Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

PROSES PERENCANAAN JARINGAN TAMBAK

2.1 KEBIJAKAN DASAR PENGEMBANGAN

Identifikasi lokasi pengembangan tambak biasanya dilakukan oleh penduduk


setempat, instansi Pemerintah, atau perusahaan swasta. Identifikasi proyek
akan mengurai batas-batas ruang proyek, perkiraan luas daerah irigasi tambak
yang dirumuskan berdasarkan potensi wilayah sungai terkait dan dapat
mencangkup pula subjek khusus yang perlu diinvestigasi atau pekerjaan-
pekerjaan yang akan dirancang sesuai tujuan yang ditetapkan.

Prasarana budidaya merupakan salah satu sub sistem dari program


pembangunan perikanan budidaya. Dengan demikian maka di dalam
perencanaannya, disamping perlu memahami konteks pembangunan perikanan
budidaya secara keseluruhan juga perlu mempertimbangkan berbagai aspek
yang dibutuhkan untuk penyusunan suatu perencanaan yang baik. Sebagai
salah satu sub sistem perikanan budidaya maka kebijaksanaan pengembangan
prasarana budidaya mengacu kepada kebijakan umum pembangunan perikanan
budidaya yang secara umum terdiri dari 2 (dua) program yaitu Intensifikasi dan
Ekstensifikasi.

a) Intensifikasi

Dari segi prasarana budidaya. kegiatan intensifikasi didukung melalui


kegiatan rehabilitasi prasarana baik dalam bentuk perbaikan atau
penambahan. Kegiatan ini diprioritaskan untuk mengatasi hal-hal yang
dipandang sangat mendesak yang memerlukan perbaikan segera seperti
kerusakan pada bangunan penunjang (misalnya pintu air, gorong-gorong,
jembatan), pendangkalan muara saluran. bencana alam, pencemaran.
kerusakan pada bagian tertentu dari bangunan fisik unit pembinaan) yang
menyebabkan tidak optimalnya operasional prasarana budidaya. Selain itu
kegiatan rehabilitasi juga dilaksanakan dalam rangka meningkatkan

1
kemampuan atau fungsi prasarana budidaya seperti penataan jaringan
irigasi dan penambahan bangunan fisik pada suatu unit pembinaan.

b) Ekstensifikasi

Program ini didukung melalui pembangunan prasarana budidaya baik di


lokasi yang mulai berkembang/dikembangkan maupun pada lokasi yang
baru dibuka atau dimanfaatkan. Khusus untuk ektensifikasi tambak.
pemerintah hanya menyediakan prasarananya. sedangkan konstruksi dan
operasional petakan tambak ditanggung oleh petani atau dengan dukungan
investor swasta.

2.2 MATERPLAN PERIKANAN BUDIDAYA

Dalam merencanakan pembangunan prasarana budidaya, disamping


dibutuhkan pemahaman aspek-aspek untuk penyusunan perencanaan, juga
perlu pemahaman secara keseluruhan mengenai program pembangunan
perikanan budidaya. Gambaran secara keseluruhan tentang Program
Pembangunan Perikanan Budidaya (budidaya di air payau, laut, tawar,
perbenihan, pengolahan, pembinaan) terangkum dalam "Masterplan", yang
idealnya telah disusun baik untuk lingkup Kabupaten maupun Propinsi.
Komponen masterplan perikanan budidaya meliputi:

a) Potensi Wilayah

1. Kondisi budidaya saat ini (luas, jenis komoditi dan produksi, nilai
produksi dsb);

2. Dukungan sarana dan Prasarana;

3. Data dan informasi potensi wilayah (fisik, sosial, ekonomi dan kebijakan
daerah);

4. peta potensi wilayah (Kabupaten skala 1:50.000 dan Propinsi skala


1:250.000).

b) Permasalahan, Hambatan/Kendala dalam Pengembangannya

Terkait dengan Tata Ruang (Iingkungan), data dan informasi penunjang,


dana, SDM, rencana pengembangan sektor lain terutama yang terkait
dengan pengembangan perikanan budidaya.

c) Rencana Pengembangan

2
1. Jangka pendek, menengah dan panjang;

2. Sasaran areal intensifikasi dan ekstensifikasi (lokasi. luas. Teknologi dsb);

3. Sasaran produksi untuk masing-masing komoditi;

4. Rencana pembangunan prasarana pendukung (jenis, jumlah, volume


dsb);

5. Kebutuhan dukungan SDM (jenis, jumlah);

6. Kebutuhan dukungon pembiayaan (jumlah. alternative sumber, dsb);

7. Rencana pemasaran (konsumsi dalam negeri dan ekspor);

8. Organisasi dan koordinasi pengembangan kawasan budidaya,


(Pemerintah, investor, masyarakat. dsb.);

9. Peta pengembangan (1:250.000 Propinsi dan 1:50.000 Kabupaten);

d) Rekomendasi dalam Rangka Pengembangan Selanjutnya:

1. Kebijaksanaan (Pemda) yang dibutuhkan;

2. Jenis kegiatan;

3. Jadwal pelaksanaan;

4. Organisasi serta tugas dan tanggung jawab (Iintas sektor, Pusat dan
daerah).

Kegiatan penyusunan materplan perikanan budidaya yang disponsori


Pemerintah biasanya merupakan tanggung jawab Departemen Kelautan dan
Perikanan. Pelaksanaaan sebagian atau seluruh kegiatan SID kepada konsultan
atau lembaga teknik. Pembahasan lebih jauh tentang masterplan ini di luar
lingkup bahasan dalam manual perencanaan teknis ini.

2.3 TAHAP PERENCANAAN JARINGAN TAMBAK

Sebagai awal kegiatan (proyek) pembangunan baru atau rehabilitasi prasarana


budidaya tambak yang sudah ada, maka pada tahap perencanaan harus
mengacu pada materplan perikanan budidaya sebagaimana dijelaskan diatas.
Perencanaan prasarana budidaya tambak diperlukan agar pembangunan
prasarana yang dilakukan dapat secara optimal mendukung program
pengembangan budidaya baik aspek fisik, fungsi maupun aspek manfaat serta

3
diperolehnya efisiensi baik pada tahap konstruksi maupun pada tahap operasi
dan pemeliharaannya.

Perencanaan prasarana budidaya dibagi dalam 3 (tiga) tahapan perencanaan


yaitu tahap studi identifikasi, studi kelyakanan dan tahap perencanaan teknis
rancang bangun (detil desain). Kegiatan Studi dan Detail Desain merupakan
bagian dari bagian dari rangkaian kegiatan Survei, investigasi dan Disain
Prasarana Budidaya Tambak, atau disingkat dengan SID Tambak. Ketiga tahap
perencanaan perencanaan tersebut dapat diterapkan pada areal-areal baru,
areal-areal yang belum dikembangkan atau pada jaringan-jaringan tambak yang
sudah ada. Urutan tindakan dalam proses SID diperlihatakan pada , dan
dijelaskan secara rinci pada bagian-bagian selanjutnya dari bab ini.

4
5
Gambar 2-1 : Bagan Arus Proses Survei, Investigasi, dan Disain (SID)
2.3.1 Studi Identifikasi

Studi Identifikasi atau umum dikenal sebagai "Recconaisance Study"


merupakan kegiatan perencanaan awal yang sangat penting dari seluruh proses
SID, karena pada tahap inilah ditentukan arah pengembangan proyek tambak.
Dalam Studi identifikasi usulan atau ide yang berasal dari lapangan atau intansi
pengusul diperiksa di lapangan untuk membuktikan layak-tidaknya suatu
rencana proyek.

Dalam studi identifikasi ini usulan proyek akan dievaluasi, sesuai dengan garis
besar dan tujuan pengembangan proyek yang ditetapkan oleh pemerintah
(depertemen pekerjaan umum dan departemen kelautan dan perikanan). Studi
ini terutama menekankan pada aspek irigasi tambak dan aspek-aspek yang
berkaitan langsung dengan irigasi tambak. Beberapa disiplin ilmu hanya
berfungsi sebagai pendukung saja; evaluasi data dan rencana semua diarahkan
ke pengembangan irigasi tambak.

Untuk studi identifikasi Semua kesimpulan dibuat berdasarkan pemeriksaan


lapangan, sedangkan alternatif rencana teknik didasarkan pada peta-peta yang
tersedia. Pada studi ini tidak dilakukan pengukuran topografi, tetapi cukup
menngunakan peta dengan garis-garis kontur berskala 1-25.000, geologi teknik
dan kecocokan tanah (digambar pada peta tanah berskala 1: 250.000).
Ketepatan rencana teknik sangat bergantung pada ketepatan peta.

a) Tujuan

Tujuan utaman studi identifikasi adalah menjajaki kemungkinan


pengembangan dan memberikan garis besar pengembangan proyek
(perencanaan Proyek) tambak pada wilayah tertentu. Yang ingin diketahui
adalah:

1) Potensi (daya dukung) wilayah terhadap pembangunan perikanan


budidaya;

2) Sampai sejauh mana prasarana budidaya dapat dikembangkan


berdasarkan potensi (daya dukung) wilayah yang bersangkutan;

3) Hambatan-hambatan yang ditemui serta langkah-langkah apa saja yang


diperlukan agar pengembangan prasarana budidaya dapat dilaksanakan
sesuai dengan tingkat pengembangan yang direncanakan.

6
b) Ruang Lingkup

Ruang lingkup studi identifikasi pengembangan prasarana budidaya tambak


pada garis besamya adalah:

1) Mengidentifikasi potensi pengembangan di wilayah yang ditinjau yang


meliputi segala aspek yang berkaitan dengan pengembangan perikanan
budidaya.

2) Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan yang mengacu pada


kebutuhan pengembangan regional.

3) Mengadakan penilaian potensi pengembangan terhadap kebutuhan


pengembangan.

4) Menentukan lokasi prioritas dan memberikan rekomendasi mengenai


langkah kebijaksanaan yang diperlukan.

5) Mempelajari lokasi altematif dimana bangunan prasarana akan didirikan,


serta mengadakan penilaian kelayakannya dari segi teknis (kualitatif).

6) Memberikan rekomendasi mengenai langkah kegiatan selanjutnya,


meliputi data apa soja yang perlu dikumpulkan, alternatif lokasi yang
perlu distudi lebih lanjut, jumlah tenaga yang dibutuhkan, serta
perkiraan anggaran biaya yang diperlukan.

7) Dengan mengkaji potensi permasalahan yang dihadapi. serta


kemungkinan pengembangannya. maka melalui studi identifikasi ini
sudah dapat ditentukan langkah-langkah yang perlu ditempuh yaitu:

a) Proyek ditunda.

b) Proyek diteruskan pada tahapan berikutnya.

c) Untuk prasarana budidaya yang sudah ada. langkah-langkah yang


dapat ditempuh adalah perlu penghapusan, rasionalisasi,
pemeliharaan, rehabilitasi atau dikembangkan.

2.3.2 Studi Kelayakan

Studi kelayakan atau umum dikenal sebagai "feasibility study" merupakan


tindak lanjut masterplan, khususnya untuk lokasi-lokasi yang dalam masterplan
direkomendasikan untuk dapat dilanjutkan pengembangannya. Studi kelayakan
sesungguhnya merupakan bagian yang sangat penting dari seluruh proses sid,
karena pada tahap inilah ditentukan arah pengembangan proyek, serta

7
merupakan acuan bagi pelaksanaan kegiatan selanjutnya baik pada tahap
desain, konstruksi, serta tahap operasional dan pemeliharaan. Pada studi
kelayakan, kajian terhadap parameter yang dikaji dalam masterplan dilakukan
lebih mendalam dan terinci yang dilengkapi data-data primer untuk dapat
merekomendasikan tingkat kelayakan pelaksanaan proyek.

Untuk mencapai tingkat ketelitian yang tinggi pada studi kelayakan, dibutuhkan
data yang lengkap guna merumuskan semua komponen proyek yang
direncanakan. Karena studi kelayakan hanya dapat dibuat berdasarkan data
topografi yang cukup lengkap, studi Kelayakan biasanya memerlukan
pengukuran Studi Kelayakan membutuhkan pengukuran topografi, geoteknik
hidrometri dan kualitas tanah yang cukup rinci.

a) Tujuan

Tujuan utama studi kelayakan adalah untuk menilai kelayakan pelaksanaan


suatu proyek tambak pada wilayah tertentu dilihat dari segi teknis dan
ekonomis. Selain tujuan utama tujuan lain yang ingin dicapai dalam studi
kelayakan adalah

1. Untuk memastikan bahwa penduduk setempat akan mendukung


dilaksanakannya proyek tambak yang bersangkutan

2. Pada areal-areal baru, yang belum memiliki rencana induk, studi


kelayakan ini mencakup pula pembuatan rencana-induk (masterplan)
untuk prasarana budidaya tambak yang diperlukan, dan akan
menyajikan rekomendasi-rekomendasi untuk studi-studi disain rinci
selanjutnya.

3. Pada jaringan yang sudah ada, studi kelayakan bertujuan untuk


menentukan kebutuhan-kebutuhan bagi peningkatan dan
penyempurnaan prasarana yang sudah ada. Hasil dari studi tersebut
akan berbentuk rencana induk dan rekomendasi–rekomendasi untuk
studi disain rinci.

4. Menyusun persiapan dan rencana pelaksanaan kegiatan proyek menurut


tahapan baik fisik maupun operasionalnya.

b) Ruang Lingkup Kegiatan

8
Ruang lingkup studi kelayakan pengembangan prasarana budidaya pada
garis besamya adalah:

1. Kajian potensi pengembangan perikanan budidaya;

2. Studi fisik teknis perencanaan;

3. Analisa kebutuhan pengembangan;

4. Tahap pengembangan;

5. Penetapan prakondisi dan langkah kebijakan;

6. Penetapan masterplan layout dan prarencana prasarana budidaya;

7. Penetapan struktur organisasi operasional prasarana budidaya;

8. Pentahapan pelaksanaan proyek;

9. Analisa kelayakan finasial;

10. Kajian dampak lingkungan.

11. Dengan menggunakan hasil analisa kelayakan finasial, hasil Kajian


dampak lingkungan dan adanya dukungan penduduk setempat terhadap
dilaksanakannya proyek tambak, dapat ditentukan langkah-langkah
selanjutnya yaitu :

a) Proyek dinyatakan tidak layak.

b) Proyek dinyatakan layak dan diteruskan pada tahapan disain rinci.

2.3.3 Perencanaan Detail (Detail Desain)

Perencanaan Detail atau umum dikenal sebagai "detail engineering design"


merupakan tindak lanjut studi kelayakan, khususnya untuk lokasi-lokasi yang
dalam studi kelayakan dinyatakan layak secara teknis hasil analisa kelayakan
finasial, hasil Kajian dampak lingkungan dan adanya dukungan penduduk
setempat terhadap proyek tambak yang bersangkutan sehingga dapat
dilanjutkan pengembangannya ketahap Perencanaan Detail.

a) Tujuan

Tujuan utama dari perencanaan detail ini adalah untuk mempersiapkan


rencana pengembangan yang dilengkapi disain-disain rinci dan perkiraan
biaya konstruksi dari prasarana budidaya yang direncanakan. Selain tujuan
utama tujuan lain yang ingin dicapai dalam Perencanaan Detail adalah

9
1. Untuk memastikan kembali bahwa penduduk setempat akan mendukung
dilaksanakannya proyek tambak yang bersangkutan

2. Untuk mengevaluasi kelayakan keuangan dan ekonomi pembangunan


yang diusulkan.

3. Mempersiapkan gambar desain/kerja, Perhitungan volume pekerjaan dan


RAB., Spesifikasi teknis pelaksanaan pekerjaan konstruksi, Pedoman
operasi dan pemeliharaan dan Dokumen tender

4. Pada jaringan-jaringan yang sudah ada, studi-studi rinci dapat


diterapkan hanya pada butir-butir tertentu, misalnya saluran atau
jembatan, atau jaringan secara keseluruhan.

b) Ruang Lingkup

Ruang lingkup Perencanaan Detail prasarana budidaya tambak pada


prinsipnya hampir sama dengan ruang lingkup studi kelayakan
pengembangan Perbedaan pokok antara dua studi tersebut terletak pada
intensitas survei, dan tingkat rincian investigasi dan tidak dilakukannya
Kajian dampak lingkungan. Pada garis besarnya ruang lingkup Perencanaan
Detail adalah:

1. Kajian potensi pengembangan perikanan budidaya;

2. Studi fisik teknis perencanaan;

3. Analisa kebutuhan pengembangan;

4. Tahap pengembangan;

5. Penetapan prakondisi dan langkah kebijakan;

6. Penetapan masterplan layout dan prarencana prasarana budidaya;

7. Penetapan struktur organisasi operasional prasarana budidaya;

8. Pentahapan pelaksanaan proyek;

9. Analisa Ekonomi dan Finasial;

10. Kajian dampak lingkungan.

12. Dengan menggunakan hasil analisa kelayakan ekonomi dan finasial,


adanya kepastian dukungan penduduk setempat terhadap proyek
tambak, melalui studi kelayakan dapat ditentukan langkah selanjutnya
yang perlu ditempuh yaitu:

10
a) Proyek dinyatakan tidak layak.

b) Proyek dinyatakan layak dan diteruskan pada tahapan konstruksi.

2.4 PENDEKATAN PENGEMBANGAN JARINGAN TAMBAK

Bertitik tolak dari kondisi pengembangan pertambakan maka pendekatan


pengembangan prasarana budidaya tambak ditempuh melalui :

1) Pengembangan pada hamparan yang sudah berkembang.


Pengembangan ini lebih bersifat penataan maupun rehabilitasi atau
penyempurnaan prasarana budidaya tambak dalam rangka peningkatan
fungsi serta manfaatnya. Jika lokasi belum memiliki data dan informasi yang
memadai untuk penyusunan detail desain maka kegiatan studi identifikasi
dapat dilaksanakan satu paket dengan kegiatan detail desain

2) Pengembangan pada lokasi yang mulai berkembang (embrio).


Pengembangan ini bersifat pembangunan sekaligus penataan prasarana
budidaya tambak serta arahan untuk pengembangan lebih lanjut, sehingga
kegiatan studi perencanaan (planning) dapat dirangkaikan dengan detail
desain

3) Pengembangan pada lokasi baru : Oleh karena pengembangan ini


merupakan pembangunan baru baik petak tambak maupun prasarana
budidayanya maka perlu didahului dengan studi perencanaan (planning).
Kegiatan detail desain dilaksanakan jika dari studi perencanaan
merekomendasikan

2.5 PERAN ORGANISASI PETAMBAK DAN SERTA INSTANSI LAIN

Untuk peningkatan jaringan-jaringan yang sudah ada, peranserta aktif dari para
petani dalam pengambilan keputusan adalah penting. Tanpa peran serta
semacam itu akan terjadi suatu resiko berat sehingga keputusan-keputusan
yang diambil tidak sesuai dengan permasalahan yang sesungguhnya terjadi di
areal tersebut, atau tidak sejalan dengan aspirasi masyarakat setempat. Lebih
jauh lagi, para petani tentu akan enggan melaksanakan tanggung jawab O&P
atas sesuatu yang mereka tidak ingginkan.

Kegiatan survei dan desain untuk jaringan-jaringan tambak biasanya


dilaksanakan atas nama Departemen Pekerjaan Umum. Karena aspek-aspek
pertanian dan sosial ekonomi merupakan hal sangat penting dalam setiap

11
proyek pengembangan tambak, maka diperluka kerjasama yang erat dengan
instansi-instansi Pemerintah, khususnya Departemen Kelautan dan perikanan.
Bahkan bermanfaat bila mengontrakkan sebagian dari pekerjaan SID kepada
lembaga yang terkait langsung denngan masalah kelautan perikanan. Instansi-
instansi lain mungkin memiliki rencana-rencana pengembangan sendiri untuk
areal tersebut, dan oleh karena itu perlu mengkoordinasikan rencana-rencana
tsb. Butir-butir pekerjaan dan keputusan yang menghendaki peran serta
instansi-instansi lain dalam proses SID dapat disimpulkan sebagai berikut :

a) Organisasi Petani di jaringan yang sudah ada

 Evaluasi kesesuaian lahan dan penggunaan lahan yang diusulkan

 Perencanaan sistem, khususnya yang menyangkut tataletak jaringan


saluran dan jalan serta lokasi dan jenis bangunan-bangunan pengendali
air.

b) Balai Wilayah Sungai dan Dinas Pekerjaan Umum (Provinsi dan


Kabupaten/Kota)

 Inventarisasi prasarana sekarang dan fasilitas O&P di areal tersebut

 Tataguna lahan dan perencanaan sistem, khususnya yang menyangkut


tataletak jaringan saluran dan jalan serta lokasi dan jenis bangunan
pengendali air.

c) Dinas Pertanian (Provinsi dan Kabupaten/Kota)

 Klasifikasi unit lahan dan evaluasi kesesuaian lahan

 Perencanaan penggunaan lahan, perumusan rencana pengembangan


pertanian

 Disain prasarana hidrolik di tingkat tersier

 Konsultasi dengan Kelompok Tani dan/atau P3A

d) Bappeda (Provinsi dan Kabupaten/Kota)

 Mengkoordinasikan peranserta berbagai instansi dalam pengambilan


keputusan

 Memastikan bahwa pengembangan yang diusulkan sejalan dengan


rencana dan kebijaksanaan pembangunan nasional dan regional

12
e) Pada areal-areal baru : Departemen Transmigrasi

 Perencanaan pemukiman

13

Anda mungkin juga menyukai