Anda di halaman 1dari 36

PEMERINTAH KABUPATEN NAGAN RAYA

DINAS KEBUDAYAAN PARIWISATA PEMUDA


DAN OLAH RAGA
Jln. Komplek Perkantoran Suka Makmue Telp. (0655) 7556369
SUKA MAKMUE

SPESIFIKASI TEKNIS DAN


RENCANA KERJA SYARAT (RKS)

PEKERJAAN :
PEMBANGUNAN WISATA PANTAI KUALA TRIPA TAHUN 2023

LOKASI :
KEC. TRIPA MAKMUR
KAB. NAGAN RAYA

TAHUN ANGGARAN 2023


SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang dimaksud adalah PEMBANGUNAN WISATA PANTAI KUALA TRIPA


TAHUN 2023 lokasi Kec. TRIPA MAKMUR Kab. Nagan Raya.
.

1.1. Kondisi Eksisting

a. Lahan/tampak dalam keadaan asli.

b. Batas-batas pekerjaan sesuai dengan ukuran yang sah segera


ditujukan dilapangan oleh Pemberi Tugas.

c. Prasarana lingkungan yang ada ( jalan masuk dan propety lainnya )


perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan.

1.2. Pekerjaan Bangunan Penunjang

Beberapa bangunan yang dikerjakan dalam pekerjaan ini seperti :


Ruang terbuka hijau, pagar, rumah pompa dan bagian yang
diisyaratkan.

PASAL 2. TENAGA KERJA

2.1. Kontraktor wajib membuat struktur organisasi kerja dilapangan,


lengkap dengan nama dan jabatannya.

2.2. Sebagai penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan dilapangan, maka


kontraktor harus menempatkan 1 (satu) orang penanggung jawab
pelaksana (site manager).

2.3. Selama jam kerja pada seyiap harinya, tenaga ahli pelaksanan dan
prapelaksana kontraktor haru berada dilokasi pekerjaan. Bila
berhalangan atau sakit, maka kontraktor harus segera menunjukan /
menempatkan penggantinya atas sepengetahuan Pemberi Tugas.

2.4. Kontraktor wajib mempekerjaan tenaga kerja yang ahli dalam


pelaksanaan dilapangan (Skilled Labour), baik tenaga pelaksana,
mandor, tukang dan lain-lain sesuai dengan tingkat pengalaman dan
tidak melanggar ketentuan-ketentuan ketenaga kerjaan yang berlaku di
Indonesia.

2.5. Pemberi Tugas sewaktu waktu berhak meminta kepada Kontraktos


untuk mengganti tenaga pelaksana maupun tenaga kerja dilapangan
yang cukup dibidangnya.
PASAL 3. PERALATAN KERJA DAN PERLENGKAPAN LAPANGAN

3.1 Alat –alat untuk melaksanakan pekerjaan harus disediakan oleh


Kontraktor dalam keadaan baik, siap pakai dan jumlah yang cukup.

3.2 Guna kelancarang pekerjaan, untuk alat-alat mekanis/mesin Kontraktor


harus menyiapkan tenaga operator yang mampu memperbaiki
peralatan bila mengalami gangguan operasional.

3.3 Kontraktor harus menyediakan sendiri alat dan perlengkapan sesuai


dengan bidang masing-masing, seperti :
 Alat-alat Ukur (Rol Meter, Siku dan lian-lain)
 Alat Berat seperti excavator backhoe, dump truck
 Alat-alat Pemotong, Penduga, Penarik.
 Alat-alat Bantu
 Alat-alat Dokumentasi ( Foto/Camera)
 Buku-buku Laporan ( Harian, Mingguan, Bulanan)
 Dan Alat/Pelengkapan lain yang diperlukan.

PASAL 4. MATERIAL / BAHAN BANGUNAN

4.1 Semua material/bahan bangunan yang dipakai harus dari masing-


masing jenis dan standart mutu yang disyaratkan dalam RKS ini.

4.2 Material/bahan bangunan untuk seluruh pekerjaan, jika tidak ada


ketentuan lain, harus diusahakan dan disediakan oleh kontraktor
dengan persetujuan Tim Teknis / Konsultan Pengawas dan Kontraktor
wajib mmenyediakan contoh (sample) dari material/bahan tersebut
untuk disimpan direksikeet.

4.3 Pemberi Tugas / Tim Teknis / Konsultan Pengawasan berhak


memerintahkan untuk mengeluarkan dari lapangan pekerjaan terhadap
material/bahan bangunan yang tidak disetujui dalam tempo 2 x 24 jam.

4.4 Pemberi Tugas / Tim Teknis / Konsultan Pengawasan berhak


mengeluarkan perintah pembongkaran pekerjaan untuk periksa atau
memerintahkan untuk diadakan pengujian material/bahan bangunan,
baik yang sudah maupun yang belum dimasukkan ke lapangan
pekerjaan. Apabila terbukti bahwa material/bahan bangunan yang
dibongkar tersebut ternyata tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan,
maka biaya yang terjadi akibat itu dan perbaikannya menjadi tanggung
jawab Kontraktor sepenuhhnya.

4.5 Pemberi Tugas / Tim Teknis / Konsultan Pengawas berwenang untuk


meminta keterangan menganai asal material/bahan bangunan yang
dipakai dan Kontraktor wajib memberitahukannya.

4.6 Kontraktor wajib menempatkan material/bahan bangunan kebutuhan


pelaksana pekerjaan, baik dilapangan (terbuka) maupun didalam
gudang, sesauai dengan sifatnya atas persetujuan Tim Teknis
Konsultan Pengawasan, shingga akan menjamin keamanan dan
terhindar dari kerusakan akibat cara penyimpanan yang salah.

4.7 Material/bahan pekerjaan yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan


langsung pada pekerjaan yang bersangkutan, tidak diperkenankan
untuk disimpan dalam tapak.

PASAL 5. HAK KERJA

5.1 Hak Bekerja di Lapangan

Lapangan pekerjaan akan diserahkan oleh Pemberi Tugas kepada


Kontraktor selama waktu pelaksanaan dan sesuai dengan keadaan
pada waktu peninjauan.
Setiap kelabatan atas penyerahan lapapangan ini dapat
dipertimbangkan oleh Pemberi Tugas sebagai perepanjangan masa
pelaksanaan pekerjaan.

5.2 Pembagian Halaman untuk Pekerjaan dan Halaman Masuk

a. Apabila Kontraktor akan mendirikan bangunan-bangunan


sementara maupun tepat penimbunan bahan, maka Kontraktor
harus merundingkan terlebih dahulu dengan Pemberi Tugas / Tim
Teknis / Konsultan Pengawas tentang pengunaan halaman ini.

b. Semua biaya untuk prasarana dan fasilitas untuk memasuki daerah


pekerjaan serta akomodasi tambahan diluar daerah kerja menjadi
tanggungan Kontrator.

c. Apabila terjadi kerusakan pada jalan masuk Kompleks, saluran air


atau bangunan lainnya yang disebakan adanya pembanguan ini,
Kontraktor berkewajiban untuk memperbaiki kebali selambat-
lambatnya dalam masa pemeliharaan.

PASAL 6 KEBERSIHAN, KETERTIBAN DAN KEAMANAN

6.1. Lokasi daerah pekerjaan harus bersih dari kotoran. Apabila belum
bersih, maka Kontraktor wajib untuk membersihkan kotoran-kotoran
yang ada pada lokasi tersebut sebelum pekerjaan dimulai.

6.2. Penimbunan material/bahan bangunan didalam gudang maupun


dihalaman harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
kelacaran dan keamanan kerja.

6.3. tidak diperkenankan :


 Pekerjaan menginap ditempat pekerjaan tampa seizin Tim Teknis /
Konsultan Pengawas.
 Memasak ditempat pekerjaan tanpa seizin Tim Teknis / Konsultan
Pengawas.
 Membawa penjual asongan (makanan, minuman, rokok dan
sebagainya) ditempat pekerjaan.
 Keluar masuk dengan bebas.

6.4. Kontraktor harus melakukan pengamanan barang-barang diseluruh


area pekerjaan, baik selama pelaksanaan maupun pada waktu tidak
dilakukan pekerjaan.

6.5. Barang-barang dan bahan-bahan yang hilang, baik yang belum


maupun yang sudah dipisahkan, tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor dan tidak diperkenankan untuk perhitungan dalam biaya
tambahan.

PASAL 7 PEKERJAAN LEMBUR

7.1. Apabila Kontraktor akan berkerja diluar jam kerja (lembur) maka
diharuskan membuat Surat Pemberitahuan kepada Tim Teknis /
Konsultan Pengawas maksimum 1 (satu) hari sebelum pekerjaan
lembur dilaksanakan.

7.2. Apabila tampa pemberitahuan Kontraktor melakukan pekerjaan


lembur, maka Tim Teknis / Konsultan Pengawas akan memberikan
teguran tertulis dalam melaksanakan perintah pembongkaran pada
pekerjaan yang dilaksanakan pada jam lembur dimaksud.

PASAL 8 PERATURAN UMUM

8.1. Peraturan Teknis Umum


Untuk pelaksanaan pekerjaan berluku peraturan-peraturan teknis
umum yang berlaku di Indonesia, yaitu :
 Tata cara perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan gedung (SNI
T-15-1991-03).
 Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBBI 1982).
 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia Tahun (PPBBI
1983).
 Standart Umum Bahan Bangunan Indonesia Tahun 1986.
 Standart Industrik Indonesia (SII-003-1981).
 Standart dan Peraturan mengenai pekerjaan utilitas yang berlaku,
misalnya : PUIL 1987, LMK, SPLN, PUIPP, DIM, JIS, IEC,VDE,
UFPA, UL 864, ASTM, SMAGNA, AVMI, PPI dan Peraturan
Keselamatan Kerja Daerah Setempat.
 Peraturan Perburuhan Indonesia.
 Keputusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia.
 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 : NI-5.
 Peraturan Semen Portland Indonesia 1972 : NI-8.
 Peraturan Pembangunan Daerah Setempat.
 Local Generally approved regulations and Standart.
 Deutsche Industrik Nomen (DIN).
 AV No.9,28 Mei 1994 and Tambahan Lembar Negara No. 14571
For General Works.
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 : NI-2 for concrete
works.
 CI – American Concrete Institute.
 ANSI – American National Standards Institute.
 ASHRAE – American Society For Testing and Materials.
 PMI – Peraturan Muatan Indonesia.
 SII – Standart Industri Indonesia.
 NI – Normalisasi.
 PUBBI 1982 – Peraturan Umum Bahan Bangunan.
 PPT GIUG Earthquake Codes.
 Pedoman Pembangunan Gedung (Building Code) untuk wilayah
NAD dan Nias.
 Peraturan – peraturan lain yang berlaku dalam dipersyaratan
berdasarkan normalisasi di Indonesia yang belum tercatum dan
dapat persetujuan Yim Teknis / Konsultan Pengawas.

8.2. Peraturan Teknis Khusus


Untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dimaksud Pasal 24 RKS ini,
maka berlaku dan mengikatkan pula.
 Berita Acara Pemenang Pengadaan Barang / Jasa.
 Surat Keputusan Penunjukan Kontraktor.
 Surat Kesanggupan Kerja.
 Dokumen Penawaran Kontraktor (Technical & Financial Proposal)
 Gambar Kerja.
 RKS bersedia lampiran-lampirannya.
 Surat Perjanjian Pemborongan (Kontraktor) dan addemdumnya
(bila ada).
 Shop drawings yang telah disetujui.

PASAL 9 PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

9.1. Bila terdapat perbedaan dalam gambar kerja, maka ditentukan sebagai
berikut :
 Perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail, maka yang
harus diikuti gambar detail.
 Perbedaan Skala dan ukuran yang tertulis dalam gambar, maka
yang harus diikuti ukuran dalam gambar.

9.2. Bila terdapat perbedaan antara gambar yang berbeda dibidang /


jenisnya, maka dipakai pedoman sebagai berikut :
 Perbedaan antara gambar Arsitektur dan gambar, maka untuk
ukuran fungsional dipakai gambar Arsitektur dan untuk
jenis/Kualitas bahan dipakai gambar Struktur.
 Perbedaan antara gambar Arsitektur dan gambar Utilitas, maka
untuk ukuran fungsional dipakai gambar Arsitektur dan untuk
jenis/kualitas bahan dipakai gambar Utilitas.
9.3. Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan, sedang dalam
RKS tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan.
Demikian pula sebaliknya bila dalam gambar tidak disebutkan lingkup
pekerjaan, sedang dalam RKS disebutkan, maka Kontraktor terikat
untuk melaksanakannya.

9.4. Apabila Kontraktor merasa ada keraguan atas gambar dan RKS, maka
Kontraktor dapat meminta penjelasan secara tertulis kepada Tim
Teknis / Konsultan Pengawas.

9.5. Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) dan rapat-rapat


koordinasi lapangan bersifat mengikat untuk dilaksanakan.

9.6. dalam hal terjadi atau adanya :


 Penyimpangan atara gambar kerja dengan keadaan dilapangan.
 Kekurangan penjelasan dalam gambar kerja.
 Keperluan untuk membesarkan (membuat lebih detail) gambar
kerja.
 Dan hal-hal lain yang memungkinkan Kontraktor untuk dapat
melaksanakan dan menyelesaiakan pekerjaan sesuai dengan
ketentuan, maka Kontraktor dapat mengajukan gambar-gambar
pejelasan (shop drawings) dengan persetujuan Tim Teknis /
Konsultan Pengawas serta diketahui oleh Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Nagan Raya,
Gambar-gambar tersebut dibuat dalam 3 (taga) rangkap, atas biaya
kontraktor.

9.7. Untuk semua yang belum terdapat dalam gambar kerja/RKS, baik
karena penyimpangan, perubahan atas perintah Pemberi Tugas / Tim
Teknis / Konsultan Pengawas / maupun sebab-sebab lain, maka
Kontraktor harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan yang
dilaksanakan (asbulit drawings) yang jelas memperlihatkan perbedaan
antara gambar kerja dan pekerjaan yang dilaksanakan.
Gambar-gambar tersebut dibuat dalam 3 (tiga) rangkap, disetujui oleh
Tim Teknis / Konsultan Pengawas, diketahui oleh Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Nagan Raya, dibuat atas
biaya Kontraktor.

PASAL 10. PEKERJAAN PERSIAPAN

10.1.Peninjauan Lapangan dan Pematokan

a. Kontraktor diwajibkan melakukan peninjauan (survey) lapangan


serta pembuat patokan batas pekerjaan diatas tanah / lahan
didampingi oleh Pemberi Tugas / Tim Teknis / Konsultan
Pengawas, dimana hasilnya dituangkan dalam Berita Acara.

b. Semua lapisan atas dari tanah dan tumbuh-tumbuhan dilapangan


disingkirkan, kemudian permukaan tanahnya disesuaikan dengan
tinggi duga yang dikehendaki
10.2.Pembersihan Lapangan

a. Kotraktor diwajibkan melakukan pembersihan lapangan sesuai


dengan hasil peninjauan lapangan yang telah dilaksanakan.

b. Semua benda-benda tak berguna, tumbuh-tumbuhan, akar, alang-


alang dan lain-lain harus dibersihkan / disingkirkan dari lapangan
dan apabila perlu dengan menggalinya.

c. Semua lapisan atas dari tanah dan tumbuh-tumbuhan dilapangan


disingkirkan, kemudian permukaan tanahnya disesuaikan dengan
tinggi duga yang dikehendaki.

10.3.Pengambilan Peil

a. Penentuan peil ketinggian berpatokan pada peil tugu patok dasar


yang telah ada dan disetujui oleh Pemberi Tugas.

b. Dibawah pengamatan Tim Teknis / Konsultan Pengawas,


Kontraktor diwajibkan membuat 1 titik duga dan 5 titik Bantu diatas
tanah dengan tiang beton yang panjangnya minimal 150 cm
berpenampang 20 x 20 cm. Titik duga dan Bantu tersebut dijaga
kedudukannya serta tidak terganggu selama pekerjaan
berlangsung dan tidak boleh dibongkar sebelum mendapat ijin
tertulis dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas.

c. Kelaleian atau kekurangan teliti Kontraktor dalam hal ini tidak dapat
dijadikan alasan untuk mengajukan tuntutan apapun.

10.4.Pengukuran dan Opname

a. Lingkup Pekerjaan :
1. Meliputi pekerja, bahan, peralatan dan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan untuk menyelesaiakan semua pekerjaan pengukuran
sesuai dengan RKS dan gambar-gambar.

2. Pekerjaan pengukuran antara lain :


- Penentuan lokasi pekerjaan, jalan masuk, dan lain-lain.
- Penentuan titik duga.

b. Syarat – syarat :
1. Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga yang betul-betul ahli
dalam bidangnya dari pengalaman.

2. Pemeriksahaan hasil pengukuran segera dilaporkan kepada


Konsultan Pengawasan dan dimintai persetujuan Konsultan.

c. Kontraktor tetap bertanggung jawab dalam menepati semua


ketetuan ukuran yang ada dan tercantum dalam gambar kerja.
d. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran keseluruhan
maupun bagian-bagiannya dan segera memberitahukan kepada
Tim Teknis / Konsultan Pengawas setiap perbedaan yang
ditemukan. Kontraktor baru diijikan membetulkan kesalahan
gambar dan melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis dari
Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Nagan Raya.

e. Pengambilan ukuran yang keliru dalam pelaksanaan


bagaimanapun tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor.

f. Setiap tahab pengukuran dan opname harus disetujui oleh Direksi


sebelum pekerjaan pengukuran berikutnya dilanjutkan, setiap
kesalahan/keraguan hasil pengukuran harus diulang kembali.

g. Dalam hal Direksi tidak dapat hadir pada saat pengukuran, Direksi
dapat menunjuk menguasakan wakilnya secara tertulis dan
mempunyai hak yang sama dengan Direksi. Pelaksanaan
pengukuran dan opname dianggap benar dan setelah dibuat berita
acara serta ditanda tangani oleh kedua belah Pihak dan disetujui
oleh Pihak Pelaksana Kegiatan.

h. Sesudah pekerjaan pemerataan tanah selesai dikerjakan,


pemborong diharuskan melakukan pengukuran situasi tanah lokasi
lengkap. Untuk diplotkan tata letak bangunan sesuai dengan
gambar perencanaan.

i. Perletakan bangunan baru supaya dicocokan dengan ukuran-


ukuran pada rencana, akan tetapi apabila ada selisih/perbedaan
maka perletakannya dapat diubah dan disesuaikan dengan kondisi
dan situasi tanah yang ada berdasarkan petunjuk-petunjuk serta
Bouwheer / Direksi.

j. Perubahan mengenai tata letak bangunan meupun ukuran-


ukurannya harus diterapkan pada gambar rencana yang ada
lengkap dengan tanda-tandanya serta harus dilegalisir oleh Direksi
dan disetujui oleh Bouwheer / Pemberi Tugas.

PASAL 11. BANGUNAN SEMENTARA PROYEK

11.1. Kontraktor diwajibkan membangun dan memelihara bangunan


sementara serta melengkapinya dengan pelengkapannya yang
disyaratkan atas biaya sendiri.

11.2. Bangunan sementara tersebut adalah :


Bangunan direksi-keet dibuat dengan Konstruksi kayu, dinding
papan/multipleks dicat, plafond triplek/asbes datar, penutup atap
seng gelombang, lantai beton tumbuk diplester, diberi pintu yang
dapat dikunci dan ada jendela naco secukunya untuk
pencahaya/penghawaan.
11.3. Gudang Penyimpanan Bahan / Material :
Gudang ini bertujuan untuk menyimpan semen dan bahan-bahan lain
yang perlu perlindungan cuaca. Untuk itu perlu dibuat panggung
yang kuat lebih kurang 0.3 meter, tinggi dari muka tanah agar semen
dan bahan bangunan lainnya tidak bersinggungan dengan tanah

11.4. Barak / Tempat Kerja :


Apabila tenaga kerja menginap dilapangan (harus dengan izin
Direksi), Kontraktor harus menyedia barak dengan fasilitas lengkap
tampa mengganggu fasilitas Direksi Keet. Tempat kerja harus
disiapkan oleh Kontraktor untuk keperluan pekerjaan besi, pekerjaan
kayu dan sebagainya.

11.5. Kontraktor harus menyediakan petugas keamanan untuk menjaga


keselamatan kegiatan dari gangguan pencurian, pengerusakan dan
lain-lain siang maupun malam. Pada gerbang lokasi kegiatan harus
disediakan sebuah gargu jaga dan ditempatkan satu orang petugas
sepanjang hari.

11.6. Kontraktor harus menyediakan fasilitas penerangan pada waktu


malam hari. Penerangan tersebut harus terdapat pada setiap bagian
bangunan permanent dan bangunan sementara.

11.7. Setelah proyek selesai, pembongkaran bangunan-bangunan


sementara tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor dan seluruh
pelengkapannya tetap menjadi milik Kontraktor.

11.8. Jalan Sementara dan Jembatan :


Apabila dilokasi kegiatan belum tersedianya saran penunjang jalan
dan jembatan maka Kontraktor harus menyediakannya seperti
jembatan sementara, saluran-saluran dan pengerasan penunjang
jalan yang bersifat sementara, yang bertujuan untuk lebih mudah
masuknya alat-alat pengangkutan bahan-bahan bangunan, disemua
sarana tersebut harus dipelihara selama berlangsungnya pekerjaan
setelah selesai sarana-sarana yang tidak digunakan supaya
dibongkar/dibersihkan, kecuali bagian-bagian yang dapat digunakan
tidak dibongkar selanjutnya akan dipergunakan.
SYARAT – SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN
PEKEREJAAN STRUKTUR & ARSITEKTUR

PASAL 12. PEKERJAAN TANAH

12.1. Pekerjaan Galian Tanah

Galian tanah dilaksanakan untuk semua pekerjaan pasangan bawah


tanah, yaitu : Pasangan Pondasi, rolag, sloof dan pekerjaan lain yang
nyata-nyata harus dilakukan sesuai dengan gambar kerja.

a. Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan.


Apabila hal ini terjadi, maka pengurugan kembali harus dilakukan
dengan pasangan atau beton tumbuk atas biaya Kontraktor.

b. Jika pada galian ditemukan akar-akar pohon dan atau bagian


tanah yang longsor (tidak padat) maka bagain ini harus segera
dikeluarkan seluruhnya dan lubang yang terjadi disisi dengan
pasir urug lapis demi lapis, disiram air sampai jenuh, sehingga
mencapai permukaan yang diinginkan.

c. Bilamana galian yang harus melalui atau akan mengganggu


saluran/kabel bawah tanah yang telah ada, maka Kontraktor
bertanggung jawab untuk melindunginya dengan memuat saluran
semetara atau pekerjaan khusus lainnya/.

d. Galian tanah tidak boleh dibiarkan terlalu lama, sehingga setelah


galian disetujui Tim Teknis / Konsultan Pengawas, segera dimulai
tahapan pekerjaan berikutnya.

12.2. Pekerjaan Urugan Tanah

a. Pekerjaan urugan meliputi urug kembali tanah yang digali dalam


rangka pelaksanaan pekerjaan konstruksi, membuat ketinggian
untuk pembentukan tanah menurut kebutuhan dan pengurukan
pasir dibawah struktur.

b. Pengurugan tanah kembali pekerjaan struktur tidak boleh


dilaksanakan sebelum diperiksa oleh Tim Teknis / Konsultan
Pengawas.

c. Tanah urug yang dipakai harus bebas dari tanaman, akar-akar


pohon, puing-puing bangunan dan segala macam kotoran
lainnya. Tanah urug tersebut harus berasal dari jenis tanah
berbutir (tanah lading,sedikit berpasir dan tidak terlalu basah).

d. Pengurugan tanah kembali dan penimbunan untuk peninggian


tanah dilakukan lapis demi lapis setebal 20 cm setiap lapisnya,
dipadatkan dengan stamper / manual sampai mencapai
kepadatan 95% dan mencapai permukaan yang diinggikan.
e. Jika tidak ada persetujuan sebelumnya dari Tim Teknis /
Konsultan Pengawas, maka pengurugan dan pemadatan tanah
tersebut dilakukan tapa memakai air.

f. Ukuran pekerjaan urugan pasir harus disiram dengan air dan


ditumbuk hingga padat.

g. Pasir laut tidak diperkenankan dipakia untuk pengurugan, namun


pasir pasang jenis kasar ( minimum ukuran 3,5 mm ) boleh
dipakai sebagai pasir urug.

h. Tanah urug yang dipakai untuk pekerjaan ini harus diambil dari
luar tapak.

PASAL 13. PEKERJAAN PONDASI

13.1. Lingkup pekerjaan pondasi meliputi semua pekerjaan, peralatan,


bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan pondasi, sesuai
dengan gambar-gambar denah, gambar potongan dan gambar tetail.

13.2. Bahan yang harus disediakan :

a. Pasir dan kerikil harus bermutu baik, tidak mengandung bahan


organik, Lumpur dan sejenisnya menurut PBI-1971. Kerikil yang
digunakan mempunyai ukuran butir yang lebih besar dari 5 mm
menurut PBI-1971.

b. Semen yang dapat digunakan dalam pekerjaan ini harus


memenuhui persyaratan Standar Nasional Indonesia (NSI) No.
15-2049-1994 dan ASTM C.150-84. Sangat diharapkan semen
yang dipergunakan menurut urutan kedatangannya untk
menghindari pengerasan semen yang lebih awal datangnya.

13.3. Tata Laksana Kerja :

a. Tempat yang akan dipasang harus dipersiapakan terlebih dahulu


dengan teleti ( ketebalan dasar dan puncak, tinggi serta panjang )
bersih dari segala macam kotoran ( berkas tumbuh-tumbuhan dan
akar-akar ), bersih dari Lumpur dan sebagainya. Sebelum
memulai pemasangan Kontraktor harus memberitahukan dahulu
kepada Pengawas Lapangan.

b. Untuk pemasangan pondasi batu gunung atau batu kali dipakai


pasangan batu gunung dengan spesi 1 Pc : 4 Ps.

c. Batu gunung/kali yang dipergunakan berkualitas baik dari jenis


yang keras dan tidak terdapat tanah dengan ukuran tidak boleh
lebih dari 25 cm.
d. Dalam pemasangan tidak diperbenarkan battu gunung
bertumpuan atau beradu satu dengan yang lain tanpa spes.

PASAL 14. PEKERJAAN STRUKTUR

14.1. Syarat – Syarat Umum Dan Bahan

14.1.1. Bekisting ( Cetakan Beton )

a. Rencana ( design ) seluruh cetakan menjadi tanggung jawab


Kontraktor sepenuhnya.

b. Bahan bekisting yang dipaki kayu kelas II yang cukup kering


dan keras serta untuk penggunaannya harus mendapakan
persetujuan dari Direksi.

c. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas


bidang dari hasil beton yang diinginkan oleh pihak
perencana.

d. Cetakan bekisting sedemikian rupa harus rapi, cukup kuat


dan kaku untuk menghasilkan muka beton yang rata dan
tahan terhadap getaran kejutan gaya yang diterima tanpa
berubah bentuk. Khusus untuk bekisting jika ada plat lantai
harus dilapis dengan triplek bagian bawah, kerapian dan
ketelitian pemasangan bekisting harus diperhatikan agar
setelah bekisting dibongkar memberikan bidang-bidang yang
rata.

e. Celah-celah antara papan harus rapat agar pada waktu


pengecoran air tidak merembes keluar, sebelum
pengecoran, bagian dalam bekisting harus bersih dari
kotoran dan sebaiknya dilapisi dengan terpal plastik.

f. Permukaan cetakan diberi minyak yang biasa


diperdagangkan (form oil) untuk mengecah letaknya beton
pada cetakan ( khusus beton exposed ).

g. Gunakan beton tahu dengan K=125 kg/cm² yang dipasang


terikat dengan besi sebagai penyekat antara besi dan
bekisting dengan ketealan sesuai dengan tebal selimut
beton.

h. Permukaan cetakan harus dibasahi dengan rata. Hal ini


dilakukan untuk menghindari terjadinya penyerapan air
beton oleh permukaan cetakan yang dapat menyebabkan
menurunnya daya lekat besi dengan beton tersebut.

i. Cetakan beton dapat digunakan kayu kelas II, multipleks


atau plat baja.
14.1.2. Penulangan

a. Baja tulangan harus memenuhi persyaratan Perhitungan


Struktur Beton Bertulang disesuaikan dengan SKSNI T-15-
1991-03.

b. Tulangan besi beton yang digunakan harus bebas dari


minyak, kotoran, cat, kerat lepas dan lain-lain yang dapat
merusak beton. Baja tulangan yang digunakan berukuran
diameter Ø 12 mm unttuk tulangan pokok dan Ø 8 mm
dengan jarak sesuai dengan gambar kerja untuk tulangan
sengkang. Mutu baja U-24 ( 2400 kg/cm² ).

c. Kontraktor harus memberikan sertifikat dari pabrik besi beton


yang menyatakan bahwa kekuatan besi-besi tersebut sesuai
dengan spesifikasi. Setiap pengiriman besi beton harus
dapat diambil minimal 3 (tiga) sample untuk dilakukan tes
tarik dilaboratorium resmi atas perintah Direksi Lapangan,
untuk setiap jenis muttu baja 3 (tiga) sample.

d. Pelaksanaan penyambungan/pemotongan, pembongkokan


dan pemasangan harus sesuai dengan persyaratan dalam
Perhitungan Struktur Beton Bertulang Indonesia disesuaikan
dengan SKSNI T-15-1991-03.

e. Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut :


- Beton tanpa cetakan, kontak langsung dengan tanah = 50
cm.
- Beton dengan cetakan, kontak langsung dengan tanah =
50 cm.
- Balok, kolom tidak kontak langsung dengan tanah = 30 cm.
- Plat dinding tidak kontak langsung dengan tanah = 25 cm.

14.1.3. Semen Portland

a. Semen kecuali tercantum lain dalam spesifikasi harus


digunakan semen Portland atau Portland pozzolan dengan
persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 15-2049-
1994 dan ASTM C 150-84.

b. Semen yang telah membantu dan kantong semen yang


robek/rusak jahitan sama sekali tidak diperkenankan dipakai.

c. Semen harus diterima diproyek dalam kondisi baik dan


dalam katong asli dari pabrik tertutup rapat.

d. Semen harus disimpan dalam gudang yang kadap air,


berventilasi baik dan diatas lantai setinggi 30 cm. semen
tidak boleh ditumpuk melebihi 15 lapis dan setiap pengiriman
harus selalu dipisahkan (dengan diberi tada) untuk
memudahkan urutan pemakaiannya.
14.1.4. Agregat

a. Agregat Beton
1. Agregat beton berupa batu alam yaitu : hasil desintegrasi
alam atau batu pecah yang diperoleh dari mesin
pemecah batu (Stone Crusher).
2. Agregat yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi
menurut PBI-1971.
3. Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih
besar dari 5 mm menurut PBI-1971.
4. Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar
memudahkan pekerjaan dan sebaiknya dialas dengan
tapas (terpal) agar agregat tersebut tidak tercampur
dengan tanah.

b. Agregat Kasar
1. Agregat kasar untuk beton harus terdiri butir-butir yang
kasar, keras, tidak berpori dan bersudut. Bila ada butir
yang pipih jumlahnya lebih berat tidak boleh melebihi
20% dari jumlah berat seluruhnya.
2. Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan
hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut test.

c. Agregat Halus
1. Agregat halus dapat digunakan pasir alam atau pasir
yang dihasilkan dari mesin pemecah batu.
2. Pasir harus bersih dari bahan organic, Lumpur, zat-zat
alkali dan subtansi-subtansi yang merusak beton. Pasir
tidak boleh mengandung segala jenis subtansi tersebut
lebih dari 5% (PBI-1971).
3. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
4. Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan
kasar.
5. Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar
menjamin kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan
sebaiknya dialas dengan tepas agar tidak tercampur
dengan tanah.

14.1.5. Air

Air untuk pebuatan beton dan perawatan beton harus bersih,


tidak mengandung minyak, garam, zat-zat kimia yang dapat
merusak beton dan baja (PUBI-1982).

14.1.6. Peraturan – Peraturan


a. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah-istilah
teknis serta syarat-syarat pelaksanaan beton secara umum
menjadi suatu kesatuan dalam bagian dokumen ini.

b. Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi ini maka semua


pekerjaan beton harus sesuai dengan standar dibawah ini.
- Tata cara Perhitungan Struktur untuk Bangunan Gedung
SKSNI T-15-1991-03.
- Standar Nasional Indonesia yang telah disakan.
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971).
- Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI-
1982).

14.2. Syarat – Syarat Pelaksanaan

14.2. Persiapan Pengecoran

a. Beton
Beton harus dibentuk dari campuran semen, agregat, air
dalam suatu perbandingan yang tepat sehingga didapat
kekuatan tekan karekteristik K = 225 kg/cm².

b. Perlengkapan Mengaduk
1. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan
perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup untuk
menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing
bahan pembentuk beton. Perlengkapan-perlengkapan
tersebut dan cara pengerjaanya selalu harus
mendapatkan persetujuan dari Tim Teknis.

2. Bahan-bahan betuk beton harus dicapur dan diadukkan


dalam mesin pengaduk beton, yaitu “Batch Mixer” atau
Portabel Continious Mixer selama sedikitnya 1,5 menit
sesudah semuanya bahan ada dalam mixer ( air
dicampur sekaligus ). Mesin mengaduk tidak boleh
dibebani melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan.

3. Setiap mesin pengaduk diperlengkapi dengan alat


mekanis untuk mengukur waktu dan menghitung jumlah
adukan. Waktu pengadukan ditambah bila mesin
pengaduk berkapasitas lebih besar dari 1,5 m³. direksi
lapangan berwenang untuk menabah wakttu pengadukan
jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk
mendapatkan hasil yang susunan kekentalan dan warna
yang merata seragam. Beton harus seragam dalam
komposisi dan kosistensi dari adukan ke adukan.
Pengadukan yang berlebihan ( lamanya ) yang
membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan
kosistensi beton yang dikehendaki tidak dibenarkan.

4. Pengangkutan Adukan
Pengangkutan adukan dengan truck pengadukan ( truck
mixer ) dari tempat pengadukan (batching plant) ke
tempat pengecoran harus diatur sedemikian rupa
sehingga waktu antara pengadukan dan pengecoran
tidak lebih dari 1 jam dan tidak terjadi perbedaan waktu
pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah
dicor dengan yang akan dicor.

14.2.2. Pengecoran Beton

a. Memberi tahu Direksi Lapangan selambat-lampatnya 24 jam


sebeum suatu pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan
Direksi dilapangan untuk mengecor beton berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta
bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran
tanpa gangguan.

b. Adukan beton tidak boleh diutang bila waktu sejak


dicampurnya air pada semen dan agregat telah tercapai 1
jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika Direksi Lapangan
menggangap perlu berdasarkan kondisi tertentu.

c. Baton harus cor sedemikian rupa sehingga menghindari


terjadinya pemisahan material ( segregation ) dan letak
tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu
seperti talang, pipa, chute, dsb, harus mendapat persetujuan
Direksi Lapangan.

d. Alat-alat penuang seperti talang, pipa, chute, dsb harus


selalu bersih dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang
mengeras. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara
bebas dari ketinggian lebih dari 2 m. selama dapat
dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang yang berisi
penuh, aduk dengan pangkalnya yang terbenam dalam
adukan yang baru dituang.

e. Pengetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah


mengalami “initial set” atau yang telah mengeras dimana
beton akan menjadi plastis karena getara.

f. Semua pengecoran bagian dasar kontruksi beton yang


menyentuh tanah harus diberi lantai kerja setebal 5 cm agar
posisi tulangan tidak bersinggungan langsung serta untuk
menghindari penyerapan air semen oleh tanah.

g. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang


beton sudah menjadi keras, dan tidak berubah bentuk, harus
dibersihkan dari lapisan air semen (laitance) dan partikel-
partikel yang cukup sampai suatu kedalaman yang cukup
sampai dengan tercapai beton ini maka adukan yang
melekat pada taulangan dan catakan harus dibersihkan.
h. Pemadam Beton.
- Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengangkut
dan menuangkan beton dengan kekentalan secukupnya
agar didapat beton yang padat tanpa menggetarkan
secara berlibihan.
- Pelaksanaan penulangan dan penggetaran beton adalah
sangat penting. Hasil beton yang berongga-rongga dan
terjadi pengantongan beton-beton tidak akan diterima.
- Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus
digetarkan dengan penggetar berfrekwensi tinggi agar
dijamin pengisian beton dan peadatan yang baik, tetapi
tidak mengenai tulangan.
- Penggetaran beton harus dilaksanakan oelh tenaga kerja
yang mengerti dan terlatih.
- Suhu
Suhu beton waktu di cor tidak boleh dari 32 º C (ACI-
1977), bila suhu dari yang ditaruk berada antara 27 º C
dan 32 º C, beton harus ditaruk ditempat pekerjaan
untuk keudiaan langsung di cor. Bila beton di cor pada
waktu iklim sedemikian sehingga suhu beton melebihi 32º
C, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang
gefektif, masalnya mendinginkan agreget mengecor pada
waktu malam hari.

14.2.3. Sembungan Beton ( Construction Joint )

a. Rencana atau Schedule pengecoran harus dipersiapkan


untuk menyelesaikan suatu struktur secara menyeluru.
Dalam schedule itu Direksi Lapangan akan memberikan
persetujuan dimana letak construction joint tersebut.

b. Permukan Construction Joint harus bersih dan dibuat kasar


dengan mengupas seluruh permukaa sampai didapat
permukaan beton yang padat dengan menyemprot air pada
permukaan beton, sesudah 2 jam tetapi kurang dari 4 jam
sejak beton dituang.

c. Bila cara tersebut tidak berhasil, maka dapat digunakan cara


lain yang disetujui Direksi Lapangan seperti dipahat. Harus
dibasahi dan diberi lapsan grout terlebi dahulu sebelum
beton dituang. Grout terdiri dari 1 bagian semen dan 2
bagian pasir.

d. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus


dasahi dan diberi lapisan grout segera sebelum beton
dituang. Grout terdiri dari 1 bagian semen dan 2 bagian
pasir.

e. Construction Joint harus diusahakan semaksimal mungkin


berbentuk garis tegak atau horizontal. Bila Construction Joint
yang horizontal, walaupun ada prosedurnya harus disetujui
oleh Direksi Lapangan.
14.2.4. Benda-benda Yang Tertanam Dalam Beton
a. Semua anker-anker, baut-baut, pipa-pipa dan sebagainya
yang dperlukan tertanam dalam beton harus terikat dengan
baik pada cetakan sebelum beton cor.
b. Benda-benda tersebut di atas harus dalam keadaan bersih
dari arat dan kotoran lain pada waktu beton di cor.

14.2.5. Pengeringan Beton.

a. Semua pekerjaan beton yang telah selesai dikerjakan harus


dirawat baik dengan cara yang disetujui oleh Direksi
Lapangan. Segera setelah beton di cord an difinis, maka
permukaan-permukaan yang tidak tertutup oleh cetakan
harus dijaga kehilangan kelembabannya dengan menjaga
agar tetap basar secara terus menerus selama 7 (tujuh) hari.

b. Permukaan-permukaan yang dibongkar cetakannya yang


masih dalam masa perawatan beton harus tetap dirawat dan
dihubungi misalya permukaan-permukaan beton yang tidak
tertutup oleh cetakan, hal ini ntuk menghindari terjadinya
retak rambut ( internal crack ).

c. Cetakan beton dilindungi terhadap penguapan dan tidak


dibongkar selama masa perawatan, maka harus selalu
dibasahi dengan air untuk mengurangi retak/terjadinya
celah-celah pada sabungannya, dan pengeringan yang
terlalu dini.

d. Melapisi permukaan beton dengan bahan khusus perawat


beton (Curring Compound) hanya diperbolehkan pada
bagain-bagian beton yang tidak ditonjolkan secara estetika.
Kecuali dapat dibuktikan pada Direksi Lapangan bahwa
bahan-bahan tersebut tidak memberi pengaruh buruk pada
permukaan beton.

14.2.6. Permukaan Bekisting.

a. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis


dari Direksi Lapangan atau jika umur beton telah melampaui
waktu sebagai berikut :
- Bagian sisi balok 48 jam
- Balok tanpa beban kontruksi 7 hari
- Balok dengan beban kontruksi 21 hari
- Pelat lantai/atap 21 hari

Dengan persetujuan Direksi Lapangan cetakan beton dapat


dibongkar lebih awal dengan syarat sample benda uji yang
kondisi perawatannya sama dengan sebenarnya telah
mencapai kekuatan 75 % dari kekuatan pada umur 28 hari.
Segala izin yang diberikan oleh Direksi Lapangan sekali-
sekali tidak boleh menjadi bahan untuk
mengurangi/membebaskan tanggung jawab Kontraktor dari
adanya kerusakan-kerusakan yang timbul akibat
pembongkaran cetakan lebih awal tersebut. Pembongkaran
cetakan beton harus dilaksanakan sanggat hati-hati
sedimikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada
permukaan beton dan tetap dihasilkan sudut-sudut yang
tajam, tidak pecah serta tidak mengurangi konstruksinya.

b. berkas cetakan beton untuk bagian-bagian kontruksi yang


terpendam dalam tanah harus dicabut dan dibersihkan
sebelum dilaksanakan pengurungan tanah kembali.

c. Bekisting bagian kontruksi yang memikul beban pelaksana


lantai diatasnya tidak bongkar sebelum beton lantai
diatasnya (jika ada pekerjaan plat lantai) tersebut tersebut
mencapai 75% dari kekuatan umur 28 hari dan lantai itu
sendiri sudah mencapai kekuatan 75% dari kekuatan umur
28 hari.

d. Semua beton yang dampak dalam pandangan, pertemuan


dua bidang harus tajam dan halus dibidang-bidangnya.
Segera setelah cetakan dibuka dan beton masih relatif
semua bidang-bidangnya harus dipahat sedangkan lekukan
serta lubung –luang harus segera diisi adukan dengan
proporsi semen dan pasir = 1 : 1. sebelum pelaksanaan
pekerjaan tersebut diatas terlebuh dahu harus dibasahi
secara menyeluruh. Semua bagian-bagian atau permukaan
yang kasar harus digosok dengan batu arburadum dengan
air dan ditinggalkan dalam warna yang merata. Pengosokan
hanya diperlukan pada permukaan yang kasar akibat
cetakan atau tetesan air semen.

e. Permukaan lantai beton harus mempunyai permukaan


bentuk fisik yang rata dan halus. Menaburkan semen kering
pada permukaan beton dengan maksud menyerapelebihan
air tidak dibenarkan sama sekali.

14.3 Struktur Baja Profil

Apabila menggunakan Struktur Baja Profil, maka harus memenuhi


persyaratan minimal sebagai berikut :
 Profil Struktur Kolom dan Balok menggunakan Profil H, dengan tebal
minimum 8 mm.
 Minimum tinggi kanal C = 75 m
 Mempunyai perkuatan horizontal untuk menahan beban vertical, dan
berfungsi sebagai besi sengkang untuk menjamin kekuatan struktur.
 Lapisan anti kerat pada seluruh permukaan baja mengunakan
Galvannize dengan kekentalan minimum 220 gr/m².

14.3.1 Material Baja


a. Sifat Mekanis Baja. :
Modulus elestisitas : E = 200.000 Mpa
Modulus geser : G = 80.000 Mpa
Nisbah poisson : µ = 0,3
Koefisien pemuaian : α = 12 x 1.l0-6 / ° C

Lapisan anti karat pada seluruh permukaan baja mengunakan


Galvanize dengan kekentalan minimum 220 gr/m².
Minimum tinggi Kanal C = 75 mm.
Kuat tarik Baja minimum = 550 MPa
Ultimmate Tensile Strength = 550 MPa
b. Syarat lolos uji tarik Baja :
Laporan uji material baja di pabrik yang di sahkan oleh
lembaga yang berwenang dapat dianggap sebagai bukti yang
cukup untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
spesifikasi ini.

c. Baja yang tidak teridentifikasi :


Baja yang tidak teridentifikasi boleh digunakan selama
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
- Bebas dari cacat permukaan.
- Sifat fisik material dan kemudahannya untuk dilas tidak
mengurangi kekuatan dan kemampuan layan strukturnya.
- Tenaga lelah 9 (ƒy) tidak boleh diambil lebih dari 170 MPa
dan tegangan Putus (ƒy) tidak boleh diambil lebih dari 300
MPa.

14.3.2 Alat Sambung Mutu Tinggi

Alat sambung mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi


sebagai berikut :
a. Komposisi kimiawi dan sifat mekanisnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku yaitu SNI 03-1729-2002.
b. Diameter batang, luas tumpu kepala baut dan mur atau
penggantiannya, harus lebih besar dari nilai nominal yang
ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku yaitu SNI 03-1729-
2002, ukuran lainnya boleh berbeda.

14.3.3 Sistem Struktur.

Uraian dibawah ini menunjukkan klarifikasi sistem struktur dan


sistem pemikul beban gempa :

a. Sistem Dinding Penumpu :


Sistem dinding penumpu adalah sistem struktur yang tidak
memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi. Beton leteral
dipikul dinding geser atau rangka bracin.

Adapun uraian Sistem Pemikul dan Beban Gempa adalah


sebagai berikut :
- Dinding penumpu dengan rangka baja ringan dan bracing
baja tarik.
- Rangka bracing, dimana bracing memikul beban gravitasi.

b. Sistem Rangka Bangunan :


sistem rangka bangunan adalah sistem struktur yang pada
dasrnya memiliki ruang pemikul beban gravitasi secara
lengkap. Baben lateral dipikul dinding geser atau rangka
bracing.
Adapun uraian sistem pemikul dan beban gempa adalah
sebagai berikut :
- Sistem Rangka Bresing Eksentris (SRBE)
- Sistem Rangka Bresing Konsentrik Biasa (SRBKB)
- Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus (SRBKK)

c. Sistem Rangka Pemikul Momen :


Sistem rangka pemikul momen adalah sistem struktur yang
pada dasarnya yang memiliki rangka ruang pemikul beban
gravitas secara lengkap beban lateral dipikul rangka pemikul
momen terutama melalui makanisme lentur.

Adapun uraian sistem Pemikul dan Beban, Gempa adalah


sebagai berikut :
- Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
- Sistem Rangka Pemikul Momen Terbatas (SRPMT)
- Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB)
- Sistem Rangka Batang Pemikul Memon Khusus
(SRBPMK)

d. Sistem Ganda, teridiri dari :


- Rangka Ruang yang memikul seluruh beban.
- Pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka
bresing dengan rangka momen. Rangka pemikul momen
harus direncanakan secara terpisah maupun memikul
sekurang-sekurangnya 25 % dari seluruh beban lateral.
- Kedua sistem harus dilancarkan memikul secara bersama-
sama seluruh beban laterial dengan memperhatikan
interasi sistem ganda.

Adapun Uraian Sistem Pemikul dan Beban Gempa adalah


sebagai berikut :
- Dinding geser beton dengan SRPMB baja.
- SRBE baja :
a. Dengan SRPRK baja.
b. Dengan SRPMB baja.

e. Sistem Bangunan Kolom Cantilever


Sistem bangunan kolom cantilever adalah Sistem struktur
yang memamfaatkan kolom cantilever untuk memikul beban
lateral.
Adapun Komponennya adalah Struktur Kolom Cantilever
14.3.4 Fabrikasi

a. Material
Semua material harus memenuhi persyaratan-persyaratan
standar material yang sesuai dengan disyaratkan SNI 03-
1729-2002, begitu pula cacat permuan pada baja harus
dihilangkan.

Mutu Baja harus dapat didentifikan pada semua tahap


fabrikasi, atau bajanya harus diyatakan sebagai baja yang
tidak teridentifikasi dan hanya digunakan sesuai dengan SNI
03-1729-2002 butir 5.5.2.

Setiap penandaan baja harus dilakukan sedemikian rupa


sehinga tidak merusak mutu materialnya.

b. Prosedur
Semua komponen harus diluruskan atau bentuk menjadi
konfigurasi yang direncanakan dengan cara-cara yang
tidakkan mengurangi mutu material menjadi lebih kecil dari
pada nilia-nilai yang digunakan pada perencanaan.

Baja dapat ditentukan atau dipres menjadi bentuk yang


diingikan baik dengan proses panas maupun prose dinggin

Pemanasan setempat atau cara mekanis dapat digunakan


untuk menghasilkan atau memperbaikki lawan lendut,
lendutan kesamping, dan ketidak-lurusan Sahu pada bagian
yang dipanaskan tidakboleh melebihi 650°C.

c. Sambungan Tumpu Kontak Penuh


Sehubungan tumpu kontak penuh dapat dihasilkan dengan
cara pemotongan dingin dengan gergaji manual atau mesin
potong.

Permukaan-permukaan dan sambungan tersebut harus


sedemikian rupa sehingga pada saat kedua ujung elemen
dipertemuan, alinyemen dari elemen-elemen tersebut dan
celah yang terjadi harus berada dalam batas toleransi yang
disyaratkan pada SNI 03-1729-2002 butir 17.4.3.2.

d. Pemotongan
pemotongan dapat dilakukan dengan cara yang dipandang
paling sesuai seperti gergaji, menggunting, cropping, mesin
potong, api las atau plasma, yang dipandang paling sesuai.

Pengguntingan bahan dengan ketebalan melebihi 16 mm tidak


boleh dilakukan bila material tersebut akan digalvanisasi dan
akan menerima gaya tarik atau momen lentur, kecuali bila
material itu dihilangkan tegangan sisanya sesudahnya.
Setiap potongan, baik yang dilas maupun tidak dilas harus
memiliki kekerasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
sebagaimana table berikut :

Kekasalan Max. ( CLA )


Penggunaan
mikro meter
Penggunaan normal, yaitu
dimana Pemukaan dan tepi
25
tetap seperti saat dipotong atau
dengan sedikit penghalusan
Daerah pelelehan Komponen
12
Struktur

Catatan :
1. Nilai kekasaran dapat diperkirakan dengan
membandingkan dengan permukaan replica.
2. Teknik pemotongan dengan api dilakukan dengan
mengacu pada standar yang berikut.
3. CLA : Centre Line Average Method.

e. Pelubangan
Suatau lubang bulat untuk baut harus dipotong dengan mesin
pemotong dengan api, atau dibor ukuran penuh, atau dipons 3
mm lebih kecil dan kemudian diperbesar, atau dipons ukuran
penuh.

Lubang selot harus dipotong dengan mesin api atau dipons


sekaligus atau dibentuk dengan mengeor dua lubang
berdekatan kemudian diselesaikan dengan api.

Pemotongan lubang baut dengan api menggunkan tangan


tidak diperkenankan kecuali sebagai perbaikan dilapangan
untuk lubang-lubang pada pelat landas kolom.

Suatu lubang pada pons hanya diijinkan pada material dengan


tegangan leleh (ƒy) tidak melebih 360 MPa dan ketebalannya
tidak melebih (5.600/ƒy) mm.

f. Ukuran Lubang
Diameter minimal dari suatau lubang yang sudah jadi, harus 2
mm lebih besar dari diameter nominal baut untuk suatu baut
yang diameternya tidak melebih 24 mm, dan maksimum 3 mm
lebih besar untuk baut dengan diameter lebih besar, kecuali
untuk lubang pada pelat kandas.

g. Pembautan
Semua baut, mur dan cincinnya harus memenuhi standar
mutu yang disyaratkan SNI 03-1792-2002 BUTIR 5.3.1.
Semua material kompresibel tidak diperkenankan berada
diantara jepitan baut harus terbaut dari baja dan material
kompresibel tidak diperkenankan berada diantara jepitan
tersebut.
Panjang baut harus sedemikian rupa sehingga paling sedikit
satu ulir baut penuh tampak diatas mur dan paling sedikit satu
ulir ditambah dengan sisa ulir yang bersangkutan tampak
penuh dibawah mur sesudah pengencangan.

Dibawah bagian yang berputar harus dipasang sebuah cincin


(ring).
Apabila suatu permukaan bidang kontak dengan kepala baut
atau mur mempunyai kemiringan melebih 1:20 maka harus
digunakan cincin baji untuk mengatasi permukaan bidang
miring tadi. Komponen yang tidak berputar dipasang setelah
ring baji tersebut.

Mur-mur yang digunakan pada suatu sambungan yang


menerima getaran harus diperkuat untuk mencegah
pengenduran.

h. Sambungan Pen.
Pen dan lubang yang harus diselesaikan sedemikian rupa
sehingga gaya-gaya terdistribusi secara merata pada seluruh
lapisan dari sambungan

PASAL 15. PEKERJAAN PASANGAN

15.1 Pasangan Dinding.

15.1.1. Lingkup Pekerjaan.


Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan pemasangan seperti yang
tercantum dalam spesifikasi dan ganbar.

15.1.2. Syarat – Syarat.


Standar umum pekerjaan ini harus mengikuti persyaratan beton.

15.1.3. Bahan / Material :


a. Semen Portland Type I.
b. Agregat halus seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan
beton.
c. Agregat kasar seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan
beton.
d. Air seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
e. Apabila menpergunakan batu bata biasa harus dari tanah liat
yang dibakar dengan ukuran jadi minimal 20 x 11 x 5 cm dan
harus kuat. Tidak mudah patah, dibakar dengan baik,
mepunyai ukuran yang tepat, bentuk yang teratur tidak
mempunyai cacat dan mempunyai kekuatan tekan minimum
30 kg/cm².
f. Apabila menggunakan bata pres, harus bata pres buatan
pabrik dengan ukuran minimal 20 x 10 x 5 cm dan harus kuat.
Tidak mudah patah, mempunyai ukuran yang tepat, bentuk
yang teratur tidak mempunyai cacat dan mempunyai kekuatan
tekan minimum 30 kg/cm².
g. Apabila mengunakan batako maka harus dengan mutu Batako
minimal K 40, dengan ukuran (39 x 10 x 20) cm, dan mutu
Batako B1 atau B2.
h. Apabila mengunakan beton ringan maka harus memenuhi
mutu minimal K 40, dengan ukuran 60 x 30 x 8 cm.

15.1.4. Pemasangan / Tata Kerja.

a. Adukan semen harus diaduk dengan mesin pengaduk seperti


yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.

b. Semua pemasangan harus diletakkan tegak lurus, datar dalam


suatu garis dan berjarak sama, sebelum dipasang Batu Bata /
Batako harus dibasahi dengan air. Tebal spesie adalah 1 cm –
2 cm.

c. Hubungan kolom dengan dinding harus dipasang besi angker


(steek) setiap jarak 75 cm, sesuai dengan gambar bestek.

d. Untuk pasangan batu dinding kedap air (transram) harus


memakai proporsi = 1 semen : 2 Pasir ( 1pc : 2ps ) dimulai
dari sloof samping 30 cm di atas lantai dan 20 cm dibawah
lantai.

e. Adukan spesi untuk pasangan biasa (tidak kedap air)


menggunakan proporsi = 1 semen : 4 Pasir ( 1pc : 4ps )
berada diatas pasangan kedap air tersebut.

f. Penyetelan dan pemasangan besi tulangan.


Semua tulangan harus pada posisi yang tepat hingga tidak
dapat berubah dan bergeser pada waktu adukan digetarkan.
Penyetelan besi tulangan harus diperhitungkan dengan tebal
selimut beton terhadap ukuran yang ditentukan.

g. Benda-benda (Tie dos, pipa sparing, kabel, dll) yang tertanam


akibat pekerjaan lain (ME) pada tempat yang telah ditentukan
segera dikoordinasikan melalui Konsultan Pengawas.

h. Perawatan :
Sebelum diplaster pasangan bata harus dibasahi terlebih
dahulu dengan air.

i. Contoh :
Kontraktor harus memberikan contoh bahan batu bata, batako
yang digunakan guna mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas.

j. Untuk dinding Batako, prinsipnya sama dengan dinding Batu


Bata, dan untuk dinding Beton Ringan maka cara
pemasangan dan finishingnya harus sesuai dengan petunjuk
pabrik pemuatnya.

15.2.Pekerjaan Plasteran

15.2.1. Lingkup Pekerjaan.


Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan Plesteran seperti yang tercantum
dalam spesifikasi dan gambar.

15.2.2. Syarat – Syarat :

a. Pekerjaan plester dilakukan pada semua permukaan


pasangan batu bata / batako, kecuali bagian-bagian yang
tidak perlu diplaster seperti yang tercantum dalam gambar.

b. Plester juga dilakukan pada semua kolom, balok, dinding atau


langit-langit dari beton yang diexposed.

15.2.3. Bahan – Bahan :

a. Semen Portland (PC) Type 1 atau Semen Portland Pozzolan


(PPC) seperti yang disyaratkan Standar Nasional Indonesia
(SNI) no.15-2049-1984 dan ASTM C.150-84.

b. Agregat :
- Spesifikasi pasir yang digunakan seperti yang tercantum
dalam pasar 4 kecuali apabila ditentukan lain oleh
Konsultan Pengawas.
- Pasir untuk lapisan terakhir harus bersih dari jenis silikat
putih.

c. Air bersih, bebas dari minyak-minyak, asam alkali, barang-


barang organik lainnya (PUBI 1982).

15.2.4. Penyerahan dan Penyimpanan

a. Bahan-bahan jadi harus bungkus dan ikatan asli yang masih


ada nama, label/merek dari pabrik pembuatannya.

c. Simpanlah bahan-bahan ( PC ), sehingga tidak kena tanah,


jauh dari tembok basah dan harus ditutup rapat sehingga tidak
kenak air.

15.2.5. Tata Kerja :

a. Pemeriksaan permukaan yang akan diplaster :

1. Periksa semua permukaan yang akan diplaster dan


pekerjaan yang berhubungan sebelum melakukan
pekerjaan plaster. Berikan laporan kepada Konsultan
Pengawas bila dalam kondisi tertentu tidak memungkinkan
terlaksana pekerjaan tersebut dengan baik.

2. Bila Pemborong mulai mengerjakan pekerjaan ini tampa


berhubungan/melaporkan adanya hal-hal yang tidak
memenuhi syarat kepada Konsultan Pengawas.
Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya akan hasil
pekerjaan tersebut. Setiap perbaikan yang diperlukan
untuk penyempurnaan pekerjaan buruk sebelumnya, harus
dikerjakan oleh Pemborong tampa adanya biaya
tambahan.

3. Persiapan dinding yang akan diplaster.


- Semua siar dipermukaan dinding batu bata hendaknya
dikerok sedalam ± 10 mm.
- Permukaan dinding beton yang diplasterkan harus
diketrik (dibuat kasar) agar bahan plasternya harus
disikat sampai bersih dan disiram air.
- Kelembaban plasteraan harus dipelihara semenjak
penempelan hingga seminggu.

b. Mencampur Plasteran

1. Ukurlah bahan-bahan dengan tepat menurut proporsi yang


ditentukan. Cara pengukuran harus disetujuhi oleh
Konsultan Pengawas.
2. Campurlah lebih dahulu bahan-bahan kering sebelum
diberi air.
3. Pergunakan alat-alat percampur mekanik dari type yang
disetujui untuk segala macam plasteran.
4. Campur plasteran dengan jumlah air yang sesuai sehingga
diperoleh campuran yang baik.
5. Tidak diijikan untuk memakai kembali adukan yang sudah
mengeras.
c. Proporsi Plesteran :

- Standar berdasarkan volume ;1bagian semen : 4 bagian


pasir.
- Trasraam berdasarkan volume ; 1 bagian semen 2 Bagian
pasir. Plesteran trasraam dilakukan pada daerah 30 cm
diatasdan bawah permukaan tanah atau pada daerah yang
basa. Plesteran trasraam toilet harus setinggi ± 1,5 m.

d. Penggunaan Plesteran :

- Permukaan Beton ; tebal min 0,5 cm dan max 0,8 cm.


- Permukaan Batu Bata/Batako ; tebal min 1,5 cm dan max.
2 cm
- Logam pelindung plesteran.
Tempelkan tempat pada pasangan Batau Bata/Batako
dengan menggunakan baut-baut pengikat sedemikian rupa
sehingga lurus dan tidak miring. Logam pelindung harus
rata dengan plesteran sedikitnya.

e. Perawatan :

Jagalah agar permukaan yang baru diplester tetap basah


selama 48 jam. Basahilah secukupnya tiap-tiap plesteran, bila
plesteran tersebut mulai mengeras, untuk mencegah
kerusakan. Lindungilah plesteran dari penguapan yang
berlebihan selama udara panas dan kering.

f. Penambahan :

Sesudah pekerjaan selesai dilakukan, penambahan dan


pelaburan yang dibutuhkan, tambalkan sebaik-baiknya agar
tambalan tidak tampak. Pekerjaan yang sudah selesai harus
bersih dan tidak ada kerusakan.

g. Perlindungan untuk pekerjaan lain :

Tutuplah pekerjaan lain dengan kantung semen atau yang


lain. Singkirkan sisa-sisa plesteran yang masuk dalam lubang-
lubang yang disiapkan untuk panel listrik.

PASAL 16 PEKERJAAN PENGECATAN

17.1.Cat Kayu

1. Persyaratan Bahan

a. Dempul Kayu
Dempul harus suatu massa yang serba sama seperti adonan
terigu, cukup tegar, tidak lengket, dan bila di kerjakan pada kayu
dengan pisu dempul/kape harus mudah dan dapat dan diberi
lapisan lain dengan baik.

b. Cat Kayu
Tipe cat kayu memakai pengencer organic antara lain cat alkyd,
epoxi, cat minyak, polyurrethan, acrylic.
Cat kayu yang harus memenuhi persyaratan sbb :
- Gel tidak boleh ada
- Endapan keras kering tidak boleh ada
- Waktu pengeringan (kering permukaan) max 4 jam
- Berada dalam kaleng yang masih tersegel dan tidak
pecah/bocor, kualitas kilap sempurna.

c. Plamur Kayu
Plamur kayu harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Plamur harus melekat dengan baik pada permukaan yang
harus di cat.
- Jika disapukan tipis-tipis harus mongering dalam waktu 2 x
24 jam tanpa mengerut atau merekah dan harus cukup
keras untuk digosok.
- Plamur yang dipakai harus untuk kayu, sedangan kan merek
ditentukan kemudian.

2. Peralatan

Alat – alat yang digunakan untuk pengecatan :


- Kuas dan kape
- Pengaduk terbuat dari kayu atau besi
- Amplas kayu no 0 – 2
- Sikat ijuk atau lap
- Kaleng kosong yang sudah diersihkan
- Persiapan semua alat-alat tersebut dalam keadaan bersih dan
kering.

3. Pelaksanaan

a. Semua kayu yang akan dicat harus diberi dasar cat meni
terlebih dahulu, kemudian di plamur dan digosok dengan
amplas sampai halus dan bebas debu.

b. Pengecatan dilakukan dengan kuas, sampai 3 kali pengecatan


hingga mencapai warna yang dikehendaki.

c. Setelah pengecatan selesai bidang cat yang terbentuk harus


rata, utuh, tidak ada bintik-bintik atau gelembung udara dijaga
dari pengotoran-pengotoran.

PASAL 17. PEKERJAAN FINISHING LANTAI DINDING

16.1 Lantai

1. Persyaratan Bahan :

d. Keramik 40 x 40 cm klas KW-II dipakai di dalam bangunan


e. Keramik 25 x 25 cm Klas KW-II Dipakai di Kamar Mandi /WC.
2. Pelaksana

a. Keramik yang akan dipasang harus direndam dahulu ke dalam air


sampai jenuh.
b. Pemasangan keramik harus lurus dan rata ( waterpass ), dengan
menggunakan adukan 1 semen : 3 untuk KM/WC, dan 1 semen : 5
pasir untuk ruang dalam.
PASAL 18. PEKERJAAN FINISHING PLAFOND

1. Persyaratan Bahan

Bahan plafond terdiri antara lain Tripleks tebal 4 mm. Bahan plafond
tersebut harus dari produk/merk yang akan ditentukan kemudian sesuai
standart SII, kualitas baik, ukuran sesuai dengan gambar detail, tidak
lengkung, tidak cacat/pecah/retak pada sudutnya dan sisi-sisinya saling
tegak lurus. Dan ada juga dalam pekerjaan menggunakan bahan triplek
kayu dengan ketebalan 4mm.

2. Pelaksanaan

a. Rangka plafond kayu balok sesuai gambar, kuantitas terbaik dengan


ukuran, cara dan pola pemasangan sesuai dengan gambar detail.
Sebagian menggunakan rangka kayu.

b. Apabila memakai kayu balok, maka seluruh rangka plafond diserut


rata dan lurus pada bagian bawahnya dan dipasang dengan sistem
klos dan paku. Hasil pemasangan rangka plafond harus datar, lurus
sesuai dengan pelinya waterpass dan menggantung kuat pada
penggantungnya.

c. Apabila diperlukan pemotongan, maka harus dilakukan untuk


memperoleh hasil yang baik, lurus, siku, rata dan halus, sesuai
dengan ukuran yang dibutuhkan.

d. Bahan plafond dipasng dengan menggunakan paku yang jumlahnya


sesuai untuk itu. Hasil pemasngan harus rapi, rata, warterpass dan
tidak bergelombang, naad/siar antara masing-masing unit harus
membentuk garis lurus, sama lebar dan berpotongan tegak lurus
serta paku yang tidak terlihat harus dibenamkan pada lembar plafond
tetapi tidak menimbulkan cacat/rusak.

e. Semua list profil yang dipakai adalah kayu profil atau kayu, dengan
tipe dan ukuran sesuai dengan gambar detail.

PASAL 19. PEKERJAAN KACA

19.1. Persyaratan Bahan

1. Kaca
Kaca pintu / jendela ketebalannya 5 mm, tidak cacat serta tidak
bergelombang.
19.2 Pelaksanaan

1. Jaminan
Kontraktor harus memberikan surat pernyataan dari supplier bahwa
alumunium dan kaca adalah sesuai dengan persyaratan. Apabila
dikemudian hari terbukti tidak sesuai, maka Kontraktor wajib
menggantinya dengan biaya sendiri.

2. Ketentuan Khusus
Kontraktor harus membuat shop drawing mengenai detail
pemasangan yang disetujui oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas.

3. Pelaksana Pekerjaan

a. Semua ditail pertemuan harus diruncingkan, halus, rata, dan


bersih dari goresan.
b. Sambungan ventical/horizontal, sambungan sudut / silang dan
kombinasi profil alumunium harus terpasang dengan sempurna
dan kuat.
c. Dalam keadaan tertutup atau terbuka, kaca-kaca tidak boleh
bergetar dan harus dijamin tidak ada kebocoran akibat air hujan
maupun udara luar.
d. Kosen Kayu dan bidang kaca yang telah dipasang harus terjaga
dari kotoran ( air, semen, cat, plester ) dan benturan.
e. Kosen Kayu pintu dipasang rata di dinding pada arah bukaan
pintu.
f. Setelah kosen terpasang ditempatnya, pemborong wajib
melindungi agar tidak tergores / rusak sampai bangunan
diserahkan untuk pertama kalinya.

PASAL 20. PEKERJAAN PENGUNCI, PINTU DAN JENDELA


20.1. Persyaratan Bahan

1. Pintu dan Panil Kayu

a. Pintu panil kayu ( tetapi ditentukan lain dalam detail gambar)


terbuat dari kayu kualitas baik, tua, kering, tidak ada celah dan
telah melalui proses pengawetan, dibuat secara manual /
sesuai gambar.

b. Pengunci dan penggantung


 Engsel 4 inch, merek akan ditentukan kemudian
 Kunci tanam double slag, merek akan ditentukan

2. Pintu kamar mandi /WC


a. Bahan dasar pintu adalah Aluminium, standard baik, lurus dan
terbabriksi
b. Engsel dan kunci pintu ini termaksud dalam satu paket dengan
daun pintunya
3. Bouvenligh
a. Rangkaa Bouvenligh adalah kayu atau aluminium ukuran
harus sesuai dengan rencana
b. Jalusi Bouvenligh terbuat dari kayu atau aluminium dengan
kwalitas baik dengan ukuran sesuai gambar

4. Daun Jendela
a. Daun jendela terbuat dari panel kaca, rapi dan tidak ada
celah, ukuran sesuai gambar, aluminium yang di pakai harus
berkwalitas baik, lurus, sudah terfabrikasi. Apabila memakai
kayu, maka haurs digunakan kayu kwalitas baik dan kering,
lurus, ketealan kaca 5 mm.

b. Pengunci dan penggan


 Ensel 3 inch, merk akan ditentukan kemudian.
 Dilengkapi hak angina, pengunci dan tarikan, merk akan
ditentukan kemudian.

20.2. Pelaksanaan

1. Semua pemasangan engsel harus rapi, sehingga secara


fungsional dapat ditutup dan dibuka dengan mudah dan ringan

2. Pemasangan kunci dan ekxspanyoleth pintu tanam harus rapi


dan mudah di oprasikan.

3. Skrup-skrip engsel, kunci tanam dan lain-lain harus rata dengan


permukaan pintu

PASAL 21. PEKERJAAN KOSEN

21.1. Persyaratan Bahan

a. Kosen kayu menggunakan kayu klas awet II sesuai dengan


peraturan kayu Indonesia, kering ( MC max. 29 % ), ukuran kosen
6/12 cm, lurus/tidak cacat

b. Persyaratan untuk kosen aluminium antara lain sebagai berikut :


- Profil strtuktur menggunakan aluminium mutu tinggi, dengan
tebal minimum 0.48 mm.
- Lapisan Anoize harus menutup pada seluruh permukaan
aluminium

21.2. Pelaksanaan

a. Kosen dipasang dengan baik, kokoh, vertical dan rata dengan


dinding,
c. Permukaan kosen harus di cat dengan cat dasar sebelum
dipasang,

d. Apabila menggunakan kusen aluminium maka harus memenuhi


persyaratan yang ditentukan kemudian.
SYARAT – SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL

PASAL 22. PEKERJAAN INTALASI LISTRIK

22.1 Ketentuan

1. Ketentuan Umum

a. Seluruh pekerjaan instalasi listrik harus dikerjakan oleh Kontraktor


yang mempunyai reputasi baik, mempunyai tenaga kerja yang
cakap dan berpengalaman.

b. Pekerjaan instalasi listrik dilaksanaka sesuai dengan peratuaran


yang berlaku (PUIL, peratuaran daerah setempa, jawatan
keselamatan kerja), memenuhi persyaratan teknis dan
dilaksanakan sampai selesai dengan sempurna.

2. Ketentuan Khusus

a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontrasktor diwajibkan


membuat shop drawing yang disetujui oleh Tim Teknis / Konsultan
Pengawas.
b. Kontraktor juga harus membuat as built drawing (untuk dokumen)
sesuai dengan instalasi yang telah selesai dikerjakan dan
dilaksanakan.
c. Untuk kepentingan kelancaran kerja, harus diadakan koordinasi
dari seluruh pekerjaan.
d. Kontraktor harus menyediakan contoh bahan/material yang akan
dipasang untuk medapatkan persetujuan dari Tim Teknis /
Konsultan Pengawas / Perencanaan.
e. Seluruh bahan/material/peralatan harus diamankan dengan
mendiri, sebelum dan sesudah pemasangan instalasi dan
Kontraktor harus memberikan jaminan (garansi) selama 1 (satu)
tahun setelah penyerahan kedau pekerjaan terhadap instalasi dan
bahan/material yang dipakai.

22.2. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan instalasi listrik meliputi pemasangan sistem distribusi


listrik yang nyata-nyata dinyatakan dalam gambar dan RKS ini, yaitu :

a. Pemasangan panel distribusi tegangan menengah (LVMD) dan panel


penerangan (LP) serta panel daya (PP).
b. Pemasangan seluruh instalasi penerangan, baik diluar maupun dalam
gedung, termasuk armeteur dan sistem pengaman pertahanan
(grounding).
c. Pemasangan instalasi daya listrik untuk keperluan pompa air,
termasuk pengaman motor dan hal-hal yang berhubungan dengan itu.
22.3. Persyaratan Bahan

1. Panel

a. Panel box untuk LVMD, LP maupun PP adalah buatan pabrik


panel, dimensi sesuai dengan ketentuan PUIL, rangka dari besi
profil dengan cover dari plat baja dengan finishing cat baker yang
anti karat serta dilengkapi dengan lampu indicator.

b. Komponen yang terdapat pada panel adalah NT atau NH Fuse,


Switch, MCB, abalog Ampere meter 10-30 Amp, digital volt meter
0-600 V dan selector switch.

2. Pengahantar

a. Kabel penghantar yang dipakai adalah jenis NYA, NYY ( untuk


instalasi didalm gedung ) dan jenis NYFGBY ( untuk instalasi diluar
gedung )

b. Kawat arde dari kabel telanjang ( Bore Cooper ) keras.

c. Pipa kabel dari bahan PVC, klas AW dan ukuran sesuai dengan
gambara. Persilangan pipa disambung dengan T-dos dari bahan
PVC lengkap dengan tutupnya dan sambungan kabel pada
persilang terbuka ditutup dengan las-dop dari bahan keramik
dengan sistem sambungan ekor babi.

d. Khusus untuk penyedia penyambungan daya ke panel induk,


disediakan kabel NYFGBY dengan panjang minimal 15 m.

3. Fixture
Stop kontak dan saklar Alpine White, rating arus 10 ampere, 1 phasa,
tegangan 500 volt 50 Hz, kualitas baik dan tahan panas. Sistem
pemasangan tertanam ( inbow ).

4. Pengaman Pentahanan

a. Hantaran pertahanan harus terus menerus ( continue ) dengan


elektroda pertanahan yang dipasang diluar bangunan.
b. Tahanan pentahanan maksimum adalah 3 ohm.

22.4. Pelaksanaan

a. Panel Listrik yang dipasang sesuai dengan ketentuan dan peraturan


PUIL, diletakkan pada dinding dengan angker yang kuat dan tinggi
panel dari lantai jadi adalah 190 cm

b. Semua kabel instalasi harus sesuai dengan jenis dan ukuran dalam
gambar dan dimasukkan dalam pipa kabel yang menuju kesaklar dan
stop kontak harus tertanam dalam dinding dan tidak diperbolehkan
adanya sambungan pipa didalan dinding, sedang pipa kabel menuju
armeter lampu menggunakan pipa fleksibel dari bahan yang sama.
c. Stop kontak dan saklar dipasang didalam dinding (inbow) dengan
menggunakan roset-roset dari bahan galvanis (tidak berkart). Jarak
dari lantai jadi adalah 150 cm (untuk saklar) dan 30 cm (untuk stop
kontak).

d. Armeteur lampu dipasang secara outblow ( untuk ruang yang tidak


memakai penutup plafond ), disesuaikan dengan gambar rencana dan
harus mendapat persetujuan dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas.

e. Pada setiap panel listrik garus dipasang pengaman pertahanan dan


fremen/penutup metal dari panel tidak boleh dipakai sebagai
penghantar. Apbila ada beberapa panel yang berdekatan, elektroda
pertahanannya dapat digabungkan jika jarak antara panel kurang dari
5 meter.

f. Pada saat menunggu proses penyambungan listrik dari NEGARA,


maka untuk keperluan penerangan jalan masuk ke proyek Kontrator
harus memakai genset. Selama masa pembangunan, biaya
penerangan jalan masuk keproyek mejadi beban Kontraktor.

Anda mungkin juga menyukai