A. PETUNJUK UNTUK PESERTA
Penyedia Barang/Jasa harus membaca dan mempelajari seluruh gambar rencana, rencana kerja dan
syarat‐syarat dengan seksama untuk memahami benar‐benar maksud dan isi dokumen. Tidak ada
gugatan yang akan dipertimbangkan jika gugatan itu disebabkan karena penyedia barang/jasa tidak
membaca, tidak memahami, tidak memenuhi petunjuk/ketentuan dalam gambar dan atau pernyataan
kesalahpahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.
PASAL 1
GARIS BESAR PEKERJAAN
A. UMUM
PROGRAM : PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR BPS KAB. TANAH LAUT
PEKERJAAN : REVITALISASI RUMAH DINAS BPS KAB. TANAH LAUT
INSTANSI : BPS KAB. TANAH LAUT
LOKASI : KEC. PELAIHARI KAB. TANAH LAUT
1. Ketentuan
a. Tenaga Kerja
Jika untuk pelaksanaan suatu pekerjaan, sifat pekerjaan menuntut dipakai/dilibatkannya
tenaga ahli khusus, Penyedia Barang/Jasa harus mengadakan/menggunakan tenaga ahli yang
dimaksud. Untuk itu, bukti‐bukti yang menyangkut keahliannya harus diserahkan kepada
Konsultan Pengawas guna pemeriksaan dan persetujuannya.
b. Peralatan Kerja
Jika untuk menghasilkan suatu kecermatan, kerapian dan ketelitian kerja berdasarkan suatu
standar/kaidah teknis yang umum berlaku, harus digunakan peralatan yang sifatnya tepat
guna atau bahkan yang presisi, Penyedia Barang/Jasa harus mengusahakan/mengadakannya,
baik dengan cara membeli atau menyewanya.
c. Standar/Peraturan Teknis yang berlaku
Untuk pelaksanaan pekerjaan, berlaku Peraturan Teknis yang dikeluarkan oleh Pemerintah
atau Lembaga‐lembaga lain yang diakui Pemerintah.
Peraturan Teknis tersebut antara lain :
∼ Standar Nasional Indonesia (SNI).
∼ Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia Tahun 1982.
∼ Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI)
∼ Peraturan Beton Bertulang Indonesia Tahun 19971/NI.2.
∼ Peraturan Perburuhan di Indonesia (tentang pengarahan tenaga kerja) antara lain tentang
larangan mengerjakan anak‐anak di bawah umur.
∼ Peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi.
∼ Peraturan‐peraturan Pemerintah Daerah setempat mengenai bangunan‐bangunan.
∼ Standar lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas.
SPESIFIKASI TEKNIS
2. Penanganan Pekerjaan
a. Penyimpanan
Tempat penyimpanan bahan/peralatan harus terlindung dari pengaruh cuaca sehingga tidak
menimbulkan kerusakan.
Sistem susunan penyimpanan bahan/peralatan harus mudah dalam penumpukan dan
pengambilan.
b. Pengangkutan dan Pengangkatan
Pengangkutan dan pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga, peralatan dan tata cara yang
cukup dan memadai, baik kuantitas maupun kualitas, kecepatan, kelancaran dan kenyamanan
yang baik.
c. Perlindungan
Penyedia Barang/Jasa harus melakukan usaha perlindungan terhadap hasil pekerjaannya, baik
dari mulai, selama maupun setelah terpasangnya hasil pekerjaan hingga diserahkan kepada
Pemberi Tugas. Selain dari hasil pekerjaannya, Penyedia Barang/Jasa juga harus melakukan
upaya perlindungan terhadap pekerjaan lain yang mungkin terpengaruh atau terganggu oleh
akibat kegiatan pelaksanaan.
Selama masih dalam proses pelaksanaan, segala sesuatu menjadi tanggung jawab Penyedia
Barang/Jasa sepenuhnya.
d. Pembersihan
Selama pekerjaan berlangsung, Penyedia Barang/Jasa harus menjaga keadaan pekerjaan dan
lapangan/tapak proyek selalu dalam keadaan bersih dari sisa‐sisa bahan, sampah atau
kotoran. Sisa‐sisa bahan dan sampah harus secara periodik diangkut keluar dari tapak
proyek/lapangan. Pada penyelesaian pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa harus memeriksa
keseluruhan pekerjaan dan tapak proyek/lapangan serta meninggalkannya dalam keadaan
rapi dan bersih.
e. Penggantian dan Perbaikan
Dalam hal terjadi kerusakan, Penyedia Barang/Jasa harus segera melakukan upaya perbaikan
dan penggantian yang diperlukan dan hasilnya harus mendapat pemeriksaan dan persetujuan
dari Konsultan Pengawas serta tanpa tambahan biaya kepada Pemberi Tugas.
Penggantian atau perbaikan yang diperlukan dalam masa pembangunan, pelaksanaannya
harus dilakukan segera setelah mendapat pemeriksaan dan atau instruksi dari Konsultan
Pengawas, dilaksanakan secepat mungkin sehingga tidak menimbulkan keterlambatan
penyelesaian pekerjaan menurut ketentuan waktu yang telah ditetapkan didalam
kontrak/surat perjanjian kerja.
B. PRODUK
1. Pemilihan Patern/Pola/Warna
Dalam hal belum ditentukannya patern/pola/warna yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa harus segera memberitahu Konsultan Pengawas mengenai hal‐
hal yang diperlukan tersebut di atas sejalan dengan jadual/perkembangan pekerjaan yang
berlangsung dengan mengajukan contoh/katalog/data teknis yang diminta menurut persyaratan
teknis yang telah ditetapkan.
SPESIFIKASI TEKNIS
2. Pengadaan
Jika ternyata produk yang disyaratkan tidak terdapat di pasar lokal, Penyedia Barang/Jasa harus
dapat mengusahakan pengadaannya walaupun dengan mendatangkan dari luar kota, luar daerah
maupun luar negeri.
Untuk kondisi semacam ini, Penyedia Barang/Jasa dianggap sudah harus tahu, baik pada saat
mengajukan penawaran maupun saat pelaksanaannya.
3. Pelaksanaan
a. Persiapan dan Pemeriksaan
Penyedia Barang/Jasa bertanggung jawab penuh untuk segala usaha, upaya, tata cara, proses
dan prosedur yang harus dilaksanakan untuk mendapatkan hasil pelaksanaan pekerjaan
hingga memenuhi persyaratan yang tercantum didalam Kontrak/Perjanjian.
Untuk itu, sebelum memulai pelaksanaan dari tiap‐tiap bagian pekerjaan, Penyedia
Barang/Jasa wajib memeriksa dan meyakinkan sendiri akan kebenaran
produk/material/peralatan yang akan dipakai, kesiapan lokasi pekerjaan serta kebenaran
akan kondisi lokasi atau pekerjaan pendahulunya.
b. Verifikasi Ketidakcocokan
Dalam hal terdapat kelalaian atau ketidakcocokan antara gambar dengan kondisi lapangan,
sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan yang terkait, Penyedia Barang/Jasa wajib
memberitahu Konsultan Pengawas guna mendapat pemeriksaan dan penyelesaian yang
menyangkut permasalahan/ketidakcocokan yang terjadi. Bila ada perbedaan antara gambar
rencana dengan gambar detail maka gambar detail yang diikuti. Bila terdapat perbedaan
antara RKS dan gambar, maka RKS yang ikuti.
c. Pemberitahuan Pelaksanaan
Sebelum memulai pelaksanaan dari tiap‐tiap bagian pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa wajib
memberitahu Konsultan Pengawas untuk meminta dilakukannya pemeriksaan akan kesiapan
lokasi/material/peralatan atau pekerjaan pendahulunya, dengan mengajukan Surat
Permohonan Izin Pelaksanaan bagi tiap‐tiap bagian pekerjaan yang akan dilaksanakannya.
d. Kondisi Pekerjaan
Dalam hal terdapat Penyedia Barang/Jasa lain yang dipekerjakan oleh Pemberi Tugas untuk
melaksanakan suatu bagian pekerjaan dari proyek ini, Penyedia Barang/Jasa harus dapat
bekerjasama dibawah pengarahan Konsultan Pengawas sehingga tercapai koordinasi yang
baik untuk pelaksanaan seluruh pekerjaan proyek.
4. Perubahan
a. Umum
Ruang Lingkup
Perubahan dapat/mungkin terjadi/dilakukan oleh pihak‐pihak yang terlibat didalam
pelaksanaan pekerjaan, kemungkinan tersebut adalah sebagai berikut :
∼ Perubahan dilakukan oleh Penyedia Barang/Jasa.
∼ Perubahan diperintahkan oleh Pemberi Tugas, Konsultan Perencana dan Konsultan
Pengawas.
Tanggung Jawab
∼ Jika perubahan dilakukan oleh Penyedia Barang/Jasa, maka tanggung jawab teknis
perencanaannya ada pada Penyedia Barang/Jasa.
SPESIFIKASI TEKNIS
∼ Jika perubahan dilakukan oleh Pemberi Tugas atau Konsultan Perencana atau Konsultan
Pengawas, tanggung jawab teknis perencanaan ada pada yang mengubah.
b. Penggantian Produk/Material
Alasan Penggantian
Usulan penggantian suatu produk/material dapat dilakukan jika :
∼ Material/produk yang telah ditentukan didalam Kontrak tidak bisa didapat secara normal,
kecuali dinyatakan khusus dalam Syarat Kontrak.
∼ Adanya faktor/pertimbangan teknis perencanaan yang memungkinkan untuk dilakukan
penggantian.
∼ Adanya faktor/pertimbangan teknis pelaksanaan yang tidak memungkinkan sehingga
perlu adanya penggantian.
∼ Diperlukan faktor teknis ketahanan yang lebih baik.
Persetujuan
Semua perubahan atau penggantian yang akan dilakukan harus mendapat persetujuan dari
Pemberi Tugas dan Konsultan Perencana.
c. Pelaksanaan
Proses Usulan Perubahan
Bila usulan tersebut diatas datang dari Penyedia Barang/Jasa, usulan diajukan kepada
Konsultan Perencana melalui Konsultan Pengawas.
Usulan penggantian harus disertai dengan :
∼ Alasan yang jelas dan dapat diterima
∼ Data teknis produk/material yang diusulkan
∼ Contoh material/peralatan yang diusulkan
∼ Sertifikat pabrik/sertifikat pengujian jika ada/perlu
Penyesuaian Harga Pekerjaan.
∼ Jika terdapat perbedaan harga satuan yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang
dilakukan oleh Pemberi Tugas/Perencana, usulan penyesuaian harga dapat dirundingkan
dan diajukan kepada Konsultan Pengawas atau Penyedia Barang/Jasa dapat menolaknya
dengan alasan yang wajar menurut pertimbangan teknis atau keuangan, sejauh tidak
bertentangan dengan Syarat Umum Kontrak.
∼ Penggantian/perubahan yang dilakukan oleh Penyedia Barang/Jasa, penyesuaian
harganya dirundingkan dengan Konsultan Pengawas dan harus mendapat persetujuan
dari Pemberi Tugas.
∼ Pertimbangan dan putusan atas penyesuaian harga yang diminta harus didasarkan pada
bentuk Kontrak, perbandingan harga material asli dengan penggantinya,
sumber/tersedianya material serta perhitungan harga yang wajar.
∼ Penyesuaian harga akibat dari perubahan ini jika disetujui berlaku timbal balik antara
Penyedia Barang/Jasa dengan Pemberi Tugas.
SPESIFIKASI TEKNIS
PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
A. Administrasi, Dokumentasi dan Pelaporan
1. Lingkup Pekerjaan
Uraian ini mencakup persyaratan teknis untuk penyusunan administrasi, dokumentasi dan
pelaporan pencapaian pekerjaan. Administrasi, Dokumentasi dan Pelaporan meliputi seluruh
penjabaran program pelaksanaan harian/mingguan/bulanan oleh Penyedia Barang/Jasa yang
diketahui/diperiksa oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas berdasarkan surat perjanjian
kerja/kontrak dan dibuktikan dengan Foto kegiatan pekerjaan yang sudah dilaksanakan, papan
nama proyek dan gambar rencana (shop drawings) serta gambar purna laksana (as build
drawings).
2. Program Pelaksanaan
Dalam 14 (empat belas) hari setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), Penyedia
Barang/Jasa diharuskan mengajukan kepada Direksi jadual waktu pelaksanaan untuk seluruh
Pekerjaan dan Pekerjaan Sementara yang akan dilaksanakan berdasar Kontrak. Jadual Kerja harus
menunjukkan usulan urutan pelaksanaan dan hubungan yang sesuai antara kegiatan‐kegiatan
dalam jadual kerja.
Jadual waktu pelaksanaan harus dipersiapkan sedemikian rupa sehingga keseluruhan pekerjaan
akan diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan pada penawaran. Sesudah disetujui oleh
Direksi, jadual waktu pelaksanaan beserta lembar‐lembar lampirannya, harus digunakan sebagai
acuan bagi Program Pelaksanaan dan tidak diijinkan diadakan perubahan, kecuali ada
perpanjangan waktu yang diperbolehkan berdasarkan kontrak. Program yang disetujui harus
menjadi dasar acuan untuk membandingkan kemajuan yang dicapai terhadap yang direncanakan.
Juga akan digunakan untuk mengetahui apakah suatu pekerjaan telah selesai tepat pada waktunya.
3. Laporan Kemajuan Pekerjaan
a. Penyedia Barang/Jasa harus menyerahkan copy laporan perkiraan kemajuan/progres bulanan
dalam bentuk yang telah disepakati oleh Direksi yang memuat tentang kemajuan pelaksanaan
selama bulan sebelumnya.
b. Pada setiap kegiatan atau sub‐kegiatan dalam jaringan kerja dibuat daftar yang menunjukkan:
∼ Prosentase rencana yang akan diselesaikan sampai akhir perioda pelaporan;
∼ Prosentase aktual yang diselesaikan sampai akhir periode pelaporan;
∼ Jangka waktu yang tersisa untuk menyelesaikan kegiatan atau sub‐kegiatan;
∼ Penjelasan yang tepat tentang kemajuan pekerjaan termasuk metode perbaikan yang di
usulkan.
c. Daftar tenaga kerja dan posisi yang digunakan selama periode pelaporan.
d. Daftar sarana pelaksanaan, peralatan dan bahan‐bahan di lapangan yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan termasuk yang tiba di atau dipindahkan dari lapangan.
e. Item‐item utama untuk pekerjaan sementara yang dilaksanakan selama periode pelaporan.
f. Masalah‐masalah lain yang mungkin diperlukan berdasar Kontrak atau pernyataan tentang
masalah‐masalah yang timbul dari atau sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan selama
periode pelaporan.
g. Foto kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIS
Semua biaya yang dikeluarkan oleh Pelaksana yang berkaitan dengan sub‐pasal ini harus termasuk
dalam biaya administrasi, dokumentasi dan pelaporan harga satuan lumpsum.
4. Jadual (Schedule) Bulanan
Penyedia Barang/Jasa harus mempersiapkan jadual bulanan pada akhir tiap bulan untuk bulan
berikutnya. Jadual ini akan menunjukkan lamanya waktu dari mulai sampai dengan selesai tiap‐
tiap kegiatan utama dengan perkiraan volume pekerjaan.
5. Foto Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan
a. Penyedia Barang/Jasa akan melengkapi laporan kemajuan pelaksanaan dengan foto berwarna
(8 x 12 cm) setiap kemajuan kerja yang dicapai, pada lokasi‐lokasi yang ditentukan oleh
Direksi selama periode Kontrak.
b. Foto akan diambil pada awal, selama berlangsung dan tahap selesai (0%, 50%, 100%) untuk
masing‐masing bagian utama pekerjaan atau bagian pekerjaan dan pada saat lain yang
langsung ditentukan oleh Direksi.
c. Uraian singkat dan tanggal masing‐masing foto akan disertakan. Foto akan menjadi milik
Pemilik Proyek dan cetak ulang dari Foto ini tidak boleh diberikan kepada pihak lain tanpa
adanya izin dari Pemilik Proyek.
B. Pembongkaran dan Pembersihan Lokasi
Untuk pekerjaan ini perlu diperhatikan gambar rencana dan ketentuan‐ketentuan teknis.
Pembongkaran
1. Penyedia Barang/Jasa wajib melakukan pengukuran dan peninjauan kondisi existing untuk
penyesuaian dengan perencanaan.
2. Pelaksanaan dari seluruh pekerjaan bongkaran harus dilakukan secermat‐cermatnya sehingga
tidak mengganggu kepentingan dan keamanan umum yang ada disekelilingnya.
3. Tidak diperkenankan pada waktu pelaksanaan bongkaran terjadi kegaduhan yang dapat
mengganggu ketertiban dan keamanan umum.
4. Penyedia Barang/Jasa harus melokalisir areal penimbunan sementara dari seluruh material
bongkaran dan sampai pembuangan agar tidak mengganggu kepentingan umum.
5. Penyedia Barang/Jasa wajib mengambil langkah‐langkah demi pengamanan terhadap material
bongkaran yang menurut petunjuk Direksi Pengawas harus dibongkar dengan baik/tanpa
cacat/utuh, serta setelah dibongkar harus dijaga keamanannya bila dikehendaki/sesuai petunjuk
Direksi Pengawas.
6. Puing‐puing bekas bongkaran harus segera disingkirkan dari lokasi pekerjaan dan
pembuangannya harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kepentingan
umum.
7. Semua daerah bongkaran harus dipelajari, dilihat/dikontrol secara seksama, pengaruh dan segala
kemungkinan dari akibat pekerjaan bongkaran, harus diperhatikan agar tidak mengganggu
aktifitas umum dan tidak mengganggu peralatan yang ada. Penyedia Barang/Jasa harus
melakukan secara baik, benar dan tepat dalam melakukan pekerjaan bongkaran.
8. Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan seluruh peralatan untuk bongkaran dan pengadaan
bahan dari mutu terbaik yang sesuai jenisnya untuk perbaikan dan finishing.
SPESIFIKASI TEKNIS
9. Segala resiko pekerjaan diluar kontrak yang terjadi selama melakukan pekerjaan bongkaran,
pembersihan dan pembuangan ke luar lokasi pekerjaan menjadi tanggung jawab Penyedia
Barang/Jasa.
Pembersihan Lokasi
1. Tanah Lokasi harus dibersihkan dari tumbuhan‐tumbuhan, pohon‐pohonan, akar‐akaran, tanah
berhumus atau berlumpur dan puing‐puing bangunan dalam batas lokasi/rencana bouwplank.
2. Bahan bongkaran ayat 1 harus disingkirkan dari lokasi/lapangan pekerjaan.
3. Tempat penumpukan/pembuangan hasil bongkaran dikonsultasikan dengan Konsultan Pengawas
atau Pemberi Tugas.
4. Bila menurut Konsultan Pengawas atau Penyedia Barang/Jasa, ada tumbuh‐tumbuhan dan atau
pohon yang tidak perlu disingkirkan maka harus dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas.
5. Tumbuh‐tumbuhan dan pohon‐pohon diluar lokasi ayat 1, tidak boleh ditebang atau dibongkar,
kecuali ada izin dari Pemberi Tugas.
6. Bila ternyata tanah berhumus atau berlumpur bekas bahan bongkaran pada ayat 1 maka tanah
tersebut dikumpulkan dahulu disuatu tempat yang tidak mengganggu pekerjaan dan
penggunaannya diatur kemudian.
7. Pembersihan lokasi dinyatakan selesai, bila telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas
dan Pemberi Tugas.
C. Pengukuran Situasi
1. Untuk pekerjaan pengukuran situasi ini, perlu diperhatikan gambar rencana dan ketentuan‐
ketentuan teknis.
2. Untuk menentukan ketepatan titik awal dipergunakan alat ukur yang sesuai dengan lokasi
pekerjaan.
3. Untuk menentukan titik sumbu harus dipasang patok‐patok jelas yang ditanamkan sedemikian
rupa sehingga tidak bergerak.
4. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pengukuran situasi ini, harus diketahui dan disetujui
Pemilik Proyek dan Konsultan Pengawas.
D. Konstruksi Bouwplank
Untuk pekerjaan konstruksi bouwplank ini, perlu diperhatikan gambar rencana dan ketentuan‐
ketentuan teknis.
1. Untuk membantu ketepatan berdirinya bangunan/titik sumbu pondasi/kolom konstruksi, maka
harus dibuat konstruksi bouwplank yang kuat/tidak dapat bergeser karena pekerjaan
disekitarnya.
2. Konstruksi bouwplank dibuat dari bahan setara papan kayu MC dengan ukuran 1,8/18 cm dan
tongkat dari kayu galam diameter 4 cm atau balok kayu kelas II dan ditanam sedemikian rupa
sehingga tidak mudah bergerak.
3. Papan bouwplank harus diratakan dibagian atas dengan jalan diketam sehingga lurus.
4. Pembuatan konstruksi bouwplank dinyatakan selesai bila mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.
5. Papan bouwplank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai ± 0,00.
SPESIFIKASI TEKNIS
E. Papan Nama Pekerjaan
1. Penyedia barang/jasa wajib membuat papan nama pekerjaan sesuai ketentuan yang berlaku
dengan isi informasi sesuai ketentuan pengguna barang/jasa.
2. Ukuran papan nama kegiatan mengikuti standar yang berlaku pada Badan Pusat Statistik
Kabupaten Tanah Laut. Papan nama dibuat dengan rangka yang baik dan terpasang kuat.
3. Papan nama dipasang dengan baik pada tempat yang jelas dan mudah dibaca.
PASAL 3
PENENTUAN PEIL
Untuk pekerjaan ini harus memperhatikan gambar rencana dan ketentuan‐ketentuan teknis.
1. Untuk penentuan peil, diambil permukaan atas lantai dari bangunan utama.
2. Untuk pedoman selanjutnya dari bangunan yang lain, maka harus dibuatkan patok permanen yang
ditanamkan kedalam tanah dan tidak mudah bergerak/bergeser. Patok ditanamkan sebelum
pekerjaan bouwplank dimulai, tempat penanaman patok harus dikonsultasikan kepada Pemilik
Proyek dan Konsultan Pengawas.
3. Pada patok yang dimaksud harus dibuat tanda yang menunjukan ketinggian lantai.
4. Ukuran ketinggian lantai dari bangunan yang lain, akan berpedoman kepada patok permanen yang
ada.
PASAL 4
PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI
Untuk pekerjaan ini harus memperhatikan gambar rencana dan ketentuan‐ketentuan teknis.
1. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan galian tanah, urugan tanah kembali, urugan pasir dibawah lantai
+ pondasi, urugan tanah dipadatkan, pasangan batu kosong dan pasangan pondasi batu gunung
campuran 1 : 4.
2. Pekerjaan urugan tanah bekas lubang galian dilaksanakan disekitar pondasi, sampai ketinggian
yang ditentukan pada gambar rencana.
3. Pengurugan kembali lubang yang dibuat pada ayat 2 dengan tanah bekas galian harus
dikonsultasikan dengan Konsultan Konsultan Pengawas. Dan bila ternyata baik untuk urug,
artinya tidak tercampur dengan humus atau bahan‐bahan lain yang mengganggu pemadatan
tanah, maka dapat dipakai sebagai bahan urugan tersebut.
4. Pengurugan kembali pada ayat 2 harus dengan pemadatan yang dilaksanakan lapis demi lapis,
masing‐masing setebal 20 cm dan ditumbuk sampai padat.
5. Pengurugan pasir urug harus dilaksanakan sesuai gambar rencana dan dipadatkan.
6. Pondasi yang dilaksanakan adalah pasangan batu gunung dengan ukuran dan bentuk sesuai
gambar rencana.
7. Untuk Aanstamping/pasangan batu kosong harus dipasang dengan ketebalan sesuai gambar
rencana.
SPESIFIKASI TEKNIS
PASAL 5
PEKERJAAN PASANGAN
A. Pasangan Bata
Untuk pekerjaan ini harus memperhatikan gambar rencana dan ketentuan‐ketentuan teknis.
1. Pekerjaan ini meliputi pasangan dinding ½ bata camp. 1 : 4 ;
2. Sebelum pelaksanaan pasangan batu bata yang dikerjakan maka harus diperhatikan sudut‐
sudut yang dibatasi oleh dua bidang dinding vertikal maupun dengan bidang lantai, maka
harus dijaga kesikuannya.
3. Pasangan batu dengan spesi 1 PC : 4 pasir dilaksanakan pada pekerjaan dinding batu bata
setengah bata.
4. Pasangan batu bata dengan tebal setengah bata, boleh dilaksanakan seluas 12 meter persegi.
Untuk maksud ini pasangan batu harus dibatasi oleh kolom konstruksi/kolom praktis dan
sloof/balok/ringbalk.
5. Pada pelaksanaan dinding batu bata tebal setengah bata, dalam 1 hari hanya boleh
dilaksanakan sampai ketinggian 1 meter.
6. Pasangan batu bata tebal setengah bata, harus memakai batu bata utuh, kecuali pada bagian
tertentu yang terpaksa memakai batu bata setengah bata atau tiga perempat bata, seperti
pada pertemuan sudut dinding atau pertemuan sudut dinding atau pertemuan dinding atau
pertemuan dinding dengan kolom.
7. Batu bata sebelum dipasang, harus disiram/direndam air terlebih dahulu sampai basah.
8. Semua siar tegak dan siar datar pasangan batu bata, harus terisi dengan spesi dan selanjutnya
diratakan dan dirapikan.
B. Plesteran dan Acian
1. Pekerjaan plesteran dan acian meliputi semua dinding bata bagian luar dan bagian dalam,
dinding saluran serta tiang‐tiang kolom.
2. Untuk pasangan dinding batu bata dengan spesi 1 PC : 2 pasir, harus diplester dengan spesi
yang sama, demikian pula untuk pasangan dinding batu bata dengan spesi 1 PC : 4 pasir,
harus diplester dengan spesi yang sama.
3. Pasir yang digunakan untuk bahan plesteran, harus diayak dengan ayakan pasir berlubang 4 x
4 mm sehingga terhindar dari hasil permukaan plesteran yang kasar/rusak..
4. Spesi yang jatuh ditanah atau spesi yang sudah mengeras tidak boleh dipakai untuk bahan
plesteran.
5. Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa membongkar dinding/plesteran yang sudah selesai
dikerjakan, maka setelah selesai pekerjaan pembongkaran tersebut, harus diperbaiki kembali
seperti semula dengan spesi yang sama dengan spesi yang belum dibongkar.
6. Untuk menghindari retak‐retak pada dinding plesteran, maka harus dilaksanakan perawatan
dengan jalan menyiram permukaan plesteran dengan air, sesuai dengan petunjuk Konsultan
Konsultan Pengawas.
7. Permukaan dari dinding batu bata yang telah diplester, harus dihaluskan dengan adukan
semen dan air (acian).
8. Permukaan kolom hasil pengecoran harus dihaluskan dengan adukan semen dan air (acian).
SPESIFIKASI TEKNIS
C. Pasangan Keramik dan Beton Motif Garis
1. Keramik yang digunakan berukuran :
~ 40 x 40 cm bermotif atau berwarna.
~ 20 x 20 cm bermotif atau berwarna untuk lantai kamar mandi/toilet.
~ 20 x 25 cm bermotif atau berwarna untuk dinding kamar mandi/toilet.
2. Sebelum pemasangan keramik dan beton motif garis dilaksanakan maka Penyedia
Barang/Jasa harus menunjukkan contoh material kepada Direksi dan Konsultan Pengawas
untuk mendapat persetujuan.
3. Pemasangan keramik harus vertikal waterpas, tidak boleh bergelombang dengan nat yang
rapi dan rapat.
4. Nat‐nat pada pemasangan keramik harus diisi dengan semen yang berwarna sama dengan
tegel keramik tersebut.
5. Bahan keramik yang dipakai tidak boleh ada yang retak/pecah.
6. Bila terdapat pemasangan keramik yang harus dipotong maka diusahakan pemasangannya
pada pertemuan sudut lantai dengan dinding.
7. Bila terdapat pemasangan keramik lantai yang tidak rata waterpas mendatar (bergelombang)
dan tidak lurus maka harus dibongkar dan diperbaiki kembali sampai permukaan lantai
waterpas mendatar dan plint benar‐ benar lurus.
8. Setelah pemasangan keramik dinyatakan selesai maka permukaannya harus dibersihkan dari
kotoran‐kotoran/noda yang menempel.
9. Beton motif garis yang digunakan adalah hasil pabrikasi dengan bentuk dan ukuran mengacu
pada gambar rencana. Cara pemasangan hampir sama dengan cara pemasangan keramik.
PASAL 6
PEKERJAAN BETON BERTULANG
Untuk pekerjaan ini harus memperhatikan gambar rencana dan ketentuan‐ketentuan teknis.
1. Meliputi pekerjaan beton bertulang dan beton tak bertulang.
2. Pekerjaan beton bertulang camp. 1 : 2 : 3 meliputi pekerjaan :
~ Sloof 15/18 cm
~ Kolom 13/13 cm
~ Kolom 15/25 cm
~ Ringbalk 13/18 cm
~ Geuvel 13/15 cm
~ Plat lantai dak tebal 10 cm
3. Pekerjaan beton tak bertulang meliputi :
~ Cor tumbuk dibawah lantai camp. 1 : 3 : 5
4. Beton bertulang dan beton tak bertulang dicor dilokasi kerja dan semua pekerjaan beton
dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja di lapangan.
5. Bahan‐bahan yang dipergunakan harus mendapat persetujuan pengguna barang/jasa.
6. Agregat harus disimpan bersih dari lumpur tanah liat atau bahan organis lainnya, dianjurkan
untuk menggunakan bak, bahan yang berlantai untuk mencegah terbawanya tanah bawah pada
waktu pengambilan bahan.
SPESIFIKASI TEKNIS
7. Semen yang digunakan hanya dari satu merek pada bagian pekerjaan struktur yang tidak terpisah.
8. Air yang digunakan untuk pembuatan beton tidak boleh mengandung alkali, garam, bahan‐bahan
organis, asam dan airnya harus dapat diminum sesuai dengan ketentuan PAM, jernih dan tawar.
9. Campuran beton harus homogen sehingga mencapai kekuatan karakteristik yang disyaratkan.
10. Tata cara pengecoran beton tidak bertulang :
∼ Sekurang‐kurangnya dua hari sebelum pengecoran dilakukan, Direksi diberitahukan agar
pemeriksaan dan persetujuan dapat diberikan pada waktu pengecoran.
∼ Beton harus diaduk hingga homogen setelah semua bahan masuk.
∼ Sebelum beton dibuat/dicor, bekisting harus bersih dari kotoran‐kotoran dan bahan‐bahan
lain, begitu pula alat pengaduknya.
11. Tata cara pengecoran beton bertulang :
∼ Sekurang‐kurangnya dua hari sebelum pengecoran dilakukan, Direksi diberitahukan agar
pemeriksaan dan persetujuan dapat diberikan pada waktu pengecoran.
∼ Pengecoran harus sesuai dengan persyaratan dalam ketentuan PBI ataupun SNI.
∼ Beton harus dicor dan tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian 1,5 m dan dalam lapisan
horizontal tidak lebih dari 30 cm dalamnya.
∼ Terjadinya kantong‐kantong gelembung dalam beton harus dihindarkan dan segera setelah
dituang, beton ini harus dipadatkan dengan penggetaran.
∼ Selama penggetaran dijaga agar jangan sampai menggerak tulangan maupun bekisting.
∼ Sambungan beton sebelum melanjutkan pengecoran pada beton yang mengeras, permukaan
yang lama harus diberslhkan dan dikasarkan, permukaan sambungan disiram dengan air
semen. Penyambungan beton yang melebihi 7 hari dilapisi dengan bahan penyarnbung.
∼ Untuk pekerjaan pemeliharaan dalam mencegah pengeringan bidang‐bidang beton selama
paling sedikit dua minggu beton harus dibasahi terus menerus, antara lain dengan
menutupinya dengan karung basah (atau plastik untuk struktur kolom).
12. Pekerjaan Pembesian.
∼ Besi yang dipakai harus lurus dengan jarak sejajar antara besi yang satu dengan yang lainnya
(sesuai gambar kerja).
∼ Dalam pekerjaan ini besi tulangan yang digunakan adalah besi diameter 10, diameter 8 dan
besi diameter 6 . Untuk rinciannya harus mengacu pada gambar rencana.
∼ Toleransi diameter pada masing‐masing baja tulangan beton yang diperkenankan dapat dilihat
pada tabel berikut :
1 6 5 % Atau ± 0,3 mm
2 8 ≤ d ≤ 14 5 % Atau ± 0,4 mm
3 16 ≤ d ≤ 25 5 % Atau ± 0,5 mm
∼ Sambungan besi harus mempunyai panjang yang cukup, minimum sepanjang yang
disyaratkan.
SPESIFIKASI TEKNIS
∼ Pengikat besi dengan begel harus benar‐benar kuat jangan sampai menimbulkan perubahan
pada, waktu pengecoran dan semua silangan besi utama dengan begel harus diikat kuat‐kuat
dengan kawat berukuran minimum diameter 1 mm.
∼ Untuk membuat selimut beton, jarak besi dengan bekisting harus dijaga, jangan sampai
menempel, untuk itu perlu dipasang beton deking sesuai dengan tebal selimut beton yang
disyaratkan dalam SNI.
∼ Besi stek yang dibuat harus diikat ke tulangan.
∼ Besi tulangan yang dipakai yaitu mutu baja U‐24 dengan dimensi mengacu pada gambar
rencana.
∼ Batang‐batang tulangan harus disimpan dan tidak menyentuh tanah.
∼ Timbunan batang‐batang untuk waktu lama di udara terbuka harus dicegah.
13. Pekerjaan Bekisting.
∼ Bekisting/acuan harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga, tidak ada perubahan bentuk
dan cukup kuat menampung beban‐beban sementara maupun tetap. Semua acuan harus diberi
penguat datar silang sehingga kemungkinan bergeraknya acuan selama pelaksanaan pekerjaan
dapat dihindarkan.
∼ Bekisting cukup rapat untuk mencegah kebocoran bagian cairan dari adukan beton (mortar
leakage). Susunan acuan dengan penunjang‐penunjang harus diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dilakukannya kemudahan inspeksi oleh pengawas.
∼ Penyusunan acuan harus sedemiklan rupa sehingga pada waktu pembongkaran tidak
menimbulkan kerusakan pada bagian atau keseluruhan beton hasil pengecoran. Kekuatan
penyangga, silangan‐silangan, kedudukan serta dimensi yang tepat dari konstruksi acuan
adalah merupakan tanggung jawab Pemborong.
∼ Papan bekisting (cetakan beton) yang dipakai adalah dari bahan kayu kelas III atau plywood
tebal 4 mm dan apabila oleh Konsultan Pengawas dinyatakan rusak, maka tidak boleh dipakai
lagi untuk pekerjaan berikutnya.
∼ Tiang‐tiang bekisting dapat dibuat dari kayu kelas III dengan ukuran 5/7 cm atau galam
diameter 8‐10 cm dengan jarak maksimum 0,5 meter.
∼ Konstruksi bekisting harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mudah bergerak dan kuat
menahan beban diatasnya.
∼ Pada bekisting kolom yang tinggi, maka setiap tinggi 2 meter harus diberi pintu untuk
memasukkan spesi beton untuk mencegah timbulnya sarang‐sarang kerikil.
∼ Pada bagian terendah (dari setiap tahapan pengecoran) dari acuan kolom atau dinding harus
ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.
∼ Kayu acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran. Harus diadakan
tindakan untuk menghindarkan terkumpulnya air pembasahan tersebut pada sisi bawah.
∼ Pada tahapan pemasangan pipa‐pipa dan perlengkapan‐perlengkapan lain yang harus
tertanam didalam beton dan sesuai persyaratan tidak akan mengurangi kekuatan konstruksi.
∼ Pembongkaran bekisting baru dapat dilakukan bila beton telah mencapai umur minimal 8 hari
atau beton telah mencapai kekuatan yang diinginkan.
SPESIFIKASI TEKNIS
PASAL 7
PEKERJAAN RANGKA KAP DAN ATAP
A. Rangka Kap
Untuk pekerjaan ini harus memperhatikan gambar rencana dan ketentuan‐ketentuan teknis.
1. Lingkup Pekerjaan
∼ Rangka kap/kuda‐kuda menggunakan truss metal/baja ringan pabrikasi profil C. 75 0,75
dan reng truss tebal 0,45 mm dipasang dengan jarak sesuai gambar rencana.
∼ Ukuran, dimensi dan bentuk mengacu pada gambar rencana.
2. Persyaratan Bahan
∼ Semua bahan yang dipasang/dipakai harus disetujui oleh Direksi atau Konsultan
Pengawas.
∼ Jenis profil rangka baja ringan/truss yang digunakan harus disetujui oleh Direksi atau
Konsultan Pengawas
3. Syarat–syarat Pelaksanaan
∼ Semua proses pemotongan dan pembuatan dikerjakan dengan alat khusus kecuali
untuk detail tertentu atas persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas.
∼ Semua pengikat berupa dynabolt, baut, sekrup, kawat dan lainnya harus sesuai dengan
gambar rencana.
∼ Pengukuran keadaan lapangan diperlukan sebelum memulai pekerjaan
untuk mendapatkan ketepatan pemasangan dilapangan.
∼ Jarak/spasi antar kuda – kuda truss disesuaikan dengan gambar rencana.
∼ Pengangkatan kuda‐kuda harus dilaksanakan secara hati‐hati sehingga tidak
menimbulkan puntiran‐puntiran pada bidang kuda‐kuda.
∼ Kuda‐kuda harus terikat dengan kuat pada ringbalk atau kolom. Untuk itu pengikat berupa
dynabolt harus tertanam dengan baik.
∼ Bentuk dan dimensi kuda‐kuda serta dimensi batang‐batang dan plat simpulnya harus
dilaksanakan sesuai gambar rencana pelaksanaan serta sesuai dengan keadaan bentang
kedudukannya di lapangan pekerjaan.
∼ Hasil akhir dari pemasangan harus rata, lurus dan tidak melampaui toleransi kerataan 0,5
cm untuk setiap 2 m2.
B. Penutup Atap
1. Berkaitan dengan pekerjaan penutup atap bangunan harus sesuai dengan gambar rencana.
Termasuk didalamnya penyediaan tenaga kerja, bahan‐bahan, peralatan dan alat‐alat bantu
termasuk pengangkutan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
2. Penutup atap menggunakan atap metal berwarna setara Sakura Roof atau Radja Roof
dipasang rapi dengan pemuung model C dari bahan sejenis.
C. Pasangan Listplank dan List Tampuk
1. Listplank dari bahan Glassfibre Reinforced Cement (GRC) setara Kalsiplank berukuran (0,8
mm x 20 cm) dengan finishing cat.
2. Listplank dari bahan Glassfibre Reinforced Cement (GRC) setara Kalsiplank berukuran (0,8
mm x 20 cm) + (0,8 mm x 10 cm) dengan finishing cat.
SPESIFIKASI TEKNIS
3. List Tampuk dari bahan Glassfibre Reinforced Cement (GRC) setara Kalsiplank berukuran
(0,8 mm x 10 cm) dengan finishing cat.
D. Pasangan Langit‐Langit (Plafond)
1. Plafond yang digunakan ada dua jenis yaitu :
∼ Plafond gypsum berangka hollow untuk bagian dalam ruangan dengan list gypsum
∼ Plafond kalsiboard berangka hollow untuk bagian luar ruangan dengan list kayu profil
2. Rangka plafond dari hollow 2/4 dengan penggantung yang dilengkapi dengan mur dan klem.
Penggantung terikat kuat pada beton, dinding atau rangka truss yang ada.
3. Rangka plafond dipasang setelah sisi bagian bawah diratakan, pemasangan sesuai dengan
pola yang ditunjukkan dalam gambar.
4. Bidang pemasangan bagian rangka langit‐langit harus rata, tidak cembung, kaku dan kuat,
kecuali bila dinyatakan lain, misal permukaan merupakan bidang miring/tegak sesuai dengan
yang ditunjukkan dalam gambar.
5. Jarak pemasangan antara unit‐unit penutup langit‐langit harus presisi dan tidak kelihatan
atau sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.
6. Sambungan antar plafond di plester kassa dan di compound dengan cornice
7. Hasil dari coumpond tersebut di amplas agar sambungannya keliatan rata dan halus
8. Hasil pemasangan penutup, langit‐langit harus rata, tidak melendut.
9. Untuk bagian dalam ruangan seluruh pertemuan antara permukaan langit‐langit dan dinding
dipasang list profil dari gypsum dengan bentuk dan ukuran sesuai gambar
10. Untuk bagian luar ruangan seluruh pertemuan antara permukaan langit‐langit dan dinding
dipasang list profil dari kayu dengan finishing pengecatan
PASAL 8
PEKERJAAN KUSEN/PINTU/JENDELA/VENTILASI
Untuk pekerjaan ini harus memperhatikan gambar rencana dan ketentuan‐ketentuan teknis.
1. Untuk kusen‐kusen pintu, jendela dan ventilasi harus sesuai gambar rencana yaitu :
∼ Kusen yang dibuat dari kayu ulin berkualitas baik dan tidak retak‐retak.
∼ Ukuran kusen kayu adalah 5/10 cm
∼ Kusen harus diserut licin pada bidang yang kelihatan.
∼ Toleransi ukuran kusen yang diperbolehkan maksimal sebesar 5 %
2. Pada tiang kusen pintu, jendela, ventilasi, tidak boleh diberi alur kapur atau sponning kapur dan
dipasang angker/paku beton dengan panjang yang disesuaikan dengan penempatannya.
3. Pekerjaan kusen‐kusen, rangka/bingkai daun pintu, jendela, ventilasi harus dibuat dengan
pabrikasi. Bagian bawah tiang kusen pintu harus tertanam pada lantai.
4. Untuk daun jendela terdapat dua tipe yang digunakan yaitu daun jendela ukuran 65 x 120 dan
daun jendela ukuran 65 x 175
5. Bahan kaca polos 5 mm yang akan dipasang harus diajukan kepada Direksi atau Konsultan
Pengawas dan bila disetujui barulah boleh dipasang.
6. Pemasangan kaca polos 5 mm tidak boleh terlalu rapat, harus ada spasi ± 2 – 3 mm, sehingga
terhindar dari pemuaian.
SPESIFIKASI TEKNIS
7. Pemasangan list untuk mengunci kaca, harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
mengakibatkan terlepasnya kaca. Pertemuan list kayu pada sudut bingkai dan daun jendela, harus
dibuat miring 45 derajat.
8. Daun pintu, daun jendela dan daun ventilasi buka, harus dibuka/ditutup dengan mudah, tanpa ada
gesekan yang kuat pada kusen atau lantai.
9. Pasangan rooster ulin dengan finishing cat mengacu pada gambar rencana dan RAB
PASAL 9
PEKERJAAN KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG
Untuk pekerjaan ini harus memperhatikan gambar rencana dan ketentuan‐ketentuan teknis.
1. Semua daun pintu, harus dilengkapi dengan kunci tanam setara Sorrento atau kunci 8 inchi yang
berkualitas sama dengan 2 slaag (dua putaran per silinder) dan lengkap dengan gagang pegangan.
2. Semua daun pintu harus dipasang engsel nylon ukuran 5” (± 12,7 cm) dan masing‐masing daun
pintu dipasang sebanyak tiga buah.
3. Semua daun jendela buka harus dipasang :
∼ 2 buah engsel nylon 3”
∼ 2 buah grendel
∼ 2 buah hak/kait angin siku
∼ 1 buah pegangan/tarikan
4. Pada pemasangan kunci, grendel, engsel, hak angin dan pegangan, harus memakai paku sekrup
yang ukurannya disesuaikan lubang yang tersedia dan tidak boleh memakai paku biasa.
5. Paku sekrup untuk pemasangan alat‐alat tersebut dalam ayat 4 harus ditanam dengan cara diputar
dengan obeng atau menggunakan bor khusus.
6. Semua pegangan, alat penggantung, grendel dan hak angin, harus terbuat dari baja yang
digalvanisir.
PASAL 10
PEKERJAAN SANITAIR DAN LAINNYA
Untuk pekerjaan ini harus memperhatikan gambar rencana dan ketentuan‐ketentuan teknis.
Pekerjaan sanitair meliputi :
1. Pasangan Kloset Jongkok
∼ Kloset jongkok yang dipakai setara KIA Standards.
∼ Pemasangan kloset jongkok harus setinggi ± 20 cm dari permukaan lantai sampai
kepermukaan atas kloset jongkok.
∼ Kloset jongkok harus tertanam pada dasar/alas yang kokoh berupa cor beton.
∼ Model kloset jongkok dikonsultasikan dengan Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas.
2. Pembuatan Bak Air
∼ Bak air dibuat dari cor beton bertulang camp. 1 : 2 : 3 dengan bentuk dan ukuran mengacu
pada gambar rencana.
SPESIFIKASI TEKNIS
∼ Sebelum dilakukan pemasangan keramik maka bak air harus diuji dengan menampung air
selama minimal 1 x 24 jam untuk menghindari terjadinya kebocoran.
∼ Pada bagian dinding dan dasar bak air cor beton dilapis dengan keramik ukuran 20 x 25 cm.
3. Pasangan kran air biasa dan kran air leher angsa
4. Instalasi Air Bersih, Air Kotor dan Penyambungan Jaringan Air
∼ Sambungan‐sambungan pipa harus menggunakan fitting‐fitting drat dengan diberi teplon tape
kecuali pada tempat‐tempat yang membutuhkan sambungan flent dan harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
∼ Untuk instalasi air bersih menggunakan pipa ukuran ½” warna putih jenis AW
∼ Untuk instalasi air kotor menggunakan pipa ukuran 2” warna putih jenis AW
∼ Bila pemasangan pipa menempel pada dinding, maka pipa tersebut harus diberi klam yang
terbuat dari plat yang berjarak satu sama lain adalah 2 m. atau sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas.
∼ Bila pemasangan pipa tertanam di dalam dinding tembok harus dilaksanakan sebelum
diplester, dan harus benar‐benar tertutup dengan plesteran hasil penyelesaian yang waterpas
datar/vertikal.
∼ Pipa‐pipa yang menembus lantai dan dinding tembok, harus dibuat sleve/spring dari pipa PVC
yang lebih besar.
∼ Pembagian jaringan pipa harus diperhatikan agar pembagian airnya merata.
∼ Pemasangan instalasi pipa air kotor harus memperhatikan level ketinggian permukaan
pembuangan akhir air kotor dengan tinggi permukaan lubang saluran pembuangan
(septictank)
∼ Pipa air kotor harus tertanam dengan baik dibawah tanah.
5. Pembuatan Septictank
∼ Septictank dibuat dengan ukuran dan bentuk seperti gambar rencana dan dilengkapi dengan
rembesan, pipa pembuangan air kotor dan pipa hawa.
∼ Pada penutup septicktank dibuat lubang kontrol dan penutupnya yang sewaktu‐waktu bila
diperlukan dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.
6. Pembuatan Meja Dapur Lapis Keramik
∼ Meja dibuat dari cor beton bertulang camp. 1 : 2 : 3
∼ Ukuran, bentuk dan dimensi meja mengacu pada gambar rencana
∼ Pada bagian atas meja dipasang bak cuci alluminium dilengkapi dengan pipa pembuangan dan
kran air leher angsa.
∼ Bagian atas meja dilapis keramik bermotif/berwarna
∼ Pada bagian bawah meja dibuatkan pintu dengan bahan, jumlah dan bentuk mengacu pada
gambar rencana
7. Pasang pipa air diameter 2” pada kolom teras.
∼ Sebelum dilakukan pengecoran didalam bekisting/rangka tulangan kolom teras harus dipasang
pipa air diameter 2”.
SPESIFIKASI TEKNIS
PASAL 11
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
1. Sistem Distribusi Listrik
∼ Perancangan sistem elektrikal harus memenuhi kriteria‐kriteria efisien dan aman serta
mempertimbangkan faktor‐faktor keandalan, ekonomis, fleksibilitas dan kemudahan operasi.
Tidak luput dari perhatian adalah aspek pelaksanaan instalasi yang tidak mengganggu
keindahan lingkungan.
∼ Acuan standar/aturan/pedoman yang digunakan antara lain :
a. PUIL 1987.
b. Sumber Pedoman pengawasan instalasi listrik
c. Pedoman dan petunjuk Keselamatan Kerja PLN No. 48.
d. Peraturan‐peraturan dan standar yang disesuaikan dengan peraturan standar
internasional, antara lain VDE, BS, NEC dsb.
e. Peraturan‐peraturan lainnya yang berlaku setempat.
2. Prinsip Distribusi Daya Listrik
Secara umum prinsip distribusi daya dapat diuraikan sebagai berikut :
∼ Sumber daya utama
Sumber daya utama bagi kebutuhan listrik gedung akan diperoleh dari listrik PLN.
a. Instalasi Listrik Dalam Bangunan
Instalasi listrik dalam bangunan meliputi penyediaan daya bagi penerangan, stop kontak,
beban‐beban motor pompa, alat‐alat khusus dan lain sebagainya.
Secara umum penyediaan listrik di dalam bangunan dilakukan secara radikal melalui
panel daya penerangan yang terpisah dengan kabel instalasi NYM dan NYY.
b. Sistem Penerangan
Terdapat dua jenis sistem penerangan yang digunakan yaitu penerangan di dalam
bangunan penerangan di luar bangunan. Fungsi utama penerangan didalam bangunan
dirancang untuk memberikan level penerangan yang cukup tanpa menimbulkan kesan
silau, ekonomis serta memberikan level penerangan yang cukup tanpa menimbulkan
kesan silau, ekonomis serta memberikan nilai tambah bagi estetika.
Warna cahaya diusahakan dengan cahaya alami. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
digunakan jenis lampu flourescent (TL) untuk penerangan kantor, lampu pijar untuk
daerah koridor dan kamar mandi, dan lampu PLC untuk lobby. Pada daerah‐daerah
tertentu akan digunakan lampu darurat tipe nonmaintained yang sanggup menyala selama
paling tidak 1 jam pada saat sumber daya utama terputus.
c. Pemilihan peralatan sistem distribusi
Dalam menentukan jenis peralatan yang digunakan dipertimbangkan penggunaan
peralatan yang memperhatikan hal‐hal sebagai berikut :
∼ Menjamin kelangsungan penyediaan daya
∼ Mudah mengoperasikan
∼ Mudah dirawat
∼ Tersedia suku cadang
∼ Menjamin keselamatan operator
∼ Tahan lama dan ekonomis
SPESIFIKASI TEKNIS
d. Pemilihan Material Instalasi
Dalam pemilihan material, pertimbangkan dilakukan terhadap berbagai aspek, antara lain
asfek fungsional (rating peralatan dan level iluminasi/jenis cahaya), aspek estetika
(bentuk, warna, dimensi) dan aspek kendala/keamanan (Pemenuhan terhadap standar)
dan lain sebagainya.
3. Pekerjaan instalasi listrik meliputi :
∼ Instalasi titik lampu, stop kontak dan kelengkapannya (pipa, fitting, elbow dan kabel)
∼ Kabel instalasi NYA 1,5 setara Eterna
∼ Pasangan saklar ganda, saklar tunggal dan stop kontak (setara Broco)
∼ Lampu TL 24 watt setara Phillips
∼ Penyambungan listrik menggunakan kabel SRNFA 12 mm x 2
∼ Untuk rincian dan jumlahnya disesuaikan gambar rencana atau RAB
4. Pelaksana bertanggung jawab atas pelaksanaan instalasi mekanikal/elektrikal dan menempatkan
seorang tenaga ahli menguasai dengan baik tata cara instalasi listrik.
5. Pekerjaan dianggap selesai apabila :
∼ Semua persoalan mengenai kontrak dengan Pemilik telah dipenuhi, sehingga Pemilik dapat
membenarkannya.
∼ Seluruh instalasi terpasang telah ditest bersama‐sama dengan Direksi/Pengawas, Konsultan
Perencana dan Pemilik dengan hasil baik, sesuai dengan spesifikasi teknis.
PASAL 12
PEKERJAAN PENGECATAN, WATERPROOFING DAN LAINNYA
Untuk pekerjaan ini harus memperhatikan gambar rencana dan ketentuan‐ketentuan teknis.
A. Pengecatan Dinding, Kolom, Bidang Kayu, Plafond dan Listplank
1. Seluruh permukaan dinding bagian luar dan dalam, plafond, balok dan kolom yang tampak
harus dicat dengan cat khusus untuk tembok setara Danabrite.
2. Seluruh pekerjaan kayu seperti kusen, daun pintu, daun jendela, ventilasi, roster dan
listplank, harus dicat kilap setara Platone atau Danalac
3. Sebelum pekerjaan cat dilaksanakan maka permukaan yang akan dicat harus dibersihkan dan
dihaluskan dengan amplas. Kemudian dimenie, dicat dasar, didempul, diplamir dan diampelas
rata/licin.
4. Tidak diperbolehkan melakukan pengecatan pada bidang plesteran yang belum kering atau
yang baru dilapis plamir.
5. Untuk mengencerkan bahan cat dengan bahan pengencer harus menaati petunjuk Konsultan
Pengawas.
6. Semua pekerjaan pengecatan harus dilaksanakan tanpa ada cacat/goresan yang membuat
dinding rusak.
7. Pengertian cat pada pekerjaan ini meliputi bahan emulsi, enamel, vernis, sealer dan lain‐lain.
8. Bahan cat harus benar‐benar diaduk sampai merata menjadi satu warna sehingga warna cat
sama pada permukaan yang dicat.
9. Penentuan warna dan jenis bahan cat harus dikonsultasikan dengan Pemilik Bangunan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
SPESIFIKASI TEKNIS
B. Waterproofing Dak
1. Permukaan harus dibersihkan dari debu, kotoran dan minyak termasuk juga bagian yang
keropos harus dipahat dan dicuci.
2. Labur permukaan bidang dengan primer coating secara merata
3. Periksa kembali laburan primer coating agar benar‐benar rapi dan menutup semua
permukaan bidang
4. Pasang waterproofing membrane secara merata ke seluruh permukaan bidang beton dengan
sambungan overlap kurang lebih 10 cm
5. Lakukan pengujian dengan cara menggenangkan air pada bidang yang sudah dilapisi
waterproof selama 1 x 2 4 jam.
6. Bila masih terdapat rembesan/kebocoran segera lakukan perbaikan.
PASAL 13
PEKERJAAN PENYELESAIAN
1. Yang dimaksud pekerjaan penyelesaian ini adalah pekerjaan‐pekerjaan perbaikan sebelum serah
terima pertama dilaksanakan.
2. Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan oleh Pemilik Proyek,
Pengelola Teknis, Konsultan Pengawas dan Penyedia Barang/Jasa dengan hasil yang memuaskan.
PASAL 14
PEKERJAAN LAINLAIN
1. Yang dimaksud dengan pekerjaan lain‐lain adalah segala macam pekerjaan yang tidak dapat
diklasifikasikan kedalam pos‐pos pekerjaan dalam uraian volume dan biaya, yang harus
dimasukkan dalam penawaran untuk memenuhi semua persyaratan yang tertera dalam RKS dan
gambar rencana.
2. Kelalaian dalam memperhitungkan hal‐hal pada ayat 1 pasal ini, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Penyedia Barang/Jasa.
SPESIFIKASI TEKNIS