipa Hubungan Seri


Apabila suatu saluran pipa terdiri dari beberapa pipa berdiameter sama
atau berbeda dalam kondisi tersambung, maka pipa-pipa tersebut
terpasang dalam hubungan seri. Pada pipa hubungan seri, debit aliran
di semua titik adalah sama sedangkan kehilangan tekanan di semua
titik berbeda. Hal tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Datum

Gambar 4.16.Pipa Dalam Hubungan Seri

Q1  Q 2  Q3

dengan :
Q1 = Q2 = Q3 = debit pada tiap pipa (m3/det)
Sedangkan,
hf tot  hf1  hf 2  hf 3

 i 1 hf
n

dengan :
hftot = total kehilangan tekanan pada pipa terpasang seri (m)
hf1 = hf2 = hf3 = kehilangan tekanan pada tiap pipa (m)
Sehingga persamaan Bernoulli menjadi :
2 2
v p v p
Z1  1  1  Z2  2  2  hf tot
2g γ 2g γ

d. Pipa Hubungan Paralel

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Apabila dua pipa atau lebih yang letaknya sejajar dan pada ujung-
ujungnya dihubungkan oleh satu titik simpul (junction), maka pipa-pipa
tersebut terpasang dalam hubungan paralel. Pada pipa hubungan
paralel, debit total merupakan penjumlahan debit aliran di tiap pipa,
sedangkan kehilangan tekanan pada tiap pipa sama. Hal tersebut
ditunjukkan pada gambar 4.10. di bawah ini :

Datum

Gambar 4.17.Pipa Dalam Hubungan Paralel

hf1  hf 2  hf 3

dengan :
hf1 = hf2 = hf3 = kehilangan tekanan pada tiap pipa (m3/det)
Sedangkan,
Q tot  Q1  Q 2  Q3


n
 i 1
Q

dengan :
Qtot = total debit pada pipa terpasang paralel (m3/det)
Q1 = Q2 = Q3 = debit pada tiap pipa (m3/det)

E. Metode Perhitungan Aliran Dalam Pipa


Pada jaringan pipa, ada dua persamaan yang harus dipenuhi yaitu persamaan
kontinuitas massa dan persamaan energi. Kedua persamaan tersebut berlaku

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

untuk setiap pipa dalam suatu sistem jaringan yang harus diselesaikan secara
bersama-sama. Untuk menyelesaikan perhitungan analisis sistem jaringan
pipa, didasarkan pada dua kondisi dasar yang harus dipenuhi seperti
dijelaskan berikut ini (Webber, 1971) :
1. Hukum kontinuitas, yaitu dalam tiap-tiap titik simpul aliran yang masuk
harus sama dengan aliran yang keluar (Triatmojo, 1996 : 92)
 Qi  0
Dengan :
Qi = debit yang masuk atau keluar dari titik simpul
2. Untuk kontinuitas tekanan, jumlah kehilangan tekanan di dalam sistem
jaringan tertutup harus sama dengan nol

 hf 0

Untuk menggunakan kedua persamaan di atas, Hardy Cross (1936)


menawarkan dua metode yaitu metode jaringan tertutup (loop method) dan
metode titik simpul (junction method)
 Metode Jaringan Tertutup (Loop Method)
Dalam metode jaringan tertutup ini digunakan prinsip keseimbangan
tinggi tekan (head balance) dengan menganggap bahwa aliran masuk
dan keluar dari jaringan harus diketahui menentukan aliran dalam
setiap komponen pipa. Jika tekanan pada sistem juga diperlukan, maka
tinggi tekan pada satu titik dalam jaringan harus diketahui awalnya.
Gambar di bawah menunjukkan suatu sistem jaringan kecil dimana bila
semua persyaratan standar telah terpenuhi, maka kehilangan tinggi
tekan di pipa 1 dan 2 sama dengan kehilangan tinggi tekan di pipa 3
dan 4 sehingga dikatakan jaringan tersebut telah seimbang (hf = 0).
Dengan perumpamaan arah jarum jam, kehilangan tinggi tekan
dikatakan positif bila searah jarum jam dan sebaliknya.

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN
50 lt/det
J-1 J-2 J-5
P P 20 lt/det
- -
1 5
P P P
- - -
4 2 6
P P
- - 30 lt/det
J-4 3
J-3 7
J-6

Gambar 4.18.Skema Jaringan Menggunakan Metode Jaringan Tertutup

Konsep yang dikemukakan oleh Hardy Cross adalah menggunakan


prinsip kontinuitas, bahwa debit masuk sama dengan debit keluar
dalam suatu sistem jaringan yang kemudian akan digunakan dalam
menentukan aliran dalam setiap komponen pipa.

50 lt/det 30 lt/det 25 lt/det

20 lt/det

20 lt/det 5 lt/det 5 lt/det

20 lt/det 25 lt/det
30 lt/det

Gambar 4.1. Ilustrasi Persamaan Kontinuitas Dengan Metode Jaringan


Tertutup

 Metode Titik Simpul (Junction Method)


Dalam metode titik simpul digunakan prinsip keseimbangan debit
(quantity balance) yaitu dengan lebih mempertimbangkan besarnya
debit aliran pada suatu titik simpil sebagai variabel yang tidak diketahui
daripada mempertimbangkan besarnya debit aliran pada pipa yang
dipakai dalam metode jaringan tertutup. Langkah modifikasi dari R.J
Cornish ini dapat digunakan bila tinggi tekan pada tiap titik masuk
(junction) diketahui dan digunakan untuk menentukan tinggi tekan dan
aliran di sepanjang jaringan.

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

Qe

hf J P hf
i P
p
K i
J K p
a
P a
Qin – Qout = Qe i
i
p n
a
Gambar 4.19.Skema Jaringan Menggunakan Metode Titik Simpul
m

F. Simulasi Aliran Pada Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih


Dalam pendistribusian air, terjadi aliran di dalam sistem jaringan distribusi air
bersih. Terdapat dua kondisi pada saat pengaliran, yakni kondisi permanen
dan kondisi tidak permanen. Penentuan jenis kondisi aliran tersebut amat
bergantung pada pola konsumsi air pada masyarakat untuk setiap jam
perharinya.
a. Analisa Kondisi Permanen
Analisis kondisi permanen ini mencakup kondisi aliran, tekanan, dan
kapasitas dari komponen sistem jaringan tersebut pada corak
permintaan tunggal. Simulasi ini dilakukan pada saat kondisi kritis
seperti pada kebutuhan harian maksimum, kebutuhan puncak dan
pengisisan tampungan tandon. Dengan demikian dapat memberikan
suatu informasi dari kondisi jaringan pada suatu waktu yang
diiinginkan.
b. Analisa Kondisi Tidak Permanen
Analisis pada kondisi permanen ini mencakup kondisi aliran, tekanan
dan kapasitas dari komponen sistem jaringan tersebut sepanjang
waktu pada suatu corak permintaan yang berubah-ubah. Dalam
simulasi kondisi tidak permanen ini, beberapa parameter yang
digunakan adalah karakteristik tandon, kontrol operasi pompa, durasi
dan nilai tahapan waktu, rasio waktu serta faktor beban (loading
factor).

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

G. Analisa Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih Dengan Software


Komputer
Analisis sistem jaringan distribusi air bersih merupakan suatu perencanaan
yang rumit. Penyebab utama rumitnya analisis dikarenakan banyaknya jumlah
proses trial and error yang harus dilakukan pada seluruh komponen yang ada
pada sistem jaringan distribusi air bersih jaringan tersebut.
Pada saat ini program-program komputer sudah di bidang perencanaan sistem
jaringan distribusi air bersih sudah demikian berkembang dan maju sehingga
kerumitan dalam perencanaan sistem jaringan distribusi air bersih dapat
diatasi dengan menggunakan program tersebut. Proses trial and error dapat
dilakukan dalam waktu singkat dengan tingkat kesalahan yang relatif kecil
karena programlah yang akan menganalisisnya.
Beberapa program komputer di bidang rekayasa dan perencanaan sistem
jaringan distribusi air bersih diantaranya adalah program Loops, Wadiso,
Epanet 1.1, Epanet 2.0, WRMM dan WaterCAD.

Pemodelan Dengan Perangkat Lunak Epanet


EPANET adalah program komputer yang menggambarkan simulasi hidrolis dan
kecenderungan kualitas air yang mengalir di dalam jaringan pipa. Jaringan itu
sendiri terdiri dari Pipa, Node (titik koneksi pipa), pompa, katub, dan tangki air
atau reservoir.
EPANET menjajaki aliran air di tiap pipa, kondisi tekanan air di tiap titik dan
kondisi konsentrasi bahan kimia yang mengalir di dalam pipa selama dalam
periode pengaliran. Sebagai tambahan, usia air (water age) dan pelacakan
sumber dapat juga disimulasikan.
EPANET di design sebagai alat untuk mencapai dan mewujudkan pemahaman
tentang pergerakan dan nasib kandungan air minum dalam jaringan distribusi.
Juga dapat digunakan untuk berbagai analisa berbagai aplikasi jaringan
distribusi. Sebagai contoh untuk pembuatan design, kalibrasi model hidrolis,
analisa sisa khlor, dan analisa pelanggan.

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

EPANET dapat membantu dalam memanage strategi untuk merealisasikan


qualitas air dalam suatu system. Semua itu mencakup
 Alternatif penggunaan sumber dalam berbagai sumber dalam satu sistem
 Alternatif pemompaan dlm penjadwalan pengisian/pengosongan tangki.
 Penggunaan treatment, misal khlorinasi pada tangki penyimpan
 Pen-target-an pembersihan pipa dan penggantiannya.
Dijalankan dalam lingkungan windows, EPANET dapat terintegrasi untuk
melakukan editing dalam pemasukan data, running simulasi dan melihat hasil
running dalam berbagai bentuk (format), Sudah pula termasuk kode-kode
yang berwarna pada peta, tabel data-data, grafik, serta citra kontur.

Kemampuan model hidrolis EPANET


Fasilitas yang lengkap serta pemodelan hidrolis yang akurat adalah salah satu
langkah yang efektif dalam membuat model tentang pengaliran serta kualitas
air. EPANET adalah alat bantu analisis hidrolis yang didalamnya terkandung
kemampuan seperti :
 Kemampuan analisa yang tidak terbatas pada penempatan jaringan
 Perhitungan harga kekasaran pipa menggunakan persamaan Hazen-
Williams, Darcy Weisbach, atau Chezy-Manning
 Temasuk juga minor head losses untuk bend, fitting, dsb
 Pemodelan terhadap kecepatan pompa yang konstant maupun variable
 Menghitung energi pompa dan biaya (cost)
 Pemodelan terhadap variasi tipe dari valve termasuk shitoff, check,
pressure regulating, dan flow control valve
 Tesedia tangki penyimpan dengan berbagai bentuk (seperti diameter yang
bervariasi terhadap tingginya)
 Memungkinkan dimasukkannya kategori kebutuhan (demand) ganda pada
node, masing-masing dengan pola
 tersendiri yang bergantung pada variasi waktu.
 Model pressure yang bergantung pada pengeluaran aliran dari emitter
(Sprinkler head)

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

 Dapat dioperasikan dengan system dasar pada tangki sederhana atau


kontrol waktu, dan pada kontrol waktu yang lebih kompleks

Kemampuan Model Kualitas air EPANET


Sebagai tambahan dalam pemodelan hidrolis, EPANET menyediakan
kemampuan pemodelan kualitas air, yaitu :
 Model pergerakan materi tracer non reaktif pada jaringan, sepanjang
waktu
 Model pergerakan dan nasib dari materi reaktif yang tumbuh (missal hasil
desinfeksi) atau yang meluruh (missal sisa khlor) terhadap waktu.
 Model umur air yang mengalir pada jaringan
 Melacak persentasi aliran dari node yang akan dicapai dari node lainnya
sepanjang waktu
 Model reaksi baik pada aliran olahan dan pada dinding pipa
 Menggunakan orde ke-n untuk model reaksi pada aliran olahan
 Menggunakan orde nol atau pertama untuk model reaksi pada dinding pipa
 Menghitung batas transfer massa untuk menghitung reaksi pada dinding
pipa
 Menyediakan reaksi pertumbuhan atau peluruhan untuk memproses
keterbatasan konsentrasi
 Menghitung koefisien laju reaksi global yang dapat dimodifikasi
berdasarkan pipa-pipa
 Menyediakan koefisien laju reaksi dinding dalam kaitannya dengan
kekasaran pipa
 Menyediakan input massa pada variasi waktu konsentrasi pada semua
lokasi di jaringan
 Pemodelan tangki penyimpanan berupa complete mixing, plug flow atau
dua kompartemen reaktor.
 Dengan tersedianya fasilitas tersebut, EPANET dapat melakukan kajian
fenomena kualitas air seperti:
 Mencampur air dari sumber yang berbeda

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

 “Usia air” dalam sistem


 Kehilangan Sisa Chlor
 Pertumbuhan desinfektan
 Melacak Kontaminan

4.5. Detail Desain


Tahapan desan rinci (Detail Design) adalah penentuan tata letak (layout) bangunan
dan perhitungan kestabilan struktur. Karakteristik tanah di bawah bangunan perlu
diketahui untuk mengetahui kestabilan lereng, penurunan tanah akibat beban dan
daya dukung tanah dibawahnya.
Detail desain yang dilakukan dalam perencanaan bangunan adalah sebagai berikut :
 Perhitungan struktur bangunan yang akan dipakai dalam perencanaan
bangunan yang sesuai.
 Analisa Geoteknik dalam perencanaan bangunan, dilihat kekuatan tanah untuk
menahan bangunan diatasnya.
 Rencana Pipa dan saluran transmisi
 Penggambaran pekerjaan.
 Perhitungan volume pekerjaan.
 Perhitungan biaya.
 Pembuatan dokumen tender dan spesifikasi teknis.

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN PENDAHULUAN

IV-76
IV-76
SID Penyediaan Air Baku Kabupaten Pesisir Barat

Anda mungkin juga menyukai