Anda di halaman 1dari 49

SPESIFIKASI TEKNIS

KEGIATAN :
REHABILITASI JARINGAN IRIGASI DI TAMIANG

PEKERJAAN :
PERENCANAAN (PIHAK KE III) KEGIATAN
REHABILITASI JARINGAN IRIGASI DI TAMIANG

LOKASI :
TAMIANG

TAHUN ANGGARAN 2016

KONSULTAN PERENCANA :
Pasal 1

UMUM

1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :
Pekerjaan : Pembangunan Bangunan Bendung di Tamiang
Lokasi : Kab. Mandailing Natal.

b. Dalam melaksanakan pekerjaan tersebut Pemborong wajib memenuhi/mematuhi


dan melaksanakan segala hal-hal yang telah dituangkan di dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat Teknis ini serta Risalah Penjelasan sangat mengikat dalam
pelaksanaan kecuali adanya permintaan/ peraturan tertulis dari pihak direksi.

2. Pemeriksaan dan Penyediaan Bahan


a. Bila didalam RKS ini disebutkan nama pabrik suatu bahan atau produk, ini
dimaksudkan hanya menunjukan sumber minimal dari mutu bahan digunakan.
b. Contoh bahan/ produk yang akan digunakan dalam pekerjaan ini Kontraktor harus
menyampaikan kepada Direksi guna untuk mendapatkan persetujuan.
c. Tentang usulan pemakaian bahan nama produk/pabrik harus mendapat rekomendasi
dari Direksi berdasarkan ketentuan didalam RKS serta Risalah Penjelasan
Pekerjaan.

3. Ukuran
a. Ukuran satuan yang dipergunakan dalam spesifikasi, daftar kuantitas dan harga
satuan dan gambar-gambar lelang adalah satuan metrik dan merupakan kesatuan
dengan RKS ini.
b. Sebelum melaksanakan pekerjaan, pemborong harus mengukur kembali semua titik
elevasi dan koordinat - koordinat. Dan apabila terjadi perbedaan – perbedaan
dilapangan, kontraktor wajib membuat gambar - gambar penyesuaian dan harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.

4. Gambar-gambar
a. Seluruh gambar-gambar dapat diperoleh melalui pemberi tugas, Pemborong Wajib
mengetahui seluruh pelaksanaan bangunan ini, sehingga dapat menyesuaikan
program pekerjaannya secara baik dan benar.
b. Selama pelaksanaan, Pemborong harus memberi tanda dengan warna pada gambar
setiap bagian yang telah dilaksanakan termasuk kalau ada perubahan dari
perencanaan semula.
c. Pemborong harus membuat gambar pelaksanaan untuk bagian yang dianggap perlu
(Shop Drawing) gambar ini harus diketahui dan disetujui oleh Pengawas/Direksi.
d. Setelah pekerjaan ini selesai, pemborong harus menjelaskan gambar terpasang (as
build drawing) diatas kertas A3 untuk dapat dicetak dan diserahkan kepada Direksi.

SPEKTEK SIPIL -1
5. Perbedaan Gambar dan Hal-hal Yang Kurang Jelas
a. Pada dasarnya bila ada perbedaan/pertentangan antara gambar dan RKS, maka
yang berlaku adalah RKS, kecuali bilamana ada ketentuan lain dari
Pengawas/Direksi dan Perencana.
b. Apabila ada ketidaksesuaian/ keragu-raguan antara gambar dan RKS yang tidak
bisa diatasi, maka sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut Pemborong wajib
melaporkan secara tertulis kepada Pengawas/Direksi untuk mendapatkan keputusan
selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum masalah tersebut terlihat dalam
pelaksanaan.
c. Perbedaan tersebut tidak bisa dijadikan alasan bagi pemborong untuk mengadakan
Claim.
d. Untuk pekerjaan elektrikal dan plumbing walaupun tidak disebutkan secara
terperinci dalam RKS dan gambar tentang peralatan serta perlengkapan instalasi,
Pemborong diwajibkan menyediakan/ memasang peralatan yang digunakan/
diperlukan, sehingga instalasi dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Pasal 2
PEKERJAAN PERSIAPAN

Untuk memulai pekerjaan sebaiknya mempersiapkan terlebih dahulu pekerjaan yang akan
mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan tersebut. Atau sering kita kenal dengan
Pekerjaan Persiapan, diantaranya adalah :

1. Pembersihan Lokasi
Untuk kelancaran pekerjaan proyek ini, salah satu faktor yang sangat menentukan
adalah kebersihan. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diminta untuk
melakukan pembersihan lokasi pada areal pekerjaan yang akan dikerjakan.

2. Air Kerja, Listrik Kerja.


Kontraktor wajib menyediakan sumber air dan sumber listrik sendiri untuk keperluan
pelaksana pekerjaan dari awal mulainya kontrak sampai masa berakhirnya masa
pemeliharaan. Kontraktor harus menyediakan segala peralatan dan bahan yang
diperlukan di lapangan.

3. Alat-Alat untuk Survey.


Kontraktor harus menyediakan peralatan survey, antara lain untuk pengukuran
topografi (Theodolite T2 & TO, Waterpass, bak ukur, geodeticmeter dan pita dan
rantai), yang dapat digunakan Pengawas/Direksi setiap saat untuk checking
pemasangan tanda-tanda, penentuan elevasi dan lain-lain kegiatan pengukuran yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor harus memelihara alat-alat untuk
survey ini secara baik sehingga selama pelaksanaan pekerjaan dapat tetap digunakan
secara baik.
Kontraktor harus menyediakan, atas biaya sendiri, patok-patok beton, patok-patok
kayu, bagan template, yang diminta Pengawas/Direksi untuk pemeriksaan atau
pengukuran bagian dari pekerjaan.

SPEKTEK SIPIL -2
4. Buku Harian.

a. Pelaksanaan wajib menyediakan Buku Harian di tempat pekerjaan.


b. Segala kejadian yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan harus dicatat setiap
harinya.
c. Catatan tersebut meliputi antara lain :
 Banyaknya pekerjaan yang dikerjakan setiap hari.
 Hari-hai kerja, hari-hari tidak bekerja dan lain-lain.
 Bahan-bahan bangunan yang datang, yang telah dipergunakan dan yang di
tolak atau diterima.
 Kemajuan dan pekerjaan.
 Kejadian-kejadian di tempat pekerjaan yang menyangkut pelaksanaan
pekerjaan.
d. Buku harian tersebut harus ditanda tangani bersama antara Pelaksana dan
Pengawas harian sebagai tanda persetujuan. Apabila terjadi perbedaan pendapat,
maka masing-masing dapat mengajukan persoalan kepada Direksi Harian/Kepala
Pelaksana untuk mendapat penyelesaian.
e. Disamping buku harian harus menyediakan Buku Direksi, dimana dicatat semua
instruksi Direksi yang ditanda tangani oleh Direksi.

5. Keamanan Pekerjaan.

Kontraktor diwajibkan
a. Menjaga keamanan dan tata tertib di tempat pekerjaan.
b. Mengambil tindakan yang perlu demi untuk kepentingan keselamatan para pekerja.
c. Mentaati peraturan-peraturan setempat dan mengusahakan perijinan penggunaan
jalan, bangsal dan sebagainya.
d. Mentaati semua kewajiban yang dibebankan kepadanya berhubung dengan
peraturan-peraturan pelaksanaan pula peraturan yang diadakan selama
penyelenggaraan.

6. Bangunan/Kantor Direksi.

Kontraktor harus membuat bangunan sementara untuk Kantor Direksi (Direksi Keet)
dan gudang serta barak untuk keperluan kontraktor dengan luas sesuai yang tercantum
di dalam volume pekerjaan. Bangunan tersebut harus dilengkapi dengan penerangan,
perlengkapan kamar mandi WC, meja kursi dan kelengkapan lainnya yang layak
dipakai sampai akhir pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor diwajibkan memelihara
Kantor Direksi tersebut agar dapat dipakai untuk kerja sampai pelaksanaan proyek
selesai.
Apabila tidak ditentukan lain oleh Pemberi Tugas, maka Kontraktor wajib
membongkar kembali bangunan-bangunan sementara tersebut pada saat pelaksanaan
pekerjaan selesai.

7. Keselamatan Kerja.

Kontraktor berkewajiban antara lain :


a. Menyediakan segala alat penolong untuk menghindari bahaya dan memberikan
pertolongan jika terjadi kecelakaan di tempat pekerjaan, biaya perawatan menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

SPEKTEK SIPIL -3
b. Segera memberitahukan secara tertulis kepada Direksi mengenai terjadinya
kecelakaan dengan disertai keterangan seperluanya.
c. Menyediakan peralatan yang sesuai dengan peraturan kesehatan di tempat
pekerjaan.
d. Kontraktor harus membuat pengaturan dengan rumah sakit terdekat dan dengan
dokter setempat sehingga bagi para pegawai/pekerjanya yang sakit atau mengalami
kecelakaan segera dapat menerima pengobatan yang baik, pada setiap saat baik
siang maupun malam.
e. Menyediakan air minum yang cukup dan memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi
para pekerja, yang semuanya menjadi beban Kontraktor.

8. Jam Kerja.

Kontraktor leluasa mengatur jam kerjanya sendiri. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan


pada malam hari, Kontraktor harus menyediakan/menyiapkan yang diperlukan,
misalnya penerangan lampu dan sebagainya demi kesempurnaan pekerjaan atas
tanggungan biaya Kontraktor dan atas persetujuan dan pengawasan Pengawas/Direksi.

9. Mobilisasi dan Demobilisasi.

Yang dimaksud dalam pasal mengenal mobilisasi dan demobilisasi dalam daftar
kuantitas dan harga satuan, mencakup antar jemput/mendatangkan : pekerja, pegawal,
bahan-bahan bangunan, peralatan dan keperluan-keperluan insidental untuk
melaksanakan seluruh pekerjan, untuk pindah di dalam lokasi proyek dan
pemindahan/pembongkaran seluruh instalasi pada saat berakhirnya pekerjaan,
termasuk:

a. Pengangkutan semua peralatan pembangunan ke lokasi proyek beserta


pemasangannya, dimana alat-alat tersebut akan dipergunakan.
b. Antar jemput : Staff, pegawai dan pekerja ke proyek.
c. Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan
pembangunan, armada apung dan peralatan lainnya, sedemikian sehingga lokasi
proyek bersih dan teratur kembali dan diterima baik oleh Pengawas/Direksi.
d. Pemindahan dari lokasi proyek untuk staff, pegawai dan pekerjaan setelah proyek
selesai.

Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor menerima surat pelulusan, Kontraktor
harus memasukkan rencana detail kepada pengawas/ Direksi mengenai prosedur
mobilisasi. Hal ini harus menjamin selesainya mobilisasi menurut pasal butir a) dan b)
tersebut di atas dalam waktu maksimum 20 (dua puluh) hari setelah Pengawas/Direksi
memberikan nota mulainya pekerjaan.

10. Pengukuran dan Positioning

a. Yang dimaksud dengan pengukuran adalah pemeriksaan perletakan posisi turap


sesuai dengan Gambar Rencana dan penentuan elevasi-elevasi.

b. Titik ketinggian/Peil lantai dermaga harus tetap dijaga agar tidak berubah/ bergeser
selama pekerjaan ini berlangsung.

SPEKTEK SIPIL -4
c. Pengukuran dan pemasangan bouwplank titik duga (peil + 0) ditentukan bersama-
sama Pengawas. Patok-patok berukuran minimal 5/7 cm dan papan bouwplank 3/20
dengan panjang ukuran lebih dari 4 m dan terbuat dari kayu kualitas baik. Papan
patok harus keras dan tidak berubah posisinya, tanda - tanda dan sumbu harus teliti
dan jelas, dicat dengan cat menie.

d. Pemborong harus memasang dan mengukur secara teliti patok monumen (BM)
pada lokasi tertentu sepanjang proyek untuk memungkinkan perancangan kembali,
pengukuran sipat datar dari perkerasan atau penentuan titik dari pekerjaan yang
akan dilakukan.

e. Patok monumen yang permanen harus dibangun diatas tanah yang tidak akan
terganggu / dipindahkan.

11. Pagar Sementara Pengaman Proyek

Kontraktor atas biaya sendiri, apabila perlu dengan ijin Pengawas/Direksi dapat
membuat pagar sementara dan harus memelihara pagar tersebut agar tetap dalam
keadaan baik termasuk pintu-pintunya, sepanjang batas yang ditentukan untuk daerah
operasinya. Pagar sementara tersebut harus dibongkar pada akhir pembangunan.

Pasal 3

PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Gambar Kerja dan Contoh-Contoh

a. Gambar-gambar kerja (shop drawing) adalah gambar-gambar, diagram, ilustrasi,


jadwal, brosur atau data-data yang disiapkan Kontraktor atau Sub Kontraktor atau
Produsen yang menjelaskan bahan-bahan, cara pelaksanaan atau bagian pekerjaan.

b. Contoh-contoh adalah benda-benda yang disediakan Kontraktor untuk


menunjukkan bahan, kelengkapan dan kualitas kerja. Ini akan dipakai oleh
Konsultan Pengawas untuk menilai dahulu.

c. Kontraktor harus segera menyerahkan gambar-gambar kerja (shop drawing) dan


contoh-contoh yang disyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau diinstruksikan,
untuk mendapatkan persetujuan lebih dahulu dari Pengawas. Gambar-gambar kerja
dan contoh-contoh harus diberi tanda-tanda sebagaimana ditentukan Pengawas.

d. Kontraktor harus melampirkan keterangan tertulis mengenai setiap perbedaan


dengan Dokumen Kontrak jika ada hal-hal demikian. Dengan menyerahkan
gambar-gambar kerja atau contoh-contoh material, dianggap Kontraktor telah
meneliti, menyetujui dan menyesuaikan setiap gambar atau contoh tersebut dengan
Dokumen Kontrak.

SPEKTEK SIPIL -5
e. Konsultan Pengawas akan memeriksa dan menyetujui atau menolak gambar-
gambar kerja atau contoh-contoh dalam waktu sesingkat-singkatnya, sehingga tidak
mengganggu jalannya pekerjaan dengan mempertimbangkan syarat-syarat, sesuai
dokumen kontrak.

f. Kontraktor wajib melaksanakan perbaikan-perbaikan yang diminta Konsultan


Pengawas dan menyerahkan kembali segala gambar-gambar kerja dan contoh-
contoh sampai mendapatkan persetujuan.

g. Persetujuan Konsultan Pengawas terhadap gambar-gambar kerja dan contoh-


contoh, tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya atas perbedaan
dengan Dokumen Kontrak, apabila perbedaan tersebut tidak diberitahukan secara
tertulis kepada Konsultan Pengawas.

h. Semua pekerjaan yang memerlukan gambar-gambar kerja atau contoh-contoh yang


harus disetujui Konsultan Pengawas, tidak boleh dilaksanakan sebelum ada
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

i. Gambar-gambar kerja atau contoh-contoh harus dikirimkan Kontraktor kepada


Konsultan Pengawas dalam dua salinan, Konsultan Pengawas akan memeriksa dan
menyetujui dengan catatan/keterangan 'Telah Diperiksa Tanpa Perubahan" atau
"Telah Diperiksa Dengan Perubahan" atau "Ditolak". Satu salinan ditahan oleh
Konsultan Pengawas untuk arsip, sedangkan yang kedua dikembalikan kepada
Kontraktor.

j. Sebutan katalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan apabila menurut
Konsultan Pengawas hal-hal yang sudah ditentukan dalam katalog atau barang
cetakan tersebut sudah jelas dan tidak perlu dirubah. Barang cetakan ini juga harus
diserahkan dalam dua rangkap untuk masing-masing jenis dan diperlukan sama
seperti butir di atas.

k. Contoh-contoh yang disebutkan dalam Spesifikasi Teknis harus dikirimkan kepada


Konsultan Pengawas. Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh Pemberi
Tugas atau Perencana harus segera disediakan atas biaya Kontraktor dan contoh-
contoh tersebut diambil dengan jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga dapat
dianggap bahwa bahan atau pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam
pelaksanaan pekerjaan nanti.

l. Contoh-contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh Pemberi Tugas atau
wakilnya untuk dijadikan dasar penolakan jika pengiriman dan hasil pelaksanaan
nantinya tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.

m. Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti/


sertifikat pengujian dan spesifikasi teknis dari barang-barang/material-material
tersebut.

n. Biaya pengiriman gambar-gambar kerja, contoh contoh, katalog-katalog kepada


Konsuitan Pengawas menjadi tanggungan Kontraktor.

SPEKTEK SIPIL -6
2. Jaminan Kualitas

a. Kontraktor menjamin pada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas, bahwa semua
bahan dan perlengkapan untuk pekerjaan adalah sama sekali baru, kecuali
ditentukan lain, serta Kontraktor menyetujui bahwa semua pekerjaan direcanakan
dengan baik, bebas dari cacat, teknis maupun estetis serta sesuai dengan Dokumen
Kontrak. Apabila diminta, Kontraktor sanggup memberikan bukti-bukti mengenai
hal-hal tersebut dan melaksanakan uji kualitas pada laboratorium independen atas
biaya kontraktor sendiri pada butir ini.

b. Sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas, bahwa semua pekerjaan


yang telah diselesaikan dengan sempurna, tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya.

3. Klausal Disebutkan Kembali

a. Apabila dalam Dokumen Tender ini ada klausal-klausal yang disebutkan kembali
pada butir lain, maka ini bukan berarti menghilangkan butir tersebut tetapi dengan
pengertian lebih menegaskan masalahnya.

b. Jika terjadi hal yang saling bertentangan antara gambar atau terhadap Spesifikasi
Teknis, maka diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis dan
atau yang mempunyai bobot biaya yang paling tinggi.

4. Koordinasi Pekerjaan

a. Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus diadakan koordinasi dari seluruh bagian
yang tertibat didalam kegiatan proyek ini. Seluruh aktifitas yang menyangkut
dalam proyek ini, harus dikoordinasikan lebih dahulu agar gangguan dan konflik
satu dengan lainnya dapat dihindarkan. Melokalisasi/merinci setiap pekerjaan
sampai dengan detail untuk menghindari gangguan dan konflik, serta harus
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

b. Kontraktor harus melaksanakan segala pekerjaan menurut uraian dan syarat- syarat
pelaksanaan, gambar-gambar dan instruksi-instruksi tertulis dari Pengawas.

c. Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor pada setiap
waktu. Bagaimanapun juga kelalaian Pengawas dalam pengontrolan terhadap
kekeliruan-kekeliruan atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor, tidak
berarti membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab.

d. Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat pelaksanaan (spesifikasi)


atau gambar atau instruksi tertulis dari Pengawas harus diperbaiki atau dibongkar,
Semua biaya yang diperlukan untuk ini menjadi tanggung jawab kontraktor.

SPEKTEK SIPIL -7
5. Pekerjaan Yang Tidak memenuhi Syarat.

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi syarat-syarat karena tidak sesuai


dengan gambar atau RKS, maka atas perintah Pengawas/Direksi, pihak Kontraktor
harus membongkarnya dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh
Direksi/Engineer/Pengawas dan memperbaiki kembali atas tanggungan biaya pihak
Kontraktor.

Pasal 4

STANDAR RUJUKAN

1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini
termasuk segala perubahan dan tambahannya :
SII-13-1977 : Semen Portland.
(AASHTO M85 - 75)

SNI 15-2049-1994 : Semen Portland.

SNI-03-2461-1991 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur.

PBI 1971 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2.

SNI 03-2847-2002 : Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk


Bangunan Gedung

SNI 07-3014-1992 : Baja Untuk Keperluan Rekayasa Umum


SNI M-02-1994-03 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat
(AASHTO T11 - 90) Yang Lolos Saringan No.200 (0,075 mm).

SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir


(AASHTO T21 - 87) untuk Campuran Mortar dan Beton.

SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.


(AASHTO T22 - 90)

Pd M-16-1996-03 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton


(AASHTO T23 - 90) di Lapangan.

SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat


(AASHTO T27 - 88) Halus dan Kasar.

SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin


(AASHTO T96 - 87) Los Angeles.

SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat


(AASHTO T104 - 86) Ter-hadap Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium
Sulfat.
SK SNI M-01-1994-03 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-

SPEKTEK SIPIL -8
(AASHTO T112 - 87) butir Mudah Pecah Dalam Agregat.

SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton


(AASHTO T126 - 90) di Laboratorium.

SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah


(AASHTO T 88 - 90) Dengan Alat Hidrometer.
SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande.
(AASHTO T 89 - 90)
SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis.
(AASHTO T 90 - 87)
SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah.
(AASHTO T 99 - 90)
SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
(AASHTO T180 - 90)
SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Alat
(AASHTO T191- 86) Konus Pasir.
SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium.
(AASHTO T193 - 81)

AASHTO T145 - 73 : Classification of Soils and Soil Aggregate Mixtures for


Highway Construction Purpose
AASHTO T258 - 78 : Determining Expansive Soils and Remedial Actions

2. Peraturan dan Ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah


setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan. Untuk melaksanakan
pekerjaan dalam butir tersebut diatas, berlaku dan mengikat pula :
• Gambar pelaksanaan yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah
disahkan oleh Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar detail yang
diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah disahkan/disetujui Pengawas.
• Rencana Kerja dan Syarat-syarat Pekerjaan.
• Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
• Surat Perintah Kerja (SPK).
• Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
• Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui.
• Kontrak/Surat Perjanjian Pemborongan.

Pasal 5

PEKERJAAN GALIAN TANAH

5.1. Umum
a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau
penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari daerah galian atau sekitarnya
yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.

b) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan,
untuk formasi galian, untuk pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah
humus, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran,

SPEKTEK SIPIL -9
untuk galian bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian, dan
umumnya untuk pembentukan profil dan penampang yang sesuai dengan
Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pemberi
Tugas
c) Pemanfaatan kembali bahan galian ini harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu oleh Pengawas/ Direksi Pekerjaan sebelum bahan ini dipandang cocok
untuk digunakan kembali.

5.2. Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan

a) Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut Seksi ini, sebelum memulai
pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, gambar
detil penampang melintang yang menunjukkan elevasi tanah asli sebelum
operasi pembersihan dan pembongkaran, atau penggalian dilaksanakan.

b) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan gambar detil seluruh


struktur sementara yang diusulkan atau yang diperintahkan untuk digunakan,
seperti penyokong (shoring), pengaku (bracing), cofferdam, dan dinding
penahan rembesan (cut-off wall), dan gambar-gambar tersebut harus
memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum melaksanakan
pekerjaan galian yang akan dilindungi oleh struktur sementara yang diusulkan.

c) Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan untuk setiap galian untuk


tanah dasar, formasi atau pondasi yang telah selesai dikerjakan, dan bahan
landasan atau bahan lainnya tidak boleh dihampar sebelum kedalaman galian,
sifat dan kekerasan bahan pondasi disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan.

d) Arsip tentang rencana peledakan dan semua bahan peledak yang digunakan,
yang menunjukkan lokasi serta jumlahnya, harus disimpan oleh Kontraktor
untuk diperiksa Direksi Pekerjaan.

5.3. Pengamanan Pekerjaan Galian

a) Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan


pekerja, yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan bangunan yang ada
di sekitar lokasi galian.

b) Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian yang stabil dan
mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya, harus dipertahan-
kan sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang
memadai harus dipasang bilamana permukaan lereng galian mungkin tidak
stabil. Bilamana diperlukan, Kontraktor harus menyokong atau mendukung
struktur di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil
atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut.

c) Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian tanah
yang lebih dari 5 meter harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1 meter atau
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

SPEKTEK SIPIL -10


d) Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya
tidak diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian parit
untuk gorong-gorong pipa atau galian pondasi untuk struktur, terkecuali
bilamana pipa atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam galian dan
galian tersebut telah ditimbun kembali dengan bahan yang disetujui Direksi
Pekerjaan dan telah dipadatkan.

e) Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut-off wall) atau cara lainnya untuk
mengalihkan air di daerah galian harus dirancang sebagaimana mestinya dan
cukup kuat untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak yang dapat
membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan terjadi.

f) Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian,
dimana kepala mereka, yang meskipun hanya kadang-kadang saja, berada di
bawah permukaan tanah, maka Kontraktor harus menempatkan seorang
pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan
dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang
belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.

g) Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan, ditangani,
dan digunakan dengan hati-hati dan di bawah pengendalian yang ekstra ketat
sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku. Kontraktor
harus bertanggungjawab dalam mencegah pengeluaran atau penggunaan yang
tidak tepat atas setiap bahan peledak dan harus menjamin bahwa penanganan
peledakan hanya dipercayakan kepada orang yang berpengalaman dan
bertanggungjawab.

h) Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade)
yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya.

i) Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus dibatasi sepadan
dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang mulus
(sound), dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan, perendaman
akibat hujan dan gangguan dari operasi pekerjaan berikutnya.

5.4. Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian

a) Semua bahan galian tanah yang dapat dipakai dalam batas-batas dan lingkup
proyek bilamana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi
timbunan atau penimbunan kembali.

b) Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut
(peat), sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif
yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan akan menyulitkan pemadatan bahan
di atasnya atau yang mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan
(settlement) yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan sebagai bahan yang
tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan
permanen.

SPEKTEK SIPIL -11


c) Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian
yang tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan untuk digunakan sebagai bahan
timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Kontraktor seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan.

d) Kontraktor harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya


yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau yang
tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, termasuk pembuangan bahan
galian, juga termasuk pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan akhir,
dan perolehan ijin dari pemilik atau penyewa tanah dimana pembuangan akhir
tersebut akan dilakukan.

5.5. Prosedur Penggalian

a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang


ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus
mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai,
termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu, yang tidak digunakan
untuk pekerjaan permanen.

b) Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin


terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian.

c) Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau
pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat
Direksi Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus
seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang
memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

d) Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada
garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk
perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi
struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai
permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing
pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan
batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian
yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan
bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan dipadatkan.

Pasal 6

PEKERJAAN TIMBUNAN

6.1 Umum
a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan,
untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum
yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis,
kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.

SPEKTEK SIPIL -12


b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan pilihan di atas
tanah rawa.

Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer)


untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah
saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan
dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng
atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam
karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana
kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.

Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi daerah
yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut pendapat Direksi
Pekerjaan tidak dapat dialirkan.

c) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang dipasang
sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun bahan drainase porous
yang dipakai untuk drainase bawah permukaan atau untuk mencegah hanyutnya
partikel halus tanah akibat proses penyaringan.

d) Pekerjaan ini juga mencakup timbunan batu dengan manual atau dengan
derek, dikerjakan sesuai dengan Spesifikasi ini dan sangat mendekati garis
dan ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

6.2. Toleransi Dimensi

a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau
lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.

b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus
memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang
bebas.

c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari
garis profil yang ditentukan.

d) Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20
cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

6.3. Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan Seksi dari
Spesifikasi ini, Kontraktor harus menyerahkan pengajuan kesiapan di bawah ini
kepada Direksi Pekerjaan sebelum setiap persetujuan untuk memulai pekerjaan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan :

SPEKTEK SIPIL -13


i) Gambar detil penampang melintang yang menunjukkan permukaan
yang telah dipersiapkan untuk penghamparan timbunan;

ii) Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan pada


permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan dihampar
cukup memadai.

b) Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan


paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk penggunaan
pertama kalinya sebagai bahan timbunan :

i) Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu contoh


harus disimpan oleh Direksi Pekerjaan untuk rujukan selama Periode
Kontrak;

ii) Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan
untuk bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian
laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan tersebut
memenuhi ketentuan untuk material timbunan

c) Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk tertulis kepada
Direksi Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas pekerjaan, dan sebelum
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, tidak diperkenankan menghampar
bahan lain di atas pekerjaan timbunan sebelumnya :

i) Hasil pengujian kepadatan

ii) Hasil pengukuran permukaan dan data survei yang menunjukkan bahwa
toleransi permukaan

6.4. Kondisi Tempat Kerja

a) Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera
sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan selama
pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup untuk
membantu drainase dari setiap curahan air hujan dan juga harus menjamin
bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Bilamana
memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam
sistim drainase permanen. Cara menjebak lanau yang memadai harus disediakan
pada sistem pembuangan sementara ke dalam sistim drainase permanen.

b) Kontraktor harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk pengen-
dalian kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan pemadatan.

c) Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan


atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan harus diperbaiki
dengan menggemburkan permukaannya dan membuang atau menambah bahan
sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali
dan pemadatan kembali.

SPEKTEK SIPIL -14


d) Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kadar
airnya yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan,
harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut, dilanjutkan dengan
penyemprotan air secukupnya dan dicampur seluruhnya dengan menggunakan
"motor grader" atau peralatan lain yang disetujui.

e) Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, harus diperbaiki dengan


menggaru bahan tersebut dengan penggunaan motor grader atau alat lainnya
secara berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama penanganan, dalam
cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat
dicapai dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut, Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan
dan diganti dengan bahan kering yang lebih cocok.

f) Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan


dalam Spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal
lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan
dan kerataan permukaan masih memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi ini.

g) Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan sifat-sifat


bahan dari Spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan tambahan, penggemburan yang diikuti
dengan penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali, atau pembuangan dan
penggantian bahan.

h) Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan
atau lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Kontraktor dan dipadatkan
sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan oleh
Spesifikasi ini.

i) Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan,


dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air
bahan berada di luar rentang yang disyaratkan.

6.5 Bahan Timbunan

a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan
galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan
sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan
permanen.

b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi,
yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH
menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification System". Bila
penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan
tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada
penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser

SPEKTEK SIPIL -15


yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30
cm lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau
tanah dasar bahu jalan.

c) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai "Timbunan Pilihan" bila


digunakan pada lokasi atau untuk maksud dimana timbunan pilihan telah
ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Seluruh
timbunan lain yang digunakan harus dipandang sebagai timbunan biasa (atau
drainase porous bila ditentukan atau disetujui sebagai hal tersebut).

d) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari


bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk timbunan
biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang tergantung
dari maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan harus, bila diuji sesuai
dengan SNI 03-1744-1989, bila dipadatkan sampai 95% kepadatan kering
maksimum sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

e) Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi
timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup,
bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan
pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik atau
lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih,
dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan tergantung pada kecuraman dari
lereng yang akan dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.

f) Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan
berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.

6.6 Penghamparan Timbunan

a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak
diperlukan harus dibuang.

b) Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus
dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila
diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi
kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya.

c) Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di


atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong
bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat
dapat beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti timbunan yang dihampar
horizontal lapis demi lapis.

d) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar


dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal
lapisan yang disyaratkan Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis,
lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.

SPEKTEK SIPIL -16


e) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke
permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan,
terutama selama musim hujan.

f) Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus
diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur. Dalam
pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang
menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan sementara dari
pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan
drainase porous dilaksanakan.

g) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan


dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau
struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu
perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungan
pipa atau pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan batu gravity
atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di
sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu
dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.

6.7. Pemadatan Timbunan

a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus


dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi
Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.

b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar
air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada
kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.

c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20
cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar
dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan
batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan
timbunan tanah yang disyaratkan.

d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disya-
ratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum
lapisan berikutnya dihampar.

e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah
sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi
dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus
menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu
lintas tersebut.

SPEKTEK SIPIL -17


f) Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton
atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar
timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.

g) Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment,
tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka
tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara
berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang
berlebihan pada struktur.

h) Terkecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan, timbunan yang bersebelahan


dengan ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding
belakang abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang.
.
i) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin
gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih
dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris
(tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di
tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-
rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.

j) Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan
air dimana timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.

6.8. Pengendalian Mutu Bahan

a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal
mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga
harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dengan paling sedikit tiga
contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili
rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.

b) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut pendapat


Direksi Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan
bahan atau sumber bahannya dapat diamati.

c) Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan


untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Jumlah
pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk
setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber
bahan paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif, seperti yang
disyaratkan.

6.9. Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah

SPEKTEK SIPIL -18


a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan
sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 %
bahan yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering maksimum yang
diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize)
tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai dengan 95 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang


dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian
menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus
memperbaiki pekerjaan sesuai dengan Pasal 3.2.1.(8) dari Seksi ini. Pengujian
harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang lebih dari 200 m. Untuk
penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-
gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis
penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan. Untuk timbunan, paling
sedikit satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk
setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang dihampar.

6.10. Percobaan Pemadatan

Kontraktor harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan untuk


mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Kontraktor tidak sanggup
mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti :

a) Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan


pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga
dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
b) Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan
jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan
berikutnya.

Pasal 7

PEKERJAAN BETON

7.1 UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup


pelaksanaan seluruh struktur beton, termasuk tulangan, struktur
pracetak dan komposit, sesuai dengan Spesifikasi dan sesuai dengan

SPEKTEK SIPIL -19


garis, elevasi, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan dalam
Gambar, dan sebagaimana yang diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.

b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk


pengecoran beton, pemeliharaan pondasi, pengadaan lantai kerja,
pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi
tetap kering.

c) Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari


pekerjaan dalam Kontrak haruslah seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar atau Seksi lain yang berhubungan dengan Spesifikasi ini, atau
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

d) Syarat dari SK SNI 1992 harus diterapkan sepenuhnya pada semua


pekerjaan beton yang dilaksanakan dalam Kontrak ini, kecuali bila
terdapat pertentangan dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, dalam
hal ini ketentuan dalam Spesi-fikasi ini yang harus dipakai.

2) Penerbitan Detil Pelaksanaan

Detil pelaksanaan untuk pekerjaan beton yang tidak disertakan dalam


Dokumen Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi
Pekerjaan setelah peninjauan rancangan awal telah selesai dilaksanakan.

3) Jaminan Mutu

Mutu bahan yang dipasok dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja
serta hasil akhir harus dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan
dalam Standar Rujukan dalam Pasal 7.1.(5) di bawah ini.

4) Desain Campuran Beton ( Job Mix Design)

Kontraktor harus memperoleh desain campuran beton dari laboratorium


pengujian beton untuk mendapatkan mutu beton yang disyaratkan dengan
menggunakan bahan-bahan campuran beton yang akan digunakan.

5) Toleransi

a) Toleransi Dimensi :
 Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m. + 5 mm
 Panjang keseluruhan lebih dari 6 m + 15 mm
 Panjang balok, pelat dek, kolom dinding. -0 dan + 10 mm

b) Toleransi Bentuk :
 Persegi (selisih dalam panjang diagonal) 10 mm
 Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari
garis yang dimaksud) untuk panjang s/d 3 m 12 mm
 Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6

SPEKTEK SIPIL -20


m 15 mm
 Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m 20 mm

c) Toleransi Kedudukan (dari titik patokan) :

 Kedudukan kolom pra-cetak dari rencana ± 10 mm


 Kedudukan permukaan horizontal dari rencana ± 10 mm
 Kedudukan permukaan vertikal dari rencana ± 20 mm

d) Toleransi Alinyemen Vertikal :


Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding ± 10 mm

e) Toleransi Ketinggian (elevasi) :


 Puncak lantai kerja di bawah pondasi ± 10 mm
 Puncak lantai kerja di bawah pelat injak ± 10 mm
 Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang ± 10 mm

f) Toleransi Alinyemen Horisontal : 10 mm dalam 4 m panjang mendatar.

g) Toleransi untuk Penutup / Selimut Beton Tulangan :

 Selimut beton sampai 3 cm 0 dan + 5 mm


 Selimut beton 3 cm - 5 cm - 0 dan + 10 mm
 Selimut beton 5 cm - 10 cm ± 10 mm

6) Standar Rujukan

Standar Industri Indonesia (SII) :

SII-13-1977 : Semen Portland.


(AASHTO M85 -
75)

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

PBI 1971 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2.

SK SNI M-02-1994- : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat


03 Yang Lolos Saringan No.200 (0,075 mm).
(AASHTO T11 - 90)

SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir


(AASHTO T21 - 87) untuk Campuran Mortar dan Beton.

SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.


(AASHTO T22 - 90)

Pd M-16-1996-03 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton


(AASHTO T23 - 90) di Lapangan.

SPEKTEK SIPIL -21


SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat
(AASHTO T27 - 88) Ha-lus dan Kasar.

SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin


(AASHTO T96 - 87) Los Angeles.

SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat


(AASHTO T104 - Ter-hadap Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium
86) Sulfat.

SK SNI M-01-1994- : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-


03 butir Mudah Pecah Dalam Agregat.
(AASHTO T112 -
87)

SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton


(AASHTO T126 - di Laboratorium.
90)

SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran


(AASHTO T141 - Beton Segar.
84)

AASHTO :

AASHTO T26 - 79 : Quality of Water to be used in Concrete.

7) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak


digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan
yang disyaratkan dalam Pasal 7.2 dari Spesifikasi ini.

b) Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-


masing mutu beton yang diusulkan untuk digunakan 30 hari sebelum
pekerjaan pengecoran beton dimulai.

c) Kontraktor harus segera menyerahkan secara tertulis hasil dari seluruh


peng-ujian pengendalian mutu yang disyaratkan sedemikian hingga
data tersebut selalu tersedia atau bila diperlukan oleh Direksi
Pekerjaan.

Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum


meliputi peng-ujian kuat tekan beton yang berumur 3 hari, 7 hari, 14
hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran.

SPEKTEK SIPIL -22


d) Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh perancah yang
akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari Direksi
Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.

e) Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis paling


sedikit 24 jam sebelum tanggal rencana mulai melakukan
pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton, seperti yang
disyaratkan dalam Pasal 7.4.(1) di bawah.

8) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan

Untuk penyimpanan semen, Kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan


cuaca yang kedap udara dan mempunyai lantai kayu yang lebih tinggi dari
tanah di sekitarnya dan ditutup dengan lembar polyethylene (plastik).
Sepanjang waktu, tumpukan kantung semen harus ditutup dengan lembar
plastik.

9) Kondisi Tempat Kerja

Kontraktor harus menjaga temperatur semua bahan, terutama agregat kasar,


dengan temperatur pada tingkat yang serendah mungkin dan harus dijaga agar
selalu di bawah 30oC sepanjang waktu pengecoran. Sebagai tambahan,
Kontraktor tidak boleh melaku-kan pengecoran bilamana :

a) Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg / m2 / jam.

b) Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %.

c) Tidak diijinkan oleh Direksi Pekerjaan, selama turun hujan atau bila
udara penuh debu atau tercemar.

10) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

a) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi


yang disyaratkan dalam Pasal 7.1.(4), atau yang tidak memiliki
permukaan akhir yang memenuhi ketentuan, atau yang tidak
memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam Pasal 7.1.3.(3),
harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
dan dapat meliputi :

i) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang


belum dikerjakan;

ii) Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil


pengujiannya gagal;

iii) Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian


bagian pekerjaan yang dipandang tidak memenuhi ketentuan;

SPEKTEK SIPIL -23


b) Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat
meminta Kontraktor melakukan pengujian tambahan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat
dinilai dengan adil. Biaya pengujian tambahan tersebut haruslah
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

7.2 BAHAN

1) Semen

a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen


portland yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA
dan IV. Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, bahan
tambahan (aditif) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam
campuran tidak boleh digunakan.

b) Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk


semen portland yang dapat digunakan di dalam proyek.

2) Air

Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian


lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak,
garam, asam, basa, gula atau organik. Air akan diuji sesuai dengan; dan harus
memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang diketahui dapat diminum
dapat digunakan tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu
air yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan,
maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen +
pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air suling
atau minum. Air yang diusulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan
mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 %
kuat tekan mortar dengan air suling atau minum pada periode perawatan
yang sama.

3) Ketentuan Gradasi Agregat

a) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang


diberikan dalam Tabel 7.2.(1), tetapi bahan yang tidak memenuhi
ketentuan gradasi tersebut tidak perlu ditolak bila Kontraktor dapat
menunjukkan dengan pengujian bahwa beton yang dihasilkan
memenuhi sifat-sifat campuran yang yang disyaratkan dalam Pasal
7.3.(3).

SPEKTEK SIPIL -24


Tabel 7.2 (1) Ketentuan Gradasi Agregat
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat
ASTM (mm) Halus Kasar
2” 50,8 - 100 - - -
1 1/2” 38,1 - 95 -100 100 - -
1” 25,4 - - 95 - 100 -
100
3/4” 19 - 35 - 70 - 90 - 100 100
1/2” 12,7 - - 25 - 60 - 90 - 100
3/8” 9,5 100 10 - 30 - 20 - 55 40 - 70
No.4 4,75 95 - 100 0-5 0 -10 0 - 10 0 - 15
No.8 2,36 - - 0-5 0-5 0-5
No.16 1,18 45 - 80 - - - -
No.50 0,300 10 - 30 - - - -
No.100 0,150 2 - 10 - - - -

b) Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel


terbesar tidak lebih dari ¾ dari jarak minimum antara baja tulangan
atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di
mana beton harus dicor

4) Sifat-sifat Agregat

a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih,
keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau
berangkal (boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu)
dari kerikil dan pasir sungai.

b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya
yang diberikan dalam Tabel 7.2.(2) bila contoh-contoh diambil dan
diuji sesuai dengan prosedur SNI/ AASHTO yang berhubungan.

Tabel 7.2.(2) Sifat-sifat Agregat


Batas Maksimum yang
Sifat-sifat Metode Pengujian diijinkan untuk Agregat
Halus Kasar
Keausan Agregat dengan Mesin Los SNI 03-2417-1991 - 40 %
Angeles pada 500 putaran
Kekekalan Bentuk Batu terhadap SNI 03-3407-1994 10 % 12 %
Larutan Natrium Sulfat atau Magne-sium
Sulfat setelah 5 siklus
Gumpalan Lempung dan Partikel yang SK SNI M-01-1994-03 0,5 % 0,25 %
Mudah Pecah
Bahan yang Lolos Ayakan No.200 SK SNI M-02-1994- 3% 1%
03

SPEKTEK SIPIL -25


7.3 PENCAMPURAN DAN PENAKARAN

1) Rancangan Campuran

Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan


metode yang disyaratkan dalam PBI dan sesuai dengan batas-batas yang
diberikan dalam Tabel 7.3.(1).

2) Campuran Percobaan

Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang diusulkan


dengan membuat dan menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh
Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama
seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan.

Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi ketentuan


sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam Pasal 7.3.(3) di bawah.

Tabel 7.3.(1) Batasan Proporsi Takaran Campuran


Mutu Ukuran Agre- Rasio Air / Semen Kadar Semen Min.
Beton gat Maks.(mm) Maks. (kg/m3 dari campuran)
(terhadap berat)
K600 - - -
K500 - 0,375 450
37 0,45 356
K400 25 0,45 370
19 0.45 400
37 0,45 315
K350 25 0,45 335
19 0,45 365
37 0,45 300
K300 25 0,45 320
19 0,45 350
37 0,50 290
K225 25 0,50 310
19 0,50 340
K175 - 0,57 300
K125 - 0,60 250

3) Ketentuan Sifat-sifat Campuran

a) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat


tekan dan "slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam
Tabel 7.3.(2), atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila
pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-
1974-1990 (AASHTO T22), Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23),
SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO
T141).

SPEKTEK SIPIL -26


Tabel 7.3 (2) Ketentuan Sifat Campuran
Kuat Tekan Karakteritik Min. (kg/cm2) “SLUMP” (mm)
Mutu Benda Uji Kubus Benda Uji Digetarkan Tidak
Beton 15 x 15 x 15 cm3 Silinder Digetarkan
15cm x 30 cm
7 hari 28 hari 7 hari 28 hari
K600 390 600 325 500 20 - 50 -
K500 325 500 260 400 20 - 50 -
K400 285 400 240 330 20 - 50 -
K350 250 350 210 290 20 - 50 50 - 100
K300 215 300 180 250 20 - 50 50 - 100
K250 180 250 150 210 20 - 50 50 - 100
K225 150 225 125 190 20 - 50 50 - 100
K175 115 175 95 145 30 - 60 50 - 100
K125 80 125 70 105 20 - 50 50 - 100

Catatan : bila menggunakan concrete pump slump bisa berkisar antara 75 +


25 mm

b) Beton yang tidak memenuhi ketentuan "slump" umumnya tidak boleh


diguna-kan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam
beberapa hal menyetujui penggunaannya dalam kuantitas kecil untuk
bagian tertentu dengan pembebanan ringan. Kelecakan (workability)
dan tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat
dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau celah atau
gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga
pada saat pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata, halus
dan padat.

c) Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di


bawah kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel 7.3.(2), maka
Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai
penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti
dan sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa
produksi beton memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
Spesifikasi. Kuat tekan beton berumur 28 hari yang tidak memenuhi
ketentuan yang disyaratkan harus dipandang tidak sebagai pekerjaan
yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki
sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 7.1.(10) di atas. Kekuatan beton
dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian
serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dipertanyakan
lebih kecil dari kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari rumus yang
diuraikan dalam Pasal 7.6.(2).(c).

d) Direksi Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau


memerintahkan Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk
meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan
beton berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Kontraktor harus
segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi

SPEKTEK SIPIL -27


dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton
berumur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan,
pada waktu tersebut Direksi Pekerjaan akan menelaah kedua hasil
pengujian yang berumur 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera
memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu.

e) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat


mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh
berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja,
terkecuali bila Kontraktor dan Direksi Pekerjaan keduanya sepakat
dengan perbaikan tersebut.

4) Penyesuaian Campuran

a) Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)

Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi


yang semula dirancang oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor akan
melakukan perubahan pada berat agregat sebagaimana diperlukan,
asalkan dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak
berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan berdasarkan
pengujian kuat tekan yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi,
tidak dinaikkan.

Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara


menambah air atau oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Bahan
tambah (aditif) untuk mening-katkan sifat kelecakan hanya diijinkan
bila secara khusus telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

b) Penyesuaian Kekuatan

Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau


disetujui, kadar semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.

c) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru

Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh


dilakukan tanpa pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan dan
bahan baru tidak boleh digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima
bahan tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru
berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang
dilakukan oleh Kontraktor.

5) Penakaran Agregat

a) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila


digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus
sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara

SPEKTEK SIPIL -28


dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat
harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak
boleh melebihi kapasitas alat pencampur.

b) Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan


dipertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati
keadaan jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan
agregat dengan air secara berkala. Pada saat penakaran, agregat harus
telah dibasahi paling sedikit 12 jam sebe-lumnya untuk menjamin
pengaliran yang memadai dari tumpukan agregat.

6) Pencampuran

a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis


dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin
distribusi yang merata dari seluruh bahan.

b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat
ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan dalam setiap penakaran.

c) Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen


yang telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum
air ditambahkan.

d) Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke


dalam campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus
dimasukkan sebelum waktu pencampuran telah berlangsung
seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾
m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar
waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.

e) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi


Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual,
sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan
pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi pada beton non-
struktural.

7.4 PELAKSANAAN PENGECORAN

1) Penyiapan Tempat Kerja

a) Kontraktor harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan


beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat
memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru.

b) Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau


formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan

SPEKTEK SIPIL -29


dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, dan harus membersihkan dan menggaru tempat di sekeliling
pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya
seluruh sudut pekerjaan. Jalan kerja yang stabil juga harus disediakan
jika diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat
diperiksa dengan mudah dan aman.

c) Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton


harus dijaga agar senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas
tanah yang berlumpur atau bersampah atau di dalam air. Atas
persetujuan Direksi beton dapat dicor di dalam air dengan cara dan
peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran
atau cofferdam.

d) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda


lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau
selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak
bergeser pada saat pengecoran.

e) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, bahan


landasan untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku atau atas persetujuan Direksi Pekerjaan.

f) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk


pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan
atau pengecoran beton dan dapat meminta Kontraktor untuk
melaksanakan pengujian penetrasi ke dalaman tanah keras, pengujian
kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya
daya dukung dari tanah di bawah pondasi.

Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi


ketentuan, Kontraktor dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi
atau ke dalaman dari pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan
di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan
tindakan stabilisasi lainnya sebagai-mana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.

2) Acuan

a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus


dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus
dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh
kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.

b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari
adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.

c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk


permukaan akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang

SPEKTEK SIPIL -30


diserut dengan tebal yang merata harus digunakan untuk permukaan
beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut tajam Acuan harus
dibulatkan.

d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa


merusak beton.

3) Pengecoran

a) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis


paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton bilamana pengecoran beton telah
ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi
pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.

Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan


tersebut dan akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat
mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak
boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan.

b) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk


memulai pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan
bilamana Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk
menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara
keseluruhan.

c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi


dengan air atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang
tidak meninggalkan bekas.

d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak
dicor sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah
pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang
dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan
karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan,
kecuali diberikan bahan tambah (aditif) untuk memperlambat proses
pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.

e) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan


sambungan konstruksi (construction joint) yang telah disetujui
sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.

f) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi


partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam
cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir
beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh melampaui satu
meter dari tempat awal pengecoran.

SPEKTEK SIPIL -31


g) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk
yang rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam
lapisan-lapisan horisontal dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk
dinding beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus sepanjang
seluruh keliling struktur.

h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian


lebih dari 150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.

Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat


dilakukan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton
harus dicor dengan metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket,
dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk tujuan ini
harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.

Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga
memung-kinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh
selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi
harus ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum
pengecoran dilanjutkan.

Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran


beton di bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya

i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga


campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu
dengan campuran beton yang baru.

j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang


akan dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-
bahan yang lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh.
Sesaat sebelum pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton
lama harus disapu dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai
dengan betonnya

k) Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan


pekerjaan beton dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.

4) Sambungan Konstruksi (Construction Joint)

a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap


jenis struktur yang diusulkan dan Direksi Pekerjaan harus menyetujui
lokasi sambungan konstruksi pada jadwal tersebut, atau sambungan
konstruksi tersebut harus diletakkan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar. Sambungan konstruksi tidak boleh ditempatkan pada
pertemuan elemen-elemen struktur terkecuali disyaratkan demikian.

b) Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Semua


sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang

SPEKTEK SIPIL -32


dan pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser
minimum.

c) Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus


melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur
tetap monolit.

d) Lidah alur harus disediakan pada sambungan konstruksi dengan ke


dalaman paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat dan antara telapak
pondasi dan dinding. Untuk pelat yang terletak di atas permukaan,
sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian sehingga pelat-
pelat mempunyai luas tidak melampaui 40 m2, dengan dimensi yang
lebih besar tidak melampaui 1,2 kali dimensi yang lebih kecil.

e) Kontraktor harus menyediakan pekerja dan bahan tambahan


sebagaimana yang diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi
tambahan bilamana pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan
akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau penghentian
pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.

f) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan tambah (aditif) dapat


digunakan untuk pelekatan pada sambungan konstruksi, cara
pengerjaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.

g) Pada air asin atau mengandung garam, sambungan konstruksi tidak


diperkenankan pada tempat-tempat 75 cm di bawah muka air terendah
atau 75 cm di atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam
Gambar.

5) Konsolidasi

a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari
luar yang telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui
oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara
manual dengan alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat
dan memadai. Penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan
campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam cetakan.

b) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk


menentukan bahwa semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan
benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka penulangan, dan setiap
rongga udara dan gelembung udara terisi.

c) Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga


menghasilkan pema-datan yang diperlukan tanpa menyebabkan
terjadinya segregasi pada agregat.

d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan


sekurang-kurang-nya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25

SPEKTEK SIPIL -33


kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan
getaran yang merata.

e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis
pulsating (berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-
kurangnya 5000 putaran per menit apabila digunakan pada beton yang
mempunyai slump 2,5 cm atau kurang, dengan radius daerah
penggetaran tidak kurang dari 45 cm.

f) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam


beton basah secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan
penetrasi sampai ke dasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan
kepadatan pada seluruh keda-laman pada bagian tersebut. Alat
penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali
pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak
boleh berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh
digunakan untuk memindah campuran beton ke lokasi lain, serta tidak
boleh menyentuh tulangan beton.

g) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam


Tabel 7.4.(5).

Tabel 7.4.(5) Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam

Kecepatan Pengecoran Beton (m3 / jam) Jumlah Alat


4 2
8 3
12 4
16 5
20 6

7.5 PENGERJAAN AKHIR

1) Pembongkaran Acuan

a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran
beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok,
gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian
menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan
beton telah dicapai.

b) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk


pekerjaan ornamen, sandaran (railing), dinding pemisah (parapet), dan
permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu
paling sedikit 9 jam setelah penge-coran dan tidak lebih dari 30 jam,
tergantung pada keadaan cuaca.

SPEKTEK SIPIL -34


2) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)

a) Terkecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan


segera setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau
logam yang telah diguna-kan untuk memegang cetakan, dan cetakan
yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotong kembali
paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan
ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus
dibersihkan.

b) Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah


pembong-karan acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas
kekurangsempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi struktur
atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi
pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.

c) Bilaman Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat


keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound),
membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton.
Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan semen acian (semen dan
air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Lubang harus
selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan adukan yang kental yang terdiri
dari satu bagian semen dan dua bagian pasir, yang harus dibuat
menyusut sebelumnya dengan mencampurnya kira-kira 30 menit
sebelum dipakai.

3) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)

Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut


ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :

a) Bagian atas pelat, kerb, permukaan trotoar, dan permukaan horisontal


lainnya sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus
digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta
ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus
diselesaikan secara manual sampai halus dan rata dengan
menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau oleh
cara lain yang cocok, sebelum beton mulai mengeras.

b) Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk


trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara
lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum
beton mulai mengeras.

c) Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambal atau


yang masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak
kasar (medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada
permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang
dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk pengerjaan

SPEKTEK SIPIL -35


akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda
bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi,
serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari
penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.

4) Perawatan Dengan Pembasahan

a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan


dini, tempe-ratur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton
harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin
dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang
ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada
semen dan pengerasan beton.

b) Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras,


dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air.
Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam
waktu paling sedikit 3 hari. Semua bahan perawat atau lembaran bahan
penyerap air harus dibebani atau diikat ke bawah untuk mencegah
permukaan yang terekspos dari aliran udara.

Bilamana digunakan acuan kayu, acuan tersebut harus dipertahankan


basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya
sambungan-sam-bungan dan pengeringan beton. Lalu lintas tidak
boleh diperkenankan melewati permukaan beton dalam 7 hari setelah
beton dicor.

c) Lantai beton sebagai lapis aus harus dirawat setelah permukaannya


mulai mengeras dengan cara ditutup oleh lapisan pasir lembab setebal
5 cm paling sedikit selama 21 hari.

d) Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal
yang tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah
bahan tambah (aditif), harus dibasahi sampai kekuatanya mencapai 70
% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.

7.6 PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN

1) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)

Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh


Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang
dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan terkecuali
disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya.

2) Pengujian Kuat Tekan

a) Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari satu pengujian kuat


tekan untuk setiap 60 meter kubik beton yang dicor dan dalam segala

SPEKTEK SIPIL -36


hal tidak kurang dari satu pengujian untuk setiap mutu beton dan untuk
setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari
pengecoran. Setiap pengujian harus minimum harus mencakup empat
benda uji, yang pertama harus diuji pembe-banan kuat tekan sesudah 3
hari, yang kedua sesudah 7 hari, yang ketiga sesudah 14 hari dan yang
keempat sesudah 28 hari.

b) Bilamana kuantitas total suatu mutu beton dalam Kontrak melebihi 40


meter kubik dan frekuensi pengujian yang ditetapkan pada butir (a) di
atas hanya menyediakan kurang dari lima pengujian untuk suatu mutu
beton tertentu, maka pengujian harus dilaksanakan dengan mengambil
contoh paling sedikit lima buah dari takaran yang dipilih secara acak
(random).

c) Kuat Tekan Karakteristik Beton (σ bk) diperoleh dengan rumus berikut


ini :

σbk = σbm - K.S

n
Σ σi
i=l
σ bm = adalah kuat tekan rata-rata
n

n
Σ ( σ i − σ bm)2
S i=l
= adalah standar deviasi
n −1

σ i = hasil pengujian masing-masing benda uji


n = jumlah benda uji
K = 1,645 untuk 20 sampel rancangan campuran dan untuk
persetujuan pekerjaan.

d) Pada pengujian kuat tekan beton tidak boleh lebih dari 1 (satu) harga
diantara 20 harga (5%) hasil pengujian, terjadi kurang dari σ’bk

e) Tidak boleh satupun harga pengujian kuat tekan beton rata-rata dari 4
sampel kubus berturut-turut kurang dari σ’bm,4 ≥ (σ’bk + 0.8225 S)

f) Setelah diperoleh 20 hasil pengujian kuat tekan ( misalnya 4 sampel


kelompok pertama hingga 4 sampel kelompok kelima) dan dihitung
harga rata-rata σbm dan standar deviasi S maka harus dipenuhi :

SPEKTEK SIPIL -37


σ’bk ≥ (σbm + 1.645 S)

g) Dalam hal pengedalian di lapangan pengujian kuat tekan dapat dibagi


menjadi beberapa kelompok kecil (misal 4 sampel dari 5 kelompok)
dengan menggunakan grafik kontrol (control chart) yang terdiri dari
garis terendah hingga garis tertinggi berturut-turut adalah garis batas
spesifikasi, batas kontrol dan garis tengah.

Batas Spesifikasi adalah garis yang menunjukkan kuat tekan


karaketeristik yang dipersyaratkan. Batas Kontrol adalah kuat tekan
karakteristik dalam kelompok (σ’bk,n = σ’bk + K.S), sedangkan Garis
Tengah adalah garis yang menunjukkan kuat tekan rata-rata.

σ’bm
Garis Tengah

0,8225 S
σ’bm,n σ’bk, n Batas Kontrol

0,8225 S
σ’bk Batas Spesifikasi
1 2 3 4 5
Kelompok

h) Apabila hasil pengujian kuat tekan rata-rata kelompok σ’bm,n < σ’bk,n
(sekali) maka kontraktor harus melakukan upaya untuk memperbaiki
mutu beton, bila hasil pengujian kuat tekan kelompok rata-rata
berikutnya σ’bm,n < σ’bk,n (kedua kali) maka berarti kontraktor tidak
mampu mencapai σ’bk yang dipersyaratkan, dan pekerjaan beton
yang sudah dilakukan harus ditolak.

3) Pengujian Tambahan

Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk


menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian
tambahan tersebut meliputi :

a) Pengujian yang tidak merusak menggunakan "sclerometer" atau


perangkat penguji lainnya;
b) Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang
dipertanyakan;
c) Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
d) Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

SPEKTEK SIPIL -38


Pasal 8

BESI BETON

8.1 UMUM

1) Uraian

Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan


sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.

2) Penerbitan Detil Pelaksanaan

Detail pelaksanaan untuk baja tulangan yang tidak termasuk dalam Dokumen
Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan setelah
peninjauan kembali rancangan awal telah selesai dilaksanakan.

3) Standar Rujukan

A.C.I. 315 : Manual of Standard Practice for Detailing Reinforced


Concrete Structures, American Concrete Institute.
AASHTO M31M - : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for Concrete
90 Rein-forcement.
AASHTO M32 - 90 : Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement.
AASHTO M55 - 89 : Welded Steel Wire Fabrics for Concrete
Reinforcement.

4) Toleransi

a) Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam ACI


315.

b) Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang


menutup bagian luar baja tulangan adalah sebagai berikut :

i) 3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara


atau terhadap air tanah atau terhadap bahaya kebakaran;

ii) Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 8.1 untuk beton yang
terendam/ tertanam atau terekspos langsung dengan cuaca atau
timbunan tanah tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan;

iii) 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak


bisa dicapai, atau untuk beton yang tak dapat dicapai yang bila
keruntuhan akibat karat pada baja tulangan dapat menyebabkan
berkurangnya umur atau struktur, atau untuk beton yang
ditempatkan langsung di atas tanah atau batu, atau untuk beton
yang berhubungan langsung dengan kotoran pada selokan atau
cairan korosif lainnya.

SPEKTEK SIPIL -39


Tabel 8.1 Tebal Selimut Beton Minimum dari Baja Tulangan untuk
Beton Yang Tidak Terekspos Tetapi Mudah Dicapai

Ukuran Batang Tulangan Tebal Selimut Beton


yang akan diselimuti (mm) Minimum (cm)
Batang 16 mm dan lebih kecil 3,5
Batang 19 mm dan 22 mm 5,0
Batang 25 mm dan lebih besar 6,0

6) Penyimpanan dan Penanganan

a) Kontraktor harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam ikatan,


diberi label, dan ditandai dengan label logam yang menunjukkan
ukuran batang, panjang dan informasi lainnya sehubungan dengan
tanda yang ditunjukkan pada diagram tulangan.

b) Kontraktor harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan


sedemikian untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi, atau
kerusakan.

7) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Sebelum memesan bahan, seluruh daftar pesanan dan diagram


pembengkokan harus disediakan oleh Kontraktor untuk mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dan tidak ada bahan yang boleh
dipesan sebelum daftar tersebut serta diagram pembengkokan disetujui.

b) Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan, Kontraktor harus


menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan daftar yang disahkan pabrik
baja yang memberikan berat satuan nominal dalam kilogram untuk
setiap ukuran dan mutu baja tulangan atau anyaman baja dilas yang
akan digunakan dalam pekerjaan.

8) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi


Ketentuan

a) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam


segala hal tidak membebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya
untuk memastikan ketelitian dari daftar dan diagram tersebut. Revisi
bahan yang disediakan sesuai dengan daftar dan diagram, untuk
memenuhi rancangan dalam Gambar, harus atas biaya Kontraktor.

b) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam
pekerjaan :

i) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi


toleransi pembuatan yang disyaratkan dalam ACI 315;

SPEKTEK SIPIL -40


ii) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada Gambar
atau Gambar Kerja Akhir (Final Shop Drawing);

iii) Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang


berlebih atau oleh sebab lain.

c) Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan,


batang tulangan tidak boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan
tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan atau yang sedemikian sehingga
akan merusak atau melemahkan bahan. Pembengkokan kembali dari
batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali
disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal batang tulangan
yang telah dibengkokkan kembali lebih dari satu kali pada tempat yang
sama tidak diijinkan digunakan pada Pekerjaan. Kesalahan yang tidak
dapat diperbaiki oleh pembengkokan kembali, atau bilamana
pembengkokan kembali tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus
diperbaiki dengan mengganti seluruh batang tersebut dengan batang
baru yang dibengkokkan dengan benar dan sesuai dengan bentuk dan
dimensi yang disyaratkan.

d) Kontraktor harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk


pemotongan dan pembengkokan tulangan, baik jika melakukan
pemesanan tulangan yang telah dibengkokan maupun tidak, dan harus
menyediakan persediaan (stok) batang lurus yang cukup di tempat,
untuk pembengkokan sebagaimana yang diperlukan dalam
memperbaiki kesalahan atau kelalaian.

9) Penggantian Ukuran Batang

Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara jelas
disahkan oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana baja diganti haruslah dengan luas
penampang yang sama dengan ukuran rancangan awal, atau lebih besar.

8.2 BAHAN

1) Baja Tulangan

a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai
dengan Gambar dan memenuhi Tabel 8.2.(1) berikut ini :
Tabel 8.2 (1) Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan
Tegangan Leleh Karakteristik atau
Mutu Sebutan Tegangan Karakteristik yang
memberikan regangan tetap 0,2
(kg/cm2)
U24 Baja Lunak 2.400
U32 Baja Sedang 3.200
U39 Baja Keras 3.900
U48 Baja Keras 4.800

SPEKTEK SIPIL -41


b) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat,
anyaman tulangan yang di las yang memenuhi AASHTO M55 dapat
digunakan.

2) Tumpuan untuk Tulangan

Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan
beton pracetak dengan mutu K250 atau f’c: 20 MPa seperti yang disyaratkan
dalam Seksi 7.1 dari Spesifikasi ini, terkecuali disetujui lain oleh Direksi
Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh diijinkan sebagai
tumpuan.

3) Pengikat untuk Tulangan

Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang
memenuhi AASHTO M32 - 90.

8.3 PEMBUATAN DAN PENEMPATAN

1) Pembengkokan

a) Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja


tulangan harus dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur
ACI 315, menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas
dari lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila
pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa
sifat-sifat fisik baja tidak terlalu berubah banyak.

b) Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus


dibengkok-kan dengan mesin pembengkok.

2) Penempatan dan Pengikatan

a) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk


menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan
adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak
pelekatan dengan beton.

b) Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan


kebutuhan selimut beton minimum yang disyaratkan dalam Pasal
8.1.(5) di atas, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

c) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat


pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan
tulangan pembagi atau pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja tarik
utama tidak diperkenankan.

SPEKTEK SIPIL -42


d) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang
ditunjukkan pada Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan,
terkecuali ditunjukkan pada Gambar, tidak akan diijinkan tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap penyambungan yang
dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap
batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan harus
diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimum.

e) Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka


panjang tumpang tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan
batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.

f) Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci


dalam Gambar atau secara khusus diijinkan oleh Direksi Pekerjaan
secara tertulis. Bilamana Direksi Pekerjaan menyetujui pengelasan
untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini adalah sambungan
dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari
AWS D 2.0. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak
diperkenankan.

g) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan


beton sehingga tidak akan terekspos.

h) Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin,


dengan bagian tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu
kali jarak anyaman. Anyaman harus dipotong untuk mengikuti bentuk
pada kerb dan bukaan, dan harus dihentikan pada sambungan antara
pelat.

i) Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu


yang cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan
diolesi dengan adukan semen acian (semen dan air saja).

j) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh
digunakan untuk memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja,
lantai untuk kegiatan bekerja atau beban konstruksi lainnya.

Pasal 9

PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA


UNTUK PINTU AIR

9.1 UMUM

a. Kontraktor harus menyediakan semua gambar kerja, bahan, perlengkapan,


peralatan dan tenaga yang diperlukan.

SPEKTEK SIPIL -43


b. Kontraktor harus melaksanakan semua pekerjaan termasuk fabrikasi,
pengiriman, pemasagan/ereksi, pengelasan, pembautan, pemeriksaan dan
percobaan (testing).
c. Kontraktor harus memelihara, memperbaiki, menyelesaikan dan mengerjakan
semua pekerjaan dan pekerjaan tambahan, sehingga menghasilkan pekerjaan
yang sesuai dengan gambar rencana.

9.1.1 Gambar Kerja

Kontraktor harus membuat gambar kerja yang menunjukkan semua detail termasuk
tipe dan ukuran dari komponen baja, lokasi dan detail sambungan dan mengajukan
kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilaksanakan.

9.1.2 Standard

Semua bahan dan konstruksi harus memenuhi standard yang umum dipakai di
Indonesia: SNI 03-1729-2002 ( Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk
Bangunan Gedung), JIS, AISC, ASTM dan AWS.

9.1.3 Kontrol Kualitas Fabrikator

a. Fabrikator baja harus mempunyai prosedur fabrikasi dan baja hasil fabrikasi ini
diuji dan diawasi oleh badan pengujian yang independen sesuai yang ditunjuk
oleh Pengawas. Biaya dari seluruh pengujian dan pengawasan ini ditanggung
oleh fabrikator. Pengujian dan inspeksi harus dilakukan oleh orang yang
mempunyai Sertifikasi Welding. Lampirkan laporan hasil inspeksi kepada
Pengawas.
b. Maksud dari inspeksi ini adalah agar badan pengujian dapat memverifikasikan
bahwa secara umum baja fabrikasi ini memenuhi spesifikasi yang telah
ditentukan. Pengawasan direkomendasikan minimum seminggu sekali.
Pengawasan pertama harus dijadwalkan pada tahap awal. Hubungi Pengawas
untuk inspeksi awal. Pengujian dan inspeksi harus mencakup :
1. Mempelajari laporan dari mill uji dan verifikasikan bahwa material yang
digunakan sama dengan material yang dilaporkan.
2. Review prosedur pengelasan dari fabrikator. Verifikasikan bahwa prosedur
pengelasan telah dipatuhi. Pastikan bahwa tukang las mempunyai sertifikasi
resmi dan minta mereka untuk mendemonstrasikan teknik mereka.
3. Mempelajari prosedur pembautan mutu tinggi. Verifikasikan bahwa pada
pemasangan dibengkel baut mutu tinggi sesuai dengan sertifikasi AISC.

SPEKTEK SIPIL -44


4. Melakukan pengecekan persiapan joint/sambungan untuk menghasilkan
sambungan penetrasi yang sempurna. Pengelasan penetrasi harus diuji
ultrasonik.
5. Melakukan pengecekan las sudut untuk ukuran, profil, tebal las dan
porosity.
6. Melakukan Pengecekan di tempat dimensi ukuran lubang dan cek tepian
lubang baut akibat kurang sempurnanya pelubangan.

9.1.4 Bahan

9.1.4.1 Material

a. Semua profil baja, pelat baja dan konstruksi baja lainnya, harus baru dan
bermutu terbaik serta memenuhi persyaratan yang dicantumkan dalam gambar.
b. Baut yang dipergunakan adalah jenis HTB – A 325.
c. Elektroda atau kawat las untuk konstruksi baja harus memenuhi ketentuan
dalam AWS D 1.1 dan hanya elektroda-elektroda seri E-70 XX yang boleh
dipakai.

9.1.4.2 Fabrikasi

a. Sedapat mungkin semua konstruksi baja dibuat dipabrik/workshop. Kontraktor


harus menjamin ketepatan pengukuran di lapangan, fabrikasi dan pemasangan
b. Sambungan las hanya diperbolehkan jika dinyatakan pada gambar kerja yang
telah disetujui. Semua las harus terdiri dari komposisi yang merata, halus,
rapih, berkekuatan penuh serta cukup kenyal, harus bebas dari “porosity” dan
harus dibuat dengan teknik kerja yang menjamin pembebanan muatan yang
merata pada seluruh potongan las disertai pencegahan kemungkinan terjadinya
eksentrisitas pada las logam sekelilingnya.
c. Pengelasan harus dilaksanakan secara menerus sepanjang garis singgung,
kecuali jika disyaratkan untuk pelaksanaan dengan cara “intermitten weld” atau
“tack weld” pada spesifikasi.
d. Semua pengelasan harus dilaksanakan oleh tukang las yang berpengalaman dan
telah mempunyai sertifikat 3G.
e. Lubang-lubang baut dan lubang-lubang angkur pada pelat dasar dan pelat
bearing harus dibuat di pabrik/workshop dengan menggunakan mesin bor.
Mesin pons boleh dipergunakan untuk pelat dengan ketebalan maksimum 10
mm. Kontraktor tidak boleh merubah atau membuat lobang baru dilapangan

SPEKTEK SIPIL -45


tanpa seijin Pengawas. Membuat lobang baut dengan api sama sekali tidak
diperkenankan.
f. Permukaan tumpuan (bearing surface) harus betul-betul rata dan memiliki
kontak penuh.
g. Toleransi untuk fabrikasi material harus sesuai dengan AISC “Code of Standard
Practice”.
h. Pemotongan harus dilaksanakan dengan gergaji besi atau dengan alat potong
dengan gas/sistim bakar yang tidak menimbulkan tegangan. Semua bekas
pemotongan besi harus rapih dan rata. Pemotongan dengan mesin las sekali-
kali tidak diperkenankan.
i. Semua konstruksi baja harus diberi cat dasar di pabrik/workshop sebelum
dikirim ke lapangan. Sebelum dicat, semua baja harus dibersihkan dari karat-
karat, disikat dengan sikat baja. Bagian konstruksi baja yang akan diberi lapisan
tahan api tidak perlu diberi cat dasar.
j. Penyimpanan konstruksi baja harus berada diatas penunjang, tidak boleh
langsung berada diatas tanah, dan harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-
kerusakan, abrasi atau korosi.

9.1.4.3 Pemasangan / Erection

a. Kontraktor harus memberitahu Pengawas rencana pengiriman konstruksi baja


dan menjamin bahwa setelah dilapangan, konstruksi baja tersebut dapat
disimpan dengan baik dan tetap terjaga, tidak rusak dan kotor. Bilamana
ternyata yang dikirim menjadi cacat, rusak dan bengkok, kontraktor harus
mengganti dengan yang baru. Penempatan konstruksi baja dilapangan harus
diatur demikian hingga dapat memudahkan pekerjaan erection.

b. Sebelum erection dimulai, kontraktor harus memeriksa kembali kedudukan


angkur-angkur kolom baja dan memberitahu kepada Pengawas metode dan
urutan pelaksanaan erection.

c. Pemasangan angkur-angkur untuk kolom harus diberi perhatian khusus dimana


jarak-jarak/kedudukan angkur-angkur harus tepat dan akurat untuk mencegah
ketidak-cocokan dalam erection, untuk itu harus dijaga agar selama pengecoran
angkur-angkur tersebut tidak bergeser.

d. Semua peralatan, termasuk penunjang sementara dan perancah yang diperlukan


untuk pemasangan konstruksi baja harus disediakan oleh Kontraktor dalam
keadaan cukup dan baik di lapangan.

SPEKTEK SIPIL -46


e. Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan pekerja-pekerjanya di
lapangan. Untuk ini Kontraktor harus menyediakan pelindung kepala/helm, ikat
pinggang pengaman/safety belt, sarung tangan, sepatu dan pemadam kebakaran
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari instansi yang berwewenang.

f. Untuk pekerjaan erection di lapangan, kontraktor harus menyediakan tenaga


ahli dalam bidang konstruksi baja yang senantiasa mengawasi dan bertanggung
jawab atas pekerjaan erection. Tenaga ahli untuk mengawasi pekerjaan erection
tersebut harus mendapat persetujuan Pengawas.

g. Penempatan konstruksi baja dilapangan harus diatur demikian hingga


memudahkan pekerjaan erection. Kontraktor harus memberitahu Pengawas
sebelum pengiriman konstruksi baja dan menjamin bahwa setelah dilapangan,
konstruksi baja tersebut dapat disimpan dengan baik dan tetap terjaga, tidak
rusak dan kotor. Bilamana ternyata yang dikirim rusak dan bengkok,
kontraktor harus mengganti dengan yang baru.

h. Baut penyambung harus baru dan memiliki mutu, ukuran dan spesifikasi yang
sesuai dengan yang disyaratkan dalam gambar-gambar rencana. Pengencangan
baut harus dengan kunci torsi dan mengikuti spesifikasi dari baut tersebut.

i. Pemasangan/erection harus direncanakan dengan baik dan harus dilakukan


dengan penunjang-penunjang sementara yang memenuhi syarat agar memenuhi
persyaratan kelurusan, ketepatan posisi dan level.

j. Bila selama proses pemasangan terjadi kerusakan pada bagian konstruksi baja,
maka perbaikan atau pelurusan dari batang-batang yang bengkok, terpuntir atau
rusak tersebut harus atas persetujuan dari Pengawas. Pengawas dapat
memerintahkan Kontraktor untuk mengganti bagian konstruksi baja tersebut
dengan yang baru bila dinilai kerusakan yang terjadi dapat mengganggu
kekuatan atau penampilan.

9.1.4.4 Gambar Pelaksanaan (As-Built Drawing)


Kontraktor harus memperbaiki gambar-gambar kerja sesuai dengan semua
perubahan-perubahan yang dilakukan di lapangan (As-built) dan menyerahkan
kepada Pengawas pada akhir waktu pelaksanaan sebanyak 5 (lima) set.

SPEKTEK SIPIL -47


Pasal 11

PENUTUP

Walaupun dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini tidak merinci secara lengkap baik
mengenai cara pengujian dan pemeriksaan bahan bangunan yang dipergunakan dan lain-
lain hal, namun kontraktor wajib menyelesaikan pekerjaan ini dengan sebaik-baiknya dan
dapat di pertanggungjawabkan secara teknis.

Demikian Syarat-syarat teknis ini dibuat dan menjadi pedoman di dalam pelaksanaan
nantinya.

SPEKTEK SIPIL -48

Anda mungkin juga menyukai