Anda di halaman 1dari 93

SPESIFIKASI TEKNIS

PEMBANGUNAN PELABUHAN PACIRAN


KABUPATEN LAMONGAN

TAHUN ANGGARAN 2022


(APBD)

0
SPESIFIKASI TEKNIS

A. PERSYARATAN UMUM

Pasal 1 : Gambar - gambar untuk Pelelangan

Ukuran satuan yang dipergunakan dalam spesifikasi, bill of quantity dan gambar-
gambar pelelangan adalah satuan metrik. Kontraktor tidak boleh mengubah atau
menambah tanpa mendapat pesetujuan tertulis dari pejabat pelaksana Teknik
kegiatan / Direksi. Gambar — gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak
Iain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Kontraktor ini atau
dipergunakan untuk maksud — maksud lain.

Pasal 2 : Daerah Operasi bagi Kontraktor

Kontraktor harus melakukan pengaturan daerah operasinya sendiri, antara Iain


untuk penyimpanan bahan-bahan bangunan, peralatan konstruksi, kantor-kantor
sementara termasuk pemagaran area existing (dibagian selatan) dan portal jalan
dan lain-lain.
Area yang dipilih Kontraktor harus mendapat persetujuan Pengawas/Direksi/
Engineer. Kontraktor harus menjaga kebersihan dan keteraturan daerah operasinya
selama pelaksanaan pembangunan.
Kontraktor harus mengatur sendiri pengaturan untuk : air bersih, tenaga listrik, alat
komunikasi dan keperluan-keperluan lainnya selama pelaksanaan pembangunan
atas biaya sendiri.
Pada akhir pembangunan, Kontraktor harus membersihkan daerah operasinya dan
diterima baik oleh Pengawas/Direksi/Engineer.

Pasal 3 :Bahan-Bahan Bangunan dan Kualitas Pekerjaan

Kontraktor harus menyelesaikan pekerjaan seperti yang disyaratkan dalam


Dokumen Kontrak dan gambar-gambar pelaksanaan dengan menggunakan bahan-
bahan yang terbaik, dan metode pelaksanaan pekerjaan dengan kemampuan
terbaiknya.
Bahan-bahan bangunan dan pekerjaan-pekerjaan yang telah dilaksanakan, apabila
tidak memenuhi persyaratan akan ditolak dan Kontraktor harus mengganti/
melaksanakan ulang pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi standard tanpa
perpanjangan waktu pelaksanaan dan penggantian biaya.
1
Pasal 4 : Pelaksanaan Pekerjaan

Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar diperoleh


kemajuan yang memuaskan yang sesuai dengan detail program operasi yang telah
disetujui Pengawas/Direksi/Engineer.
Kontraktor harus mempersiapkan dan menjamin akan kelancaran dan cukupnya
bahan-bahan bangunan dan peralatan setiap saat untuk menjamin penyelesaian
pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah disetujui.

Pasal 5 : Penanggungjawab Kontraktor Pelaksana

Kontraktor Pelaksana harus menunjuk Penanggung Jawab Kontraktor Pelaksana


untuk pekerjaan di lapangan, dan harus diberi wewenang yang cukup dan harus
selalu berada di lapangan.

Pasal 6 : Patok-Patok Pembantu Pengukuran

Kontraktor harus memasang dan memelihara patok-patok pembantu pengukuran,


menentukan lokasi / koordinat yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dan
pada akhir pekerjaan harus dibersihkan kembali oleh Kontraktor.

Pasal 7 : Pengukuran dan Pemasangan Tanda — Tanda

Kontraktor harus bertanggung jawab untuk seluruh pengukuran, dan pemasangan


tanda-tanda yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan ini
harus mempekerjakan seorang ahli pengukuran yang nama dan kualifikasinya harus
diserahkan kepada Pengawas/Direksi/Engineer untuk mendapat persetujuan.
Kontraktor akan mendapat petunjuk secara tertulis dari Pengawas/Direksi/Engineer
mengenai lokasi, elevasi titik kontrol tetap dan titik referensi berupa patok beton
untuk keperluan pengukuran pelaksanaan pekerjaan.
Untuk tujuan pengukuran dan pemasangan tanda-tanda, Kontraktor harus

2
memberikan bantuan yang diperlukan oleh Pengawas/Direksi/Engineer.
Pengukur dengan pengalaman yang memadai harus diperbantukan kepada
Pengawas/Direksi/Engineer serta diusahakan sebaiknya menggunakan pengukur
yang sama selama berlangsungnya pekerjaan pembangunan.
Sebelum meminta persetujuan untuk setiap macam pekerjaan, Kontraktor harus
memberitahukan maksudnya kepada Pengawas/Direksi/Engineer sekurang-
kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelumnya, baik untuk memasang tanda-
tanda maupun menentukan elevasi pada setiap bagian dari pekerjaan agar dapat
dilakukan persiapan-persiapan untuk pemeriksaan oleh
Pengawas/Direksi/Engineer.

Pasal 8 : Alat-Alat untuk Survey


Kontraktor harus menyediakan peralatan untuk survey, antara Iain untuk pengukuran
(Theodolite, Waterpass, Meteran dan bak geodeticmeter) yang dapat digunakan
Pengawas/Direksi/Engineer setiap saat untuk checking pemasangan tanda-tanda,
penentuan elevasi dan Iain-lain kegiatan pengukuran yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor harus memelihara alat-alat untuk survey ini
secara baik sehingga selama pelaksanaan pekerjaan dapat tetap digunakan secara
baik.
Kontraktor harus menyediakan atas biaya sendiri bahan untuk patok-patok beton,
patok-patok kayu, dan bahan Iain yang diminta Pengawas/Direksi/Engineer untuk
pemeriksaan atau pengukuran sebagai bagian dari pekerjaan.
Pasal 9 : Persetujuan Pengawas/Direksi/Engineer

Kecuali dinyatakan Iain, semua gambar-gambar, dokumen-dokumen, contoh-contoh


bahan bangunan dan hal-hal Iain yang memerlukan persetujuan
Pengawas/Direksi/Engineer harus diserahkan dalam 3 (tiga) rangkap, dan apabila
disetujui 1 (satu) rangkap daripadanya akan dikembalikan kepada Kontraktor dan
yang lainnya disimpan oleh Pengawas/Direksi/Engineer.

3
Pasal 10 : Buku Harian

10.1 Pelaksana wajib menyediakan Buku Harian di tempat pekerjaan.


Segala kejadian yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan harus dicatat setiap
harinya.
Catatan tersebut meliputi antara lain :
Banyaknya pekerjaan yang dikerjakan setiap hari.
Hari-hari kerja, hari-hari tidak bekerja dan lain-lain.
Bahan-bahan bangunan yang datang, yang telah dipergunakan dan yang di
tolak atau diterima.
Kemajuan prestasi dari pekerjaan.
Kejadian-kejadian di tempat pekerjaan yang menyangkut pelaksanan
pekerjaan.

10.2 Buku Harian tersebut harus ditanda tangani bersama antara Pelaksana dan
Pengawas Harian sebagai tanda persetujuan. Apabila terjadi perbedaan
pendapat, maka masing-masing dapat mengajukan persoalan kepada
Pengawas Harian/Kepala Pelaksana untuk mendapat penyelesaian.

10.2.1 Di samping buku harian, pelaksana harus menyediakan Buku Direksi,


dimana dicatat semua instruksi Pengawas/Direksi/Engineer yang ditanda
tangani oleh Pengawas/Direksi/Engineer.

Pasal 11 : Keamanan Proyek

Kontraktor diwajibkan

11.1 Menjaga keamanan dan tata tertib di tempat pekerjaan.

11.2 Mengambil tindakan yang perlu demi untuk kepentingan keselamatan para

pekerja.

11.3 Mentaati peraturan-peraturan setempat dan mengusahakan perijinan

penggunaan jalan, bangsal dan sebagainya.

4
11.4 Mentaati semua kewajiban yang dibebankan kepadanya sehubungan dengan
peraturan-peraturan pelaksanaan dan peraturan yang diadakan selama
penyelenggaraan pekerjaan.

Pasal 12 : Bangunan/Kantor Direksi

Kecuali ditentukan Iain, Kontraktor harus membangun bangunan sementara untuk


kantor direksi (direksi keet) dengan luas sesuai dengan kebutuhan.
Bangunan harus dibuat dari material-material yang baik dan konstruksi harus kokoh
serta tahan untuk jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
Lokasi kantor direksi tersebut akan ditentukan oleh pemberi tugas dan atau
Pengawas/Direksi/Engineer.
Kontraktor harus melengkapi kantor direksi dengan fasilitas yang diperlukan
sehingga layak pakai untuk kerja.
Apabila tidak ditentukan Iain oleh pemberi tugas, maka Kontraktor wajb
membongkar kembali bangunan Direksi Keet tersebut pada saat pelaksanaan
pekerjaan selesai.

Pasal 13 : Keselamatan Kerja

Kontraktor berkewajban
13.1 Menyediakan segala alat penolong untuk menghindari bahaya dan
memberikan pertolongan jika terjadi kecelakaan di tempat pekerjaan, biaya
perawatan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
13.2 Segera memberitahukan secara tertulis kepada Direksi mengenai terjadinya
kecelakaan dengan disertai keterangan seperlunya.
13.3 Menyediakan peralatan yang sesuai dengan peraturan kesehatan di tempat
pekerjaan.
13.4 Kontraktor harus membuat pengaturan dengan rumah sakit terdekat dan
dengan dokter setempat sehingga bagi para pegawai / pekerja yang sakit
atau mengalami kecelakaan segera dapat menerima pengobatan yang baik,
pada setiap saat baik siang maupun malam.
13.5 Menyediakan air minum yang cukup dan memenuhi syarat-syarat kesehatan
5
bagi para pekerja yang semuanya menjadi beban dan tanggung jawab
Kontraktor.

Pasal 14 : Konstruksi Pembantu / Sementara

14.1 Kontraktor bertanggung jawab atas kekuatan dan penggunaan secara tepat
alat pembantu (konstruksi penolong).
14.2 Dalam hal ini Pengawas/Direksi/Engineer akan memberikan petunjuk dan
Kontraktor tetap bertanggung jawab pada pelaksanaan dan pemeliharaannya,
misalnya profil / bouwplank dari kayu, bekisting, jalan masuk, jembatan
darurat, bedeng dan Iain sebagainya.
14.3 Apabila Pengawas/DireksilEngineer kurang lengkap memberikan petunjuk-
petunjuk, maka Kontraktor wajib mengajukan cara-cara penyempurnaan
tanpa mengurangi tanggung jawabnya.

Pasal 15 : Jam Kerja


15. I Kontraktor leluasa mengatur jam kerjanya sendiri.
15.2 Untuk pekerjaan—pekerjaan yang dilakukan pada malam hari, Kontraktor
harus menyediakan/menyiapkan fasilitas yang diperlukan, misalnya
penerangan lampu dan sebagainya demi kesempurnaan pekerjaan atas
tanggungan biaya Kontraktor dan atas persetujuan serta pengawasan
Pengawas/Direksi/Engineer.

Pasal 16 : Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Syarat

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi syarat karena tidak sesuai dengan
gambar atau spesifikasi teknis, maka atas perintah Direksi pihak Kontraktor harus
membongkarnya dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh
Pengawas/DireksilEngineer dan memperbaiki kembali atas tanggungan biaya Pihak
Kontraktor.

6
Pasal 17 : Mobilisasi dan Demobilisasi

Yang dimaksud dalam pasal mengenai mobilisasi dan demobilisasi adalah mencakup
hal mendatangkan dan atau memulangkan : tenaga kerja, bahan bangunan dan
peralatan serta keperluan-keperluan untuk melaksanakan seluruh pekerjaan didalam
lokasi proyek, termasuk pemindahan atau pembongkaran seluruh instalasi pada saat
berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan.
Mobilisasi dan demobilisasi tersebut meliputi:

a. Mendatangkan dan memulangkan tenaga kerja dari dan ke lokasi pekerjaan


secara berkala atau periodik sesuai dengan perjanjian yang disepakati
maupun paska akhir pekerjaan.
b. Pengadaan bahan bangunan termasuk pengangkutannya sampai ke lokasi
pekerjaan.
c. Pengangkutan semua peralatan yang dibutuhkan atau dipergunakan beserta
pemasangannya.
d. Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan
pembangunan atau peralatan lainnya sedemikian rupa, sehingga lokasi proyek
menjadi bersih dan teratur kembali pada saat berakhirnya pekerjaan serta
diterima baik oleh Pengawas/Direksi/Engineer.

Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor menerima Surat Perintah Kerja
harus menyampaikan rencana detail kepada Pengawas/DireksilEngineer
mengenai prosedur mobilisasi dan demobilisasi.
Hal ini harus menjamin selesainya mobilisasi menurut pasal tersebut di atas
pada butir (a) dan (b) dalam waktu maksimum 20 (dua puluh) hari setelah
Pengawas / Direksi / Engineer memberikan persetujuan mulainya pekerjaan.

Pasal 18 : Pemeriksaan dan Pengujian

18.1 Sedapat mungkin harus menggunakan bahan — bahan dalam negeri


terutama untuk keperluan konstruksi.

7
18.2 Spesifikasi standar yang diijinkan oleh Direksi/Engineer secara tertulis
adalah semua bahan — bahan atau barang — barang yang harus sesuai
dengan Normalisasi Indonesia (NI) dan Standard Industri Indonesia (SII).
Bahan — bahan lain yang tidak sepenuhnya disebut atau tidak tercantum
didalamnya harus disetujui secara khusus oleh Pengawas/Direksi/Engineer.
18.3 Semua bahan — bahan dan barang — barang / benda — benda yang dipakai
didalam pekerjaan proyek harus dapat / boleh diperiksa, diuj dan dianalisa
sewaktu-waktu apabila diminta oleh Pengawas/Direksi/Engineer. Bukti uj
atau Sertifikat dari pabrik pembuat harus dilengkapi untuk setiap
penggunaan bahan. Contoh bahan yang akan diuji termasuk biaya pengujian
maupun peninjauan untuk pekerjaan pabrikasi menjadi tanggung jawab
Kontraktor. Proses atau hasil test atau pengujian bahan atau pekerjaan yang
telah selesai harus disaksikan Pengawas/Direksi/Engineer dan harus
dilaksanakan sesuai persyaratan yang ditetapkan. Pengujian yang harus
dilaksanakan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini meliputi :
18.4 Untuk bahan berupa Material Pilihan untuk Contoh Terganggu (Disturb) :
a. Sieve & Grain Analisys Test atau Pengujian Analisa Saringan/Butiran,
berupa :
- Percent Passing atau Percentase Lolos.

- Grain Size atau Ukuran Butir.

b. Volumetry & Gravimetry Test atau Pengujian Berat dan Volume, berupa:
- Specific Gravity atau berat jenis tertentu = Gs.

- Volume atau Mass atau Berat Jenis Tertentu = Yt.

- Void Ratio atau Angka/Kadar Pori = e.

Porosity atau Porositas/Angka/Kadar Rongga =


n.
c. Hydrometer Test atau Pengujan kadar air.
d. Atterberg Limit Test atau Pengujian Konsistensi, berupa :
- Liquid Limit atau batas Cair = LL.

- Plastic Limit atau Batas Plastis = PL.

- Plasticity Index atau Indeks Plastisitas = IP.

8
e. Standar/Modified Proctor Test atau Pengujian Proktor Standar /
Modifikasi, berupa
- Maximum Dry Density atau Kepadatan Kering Maksimum = Y dry.

- Optimum Moisture Content atau Kadar Air Optimum = OMC.

f. California Bearing Ratio Test/CBR Test atau pengujan Pemadatan, berupa


- Beban Penetrasi.

- Tebal/Kedalaman Lapisan atau Kecepatan Penetrasi.

Dengan beberapa contoh sesuai kebutuhan dan jenis pengujian

18.5 Untuk bahan berupa batu :


- BJ & Absorbtion Test atau pengujian BI dan penyerapan.

- Abration Test atau Uji Abrasi / Pengikisan.

- Soundness Test atau Uji Pelapukan.

Dengan jumlah pengujian minimum sebanyak = 1 (satu) contoh.

18.6 Semua bahan-bahan yang dipakai dalam pekerjaan, harus mendapat


persetujuan Pengawas / Direksi / Engineer sebelum dipakai / dipasang,
meskipun bahan-bahan tersebut telah dinyatakan dapat diterima pada waktu
didatangkan di lokasi pekerjaan.

Setiap kerugian atau kerusakan yang disebabkan oleh tidak disetujuinya


bahan-bahan tersebut oleh Pengawas / Direksi / Engineer menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
Pengawas/Direksi/Engineer mempunyai kebebasan untuk menolak salah
satu atau semua bahan-bahan dan metoda pelaksanaan yang tidak sama
kualitasnya dan sifatnya seperti contoh-contoh yang telah disetujui, dan
Kontraktor berkewajiban untuk segera memindahkan bahan-bahan atau
membongkar pekerjaan yang dimaksud atas tanggungannya.

9
Pasal 19 : Gambar Pekerjaan

Disamping gambar rencana sesuai tersebut di item gambar pelelangan,


terdapat hal- hal sebagai berikut :

19.1 Gambar — gambar tambahan


Bila Direksi menganggap perlu, maka Kontraktor harus membuat gambar
detail (gambar penjelas) yang disyahkan oleh Direksi. Gambar --gambar
tersebut menjadi milik Direksi.

19.2 As Built Drawing (Gambar yang sesuai sebagaimana yang dilaksanakan)


Untuk semua pekerjaan yang belum terdapat dalam gambar — gambar baik
menyimpang atas perintah pemberi tugas atau tidak harus membuat gambar
– gambar yang sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan (As Built
Drawing) yang jelas memperhatikan perbedaan antara gambar -gambar
kontrak dan pekerjaan yang dilaksanakan.
Gambar - gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) dan
semua biaya pembuatannya ditanggung oleh Kontraktor.

19.3 Gambar — gambar di tempat pekerjaan


Kontraktor harus menyimpan di tempat pekerjaan 1 rangkap gambar kontrak
lengkap termasuk rencana kerja dan syarat — syarat, berita acara
Aanwijzing, time schedule dalam keadaan baik (dapat dibaca dengan jelas)
termasuk perubahan — perubahan terakhir dalam masa pelaksanaan
pekerjaan, agar tersedia jika pemberi tugas atau wakilnya sewaktu — waktu
memerlukannya.

19.4 Perbedaan Gambar


a. Bila terdapat perbedaan gambar. antara gambar rencana dan gambar
detail, maka gambar detail yang dipakai / diikuti.
b. Bila terdapat skala gambar dan ukuran dalam gambar tidak sesuai, maka
ukuran dengan angka dalam gambar yang diikuti.
c. Bila ukuran — ukuran jumlah yang diperlukan dan bahan — bahan /
barang dipakai dalam Spesifikasi Teknis tidak sesuai dengan gambar,

10
maka Spesifikasi Teknis yang diikuti.
d. Bila Kontraktor meragukan tentang perbedaan gambar — gambar yang
ada baik mengenai mutu bahan yang dipakai maupun konstruksi
Spesifikasi Teknis, maka Kontraktor berkewajiban untuk menanyakan
kepada pengawas / pejabat pelaksana Teknik kegiatan secara
tertulis.
e. Kontraktor berkewajiban untuk mengadakan penelitian tentang hal —
hal tersebut di atas. Setelah Kontraktor menerima dokumen dari pejabat
pelaksana teknik kegiatan dan hal tersebut akan dibahas dalam rapat
penjelasan.
f. Sebelum melaksanakan pekerjaan Kontraktor diharuskan meneliti
kembali semua dokumen yang ada untuk disesuaikan dengan Berita
Acara Rapat Penjelasan.

B. BAHAN – BAHAN BANGUNAN

Pasal 1 : Umum

1.1 Sedapat mungkin harus dipakai bahan-bahan dalam negeri untuk keperluan
konstruksi.
1.2 Spesifikasi standar
Kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi atau diijinkan oleh Konsultan
Pengawas/Engineer secara tertulis semua bahan-bahan atau barang-barang
harus sesuai dengan terbitan terbaru dari J.I.S. yang dapat digunakan atau
British Standard (selanjutnya disebut B.S.), ASTM, dan Standard Nasional
Indonesia (SNI).
Bahan-bahan lain yang tidak sepenuhnya disebut didalamnya dan untuk mana
tidak ada dalam JIS, BS, ASTM, atau SNI, harus disetujui secara khusus oleh
Konsultan Pengawas/Engineer.

11
1.3 Pemeriksanaan dan pengujian
1.4 Semua bahan-bahan dan barang-barang/benda-benda yang disarankan oleh
Kontraktor untuk dipakai didalam pekerjaan proyek harus dapat/boleh
diperiksa, diuji dan dianalisa sewaktu-waktu, jika dan bila diminta oleh
Konsultan Pengawas.
Jika Konsultan Pengawas menganggap perlu, maka Kontraktor atas biayanya
sendiri harus dapat memberikan test sertifikat dari pabrik. Atas biayanya
sendiri, Kontraktor harus menyediakan dan mempersiapkan bahan-bahan
yang ditest dan contoh-contoh dari bermacam-macam bahan yang sewaktu-
waktu akan diminta atau disyaratkan.
Semua ongkos dari peninjauan dan ujian menjadi tanggungan Kontraktor.
Setiap test bahan atau pekerjaan yang telah selesai harus dilaksanakan
dengan disaksikan Konsultan Pengawas dan harus dilaksanakan sedemikian
memenuhi persyaratan yang diminta.

1.5 Semua bahan-bahan yang dipakai dalam proyek/pekerjaan, harus mendapat


persetujuan Konsultan Pengawas sebelum dipakai/dipasang, meskipun
bahan-bahan tersebut telah dinyatakan dapat diterima pada waktu
didatangkan di site.
Setiap kerugian atau kerusakan yang disebabkan oleh tidak disetujuinya
bahan-bahan tersebut oleh Konsultan Pengawas menjadi tanggungan
Kontraktor.
Konsultan Pengawas mempunyai kebebasan untuk menolak salah satu atau
semua bahan-bahan dan metoda pelaksanaan yang tidak sama kwalitasnya
dan sifatnya seperti contoh-contoh yang telah disetujui dan Kontraktor harus
segera memindahkan bahan-bahan atau membongkar pekerjaan - pekerjaan
yang dimaksud atas tanggungannya.

12
Pasal 2 :: Beton Bertulang

Persyaratan serta standar-standar mengikuti SNI 03-2847-2002, ACI 318, JIS G 3112,
AWS D 1.4, ASTM A 615.
Mutu beton yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel Mutu Beton


DESKRIPSI MUTU BETON MINIMAL KETERANGAN
PADA 28 HARI
Beton ready mix K 420 Area LCT 3 + Silicafume
insitu mix dan precast + Superplastizer

Beton site mix K 350 Area Jalan Beton


insitu
Beton site mix K 300 Area Bangunan Gudang
insitu
Lean concrete site mix K 175 Lean Concrete dapat
insitu digunakan sebagai lantai
kerja struktur beton area
darat (bangunan Gudang
dan jalan beton)

Pasal 3 : Baja

3.1 Tulangan baja

Setiap jenis baja tulangan yang di gunakan untuk penulangan beton harus
diproduksi oleh pabrik baja yang dapat menunjukkan sertifikat standar mutu,
sesuai dengan standar yang diikuti dan harus disetujui oleh Pemberi Tugas
dan atau Konsultan Pengawas.
Persyaratan baja tulangan mengikuti standar SNI 07-2052-2002. Mutu baja
tulangan memiliki karakteristik sebagai berikut:

13
1) Tulangan Ø < 13mm (polos) : BJTP-24; fy = 240 Mpa; Es = 210,000
Mpa
2) Tulangan Ø ≥ 13mm (deformed) : BJTD-40; fy = 390 Mpa; Es =
210,000 Mpa
Sertifikat pabrik harus diberikan untuk persyaratan baja tulangan tersebut..
Selain sertifikat pabrik/ mill certificate, Kontraktor Pelaksana harus
melakukan uji tarik baja tulangan di laboratorium independen yang diakui
secara berkala untuk disetujui Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas.

Penyimpanan Baja Tulangan

Baja tulangan tidak diijinkan ditempatkan langsung di atas permukaan tanah.


Baja tulangan harus ditempatkan di atas rak-rak kayu atau di atas lantai
semen atau pasir.
Baja tulangan tersebut harus diberi tanda-tanda yang jelas dari berbagai
mutu/jenis dan diameter yang digunakan dan disusun secara terpisah
menurut tanda yang telah diberikan, untuk menghindari kesalahan
penggunaannya/tertukar.
Penempatan baja tulangan di udara terbuka untuk jangka waktu lebih dari 1
(satu) bulan harus dicegah yaitu dengan membangun gudang atau dilindungi
dengan tenda/terpal tidak tembus air.

3.2 Baja (kawat pengikat)


Baja (kawat pengikat) digunakan untuk mengikat tulangan agar tetap pada
tempatnya sebelum dilakukan pengecoran. Kawat pengikat harus terbuat dari
baja lunak panas yang memenuhii standar SNI 07-6401- 2000 dengan
diameter minimum 2.03 mm.

3.3 Baut-baut, paku-paku dan mur-mur


Baut mutu tinggi yang digunakan untuk pengangkuran bollard harus
dihasilkan pabrik yang disertai sertifikat standard mutu serta harus
mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas dam atau Konsultan Pengawas.
Untuk baut dan mur direncanakan memenuhi ASTM A.307 dan ASTM A.325,
seluruhnya di hot dip galvanis.
14
3.4 Plat dan Baja Profil
Untuk baja profil, plat baja dan material baja struktural lainnya mengacu
kepada ASTM A36 Grade 250 dengan tegangan leleh minimum 2400 kg/cm2.
Khusus untuk baut mengacu pada Grade 8.8.
Jika dianggap perlu, Konsultan Pengawas dapat mengirim sample dari baja
tersebut ke laboratorium yang diakui untuk analisa mekanis dan kimiawi.

Penqanqkutan dan penyimpanan profil baja

Dalam pengangkutan profil baja harus diambil Iangkah-Iangkah yang tepat


untuk melindungi profil baja menjadi bengkok, cacat permanen.
Pada waktu pemuatan dan pembongkaran profil baja, semua profil baja harus
diperlakukan sedemikian sehingga tidak terjadi pelengkungan-pelengkungan
yang besar.
Profil baja tidak boleh ditumpuk lebih dari 3,5 m dan balok- balok
penumpunya ditempatkan diantara lapisan dengan jarak antara sebesar 4,0
m. Ukuran standar balok, kayu penumpu adalah 10x10 cm2. Dimana ada
kemungkinan profil baja melendut, maka harus segera dilakukan
penumpukan/ pengaturan kembali.
Kontraktor Pelaksana harus mendapatkan sertifikat dari pabrik baja yang
memprodusimya dan sertifikat tersebut harus dapat disetujui Pemberi Tugas
dan atau Konsultan Pengawas.
Kontraktor Pelaksana harus mengirimkan sampel dari baja tersebut ke
laboratorium independen yang diakui secara berkala untuk analisa mekanis
dan kimiawi yang hasilnya untuk disetujui Pemberi Tugas dan atau Konsultan
Pengawas.

Pasal 4 : Semen
4.1 Umum

Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekegaan ini adalah
tipe 1 yang memenuhi ketentuan dan syarat-syarat dalam SNI 03-2847-2002,
atau type lain yang mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas.

15
Penggunaan bahan tambahan dan semen jenis Iain misalnya yang dapat
cepat mengeras, harus mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas dan atau
Konsultan Pengawas .
Kontraktor Pelaksana dapat mengajukan P.C. yang sifatnya cepat mengeras
sebagai pengganti P.C. tahan sulfat selama mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas.

4.2 Sertifikat pengujian dan Iain-lain


Setiap pengiriman semen harus disertai dengan pengiriman sertifikat dari
pabrik yang menunjukkan bahwa semen tersebut telah diuji dan dianalisa
mengenai komposisi kimianya dan bahwa uji dan analisa tersebut dalam
semua hal sesuai dengan standar SNI 03-2847-2002. Contoh akan
dikumpulkan sebagaimana ditentukan oleh Pemberi Tugas dan atau
Konsultan Pengawas dan pengujian harus dilaksanakan pada laboratorium
yang telah disetujuinya. Semen yang telah dipakai untuk contoh tidak boleh
dipakai pada pekerjaan apapun sebelum uji cobanya dan analisanya telah
selesai dan hasilnya telah diterima dengan baik oleh Pemberi Tugas
dan atau
Konsultan Pengawas. Sebagai tambahan dari test dan analisa tersebut diatas,
Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas dapat menguji semen yang
telah disimpan di Site sebelum dipakai untuk menentukan apakah semen
yang didatangkan telah rusak selama pengangkutan atau selama disimpan.
Tidak boleh ada semen yang dipakai sebelum diterima dan dinyatakan baik
oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas. Banyaknya semen untuk
test tidak ditentukan dan ongkos pengujiannya harus dimasukkan dalam bill
of quantity untuk masing-masing pekerjaan. Pemberi Tugas dan atau
Konsultan Pengawas dapat menolak semen yang didatangkan/yang ada, jika
berdasarkan hasil pengujan yang telah dilakukan, tidak memenuhi
persyaratan/ standar yang disebutkan sebelumnya meskipun semen itu telah
mendapat sertifikat pabrik. Semua semen yang telah ditolak harus segera
dipindahkan dari Site, atas biaya Kontraktor Pelaksana.

16
4.3 Pengangkutan dan penyimpanan semen
Umur semen pada waktu pengiriman di lapangan tidak boleh lebih dari 2
(dua) bulan dan harus digunakan dalam waktu tidak lebih dari 3 (tiga) bulan
setelah tiba di lapangan. Pengiriman semen ke lapangan harus dalam
kendaraan tertutup/terlindung dengan baik terhadap cuaca dan harus
disimpan dengan baik didalam gudang yang mempunyai lubang udara cukup
(ventilasi), tahan terhadap cuaca dan air untuk mencegah kerusakan karena
kelembaban udara.
Lantai gudang semen harus terbuat dari kayu dengan tinggi minimum adalah
30 cm diatas tanah dan diberi ventilasi.
Pengiriman semen harus dapat dipisah-pisahkan dan segera ditempatkan
didalam gudang-gudang tersebut diatas agar dapat dengan mudah
diidentifikasikan, diperiksa, ditest, dikontrol pengeluarannya, dan dipakai pada
pelaksanaan sesuai dengan urutan datangnya.
Penumpukan semen dalam kantong/zak tidak boleh lebih dari 13 (tiga belas)
tumpukan zak. Semen dari jenis berbeda, harus disimpan secara terpisah agar
dalam penggunaannya tidak tertukar. Penggunaan semen dalam jumlah yang
besar dapat dikerjakan dengan urutan pemakaian.
Semen yang telah menggumpal tidak diperbolehkan untuk digunakan lagi
didalam pekerjaan konstruksi.
Kontraktor Pelaksana harus menyampaikan laporan mingguan kepada
Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas mengenai sumber pengadaan,
pengiriman, penyimpanan, dan menjelaskan berapa banyak semen yang
diterima dan dikeluarkan, serta penggunaannya pada jenis pekerjaan yang
telah dilakukan selama minggu tersebut.

Pasal 5: : Agregat Untuk Beton

5.1 Umum
Agregat untuk beton dan pekerjaan lainnya harus diambil dari sumber-sumber
yang disetujui dan memenuhi syarat-syarat dalam ASTM C33 atau standar

17
Iain yang disetujui Pengawas Lapangan.
Apabila agregat dari sumber yang telah disetujui ternyata menyimpang dari
contoh-contoh yang telah disetujui dan tidak memenuhi syarat tersebut
diatas, maka sumber ini dapat ditolak.
Suatu jumlah stock agregat yang telah disetujui Konsultan Pengawas harus
selalu ada dilapangan untuk memungkinkan pembuatan beton secara kontinu
untuk suatu jangka waktu 2 minggu tanpa terhenti.

5.2 Agregat kasar


Agregat kasar terdiri dari kerikil/gravel yang telah disetujui atau pecahan
batuan dengan ukuran butir maximum tidak melebihi daftar dibawah ini.
Untuk seluruh pekerjaan beton agregat kasar harus memenuhi persyaratan
gradasi yang ditentukan dalam BS 882, 1201, Part 2, Table 1, untuk saringan
40 mm - 5 mm, 20 mm - 5 mm ukuran nominal atau syarat dalam SNI atau
dalam tabel berikut ini
Presentase Agregat Kasar yang Lolos Jaringan (SNI 03-2834-2000)
Persen Lolos (%)

Saringan Ukuran Agregat Ukuran Agregat


Ukuran Agregat
10-20 mm 20-40 mm

75-mm (SNI 76) 100 — 100

37.5-mm (SNI
100 — 100 95 — 100
38)

19-mm (SNI 19) 100 — 100 95 — 100 35 — 70

9.5-mm (SNI 9,6) 50 — 85 30 — 60 10 — 40

4.75-mm (No. 4) 0 - 10 0 - 10 0—5

Apabila dari analisa gradasi menunjukkan kekurangan ukuran agregat


tertentu yang dapat mempe-ngaruhi kerapatan beton, Konsultan Pengawas
dapat memberi petunjuk kepada Kontraktor untuk menambah kekurangan
ukuran agregat tertentu tersebut diatas.

18
Kerapatan berbagai kelas beton akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas
setelah dilakukan pengetesan dilapangan. Kerikil dari batu pecah haruslah
keras, tidak lapuk, bersih dan tidak mengandung clay atau pelapukan batuan.
Batuan tersebut harus dipecah untuk mendapat ukuran yang disyaratkan
dengan jenis crusher yang disetujui. Bubuk atau partikel halus lolos saringan 5
mm harus dipisahkan dan kalau dikehendaki Konsultan Pengawas harus dicuci
secara seksama.Agregat kasar harus mempunyai bidang pecah min. 4 sisi.
Batu koral,kapur,rapuh, berongga ataupun berpori tidak boleh digunakan
sebagai agregat kasar.

5.3 Agregat halus


Pasir untuk beton harus bersih dan bebas dari clay atau zat-zat organik, dan
harus mempunyai gradasi sedemikian Apabila dicampur dengan agregat kasar,
akan menghasilkan beton dengan kerapatan maximum. Gradasi dari agregat
halus harus masuk dalam batasan yang ditentukan dalam dalam tabel berikut
ini.

Persentase Agregat Halus yang Lolos saringan (ASTM C 33)

Jaringan Persen Lolos (36)

4.75-mm (No. 4) 95 to 100

2.36-mm (No. 8) 80 to 100

1.18-mm (No. 16) 50 to 85

600-pm (No. 30) 25 to 60

300-pm (No. 50) 5 to 30

150-pm (No. 100) 0 to 10

Pasir dari pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alami untuk
memperoleh pasir dengan gradasi yang memenuhi syarat. Pasir dari pecahan
batu saja dapat dipakai hanya atas persetujuan Konsultan Pengawas.
Kandungan material organik dalam agregat halus maksimal 15%.

19
5.4 Pengambilan contoh dan testing untuk agregat

Konsultan Pengawas dapat memerintahkan kepada Kontraktor pada setiap


saat untuk mengambil contoh agregat dari lapangan atau sumber agregat
untuk dilakukan testing menurut cara yang diuraikan dalam BS 812, JIS A 1102
atau N I.
Agregat yang tidak memenuhi syarat dalam test, harus diganti atau dicuci
sampai test lebih lanjut untuk membuktikan bahwa dapat memenuhi
persyaratan untuk dipakai. Semua biaya yang dikeluarkan untuk dipenuhinya
persyaratan ini menjadi tanggungan Kontraktor.

5.5 Penyimpanan agregat


Pasir dan agregat kasar untuk bahan beton harus disimpan dalam bak atau
lantai papan yang direncanakan khusus untuk mencegah terpisahnya suatu
komposisi agregat tertentu atau tercampurnya agregat dari ukuran yang
berbeda-beda, dan menghindarkan tercampurnya agregat dengan debu, zat-
zat organik atau bahan-bahan pencemar lainnya.
Agregat dengan ukuran tertentu harus disimpan secara terpisah kecuali
disetujui lain oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 6 : Air
Air yang akan digunakan untuk adukan beton harus bersih, tawar dan bebas dari
zat- zat organik atau anorganik yang larut atau mengambang dalam suatu jumlah
yang dapat mengurangi kekuatan atau keawetan beton.
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam,
alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan Iain yang dapat merusak
beton dan/atau baja tulangan.
Sumber air yang akan digunakan harus mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas
dan atau Konsultan Pengawas.
Hanya air dengan kualitas yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk
pembuatan beton, penyemprotan dan membasahi bekisting (form work) atau
pengeringan beton.

20
Untuk penggunaan air yang diperoleh dari sumber sumur dalam lokasi proyek, maka
seluruh biaya pengadaan, pemeliharaan, sumber tenaga listrik dan lain-lain
ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana.
Apabila terjadi keragu-raguan mengenai kualitas air, maka harus diadakan
percobaan perbandingan antara kekuatan tekan campuran semen dan pasir dengan
memakai air tersebut diatas, dan dengan memakai air suling.
Air tersebut dianggap dapat dipakai, apabila kekuatan mortar dengan memakai air
tersebut pada umur 7 dan 28 hari paling sedikit adalah 95% dari kekuatan tekan
mortar dengan memakai air suling pada umur yang sama.

Pasal 7 : Elektrode

Elektrode yang dipakai untuk mengelas baja lunak (kecuali pipa baja) harus mengikuti
persyaratan D 4301 dari JIS Z 3211 atau BS 639. Elektrode yang dipakai untuk mesin
las semi automatic harus kawat komposit yang mempunyai diameter 2,4 sampai 3,2
mm sesuai dengan JIS Z 3311. Untuk pengelasan sambungan tiang pancang
menggunakan material berkualitas dari ASME/AWS A5.1.E7016 atau setara dengan
JIS Z321 D5016.
Elektrode las yang digunakan harus mempunyai kuat tarik (tensile strength) minimal
sebesar 70 Ksi atau setara 480 N/mm2 dan harus memiliki metalurgi yang serupa
dengan baja yang akan dilas.
Contoh-contoh elektrode dan data-data pengetesannya harus di sampaikan kepada
Konsultan Pengawas sebelum pelaksanaan untuk mendapat persetujuannya.

Pasal 8 : Splash Zone Protection

Splash Zone Area adalah struktur marine yang terekspose oleh :

• Ombak

• Garam laut

• Variasi Temperatur

• Oxygen

21
• Pasang surut air laut

Untuk melindungi Steel Pipe Pile dari korosi diterapkan sistem Splash Zone Protection
dengan umur pelayanan 15 tahun. Sistem ini harus menyediakan alat pengukur epoksi
petrokimia yang lengkap atau yang mengandung air, dan dilindungi Anti Corrosion
Tape Composite Wrapping.

Sistem akan mengunci oksigen dan air dari lingkungan dan menghentikan korosi pada
permukaan baja. Sistem harus membentuk penghalang sebagai anti korosi akibat air
dan membentuk ikatan yang tahan akan kelembapan tinggi. Outercover yang berat
mengelilingi komponen ini untuk melindungi dari pelapukan dan kerusakan mekanis
yang terbuat dari Composite Wrapping System, yaitu produk yang terdiri dari
kombinasi Fibre (Carbon, E-Glass atau Aramide) yang dikombinasikan dengan High
Level Chemical Resistance Glasflake Modified Epoxy Resin di atas air mulai bottom
elevasi Pile Cap hingga -1.00 LWS.

Pasal 9 : Material Pasir


Material pasir harus tidak mengandung bahan organik, daun-daunan, rumput, akar,
sampah, serta bahan lain yang mengganggu.
Sebelum dimulai pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang diakui oleh Konsultan Pengawas/ Pemberi Tugas
mengenai sifat-sifat material tersebut. Pengambilan contoh untuk pemeriksaan
harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas/ Pemberi Tugas.

Pasal 10: Material Timbunan


12.1 Material timbunan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah tanah timbunan /
urug dan agregrat base cause kelas B.
12.2 Material timbunan yang diklasifikasikan sebagai tanah timbunan / urug harus
terdiri dari bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan untuk
timbunan dan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang bila diuji sesuai dengan
SNI 03-1744-1989, memiliki nilai CBR paling sedikit 10.% setelah 4 hari
perendaman bila dipadatkan sampai 100.% kepadatan kering maksimum sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.

22
12.3 Material timbunan agregrat kelas B harus memliki sifat – sifat material lapis
pondasi yang merujuk pada buku Spesifikasi Umum tahun 2010 (rev 2) yang
diterbitkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jendral Bina
Marga Repubik Indonesia seperti dinyatakan dalam table berikut :
Tabel Sifat–sifat mutu material yang disyaratkan
Sifat - sifat Kelas A Kelas B Kelas C
Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 0-40 % 0-40 % 0-40 %
2417:2008)
Indeks Plastisitas (SNI 1966:2008) 0-6 6-12 4-15
Hasil kali Indek Plastisitas dng. % Maks.25 - -
Lolos Ayakan No.200
Batas Cair (SNI 1967:2008) 0-25 0-35 0-35
Bagian Yang Lunak (SNI 03-4141- 0-5 % 0-5 % 0-5 %
1996)
CBR (SNI 03-1744- 1989) Min. 90 % Min.60 % Min.50 %
Tabel Gradasi lapis pondasi agregat
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas C
2” 50 100
1 ½” 37,5 100 88-95 100
1” 25,0 79-85 70-85 89-100
3/8” 9,50 44-58 30-65 55-90
No.4 4,75 29-44 25-55 40-75
No.10 2,0 17-30 15-40 26-59
No.40 0,425 7-17 8-20 12-33
No.200 0,075 2-8 2-8 4-22

Pasal 11: Material Pasangan Batu Kosong


13.1 Material pasangan batu kosong yang digunakan merupakan batu lokal yang harus
memiliki permukaan tidak beraturan serta tidak diperkenankan berbentuk pipih,

23
lonjong, bulat atau bentuk lain yang akan menyebabkan tidak terjadinya ikatan
antar batu yang terpasang.
13.2 Berat volume batu yang disyaratkan harus mencapai ≥ 2,2 gr/cm3 dengan tingkat
keausan maksimum ≤ 30 % dan tingkat kelapukan maksimum ≤ 4 % sesuai hasil
pengujian yang baru dilaksanakan.
13.3 Jenis batu menurut beratnya dibedakan menjadi :

- Batu dengan berat = W = 250 — 300 kg per unit digunakan untuk bagian atas
dan pada sisi luar talud / revetment (sesuai gambar)
- Batu dengan berat = W = 30 — 60 kg per unit digunakan pada sisi bawah di
posisi elevasi atas batu w = 10 – 30 kg per unit(sesuai gambar)
- Batu dengan berat = W = 10 – 30 kg per unit digunakan pada sisi bawah dan
sebagai pengisi atau pengunci sela- sela batu kosong yang terpasang (sesuai
gambar).
Pasal 12: Geotextile non woven
14.1 Material Geotextile yang berfungsi sebagai penahan erosi material timbunan
akibat ombak atau gelombang serta pasang surut laut adalah geotextile non
woven warna putih 600 g/m2.
14.2 Material geotextile yang digunakan masuk dalam kategori kelas I dikarenakan
geotextile rawan terjadi kerusakan saat pemasangan disebabkan langsung
bersentuhan dengan pasangan batu kosong yang mempunyai permukaan yang
tajam.
14.3 Secara teknis, geotextile kelas I harus memenuhi persyaratan seperti tabel
berikut :
Tabel Kelas geotekstil untuk separator (AASHTO M-228-96)
Sifat Metode uji Satuan Persyaratan
Kelas Geotekstil
Permivitas SNI 08-6511- detik -1 0,021
(permittivity 2001
dan/atau ASTM
D4491
Ukuran pori- pori SNI 08-4418- mm 0,60
24
geotekstil 1997 (nilai gulungan
(Apparent dan/atau ratarata maks)
Opening Size, ASTM D4751
AOS)
Stabilitas ASTM D4355 % 50% setelah
Ultraviolet terekpos
(kekuatan sisa) 500 jam

Tabel Kelas geotekstil untuk separator (AASHTO M-228-96)


Kelas Geotekstil
Metod Satu Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
Sifat
e uji an Elonga Elonga Elonga Elong Elonga Elong
si si si asi si asi
< ≥50%* < ≥50% < ≥50%
50%*³ ³ 50%*³ *³ 50%*³ *³
Kuat
grab ASTM
(grab D N 1400 900 1100 700 900 500
strength 4632
)
Kuat
sambun
gan
keliman
N 1260 810 990 630 720 450
4 (sewn
seam
strength
)
Kuat SNI
N 500 350 4003 250 300 180
sobek 08-

25
(tear 4644-
strength 1998
) dan/at
au
ASTM
D4533
Kuat
tusuk
ASTM
(Punctu
D N 1750 1925 2200 1375 1650 990
re
6241
Strengt
h)
Permitiv
itas Detik
(permitt ’
ivity)
Ukuran
SNI
pori pori
08-
geoteks
4418-
til (³´) Nilai sifat minimum untuk permitivitas, ukuran pori
1997
(Appare mm pori
dan/at
nt geotekstil (apparent opening Size, AOS), dan
au
Opening stabilitas
ASTM
Size,AO Ultraviolet.
D4751
S)
Stabilita
s
ASTM
Ultraviol
D %
et
4355
(kekuat
an sisa)

26
Pasal 13: Paving Block

Semua material yang akan digunakan harus memenuhi standar SII, terutama pada
hal-hal kekuatan, ukuran, perubahan warna.
- Material paving blok yang digunakan setara dengan merek Conblock Indonesia
atau lainnya dengan kuat tekan 400 kg/cm2 tebal 8 cm
- ditentukan dengan test laboratorium

C. PEKERJAAN SIPIL UMUM

Pasal 1 : Pekerjaan Beton Bertulang

1.1 Umum
Pekerjaan yang disyaratkan dalam seksi ini harus mencakup pembuatan
seluruh struktur beton, termasuk tulangan dan struktur komposit sesuai dengan
persyaratan dan sesuai dengan garis, elevasi, ketinggian, dan dimensi yang
ditunjukkan dalam Gambar, dan sebagaimana diperlukan oleh Pemberi Tugas
dan atau Konsultan Pengawas.
Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja dimana pekerjaan
beton akan ditempatkan temasuk pengadaan penutup beton, pemompaan atau
tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering, dan urugan
kembali disekelilirig struktur dengan urugan tanah yang dipadatkan.
Kelas dari beton yang akan digunakan pada masing masing bagian dari
pekerjaan haruslah seperti yang diminta dalam Gambar atau sebagaimana
diperintahkan Konsultan Pengawas.
Pekerjaan ini mencakup persiapan lapangan kerja, pengadaan bahan-bahan
untuk beton, pencampuran dan pengadukan pengangkutan dan perawatan
sampai penyelesaian pekerjaan ini.
Konstruksi beton yang terbentuk harus memenuhi syarat menurut bentuk,
dimensi dan volume seperti yang tercantum dalam gambar rencana atau
menurut petunjuk Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas.

27
Secara umum semua pekerjaan beton bertulang dalam pelaksanaannya harus
memenuhi persyaratan- persyaratan yang termuat dalam SNI 03-2847-02 dan
ASTM baik mengenai material koral/split, pasir, semen, baja maupun tata cara
pelaksanaannya.
1.2 Mutu Beton
Mutu beton bertulang yang digunakan adalah K 420, K 350, K 300, K 175.
Ukuran nominal agregat disesuaikan dengan dimensi bagian konstruksi yang
akan dibeton.
Persetujuan Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas mengenai campuran
percobaan termasuk kekuatan 28 (dua puluh delapan) hari harus didapat
secara tertulis sebelum pengecoran beton boleh dilaksanakan.
1.3 Selimut Beton
Jarak minimum untuk selimut beton adalah seperti sebagai berikut:
Jarak Selimut Beton Minimum
Deskripsi Selimut beton minimum (mm)
Atas Tengah Bawah
Pilecap 100 100 100
Balok/Girder 70 70 70
Plat 60 60 60
InfillConcrete 40 40 40
* Minimum sesuai angka pada tabel atau lebih besar dari diameter tulangan
yang digunakan penulangan
1.4 Penulangan
Pekerjaan penulangan untuk beton ini termasuk dari mendatangkan,
menyimpan, menyiapkan dan memasang tulangan untuk beton harus mengikuti
spesifikasi ini dan gambar rencana atau petunjuk Pemberi Tugas dan atau
Konsultan Pengawas.
1.5 Gambar Kerja
Gambar-gambar kerja, daftar pembengkokan tulangan dan gambar-gambar
penempatan tulangan harus disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana dan
disampaikan sebelum pelaksanaan pekeijaan kepada Pemberi Tugas dan atau

28
Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuannya.
Detail detail mengenai ini harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan dari
SNI.
Persetujuan yang telah diberikan oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan
Pengawas tidak membebaskan Kontraktor Pelaksana dari tanggung jawabnya
mengenai ketelitian dan/atau kelengkapan pekerjaan detail.
1.6 Penyiapan Penulangan
Sebelum mendatangkan baja tulangan, seluruh daftar diameter dan daftar
bengkokan baja tulangan harus disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana dan
diminta persetujuan kepada Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas, dan
tidak ada bahan yang boleh didatangkan atau dikerjakan sebelum daftar baja
tulangan disetujui oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas.
1.7 Teknik pelaksanaan
1.7.1 Pembengkokan
Cara pembengkokan tulangan harus mengikuti SNI 03-2847-2002 kecuali
ditentukan lain. Tulangan tidak boleh dibengkokkan bila telah ditempatkan
di pekerjaan, meskipun tulangan tersebut sebagian ditempatkan pada beton
yang telah mengeras, kecuali ditentukan Iain oleh Pemberi Tugas dan atau
Konsultan Pengawas.
Baja tulangan hendaknya dipotong, dibengkokkan atau diluruskan secara
hati- hati. Terutama pada baja tulangan dengan sifat yang getas (hard
grade) tidak diperbolehkan untuk membengkokan dua kali. Pemanasan baja
tulangan tidak dijinkan, kecuali Pemberi Tugas dan atau Konsultan
Pengawas menentukan lain, itupun harus dilaksanakan dengan temperatur
yang serendah mungkin dan dalam daerah yang seminimal mungkin.
Bila radius pembengkokan tidak disebutkan nyata pada gambar rencana,
maka pembengkokan besi tulangan harus paling sedikit 4 kali diameter dari
batang yang bersangkutan (untuk tulangan yang lebih kecil daripada D10)
atau 6 kali diameter tulangan yang bersangkutan (untuk tulangan D10
hingga D25) atau 8 kali diameter tulangan (untuk tulangan yang lebih besar
daripada D25).

29
1.7.2 Penempatan
Tulangan harus diletakkan dengan teliti dengan menggunakan ganjal-ganjal
(beton decking) dan dudukan-dudukan yang diikat erat kepadanya.
Batang-batang tulangan yang harus saling berhubungan, harus diikat
dengan kawat baja pengikat sebagaimana ditentukan.
Macam ganjal dan dudukan yang dipakai harus mendapat persetujuan
Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas dan setiap bagian dari ganjal
metal atau dudukan harus sedikitnya mempunyai beton decking (cover) yang
sama dengan tulangan.
Bagaimanapun, tulangan tidak boleh didudukan pada bahan metal, atau
tulangan duduk langsung pada bekisting yang akan menyebabkan bagian
tulangan nanti langsung berhubungan dengan udara luar.
Tulangan juga tidak boleh duduk pada kayu atau pertikel koral/agregat.
Ganjal dari mortar harus sama kekuatannya dengan beton yang akan dicor.
Kawat baja pengikat tidak boleh keluar dari beton. Sebelum dimulainya
pengecoran maka Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas harus
diberitahukan dan diberikan waktu yang cukup untuk melakukan
pemeriksaan penempatan tulangan.
1.7.3 Penyambungan
Sebaiknya tulangan tidak disambung pada seluruh panjang yang
dibutuhkannya. Sambungan yang dilakukan harus sesuai dengan dan pada
tempat yang tertera pada gambar rencana, kecuali atas ijin dan persetujuan
Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas.
Sambungan tidak dibolehkan pada tempat dengan tegangan maksimum dan
sedapat mungkin diselang seling, sehingga sambungan tidak
semuanya/sebagian besar terjadi di suatu tempat.
Panjang sambungan harus sesuai dengan persyaratan SNI 03-2847-02
kecuali jka ditentukan lain dalam gambar.
Bila ruangan memungkinkan, pada sambungan dimana batang-batang saling
melalui (overlapping) diganjal dengan potongan-potongan tulangan agar
tidak saling menempel, dan kemudian harus diikat kuat minimum di dua

30
tempat tiap sambungan. Panjang sambungan harus seperti yang diterakan
pada gambar rencana.
Bila tidak ditentukan dalam gambar rencana, maka panjang sambungan
overlapping harus dihitung sesuai SNI 03-2847-02 Pasal 14.
Penyambungan tulangan beton dengan cara pengelasan tidak dibenarkan
kecuali telah ditentukan pada gambar rencana atau ada perintah tertulis dari
Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas. Cara pengelasan mengikuti
ketentuan yang berlaku.
Sebelum pelaksanaan pengecoran, penulangan akan diperiksa mengenai
ketepatan penempatan dan kebersihannya dan kalau perlu harus
dibetulkan.
Tulangan-tulangan yang menonjol dan pekerjaan sedang berlangsung atau
selesai dikerjakan tidak boleh dibengkokkan atau rusak dengan jalan
mengikatnya pada penyangga atau tumpuan-tumpuan lain.
Tulangan yang menonjol dalam arah horisontal pada siar-siar konstruksi
harus ditumpu dalam posisi yang benar selama pengecoran dengan
menyediakan penyangga yang cukup dan bagian-bagian pembuat jarak di
mana tulangan akan diikatkan dan ditahan ditempatnya.
Beton tidak boleh dicor sebelum penulangan diperiksa dan ijin pengecoran
diberikan oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas.
1.8 Bekisting Beton
1.8.1 Desain Konstruksi Bekisting
Bekisting beton adalah konstruksi cetakan yang terbuat dari kayu lapis atau
baja digunakan untuk membentuk beton muda agar jika telah mengeras
dapat memberi bentuk seperti yang tertera dalam gambar rencana.
Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana konstruksi bekisting
kepada Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas untuk memperoleh
persetujuan sebelum ijin pengecoran beton diberikan.
Meskipun rencana konstruksi bekisting telah disetujui Pemberi Tugas dan
atau Konsultan Pengawas, Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab
terhadap pekerjaan perancah dan bekisting.

31
Konstruksi bekisting harus cukup kuat untuk menahan beban mati dan
beban hidup yang bekerja, tekanan beton dalam keadaan basah, getaran-
getaran, tanpa mengalami distorsi. Konstruksi bekisting harus memenuhi
persyaratan SNI 03-2847-02 Pasal 8.
Bekisting dibawah muka air tinggi, harus kedap air dan dapat menahan
beban- beban akibat pengaruh pasang surut dan gelombang.
1.8.1 Bahan-bahan
Penggunaan semua bahan bangunan untuk bekisting, termasuk oli, minyak
bekisting atau coating harus mendapat persetujuan Pemberi Tugas dan atau
Konsultan Pengawas. Bahan bahan bekisting tersebut harus rata dan bebas
dari cacat pada sisi yang akan berhubungan dengan beton.
Bahan-bahan lain untuk bekisting dan pelaksanaannya akan menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana, yang harus mendapat persetujuan
Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas.
Klem untuk bekisting merupakan batang baja pengikat yang kualitasnya
memadai.
1.8.3 Pengerjaan Bekisting
Sebelum dipasang, Kontraktor Pelaksana harus menunjukkan kepada
Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas bahwa persyaratan-
persyaratan untuk pembuatan bekisting sudah sesuai dengan rencana.
Panel-panel bekisting atau papan-papan penutup untuk beton exposed
harus dipasang menurut cara yang dapat diterima oleh Pemberi Tugas dan
atau Konsultan Pengawas.
Semua sambungan pada bekisting harus rapat untuk mencegah kebocoran
adukan dan terbentuknya bekas sambungan dan sarang-sarang agregat
pada permukaan beton.
Lubang untuk kontrol bagian dalam bekisting dan untuk membuang air yang
digunakan untuk pembersih harus dengan mudah ditutup kembali sebelum
pengecoran.
Baja yang dibuat secara khusus untuk dipergunakan sebagai tie rod atau
sebagai alat pengatur jarak (internal spacer) yang telah disetujui, harus

32
ditempatkan pada tempat-tempat yang telah ditetapkan sedemikian rupa
sehingga mudah diangkat baik seluruhnya maupun sebagian, jika bekisting
dibuka dan lubang-lubang yang ada harus diisi dengan spesi dan harus
ditutup dengan baik.
Bekisting untuk balok dan plat harus dibuat sedemikian sehingga bekisting
pada sisi balok dan penyangga bekisting plat dapat dilepas tanpa
mengganggu penyangga bekisting baloknya.
Seluruh pipa-pipa, baut-baut, pekerjaan-pekerjaan besi dan hal-hal Iain
yang harus ditanamkan didalam beton atau menembus beton, harus
ditempatkan dengan teliti didalam bekisting, harus dipotong dengan baik
dan disesuaikan dengan sambungan-sambungan dan harus dibuat kedap air
dimana perlu, untuk mencegah keluamya adukan.
Demikian pula perlengkapan-perlengkapan (alat-alat lain untuk membuat
lubang, kantong, alur-alur dan lain-lain) harus ditempatkan pada bekisting
sebelum beton yang basah mencapai tempatnya.
Bagian dalam dari bekisting harus dibuat atau dikerjakan sedemikian rupa
sehingga mengurangi melekatnya beton.
Jika dipakai minyak atau bahan-bahan serupa, maka harus diusahakan agar
tidak mengenai tulangan.
Jika tidak mempergunakan kayu yang telah direndam air, maka bekisting
harus dibasahi seluruhnya sebelum dimulai pengecoran.
Sebelum pengecoran beton dimulai, semua bekisting harus disemprot
dengan udara sampai bersih untuk menghilangkan kotoran-kotoran, serutan-
serutan, kotoran-kotoran gergaj dan sampah-sampah lain dan semua
bekisting harus diperiksa dan disetujui oleh Pemberi Tugas dan atau
Konsultan Pengawas, sebelum beton dicor.
Udara yang dipompakan harus bebas dari minyak atau bahan apa saja dan
harus diyakinkan kemumiannya dan disaksikan dan dihadiri Pemberi Tugas
dan atau Konsultan Pengawas sebelum pelaksanaan pengecoran.
1.8.4 Pembukaan Bekisting
Bekisting tidak boleh dibuka tanpa persetujuan Pemberi Tugas dan atau

33
Konsultan Pengawas, tapi ijin ini tidak berarti bahwa Kontraktor Pelaksana
dibebaskan dari tanggung jawab terhadap kekuatan dan keamanan
konstruksi.
Pembukaan bekisting harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk
menghindarkan kerusakan pada beton. Sebelum penyangga bekisting
dilepas beton akan diperiksa dengan membuka bekisting sisi atau dengan
salah satu cara Iain seperti yang diminta oleh Pemberi Tugas dan atau
Konsultan Pengawas. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa beton telah
mengeras.
Bekisting yang menahan beban dapat dibuka jika contoh beton yang telah
dikeringkan di tempat pekerjaan dalam keadaan yang sama dengan keadaan
sebenarnya, mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban yang
harus dipikul selama atau setelah bekisting dibongkar dan bila Pemberi
Tugas dan atau Konsultan Pengawas telah menganggap bahwa syarat-
syarat yang diminta yang dinyatakan dalam pasal-pasal yang berhubungan
dengan ini telah dipenuhi.
Pembukaan bekisting dan konstruksi penyangganya harus dilaksanakan
bertahap tanpa menimbulkan gangguan pada beton. Pelaksanaannya harus
diawasi oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas yang kompeten.
Waktu pembukaan bekisting yang dibutuhkan, dapat berbeda-beda
tergantung dari keadaan cuaca dan secara umum sesuai dengan standar SNI
Konstruksi beton tidak boleh diberi beban atau tekanan sebelum mendapat
ijin dari Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas. Pekerjaan akan
diperiksa oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas setelah
bekisting dibuka dan sebelum dilakukan perbaikan-perbaikan atas cacat-
cacat pada pekerjaan beton tersebut.
Waktu pembukaan bekisting untuk beton cast in situ yang bukan pracetak
mengikuti ketentuan berikut:
a. Dinding balok-balok 7 hari
b. Penyangga plat 14 hari
c. Penunjang balok(penyangga) 28 hari

34
Waktu pembongkaran bekisting minimum untuk beton yang menggunakan
semen Portland yang mengandung bahan pengeras cepat adalah separuh
dari waktu yang tertulis dalam keterangan diatas.
Waktu pembukaan bekisting untuk beton pracetak dan beton yang tidak
menahan beban minimum 3 hari.
Konstruksi beton tidak boleh diberi beban atau tekanan sebelum mendapat
ijn dari Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas.
Pekerjaan akan diperiksa oleh Pemberi Tugas setelah bekisting dibuka dan
sebelum dilakukan perbaikan atas pekerjaan tersebut.
1.8.5 Toleransi dan Cacat Pada Beton
Toleransi yang diijinkan tidak boleh melebihi batas-batas yang ditentukan
dalam table.
Jika menurut pandangan Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas
bekisting pecah, berlubang, bengkok, menekuk atau rusak sehingga dapat
merusak penampilan beton atau merusak kekokohan atau lurusnya
bekisting, maka bekisting ini akan ditolak.
Contoh-contoh Toleransi Yang Diijinkan
Keadaan Besarnya Toleransi

Perbedaan dalam ukuran potongan


melintang pada bagian bagian 6

struktural

Penyimpangan dari alignment


seperti tertera pada gambar (ujung 10

ke ujung)

Penyimpangan dari level


permukaan puncak seperti tertera ≥10

pada gambar (ujung ke ujung)

Penyimpangan dari level


permukaan sebelah bawah seperti ≤10

tertera pada gambar (ujung ke

35
ujung)

Perbedaan-perbedaan ukuran dari


yang tertera pada gambar yang
3 mm
diukur dari sebuah template (patok
ukur)

1.8.6 Tes Pendahuluan Untuk Menentukan Perbandingan Campuran Beton


Tes pendahuluan adalah tes untuk memperoleh adukan dengan kemampuan
pengerjaan (workability) yang diinginkan, dengan kekuatan standar
perencanaan untuk mencakup kemungkinan kegagalan hasil tes karena
kondisi mesin pengaduk, peralatan, tingkat pengawasan mutu dan lain-lain.
Campuran yang pada akhirnya ditentukan dari tes pendahuluan akan tetap
dipertahankan selama pekerjaan berlangsung, kecuali jika ditentukan Iain
dan dipandang perlu oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas,
karena adanya perubahan dalam bahan beton atau hasil-hasil tes yang
menyimpang.
Perbandingan antara semen, agregat halus dan kasar, air dan bahan-bahan
penambah lainnya yang digunakan untuk menghasilkan beton yang
memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam tabel campuran beton
harus ditentukan oleh Kontraktor Pelaksana dari sejumlah campuran-
campuran percobaan yang dilakukan di laboratorium yang disetujui Pemberi
Tugas dan atau Konsultan Pengawas atau laboratorium lapangan untuk
beton yang akan digunakan dalam pekerjaan.
Campuran-campuran percobaan tersebut diatas harus dibuat paling sedikit 5
hari sebelum pengecoran beton dimulai dan harus cukup variasi
perbandingan campurannya agar dapat dipilih perbandingan campuran yang
memenuhi persyaratan oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas.
Kekuatan beton pada umur 7 hari dan 28 hari harus diperoleh dari hasil tes
benda uji. Dan apabila tidak ditentukan dengan percobaan, maka untuk
keperluan perhitungan berdasarkan umur beton, dapat dilihat pada tabel
berikut.

36
Perbandingan Kekuatan Tekan Beton Pada Berbagai-bagai Umur
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28

Semen Portland biasa 0,4 0,65 0,88 0,95 1,00

Semen Portland dengan kekuatan


0,55 0,75 0,90 0,95 1,00
awal yang tinggi

Untuk setiap perbandingan campuran percobaan di laboratorium, ditentukan


sebagai hasil rata-rata dari 5 contoh percobaan dan harus melampaui hasil
rata-rata yang ditentukan.
Persetujuan Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas mengenai
campuran percobaan termasuk kekuatan pada umur 28 hari harus didapat
secara tertulis sebelum beton diijinkan untuk dicor.
Tidak diperkenankan mengadakan perubahan sumber atau sifat dari bahan-
bahan beton yang dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada
Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas dan tidak di- perkenankan
mendatangkan bahan baru yang akan dipergunakan sampai Pemberi Tugas
dan atau Konsultan Pengawas telah menerima bahan tersebut dan
dilakukan percobaan campuran yang baru berdasarkan percobaan campuran
sebagaimana ditentukan disini.
Jika perubahan akibat penggantian bahan tersebut memerlukan
penambahan jumlah semen, maka tidak akan ada pembayaran tambahan
kepada pihak Kontraktor Pelaksana sebagai akibat dari penambahan semen
tersebut.
Proporsi campuran beton ini juga harus disesuaikan dengan ketentuan ACI
305.1-06 untuk pengecoran di udara panas (hot weather concreting).
1.8.7 Penggunaan Admixture
Penggunaan admixture dapat digunakan setelah mendapat ijin dari Pemberi
Tugas dan atau Konsultan Pengawas.
Dimana pengunaan admixture diijnkan, maka bahan ini harus ditambahkan
pada beton dalam tempat pengadukannya dengan mempergunakan alat
pengukur otomatis, dan petunjuk pabrik mengenai cara penggunaannya.

37
Istilah kimia, rumus dan jumlah bahan aktif, ukuran yang harus dipakai dan
efek mengenai bertambahnya atau berkurangnya penggunaan dosis bahan
secara terus menerus pada sifat-sifat fisik dan kimia beton basah dan sudah
mengeras akan diserahkan kepada Pemberi Tugas dan atau Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
Kontraktor Pelaksana harus menyediakan contoh dan melaksanakan
percobaaan tersebut diatas sebagaimana diperintahkan oleh Pemberi Tugas
dan atau Konsultan Pengawas sebelum ijin penggunaan admixture diberikan
untuk dipakai pada pelaksanaan. Seluruh pengambilan contoh dan
pelaksanaan tes menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
1.8.8 Tempat Adukan
Kontraktor Pelaksana harus menunjuk batching plant ataupun mixing plant
yang terlebih dahulu diajukan kepada Pemberi Tugas dan atau Konsultan
Pengawas sebelum didatangkan.
Semua pengendalian mutu beton dari batching plant yang telah disetujui
oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas, menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
Semua peralatan campuran beton harus dijaga dalam kondisi bersih,
terbebas dari beton yang mengeras dan terawat selama pelaksanaan
pekerjaan, dan biaya perawatan menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
Atas persetujuan Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas, dapat
dilakukan pengadukan sendiri dengan menggunakan mesin pengaduk beton.
Pengadukan semen, agregat halus dan kasar dilakukan dalam mesin
pengaduk beton yang disetujui dan yang mempunyai alat pengatur/penunjuk
berat.
Air yang dimasukkan kedalam mesin pengaduk ini harus disalurkan dari
tanki yang mempunyai pengukur sehingga pemberian air dapat dilakukan
dengan tepat.
Kadar kelembaban dari agregat harus diperhitungkan sehingga banyaknya
air yang akan dimasukkan dapat ditentukan dengan tepat.

38
Kadar kelembaban setiap agregat biasanya ditentukan dua kali sehari yaitu
satu kali diwaktu pagi dan satu kali diwaktu siang atau pada waktu-waktu
Iain yang dianggap perlu oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas.
Toleransi untuk pengadukan harus dalam batas 2 % untuk semen dan 3 %
untuk agregat.
Syarat pelaksanaan pekerjaan beton mulai dari mengaduk sampai
perawatannya hendaknya mengikuti syarat-syarat yang tercantum dalam
SNI 03-2847-02 Pasal 7, dan syarat-syarat dibawah ini.

1.8.9 Pengaduk Beton


Peralatan pengaduk beton (Concrete Mixer) harus sesuai baik type maupun
kapasitasnya yang direncanakan khusus untuk tujuan tersebut untuk
mendapatkan mutu yang baik dalam pengadukan ini.
Kemampuan peralatan pembuat beton ini harus memenuhi persyaratan yang
ditentukan Konsultan Pengawas.
Waktu pengadukan harus lebih lama dari 1,5 menit dalam hal penggunaan
pengaduk yang dapat dimiringkan (tilting mixer) dan lebih dari satu menit
dalam penggunaan forced mixer.
Jika waktu yang ditentukan telah diperpanjang lebih dari 3 kali, maka
pengoperasian mixer harus segera dihentikan. Tidak boleh dilakukan
penambahan bahan lagi ke dalam mixer sampai seluruh beton dikeluarkan
dan dibersihkan.
Jika Kontraktor Pelaksana menganggap lebih cocok untuk menggunakan
mixer yang lebih kecil untuk pekerjaan khusus atau bagian bagian pekerjaan
yang jauh letaknya, maka hal ini dapat disetujui Konsultan Pengawas asal
mixer yang lebih kecil ini juga dilengkapi dengan alat timbangan.
1.8.10 Cuaca
Bila terjadi hujan atau cuaca panas dimana dapat menyebabkan nilai air
semen berubah, maka harus dilakukan usaha untuk melindungi alat
pengangkutan dan pengecoran sedemikian rupa sehingga didapat jaminan
bahwa nilai air semen tidak akan berubah.

39
Bila menurut Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas usaha untuk
melindungi pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton tidak cukup
atau dalam beberapa hal tidak dapat dijamin nilai air semen dapat
dipertahankan, maka Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas dapat
memutuskan untuk menunda pengecoran sampai keadaan cuaca lebih baik.
Tidak ada penggantian biaya untuk Kontraktor Pelaksana akibat penundaan
tersebut karena harus sudah diperhitungkan pada saat mengajukan harga
penawaran.
Semua peralatan untuk keperluan pengadukan beton hendaknya mempunyai
label yang terpasang pada masing-masing alat tersebut, menyebutkan
kapasitas alat itu dengan catatan-catatan Iain yang dibuat oleh pabriknya
yaitu pembatasan-pembatasan yang seharusnya dipenuhi agar alat-alat
tersebut memberikan hasil optimum.
Alat-alat tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara dengan baik. Terutama
container pengadukan harus tetap bersih dari sisa beton yang mengeras,
dimana untuk itu Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas akan
melakukan pemeriksaan pada waktu-waktu tertentu, paling tidak sebelum
atau sesudah pengerjaan pengadukan beton, alat tersebut harus
dibersihkan.
Peralatan pengaduk beton harus sesuai baik tipe maupun kapasitasnya yang
direncanakan khusus untuk tujuan tersebut.
1.8.11 Pengadukan Beton Pada Waktu Pengangkutan
Apabila adukan beton diangkut menggunakan truck mixer, hendaknya dari
tipe yang mempunyai revolving drum, kedap air, dengan konstruksi
sedemikian sehingga dicapai pengadukan hasil yang homogen. Semua
bahan beton harus ditakar dengan betul pada mesin pengaduk atau silo
yang telah diperiksa oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas. Air
dapat diberikan sekaligus ke dalam mesin pengaduk atau dapat juga
diberikan sedikit demi sedikit dalam mesin pengaduk.
Jumlah air yang digunakan dalam campuran beton harus sesuai dengan
kebutuhan pengadukan, kecuali bila tanki air dilengkapi dengan alat takaran

40
otomatis yang dapat diukur pemakaiannya. Truck mixer harus juga
dilengkapi dengan alat penyetel untuk waktu pengadukan yang dapat
dengan mudah diawasi oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas.
Ukuran container pengaduk tidak diperkenankan melebihi kapasitas yang
ditentukan.
Untuk beton yang dicampur dan adukannya dikerjakan di concrete mixing
plant, pengangkutannya ke lokasi pengecoran ditempatnya harus dilakukan
dengan revolving drums. Untuk beton yang dicampur dan diaduk dengan
mesin pengaduk langsung di atas ponton, pengecoran dilakukan dengan
kotak-kotak baja yang diangkat dengan crane untuk dituangkan
ketempatnya.
Pengadukan harus secara terus menerus dan tidak kurang dari 50 putaran
sesudah semua bahan termasuk air berada dalam container. Kecepatan
putaran tidak kurang dari 4 rpm atau harus lebih dari kecepatan 75 m per
menit dari suatu titik yang terletak pada garis tengah drum. Batas
maksimum putaran adalah 150 putaran, pada kecepatan putaran lebih besar
dari 6 rpm.
Pengadukan hendaknya dimulai tidak lebih lama dari 30 menit sesudah
semen dimasukkan ke dalam container pengaduk itu. Bila dipakai semen
dengan sifat mengeras yang cepat, batas tersebut harus dikurangi menjadi
15 menit.
Semua beton yang baru diaduk dan semua spesi harus diangkut secepat
mungkin dari mixer agar dijamin tidak terjadi blending atau segregasi dari
campuran agregat dan slump akan sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan.
Jika digunakan kereta dorong atau trolley maka harus dibuat tempat jalan
yang rata agar beton tidak bersegregasi selama diangkut.
1.8.12 Pengangkutan Beton
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara-cara dimana segregasi dan kehilangan bahan-
bahan (air, semen atau butir halus) tidak terjadi.
Cara pengadukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan

41
waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang
akan dicor.
Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran
dengan perantaraan talang-talang miring hanya dapat dilakukan setelah
disetujui Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas.
Dalam hal ini Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas
mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang-talang miring ini
setelah mempelajari usulan dari Kontraktor Pelaksana mengenai konstruksi
talang, kemiringan dan panjang talang itu.
Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu satu jam
setelah pengadukan air dimulai. Jangka waktu ini harus mendapat perhatian,
apabila diperlukan waktu pengangkutan yang panjang.
Jangka waktu tesebut dapat diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan
beton diputar kontinu secara mekanis. Apabila diperlukan jangka waktu yang
lebih panjang lagi, maka harus dipakai bahan-bahan panghambat
pengikatan yang berupa bahan pembantu yang penggunaannya harus seijin
Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas.
Pengiriman beton segar didasarkan pada ASTM C 94/C94 M, beton segar
harus dicor dalam jangka waktu 1 1/2 jam atau sebelum putaran truck
mixer mencapai 300 putaran, atau mana saja yang tercapai terlebih dahulu.
1.8.13 Pengecoran
Pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah,
bekisting, pemasangan penulangan, pembersihan dan pekerjaan persiapan
pengecoran yang disebutkan pada spesifikasi ini telah sempurna dikerjakan
dan disetujui oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas.
1.8.13.1 Persiapan
Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat, bahan-bahan dan pekerja
sudah harus siap di tempat yang seharusnya, dan alat-alat dalam keadaan
bersih serta siap untuk dipakai.
Permukaan sebelah dalam dari bekisting harus sudah dibersihkan dari
bahan- bahan lepas, kotoran maupun potongan kawat/besi.

42
Bekisting yang terbuat dari kayu lapis tebal minimal 12 mm dimana
dikhawatirkan adanya peresapan air oleh kayu, harus terlebih dahulu
dibasahi dengan air hingga jenuh.
Tulangan harus sudah seluruhnya mendapat persetujuan Pemberi Tugas
dan atau Konsultan Pengawas mengenai penempatannya dan telah cukup
diberi beton penutup sedemikian sehingga pengecoran dan pemadatan
beton nantinya tidak akan menyebabkan tulangan bergeser atau terlalu
dekat dengan permukaan luar beton.
Pemakaian bahan pembantu dengan maksud memudahkan pelepasan
bekisting setelah beton mengeras, harus sudah diperiksa sehingga tidak
mengganggu pelekatan antara besi dan beton.
Bidang beton lama yang akan berhubungan dengan beton yang akan dicor,
harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas
dan rapuh dan telah disiram/dibasahi dengan air hingga jenuh.
Dekat sebelum pengecoran beton baru, bidang-bidang kontak beton lama
tersebut harus telah disapu dengan spesi mortar dengan campuran yang
sesuai dengan betonnya.
1.8.13.2 Pelaksanaan
Pengecoran beton selalu diawasi langsung oleh mandor yang
berpengalaman, Kontraktor Pelaksana harus memberitahukan kepada
Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas bila akan melaksanakan
pengecoran. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga di dalam atau
bagian pekerjaan, permukaannya rata.
Pengecoran hanya diperbolehkan pada siang hari dengan perlindungan,
dengan atap terpal dan atas persetujuan Pemberi Tugas dan atau Konsultan
Pengawas, bila pengecoran akan dilakukan pada malam hari perlengkapan
penerangan dan lain-lain yang diperlukan itu telah dipersiapkan dengan baik
sebelumnya.
Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan
sebelum beton mulai mengeras. Penundaan pengecoran dalam hal ini masih
diijinkan dalam batas dimana beton masih dapat dikerjakan tanpa

43
penambahan air, dan batas cor dibuat sesuai standar SNI.
Pengecoran dan pekerjaan beton harus diselesaikan dalam waktu 20 menit
sesudah keluar dari mixer, kecuali bila diberikan bahan-bahan pembantu
dengan maksud untuk melambatkan proses pengerasan beton. Cara
pengerjaan hendaknya dikerjakan sedemikian sehingga tidak terjadi
pemisahan bahan (segregation).
Adukan beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 1,5 m dan tidak
diperkenankan menimbun beton dalam jumlah banyak di suatu tempat
dengan maksud untuk kemudian meratakannya sepanjang bekisting. Beton
muda harus dituangkan/dicor sedekat mungkin dengan tempat terakhirnya.
Pengecoran harus dilakukan terus menerus antara tempat sambungan yang
direncanakan atau disetujui tanpa terhenti, jika corong-corong dipakai untuk
mengalirkan beton maka kemiringan harus sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi segregasi dan harus disediakan selang-selang penyemprotan atau
pelat-pelat peluncur agar tidak terjadi segregasi selama pengecoran.
Lubang untuk pengaliran air, atau keperluan lainnya, dapat dibuat dari
bambu atau batang pisang dengan maksud untuk memudahkan
pengambilannya pada waktu pembongkaran bekisting.
Pengecoran harus dilakukan secepatnya sesudah selesai pengadukan.
Beton, bekisting dan atau tulangan yang menonjol keluar harus dicegah dari
kemungkinan terinjak para pekerja atau getaran yang dapat menggangu
daya letaknya dengan beton. Kecuali Pemberi Tugas dan/atau Konsultan
Pengawas menentukan Iain, untuk bagian-bagian beton pracetak atau
pratekan, pengecoran harus dilaksanakan dari suatu ujung menuju lainnya
untuk setebal bagian dari balok itu. Pengerjaan secara lapis-lapis horizontal
tidak diperbolehkan.
1.8.13.3 Konsistensi (slump)
Slump test harus dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan beton. Cara
pelaksanaan slump test harus sesuai dengan SNI 1972-2008 yaitu sebagai
berikut
Sebuah kerucut terpancung dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah

44
20 cm dan tinggi 30 cm (disebut kerucut Abrams) diletakan diatas bidang
alas yang rata tidak menyerap air.
Kerucut ini diisi dengan adukan beton, sambil ditekan ke bawah, pada
penyokong-penyokongnya. Adukan beton diisikan dalam tiga lapis yang kira-
kira sama tebalnya dan setiap lapis ditusuk-tusuk sepuluh kali dengan
tongkat baja dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm dan dengan ujung
yang dibulatkan, setelah bidang atasnya disipat rata, maka dibiarkan 1/2
menit.
Selama waktu ini adukan beton yang jatuh sekitar kerucut disingkirkan,
segera setelah itu kerucut diangkat vertikal dengan hati-hati, dan penurunan
tinggi puncak kerucut, terhadap tingginya semula diukur.
Hasil pengukuran ini disebut slump dan merupakan ukuran dari kekentalan
adukan beton tersebut.
Untuk semua pekerjaan beton pada pekerjaan dermaga ini, konsistensi
adukan (slump) beton yang disyaratkan adalah 9 s/d 12 cm.
1.8.14 Pemadatan
Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan alat-alat
pemadat (internal atau external vibrator) mekanis, kecuali bila Pemberi
Tugas dan atau Konsultan Pengawas mengijinkan cara pemadatan secara
manual.
Cara pemadatan dengan cara manual terdiri dari memukul-mukul bekisting
dari sebelah luar, merojok dan menusuk-nusuk adukan beton secara
kontinyu.
Ketelitian dalam hal ini sangat perlu diperhatikan agar semua sudut-sudut
terisi, sela-sela diantara tulangan dan sekeliling tulangan terpenuhi tanpa
menggeser kedudukan tulangan tersebut agar permukaan menjadi rata dan
halus, mengeluarkan gelembung-gelembung udara dan mengisi semua
rongga.
Harus juga diperhatikan agar penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama
dikerjakan yang dapat mengakibatkan pemisahan bahan-bahan
(segregation).

45
Tenaga yang mengerjakan pekerjaan ini harus telah berpengalaman dan
pekerjaan pemadatan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Pemberi Tugas
dan atau Konsultan Pengawas.
1.8.14.1 External Vibrator
Alat pemadat mekanis yang digunakan harus mampu menghasilkan getaran
sekurang-kurangnya 5.000 getaran per menit dan berat efektif sebesar 0,25
kg.
External vibrator harus diletakkan sedemikian pada bekisting sehingga akan
menghasilkan getaran-getaran mendatar. Bila lebih dari satu alat yang
digunakan jaraknya harus diatur sedemikian sehingga tidak menyebabkan
peredaman getaran alat yang satu terhadap lainnya.
Pada beton pracetak, dapat dibuat satu meja getar dari konstruksi yang
disetujui oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas dan dipakai alat
penggetar yang dapat menghasilkan sekurang-kurangnya 5.000 getaran per
menit.
Untuk lantai beton atau pelat-pelat beton pemakaian external vibrator yang
diletakan dibekisting harus atas ijin Pemberi Tugas da atau Konsultan
Pengawas.
1.8.14.2 Internal Vibrator
Internal vibrator digunakan dengan cara memasukkan alat pulsator atau
penggetar mekanis ke dalam adukan beton yang baru di cor. Alat tersebut
harus paling tidak memberikan 5.000 getaran per menit bila dimasukan
kedalam adukan beton yang akan memberikan daerah yang ikut bergetar
pada radius tidak kurang dari 45 cm.
Alat itu harus dimasukkan ke dalam adukan beton searah dengan sumbu
memanjangnya, sedalam menurut perkiraan bahwa beton itu secara
keseluruhan tingginya telah dipadatkan, kemudian ditarik keluar perlahan-
lahan dimasukkan lagi pada posisi selanjutnya.
Alat ini tidak boleh dibiarkan di suatu tempat lebih lama dari 30 detik karena
akan menyebabkan segregasi material dalam beton dan alat ini ditempatkan
pada posisi yang tidak lebih jauh dari 45 cm kedalaman beton yang sedang

46
dilakukan pengecoran. Internal vibrator tidak diperbolehkan untuk
mendorong beton kesamping dan tidak boleh menumpu pada tulangan.
1.8.14.3 Jumlah Vibrator Yang Digunakan
Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk memadatkan beton akan
diberikan dibawah ini. Bila digunakan alat ini, maka cara dan jumlahnya akan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

Jumlah Minimum Internal Vibrator


Kecepatan mengecor beton Jumlah alat
2
4 m3 beton/jam
3
8 m3 beton/jam
4
12 m3 beton/jam
16 m3 beton/jam 5
6
20 m3 beton/jam

Dianjurkan untuk menyediakan alat internal vibrator secukupnya agar


apabila terjadi kerusakan alat, pekerjaan tidak tertunda.
1.8.15 Pengecoran dalam daerah Pasang Surut
Jika pengecoran harus dilakukan dalam daerah pasang surut, Kontraktor
Pelaksana harus menjamin bahwa besi bebas karat dan dicuci bersih
dengan air, dikeringkan, bebas dari cetakan sebelum beton dicor.
Beton harus dicor dan dipadatkan sebelum air taut naik sampai ketinggian
beton yang telah dicor. Tidak boleh ada gangguan pada beton setelah air
asin berhubungan. Permukaan atas beton harus ditutup setelah pengerasan
awal terjadi, untuk melindunginya terhadap gerakan air jika resiko seperti ini
terjadi.
Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada Pemberi Tugas dan atau
Konsultan Pengawas untuk disetujui, rincian lengkap dari cara yang
diusulkannya untuk memastikan kesesuaiannya dengan ketentuan yang
terdahulu. Jika Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas tidak
menyetujui usulan Kontraktor Pelaksana maka Pemberi Tugas dan atau
Konsultan Pengawas dapat memintanya untuk melakukan pembetonan
47
dalam batas pasang surut sesuai dengan cara untuk pengecoran bawah air
seperti diuraikan dalam pasal-pasal yang berikut. Setiap pengeluaran
tambahan harus dipikul oleh Kontraktor Pelaksana. Pembetonan menurut
Bab ini tidak boleh dilaksanakan kecuali dengan persetujuan tertulis dari
Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas.
1.8.16 Spesi Beton
Campuran spesi harus dibuat dari semen Portland biasa dan pasir yang
disetujui dan harus diaduk dengan perbandingan yang ditentukan
berdasarkan perbandingan campuran semen dalam satu meter kubik spesi.
Banyaknya air yang dipakai dalam campuran harus disetujui oleh Pemberi
Tugas dan atau Konsultan Pengawas dan merupakan kebutuhan minimum
untuk suatu pekerjaan/maksud tertentu.
1.8.17 Sambungan Pengecoran
Untuk rencana pekerjaan pengecoran, Kontraktor Pelaksana harus
mengajukan gambar rencana letak sambungan pengecoran kepada Pemberi
Tugas dan atau Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
Apabila sambungan pengecoran harus dibuat diluar yang ditunjukkan dalam
gambar, karena kerusakan mesin pengaduk beton atau keadaan yang tidak
diduga, harus dibuat pengakhiran sedemikian sehingga arahnya tegak lurus
arah tegangan-tegangan utama.
Apabila letaknya berdekatan dengan tumpuan atau lokasi lain yang tidak
dikehendaki Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas maka
pengecoran harus dihentikan dan beton baru tersebut harus dibongkar
sampai tempat yang dianggap baik.
Permukaan beton didaerah sambungan dan sudah mengeras tersebut harus
dikasarkan, dibersihkan dari bagian-bagian yang terlepas dan kotoran-
kotoran lainnya, serta disemprot dengan air.
Air yang tertinggal harus dibuang sebelum pengecoran beton baru
dikerjakan dan harus dibersihkan secara baik pada bidang pertemuan
tersebut sebelum pengecoran dimulai.
Permukaan beton lama harus dilapis dengan pelekat dengan bahan-bahan

48
kimia pembantu (bonding agent), bahan pelekat dan cara mengerjakannya
harus disetujui oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas dan
sesuai dengan cara yang diajukan oleh pabrik yang mengeluarkan bahan
pembantu itu.
1.8.18 Permukaan Beton Jadi
Semua permukaan jadi dari pekerjaan beton harus rata, lurus, tidak nampak
bagian-bagian yang keropos, melendut atau bagian yang membekas pada
permukaan.
Ujung atau sudut harus dibentuk penuh dan tajam. Segera sesudah
pembongkaran bekisting, bagian-bagian yang rapuh, kasar, lubang-lubang
dan bagian-bagian yang tidak memenuhi syarat harus segera diperbaiki
dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan adukan semen
pasir yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya, untuk kemudian
diratakan dengan kayu perata.
Bila perlu, apabila diperintahkan oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan
Pengawas, seluruh permukaan beton tersebut dapat dihaluskan dengan
amplas, atau gurinda sehingga seluruh permukaan jadi beton tersebut
menjadi rata dan halus. Pekerjaan-pekerjaan itu sebaiknya diselesaikan
secepat mungkin dan tidak lebih dari maksimum 2 hari setelah
pembongkaran bekisting.
Pekerjaan plesteran pada permukaan beton jadi tidak diijinkan. Pada
pekerjaan beton, Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas dapat
menolak hasil pekerjaan beton yang pada permukaannya menunjukan
tanda- tanda rapuh, keropos atau bagian-bagian yang diperbaiki, yang
diduga akan membahayakan konstruksi.
1.8.19 Temperatur Beton
Temperatur beton segar yang diijinkan untuk beton yang baru dicor adalah
35°C ( ACI 305R-99) atau mengikuti nomogram dibawah dengan
mempertimbangkan kelembaban relatif, suhu udara, kecepatan angin. Nilai
temperatur maksimum beton adalah 70°C dengan delta temperatur antara
beton bagian luar dan bagian dalam yang diijinkan sebesar 25°C.

49
Grafik syarat pengecoran beton
Kontraktor Pelaksana diwajbkan untuk dapat mempertahankan suhu beton
sesuai syarat yang ditentukan dengan curing serta berbagai perlindungan
terhadap cuaca.
Kontraktor Pelaksana diwajibkan melakukan pengukuran temperatur beton
pada salah satu tipe beton insitu di lapangan sesuai dengan SNI-03-4807-
1998 ”Metoda Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton Segar Semen
Portland".
1.8.20 Perawatan Beton
Beton harus dilindungi selama proses pengerasan pertama dari pengaruh
panas matahari yang merusak, hujan, air yang mengalir atau angin yang
keras.
Perlindungan harus segera diberikan sampai pengerasan beton dengan
metoda yang dianggap praktis, dari beberapa metoda metoda di bawah ini
Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan geotekstil atau bahan
sejenis, atau lapisan pasir yang harus terus menerus dibasahi selama 7 hari.
Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu ditutup dengan lapisan
kertas kedap air yang disetujui atau membrane plastik yang harus tetap
pada beton selama 7 hari.
50
Kecuali untuk perawatan permukaan beton dimana pengecoran beton
selanjutnya tersambung melalui lekatan, perawatan beton boleh
menggunakan lapisan pengeras yang disetujui.
Aplikasinya menggunakan semprotan dengan tekanan rendah sesuai dengan
rekomendasi pabrik pembuatnya. Lapisan pengeras digunakan pada
permukaan permukaan yang horizontal segera setelah pengecoran beton
dan pada permukaan permukaan vertikal segera setelah pelepasan
bekisting.
Metoda 3 ini digunakan juga untuk pengerasan sisi bawah balok dan pelat.
Konsultan Pengawas dapat menentukan penggunaan pelapisan ini untuk
permukaan tegak atau miring.
Biaya untuk proses perawatan ini, harus sudah tercakup dalam harga satuan
pekerjaan beton.
Air yang digunakan untuk tujuan perawatan harus dari kwalitas yang sama
dengan air untuk adukan beton dan tidak boleh meninggalkan bekas/warna
pada permukaan beton.
Perlindungan terhadap beton yang telah dicor harus dilakukan untuk
menghidari cracking yang diakibatkan panas pada keadaan penurunan
temperatur yang cepat, yang lebih besar dari 22°C (40°F) dalam jangka
waktu 24 jam pertama setelah pengecoran, kecuali ditentukan lain.

Pasal 2 : Pekerjaan Baja

2.1 Umum
Pekerjaan baja meliputi pekerjaan struktur baja, base plate, stopper,
penutup saluran, grating, tangga akses penumpang dan lainnya seperti yang
ditentukan pada gambar rencana.
Semua kegiatan pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan baja harus terlebih
dahulu mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas dan atau Konsultan
Pengawas sebelum dilaksanakan di lapangan.
Segala perlengkapan, bahkan bahan dari pekerjaan Iain yang perlu untuk

51
kesempurnaan pemasangan, walaupun tidak secara khusus diperlihatkan
pada gambar rencana harus diadakan atau dikerjakan.
Kontraktor Pelaksana diharuskan meneliti ukuran ukuran yang
sesungguhnya di tempat pekerjaan dan tidak hanya dari gambar gambar
untuk memasang sesuatu bagian konstruksi pada tempatnya.
Jika terdapat keragu-raguan mengenai ukuran dalam gambar, maka
Kontraktor Pelaksana harus membicarakan hal tersebut dengan Konsultan
Pengawas.
Semua bagian konstruksi yang selesai harus bebas dari puntiran, bengkokan
dan sambungan yang tidak sempurna.
2.2 Bahan dan Kualitas
Semua profil baja, plat baja dan konstruksi baja lainnya, harus memenuhi
syarat mutu bahan.
Baja profil dan Plat yang digunakan produksi dalam negeri Ex. “Krakatau
steel”, atau yang setara dibuktikan dengan hasil pengujian laboratorium dan
sertificate pabrik. Profil baja yang dipakai harus masih dalam keadaan baru,
tidak cacat dan lurus, serta didapat dari pemasok yang dikenal serta dapat
menunjukkan sertifikat tentang mutunya bila diminta. Jika perlu Konsultan
Pengawas dapat memerintahkan Kontraktor Pelaksana untuk memeriksa
mutu baja pada laboratorium penelitian bahan bahan.
Batang-batang baja profil yang dipergunakan harus lurus dengan maksimum
bengkok 1/4000 panjang batang, bebas dari puntiran dan lubang-lubang
serta cacat- cacat lainnya.
Plat baja yang dipergunakan sebagai plat simpul harus benar-benar datar,
bebas dari tekukan-tekukan, puntiran dan lubang-lubang serta cacat
lainnya.
Semua bagian baja yang digunakan harus dari jenis yang sama kualitasnya,
dalam hal ini dipakai baja jenis BJ 37 dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2
dan tegangan ijin dasar 1600 kg/cm2.
Bentuk dan dimensi konstruksi baja serta dimensi batang-batang dan plat
simpulnya harus dilaksanakan sesuai gambar rancangan pelaksanaan serta

52
sesuai dengan keadaan bentang kedudukannya di lapangan pekerjaan.
Baut-baut untuk konstruksi tumpuan harus menggunakan baut mutu tinggi.
Jenis pengelasan adalah Arc Welding dengan arus listrik AC atau DC dan
elektroda yang dipakai harus "Covered Electrode for Mild Steel" yang sesuai
dengan standard JIS Z 3211 atau AWS A5.1 1978 atau BS 639 1976.
Pengelasan konstruksi baja harus sesuai dengan gambar konstruksi, dan
harus mengikuti prosedure yang berlaku seperti AWS atau JIS Specification.
Semua profil baja, plat baja dan konstruksi baja lainnya harus dicat sesuai
dengan spesifikasi pengecatan.
2.3 Gambar Kerja
Sebelum pekerjaan konstruksi baja dimulai, Kontraktor Pelaksana harus
menyiapkan dan menyerahkan gambar kerja lengkap (peralatan dan
pemasangan) kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
2.4 Pembuatan dan Pemasangan
a. Perencanaan, pembuatan dan pemasangan semua konstruksi baja harus
dilaksanakan sesuai praktek keteknikan yang paling baik.
b. Pemotongan harus dilaksanakan dengan mesin standard.
c. Pelubangan harus menggunakan bor. Tepian yang tajam akibat
pemotongan maupun pemboran harus ditumpulkan dengan gerenda.
d. Sedapat mungkin semua konstruksi baja dibuat di bengkel konstruksi.
e. Semua bagian harus mempunyai ukuran yang tepat sehingga dalam
pemasangan tidak terjadi celah yang diisi dengan plat baja.
f. Semua detail dan hubungan harus dibuat dengan teliti dan dipasang
dengan cermat sesuai gambar.
j. Seluruh bagian permukaan Baja yang digunakan dalam konstruksi atap ini
harus di cat anti karat dan cat finishing

Pasal 3 : Pekerjaan Las


3.1 Umum
1) Pelaksanaan pengelasan, kualifikasi ahli las (welder) serta Kontraktor
Pelaksana pengelasan baja harus memenuhi persyaratan yang ada pada

53
American Welding Society (AWS) Welding Code AWS D1.1-86.
2) Pada dasarnya prosedur pengelasan di lapangan mengikuti ketentuan
yang ada pada American Petrolium Institute API-RP2A.
3) Elektrode las yang digunakan harus mempunyai kuat tarik (tensile
strength) minimal sebesar 480 N/mm2 dan harus memiliki metalurgi yang
serupa dengan baja yang akan dilas.
4) Permukaan baja yang akan dilas harus dikeringkan dan dibersihkan dari
kotoran atau lapisan pelindung (coating) sebelum dilakukan pengelasan
5) Kontraktor Pelaksana yang mengerjakan pengelasan pada dasarnya
harus memperhatikan sifat mampu las (weldability) material baja dengan
berdasar pada 3 aspek pokok:
a) Sifat-sifat kimia, metalurgi dan fisik material
b) Keamanan hasil las sesuai tujuan desain konstruksi.
c) Cara-cara produksi sehubungan dengan metode pengelasan yang
dipakai.
6) Hasil pengelasan harus sesuai dengan standar AWS D1.1-86 atau BS
5135 "Metal are welding of carbon and carbon manganese steels".
7) Kontraktor Pelaksana harus menyampaikan usulan mengenai prosedur
pengelasan untuk mendapat persetujuan dan Pemberi Tugas dan atau
Konsultan Pengawas sebelum melakukan pengelasan.
8) Persetujuan ini tidak membebaskan Kontraktor Pelaksana dari tanggung-
jawabnya untuk melaksanakan pengelasan yang benar dan untuk
memperkecil distorsi pada struktur.
9) Pengelasan keliling antara 2 (dua) buah penampang pipa baja harus
dilakukan dengan cara sebagaimana ditunjukkan dalam gambar dan
harus dapat menghasilkan kekuatan penuh seperti penampang yang
disambung.
10)Tiang pancang pipa baja tidak boleh dipancang kembali sebelum suhu
permukaan yang baru dilas turun dibawah 95°C dan sebelum dipastikan
bahwa hasil pengelasan telah memuaskan dengan dilakukan pengujan
las.

54
3.2 Pemotongan dan pengelasan
Bahan-bahan baja harus dipotong dengan akurat dengan mempergunakan
oxy-acetylene.
Pemotongan bahan-bahan yang panjang-panjang dan bahan-bahan yang
bengkok harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi perubahan
bentuk lebih lanjut.
Cara pengelasan harus disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas sebelum
pekerjaan dimulai.
Penyambungan tiang-tiang pipa baja harus dilakukan dengan las yang
dilaksanakan pada tempat pekerjaan las di site dengan cara pengelasan
semi automatic seperti ditentukan dalam JIS Z 3605 dan sesuai dengan
gambar. Penyambungan Tiang Pancang Baja dilakukan 3 Lapis Pengelasan
dan dipastikan kuat untuk sambungan.
Sebelum pelaksanaan, seluruh permukaan yang akan dilas dan daerah-
daerah sekitarnya harus dibersihkan dari karat, cat, bahan-bahan sisa (slag)
dan kotoran-kotoran lain dan harus dikeringkan dahulu.
Selama pengelasan berlangsung, bahan-bahan yang akan dilas harus
dipegang kuat-kuat dalam posisi yang benar dengan cara pengelasan "jig"
atau "tack".
Penggunaan tack welding harus dibatasi sampai seminimum mungkin.
Pengelasan pada las tumpul harus dihentikan dengan hati-hati dan teliti dan
lubang antara bagian-bagian yang dilas harus dibuat tepat seperti dalam
gambar. Selama pengelasan, pemberian bahan las dan kecepatannya harus
sedemikian sehingga las berbentuk V seluruhnya akan terisi dengan bahan-
bahan isi. Kekurangan bahan isi untuk las harus dicegah dan pelaksanaan
harus hati-hati, seperti masuknya slag kedalam las, ketidak sempurnaan
crater dan retak-retak.
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperbaiki las yang tidak
memenuhi syarat seperti keropos, tumpang tindih (overlap), miring,
kelebihan atau kurang tebalnya "throat" atau ukuran.
Pengelasan tidak boleh dilakukan pada waktu hujan atau hujan angin

55
(storm) kecuali pengelasan dengan cara "pengelasan di dalam air".
Pekerjaan las dalam keadaan cuaca buruk dapat dilakukan dengan
persetujuan Direksi/Engineer/Pengawas, jika telah diambil langkah-langkah
pengamanan terhadap pengaruh cuaca buruk.
3.3 Penyelesaian Permukaan
Bagian yang telah selesai dilas harus bersih dari goresan-goresan, lekukan-
lekukan, sisa-sisa bahan las dan cacat-cacat Iain yang ada selama
pelaksanaan.
Setiap pekerjaan perbaikan harus dilakukan pada tanah yang rata bersih,
baik. Pekerjaan perbaikan las tidak boleh lebih pendek dari 5 cm termasuk
random arc strikes.
Semua pengelasan harus mencapai sudut-sudut dari bagian-bagian yang
dilas.
Jika menurut pandangan Direksi/ Engineer/ Pengawas bagian-bagian yang
dilas mempunyai kesalahan-kesalahan geometrik yang akan menimbulkan
penumpukan tegangan atau "notch effect" karena tidak tepatnya letak las,
Kontraktor harus memperbaikinya dengan mengikir.
Perbaikan dengan cara mengulangi las diatasnya, tidak diijnkan. Jika untuk
memperbaiki kesalahan tersebut diatas dianggap perlu menambah las,maka
pelaksanaannya harus mendapat persetujuan Direksi/ Engineer/
Pengawas.
3.4 Pemeriksaan pekerjaan las
Pekerjaan las harus diperiksa atau disaksikan oleh
Direksi/Engineer/Pengawas atau wakil yang ditunjuknya sesuai dengan
persyaratan dalam JIS Z 3146 dan harus mencakup tapi tidak terbatas hanya
pada pemeriksaan visual, test ultrasonic dan tes radiografik.
Pengawasan visual harus tetap dilakukan meskipun pemeriksaan
pemeriksaan Iain dijalankan juga. Pemeriksaan visual mencakup
pengecekan pemasangan sambungan yang dilas, apakah sudah lurus dan
mengikuti persyaratan pekerjaan las mengenai sudut-sudut lekukan,
permukaan- permukaan bagian yang dilas dan bagian-bagian yang terbuka.

56
Direksi/Engineer/Pengawas dapat memerin-tahkan setiap sambungan las
untuk diperiksa dan ditest dengan cara radiografik atau ultrasonic yang
disetujui, jika test seperti tersebut diatas dianggap perlu olehnya. Dalam hal
ini, Kontraktor harus mempersiapkan segala sesuatunya agar test bisa
dilaksanakan.

Pasal 5 : Pekerjaan Fender


A. Spesifikasi Fender
Rubber Fender yang di pergunakan adalah jenis Rubber Fender (fender karet)
setara dengan type V Fender dengan ukuran H 800, L 2000 dan merupakan hasil
produksi dari pabrik yang telah di kenal dan relatif telah banyak digunakan pada
dermaga-dermaga besar. Sertifikat dari hasil pengujian produksi dari pabrik
tersebut harus ikut disertakan dan telah mendapat persetujuan dari Pemberi
Tugas dan atau Konsultan Pengawas.
1. Type dan Ukuran
Type Fender adalah Type V H 800, L 2000 terdapat pada gambar rencana.
2. Persyaratan Material
Persyaratan material harus sesuai dengan uji material Tensile Stenght
Elongation at break Hardness Tear Strenght After Aging Tensile Strenght
Elongation at break Hardness.

3. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis fender adalah seperti diuraikan dibawah ini :
- Energy absorption / m1 = 50,4 ton.
- Reaksi maksimum / m = 172 ton.
- Sudut rapat kapal = 10°
- Defleksi maksimum = 52,5% / m1.
B. Baut Mutu Tinggi Untuk Angkur
Baut angkur dan kelengkapannya harus sesuai dengan standar di bawah ini :
- Baut mutu tinggi (untuk angkur) : JIS G3101 kelas 2 – SS 41.
- Mur : JIS G3101 kelas 2 – ss 41.
- Ring : JIS B1256.

57
- Pelat Angkur : JIS G3101 kelas 2 – SS 41.

Untuk baut-baut khusus, pemasangan alat, atau material harus menggunakan


standar dan rekomendasi dari pabrik.

Pasal 6 : Pekerjaan Bollard


Jenis/type Bollard yang dipakai adalah type yang tercantum dalam gambar.
Bollard harus terbuat dari baja cor “cast steel” kualitas kelas 3-SC 46, menurut JIS G
5101. Bollard harus dipasok oleh pabrik yang disetujui oleh Pemberi Tugas dan atau
Konsultan Pengawas.
Bollard harus mampu menahan beban kerja sesuai dengan gambar rencana dan RAB.
Jarak antara Bollard ditunjukkan pada gambar rencana. Dimensi dan bentuk Bollard
adalah seperti yang tertera dalam gambar rencana.
Akan tetapi Kontraktor Pelaksana dapat menyampaikan detai standar design pabrik
lain kepada Pemberi Tugas dan atau Konsultan Pengawas untuk mendapat
persetujuannya, sebelum melakukan pemesanan.
Baut angker dan kelengkapannya harus sesuai dengan standar dibawah ini :

- Baut Mutu Tinggi (untuk angker).


- Mur Kelas 2-SS 41 (JIS G 3101).
- Ring JIS B 1256.
- Pelat angker Kelas 2-SS 41 (JIS G 3101).

Pasal 7 : Pekerjaan Revetment dan Filter Cloth


7.1 Pekerjaan Revetment
7.1.1 Metode Pelaksanaan Konstruksi
Tahapan Pelaksanaan Pembangunan Revetment.
• Pemasangan lapisan ini ditempatkan pada posisi dengan bentuk dan elevasi
seperti tergambar. Kontraktor harus menjaga agar tidak terjadi pemisahan
ukuran, sehingga timbunan mempunyai gradasi yang merata. Kontraktor
harus menunjukkan metode penimbunannya untuk disetujui oleh pengawas
pekerjaan. Semua usaha ini harus dimasukkan dalam menghitung harga
satuan.
58
• Batu dipasang serapat mungkin secara random/acak sampai ketebalan yang
direncanakan.
7.1.2 Peralatan
Untuk Pekerjaan Pembangunan Talud, kontraktor minimal harus
menyediakan alat Excavator dan Dump Truck Pengangkut.
7.1.3 Pengangkutan Material Revetment
1. Pengangkutan melalui darat menggunakan Dump truk dengan
maksimum kapasitas muatan sesuai dengan kemampuan jalan dan jembatan
yang akan dilaluinya atau sesuai dengan kapasitas yang diijinkan.
2. Untuk itu kontraktor harus menyediakan peralatan ukur di lapangan
lengkap dengan timbangan dan peralatan lainnya yang diperlukan.
3. Hasil pengujian ini harus sudah diterima oleh Direksi dalam waktu tidak
terlalu lama setelah material tersebut tiba di lokasi.
4. Semua biaya pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor, dan
harus sudah tercakup dan dimasukkan dalam penawaran kontraktor.
5. Kontraktor harus selalu menjaga dan melindungi timbunan yang telah
dilaksanakan dari segala pengaruh yang merusak mutu timbunan, kontraktor
harus selalu menjaga dan melindungi timbunan terhadap terjadinya
kelongsoran lokal.
6. Apabila terjadi kelongsoran, maka kontraktor harus memperbaikinya
dalam waktu 24 jam setelah dipenntahkan oleh Direksi, semua biaya
perbaikan menjadi tanggungan kontraktor.
7.2 Pemeriksaan Profil
Pemeriksaan profil, level, dimensi dan kemiringan tiap lapisan diperiksa dengan
cara visual, yaitu dengan waterpass dan theodolith / Total station dengan
metode pemeriksaan yang harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas
Pekerjaan.
7.3 Batu Kosong
Pemeriksaan profil, level, dimensi dan kemiringan tiap lapisan diperiksa dengan
cara visual, yaitu dengan waterpass dan theodolith / Total station dengan
metode pemeriksaan yang harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas

59
Pekerjaan.
7.3.1 Pekerjaan Batu Kosong yang diuraikan disini meliputi : pengadaan dan
pemasangan batu tanpa adukan atau tanpa spesi pada Pekerjaan Revetment.
Material batu kosong merupakan material batu lokal yang diperoleh dari
pertambangan di sekitar lokasi pekerjaan.
7.3.2 Batu kosong tersebut harus terpasang kokoh dengan rongga yang minimum
serta terikat atau terkunci guna menghindari keruntuhan atau kelongsoran
yang mungkin terjadi. Untuk pemasangan batu kosong ini (Talud Permanen)
harus menggunakan peralatan utama berupa Excavator, namun untuk perapian
atau finishing pemasangan tetap harus menggunakan tenaga pekerja
7.3.3 Kemiringan pemasangan batu harus diperhatikan sesuai ketentuan yang telah
ditetapkan serta disyaratkan menggunakan pasangan bouwplank kayu serta
profil pembentuk pada sepanjang sisi kanan dan kiri Talud yang akan dipasang
serta menggunakan garis Bantu berupa benang antar bouwplank atau profil
pembentuk yang telah dipasang.
7.3.4 Mengingat pekerjaan reklamasi merupakan pekerjaan utama dengan volume
yang besar, maka suplier material yang digunakan oleh penyedia diharuskan
memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi batu kosong yang
kewenangannya dikeluarkan oleh instansi yang berwenang namun tidak
dikompetisikan, dan disampaikan pada saat Rapat Penandatanganan Kontrak.
7.4 Pekerjaan Filter Cloth
7.4.1 Pekerjaan filter cloth yang diuraikan adalah meliputi pengadaan dan
pemasangan lapisan yang berfungsi sebagai penahan erosi tanah akibat ombak
atau gelombang serta pasang surut laut yang terjadi pada Pekerjaan
Revetment / Pasangan Batu kosong.
7.4.2 Pemasangan Filter Cloth tidak menimbulkan dampak terhadap keadaan tanah
pada lingkungan disekitarnya sebagai asam, basa atau alkalin, bakteri serta
bersifat stabil terhadap pengaruh sinar Ultra Violet (UV}.
7.4.3 Berukuran panjang = 175,00 — 225,00 m' dan lebar = 4,00 m’ dengan luas per
rol adalah 700,00 — 900,00 m2.

60
7.4.4 Pemasangan lembar filter Cloth dilakukan pada arah memanjang pada seluruh
permukaan antara timbunan tanah pilihan dengan ketentuan :
a. Pada bagian sambungan antar filter cloth, pemasangan overlaping
minimum adalah 20,00 cm'.
b. Pada bagian ujung bawah yang tertimbun tanah pilihan dan bagian ujung
atas yang dijepit dengan pasangan batu talud sebagai penguat tempat
timbunan dengan kelebihan jarak jepit minimum yang harus tersedia pada
bagian dalam dan bagian luar adalah berjarak sama yaitu minimum selebar=
1.00 m'
C. Sambungan antara filter Cloth harus dilakukan dengan cara menjahit
menggunakan benang nylon dengan petunjuk dan persetujuan
Direksi/Engineer
7.4.5 Pekerjaan Filter Cloth berurutan dengan Pekerjaan Cerucuk Bambu dan Sesek
Gedek sebagai penopang Filter Cloth sebelum di isi dengan material timbunan
pilihan.
Pasal 8 : Pekerjaan Timbunan Base Course dan Jalan Rigid
Beton
8.1 Timbunan Dan Pemadatan
a. Pekerjaan Meliputi
• Persiapan ditempat — tempat yang ditimbun.
• Pemadatan, derajat kepadatan yang disyaratkan adalah 98 % dari
kepadatan maksimum (maximum dry density) yang diperoleh berdasarkan
prosedur percobaan pemadatan menurut AASHTO T.99
b. Bahan — bahan
Bahan urugan harus dipadatkan sampai tercapai nilai CBR minimal yang
disyaratkan yaitu minimal 6 % untuk urugan tanah dan 60 % untuk agregrat
kelas B menurut SNI 03-1744-1989. Jika Nilai CBR ini tidak tercapai,bahan
harus dibuang dan diganti dengan bahan yang baik, lalu dipadatkan kembali
sampai tercapai hasil nilai CBR yang memenuhi persyaratan.

61
c. Uraian
• Syarat — syarat pemadatan lapisan didaerah yang harus dipadatkan adalah
sebagai berikut :
- Semua timbunan harus mempunyai nilai kepadatan 95 % dan 50 cm padat
pada bagian timbunan teratas harus mempunyai nilai kepadatan 98 % dari
kepadatan maksimum pada optimum Moisture Content. Kepadatan
maksimum harus ditentukan berdasarkan AASHTO.T.99
- Sebelum dipadatkan, didalamnya suatu lapisan yang akan dipadatkan
tidak boleh lebih dari 30 cm.
- Setiap lapisan lepas harus dipadatkan dengan roller dan/atau
“sheepfootroller’ yang type dan ukurannya telah disetujui oleh Direksi /
konsultan pengawas.
- Pemadatan/penggilasan harus dimulai dari tepi timbunan dengan arah
longitudinal, kemudian menggeser kearah sebelah dalam (ketengah jalur
jalan).
- Tiap — tiap lajur dengan arah longitudinal harus digilas secara
“overlapping” paling sedikit setengah lebar unit penggilas itu.
- Seluruh detail setiap lapisan harus dipadatkan sekian kali (passes) sesuai
petunjuk Direksi / konsultan pengawas, jumlah lintasan (passes) tidak
boleh kurang dari 20 kali untuk pneuematic tired rolle7 seberat 12 ton.
- Lapisan terakhir harus diselesaikan dalam keadaan rata/halus sampai
pada lapisan dengan kerataan yang diinginkan. Lereng — lereng urukan
harus dibuat serapih mungkin dan tidak longsor.
• Pemeliharaan terhadap bagian pekerjaan yang telah selesai
Bagian yang telah selesai harus dijaga terhadap kemungkinan retak — retak
akibat pengeringan yang cepat atau akibat “traffic”, kendaraan proyek atau
hal — hal lain yang menyebabkan rusak, terganggu strukturnya. Kerusakan
itu harus diperbaiki oleh pemborong tanpa adanya tambahan biaya.
• Test / pengujian.
Test akan dilakukan baik di laboratium maupun dilapangan, untuk
mengetahui kepadatan maksimum, derajat kepadatan lapangan, nilai CBR

62
lapangan dan lain — lain yang dianggap perlu pada lapisan ini, pembiayaan
test — test ini menjadi tanggungan pemborong.

8.2 Material Bahan Urugan


a. Sumber Material Quarry
Bahan material harus dipilih dari sumber material yang mungkin dapat
digunakan atau telah pernah diidentifikasikan dan diberikan dalam Dokumen
Kontrak. Tetapi ini hanya merupakan bahan informasi saja untuk kontrak.
Bahan material tidak boleh menggunakan material hasil kerukan.
Adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor untuk mengidentifikasi ulang dan
memeriksa kembali apakah bahan tersebut cocok untuk dapat digunakan
dalam pelaksanaan penanganan pekerjaan.
Quarry yang akan dipergunakan harus mempunyai Surat Ijin Usaha
Penambangan Resmi yang dikeluarkan oleh Pemerintah.
b. Sifat-sifat bahan
Sifat- sifat agregrat kelas B dinyatakan seperti tabel di bawah ini.
Sifat-sifat Kelas B
0 – 40%
Abrasi (SNI 03-2417-1990)
0 – 10
Indek Plastisitas (SNI 03-1966-1990)
-
Hasil kali Indek Plastisitas dgn % Lolos
saringan No.200
0 – 35
Batas Cair (SNI 03-1967-1990)
0 – 5%
Bagian yang Lunak (SNI M-01-1994-03)
Min. 60%
CBR (SNI 03-1744-1989)

Agregat kelas B terdiri dari campuran kerikil dan kerikil pecah atau batu
pecah dengan berat jenis yang seragam dengan pasir, lanau atau lempung
dengan persyaratan eperti dibawah ini.

63
Ukuran saringan Persen berat yang lolos
Kelas B
100
2”
88 – 95
1 ½”
70 -85
1”
30 - 65
3/8”
25 – 55
No. 4
15 – 40
No. 10
8 - 20
No. 40
2-8
No. 200

c. Pelaksanaan
• Perlengkapan : semua perlengkapan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan ini harus dalam keadaan siap/tersedia utuk bekerja dan telah
disetujui oleh Direksi / Konsultan pengawas sebelum pelaksanaan itu
dimulai.
• Permukaan sub base harus bersih dari debu, lempung atau bahan —
bahan yang merugikan, sebelum bahan base course
ditempatkan/dihamparkan.
• Pencampuarn penempatan dan penghamparan
- Kecuali cara penempatan lapisan base course harus dilaksanakan
berlapis yang tebalnya setiap lapis setelah dipadatkan tidak boleh
kurang dari 6 cm atau dari 12 cm. gradasi agregat yang sudah ditebarkan
harus seragam dan tidak mengandung pecahan — pecahan atau unsur
— unsure yang halus ataupun kasar pada suatu tempat.
- Agregat yang dimaksudkan tidak boleh ditebarkan melebihi 1500 meter
sebelum digilas kecuali jika diperkenankan ole Direksi/Konsultan
pengawas.
• Penyesuaian pemadatan

64
- Konstruksi base course dikerjakan berlapis — lapis tiap lapis maksimum
12 cm tebal padat sesudah dipasang dan digilas. Nilai CBR minimum
lapisan base course ini harus 60 %.
- Untuk pemadatan digunakan “smooth wheel rollers” dengan berat 8 — 12
ton, pemadatan dilaksanakan sedemikian sehingga tercapai struktur yang
homogen dan jika perlu penambahan air yang secukupnya sesuai denean
kebutuhan sehinggea dapat tercapai pemadatan yang optimal.
- Penggilas harus berlangsung dari tepi ke tengah. Penggilas dari jalur
kejalur harus over lapping seperti penggilas lapisan sub base. Apabila
penggilas itu menghasilkan ketidakrataan melebihi 10 mm, jika diuji
dengan tongkat lurus panjang 3 meter, maka permukaan yang tidak rata
harus dibongkar, kemudian ditimbbun kembali dengan bahan yang sama
yang dipakai untuk mebuat lapisan itu, laludigilas sampai kepadatan yang
disyaratkan, perbaikan dan penggantian tersebut atas beban biaya
pemborong.
- Sepanjang tempat yang tidak dapat dimasuki mesin gilas bahan base
course ditumbuk langsung dengan alat — alat tumbuk mekanis
(mechanical tampers/compactors).
d. Pemeliharaan
• Setelah lapisan agregat base selesai, pemborong harus melaksanakan
semua pekerjaan pemeliharaan yang dperlukan untuk menjaga lapisan
agregat base tetap dalam keadaan baik dan memuaskan untuk priming.
• Setelah dalam keadaan priming harus dijaga agar tetap bersih dan bebas
dari bahan — bahan yang tidak diinginkan.
• Lapisan agragat base course harus dalam keadaan kering untuk setiap
saat.
• Apabila pembersihan agregat dianggap perlu, maka pekerjaaan yang
bersifat memulihkan harus diadakan atas biaya pemborong sendiri.
8.3 Jalan Rigid Beton
Pekerjaan jalan rigid beton dilaksanakan di area pekerjaan cause way,
ketentuan dimensi dan mutu beton adalah sebagai berikut :

65
1. Lapisan diantara Beton dan Base Course menggunakan lantai kerja beton
dengan mutu K-175 ketebalan 7 cm.
2. Beton harus dibuat dari campuran semen, agregrat dan air dalam suatu
perbandingan yang tepat sehingga didapat kekuatan tekan karasteristik K-
350, Tbk 350 kg/cm2 untuk rigid pavement dengan ketebalan 30 cm. untuk
pelat beton dengan kekuatan tekan karakteristik K-350. Water Cement
Rasio maksimum 0,44 dalam berat
3. Setiap modul pengecoran diisi dengan joint sealent aspal

Pasal 9 : Pekerjaan Timbunan Base Course dan Paving Block

9.1 Pekerjaan Paving Block


- Pekerjaan paving block ini meliputi seluruh pekerjaan paving block seperti
yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
- Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat- alat bantu lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini
sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
- Pekerjaan ini termasuk pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan “sub grade”
dan lantai kerja sesuai dengan seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan
dalam gambar.
- Kemiringan lantai dibuat ke arah pembuangan air seperti yang ditunjukkan
dalam gambar
Persyaratan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan
1. Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan.
2. Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan di atas, tetapi
dibutuhkan untuk penyelesaian/ penggantian dalam pekerjaan ini, harus
baru, kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Konsultan Pengawas
/ Pemberi Tugas.
3. Untuk pasangan paving blok yang langsung di atas tanah, maka lapisan
pasir urug sub grade dan lantai kerja di bawahnya harus sudah dikerjakan
66
dengan sempurna (telah dipadatkan sesuai persyaratan) dan memiliki
kemiringan permukaan 2,5 % dan telah mempunyai daya dukung maksimal
sesuai yang ditujukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas / Pemberi Tugas.
4. Pekerjaan-pekerjaan di bawah tanah, lubang service dan lainnya harus
dikerjakan dan diselesaikan sebelum pekerjaan paving blok dilaksanakan.
5. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing
dari pola paving block untuk disetujui Konsultan Pengawas / Pemberi
Tugas.
6. Jarak antara unit-unit pemasangan paving block yang terpasang (lebar siar-
siar), harus sama lebar maksimum 5 mm, atau sesuai detail gambar serta
petunjuk Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas, yang membentuk garis-
garis sejajar dan lurus yang sama lebarnya, untuk siar-siar yang
berpotongan harus membentuk sudut siku dan saling berpotongan tegak
lurus sesamanya.
7. Pertemuan unit paving block dengan curb, trotoir harus menggunakan key
block dan pemotongan harus menggunakan alat pemotong khusus sesuai
persyaratan dari pabrik yang bersangkutan.
8. Areal pemasangan paving block harus dipadatkan dengan plate vibrator
ukuran plate 0,3 - 0,5 m2 dan mempunyai tekanan sentrifugal 1,6 – 2,0 ton.
Pemadatan dilakukan 3 kali sebelum siar-siar di isi pasir, setelah itu
dipadatkan dan diratakan beberapa kali dengan roller 3 ton.
9. Area paving block tidak boleh digunakan sebelum seluruh area selesai dan
terkunci.
10. Untuk setiap paving block, toleransi deviasi tidak lebih dari 6 mm dan
perbedaaan ketinggian
11. setiap blok tidak lebih dari 2 mm.
12. Seluruh pekerjaan paving block harus bebas dari kotoran semen maupun oli.
13. Selama pemasangan dan setidaknya 3 hari setelah selesainya pekerjaan,
seluruh area paving block harus tertutup dari lalu lintas dan pekerjaan
lainnya.

67
9.2 Pekerjaan Kanstin
1. Keterangan Umum
Pekerjaan Kanstin Beton pada batas antara trotoir dengan jalan harus
dilaksanakan oleh Kontraktor sesuai dengan ketentuan yang tercantum
pada pasal ini.
2. Kontrol dan Batasan
Kanstin beton harus dilaksanakan oleh Kontraktor dengan mengikuti semua
ketentuan yang tercantum pada PBI 1971, RKS ini dan semua perintah dan
petunjuk yang disampaikan oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi
selama pekerjaan berlangsung.
3. Penyelenggaraan Pekerjaan
- Kanstin beton harus dilaksanakan dengan menggunakan cetakan yang
terbuat dari besi atau kayu bayan, untuk memperoleh hasil cetakan yang
bermutu baik. Cetakan harus dibuat/dirakit rapih, sehingga akan
diperoleh mutu kanstin yang lurus, rata dan tidak keropos. Gambar dari
rencana cetakan kanstin ini harus diajukan kepada Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi untuk disetujui.
- Dalam gambar tersebut tercantum keterangan lengkap tentang ukuran
cetakan, bahan, detail cetakan dan cara perakitannya dilapangan.
- Pencampurannya harus dilaksanakan secara mekanis untuk
memperoleh mutu yang homogen. Pengecorannya harus dilaksanakan
pada tempat yang khusus, dengan faktor kebersihan yang selalu dapat
dijaga dan tempat tersebut harus sedemikian rupa sehingga memudah-
kan pekerjaan.
- Pemasangan di tempat hanya diperkenankan setelah beton kanstinnya
cukup keras dan atas persetujuan Direksi/Konsultan Manajemen
Konstruksi. Nat antar kanstin sedemikian rupa agar tidak lebih dari 0,5
cm dan lurus.

68
- Pasal 10 : Pekerjaan Revitalisasi Terminal Penumpang

10.1 Pekerjaan Dinding


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantunya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan
pasangan dinding bata ringan dan acp dan lain-lain sesuai gambar detail
dan petunjuk Pengawas.
2. Bahan-bahan
Bata ringan yang dipakai merupakan hasil dari pabrikan dengan ukuran 60
cm x 20 cm x 10 cm. Mempunyai sudut yang siku dan dimensi yang bagus
sesuai ukuran yag ditetapkan.
Dinding ACP menggunakan bahan Alumunium Composite Panel 5 mm PVDF
dengan rangka hollow 50 mm x 50 mm tebal 1,4 mm.
3. Pelaksanaan
a. Dalam pelaksanaan pemasangan bata ringan hatus memperhatikan hal

antara lain :
- Sebelum dipasang bata ringan derendam beberapa saat untuk mencegah
pengerasan pasta perekat terlalu cepat mengering.
- Buat pasta untuk perekat bata ringan dari campuran air dengan semen
instan. Rasio campuran adalah 9,5-10,5 liter air untuk 40 kg semen
instan. Gunakan air bersih agar daya rekat semen instan dapat
maksimal.
- Siapkan perekat dengan ketebalan 3 mm pada tiang kolom serta 10-20
mm untuk bagian alas bata ringan. Pasang mulai dari sudut dinding.
Gunakan palu untuk meratakan pemasangan dengan cara mengetok-
ngetok bata ringan.
- Gunakan perekat setebal 3 mm antar pasangan bata. Pastikan pasangan
bata terpasang dengan rapi dan rata. Gunakan waterpass untuk
memastikan kerataan pasangan bata.
Selanjutnya adalah pekerjaan Plester dan Acian pada Dinding Bata Ringan.

69
Sebelum dilaksanakan plester dan acian harus memperhatikan beberapa
hal antara lain :
- Sebelum diplester, dinding bata ringan dibersihkan terlebih dahulu.
Caranya bisa dengan disiram atau diperciki air secukupnya.
- Pasta untuk plesteran dibuat dengan campuran air dan semen instan
dengan rasio 6-6,5 liter air untuk 40 kg semen. Ketebalan yang
disarankan adalah 10 mm.
- Selanjutnya, memasang papan pembatas bidang kerja pada tepi dinding.
Lajur dipasang setiap ±1 meter dengan ketebalan sekitar 10 mm (sesuai
ketebalan plesteran).
- Untuk dinding terpapar matahari, gunakan pelindung atau terpal untuk
melindungi dinding dari sinar matahari agar tidak mengering terlalu
cepat.
- Diamkan plesteran selama 2-3 minggu ketika penyusutan telah berhenti.
Hak ini harus dilakukan untuk mengurang potensi timbulnya retak
rambut pada dinding akibat penyusutan pada material plesteran.
- Pasta untuk acian dibuat dengan campuran semen instan dan air dengan
rasio 13,5-14,5 liter air untuk 40 kg semen instan.
- Ketebalan acian yang disyaratkan adalah 3 mm.
b. Pekerjaan Aluminium Compposite Panel

- Komponen Bahan
1) Bracket/angkur dari materials besi fin galvanish atau material
alumunium ekstrussion
2) Rangka vertikal dan horizontal dari material alumunium ekstrussion
3) Rangka tepi panel alumunium composite da reinforce dari alumunium
ekstrussion
4) Infill dari alumunium ekstrussion finish powder coating warna
ditentukan kemudian
5) Sealant (antara panel alumunium dengan komponen lain)
- Persyaratan bahan
1) Bahan : Alumunium Composite

70
2) Tebal : 5 mm terdiri dari 0,5 mm Aluminium, 4 mm Polyetylene
dan 0,5 mm alumunium
3) Berat : 5-6 Kg / 5 mm
4) Bending strengh : 45-50 Kg / 5 mm
5) Heat Deformation : 200 C
6) Sound insulation : 24-29 dB
7) Finished : Flourocarbond factory finished / PVdf Coating
8) Bahan composite panel harus dalam keadaan rata, warna akan
ditentukan kemudian.
9) Contoh-contoh harus diserahkan kontraktor kepada direksi lapangan
untuk mendapatkan persetujuan pemberi tugas.
10) Toleransi dimensi mill finish :
Stove dipernish : + 0,2 mm Dianode : 0.4 / + 0,2 mm
Lebar : - 0/+ 4 mm Panjang s/d 4 meter : - 0/+ 6 mm
- Syarat-syarat Pelaksanaan
1) Pemasangan dilakukan oleh tenaga ahli yang khusus dalam
pekerjaan ini dengan menunjukkan surat keterangan referensi
pekerjaan-pekerjaan yang pernah dilakukan kepada direksi lapangan
untuk mendapatkan persetujuan.
2) Alumunium composite panel yang digunakan untuk seluruh proyek
harus satu macam saja.
3) Pelaksanaan pemasangan harus lengkap dengan peralatan bantu
untuk mempermudah serta mempercepat pemasangan dengan hasdil
pemasangan akurat, teliti dan tepat pada posisinya.
4) Rangka-rangaka pemegang transom dan mullion harus dipersiapkan
dengan teliti , tegak lurus dan tepat pada posisinya.
5) Metode pemasangan antara lain : 1). Dijepit diantara bagian-bagian
sungkup puncak ganda. 2). Panel-panel baki menggantung pada pin-
pin dan dipasang dengan sekrup. 3). Dinding pelapis yang dijadikan
satu unit, sistem ikatan pinggir.
6) Frekuensi pembersihan dan perawatan serta pemilihan bahan

71
pembersih yang cocok sangat bergantung pada lokasi gedung dan
kondisi permukaan. Pembersihan dapat dilaksanakan denagn air dan
spons atau sikat lembut. Apa bila pengotoran lebih berat bisa
ditambahkan deterjen netral.
7) Setelah pemasangan dilakukan penutupan celah antara panel dengan
bahan caulking dan sealant hingga rapat dan tidak bocor sesuai
dengan uraian bab sealant dalam persyaratan ini.
8) Kontraktor harus melindungi pekerjaan yang telah selesai dari hal-hal
yang dapat menimbulkan kerusakan. Bila hal ini terjadi kontraktor
harus memperbaiki tanpa biaya tambahan.
9) Hasil pemasangan pekerjaan aluminium composite panel harus
merupakn hasil pekerjaan yang rapi dan tidak bergelombang.
10) Kontraktor harus dapat menyertakan jaminan mutu selama 10 tahun
terhadap sinar matahari dan pabrik pembuatnya berupa serifikat
jaminan.
10.2 Pekerjaan Lantai
Pada pekerjaan Lantai menggunakan material penutup dari garanit, keramik
dan vynil.
a. Persyaratan bahan yang digunakan adalah :
1. Lantai ruang utama :
- Jenis : Granit
- Ukuran : 60 x 60 cm
- Kwalitas : Kw I
- Warna : Sesuai desain atau ditentukan kemudian atas persetujuan
direksi.
2. Area Kamar Mandi dan Toilet
- Jenis : Keramik
- Ukuran : 30 x 30 cm dan 25 x 25 cm
- Kwalitas : Kw I
- Warna : Sesuai desain atau ditentukan kemudian atas persetujuan
direksi.

72
3. Ruang Tunggu
- Jenis : Vynil
- Ukuran : 30 x 30 cm atau 10 x 30 cm
- Kwalitas : Kw I
- Warna : Sesuai desain atau ditentukan kemudian atas persetujuan
direksi.
b. Contoh-contoh
1. Sebelum diadakan pemasangan Pelaksana harus memberikan contoh

bahan-bahan yang akan digunakan untuk disetujui Pengawas.


2. Contoh bahan yang telah disetujui akan digunakan sebagai
pedoman/standart bagi Pengawas untuk menerima atau memeriksa bahan
yang dikirim oleh Pelaksana ke lapangan.
c. Pelaksanaan
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkankan membuat shop
drawing pola keramik yang akan dipasang.
2. Granit, keramik dan vynil yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan
baik, warna, motif tiap penutup lantai harus sama tidak boleh retak, gompal
atau cacat lainnya.
3. Lebar celah lantai granit maksimal 2 mm, Keramik maksimal 4 mm dan vynil
harus rapat. Pengisi celah/naad/siar diberi warna dengan warna sesuai
keramik yang dipasang atau warna lain atas persetujuan Pengawas.
4. Pola pemasangan Granit, Keramik dan vynil harus sesuai dengan gambar
detail atau sesuai petunjuk Pengawas.
5. Pemotongan granit, keramik dan vynil harus menggunakan alat pemotong
khusus sesuai petunjuk produsen pembuat.
6. Granit, keramik dan vynil yang sudah terpasang harus dibersihkan dari
segala macam noda yang melekat sehingga benar-benar bersih (warna
granit, keramik dan vynil tidak kusam/buram).
7. Adukan pengikat untuk pemasangan Keramik pada lantai menggunakan-
ampuran 1 Pc : 4 Ps sedangkan untuk daerah basah (toilet dan kamar
mandi) adukan pengikat dengan campuran 1 Pc: 2 Ps.

73
8. Lebar siar-siar harus sama dengan kedalaman maksimal 3 mm mem"entuk
garis lurus atau sesuai dengan gambar atau petunjuk Pengawas. Siar-siar
harus diisi bahan pengisi berwarna (grout semen berwarna) yang sesuai
dengan warna lantai).

9. Sebelum granit, keramik dipasang, terlebih dahulu harus direndam dalam air
sampai jenuh.

10. Granit dan keramik yang telah terpasang harus dihindarkan dari sentuhan
beban selama 3x24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat
pekerjaan lain.

11. Hasil pemasangan keramik, granit dan vynil lantai harus merupakan bidang
permukaan yang benar-benar rata, tidak bergelombang dengan
memperhatikan kemiringan didaerah basah dan teras.

12. Keramik plint harus terpasang siku terhadap lantai, dengan memperhatikan
siar-siarnya bertemu siku dengan siar lantai dan dengan ketebalan siar yang
sama pula.
10.3 Pekerjaan Tangga Akses Penumpang (Garbarata)
Pada pekerjaan Tangga Akses Penumpang (Garbarata) meliputi pekerjaan
rangka utama dan rangka tangga sesuai dengan gambar kerja.
a. Pekerjaan Rangka Tangga Akses Penumpang.
1. Pada rangka utama Tangga Akses menggunakan Pipa Hitam 3” tebal
3,8 mm, Pipa Hitam 2” tebal 2,8 mm dan Besi Siku 100x100x10 mm
dengan standar SNI.
2. Untuk rangka tangga menggunakan Besi Siku 50X50X5 mm, Besi Plat
tebal 9 mm untuk plat tangga dan plat ram Tangga Akses Penumpang
dengan standar SNI.
3. Untuk pengakuh perkuatan rangka tangga, menggunakan Besi Plat
tebal 12 mm dengan standar SNI.
b. Pekerjaan Atap Tangga Akses Penumpang.
Pada pekerjaan Atap Tangga Akses menggunakan Atap awning / Kain
Polyester Lapis Karet dengan standar SNI.
74
c. Pekerjaan Pengecatan Tangga Akses Penumpang.
Pada pekerjaan pengecatan Tangga Akses Penumpang menggunakan Cat
Besi anti karat sesuai dengan standar SNI.
d. Pengatur ketinggian lantai ramp tangga yang terhubung ke dek kapal
menggunakan Handwinch manual kapasitas 2000 kg dengan system
pengereman auto brake serta menggunakan seling (wire rope) galvanis
diameter 8 mm.

10.4 Pekerjaan Air Bersih


Pada pekerjaan air bersih meliputi pekerjaan instalasi pompa utama dan
pompa pendorong, pengadaan profil tank stainlees 2500 liter dan instalasi pipa
hdpe.
4. Pompa utama menggunakan grudfos type cm 3-12 aqq 3 phase (motor size
1.30 KW / MG90SA, voltage 240V 1Ph 50 Hz, maximal flow 4.3 m3/jam,
material stainlees steel) atau setara.
5. Pompa pendorong menggunakan Grundfos cmb 5-28 1 phase ( daya 900
watt, daya dorong 19 m (rata-rata), debit air 5 m3/jam (rata-rata), inlet 1 ¼
inch, outlet 1 inch, system otomatis) atau setara.
6. Tandon air menggunakan profil tank stainlees steel beserta dudukanya
dengan spesifikasi:
- Volume : 2500 liter
- Tinggi : 1,78 m
- Diameter tutup : 42 cm
- Diameter Tangki : 1,43 m
- Luas area : 1,56 x 1,56 m
- Outlet : 1 ½ inch
7. Instalasi Pipa HDPE. Instalasi air bersih dalam pekerjaan ini menggunakan
pipa HDPE pn 12. Dalam proses penyambungan pipa ada 3 sistem yang
biasa digunakan yaitu:
a. Mechanical joint, direkomendasikan hanya untuk penyambungan pipa
dengan diameter 20 mm s/d 63 mm.

75
b. Butt Fusion, untuk diameter yang lebih besar dari 63 mm
c. Electro Fusion, untuk penyambungan repairing

Pasal 11 : Persyaratan administrasi rapat persiapan penunjukan


penyedia dan persiapan penandatanganan kontrak
1. Rapat persiapan penunjukkan penyedia dilaksankan untuk melakukan
klarifikasi:
- Keberlakuan data isian kualifikasi;
- bukti sertifikat kompetensi personel manajerial;
- pembuktian sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada huruf b
dilaksanakan tanpa menghadirkan personel yang bersangkutan;
- perubahan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dikarenakan jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan sebelumnya akan melewati batas
tahun anggaran;
- melakukan sertifikasi bagi operator, teknisi atau analis yang belum
bersertifikat pada saat pelaksanaan pekerjaan; dan
- pelaksanaan alih pengalaman/keahlian bidang konstruksi melalui sistem
kerja praktik/magang, paling sedikit pembahasan terkait jumlah peserta,
durasi pelaksanaan, dan jenis keahlian.
2. Dalam hal Pemenang tidak memenuhi ketentuan, maka PPK melaksanakan
rapat persiapan penunjukan penyedia bersama pemenang cadangan 1 dan
Seterusnya sesuai SDP.
3. Pada rapat tersebut penyedia menunjukkan persyaratan yang tidak
dikompetisikan.
4. Jika penyedia telah memenuhi ketentuan, maka akan diterbitkan SPPBJ dan
selanjutnya dilaksanakan rapat persiapan penandatangan kontrak untuk
membahas:
- Dokumen Kontrak dan kelengkapan;
- Kelengkapan Rencana Keselamatan Konstruksi;
- Rencana penandatanganan Kontrak;
- Rencana pemberdayaan tenaga kerja praktik/magang (bila ada);

76
- Jaminan Uang Muka (ketentuan, bentuk, isi, waktu penyerahan);
- Jaminan Pelaksanaan (ketentuan, bentuk, isi, waktu penyerahan);
- Asuransi;
- Hal yang telah diklarifikasi dan dikonfirmasi pada saat evaluasi penawaran;
dan/atau
- Hal yang telah diklarifikasi dan dikonfirmasi pada saat rapat persiapan
penunjukan penyedia.
5. Pada rapat tersebut juga akan dibahas persyaratan yang terdapat dalam
dokumen spesifikasi teknis namun tidak dikompetisikan sebagai bukti bahwa
penyedia dapat melaksanakan pekerjaan utama sesuai metode pelaksanaan
yang disediakan.
6. Rapat Persiapan Penandatanganan Kontrak dinyatakan gagal oleh PPK, dalam
hal:
a. Penyedia tidak menyepakati dengan alasan yang objektif dan dapat diterima
oleh PPK, maka Penyedia tidak dikenakan sanksi apapun; dan
b. Penyedia tidak menyepakati dengan alasan yang tidak objektif dan tidak
dapat diterima oleh PPK, maka diberikan sanksi daftar hitam dan pencairan
jaminan penawaran.
Dalam hal Pemenang tidak memenuhi ketentuan, maka PPK melaksanakan rapat
persiapan kontrak bersama pemenang cadangan 1 dan Seterusnya sesuai SDP.

Pasal 12 : Pekerjaan Penyelesaian dan Pembersihan Akhir


1. Kontraktor wajib meneliti kembali pekerjaan yang telah diselesaikan serta
mengerjakan pembetulan-pembetulan kekurangan, perbaikan dan lain-lain yang
masih harus disempumakan.
2. Setelah selesainya seluruh pekerjaan, maka Kontraktor harus membersihkan
daerah kerja antara lain membongkar konstruksi-konstruksi penolong,
perlengkapan-perlengkapan pembantu, bahan-bahan bekas tak terpakai sampai
bersih seluruhnya dan memperbaiki jalan yang rusak diakibatkan kegiatan
pelaksanaan sesuai petunjuk Pengawas/Direksi/Engineer.

77
3. Sisa-sisa bahan bangunan, peralatan dan bangunan yang dibeli dengan biaya dari
proyek adalah menjadi milik Proyek / Pemberi Tugas.

D. PERSYARATAN PENYEDIA
Spesifikasi Kriteria Calon Penyedia Jasa
Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang diinginkan maka penyedia barang dan jasa
harus memenuhi spesifikasi sbb:
1. Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) yang masih berlaku;
2. Persyaratan Kualifikasi yang dikompetisikan adalah badan usaha yang memiliki
Surat Izin Usaha Klasifikasi Bidang Sipil, kode (SI001) dengan Subklasifikasi Jasa
Pelaksana Konstruksi Saluran Air, Pelabuhan, Dam, dan Prasarana Sumber Daya
Air Lainnya. Lingkup Pekerjaan Pelabuhan atau Dermaga Penyeberangan. Yang
memiliki Kualifikasi Non Kecil (Besar) dan;
3. Peserta harus memiliki pengalaman dengan kriteria Memiliki kualifikasi Non Kecil
(besar) dengan Kemampuan Dasar (KD) dengan Nilai KD sama dengan 3 x NPT
(Nilai Pengalaman Tertinggi) dalam 15 (lima belas) tahun terakhir, dengan
klasifikasi kode (SI001) subklasifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi Saluran Air,
Pelabuhan, Dam dan Prasarana Sumber Daya Air Lainnya dan lingkup pekerjaan
sejenis dalam hal ini Pelabuhan/Dermaga Penyeberangan.
4. Subklasifikasi Konstruksi Bangunan Pelabuhan Bukan Perikanan
• Kode Subklasifikasi : BS011
• Kelompok ini mencakup usaha pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran
dan/ atau pembangunan bangunan Pelabuhan bukan perikanan seperti
dermaga (jetty), trestle, sarana Pelabuhan, dan sejenisnya Pelabuhan bukan
perikanan. Termasuk konstruksi jalan air atau terusan, Pelabuhan dan saran
jalur sungai, dok (pangkalan), lock (panama canal lock, hoover dam) dan lain-
lain.
- Jenis usaha : Pekerjaan Konstruksi
- Sifat : Umum
- Tingkat risiko : Menengah Tinggi (MT)
5. Mempunyai TDP/NIB;

78
6. Melampirkan SITU/ Domisili Perusahaan.
7. Memiliki NPWP dan telah memenuhi kewajiban pelaporan perpajakan (SPT
Tahunan) Tahun Pajak 2020/2021.
8. Memiliki akta pendirian perusahaan dan akta perubahan perusahaan (apabila ada
perubahan).
9. Tidak masuk dalam Daftar Hitam, keikutsertaannya tidak menimbulkan
pertentangan kepentingan pihak yang terkait, tidak dalam pengawasan
pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau yang
bertindak untuk dan atas nama Badan Usaha tidak sedang dalam menjalani
sanksi pidana, dan pengurus/pegawai tidak berstatus Aparatur Sipil Negara,
kecuali yang bersangkutan mengambil cuti di luar tanggungan Negara;
10. Memiliki Peralatan untuk melaksanakan pekerjaan dengan kriteria sebagai
berikut:
Jumlah Kapasitas
No. Jenis Peralatan
(Unit) (Minimal)
1. Excavator 2 Unit ≥ 130 HP dengan Kapasitas
bucket ≥ 0.93 m3
2. Vibro Roller 1 Unit ≥ 10 ton
3. Water Tank 1 Unit ≥ 3000 kg
4. Set Tongkang Erection 1 Set Tongkang ≥ 170 ft
beserta kelengkapan Tug Boat ≥ 600 HP
Crane ≥ 50 ton
5. Dump Truck 3 Unit ≥ 26 Ton
6. Truck Mixer 1 Unit Kap ≥ 10.000 kg

Spesifikasi Kapasitas Alat dibuktikan dengan surat-surat kelengkapan yang


berlaku. Status kepemilikan alat baik sewa maupun milik sendiri harus dilampiri
dengan bukti kepemilikan yang sah sesuai dengan yang tercantum di dalam MDP.
11. Memiliki Personil Manajerial yang dikompetisikan untuk melaksanakan pekerjaan
dengan kriteria sebagai berikut:

Manager
Pelaksana/Proyek 79

Manajer Teknik Manajer Keuangan


No. Jabatan dalam pekerjaan Pengalaman Sertifikat
yang akan dilaksanakan Kerja Minimal Kompetensi Kerja
(tahun)
1. Manajer Pelaksana/Proyek 5 Tahun SKA Ahli Dermaga –
Utama

2. a. Manajer Teknik I 5 Tahun SKA Ahli Dermaga –


Utama

b. Manajer Teknik II 5 Tahun SKA Ahli Geoteknik


– Madya

3. Manajer Keuangan 5 Tahun -

4. Ahli K3 Konstruksi SKA Ahli K3 Konstruksi – Madya dengan


pengalaman 3 Tahun
atau
SKA Ahli K3 Konstruksi – Utama dengan
pengalaman 0 Tahun

Tugas dan tanggung jawab masing-masing personil, antara lain:


- Manajer Pelaksana/Proyek memiliki tugas dan bertanggung jawab untuk:
a) Memimpin perencanaan dan pelaksanaan proyek
b) Mendefinisikan ruang lingkup proyek, tujuan dan penyampaiannya
80
c) Menyusun dan mengkoordinasikan staf proyek
d) Mengelola anggaran dan alokasi sumber daya proyek
e) Perencanaan dan penjadwalan proyek
f) Memberikan arahan dan dukungan untuk tim proyek
g) Terus-menerus memantau dan melaporkan kemajuan proyek kepada
seluruh stakeholders
h) Membuat laporan yang memuat kemajuan proyek, masalah dan solusi
i) Melaksanakan dan mengelola perubahan proyek dan melakukan intervensi
untuk mencapai hasil proyek
j) Melakukan evaluasi dan penilaian hasil
- Manajer Teknik
memiliki tugas dan bertanggung jawab untuk:
a) Merencanakan "Time Schedule" pelaksanaan proyek
b) Merencanakan pemakaian bahan dan alat dan pekerjaan instalasi untuk
setiap proyek yang ditangani sesuai dengan volume dan waktu
penggunaannnya.
c) Memberikan instruksi pekerjaan dan pengarahan kepada pelaksana dalam
menunjang pelaksanaan proyek
d) Mengadakan kontrol terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
instruksi-instruksi yang diberikan baik segi teknis, kualitas pekerjaan,
maupun time schedule-nya.
e) Mengadakan control disiplin kerja dari pelaksana-pelaksana proyek, mandor
maupun tenaga kerja sesuai dengan tugas, kewajiban dan wewenang
masing-masing.
f) Membicarakan masalah-masalah khusus dan kesulitan-kesulitan teknis
dengan Manajer Pelaksana/Proyek.
g) Membuat laporan mingguan untuk Manajer Pelaksana/Proyek yang
mencakup kegiatan proyek, kesulitan-kesulitan proyek, dan hal-hal khusus
yang perlu dilaporkan.
h) Membicarakan kesulitan-kesulitan, rencana detail bangunan dengan
Manajer Pelaksana/Proyek.

81
i) Mengatur penggunaan tenaga pekerja di proyek untuk menunjang rencana
Time Schedule.
j) Menyetujui dan menerima tenaga pelaksana, mandor, dan pekerja sesuai
dengan target dari kantor dan menugaskan sesuai dengan tujuan masing-
masing.
k) Mengusulkan hal-hal yang dapat menunjang pengarahan tenaga pelaksana
kepada Manajer Pelaksana/Proyek.
l) Memberikan data-data untuk perhitungan upah tenaga untuk dihitung oleh
Finance Manager, mengecek ulang perhitungan upah untuk disetujui oleh
Manajer Pelaksana/Proyek.
- Manajer Keuangan memiliki tugas dan bertanggung jawab untuk:
a) Membuat laporan keuangan atau laporan kas bank proyek, laporan bobot
prestasi proyek dan lain-lain.
b) Membuat dan melakukan verifikasi bukti-bukti pekerjaan yang akan dibayar
oleh owner sebagai pemilik proyek.
c) Mengisi data-data kepegawaian, pelaksanaan, asuransi tenaga kerja,
menyimpan data-data kepegawaian karyawan dan pembayaran gaji serta
tunjangan karyawan.
d) Membuat laporan akutansi proyek dan menyelesaikan perpajakan serta
retribusi.
e) Membantu Manajer Pelaksana/Proyek terutama dalam hal keuangan dan
sumber daya manusia sehingga kegiatan pelaksanaan proyek dapat berjalan
dengan baik.
f) Memelihara bukti-bukti kerja serta data-data proyek.
- Ahli K3 memiliki tugas dan bertanggung jawab untuk:
a) Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan terkait
K3 Konstruksi
b) Mengelola dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi
c) Mengelola program K3
d) Mengevaluasi prosedur dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
e) Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan program,

82
prosedur kerja dan instruksi kerja K3
f) Mengelola laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis K3 konstruksi
g) Mengelola metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3
h) Mengelola penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta
keadaan darurat.
Catatan:
Personel manajerial yang ditawarkan sesuai dengan yang ditetapkan dalam LDP,
dengan ketentuan:
(1) Dalam hal peserta menawarkan Personel Manajerial atau Ahli K3
Konstruksi/Ahli Keselamatan Konstruksi dengan pengalaman lebih dari yang
disyaratkan, maka tidak digugurkan.
(2) Dalam hal disyaratkan jabatan petugas keselamatan konstruksi untuk
pekerjaan yang memiliki tingkat risiko kecil, peserta dapat menawarkan
personel dengan jabatan Ahli K3 Konstruksi/Ahli Keselamatan Konstruksi.
(3) Kompetensi personel manajerial meliputi lama pengalaman bekerja.
(4) Pengalaman kerja dihitung berdasarkan daftar riwayat pengalaman kerja atau
referensi kerja dari Pejabat Penandatangan Kontrak.
(5) Pengalaman yang disampaikan tanpa melampirkan daftar riwayat pengalaman
kerja atau referensi maka tidak dapat dihitung sebagai pengalaman.
(6) Pengalaman kerja dihitung per tahun tanpa memperhatikan lamanya
pelaksanaan konstruksi (dihitung berdasarkan Tahun Anggaran).
(7) Pengalaman kerja yang dinilai adalah pengalaman kerja setelah personel lulus
pendidikan minimal sesuai persyaratan untuk memperoleh SKA/SKT sesuai
yang disyaratkan dalam LDP.
(8) Penilaian Pengalaman Manajer Pelaksana/Proyek dan Manajer Teknis serta
pelaksana dilakukan terhadap pengalaman dalam melaksanakan pekerjaan
konstruksi;
(9) Penilaian pengalaman Petugas Keselamatan Konstruksi/Ahli K3 Konstruksi
dilakukan terhadap pengalaman keterampilan/keahlian K3 dalam
melaksanakan pekerjaan konstruksi;
(10) Penilaian pengalaman manajer keuangan dilakukan terhadap pengalaman
mengelola keuangan;
(11) Perhitungan pengalaman personel manajerial ditentukan berdasarkan:

83
(a) Daftar riwayat pengalaman kerja; atau
(b) Referensi kerja dari Pejabat yang Penandatangan Kontrak.
(12) Klarifikasi juga akan dilaksanakan oleh PPK sebelum dilakukan
penandatanganan kontrak untuk memastikan tenaga teknis/analis tersebut
dapat digunakan sesuai metode dan waktu pelaksanaan yang disediakan.
Apabila setelah dilakukan verifikasi oleh PPK ternyata personil teknis/analis
tidak sesuai ketentuan tersebut di atas, maka penyedia sanggup mengganti
personil teknis/analis tersebut dengan personil lain yang memiliki kualifikasi
yang sama.
12. Pekerjaan yang disubkontrakkan
No. Jenis Pekerjaan yang disubkontrakkan Nama dan Alamat Nomor SBU
sub penyedia

Pekerjaan Spesialis pada Pekerjaan Sub Penyedia Spesialis


A. Utama

1. Pekerjaan Beton K-420 SP010

Pekerjaan Timbunan Basecouse Klas B SP004


2.
(dipadatkan)

Pekerjaan Bukan Pekerjaan Utama Sub Penyedia Kecil Provinsi


B.
Setempat

1. Tangga Akses Penumpang (Garbarata)

Pekerjaaan Pemasangan Paving


2.
K 400

13. Penambahan Persyaratan Teknis


a. Surat Dukungan Pabrik yang memiliki ISO 9001:2015 untuk material perkuatan
beton berupa High Strength Fibre Composite Plate dan High Strenght Carbon
Fibre Wrapping System dilengkapi dengan brosur produk;
b. Surat Dukungan penyedia material selimut tiang pancang berupa composite
wrapping dilengkapi dengan brosur produk dari pabrikan yang memiliki:

- ISO 45001:2018

- ISO 14001:2015

84
- ISO 9001:2015

- Dilengkapi tenaga penyelam bersertifikat diver.


c. Surat Dukungan Material Beton Ready Mix K420, dari Pabrik yang memiliki
ISO 9001:2015 dan ISO 45001:2018;
d. Surat Dukungan Material Batu Bolder uk 10-30 kg/unit, 30-60 kg/unit dan
250-350 kg/unit (batu kapur/batu gamping/batu) yang mempunyai Izin Usaha
Pertambangan (IUP) yang masih berlaku;
e. Surat Dukungan Material BaseCourse B (Sirtu atau Kerikil/andesit) yang
mempunyai Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang masih berlaku;
f. Surat Dukungan untuk untuk Material Fender dari Pabrik yang memiliki ISO
9001:2015;
g. Surat Dukungan untuk untuk Material Bollard dari Pabrik yang memiliki ISO
9001:2015;
h. Surat Dukungan untuk untuk Material Frontal Frame dari Pabrik yang memiliki
ISO 9001:2015;
14. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan
Sesuai dengan lingkup pekerjaan yang akan dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
serta rencana jadwal pelaksanan yang ada, maka dalam hal ini Kontraktor
Pelaksana harus melakukan kegiatan pelaksanaan selama 210 (Dua Ratus
Sepuluh) Hari Kalender terhitung sejak kontrak pekerjaan tersebut ditanda
tangani. Masa pemeliharaan pekerjaan 180 (seratus delapan puluh) hari kalender.
15. Pokja Pemilihan dalam pengadaan Pekerjaan Konstruksi melakukan evaluasi kewajaran
harga dalam hal total penawaran harga lebih rendah dari 80% (delapan puluh persen)
total HPS;

16. Pokja menilai sesuai kriteria kontrak paket yaitu Harga Satuan, dengan standar dokumen
pengadaan;

17. Penawaran Upah Pekerja harus memenuhi ketentuan Upah Minimal Kabupaten
Lamongan dengan besaran setiap bulannya Rp 2.501.977,27 sesuai Penetapan UMK

Jatim 2022 itu berdasarkan SK bernomor 188/803/KPTS/013/2021 yang


ditandatangani oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, dengan ketentuan
1 bulan tersebut berlaku untuk 25 hari kerja atau minimal Rp. 100.100/hari.

85
18. Mata Pembayaran Utama
A. Pekerjaan Dermaga LCT 3
(1) Beton Bertulang Plat
(2) Beton Bertulang Plat Precast
(3) Pemasangan Composite Wrap area Splash Zone
(4) Pemasangan Fender Type V 800 L 2000
(5) Beton Bertulang Pile Cap 2
(6) Transport dan Pemasangan (laut)
(7) Beton Bertulang Balok Melintang Precast (CB)
(8) Beton Bertulang Pengisi Tiang Pancang
(9) Beton Bertulang Balok Memanjang Precast (LB)
(10) Beton Balok Melintang (CB)
(11) Plat Beton Pelencengan
(12) Beton Balok Memanjang (LB)
B. Pekerjaan Paving
(1) Pekerjaan Pemasangan Paving K-400
(2) Pekerjaan Timbunan Basecourse Klas B (dipadatkan)
C. Pekerjaan Causeway
(1) Pekerjaan Pasang Batu Kosong 250-350 kg/unit
(2) Pekerjaan Timbunan Tanah Urug (dipadatkan)
19. Item Pekerjaan Utama
PEKERJAAN DERMAGA LCT 3
- Pek. Platform
- Pekerjaan Pelencengan
- Pekerjaan Bollard dan Fender
20. Memiliki metode pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan item pekerjaan
Utama yang dilaksanakan meliputi:
PEKERJAAN DERMAGA LCT 3
- Pek. Platform
- Pekerjaan Pelencengan
- Pekerjaan Bollard dan Fender

86
Metode pelaksanaan yang di sampaikan harus sesuai yang tercantum pada Lampiran
MDP Perlem LKPP No. 12 Tahun 2021 antara lain :
- Tahapan/urutan pekerjaan dari awal sampai akhir secara garis besar dan
uraian/cara kerja dari masing-masing jenis pekerjaan utama;
- Kesesuaian antara metode kerja dengan peralatan utama yang
ditawarkan/diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
- Kesesuaian antara metode kerja dengan spesifikasi/volume pekerjaan yang
disyaratkan.

Evaluasi metode pelaksanaan pekerjaan utama dilakukan dengan ketentuan :


- Peserta menyampaikan metode pelaksanaan dari seluruh pekerjaan utama
yang disyaratkan dalam LDP;
- Dalam hal peralatan utama yang ditawarkan oleh peserta sesuai dengan
persyaratan peralatan dalam LDP, maka dokumen metode pelaksanaan peserta
yang tidak menjelaskan peralatan utama tidak digugurkan;
- Dalam hal metode pelaksanaan peserta tidak mencantumkan
spesifikasi/volume pekerjaan maka tidak digugurkan, kecuali terdapat
ketidaksesuaian terhadap penggunaan peralatan atau spesifikasi/volume
pekerjaan.
21. Rapat Persiapan Penandatanganan Kontrak dinyatakan gagal oleh PPK, dalam
hal:
a. Penyedia tidak menyepakati dengan alasan yang objektif dan dapat diterima
oleh PPK, maka Penyedia tidak dikenakan sanksi apapun; dan
b. Penyedia tidak menyepakati dengan alasan yang tidak objektif dan tidak
dapat diterima oleh PPK, maka diberikan sanksi daftar hitam dan pencairan
jaminan penawaran.

Dalam hal Pemenang tidak memenuhi ketentuan, maka PPK melaksanakan rapat
persiapan kontrak bersama pemenang cadangan 1 dan begitu seterusnya hingga
dilakukan Penunjukan.
22. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan dan tugas — tugas yang harus dilakukan oleh Kontraktor

87
Pelaksana adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai yang disyaratkan pada Gambar, Spesifikasi
Teknis, dan Rencana Anggaran Biaya (Volume dan Analisa Harga Satuan
Pekerjaan)
2. Kontraktor Pelaksana diwajibkan mempekeijakan tenaga teknis yang
berkualitas selaras dengan pekerjaan yang dilaksanakan (Site Manager,
Pelaksana, Ahli K3, Juru Ukur, Administrasi dan Keuangan, sampai dengan
tenaga keqa yang turun langsung seperti Mandor, Kepala Tukang, Tukang
maupun Pekerja).
3. Mendatangkan material dan alat yang disyaratkan sesuai spesifikasi teknis
serta membuat lokasi stock pile yang menjamin kualitas material dan alat
yang digunakan tetap terjaga.
4. Kontraktor Pelaksana menyusun metode kerja yang akan dilaksanakan
dengan pertimbangan keamanan, lingkungan dan kualitas konstruksi yang
akan dihasilkan untuk dilaporkan kepada Konsultan Pengawas.
5. Memberitahukan kepada Konsultan Pengawas apabila ada perencanaan
pekerjaan yang tidak memungkinkan dapat dikerjakan akibat kondisi
lapangan yang mungkin sudah berubah untuk dikoordinasikan dengan pihak
terkait.
6. Menyusun dan menyampaikan laporan secara berkala (harian, mingguan
dan bulanan) kepada Konsultan Pengawas yang meliputi kemajuan
pekerjaan fisik, rencana pekerjaan per periode, dokumentasi pekerjaan,
kedatangan material, dan menyusun laporan akhir dari hasil pelaksanaan
yang meliputi kemajuan pekerjaan fisik, serta melaporkan jadwal
pelaksanaan dan masalah — masalah yang timbul di lapangan.
7. Membuat gambar-gambar kerja (shop drawing) untuk diajukan dan
dievaluasi oleh Konsultan Pengawas, serta memberikan saran — saran
metode pelaksanaan yang tepat, sehingga mendapat hasil yang optimal.
8. Membuat As Built Drawing untuk diajukan dan dievaluasi oleh Konsultan
Pengawas, yang merupakan gambar hasil akhir dari pekerjaan yang telah
dilakukan.

88
9. Membuat progres fisik yang dicapai di lapangan untuk diajukan dan
dievaluasi oleh Konsultan Pengawas dalam rangka penagihan setiap
termiyn.
10. Kontraktor Pelaksana menyusun rencana kegiatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Pra RK3) sesuai dengan ketentuan yang berlaku Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Permen PUPR No. 21
tahun 2019 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3).

89
Persya
ratan Peng Pengen Kete
Peme endali dalian rang
Deskripsi Resiko Penilaian Tingkat Resiko Penilaian Sisa Resiko
nuhan an Lanjuta an
Peratur Awal n

No an
Kemu Kep Nilai Tingk Kep Tingk
Nila
Identifikasi Jenis Kemu
ngkin arah Resi at arah at
i
Uraian Bahaya Bahaya ngkin
an an ko Resik an Resik
Resi
Pekerjaan (Skenario Kecela an AN
AN(F) N (FxA o N o
ko
Bahaya) kaan (F)
(A) ) (TR) (A) (TR)
(gA)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
II Pekerjaan
Dermaga LCT 3
Beton K-420
d. Transport Tongkang
dan terlepas dan
pemasangan menabrak
beton precast Fasilitas

90
(laut) Pelabuhan,
Material dan
Alat Berat
terjatuh ke
laut serta
pekerja
berpotensi
terdorong,
tercebur dan
tertimpa item
precast yang
diangkut dan
akan
dipasang
Catatan : Identifikasi Kolom Nomor (4), (5), (6), (7), (8), (9), (10), (11), (12), (13), (14), (15), dan (16) diisi oleh calon penyedia

91
F. PENUTUP
Apabila terdapat pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan yang tercantum dalam
Spesifikasi Teknis, tidak sesuai dengan gambar atau tidak sesuai dengan Petunjuk -
petunjuk Pengawas/Direksi/Engineer atau Kuasa Pengguna Anggaran, maka pekerjaan
tersebut harus dibongkar dan pembuatannya kembali seluruhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
Apabila dalam Spesifikasi Teknis ini belum tercakup beberapa jenis pekerjaan ataupun
persyaratan lainnya, maka hal tersebut akan diatur dalam tambahan atau Addenda-
addenda Spesifikasi Teknis dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) serta
Perintah Tertulis dari Pengawas / Direksi / Engineer atas Persetujuan Kuasa Pengguna
Anggaran sendiri pada waktu pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
Demikian Spesifikasi Teknis Pekerjaan ini dibuat untuk dipatuhi dan dilaksanakan.
Surabaya, April 2022
Pejabat Pembuat Komitmen

ANDIKA PRABOWO, ST
Nip. 19891219 201403 1 002

92

Anda mungkin juga menyukai