Anda di halaman 1dari 10

PENYUSUNAN DED IPLT KOTA LABUAN BAJO

KABUPATEN MANGGARAI BARAT

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor sanitasi memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan, tingkat
pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada masalah kesehatan
lingkungan. Sanitasi lingkungan pada gilirannya akan menentukan taraf produktivitas
penduduk. Situasi ini memberikan tantangan signifikan dimana Pemerintah Daerah masih
dihadapkan pada persoalan belum tertanganinya tingkat kemiskinan dan permasalahan
lain. Persoalan penanganan Sanitasi di Kabupaten Manggarai Barat sebagai salah satu
tujuan wisata dunia menjadi hal yang paling urgent. Rendahnya kepedulian masyarakat
dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas
lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan penyehatan lingkungan. Hal
ini disebabkan ketidaktahuan masyarakat terhadap pentingnya hidup bersih dan sehat,
yang tercermin dari perilaku masyarakat yang hingga sekarang masih banyak yang buang
air besar di sungai dan kebun. Berdasarkan kondisi tersebut maka Kabupaten Manggarai
Barat mempunyai kewajiban untuk mengambil suatu tindakan yang lebih kongkrit dengan
ikut melaksanakan kebijakan nasional tentang program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman.
Saat ini sebagian besar air limbah di wilayah Kabupaten Manggarai Barat adalah air
limbah rumah tangga. Tangki septik aman sebesar 41,37% (20.538 kk), pencemaran karena
SPAL masih cukup tinggi yaitu 49,30% (SSK Manggarai Barat, 2016). Dengan prosentasi

| BAB 1 PENDAHULUAN 1-1


PENYUSUNAN DED IPLT KOTA LABUAN BAJO
KABUPATEN MANGGARAI BARAT

sanitasi layak sebesar 41,37%, maka direkomendasikan dalam SSK perlu menyediakan
infrastruktur pengolahan limbah tinja.
Dalam pelaksanaannya, Program dan Kegiatan Sanitasi membutuhkan kerjasama,
komunikasi dan koordinasi antar sejumlah pihak yang berkepentingan (stake holder) baik
itu Pemerintah di tingkat pusat maupun daerah, masyarakat, dunia usaha maupun
lembaga-lembaga internasional. Oleh sebab itu dibutuhkan dukungan dan komitmen dari
para pemangku kepentingan untuk menjamin kelancaran dari pelaksanaan pembangunan
sanitasi terutama pengelolaan air limbah, sehingga upaya untuk meningkatkan pelayanan
air limbah di Kabupaten Manggarai Barat sesuai dengan Masterplan Pengelolaan Air
Limbah Kabupaten Manggarai Barat, diperlukan suatu upaya perencanaan teknik rinci
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja yang aplikastif.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud kegiatan ini yaitu menyusun DED IPLT Kota Labuan Bajo Kabupaten
Manggarai Barat yang efektif (pilihan prioritasnya tepat sasaran), efisien (pilihan
teknologinya tepat guna dan terjangkau sesuai dengan kondisi daerah setempat), terpadu
dan berwawasan lingkungan (dipadukan/integrated dengan perencanaan Sistem
Penyediaan Air Minum/SPAM terutama yang berkaitan dengan perlindungan dan
pelestarian sumber air).
Tujuan kegiatan ini yaitu menyusun Rencana Teknik Rinci dalam Pengolahan LImpur
Tinja Kabupaten Manggarai Barat yang komprehensif dan lebih update terhadap
perubahan-perubahan kota dalam mengolah lumput tinja yang diambil dari pengolahan air
limbah sistem setempat.

1.3 Sasaran

Tersedianya dokumen DED IPLT Kota Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat yang
rinci sistematis, terarah, terpadu, dan tanggap terhadap kebutuhan sesuai karakteristik
lingkungan dan sosial ekonomi daerah, serta tanggap terhadap kebutuhan stakeholder
proyek (Pemerintah, Investor dan Masyarakat) untuk diaplikasikan.

| BAB 1 PENDAHULUAN 1-2


PENYUSUNAN DED IPLT KOTA LABUAN BAJO
KABUPATEN MANGGARAI BARAT

1.4 Cakupan Kegiatan

a. Lingkup kegiatan pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :


b. Mempelajari studi-studi yang ada mengenai Air Limbah Kabupaten Manggarai
Barat (SSK, Masterplan Air LImbah dan dokumen lainnya);
c. Mengkaji kondisi kota/kawasan untuk mengetahui karakteristik dan arah
pengembangan kota sesuai RT/RW termasuk penentuan daerah prioritas
pengembangan IPLT;
d. Mengidentifikasi data kependudukan saat ini dalam skala kelurahan dan proyeksi
penduduk sampai 10 tahun mendatang juga identifikasi mengenai data kepadatan
penduduk, tata guna lahan, dan kesehatan ;
e. Mengidentifikasi infrastruktur ke-PU-an yang ada, antara lain : air minum,
drainase, dan jalan, serta infrastruktur terkait lainnya (listrik, telekomunikasi)
f. Mengidentifikasi kondisi eksisting pencemaran oleh air limbah domestik dan
potensi pencemaran lebih lanjut berdasarkan data-data primer maupun sekunder;
g. Memetakan profil kesehatan masyarakat dan kepemilikan prasarana dan sarana
air limbah (WC, cubluk, tangki septik) baik individual maupun komunal dalam skala
kelurahan (per KK);
h. Mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi sistim pengelolaan air limbah
yang ada saat ini, baik sistem On Site dan Off Site (setempat dan terpusat);
i. Mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan penyedotan lumpur
tinja, seperti : frekuensi penyedotan tinja, volume air limbah yang masuk per hari,
kondisi IPLT, regulasi, kelembagaan, dsb;
j. Mengidentifikasi kebutuhan air minum dan volume buangan limbah rumah tangga
baik berasal dari WC (black water) maupun dari kamar mandi, tempat cuci dan
dapur (grey water),baik di wilayah permukiman maupun kawasan komersil yang
termasuk dalam daerah pelayanan air limbah Kota Labuan bajo, termasuk
kebutuhan air minum untuk bangunan lainnya (misalnya gedung sekolah,
terminal, hotel, gedung bertingkat, kawasan bisnis/pertokoan dll);

| BAB 1 PENDAHULUAN 1-3


PENYUSUNAN DED IPLT KOTA LABUAN BAJO
KABUPATEN MANGGARAI BARAT

k. Melakukan pengambilan dan uji contoh air limbah minimal (15 sampel terdiri dari
5 sampel greywater, 5 sampel blackwater, dan 5 sampel campuran) untuk
mengetahui konsentrasi parameter suhu,pH, BOD5, COD, Total Solid (TS), Total
Suspended Solid (TSS), Ammonia (N), total Nitrogen, total Fosfat, Minyak dan Lemak,
Total Koliform, Sludge Volume Index (SVI). Melakukan pengukuran secara detail

termasuk kebutuhan sarana penyaluran air limbah dari sambungan rumah;

l. Pengambilan sampel lumpur tinja dilakukan dari sarana pengangkutan yang


beroperasi di Kabupaten/Kota, atau sarana pengangkutan pada Kabupaten
terdekat.

m. Apabila tidak terdapat sarana pengangkutan di Kabupaten/Kota maka


pengambilan sampel air limbah di lakukan pada IPAL dan septic tank rumah
tangga dengan pengambilan uji contoh air limbah masing-masing pada inlet dan
outlet IPAL.

n. Pengambilan sampel dilakukan selama 3 (tiga) hari dengan pengambilan minimal


1 (satu) sampel pada 5 (lima) titik pengambilan.

o. Pengambilan sampel dilakukan dalam 3 (tiga) tahap dengan masing – masing


volume sampel sebanyak 1.000 ml; pada awal pembuangan,setelah setengah
kapasitas tanki dikeluarkan dan pada akhir pembuangan lumpur tinja (3/4 tangki
kosong). Kemudian ketiga sampel tersebut langsung dicampur untuk
mendapatkan sampel komposit dan disimpan dalam wadah. Sampel di bawa
dengan menggunakan wadah berbahan plastik dan kaca untuk diperiksa
secepatnya di laboratorium air dan/atau lingkungan, bila sampel harus disimpan,
penyimpanan dilaksanakan sesuai dengan tata cara pengawetan sampel sesuai
dengan SNI.

p. Mengumpulkan informasi hidrogeologis dan geoteknis yang akurat dan mewakili


secara baik seluruh lokasi terpilih tersebut, meliputi :

| BAB 1 PENDAHULUAN 1-4


PENYUSUNAN DED IPLT KOTA LABUAN BAJO
KABUPATEN MANGGARAI BARAT

a. Tanah : kedalaman, tekstur, struktur, porositas, permeabilitas, kelembaban.


b. Bedrock : kedalaman, jenis, kehadiran fraktur.
c. Kondisi kegempaan.
d. Air tanah di daerah lokasi : kedalaman rata-rata, kemiringan hidrolis, arah aliran,
kualitas dan penggunaan.
e. Badan air yang berbatasan langsung dengan lokasi : sifat, pemanfaatan, dan
kualitas.
f. Mengumpulkan data klimatologi, meliputi data harian curah hujan, suhu,
kelembaban, tekanan, cahaya matahari, data kondisi kerawanan banjir dsb
dalam kurun waktu minimal 5 tahun terakhir, bisa diperoleh dari data BMG
setempat.
g. Informasi hidrogeologi yang dikumpulkan meliputi data geolistrik atau data
sekunder mengenai akuifer, termasuk laporan analisis mengenai kondisi
hidrogeologi. Untuk lahan seluas 10 ha atau kurang, diwajibkan diambil minimal
3 titik geolistrik, untuk mengetahui arah aliran air tanah, muka air tanah,
permeabilitas tanah, jenis tanah, dsb. Informasi geoteknis yang dikumpulkan
berupa hasil pengamatan dan analisis data mekanika tanah (termasuk peta titik-
titik sondir), dan termasuk laporan analisis kondisi mekanika tanah. Untuk lahan
dengan luas 10 ha atau kurang, diwajibkan minimal diambil 3 titik sondir. Untuk
lahan lebih dari 10 ha, jumlah pengambilan titik geolistrik dan sondir berlaku
kelipatannya. Hasil sondir harus telah disimpulkan untuk mengetahui keadaan
lahan IPLT yang paling akurat.

q. Melakukan survey sosial - ekonomi minimal atau sesuai kebutuhan tergantung


jumlah penduduk (200 KK menggunakan metode stratified random sampling)
untuk mengetahui kebiasaan Buang Air Besar (BAB), persepsi, kemauan, dan
kemampuan masyarakat terhadap pelayanan air limbah, tingkat pendapatan dan
pengeluaran untuk pelayanan air limbah, prasarana kota, serta kondisi fisik
daerah;

| BAB 1 PENDAHULUAN 1-5


PENYUSUNAN DED IPLT KOTA LABUAN BAJO
KABUPATEN MANGGARAI BARAT

r. Mengidentifikasi kemampuan PEMDA untuk mendanai kegiatan - kegiatan terkait


air limbah melalui penelitian besaran alokasi dana dalam DIPA serta menampilkan
data pendapatan Domestik Regional Bruto Kabupaten;

s. Menyusun masukan teknis untuk dokumen UKL, UPL, atau AMDAL ;

t. Menyusun dokumen tender dan rencana anggaran biaya (RAB) SPAL untuk
kawasan prioritas tahap mendesak yang akan digunakan untuk dokumen lelang
pekerjaan fisik;

u. Menyusun MoU antara Pemda dan Kementerian PU dalam hal pelaksanaan dan
pengelolaan ;

v. Membantu pelaksanaan sosialisasi DED IPLT kepada stakeholder terkait dan


masyarakat sekitar.

1.5 Pendekatan dan Metodologi


Pendekatan dan metodologi yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1) Melakukan survey data primer dan sekunder untuk mengetahui kondisi saat ini
sebagai dasar penyusunan Outline plan;
2) Melakukan kajian literatur dan hasil studi terdahulu mengenai pengelolaan air
limbah;
3) Melakukan kajian teknis, keuangan dan kelembagaan dalam pengelolaan air limbah
Kabupaten Manggarai Barat;
4) Melakukan analisis data secara kuantitatif dan kualitatif;
5) Melakukan pengukuran lahan IPLT
6) Memasang BM
7) Melakukan serangkaian diskusi dengan para stakeholder terkait dengan
pengelolaan air limbah di daerah dan pusat;

| BAB 1 PENDAHULUAN 1-6


PENYUSUNAN DED IPLT KOTA LABUAN BAJO
KABUPATEN MANGGARAI BARAT

8) Memformulasikan hasil-hasil pembahasan menjadi data awal yang komprehensif


dan menyeluruh untuk melakukan DED;
9) Menyusun DED
10) Melakukan sosialisasi.

1.6 Peraturan Perundangan


Dalam kegiatan “Penyusunan DED IPLT Kota Labuan Bajo Kabupaten Manggarai
Barat” mengacu pada beberapa regulasi pemerintah dan dokumen perencanaan lainnya
sebagai pedoman Antara lain:
1. Undang-undang
1) Penataan Ruang
a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang
b) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan
dan Pemukiman
2) Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam
a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
b) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah
c) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

3) Kesehatan
a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
4) Pemerintahan
a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pemerintah
Daerah

| BAB 1 PENDAHULUAN 1-7


PENYUSUNAN DED IPLT KOTA LABUAN BAJO
KABUPATEN MANGGARAI BARAT

b) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang


Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah
c) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025

2. Peraturan Pemerintah
1) Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam
a) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin
Lingkungan
2) Pencemaran Air
a) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang
Pengaturan Air
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang
Pengendalian Pencemaran Air
c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

3. Peraturan Menteri
a) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun
2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik;
b) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
c) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan
Strategis Air Limbah

4. Keputusan Menteri
1) Lingkungan Hidup dan Sumber Daya

| BAB 1 PENDAHULUAN 1-8


PENYUSUNAN DED IPLT KOTA LABUAN BAJO
KABUPATEN MANGGARAI BARAT

a) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman


Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup
2) Pencemaran Air
a) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 52 tahun 1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel
b) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit
c) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 37 tahun 2003 tentang Metoda
Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan
d) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 110 tahun 2003 tentang Pedoman
Penetapan Daya Tampung Beban Pencemar Air Pada Sumber Air
e) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 111 tahun 2003 tentang Pedoman
Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan
Air Limbah ke Air atau Sumber Air
f) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik

5. Peraturan Daerah
1) Penataan Ruang
a) Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur No.1 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010-2030
b) Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur No.9 Tahun 2005 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2006-2020
c) Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Barat Nomor 9 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2012 - 2032
2) Lingkungan Hidup
a) Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 3 Tahun 2006 Tentang
Pengendalian Lingkungan Hidup

| BAB 1 PENDAHULUAN 1-9


PENYUSUNAN DED IPLT KOTA LABUAN BAJO
KABUPATEN MANGGARAI BARAT

b) Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 10 Tahun 2012 Tentang


Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di
Provinsi Nusa Tenggara Timur
3) Pemerintahan
a) Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 9 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
b) Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 7 Tahun 2008 Tentang
Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Provinsi Nusa Tenggara
Timur

| BAB 1 PENDAHULUAN 1-10

Anda mungkin juga menyukai