Anda di halaman 1dari 44

Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

BAB I
PEKERJAAN SIPIL

I. UMUM
1.1 Material

Semua material dan peralatan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan harus
dalam kondisi dan kualitas terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan kecuali bila ditetapkan
lain dalam kontrak ini. Setiap keterangan mengenai peralatan dan material dalam bentuk
nama dagang, buatan atau nomor katalog harus dianggap sebagai penentu standard atau
kualitas dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan.

Sebelum memesan material atau barang-barang manufaktur yang termasuk dalam


pekerjaan permanen. Kontraktor harus menyampaikan rincian lengkap untuk persetujuan.
Kontraktor harus mengajukan sampel dan dokumen-dokumennya untuk mendapat
persetujuan dari pengawas.

1.2 Penyimpanan Material

Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaiannya
untuk pekerjaan. Material harus diletakan pada tempat yang bersih, keras, kering dan harus
ditutupi. Penyimpanan material harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk
pemeriksaan. Lahan milik orang lain tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan material
kecuali bila sudah mendapatkan izin dari yang bersangkutan. Tempat penyimpanan
harus dibersihkan dan diratakan sesuai petunjuk pengawas.

1.3 Tempat untuk Jalan Simpang Sementara, Bangunan dan keperluan lainnya

Kontraktor harus menyediakan, menata dan bila perlu membayar atas pemakaian bidang
tanah untuk jalan sementara, tempat pengolahan beton, tempat penyimpanan peralatan,
bangunan kantor, atau keperluan lain selama pelaksanaan pekerjaan.
Bila bangunan utilitas air, listrik, drainase dan lain-lain yang melewati tempat kerja itu
akan terganggu oleh pelaksanan pekerjaan, maka kontraktor atas biaya sendiri, harus
mencari alternatif terbaik sesuai dengan aturan pekerjaan sehingga memuaskan pemilik
utilitas dan pengawas, sebelum memotong atau memindahkannya. Bila kontrak telah
selesai atau sebelumnya jika diperintahakan oleh pengawas, semua bangunan dan
rintangan lainnya harus disingkirkan, tempat harus bersih seperti semula, segala kerusakan
harus diperbaiki.

1.4 Kantor Pemberi Tugas dan Pengawas Proyek

Kontraktor harus menyediakan kantor berikut intalasinya serta memeliharanya, sesuai


dengan syarat yang diminta dalam dokumen penawaran.

1.5 Peralatan dan Pengujian

Kontraktor harus menggunakan labotarium milik swasta atau pemerintah yang disetujui

1
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

oleh pengawas. Labotarium tersebut haruslah yang mempunyai reputasi yang baik.
Labotarium harus dilengkapi dengan peralatan dan material yang dibutuhkan untuk
melakukan pengujian (test) standar yang ditentukan dalam spesifikasi.

1.6 Pengukuran dan Pembuatan Patok

Ukuran dapat dilihat dalam gambar detail, sedangkan ukuran lainnya yang belum terdapat
dalam gambar harus dirundingkan dengan pengawas. Peil dasar/induk (titik referensi) akan
ditentukan dan diberikan oleh pengawas lapangan, kontraktor harus membuat patok-patok
kayu sementara di sekitar tempat pekerjaan untuk memudahkan pengukurannya.

Pematokan yang diperlukan untuk menetukan letak pekerjaan-pekerjaan yang tepat


berdasarkan gambar/petunjuk pengawas harus dilakukan kontaktor dan biaya pematokan
tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor.

Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokan ukuran-ukuran satu sama lain tiap


bagian pekerjaan dan segera melaporkan kepada pengawas setiap terdapat perbedaan
ukuran/selisih. Untuk mendapatkan keputusan perbaikannya.

Pengukuran siku dengan benang menurut phytagoras hanya boleh dilakukan untuk
bagian-bagian ruang yang kecil menurut pertimbangan pengawas. Papan bangunan
(bouwplank) harus dipasang pada patok-patok kayu yang terpancang dalam tanah. Sehingga
tidak berubah dan bergerak. Setelah selesai pemasangan. Kontraktor harus melaporkannya
kepada pengawas untuk diperiksa sebelum pekerjaan selanjutnya dilaksanakan.

1.7 Pemberitahuan Mulai Bekerja

Sebelum waktu pelaksanaaan pekerjaan, terlebih dahulu harus diberikan pemberitahuan


secara tertulis mulai bekerja kepada pengawas. Bila diminta oleh pengawas. Kontaktor harus
memberikan penjelasan lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan
tempat pekerjaan, yang akan dilaksanakan. Pekerjaan harus selalu disertai persetujuan
pengawas sebelum dikerjakan

1.8 Pengamanan dan Keselamatan Kerja

Setelah kontraktor mendapatkan batas-batas daerah kerja dan lain-lain sebagainya, maka
kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada di daerah tersebut dalam hal
:
- Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian atau kecerobohan yang
disengaja ataupun tidak.
- Penggunaan sesuatu yang keliru.
- Kehilangan bagian alat-alat, bahan-bahan yang ada di daerahnya.

Terhadap semua kejadian-kejadian yang tersebut diatas, kontraktor harus melaporkan


kepada pengawas dalam waktu paling lambat 24 jam untuk diusut dan diselesaikan
persoalannya lebih lanjut.

2
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

Untuk mencegah kejadian diatas, kontraktor diizinkan mengadakan pengamanan antara


lain penjagaan, penerangan pada malam hari dan sebagainya.

Kontraktor harus mengikuti semua peraturan yang berlaku selama masa kontrak yang
mempengaruhi keamanan, kesehatan dan kesejahteraan setiap pegawai kontraktor,
Pengawas atau Pemberi Tugas.

Kontraktor harus memenuhi tata cara yang sudah diakui bagi keamanan tenaga kerja, orang
yang ada didekatnya dan lalu lintas. Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi selama
pekerjaan berlangsung menjadi tanggung jawab kontraktor. Sehubungan dengan syarat
diatas. Kontraktor diwajibkan menyediakan kotak PPPK Iengkap terisi menurut
kebutuhan, alat pemadam kebakaran secukupnya.

1.9 Jalan Sementara

Sebelum membuat jalan sementara, kontraktor harus menyelesaikan segala persiapan,


termasuk pembayaran bila perlu, dengan menghubungi aparat desa/kecamatan
setempat atau pemilik tanah yang terkait atas pemakaian tanah itu, dan harus disertai
persetujuan dari pengawas. Bila pekerjaan telah selesai, kontraktor harus membersihkan
kembali tanah itu sesuai dengan petunjuk dari pengawas.

Biaya untuk mengadakan jalan sementara seperti yang dijelaskan di atas harus sudah
termasuk dalam harga satuan pekerjaan yang terkait.

1.10 Penimbunan Lubang Galian Dan Selokan

Pada setiap setelah selesai pekerjaan, kontraktor harus dengan segera, atas biaya
sendiri, menimbun lubang galian dan selokan atau melaksanakan pekerjaan terhadap
lubang-lubang yang telah digalinya dan tidak diperlukan lagi untuk proyek.

1.11 Tanggung Jawab Kontraktor Atas Pekerjaan

Bila persetujuan pengawas diperlukan berdasarkan spesifikasi-spesifikasi ini, persetujuan itu


tidak mengurangi tugas dan tanggung jawab kontraktor dalam kontrak ini.

1.12 Pekerjaan penanganan Aliran Air yang sudah ada

Kontraktor harus melaksanakan / membuang air (devaterin) bila, berdasarkan, hal ini
diperlukan untuk melindungi pekerjaan yang sudah selesai atau untuk memperlancar
pelaksanaan pekerjaan yang sedang dilaksanakan. Semua biaya yang berkaitan dengan
pekerjaan tersebut diatas menjadi tanggung jawab dari kontraktor.

1.13 Perintah Untuk Pelaksana (foreman)

Bila kontraktor atau pelaksana tidak berada di tempat kerja saat dimana pengawas
bermaksud untuk memberikan petunjuk atau perintah, yang harus dituruti dan
dilaksanakan oleh pelaksana maka dapat diperintahkan kepada petugas petugas yang

3
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

ditunjuk oleh kontraktor untuk menangani pekerjaan itu.

1.14 Gambar Kerja (Shop Drawing)

Kontraktor harus menyerahkan gambar kerja proyek yang merupakan bagian dari spesifikasi
dokumen kontrak dan wajib membuat gambar kerja tambahan bila gambar kerja yang ada
dianggap tidak jelas. Revisi-revisi pada gambar, lokasi, seksi (bagian) dan detail gambar
mungkin akan dilakukan dalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor harus melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh mencari
keuntungan dari kesalahan dan kelalaian dalam gambar atau dari ketidaksesuaian
antara gambar dan spesifikasinya. Pengawas akan memberikan intruksi berkenaan
dengan penafsiran yang semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.
Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tidak terduga akan ditentukan
oleh pengawas dan disyahkan secara tertulis. Apabila ditemukan perbedaan ketentuan
antara spesifikasi dan gambar, maka keputusan mana yang akan diambil adalah wewenang
pemberi tugas.

Semua gambar yang dipersiapkan oleh kontraktor dan diajukan kepada pengawas untuk
diminta persetujuannya harus sesuai dengan format standar slif proyek.
Pembetulan yang tercantum pada gambar kerja harus dianggap sebagai perubahan yang
diperlukan untuk memenuhi persyaratan dan tidak boleh dianggap sebagai dasar untuk
menuntut pekerjaan tambahan.
Kontraktor tidak dapat menuntut ganti rugi atau perpanjangan waktu yang disebabkan
oleh terjadinya keterlambatan sebagai akibat dari kewajiban memperbaiki gambar kerja.
Tanggapan direksi terhadap gambar tersebut hanya menyangkut perencanaan umum saja,
dan tidak akan membebaskan kontraktor dari tanggung jawab karena kekeliruan.

1.15 Papan Informasi Proyek

Kontraktor selama masa pelaksanaan pekerjaan harus memasang papan informasi


proyek. Ukuran papan informasi proyek dan redaksinya akan ditentukan oleh pemberi
tugas dan pengawas. Pembayaran untuk papan informasi dan pemeliharaannya selama
masa konstruksi sudah dianggap termasuk kedalam pembayaran lump sum.

1.16 Toleransi

Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan
toleransi yang diberikan dalam spesifikasi, dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada
bagian lainnya.

1.17 Lokasi dan Perlindungan Utilitas

Sebelum memulai pekerjaan konstrusi, kontraktor harus melakukan survey untuk


mengetahui detail lokasi segala utilitas yang akan terkena pengaruh oleh pelaksanaan
kontruksi. Segala kerusakan pada utilitas yang disebabkan langsung atau tidak langsung oleh
pekerjaan kontraktor dianggap sebagai tanggung jawab kontraktor.

4
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

1.18 Clearing dan Grubbing

1. Penjelasan

Pekerjaan Clearing dan Grubbing terdiri dari penebangan pohon, pembuangan akar
kayu, bonggol pohon, belukar, tanaman-tanaman lain, dan semua material yang tidak
diperlukan ; pengupasan top soil (stripping) termasuk pembersihan dan
pembuangan ke lokasi pembuangan dari material hash dearing, grubbing dan pengupasan
top soil sesuai dengan spesifikasi ini atau petunjuk pengawas. Riga termasuk semua
pembongkaran dan pembuangan dari struktur yang tidak dibutuhkan sesuai dengan
apesifikasi atau petunjuk pengawas.

2. Pelaksanaan

a. Umum
Pengawas akan menetukan batasan pekerjaan dan menetukan pohon, semak dan
tanaman lainnya yang tidak perlu dubuang. Kontraktor harus melindungi semua
item tersebut.

b. Clearing dan Grubbing


Semua benda dipermukaan seperti pohon, pohon tumbang, kayu yang
membusuk, tungul pohon, akar, duri dan tanaman pohon lainnya, sampah dan
penghalang yang mengganggu lainnya harus dibersihkan atau dicabut dan dibuang.

Di daerah galian, semua akar-akar pohon bonggol pohon harus dibuang sampai
kedalaman tidak kurang dari 50 cm di bawah permukaan tanah rencana.

Di daerah timbunan, semua akar-akar, bonggol pohon juga harus dibuang smpai
kedalaman minimal 50 cm di bawah permukaan tanah recana.

c. Pengupasan Top Soil (Stripping)


Untuk daerah timbunan, sebelum ditimbun, kontraktor harus terlebih dahulu
membuang top soil dan / atau lumpur dari daerah yang akan ditimbun atas
petunjuk / pengarahan pengawas.

Setelah dihampar, top soil harus digaruk sehingga menghasilkan permukaan


yang rata, bebas dari akar-akar, rumput dan batu besar.

d. Perlindungan daerah yang dipertahankan keadaannya


Kontraktor bertanggung jawab atas perlindungan dan pemeliharaan rutin dari
semak-semak, pohon yang ditentukan oleh pengawas. Pada waktu penyelesaian
pekerjaan, daerah ini harus dikembalikan kepada pemberi tugas dengan kondisi
yang sama dengan kondisi sebelumnya dan setiap kerusakan sebagai akibat
langsung atau tidak langsung dari pekerjaan kontraktor, harus diperbaiki dengan
biaya kontraktor.

5
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

3. Pembuangan material yang tidak berguna


Material yang tidak berguna hasil clearing dan grubbing dan pengupasan top soil
harus dibuang ke luar lokasi yang disetujui oleh pengawas.

II. PEKERJAAN TANAH

2.1 Umum

1. Pekerjaan tanah meliputi segala pekerjaan penggalian, penimbunan maupun


bendungan tanah.

Semua pekerjaan tanah harus dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi untuk masing-
masing jenis pekerjaan tersebut di atas, dan spesifikasi untuk semua pekerjaan yang
terkait, dan harus sesuai dengan elevasi, penampang dan ukuran yang ada dalam
gambar rencana atau ditentukan oleh pengawas.

2. Potongan Memanjang dan Melintang

Kepada kontraktor, pengawas akan memberikan pengarahan tentang elevasi


rencana dan gambar yang menunjukan titik-titik potong. Jika menurut pengawas,
terdapat beberapa perubahan dari garis ketinggian yang harus di pertimbangkan
lagi baik sebelum maupun sesudah pematokan, pengawas akan memberikan
intruksi kepada kontraktor atas perubahan tersebut dan kontraktor harus
merubah patok dan meminta persetujuan selanjutnya.

3. Kuantitas Pekerjaan

Kuantitas galian dan timbunan yang dipakai sebagai dasar pembayaran dalam
kontrak dihitung berdasarkan garis yang tergambar pada profil potongan melintang
yang sudah disetujui atau sesuai intruksi pengawas. Pengawas boleh menetapkan
sudut kemiringan galian dan timbunan atau formasi patok pada lereng selama
pekerjaan berjalan sesuai dengan evaluasi karakteristik tanah.

4. Pengalihan Aliran Air

Kontraktor harus meyediakan fasilitas yang diperlukan untuk pengeringan, atau


untuk menyalurkan atau mengalihkan aliran air atau membuat saluran drainase
sementara maupun permanen bila diperlukan untuk melaksanakan dan
melindungi pekerjaan atau bila diperintahkan oleh pengawas.

5. Pembuangan Material Galian

Material yang berlebihan dari kebutuhan harus dipindahkan ke luar lokasi yang disetujui
pengawas dan dipadatkan sesuai dengan spesifikasi yang diisyaratkan.

6
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

III. PEKERJAAN BETON

3.1 Lingkup Pekerjaan

Spesifikasi ini mencakup tentang material, bekisting, pembesian dan pengecoran


berbagai klasifikasi beton.

3.2 Spesifikasi Penunjang

PBI 1971 BJTP – 24 tentang tulangan baja beton diameter ≤ 8mm dan BJTD - 40 untuk
diameter ≥ 10mm.

Standar ASTM (American Society For Testing and Materials) khususnya bagian:

A 185-73 tentang fabrikasi kawat baja lasan untuk tulangan beton


A 615-76a tentang batangan baja untuk dibentuk baja tulangan beton

A 675-76 tentang tulangan baja dan dimensi penampang tulangan, baja karbon dengan
proses Hot-rolled, kualitas, berdasarkan kebutuhan ukuran / besaran
mekanisnya
C 3-69 tentang pembuatan dan perawatan benda uji beton di lapangan
C 33-74a tentang Agregat beton
C 39-72 tentang kekuatan tekan benda uji beton silinder.
C 42-68 tentang tes pemboran dan pelobangan serta batok beton
C 78-75 tentang kekuatan lentur beton (menggunakan balok sederhana dengan tiga
titik pembebanan)
C 172-71 tentang tata cara pengambilan contoh beton segar

Standar ACI (American Conerete Institute), khususnya bagian :

ACI 309-68 tentang konsolidasi beton


ACI 315-74 tentang manual standar pelaksanaan detail struktur beton bertulang (Edisi
ke-6)
ACI 318-71 tentang peraturan bangunan beton bertulang dan penjelasannya &
1975 Splement
ACI 347-68 tentang tatacara pelaksanaan yang direkomendasikan untuk begisting beton
ACI 605-59 tentang tata cara yang direkomendasikan untuk pembetonan dalam cuaca
panas

3.3 Bekisting

Bekisting harus dirancang, dibangun dan dirawat agar dapat menjamin bahwa setelah
pembongkarannya. Bagian beton yang akan difinishing bebas dari kesalahan
cetakan, bergelombang atau adanya tonjolan dan harus sesuai dengan bentuk,
ukuran, bentangan, elevasi dan proporsi serta masih dalam rentang toleransi yang
diizinkan. Permukaan bekisting yang kontak langsung dengan beton harus dibersihkan
sebelum digunakan.

7
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

3.3.1 Perancangan Perancah dan Bekisting

Perancah dan Bekisting harus dirancang dan dibangun mengikuti spesifikasi, standar,
peraturan resmi yang mutakhir dan sesuai dengan pembebanan yang sebenarnya.
Perancah dan bekisting ini akan menahan beban dari beton dengan memperhitungkan
metode dan cara pengecoran, pemadatan yang sesuai selama pekerjaan pengecoran
tersebut. Penyangga dan pengaku perancah ini harus dibangun sebaik dan sekaku
mungkin sehingga beban yang bekerja terdistribusi di semua penyangganya dan setara
aman akan meneruskannya ke tanah. Pengawas harus mendapatkan dan kontraktor
kalkulasi dan gambar-gambar mengenai perancah dan bekisting ini untuk diverifikasi.
Selama hasil verifikasi ini belum dikeluarkan. Kontraktor dengan segala tanggung
jawab dan profesionalismenya harus tetap memberikan perhatian penuh pada masalah
keamanan perancah dan bekisting.

3.3.2 Material Bekisting

Semua bekisting beton harus mampu menahan lolosnya (kebocoran) cairan dari
permukaan beton yang dicetak. Bahan bekisting harus terbuat dari salah satu bahan
berikut ini :

Bahan logam yang licin dengan sambungan yang mampu menahan cairan beton yang
masih pelastis. Suhu bekisting harus bisa dikontrol sesuai cara pengecorannya.
Bahan kayu yang dilapisi dengan bahan yang sesuai spesifikasi sehingga permukaan
bidang bekisting menjadi kedap dan sambungannya tidak bocor.

3.3.3 Permukaan Beton

Permukaan beton yang akan diekspos bekisting harus terbuat dari bahan yang tidak
boleh bereaksi dengan beton dan bisa menghasilkan permukaan beton yang setara
kehalusan jika dicetak dengan panel-panel plywood Baru berukuran standar. Bagian
permukaan yang dipotong harus rata dan dilapisi dengan pelapis khusus bikisting.

Permukaan beton yang tidak diekspos : Permukaan bekisting yang kontak dengan beton
harus terbuat dari kayu yang kuat, atau bahan yang bisa menghasilkan kualitas yang
setara.

3.3.4 Pembongkaran Bekisting

Pembongkaran bekisting harus dilakukan sebaik mungkin sehingga menjamin keamanan


struktur setelah ketentuan berikut ini dipenuhi. Struktur secara keseluruhan ditopang
pada sokongan. Bekisting pada bagian sisi dari balok, kolom dan bagian struktur yang
vertikal lainnya harus dibuka setelah 24 jam, agar beton bisa mengeras tanpa terganggu.
Bekisting penopang atau penyokong tidak boleh dilepas hingga bagian-bagian struktur
yang ditopangnya cukup mampu menahan beban berat sendirinya serta beban-beban lain
yang membebaninya. Pembongkaran yang cepat terhadap penopang dan bekisting harus
menghindari timbulnya beban kejut terhadap beton yang seharusnya dipectakulon sehati-
hati mungkin. Bekisting dan sokongannya harus ditempatkan sedemikian rupa dengan

8
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

memperhatikan fungsi dari struktur tersebut.

3.4 Pembesian

3.4.1 Material

Batangan besi baja untuk pembesian harus sesuai dengan ketentuan dalam PBI 71,
BJTP-24 untuk diameter 8 mm atau yang lebih kecil dan BJTD-40 untuk diameter 10 mm
atau lebih besar. Jenis baja tulangan yang digunakan merupakan "hot rolled steel bar"
dengan tegangan lebih minimum 240 N/mm2 untuk BJTP-24 dan 390 N/mm2 untuk
BJTD-40. kualitas pengelasan harus sesuai dengan ketentuan dan standar setempat. Titik
leleh material tidak boleh kurang dari yang ditetukan untuk besi tulangan. Semua tulangan
baja harus bebas dari oli, lemak, lumpur dan cat. Karat lepas harus disingkirkan sebelum
tulangan ditempatkan. Bongkahan adukan beton sisa plesteran harus dibuang sebelum
pengecoran. Untuk satu bagian struktur, pembesiannya harus dari jenis dan MILL yang
sama.

3.4.2 Pembengkokan (Bending)

Semua pekerjaan pembengkokan besi harus dalam keadaan dingin. Mesin dan peralatan
pembengkokan yang sesuai bisa digunakan, namun yang berlebihan dan merusak tidak
boleh dilakukan. Pemanasan dan pengelasan baja terhadap baja tulangan tidak boleh
dilakukan. Ketentuan tentang pembengkokan minimal berikut ini harus dilakukan :

Bagian yang dibengkokan Diameter


Besi tulangan 15 x diameter besi
Sengkang 4 x diameter besi
Bagian ujung 8 x diameter besi

3.4.3 Pemasangan Besi

Baja tulangan harus dipasang dengan hati hati dan persis sesuai dengan gambar
penulangan. Potongan-potongan beton untuk penyangga harus digunakan. Bahan penyangga
pembesiaan ini harus terlebih dahulu mendapat persetujuan. Jika ditentukan lain dalam
gambar, penyangga ini harus bisa menjamin terbentuknya selimut beton setebal 3 cm, jika
beton terekspos ke lingkungan yang korosif. Penyangga dari kayu tidak boleh digunakan.
Selimut beton dengan ketebalan yang ditentukan secara khusus dalam gambar harus
dipastikan benar-benar dicorkan. Bagian kontruksi lain yang akan ditempatkan secara
permanen pada beton atau hanya untuk sementara dan intalasi lainnya tidak boleh
menggangu posisi / peletakan pembesian. Semua baja harus ditempatkan secara persis.
Kontraktor harus menyediakan penyangga sementara dan penstabil agar bisa menjamin
stabilitas dari tulangan. Penyambungan dan overlaping pembesiaan harus dilakukan sesuai
gambar dan harus dicek kesesuaiannya dengan standar Act 318, kecuali ditentukan lain.
Overlaping pembesian tanpa pembengkokan harus sekurang-kurangnya 50 x diameter
besinya. Untuk overlaping besi yang berbeda diameter besinya, maka besi dengan
diameter yang lebih kecil yang lebih menentukan. Penyambungan pembesian secara umum
harus dilakukan pada lokasi yang mempunyai tegangan yang kecil.

9
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

3.5 Beton

3.5.1 Klasifikasi Beton dan Penggunaannya

Klasifikasi beton berikut ini digunakan dalam orovek ini :

Tegangan tekan
Kelas Penggunaan
Minimal setelah
Beton Dibawah pondasi dan lantai kerja
Umur 28 hari
I 22.5 N / mm2 Sesuai spesifikasi dalam gambar
Kepala tiang, sloof, pedestal, pelat,
I 22.5 N / mm2
dingding, kolom.
Beton railing, tangga atau bagian
lain yang tergambar
I 22.5 N / mm2 Tanki bawah tanah
Lain Sebagaimana dikemukakan dalam
gambar dengan tambahan admixture
lain
khusus

3.5.2 Material

Agregat : Agregat harus disediakan secara terpisah yang terdiri dari atas sekurang-
kurangnya 2 bagian, yakni pasir dan split ukuran 10 – 30 mm dan penyimpanan juga secara
terpisah. Agregat tidak boleh mengandung bahan organik dan harus bersih. Dan yang
berasal dari bantaran sungai bisa digunakan. Material tersebut harus dari kualitas satu
(terbaik).

Semen : Semua semen yang digunakan haruslah dicocokan dengan ketentuan dan
standar setempat. Jika memungkinkan semua semen yang digunakan berasal dari pabrik
yang sama. Untuk satu bagian struktur hanya boleh digunakan dari merek dan jenis
yang sama. Secara umum semen PC bisa digunakan.

Air pencampur beton : Air yang digunakan haruslah air segar dan bebas dari kandungan
yang merusak seperti oli, asam, garam, alkali, bahan organik atau subtansi yang merusak
lainnya.

Bahan Admixture : Penggunaan Admixture untuk meningkatkan kinerja dari beton atau
untuk keperluan lainnya haruslah sepengetahuan dan persetujuan pengawas. Spesifikasi
dari fabrikan tentang disis haruslah benar-benar diikuti.

3.5.3 Pengadukan Beton

Penentuan jumlah semen haruslah diukur berdasarkan beratnya. Penentuan jumlah


semen berdasarkan volumenya haruslah dengan ketentuan berat perlitemya antara 1,0
dan 1,35 kg / dm3. Dalam beberapa kasus, besaran berat perliter dari semen harus

10
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

ditentukan terlebih dahulu. Penggunaan jenis semen "panas" harus secara hati hati. Karena
waktu "setting" nya yang lebih cepat. Pemenuhan ketentuan kadar semen hams
dikontrol. Kadar agregat harus diukur berdasarkan beratnya, atau hasil transformasi dari
data berat jenis dan volume yang sudah ditentukan, asalkan metode pengadukan betnya
tidak berubah selama pelaksanaan pekerjaan. Air yang diberikan harus sesuai dengan yang
ditentukan raja. Konsistensi dari beton harus dijaga konstan dengan cara mengontrol kadar
airya. Untuk keperluan tersebut, perubahan kadar cairan dari agregat hams
diperhitungkan. Pengadukan beton harus dilakukan dengan peralatan yang sesuai.
Pengadukan secara manual hanya dibolehkan untuk strutur yang kecil dan tidak penting.
Pengadukan beton harus dilakuka dalam rangka mencapai ditribusi dan campuran yang
merata antara semua meterial kesemua bagian. Ini akan menetukan lamanya pengadukan
dilakukan. Yang mana tergantung juga pada kontruksi alat pengaduk. Secara umum
sekurang kurangnya selama 1 menit untuk pengadukan secara total. Penambahan air
sesaat sebelum tuntasnya pengadukan tidak dibenarkan.

3.6 Pengecoran Beton

3.6.1 Umum

Kegiatan pengecoran dilakukan harus selalu dibawah pengawasan mandor yang handal.
Pengecoran hanya boleh dimulai setelah adanya persetujuan dari pengawas setelah
dilakuka pengecekan ukuran-ukuran, pembesiaan dan bekistingnya. Pengecoran tidak
boleh dimulai pada pada saat terik matahari, panas, dan angin kencang atau dalam
kondisi keterbatasan fasilitas kontraktor untuk finishing dan perawatan beton hasil
coran. Beton dicorkan pada bekistingnya dengan posisi sedekat mungkin ke lokasi akhir
peruntukannya, dengan cara pengecran lapis perlapis secara horizontal. Sesaat setelah
pengecoran, beton akan berproses, untuk itu harus ditebar semerata mungkin,
dipadatkan dan semua bagian hat-us terisi dan pembesian harus terselimuti. Bagian
yang tertekan sebisanya harus dicorkan secara simultan. Jika kondisi yang
mengharuskan pekerjaan pengecoran perbagian, maka pengawas harus memperhatikan
benar benar cara penyambungannya.

3.6.2 Persiapan Sebelum Pengecoran

Bekisting dan pembesian harus dibersihkan menurut ketentuan diatas. Penyinaran oleh
matahari secara Iangsung terhadap begisting baja hams dihindarkan. Panas yang terjadi
pada begisting dan pembesian harus didinginkan terlebih dahulu dengan air pendingin
sebelum pencetakan beton. Sebelum melanjutkan pengecoran ke tahap berikutnya,
bagian yang sudah mengeras (yang lama) yang akan disambungkan dengan coran yang
baru harus dibersihkan terlebih dahulu dari semua kotoran, sisa sisa gergajian dan semua
bahan lain yang bisa mengurangi daya lekat antara beton yang lama dengan yang akan
dicorkan. Secara umum permukaan beton yang lama tersebut harus disikat dan
dibersihkan dengan peralatan yang sesuai. Setelah prosedur diatas dilakukan, selapis
adukan dengan ratio berat 1 : 2 : 5 dicorkan ke permukaan yang akan disambung
tersebut sebagai pendahuluan sebelum pengecoran selanjutnya diteruskan. Peosedur ini
tidak perlu dilakukan jika pengecoran dilakukan diatas lantai kerja.

11
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

3.6.3 Pengangkutan Beton

Untuk jarak hingga 1000 m, kontraktor bebas memilih metode pengangkutan betonnya,
seperti penggunaan pompa beton, truk atau yang lainnya. Untuk jarak lebih dari 1000 m
harus menggunakam truk mixer.

3.6.4 Lamanya Waktu Pengecoran

Semua adukan beton harus dicorkan secepat mungkin setelah diaduk. Semua
operasional pengangkutan beton dari truk mixer ke bekistingnya yang mencakup
pengecoran dan pemadatan harus diselesaikan sebelum betonnya "setting". Pengecoran
beton pada setiap tahapnya harus dilakukan secara menerus dan tidak diperbolehkan
adanya waktu jeda makan, pergantian shift kerja, dll.

3.6.5 Pencegahan Segregasil

Beton diangkut, dibongkar dan dicorkan sedemikian rupa sehingga tidak sampai terjadi
segregasi (terpisahnya antara agregat kasar dan agregat halus). Penangganan khusus
harus dilakukan untuk pengcoran dinding, kolom dan pondasi dalam. Jika coran beton
dijatuhkan melebihi kedalaman 1 m, harus digunakan pipa pengarah. Beton tidak boleh
dijatuhkan langsung dari 'bucket" ke bekistingnya. Jika bagian yang akan dicor tidak
tertalu dalam, beton dapat dibongkar pada plat form antara yang kemudian disekop
secara manual kedalam bekistingnya. Beton dicorkan dan dipadatkan lapis perlapis
dengan ketebalan maksimum 1 m. Hal ini juga dilakukan untuk pengecoran pada
bentangan struktur vetikal yang panjang.

3.6.6 Pemadatan Beton

Semua beton kelas 1, 2 dan 3 harus dipadatkan dengan menggunakan vibrator.


Konsistensi dari beton saat digetarkan harus dalam kondisi cair hingga piastis. Pemadatan
dengan vibrator harus dilakukan dari jarak yang cukup untuk itu. Jarak pemadatan harus
diatur agar tidak ada bagian yang terlewation untuk dipadatkan. Bating penggetar
tersebut harus dibenamkam cukup dalam untuk menjamin seumpamanya pertautan
sambungan. Penggunaan batang penggetar untuk mendistribusikan coran beton
kesemua bagian begisting sebaiknya dihindari. Vibrator internal yang digunakan harus
dengan cepat dibenamkan dan secara perlahan diangkat dari betonan. Betonan ini harus
tepat dibelakang batang penggetar pada saat diangkat. Kontak langsung antara tulangan
dengan vibrator sedapat mingkin harus dihindati. Beton digetarkan hingga padat yang
terlihat dari permukaannya dan sebagian besar gelembung yang terbentuk telah lenyap.
Permukaan beton disepanjang penutupnya tersebut harus benar benar tertutup.

3.6.7 Perawatan Beton

Beton yang masih elastis harus dilindungi secara hati hati dari semua gangguan eksternal
yang dapat merusak proses "setting"nya beton. Selama periode sekurang kurangnya 4
hari semua permukaan beton yang akan diekspos harus dijaga agar tetap lembab. Usulan
tentang metode perawatan dan perawatan khusus lainnya yang mungkin dilakukan harus

12
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

diajukan ke pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

3.7 Finishing Permukaan Beton

3.7.1 Permukaan Beton

Sangat penting bahwa semua sisi yang akan diekpos dari struktur beton / harus dalam
keadaan bersih dan bebas dari kerusakan. Permukaan dinding, kolom, pondasi dan lain lain
tidak boleh dipapas agar tetap memenuhi batas toleransi diatas. Yang perlu diperhatikan
bahwa untuk bagian struktur yang lebih besar, pengecorannya dilakukan harus sesuai
dengan program / rencana yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Penghentian
pengecoran harus dilakukan tepat pada posisi yang telah diperhitungkan sebelumnya.
Lokasi penyambungan, kalau terpaksa dilakukan, sebisanya dilokasi bagian beton yang
akan tertekan. Bidang penyambungan harus bisa dicapai untuk pembersihannya
sebelum pengecoran selanjutnya diteruskan dan permukaan ini harus dibasahi hingga jenuh
air. Pengecoran secara tertutup harus dilakukan jika dalam kalkulasi struktumya
mengharuskan hal tersebut, khususnya dalam rangka mengantisipasi dampak temperatur.

3.7.2 Finishing Beton Selain Pelat clan Pelat Atap

Dalam waktu 12 jam setelah begisting dibongkar. Permukaan beton yang cacat harus
diperbaiki sesuai spesifikasi berikut ini. Material harus dan lepas harus disingkirkan.
Bagian yang keropos, kantong kantong agregat, bagian yang bolong dengan diameter
melebihi 2cm dan lobang lobang bekas baut dan lain lainnya harus di "grouting" dengan
adukan semen. Penggunaan semen grouting ini harus sesuai spesifikasi dari pabrik.

3.7.3 Finishing Beton Pelat lantai

Finishing yang Monolit : Kecuali ditentukan lain, beton untuk pelat lantai dan pelat atap
harus diratakan dengan alat yang sesuai untuk mencapai level akhir yang dikehendaki
tanpa adanya tonjolan agregat kasar. Beton yang masih barn, tetapi sudah cukup
keras untuk dapat menahan berat sendiri pekerja tanpa meningalkan bekas injakan
yang dalam harus diratakan dengan benar dengan menggunakan alat perata. Setelah
bagian permukaan beton yang basah sudah mulai mengering, bidang tersebut dipoles /
diratakan untuk mendapatkan bidang akhir dengan menambahkan bidang adukan tanpa
agregat kasar. Permukaan lantai harus diratakan hingga licin, padat dan bebas dari tonjolan.

Finishing dengan papan perata : permukaan fondasi interior ataupun exterior atau juga
pelat-pelat untuk landasan peralatan atau mesin mesin Lainnya harus diratakan dengan alat
agar bisa mencapai bidang rata yang diinginkan. Finishing anti gelincir harus diberikan
pada jalan masuk, lantai, platform,serta lantai: beton, dll.

3.8 Grouting Pelat Dasar dan Pelat Penahan

Setelah diukur dan ditentukan posisinya dengan benar, pelat lantai pelat yang disangga

13
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

kolom, pelat-pelat penahan untuk balok dan pelat – pelat dasar yntuk landasan mesin
dan peralatan lainnya harus diberikan adukan beton dengan cara dipadatkan, kecuali
ditentukan suatu jenis bahan grouting. 1 bagian semen PC tipe 1 dan 2,5 bagian agregat
seperti ketentuan ASTM C33, yang diukur berdasarkan beratnya serta air dengan
proporsi berdasarkan W/C ratio tidak boleh melebihi 0,4.

3.9 Test (uji) Beton

3.9.1 Uji Kekuatan Beton Selama Masa Kontruksi

Kontraktor harus menyerahkan 3 benda uji, yang dibuat dibawah pengawasan konsuitan
pengawas, dari tiap 15 meter kubik beton yang dicorkan. Minimal satu set benda uji
harus diserahkan untuk setiap kelas beton yang dicorkan selama 1 shift pekerjaan. Top
setnya terdiri atas 2 benda uji yang diambilkan dan dibuat dari 'batch" yang berbeda.
Cara pengambilan contoh harus sesuai standar ASTM C 172. Benda uji hams dibuat,
dirawat dan dikemas untuk pengiriman sesuai standar. ASTM C 31. Benda uji akan di
tes pada labotatium yang disetujui pengawas. Benda uji beton silinder dites sesuai
ketentuan ASTM C 39. Balok akan di tes menurut ketentuan ASTM C 78. Setiap hasil tes
akan ditentukan rata rata dari dua benda uji dalam satu set. Kecuali hasil pengetesan
salah satu benda uji dari satu set tersebut dengan didukung bukti mempunyai kekuatan
yang rendah karena cara pengambilannya tidak benar, dioetak, ditangani atau dirawat
secara tidak benar sehingga membuat hasil tesnya menjadi demikian. Umur standar
pengetesan sehingga membuat tesnya menjadi demikian. Umur standar pengetesan
adalah 28 hari, namun dengan 7 hari sudah bisa dilakukan tes dengan seijin
pengawas, dengan dengan cara korelasi antara kekuatan beton pada umur 7 hari
dan 28 hari bisa dilakukan tes untuk material dengan proporsi yang digunakan.

Jika hasil test tersebut tidak memenuhi kekuatan yang diinginkan, maka pengawas
berhak untuk meminta perubahan proporsi atau kadar air dari beton tersebut untuk
bagian pekerjaan sisanya. jika kekuatan rata-rata dari benda uji yang dirawat
dilapangan berada di bawah kekuatan minimal yang diijinkan maka pengawas
berhak meminta merubah tempertaur perawatan dan campurannya agar bisa mencapai
kekuatan yang dibutuhkan.

3.9.2 Uji struktur Beton setelah Mengeras

Jika berdasarkan hasil test laboratorium menyimpulkan bahwa beton yang


telah dicor, tersebut tidak memenuhi spesifikasi yang diharapkan atau jika
terbukti bahwa kualitas beton tidak memenuhi spesifikasi, "core boring test" bisa
dilakukan sesuai ASTM C42. test ini juga mengindikasikan bahwa beton yang dicor
kan juga tidak memenuhi spesifikasi maka definisinya bisa koreksi berdasarkan
ketentuan pada Bab 20 ACI 318.

IV. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

a. Portland cement; semen untuk pekerjaan pasangan batu kali dan plesteran

14
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

sama dengan yang digunakan untuk pekerjaan beton.. Semen yang dipakai
sekualitas semen Holcim, Tiga Roda, atau Semen Gresik.
b. Pasir; pasir yang digunakan adalah pasir Muntilan atau sekualitas. Kadar
lumpur yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih dari 5%. Pasir harus
memnuhi syarat PUBB 1970 atau SNI 03-1756-1990.
c. Pasangan batu kali untuk boonkaptering harus kedap air dengan speci 1 PC : 4 Ps.
Batu kali harus batu pecah (bukan batu blondas).
d. Pasangan batu bata untuk tembok dengan speci 1 PC : 6 Ps.
e. Air; air yang digunakan untuk adukan dan plesteran sama dengan yang
digunakan untuk beton.

V. PEKERJAAN CAT

(1) Bahan
a. Pengertian cat dispi meliputi cat-cat : cat seluruh bahan besi/baja dan kayu yang
membutuhkan, cat bidang-bidang dinding tembok. Cat-cat/plamur yang
dibutuhkan atau didatangkan harus dalam kemasan kaleng, tertera nama
perusahaannya dan serta masih terdapat segel yang baik.
b. Semua cat yang dipakai harus mendapatkan persetujuan dari pengawas.
c. Plamur untuk pekerjaan cat tembok digunakan merk yang sama dengan merk cat
yang dipilih.
d. Cat meni digunakan sesuai dengan cat jadi dan sesuai penggunaan cat.
e. Bahan pengencer digunakan dari produksi pabrik dan bahan yang diencerkan.

(2) Macam Pekerjaan.

a. Cat tembok; bidang yang akan dicat sebelumnya harus dibersihkan dengan cara
menggosok memakai kain yang dibasahi air. Setelah kering didempul pada bagian
yang berlubang sehingga permukaan rata dan licin untuk kemudian dicat paling
sedikit 3 kali dengan roller minimal 20 cm sampai baik atau cara yang telah
ditentukan oleh pabrik.
b. Cat besi; semua pekerjaan yang telah dicat meni besi, baru boleh dicat besi setelah
terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran yang menempel. Pengecatan minimal 3
kali. Pengecatan yang dilakukan diatur ketika keadaan mendung dan hujan tidak
diperkenankan.
c. Pelaksanaan pekerjaan cat harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam
SNI 03-2410-1991.

VI. PEKERJAAN BRONJONG

a. Secara umum berlaku PUBI 1986 pasal 124.


b. Pekerjaan meliputi pembuatan kotak segi empat dengan ukuran kawat sisi pinggir 3
mm dan kawat anyaman hexagonal 2,8 mm.
c. Untuk ukuran bronjong perblok 2 x 1 x 0,5 ditengah diberi lempeng penyekat
sebagai penguat dengan kawat 2,8 mm.
d. Kawat bronjong harus mampu menahan tarikdan puntir, mempunyai berat lapisan
seng yang cukup.

15
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

e. Bronjong harus kokoh, menahan beban dari segala arah, dengan anyaman dan lilitan
yang baik.
f. Kawat seng harus mengandung lapisan seng merata tidak dalam keadaan teroksidasi
/ berkarat saat penganyaman.
g. Batu gronjong harus terpadu dengan berbagai diameter dengan susunan yang padat,
kencang serta rapi.
h. Batu bronjong harus terdiri dari minimal 50 % batu pecah.

VII. PEKERJAAN BESI

a. Pekerjaan besi meliputi pekerjaan angkur, besi penahan klos klem, trek stang, rol
maupun tali kawat baja untuk bangunan pelintasan pita.
b. Semua pekerjaan besi harus dilaksanakan presisi dan rapi.
c. Kawat baja, klem, trek stang harus buatan pabrikan.
d. Semua pekerjaan besi kecuali kawat baja / sling harus dicat, sesuai ketentuan
pengecatan yang berlaku.
e. Kawat baja minimal kelas G (150 kg ƒ / mm2) berlapis seng, dengan pilihan tipe 1 :
6x7
f. Rol harus dibuat di bengkel bubut dipasang pada poros besi dengan dudukan yang
diberi angkur baut. Rol harus dapat berputar tanpa bergoyang dengan kelonggaran
yang sepadan terhadap porosnya.

VIII. LAIN-LAIN

1. Penggunaan bahan-bahan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum


dalam RKS ini, akan ditolak atau dikeluarkan dari lokasi atas perintah Konsultan
Pengawas dan semuanya menjadi resiko pemborong.

2. Apabila terjadi keraguan akan mutu bahan-bahan yang didatangkan dan Pengawas
Lapangan minta penyelesaian bangunan tersebut, maka biaya yang timbul menjadi
tanggungan pemborong.

3. Apabila terdapat jenis pekerjaan yang belum diuraikan dalam bestek ini, maka
akan dibetulkan dalam Aanwijzing dan dituangkan dalam Berita Acara Aanwijzing.

16
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

BAB II
PEKERJAAN PERPIPAAN
2.1 Umum

2.1.1 Pekerjaan

Kontraktor harus mengadakan semua pipa dan perlengkapannya yang tercantum


pada gambar, yaitu : semua baut, mur, ring gasket, bahan penyambung, dan lain-
lain yang diperlukan sebagai pelengkap pekerjaan. Semua bahan yang diperlukan
harus tepat guna pada iklim tropis.

2.1.2 Gambar Kerja (shop drawing)

Kontraktor harus mengajukan gambar kerja pada pengawas dan pemberi tugas
untuk disetujui. Gambar kerja tsb, terdiri dari semua perpipaan dan
perlengkapannya,

2.1.3 Penumpu

Semua penumpu yang diperlukan, sadie, bandul, baut-baut pengeras dan baut-baut
pondasi harus dipasang supaya perpipaan dan perlengkapannya dalam keadaan
yang benar. Katup-katup, meta-meta, saringan-saringan dan lain sebagainya yang
terpasang ditumpu pada pipa-pipa yang tersambung. Semua penumpu, rangka-
rangka atau penumpu harus dibuat sangat kokoh dari baja dengan baut-baut atau
dilas.

2.1.4 Fleksibilitas dalam Pekerjaan Pipa

Sambungan-sambungan atau kerah dan pipa potong yang fleksibel harus diberikan
bila diperlukan pada semua pekerjaan pipa.

2.2 Spesifikasi Pipa PVC

a. Bahan pipa PVC harus sesuai dengan ketentuan kelas SNI 06-0084-2002 atau Standar
Internasional lainnya yang dapat diterima dan dapat dipastikan kualitasnya sama atau
lebih baik yang digunakan setara merk (maspion,wavin dan vinilion). Pipa PVC
yang disediakan harus mempunyai panjang minimum 4 meter.
b. Jenis sambungan yang digunakan adalah adalah solvent cement Joint.
c. Pipa PVC untuk jaringan pipa maupun orifice, cassing harus mampu menahan
tekanan kerja 8 bar, sesuai daftar.

17
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

No Diameter Diameter Sistem Kelas Tebal pipa


nominal luar sambungan
1 ½” – 16 mm 20 mm Lem S – 12,5 0,8 mm
2 ¾” – 20 mm 25 mm Lem S – 12,5 1,0 mm
3 1 “ – 25 mm 32 mm Lem S – 12,5 1,3 mm
4 1 ¼“ – 30 mm 40 mm Lem S – 12,5 1,6 mm
5 1 ½” – 40 mm 50 mm Lem S – 12,5 2,0 mm
6 2” – 50 mm 63 mm Lem S – 12,5 2,4 mm
7 8“ – 200 mm 200 mm Lem S – 12,5 7,7 mm

Pipa PVC untuk kelengkapan drain cassing maupun collector harus mampu menahan
tekanan rendah, dengan ketebalan sesuai daftar:

No Diameter Diameter Sistem Kelas Tebal pipa


nominal luar sambungan
1 1½” – 40 mm 48 mm Lem D 0,8 mm
2 2” – 50 mm 60 mm Lem D 1,0 mm
3 3 “ – 75 mm 89 mm Lem D 1,3 mm
4 4“ – 100 mm 114 mm Lem D 1,6 mm
5 6” – 150 mm 165 mm Lem D 2,0 mm

d. Pemberian tanda pabrik


Pada bagian luar setiap pipa harus mempunyai tanda merk (cap pabrik), diameter
nominal dalam mm, tingkat kelas yang menjelaskan tekanan kerja minimal, standar
produksi dan tanggal produksi.
e. Pipa PVC disambung dengan cairan solvent cement, dari pabrik pembuat pipa yang
sama.
f. Salah satu ujung pipa harus berbentuk soket.
g. Setiap pipa dan fitting mampu terhadap pengujian tekanan hidrostatis sebesar 8
kg/cm2 selama 1 jam.
h. Pengujian tekanan untuk seluruh pipa dan fittingnya harus disesuaikan dengan
persyaratan SII 0344-84 atau ISO 1167-1973 dan standar lain yang sama.
i. Fitting pipa PVC harus mempunyai merk satu pabrikasi sesuai merk pipa.

2.3 Spesifikasi Pipa Galvanis

a. Pembuatan dan bahan pipa Galvanis harus sesuai dengan standar internasional ASTM
A53 atau standar lain yang dapat diterima dengan jaminan mutu yang sama.
b. Pipa galvanis untuk jaringan pipa, bangunan pelintasan pipa, incian untuk
penembus dinding, kelengkapan hidran umum harus mempunyai ketebalan pipa
minimal sesuai dafar :

18
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

Pipa Galvanis Medium A (SNI 07-0068-87 / 07-0039-87)


no size inch OD (mm) tebal berat sistem sambungan spec spindo
1 1 / 2. 2,13 2,3-2,4 7,26 Ulir medium A
2 3 / 4. 2,13 2,3 - 2,4 9.42 Ulir medium A
3 1 33.4 2.8 14.46 Ulir medium A
4 1 1/4 42.2 2.8 - 3 18.6 Ulir medium A
5 1 1/2 2.8 – 3 21.42 21.42 Ulir medium A
6 2 60.3 3.2 - 3.4 30.18 Ulir medium A
7 2 1/2 73 3.2 - 3.3 38.58 Ulir medium A
8 3 88.9 3.5 - 3.7 50.22 Ulir medium A
9 4 114.3 4.0 - 4.3 73.2 Ulir medium A
10 5 141.3 4.2 - 4.4 123.7 Ulir medium A
11 6 168.3 4 - 4.5 169.8 Ulir medium A
12 8 219 4.9 - 5.0 158.32 Ulir medium A

Pipa Galvanis Medium B


no size inch OD (mm) tebal berat Ulir spec spindo
1 1 / 2. 2.13 1.9 - 2 5.45 Ulir medium B
2 3 / 4. 2.13 1.9 - 2 6.83 Ulir medium B
3 1 33.4 2.3 10.58 Ulir medium B
4 1 1/4 42.2 2.3 - 2.4 13.58 Ulir medium B
5 1 1/2 48.3 2.3 - 2.4 15.5 Ulir medium B
6 2 60.3 2.7 - 2.9 23.01 Ulir medium B
7 2 1/2 73 2.7 - 2.9 29.08 Ulir medium B
8 3 88.9 2.8 - 2.9 33.94 Ulir medium B
9 4 114.3 3.2 - 3.5 52.16 Ulir medium B
10 5 141.3 3.6 - 3.7 99.6 Ulir medium B
11 6 168.3 3.5 118.2 Ulir medium B
c. Pemberian tanda pabrik
Pada bagian luar setiap pipa harus mempunyai tanda merk (cap pabrik), diameter,
nominal dalam mm, tingkat kelas mutu.
d. Bahan penyambung pipa ulir dengan tali rami/henep, meni atau thread tape.
e. Pengujian untuk pipa galvanis dengan tekanan hidrostatis 12 bar.

2.4 Spesifikasi Katup

2.4.1. Umum
1. Kontraktor harus menyediakan semua katup yang telah ditentukan dan tertera
dalam daftar perincian biaya. Semua katup harus berukuran seprti
yang ditentukan dan bilamana mungkin semua katup dari jenis yang sama
harus dari satu pabrik.

19
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

2. Semua katup harus memuat nama pabriknya, tekanan kerja, garis tengah, dan
aliran yang dicetak pada badannya.
3. Katup berukuran ND 63 dan lebih kecil haruslah dilengkapi dengan sekrup
betina pada ujungnya. Bila katup tersebut digabungkan pipa besi atau baja
diperlukan selubung isolasi (insulating bushing).
4. Uliran katup harus menurut ISO 7-1 "Uliran pipa dimana sambungan
ketat tekanan dibuat pada alirannya"
5. Katup ND 80 dan yang lebih besar harus dengan Flange, semua Flange harus
sesuai dengan ukuran yang ditentukan.
6. Tabung packing (stutting box) harus disediakan dengan galangan penekan
terbuat dari bahan perunggu dan packing cincin 0 smua baut, skrup, kancing
dan mur yang dipakai bertalian dengan tabung packing ini harus dari baja
tahan karat. Perencanaan katup dan tabung packing dapat dirakit sedemikian
hingga packing dapat disesuaikan dan diganti seluruhnya tanpa mengganggu
bagia katup atau rakitan penggerak kecuali packing galangan.
7. Kontraktor harus menyampaikan gambar kerja kepada Direksi Tenaga Ahli
untuk persetujuan gambar kerja harus terdiri dari :
- Daftar dan jadual bahan
- Rincian penyambungan dan alat peraliha kalau perlu
- Nama Pabrik
- Ukuran, Rincian, Bahan, dan ketebalan semua bagian
8. Dalam waktu satu minggu setelah penyerahan dari gambar kerja yang
diusulkan suatu rapat akan diadakan, dihadiri oleh direksi, tenaga Ahli dan
kontraktor untuk membicarakan dan menyetujui atau merubah gambar.
9. Kecuali disebutkan lain semua katup harus dibuat untuk tekanan kerja
tidak kurang dari 10 bar dan uji tekanan 20 bar.
10. Kontraktor harus menyerahkan sertifikat dari pihak pabrikan yang
menerangkan bahwa setiap katup memenuhi ketentuan persyaratan.
11. Kotak diatas permukaan tanah untuk katup yang tertanam harus terbuat dari
besi terhadap pencurian, dengan menyelubungi dengan pipa selubung
PVC dan pondasi cor beton 1 : 2 : 3
12. Penggerak katup dengan tangan harus diberi roda-roda gigi sedemikian,
sehingga dalam syarat kerja seperti yang ditentukan disini. Kekuatan
maksimum pada tepi roda tangan, engkol, batangan T atau Penggerak lain
yang diperlukan untuk menggerakan tidak boleh berlebihan.
13. Semua unit penggerak harus dibuat sedemikian rupa sehingga gerak
berlawanan dengan arah jarum jam akan membuka katup dan gerakan searah
dengan arah jarum jam akan menutupnya.

2.4.2. Katup Sorong (Gate Valve)

a. Setiap katup harus terdiri dari bahan yang terbuat dari bronze/kuningan dengan
dudukan karet, piringan, as katup dan mekanisme pelayanan dan dalam segala hal
harus memenuhi syarat - syarat yang berlaku dari standar untuk katup sorong JIS B
2023 untuk sambungan ulir) atau standar lainnya yang dapat diterima secara
internasional yang menjamin kualitas yang sama atau lebih tinggi dari standar yang
disebutkan.

20
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

b. Setiap piringan katup harus berputar pada sudut 90 derajat dari kedudukan
terbuka penuh ke tertutup penuh ; dan ketika piringan berada pada kedudukan
tertutup, suatu bidang melalui sumbu dari poros katup dan melalui permukaan
dudukannya, harus tegak lurus pada sumbu pipa. Sumbu putaran piringan katup
harus datar.
c. Mekanisme pelayanan harus ditempelkan pada badan katup dan harus memenuhi
standar JIS 10 K. Tiap mekanisme pelayanan harus dapat dikeluarkan dari
kedudukannya untuk pemeriksaan dan perbaikan. Sarana harus dibuat untuk
penguncian piringan pada kedudukan terbuka penuh atau tertutup rapat pada waktu
mekanisme pelayanan dikeluarkan. Semua bagian dari mekanisme pelayanan
harus mudah dicapai untuk pemeriksaan, penyetelan, perbaikan dan penggantian.

d. Mekanisme pelayanan untuk katup yang dijalankan dengan tangan haruslah dapat
mengunci sendiri sehingga kekuatan air atau getaran tidak akan
menyebabkan piringan bergerak dari kedudukan yang sudah dipasang.
e. Setiap katup harus direncanakan untuk penutupan yang rapat dengan perbedaan
tekanan pada kedua belah sisi piringan katup sama besarnya tekanan yang
dijinkan terhadap katup.
f. Semua katub harus dilengkai pemutar tangan.

2.4.3. Katup Pelepas Udara dan Katup Hampa Udara

a. Katup hampa udara dan katup pelepas udara berbadan dari besi cor atau bahan
besi tempa, pelampung dari baja tahan karat dan direncanakan untuk tekanan kerja
10 kg/cm2. katup mempunyai katup penutup secara menyeluruh yang digunakan
selama pemeliharaannya.
b. Semua unsur yang bergerak harus dibuat darri baja tahan karat atau dari perunggu.
c. Katup yang berlubang lebar (pemecah kehampaan) harus mempunyai lubang yang
berbentuk bulat, terbuka penuh bila ruang katup kosong dan tertutup rapat dengan
sendirinya bila ruangannya penuh air.
d. Katup berlubang kecil (pelepas uadar) digerakkan terapung dan tertutup bila ruang
katupnya penuh dengan air.
e. Katup berlubang rangkap adalah bersifat gabungan antara katup berlubang kecil
dengan katup berlubang lebar. Katupnya akan mengeluarkan gelembung-
gelembung udara yang kecil-kecil bila jaringan kena tekanan, terbuka penuh
mulutnya bila ruang katup kosong dan tertutup rapat dengan sendirinya, bila
ruangnya penuh dengan air.
f. Setiap katup diuji di bawah tekanan hidrostatis 10,5 kg/cm2 dan tanpa kebocoran.

2.5 Transportasi dan Penyimpanan Material

Semua pipa, fitting, accessories dan bahan lain harus ditangani dengan peralatan yang
sesuai untuk menghindari kerusakan. Selama transportasi, penyimpanan dan
pemasangan, semua pipa harus ditempatkan di atas tumpuan yang cukup untuk
mencegah atau menghindari kerusakan pada lapisan dalam.
Sebelum dipasang pipa dan fitting-fitting harus diletakkan diatas penopang.
Apabila barang disimpan mempunyai batas waktu penyimpanan atau

21
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

memerlukan penyimpanan yang khusus, maka metode penyimpanan harus disetujui


oleh pengawas dan sesuai dengan petunjuk dari pabrik. Penutup ujung-ujung pipa atau
pengaman lainnya tidak boleh dibuka sampai pipa-pipa dan fitting-fitting tersebut
dipasang dilapangan.
Kehilangan atau kerusakan material-material merupakan tanggung jawab kontraktor
dan harus segera dilaporkan secara tertulis kepada pengawas dan serta uraian-uraian
yang diperlukan.

2 . 6 Pemasangan Pipa

1. Pemasangan pipa dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan fokasi yang telah
ditentukan dalam gambar kerja, pipa yang digunakan dalam instalasi ini adalah
jenis Polyvinyl Chloride (PVC) untuk pipa dan accessories yang ditanam dalam
tanah dan Galvanised Iron Pipe (GIP) kelas medium A untuk pipa beserta
accessories dapat terekspose diatas tanah .

Untuk pekerjaan pemasangan pipa di dalam tanah, penggalian dilaksanakan


sedemikian rupa sehingga memungkinkan pipa dapat dipasang dengan posisi yang
baik dan aman. Penggalian harus bertahap sesuai dengan perkiraan jumlah pipa
yang dapat dipasang untuk setiap harinya. Parit galian harus dijaga sehingga
efisiensinya dan keselamatan pekerja dapat terjamin.

Dalam melakukan pemasangan pipa di dalam tanah hal-hal yang perlu


diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Lebar Parit
Lebarnya parit galian disesuaikan dengan besarnya pipa yang akan dipasang
dan febar galian tersebut harus menjamin pekerja dapat mengerjakan
penyambungan pipa dengan balk sehingga kebocoran-kebocoran yang sering
timbul pada sambungan pipa dapat dihindarkan. Bila perlu dapat menambah
lebar galian untuk memudahkan penempatan alat-alat penyangga dan sebagainya.

b. Lubang Parit dan Pembersihan Pipa


Kontraktor dapat melaksanakan penggalian tambahan untuk tempat-tempat
sambungan pipa. Kontraktor harus dapat memperhitungkan alat tersebut dalam
penawaranya.

c. Galian Parit dan Pembersihan Pipa


• Parit pipa harus digali dengan kedalaman yang dikehendaki sehingga terdapat
pembebanan yang merata dan menerus pada dasar galian (yang tidak
tergantung antara 2 lubang sambungan pipa).
• Bila bagian bawah parit pipa galiannya berlumpur atau penggaliannya terialu
dalam maka dapat diurug dengan pasir ataupun diurug dengan bahan-bahan
lainnya. Kemudian dipadatkan secara akurat dengan Mat pemadatan dengan
tangan untuk memperoleh permukaan yang rata pada pipa yang akan
dipasang.
• Semua batu-batu besar yang ditemui pada penggali harus dipindahkan dan

22
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

tidak boleh bersinggungan dengan pipa dan fiting.

d. Galian pada tanah jelek


Bila pada bagian bawah parit temyata tidak stabil atau dijumpai lapisan-lapisan
bekas sampah ataupun humus, lapisan tersebut harus dibuang, maka kontraktor
harus menggalinya dan membuang dari bagian-bagian yang tidak baik tersebut.
Bila dianggap perlu, pengawas dapat memerintah kontraktor untuk membuat
pondasi khusus, seperti memindahkan tanah atau mengisi dengan bahan-bahan
yang sesuai yang harus dilaksanakan kontraktor sesuai petunjuk pengawas.

e. Pengamanan jalur pipa


Parit pipa yang mudah Iongsor dapat diberi turap-turap pengaman terutama pada
penggalian pipa yang dekat jalan-jalan aspal ataupun pada tempat-tempat yang
menurut pengawas hal itu harus dilakukan.

f. Material Galian
Kontraktor harus menyediakan tempat penampungan sementara guna
menyimpan material galian yang akan digunakan untuk penimbunan kembali.
Untuk setiap material yang tidak cocok untuk penimbunan kembali atau keperluan
lain, maka kontraktor harus segera menyingkirkannya dari lapangan. Biaya
penyingkiran ini adalah tanggung jawab kontraktor.

g. Penimbunan Tanah Galian


Semua tanah bekas harus ditimbun sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
bagi pejalan kaki maupun kendaraan yang lewat, bila diperlukan pengawas dapat
memerintahkan pada kontraktor untuk mengangkut tanah lebih bekas galian
tersebut, dan sebagian untuk urugan pipa. Segala biaya yang dibutuhkan akibat
pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor.

h. Pekerjaan pemadatan
Cara-cara dan peralatan yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan harus
disesuaikan dengan jenis dan letak dari tanah yang akan dipadatkan. Untuk
pemadatan ringan dapat digunakan portable soil compactor, penggunaan alat
-alat penumbuk konvensional dengan berat 15-20 kg hanya dapat
digunakan dalam hal-hal tertentu dengan persetujuan pengawas.

i. Perbaikan kembali fasilitas umum yang terkena dampak


Kontraktor harus memperbaiki fasilitas umum seperti jalan, saluran, dll. yang
rusak akibat pekerjaannya.

2. Thrust blok

Semua perlengkapan pipa seperti tee, bend, valve, reducer, dan lain-lain dengan
ukurant lebih besar dari 50 mm harus diberi truss block.
Thrust block terbuat dari beton K-175 ukuran thrust block ditunjukan dalam
gambar standar/ typical kecuali jika pengawas menentukan lain. Pipa-pipa yang

23
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

akan dikelilingi beton harus diletakkan benar-benar menurut garis dan


ketinggianya, kemudian beton dicetakkan sekeliling pipa dan digetarkan untuk
membentuk massa yang padat dan homogen yang melekat serapat-rapatnya dengan
pipa. Tindakan hati-hati harus diambil untuk mencegah terapungnya pipa selama
pengecoran.

Beton yang mengelilingi pipa dalam parit harus dicorkan pada tanah langsung
bagian bawah dan sisi parit dan harus pada ukuran maksimum yang diperlihatkan
pada gambar.

3. Pemotongan pipa untuk pemasangan pipa apabila benar diperlukan dapat dilakukan
dengan jaminan pemotongannya baik yaitu ujung yang halus, sudut yang betul
terhadap sumbu pipa.

Pemotongan ujung-ujung pipa yang dilaksanakan di lapangan harus sama


pelaksanaanya bila dikerjakan di dalam pabrik. Pemotongan harus dengan mesin
potong yang sesuai yang memberi bekas yang licin pada yang ditentukan terhadap
sumbu pipa.

4. Penempatan dari valves, clean out, accessories, harus sedemikian rupa sehingga:
• Terlindung (bila perlu tanda-tanda petunjuk)
• Mudah dicapai
• Tidak mengganggu
5. Perlindungan / proteksi waktu pelaksanaan
• Semua pipa-pipa yang terbuka untuk pemasangan satukan karena belum
tersambung dengan fitting atau pipa, harus ditutup dengan cup atau plug.
• Sebelum pemasangan dan penyambungan, semua pipa-pipa, katup dan fitting
harus diperiksa dan dibersihkan dari segala kotoran yang akan menyumbat.

2.7 Pengujian dan pencucian pipa

a. Kontraktor harus melaksanakan uji tekanan hidrostatis dengan mesin selama 1 jam
pada tekanan 8 bar pada jalur pipa transmsisi setelah pemasangan pipa dan accessories
selesai.

b. Setelah pengujian tekanan persection selesai, harus dilanjutkan dengan pengujian aliran
disekitar jaringan dan sistem, dengan cara menutup katup-katub yang terpadang tanpa
memberi tekanan mesin luar. Tekanan yang terjadi hanya dari energi gravitasi aliran
sendiri. Tidak boleh ada kebocoran pada sambungan-sambungan yang karena suatu hal
tidak tercover dalam uji tekanan.

24
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

BAB III
PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

3 . 1 . UMUM

3.1.1 Peralatan dan Material Umum

Semua peralatan dan material (primemover, generator, pompa) yang akan dipakai
dalam pekerjaan harus merupakan barang baru, belum pernah dipakai dan berasal dari
produsen yang mempunyai jaringan purna jual dan suku cadang. Semua peralatan
dan material harus bertaraf industri yang memenuhi standart ISO dan SNI.

3.1.2 Ketahanan dan perawatan

Semua pengadaan peralatan tersebut harus didukung dengan surat pernyataan


bermeterai dari dealer/pabrik/agen penjualan.
Komponen suku cadang mesin harus seluruhnya dapat diganti. Suku cadang dari bahan
yang sama seperti aslinya harus mudah didapat / dipesan dan pemasangan suku cadang
pada bagian-bagian yang diganti dikemudian hari harus dapat langsung dipasang.

3.2. PRIME MOVER, ALTENATOR/GENERATOR, POMPA BERIKUT


PERLENGKAPANNYA

3.2.1. Umum

Penawar harus menyediakan dan mensuplai genset, pompa dalam keadaan dapat
beroperasi sempurna sesuai dengan gambar dan perlengkapannya dalam buku
petunjuk, catalog maupu leaflet Didalam penawaran, penawar harus menyertakan
paling sedikit hal-hal berikut ini :
a. Gambar secara keseluruhan/lengkap, tampak, suku cadang dan daftar material,
dan jenis-jenisnya.
b. Surat jaminan sesuai 1.1

3.3 PEMERIKSAAN DAN TES

3.3.1 Umum

Semua mesin-mesin berikut perlengkapannya dipasang dilokasi harus diperiksa


dan dites ulang di pabrik maupun di lapangan/di lokasi. Semua tes harus
mendapat persetujuan direksi dan harus dapat memperlihatkan kefungsian
masing-masing peralatan. Direksi/Tenaga Ahli harus diperbolehkan untuk
memeriksa semua peralatan/mesinmesin pada saat dites. Sertifikat kalibrasi
instrumen/alat-alat ukur yang dipakai dalam pengetesan ini harus mendapat
persetujuan dari Direksi/Tenaga Ahli. Kontraktor harus menyerahkan hasil tes di
pabrik maupun di lokasi kepada Direksi/Tenaga Ahli.

25
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

3.3.2 Tes Pompa dan Motor Listrik dan Mesin Penggerak

a. Perlengkapan mesin penggerak dengan generator harus rapi, posisi sesuai tata cara
perhitungan yang benar.

b. Mesin dan genarator yang dirangkai dalam frame harus terikat kuat dan tidak
goyah sehingga mengganggu stabilitas kopel (puli & belt)
c. Setelah pompa berikut perlengkapannya dipasang, karekteristik kurva pompa pada
kondisi kerja dilokasi harus memenuhi syarat.
d. Tes ketahanan isolasi pada masing-masing motor listrik antara phase dengan arde,
jika harga tahanan isolasi motor listrik jauh dibawah harga tahanan isolasi maka
kontraktor harus memperbaiki motor tersebut.

3.4. SISTEM LISTRIK DAN INSTRUMENTASI

3.4.1 Umum

Pemasangan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh instalatur listrik yang telah
mendapat pengakuan (Pas) dari Perusahaan Listrik Negara daerah setempat.
Pada dasarnya untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik ini, berlaku peraturan
umum instalasi listrik yang dikeluarkan oleh PLN setempat.
Kontraktor bertanggung jawab penuh atas mutu instalasi dan peralatan yang
digunakan.

3.4.2 Pedoman Instalasi

Jika dalam hat pemasangan terdapat keragu-raguan atau kurang ditentukan dalam
gambar maka dalam penyelesaiannya harus sesuai dengan Buku Petunjuk Umum
Instalasi Listrik (PUIL), standar-standar yang lain yang akan digunakan harus
disetujui oleh Konsultan.

3.4.3 Inspeksi

Kontraktor wajib membuat gambar rencana kerja untuk pekerjaan yang


dilakukannya. Gambar serta rencana kerja ini harus tersedia di ruang kontraktor
dan mudah diperiksa sewaktu-waktu oleh pengawas. Setiap kemajuan pekerjaan
harus dicantumkan pada gambar dan rencana kerja tersebut.

3.4.4 Peralatan

Seluruh peralatan yang akan digunakan oleh kontraktor harus sesuai dengan
gambar dan spesifikasi yang telah ditentukan. Daftar merk peralatan yang akan
digunakan harus dilampirkan dalam dokumen tender
Bila dikemudian hari ada kelalaian antara daftar yang telah diajukan dengan yang
akan dipakai, kontraktor wajib mengajukan persetujuan dengan pengawas.
Kontraktor wajib mengganti semua peralatan yang telah dipasang jika peralataan

26
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

tersebut tidak sesuai dengan daftar yang diajukan atau disetujui pengawas. Semua
pengganti merk/jenis dari peralatan yang telah disetujui dalam daftar yang
diajukan harus dilengkapi dengan perubahan biaya dari biaya kontrak.

3.4.5 Informasi yang harus dilengkapi pemasok

Pemasok harus menyerahkan kepada direksi/pemberi pekerjaan untuk


memperoleh persetujuan:
a. Shop drawing untuk item-item berikut:
• Motor kontrol centre (pusat pengendali motor)
• Switch board (panel listrik)
• Perlengkapan peralatan listrik

b. Shop drawing berisi semua informasi yang diperlukan untuk persetujuan dan
konstruksi yang meliputi:
• Pabrik
• Jenis dan tingkat bahan
• Dimensi
• Diagram pengawatan (wiring diagram)

3.4.6 Metode pemasangan dan pengawatan

a. Semua kabel / kawat listrik harus memenuhi persyaratan yang diperlukan


sesuai standard DE, BS, IPCEA dan PVIL Indonesia.
b. Kabel dipasang digantung pada tiang pipa galvanis kelas median B ∅ 50
dilengkapi dengan dop, angkur, dan pondasi beton 1 : 3 : 5 dipasang tiap
jarak 30 m, ditanam sedalam 1,00
c. Kelengkapan pemasangan (strain kabel, begel klem) dengan ukuran yang
sesuai untuk pemasangan kabel twisted (kabel udara).
d. Ukuran kabel twisted sesuai daya yang dialirkan.

3.4.7 Konduit dan konduit metal fleksible

a. Konduit PVC
Digunakan untuk pelindung kabel di dalam tanah.
Semua konduit harus pipa PVC dan harus sesuai dengan standar PUIL.
b. Konduit metal fleksibel
Digunakan untuk pelindung kabel diluar dan di atas tanah. Konduit metal
fleksibel harus dibentuk dari baja strip spiral yang digalvanis dengan
penguncian yang aman untuk waktu seterusnya, ukuran minimum adalah ½
inch.

3.4.8 Pentanaha

Semua konduit metal, panel, tutup / inti transformator, generator, amourning


kabel dan semua peralatan listrik yang pelindungnya terbuat dari bahan logam
harus ditanahkan dengan efektif baik secara listrik atau mekanik.

27
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

Semua perhubungan ke penghantar pentanahan harus dibuat dengan heavy duty


exotheramic weld. Perlengkapan pentanahan harus tipe clamp connector ground.
Tahanan pentanahan harus tidak boleh lebih dari 5 ohm. Tahanan pentanahan
diukur ketika pekerjaan pentanahan lengkap.

3.4.9 Pengujian

Seluruh instalasi sebelum dialiri daya listrik harus terlebih dahulu diadakan test
Megger, pada saat pengujian harus disaksikan oleh pengawas. Bila hasil yang
didapat untuk suatu bagian instalasi kurang memenuhi syarat maka kontraktor
memperbaiki dengan segera dan harus diadakan test ulang sampai mendapatkan
hasil yang baik.
Pengujian tahanan isolasi dan kabel tegangan 220/380 V harus menggunakan
Megger 500 volts. Megger yang digunakan harus type putaran tangan.
Kontraktor wajib mengadakan peralatan dan tenaga dan biaya yang diperlukan
untuk pengujian tersebut dan pemberitahuan kepada pengawas harus paling
lambat 48 jam dimuka.

3.4.10 Petunjuk Pemeliharaan

Kontraktor wajib melengkapi buku/brosur petunjuk pemeliharaan perbaikan


peralatan yang ada. Peralatan yang harus diadakan petunjuk pemeliharaan
tersebut adalah :

- Komponen Panel
- Komponen pompa

Petunjuk – petunjuk itu harus diadakan dalam rangkap 3 (tiga) masing-masing


dimasukkan ke dalam suatu map.

3.4.11 Pengujian Tahanan Isolasi dan Tahanan Tanah


Kontraktor bertanggung jawab atas pengadaan alat dan tenaga untuk pengujian
Pengawas berhak memerintahkan kepada kontraktor setiap saat melakukan
pengujian bila pengawas merasa bahwa pekerjaan tersebut sudah dapat diuji.
Pengujian sebagian pekerjaan yang sudah selesai dapat merupakan bagian dari
pengujian keseluruhan, sehingga laporan test harus ditanda tangani /disahkan oleh
pihak pemilik dan pengawas.

A. Pengujian tahanan isolasi


Pengujian tahanan isolasi instalasi listrik didasarkan atas peraturan yang
berlaku,ditambah dengan syarat-syarat sebagaimana diatur dalam uraian di bawah
ini. Pengujian tahanan isolasi dilakukan dengan menggunakan Megger 500 volt
putaran tangan. Pada saat pengujian semua titik lampu dan saklar harus dalam
keadaan terbuka. Pengujian dilakukan setiap kali untuk setiap jurusan (group)
Hasil minimum yang diijinkan adalah 10 Mega Ohm.

28
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

B. Pengujian tahanan tanah


Setelah diadakan penanaman pentanahan (grounding) pengujian tahanan tanah
dapat dilaksanakan, Pengujian untuk ini dapat dilakukan dengan alat uji tahanan
tanah elektronik. Tahahan maksimum yang diijinkan adalah 5 ohm. Bila dapat
hasil uji tidak balk, kontraktor harus segera memperbaiki pekerjaannya.
Pengawas berhak untuk memerintahkan kepada kontraktor untuk membongkar
pekerjaanya bila ternyata hasil uji tidak baik, karena kelalaian pekerjaan
kontraktor.
Setelah diadakan perbaikan dan dianggap memuaskan pengawas pengujian dapat
diulangi atas tanggungan biaya kontraktor, bila pengujian mendapat hasil buruk
sebanyak 3 kali maka kontraktor harus membongkar pekerjaannya. Pengujian
sampai didapatkan hasil yang baik.

29
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

BAB IV
PEKERJAAN PEMASANGAN HIDRAN UMUM, KRAN,METERAN
AIR DAN PEMASANGAN PIPA

4.1 UMUM

4.1.1 Uraian Pekerjaan

Kontraktor diharuskan menyediakan semua perlengkapan tenaga kerja, peralatan, bahan-


bahan dan jasa untuk konstruksi selengkapnya dari seluruh pekerjaan, sesuai dengan
gambar perencanaan dan persyaratan-persyratan ini.
Semua peralatan dan bahan yang diperlukan, kecuali barang yang disediakan Pemberi
Tugas, menjadi tanggung jawab kontraktor.
Kontraktor harus memasang semua pipa, sambungan, penutup, katup, baut, mur, paking,
bahan penyambung dan perlengkapan lainnya sesuai gambar dan persyaratan guna
menghasilkan pemasangan yang baik dan benar.
Pada waktu pekerjaan pemasangan pipa terhenti, maka semua lubang pipa dan ujung pipa
didalam galian harus ditutup rapat sehingga bersih dan memenuhi persyaratan sanitasi,
sampai tiba waktunya serah terima.

4.2. PEKERJAAN TANAH

4.2.1 Umum

Kontraktor harus melaksanakan semua pekerjaan tanah yang diperlukan untuk pondasi
hidran umum seperti yang tertera di gambar.

4.2.2 Galian dan Urugan

Galian meliputi penyingkiran semua bahan termasuk rintangan yang akan menganggu
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan sebagaimana mestinya.
Galian dan urugan harus diperiksa dan disetujui Direksi sebelum memulai tahap
konstruksi berikutnya.
Bahan urugan harus juga disetujui oleh Direksi, termasuk cara pemadatannya.

4.2.3 Dimensi Galian

Dasar galian harus mempunyai lebar sedikit-dikitnya sama dengan diameter luar pipa
ditambah 30 cm. Kemiringan galian sesuai keadaan tanah.
Panjang lubang galian pada setiap waktu dan tempat maksimum 200 meter atau panjang
yang diperlukan untuk menyambung pipa sehari. Semua pipa yang baru terpasang harus
diurug kembali dengan tanah diatas pipa minimal sesuai dengan desain standart.

30
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

4.2.4 Urugan Pasir

Urugan pasir dilaksanakan dengan pemadatan yang cukup material urugan tidak boleh
mengandung Lumpur, humus dan bahan yang mengakibatkan penurunan dikemudian hari
Urugan setebal 10 cm dilakukan dibawah, disamping dan diatas pipa.

5.3. PEMASANGAN PIPA

5.3.1 Penelitian Sebelum Pemasangan

Semua pipa dan benda sambungannya harus diperiksa dengan teliti, pecah / kerusakan
lain, sebelum pemasangan.
Ujung spigot diperiksa dengan ketelitian khusus karena dimungkinkan adanya kerusakan
akibat pengangkutan. Pipa atau benda sambungan yang rusak diperiksa Direksi dan
dibuatkan petunjuk cara memperbaikinya.

5.3.2 Membersihkan Pipa dan Benda Sambungan

Semua kotoran atau lamuran harus dibuang dari soket dan spigot ujung setiap pipa.
Bagian luar spigot serta bagian dalam soket harus dibersihkan, kering tidak berminyak.

5.3.3 Pemasangan Pipa

Penyambungan pipa PVC yang lebih kecil atau sama dengan ND-50 dapat disambung
dengan lem. Pipa galvanis dipasang dengan sistem sok (drat) dengan penahan bocor seal
tape atau meni.
Ujung pipa dimasukkan dalam soket secara hati-hati agar sambungan tidak terkena tanah.
Bila diinginkan pipa akan disambung sehingga membentuk lengkungan dengan radius
panjang, besarnya pembengkokan tersebut harus mengikuti petunjuk pabrik.
Agar dijaga tidak ada benda asing yang selama dipasang masuk didalam pipa.
Setiap pipa didalam lubang parit, ujung spigot satu garis sumbu dengan ujung soket.
Pada waktu pemasangan pipa terhenti harus ditutup dengan baik agar tidak kemasukan
benda asing.

5.3.4 Pemotongan Pipa

Pemotongan pipa yang akan dimasukkan kedalam sambungan cabang (Tees) atau katup,
harus dilakukan dengan cara yang rapi tanpa merusak pipa dan keseluruhannya, serta
ujungnya rata bersudut siku-siku.

4.3.5 Ujung Soket Menghadap Kearah Pemasangan

Pipa harus diletakkan dengan ujung soket mengarah kearah pemasangan. Bila pipa
dipasang dengan kemiringan lebih dari 10 % pemasangan dimulai dari bawah dan
dilanjutkan keatas dengan ujung soket pipa menghadap keatas.

31
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

4.3.6 Piringan

Kecuali disetujui lain, semua piringan / flens dan perlengkapan harus sesuai ukuran-
ukuran dan pengeboran standart.

4.3.7 Paking Piringan

Paking sambungan piringan / flens harus karet yang mengandung asbes atau kain, tebal
minimal 3 mm.
Paking untuk piringan buntu harus karet mengandung serat nilon dan menutupi penuh
bidang permukaan piringan buntu tersebut.

4.4. PEKERJAAN PASANGAN

4.4.1 Batu Kali

Untuk material pekerjaan pasangan pondasi dipergunakan batu alam yang diperoleh dari
batuan asli :
1. Batu alam untuk pondasi harus dari kali yang memenuhi syarat kekerasan sebagai
pondasi bangunan ringan
2. Batu pondasi harus berupa batu yang mempunyai 3 sisi pecah
3. Batu blondos tidak boleh dipergunakan sebelum dipecah dan mempunyai 3 sisi pecah
yang tajam

4.4.2 Batu Bata

Untuk material pasangan batu bata dipergunakan batu merah hasil pembakaran yang
matang
1. Batu bata tidak boleh mempunyai volume void > dari 15 %
2. Batu bata harus mempunyai ukuran yang seragam
3. Kekuatan tekan rata-rata minimal setara dengan kelas kuat 25 kg / cm2

4.4.3 Macam Adukan

a. Susunan
1 bagian PC : 5 bagian pasir = adukan pasangan batu kali
1 bagian PC : 4 bagian pasir = adukan pasangan batu bata

b. Pengadukan
Adukan harus diaduk dengan pengaduk yang disetujui atau dengan ditempat yang
bersih. Adukan yang telah mulai mengeras tidak boleh dipakai atau dihancurkan
kembali untuk dipakai ulang.

32
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

5.5. LANTAI BETON

5.5.1 Umum

Lantai beton dengan adukan menurut perbandingan isi 1 PC : 3 pasir : 5 koral


dilaksanakan untuk lantai perletakan ember. Tebal lantai ditentukan pada gambar detail.
Sebelum pengecoran beton, dasar lapisan pasir telah dipadatkan secara baik menurut
persyaratan seperti tertera dalam gambar.
Permukaan lantai beton harus dibasahi terus menerus selama 14 hari setelah pengecoran.

5.6. PEKERJAAN PLESTERAN

5.6.1 Bahan

Pasir dan semen harus sesuai dengan persyratan PBI – 1971 NI – 2 dan harus sesuai
dengan gradasi berikut ini :
Ukuran ayakan Presentase berat yang melewati
4,75 mm 100
1,18 mm 70-100
600 u 35-70
300 u 5-35
75 u 0-5

Plesteran harus dicampur dengan perbandingan isi 1 PC : 4 PS

5.7. PEKERJAAN BETON

5.7.1 Umum
Kontraktor harus mengadakan seluruh bahan untuk beton, acuan (bekisting),
pemeliharaan, perbaikan, penyelesaian dan pekerjaan lain yang bertalian dengan
pelaksanaan bangunan beton seperti tertera dalam gambar.
Semua bahan dan pelaksanaannya, harus memenuhi :
a. Peraturan Bangunan Nasional dan Pelengkap
b. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah dibidang Perumahan
c. Peraturan Umum Bahan Bangunan / NI-3
d. Peraturan Beton Bertulang Indonesia, PBI – 1971 NI – 2
4.7.2 Perbandingan

Beton dibuat dari semen, agregat dan air. Bahan-bahan harus memenuhi persyaratan
mutu. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk bagian pekerjaan yang berbeda, diajukan
oleh kontraktor dan disampaikan ke Direksi untuk di pertrimbangkan sebelum digunakan
ditempat pekerjaan.
Ketentuan tekan beton minimum adalah :
K. 125, sebagai beton strukturil, yang pencampurannya dapat dengan perbandingan isi.

33
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

4.7.3 Bahan

Semen
Semua semen yang dipakai harus semen Portland bermerk standart yang disetujui Direksi.
Hanya satu merk semen yang dipakai untuk seluruh pekerjaan, kecuali jika Direksi secara
tertulis menyetujui lainnya. Semen harus dilindungi sebagaimana mestinya terhadap
kelembaban. Semen yang menggumpal tidak boleh dipakai.
Agregat
Agregat harus keras, tahan lama, bersih dan tidak mengandung bahan yang merugikan,
dalam bentuk dan jumlah yang sedemikian rupa sehingga berakibat mengurangi kekuatan
betonnya. Agregat harus menurut ketentuan Pasal 3, PBI – 1971 NI – 2 Pasal 3.5.2,
kecuali ukuran maksimum agregat kasar seperti yang diisyaratkan da;lam Pasal 3.2.2
sebelum ini. Agregat harus mendapat persetujuan Direksi.
Air
Air harus bersih, bebas dari unsur organis, alkali, garam atau ketidakmurnian lainnya dan
harus sesuai dengan persyaratan PBI – 1971 NI – 2 Pasal 3.6.
Banyak air yang dimasukkan dalam pengaduk beton harus tepat dengan waktu
pengadukan yang normal untuk menghasilkan beton sesuai penilaian Direksi, layak
dimasukkan kedalam cetakan (acuan) tanpa terjadi pemisahan kembali (segregasi).

4.7.4 Acuan

Acuan untuk membuat dan membentuk beton sesuai dengan bidang-bidang yang
diinginkan. Semua harus baru.
Semua acuan harus berbentuk dan berukuran sesuai ketentuan, cukup kuat dan kaku
menahan beban dan getaran akibat pengecoran beton.
Cetakan harus rapat agar tidak kehilangan air, semen dan material halus lainnya selama
pengecoran dan selama penggetaran beton.
Harus disediakan lubang pembersih yang cukup pada dasar setiap acuan.

5.7.5 Bahan Besi Tulangan

Besi tulangan adalah besi beton polos dengan tegangan 2.400 kg / cm2 dan harus sesuai
dengan persyaratan PBI – 1971 NI – 2.
Tulangan harus dibuat seteliti mungkin, berukuran seperti yang ditunjukkan dalam
gambar.
Pembengkokan dan penekukan harus secara dingin, kecuali ditentukan lain dalam gambar
atau diperintahkan.
Besi tulangan, sebelum dipasang, harus dibersihkan dari kotoran yang mudah lepas, sisik
karatan dan lamuran yang dapat menghilangkan atau mengurangi pengikatan.
Besi tulangan harus dipasang secara tepat sesuai dengan gambar, diperkokoh dengan
ikatan kawat beton setiap jarak tertentu sesuai gambar ditunjang atau diberi antara dengan
acuan agar menghasilkan selimut beton yang diisyaratkan.
Sambungan tulang harus mempunyai lewatan overlap minimal 64 kali diameter
batangnya. Panjang lewatan bagi batang yang beda diameternya harus berdasarkan
diameter yang terbesar.

34
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

5.7.6 Pengecoran Beton

Tidak diperbolehkan mengecor besi tulangan dengan beton sebelum jumlah dan letak
tulangan diperiksa oleh Direksi dan diberi izin pengecoran.

5.8 PENGECATAN

5.8.1 Persyaratan Umum

Semua bahan cat harus diperoleh dari pabrik dan merk yang disetujui Direksi. Semua cat
harus dipergunakan betul-betul sesuai dengan petunjuk pabriknya.
Cat dasar dan lamuran dasar harus sesuai dengan saran pabriknya. Tangki dicat dengan
logo yang akan ditentukan kemudian.

5.8.2 Bahan

Lamuran dasar pekerjaan baja perpipaan dan rangka batang / gelagar jembatan harus meni
dasar merah (red ledixide). Lamuran akhir harus dari bahan resin sintetis yang khusus
untuk pekerjaan baja / besi.

5.9 PENGETESAN

5.9.1 Umum

Kontraktor harus menguji semua pekerjaan pemasangan pipa. Pengujian dengan jalan
menutup pipa dan mengisi pelan-pelan dengan air. Setelah pemipaan telah terisi
seluruhnya, diberi tekanan dalam beberapa saat agar udara dapat keluar dari kantong-
kantong udara. Selama waktu tersebut, katup dan sambungan diperiksa kebocorannya.
Apabila dijumpai, diambil langkah perbaikan yang memuaskan. Selanjutnya dilakukan
pengujian dengan memberikan tekanan uji sebesar 8 bar untuk pipa PVC dan 12 bar
untuk pipa galvanis selama 4 jam. Kebocoran yang tampak harus dibetulkan. Pengujian
diulang kembali sampai hasilnya memuaskan. Kebocoran per jam yang diperoleh tidak
boleh melebihi dari yang berlaku.
Khususnya Untuk Hidran Umum
Pelaksanaan pengetesan harus dilakukan bila setelah pengisian ditemui kebocoran.
Pengetesan harus dilakukan sebelum pekerjaan pengecatan dilaksanakan.

4.9.2 Kebocoran

Hidran umum dan perpipaannya harus diperiksa dari ada / tidaknya kebocorannya setelah
diisi penuh terus menerus, selama 10 (sepuluh) hari.
Apabila terjadi kebocoran lebih dari 5 cm, kontraktor harus mengosongkan hidran umum
dan memperbaikinya.

35
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

4.10 TANGKI AIR / HIDRAN UMUM

Hidran umum, dibuat dari fibre glass kapasitas 3 m3. Tebal minimal 3 layer, diproses
melalui tahap 3 layer.

4.11 KRAN AIR

Semua kran yang di pakai jenis chromed finish atau polivinil gelap SETARA (EX
ONDA)

Ukuran disesuaikan dengan keperluan masing-masing sesuai gambar dan brosur


alat-alat sanitair. Dipasang kran type ball valve sekali putar dengan tuas, kran type slyce
draad dengan pemutar gigi , maupun type ball transparan tidak boleh dipergunakan. Pepasang
pada pipa harus kuat , siku sesuai dengan gambar-gambar untuk itu.

4.12 METERAN AIR

Semua meteran air yang harus standart nasional Indonesia (SNI 2547), merk
(ONDABRASS dan AMIKO) atau yang setara, Include terra/kalibrasi, dengan keperluan
masing-masing sesuai gambar dan brosur alat-alat sanitair. Penyedia jasa pada saat
pelaksanaan pekerjaan/kontrak wajib melampirkan brosur/gambar yang berisi spesifikasi
teknis dan merk meteran air.

Speck 1:
Bahan : Kuningan
Diameter: 1/5 inch (15 mm)
Akurasi : 0,2 %
Suhu kerja maks 500 C
ΔP ≤ 0,1 Mpa
Max membaca 99999.9999 m3
Min membaca 0,0001 m3
Kisaran aliran 1,5 – 3 m3/jam

Speck 2:
Bahan : Kuningan
Diameter: 1/5 inch (15mm)
Operating temperatur 500 C
Registrasion capacity 99999
ΔP ≤ 1.0 Bar
Tampilan petunjukkan angka meter minimal 7 digit dengan 4 digit warna hitam dan 3 angka
dibelakang koma warna merah
Qn = 1.5 m3/h
R = 50 –h
Q2/Q1 = 4

36
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

4.13 STOP KRAN (Kuningan)


Semua stop kran menggunakan kuningan.

Ukuran disesuaikan dengan keperluan masing-masing sesuai gambar dan brosur alat-
alat sanitair.

4.14 KATUP KOPLING (kuningan)

Semua katup kopling menggunakan kuningan.

Ukuran disesuaikan dengan keperluan masing-masing sesuai gambar dan brosur alat-
alat sanitair

4.15 DOUBLE NEPLE (kuningan)

Semua double neple menggunakan kuningan.

Ukuran disesuaikan dengan keperluan masing-masing sesuai gambar dan brosur alat-
alat sanitair

4.16 PLUG KRAN (kuningan)

Semua plug kran menggunakan kuningan.

Ukuran disesuaikan dengan keperluan masing-masing sesuai gambar dan brosur alat-
alat sanitair

4.17 TUTUP METERAN (plastik)

Semua tutup meteran menggunakan plastik.

Ukuran disesuaikan dengan keperluan masing-masing sesuai gambar dan brosur alat-
alat sanitair

4.18 PENCUCIAN JARINGAN PIPA

Sebelum digunakan untuk pelayanan, semua jalur pipa yang dipasang harus dibebaskan
dari penularan penyakit oleh kontraktor, hal ini dapat dipenuhi dengan mencuci pipa
dengan air selama minimal 24 jam.
Hasil uji air yang keluar dari pengurasan harus memenuhi syarat kejernihan (fisika)

37
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

5.11 PEKERJAAN LAIN-LAIN

5.12.1 Pengujian Kepadatan Urugan Bekas Galian

Urugan kembali bekas galian harus dipadatkan dengan alat pemadat stamper / wacker.
Pemadatan dilaksanakan dengan penambahan kadar air sampai optimum agar diperoleh
kepadatan yang memenuhi syarat.
Tidak diperbolehkan memasang lapisan perkerasan, rabat beton pengganti sebelum
disetujui oleh Direksi.

5.12.2 Pengembalian Bangunan

Perkerasan yang digali harus dikembalikan sesuai tebal dan jenis material yang pernah
dibuat.
Untuk pengembalian rabat beton dengan campuran 1 : 3 : 5 tebal 5 cm. Khusus jalan rabat
yang disaput aspal, dilaksanakan dengan coating yang sama.
Saluran pasangan dan lain-lain yang digali, rusak dikembalikan dengan campuran speci
yang sama.
Pekerjaan diterima oleh Direksi setelah pekerjaan mendapat rekomendasi, diterima oleh
instansi yang bersangkutan.

5.13. SALURAN DRAINASE

Semua hidran umum maupun jembatan pipa dilengkapi dengan saluran drainase untuk
menyalurkan pembuangan air.
Saluran dari bus beton minimal 10 cm, harus dihubungkan sampai ke saluran terdekat

38
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

BAB V
PEKERJAAN PEMBUATAN RUMAH POMPA

5.1 Umum

Pekerjaan pembuatan RUMAH POMPA yang terdiri berbagai komponen, galian tanah,
pasangan batu kali, pasangan batu bata, plesteran, beton bertulang, berlaku ketentuan yang
tertuang dalam BAB I maupun BAB II. Pekerjaan lain yang belum tercantum diberlakukan
tambahan spesifikasi sesuai ketentuan dibawah.

5.2 Pekerjaan Atap Kayu


5.2.1 untuk rangka atap dari bahan kayu meliputi :

Kaso Usuk, kayu KRUING ukuran 5/7 cm atau seperti yang ditunjukan dalam
gambar rencana

Reng, kayu bengkirai ukuran 2/3 cm atau seperti yang ditunjukan dalam
gambar rencana.

Kayu Kaso / Usuk dipasang sesuai ukuran yang tertera pada gambar rencana
yang membentuk garis-garis lurus dan Reng dipasang sesuai dengan ukuran
genteng yang akan dipasang.

Pemasangan Kaso/Usuk dan Reng harus betul-betul baik dimana permukaan
harus betul-betul rata / plat dan dihaluskan / diserut.

Kaso/Usuk dan Reng dipasang dengan bentuk dan ukuran yang sesuai gambar
rencana.

Sebelum rangka atap dipasang terlebih dahulu diawetkan/diresidu dengan teer
rata-rata dipulas dua kali dan selanjutnya untuk rangka yang kelihatan diberi
finishing teer kembali 1 kali.

5.2.2 Penutup Atap



Penutup atap genteng tanah liat

Genteng tanah liat dari jenis flam plentong eks Sokka dengan kualitas baik,
sama ukuran dan jenisnya untuk seluruh bangunan dengan warna matang yang
sama.

Genteng bubungan/kerpus dari jenis mutu dan warna yang sama dengan
penutup atap yang akan digunakan.

Genteng dan genteng bubungan/nok harus sama tidak retak dan cacat-cacat
lainnya.

Genteng yang tidak lolos seleksi serta berwarna belang harus dikeluarkan dari
lokasi pekerjaandalam tempo 1 x 24 jam.

Pemasangan genteng bubungan/nok menurut harus dipasang secara rapi dan
tidak retak / bocor.

5.3 Listplank Papan


− Papan kayu KRUING yang digunakan tebal 3 cm lebar 20 cm kualitas terbaik,
kering, lurus/tidak melengkung dan tidak retak.
− Bila diperlukan adanya penyambungan, maka harus memakai sambungan model
ekor burung dan diberi lem kayu.

39
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

− Permukaan yang tampak harus diserut halus, rata, dan tidak bergelombang.
− Sebelum dilakukan pemasangan, listplank harus diberi lapisan meni sebanyak 3
lapis.
− Listplank difinishing cat kilap kayu sebanyak 3 kali dan menghasilkan permukaan
yang halus dan licin serta mengkuilap

5.4 Pekerjaan Pintu


− Daun pintu untuk Rumah Pompa, mempergunakan pintu panil
− Pintu dipasang dengan dengan ambang jenis yang sama, dilengkapi dengan
engsel, serta di beri pengancing berupa grendel / slot
− Pintu jenis polos dengan jalusi tanpa ornamen.

40
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

BAB VI
PEKERJAAN SUMUR DALAM

6.1 UMUM

6.1.1 Peraturan-peraturan dan syarat yang digunakan dalam pelaksanaan.

Untuk pelaksanaan pekerjaan berlaku peraturan-peraturan


Pedoman Beton Indonesia 1989
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI-1982/NI-3
Peraturan Portland Cemen Indonesia 1972/NI-8
Peraturan Bangunan Nasional 1978
Peraturan-peraturan lain yang berlaku yang dipersyaratkan berdasarkan
normalisasi di indonesia yang belum tercantum di atas dan berdasarkan
persetujuan tim manajemen/konsultan konstruksi.

Kontraktor harus melaksanakan segala pekerjaan menurut uraian dan syarat-


syarat pelaksanaan, gambar-gambar dan instruksi-instruksi tertulis tim
Manajemen/Konsultan Pengawas.

Tim Manajemen atau konsultan Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang


dilakukan oleh kontraktor pada setiap waktu.
Bagaimanapun juga kelalaian tim manajemen kontraktor dalam pengontrolan
terhadap kekeliruan atasn pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor tidak
berarti kontraktor bebas dari tanggung jawab.
Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat pelaksanaan/spesifikasi
atau gambar atau instruksi tertulis dan harus di perbaiki atau dibongkar. Biaya
yang diperlukan untuk ini menjadi tanggung jawab kontraktor.
Bahan-bahan yang di pakai harus mendapat persetujuan. Bahan yang ditolak tidak
boleh disimpan di dalam lokasi dan tidak boleh dipakai serta dikeluarkan dari
lokasi.

6.2 ALAT DAN PERLENGKAPAN PEKERJAAN DAN TENAGA LAPANGAN

Kontraktor dan bahan-bahan lainnya yang mengerjakan pekerjaan pelaksanaan


di dalam proyek ini, harus menyediakan alat-alat dan pekerjaan sesuai dengan
bidangnya masing-masing seperti :
Mesin Bor Lengkap (Alat Bantu dll)
Peralatan Geo Listrik
Alat-alat bantu/peralatan Mekanikal
Dan alat-alat pengetesan lainnya yang diperlukan.
Disamping itu juga garus menyediakan buku-buku laporan (harian/mingguan)
buku-buku petunjuk alat-alat yang akan diguanakan, rencana kerja dan
penempatan tenaga-tenaga lapangan.

41
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

6.3 BARANG CONTOH (SAMPEL)

Kontraktor DIWAJIBKAN UNTUK menyerahkan barang-barang contoh


(sampel) dari material yang akan dipakai/dipasang, untuk mendapatkan
persetujuan Manajemen/Konsultan Pengawas.
Barang-barang contoh (sampel) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti /
sertifikat pengujian dan spesifikasi teknis dari barang-barang /material-material
tersebut. Untuk barang-barang dan material yang akan didatangkan ke site
(melalui pemesanan) maka kontraktor diwajibkan menyerahkan brosur, katalog,
gambar kerja atau shop drawing dan sample yang dianggap perlu oleh tim
Manajemen/Konsultan Pengawas.

6.4 PERSYARATAN TEKNIS PERALATAN, MATERIAL DAN PELAKSANAAN

A. Pembuatan Sumur

Pemborong membuat sumur bor dalam dengan menggunakan mata bor


diameter sesuai kontrak menggunakan casing pipa yang tertuang dalam kontrak,
dalam pelaksanaan mengguanakan mesin bor serta dilengkapi dengan mata yang
menggunakan mata bor yang kuat terhadap batu yang ada didalam tanah.

B. Pompa Air Submersible

Pemborong menyediakan semua pompa sesuai dengan syarat-syarat


spesifikasi dan gambar kerja. Untuk setiap jenis pompa yang lebih dari satu buah
harus digunakan merk yang sama. Perlengkapan pompa seperti presure gauge, air
valve, foot valve, check valve dan lain lain harus dipasang dan merupakan satu
kesatuan sehingga pompa dapat berjalan dengan baik.

C. Panel Kontol Pompa

Panel kontrol pompa dihubungkan dengan sumber daya PLN atau genset.
Panel kontrol ini dibuat dari plat besi tebal 2mm dengan rangka besi dan
seluruhnya harus dimensi dan diduco 2 kali dan dicat dengan cat bakar. Panael-
panel ini harus dilayani dari depan dan pintu-pintunya dilengkapi dengan kunci
tanam. Panel kontrol sistem air bersih mengatur pompa air di ground reservoir
dengan adanya sinyal dari elektroda-elektroda water level control dan setting
pressure switch di hidrofor. Pengaturan elektroda memberikan lampu berwarna
merah secara otomatis pompa tidak akan bekerja.

D. Check Valve, Gate Valve Dan Float Valve (ball taps).

Dipasang untuk kelengkapan sistem pemompaan agar dapat berjalan dengan


baik.

42
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

E. Pelaksanaan Pemasangan Instalasi Pompa

Pompa dan perlengkapan-perlengkapan lainnya harus dipasang oleh para


ahlinya, sehingga tidak terjadi kerusakaa/kesalahan yang akan mengganggu
jalannya sistem. Kontraktor harus memasang semua pompa dan panel kontrol dan
perlengkapan-perlengkapan agar pompa dapat bekerja dengan baik sesuai rencana
dan gambar rencana dan persyaratan pabrik serta petunjuk direksi lapangan.

F. Pemasangan perpipaan dan perlengkapan

Pemasangan perpipaan harus sesuai dengan syarat-syarat pabrik, gtambar


rencana, atau petunjuk Direksi Lapangan. Bila terjadi kebocoran kontraktor harus
memasang kembali atau membongkarnya kembali sampai sempurna. Pada saat
pemasangan pompa, check valve, gate valve dan accesories lainnya harus sesuai
dengan syarat-syarat dari pabrik nya atau petunjuk direksi lapangan. Bila terjadi
pengetesan ada hal-hal yang menyimpang dari semua syarat-syarat yang
dilakukan adalah tanggung jawab kontraktor.

G. Uji Fungsi

Sumur dalam, dalam hal ini di nyatakan berfungsi apa bila debit air yang
dihasilkan oleh sumur berkisar antara 50 liter / menit.

6.5 UJI PEMOMPAAN (PUMPINGT TEST)

Maksud dan tujuan uji pemompaan(pumping test) ini adalah untuk mengetahui
kondisiakuifer dan kapasitas jenis sumur dalam, sehingga dapat untuk memilih
jenis serta kapasitas pompa yang sesuai yang akan dipasang disumur dalam
tersebut.

Data-data yang dicatat dalam uji coba pemompaan ini adalah :

1. Muka Air Tanah Awal (pizometrikawal)


2. Debit pemompaan
3. Penurunan muka air tanah selama pemompaan(draw-down)
4. Waktu sejak dimulai pemompaan
5. Kenaikan muka air tanah setelah pompa dimatikan
6. Waktu setelah popma dimatikan

Uji pemompaan dilakukan melalui 2 tahap :

1. Uji pemompaan bertahap (step draw-down test)

Uji pompa yang dilakukan 3 step, masing-masing selama 2 jam dengan


variasi debit yang berbeda.

43
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur

2. Uji pemompaan panjang

Uji pemompaan ini umumnya dilakukan selama 1x24 jam dengan debit
tetap. Pada uji pemompaan ini di ambil sample air 3 kali, yaitu pada awal
pemompaan, pertengahan dan akhir pemompaan. Maksud dan tujuan
pengambilan sample air adalah untuk pemeriksaan (analisa) kualitas air,
apakah air yang dihasilkan dari sumur dalam tersebut memenuhi standar
air minum yang diizinkan.

6.6 FINISHING

Tahap finishing meliputi :

Pemasangan Pompa Submersible Permanent, Panel Listrik


serta Insatalasi kabel-kabelnya.
Pembutan Bak Kontrol (manhole) apabila well head
posisinya dibawah level tanah
Pembuatan instalasi perpipaan dan asesoris
Pembersihan dan perapihan lokasi

Kebumen, Februari 2019

Dibuat Oleh :
Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Dan
Penataan Ruang Kabupaten Kebumen
Selaku Pejabat Pembuat Komitmen

Ir. MISRODIN
NIP. 19610327 199403 1 001

44

Anda mungkin juga menyukai