KEGIATAN :
REHABILITASI JARINGAN IRIGASI DI TAMIANG
PEKERJAAN :
PERENCANAAN (PIHAK KE III) KEGIATAN
REHABILITASI JARINGAN IRIGASI DI TAMIANG
LOKASI :
TAMIANG
KONSULTAN PERENCANA :
Pasal 1
UMUM
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :
Pekerjaan : Pembangunan Bangunan Bendung di Tamiang
Lokasi : Kab. Mandailing Natal.
3. Ukuran
a. Ukuran satuan yang dipergunakan dalam spesifikasi, daftar kuantitas dan harga
satuan dan gambar-gambar lelang adalah satuan metrik dan merupakan kesatuan
dengan RKS ini.
b. Sebelum melaksanakan pekerjaan, pemborong harus mengukur kembali semua titik
elevasi dan koordinat - koordinat. Dan apabila terjadi perbedaan – perbedaan
dilapangan, kontraktor wajib membuat gambar - gambar penyesuaian dan harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
4. Gambar-gambar
a. Seluruh gambar-gambar dapat diperoleh melalui pemberi tugas, Pemborong Wajib
mengetahui seluruh pelaksanaan bangunan ini, sehingga dapat menyesuaikan
program pekerjaannya secara baik dan benar.
b. Selama pelaksanaan, Pemborong harus memberi tanda dengan warna pada gambar
setiap bagian yang telah dilaksanakan termasuk kalau ada perubahan dari
perencanaan semula.
c. Pemborong harus membuat gambar pelaksanaan untuk bagian yang dianggap perlu
(Shop Drawing) gambar ini harus diketahui dan disetujui oleh Pengawas/Direksi.
d. Setelah pekerjaan ini selesai, pemborong harus menjelaskan gambar terpasang (as
build drawing) diatas kertas A3 untuk dapat dicetak dan diserahkan kepada Direksi.
SPEKTEK SIPIL -1
5. Perbedaan Gambar dan Hal-hal Yang Kurang Jelas
a. Pada dasarnya bila ada perbedaan/pertentangan antara gambar dan RKS, maka
yang berlaku adalah RKS, kecuali bilamana ada ketentuan lain dari
Pengawas/Direksi dan Perencana.
b. Apabila ada ketidaksesuaian/ keragu-raguan antara gambar dan RKS yang tidak
bisa diatasi, maka sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut Pemborong wajib
melaporkan secara tertulis kepada Pengawas/Direksi untuk mendapatkan keputusan
selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum masalah tersebut terlihat dalam
pelaksanaan.
c. Perbedaan tersebut tidak bisa dijadikan alasan bagi pemborong untuk mengadakan
Claim.
d. Untuk pekerjaan elektrikal dan plumbing walaupun tidak disebutkan secara
terperinci dalam RKS dan gambar tentang peralatan serta perlengkapan instalasi,
Pemborong diwajibkan menyediakan/ memasang peralatan yang digunakan/
diperlukan, sehingga instalasi dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Pasal 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
Untuk memulai pekerjaan sebaiknya mempersiapkan terlebih dahulu pekerjaan yang akan
mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan tersebut. Atau sering kita kenal dengan
Pekerjaan Persiapan, diantaranya adalah :
1. Pembersihan Lokasi
Untuk kelancaran pekerjaan proyek ini, salah satu faktor yang sangat menentukan
adalah kebersihan. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diminta untuk
melakukan pembersihan lokasi pada areal pekerjaan yang akan dikerjakan.
SPEKTEK SIPIL -2
4. Buku Harian.
5. Keamanan Pekerjaan.
Kontraktor diwajibkan
a. Menjaga keamanan dan tata tertib di tempat pekerjaan.
b. Mengambil tindakan yang perlu demi untuk kepentingan keselamatan para pekerja.
c. Mentaati peraturan-peraturan setempat dan mengusahakan perijinan penggunaan
jalan, bangsal dan sebagainya.
d. Mentaati semua kewajiban yang dibebankan kepadanya berhubung dengan
peraturan-peraturan pelaksanaan pula peraturan yang diadakan selama
penyelenggaraan.
6. Bangunan/Kantor Direksi.
Kontraktor harus membuat bangunan sementara untuk Kantor Direksi (Direksi Keet)
dan gudang serta barak untuk keperluan kontraktor dengan luas sesuai yang tercantum
di dalam volume pekerjaan. Bangunan tersebut harus dilengkapi dengan penerangan,
perlengkapan kamar mandi WC, meja kursi dan kelengkapan lainnya yang layak
dipakai sampai akhir pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor diwajibkan memelihara
Kantor Direksi tersebut agar dapat dipakai untuk kerja sampai pelaksanaan proyek
selesai.
Apabila tidak ditentukan lain oleh Pemberi Tugas, maka Kontraktor wajib
membongkar kembali bangunan-bangunan sementara tersebut pada saat pelaksanaan
pekerjaan selesai.
7. Keselamatan Kerja.
SPEKTEK SIPIL -3
b. Segera memberitahukan secara tertulis kepada Direksi mengenai terjadinya
kecelakaan dengan disertai keterangan seperluanya.
c. Menyediakan peralatan yang sesuai dengan peraturan kesehatan di tempat
pekerjaan.
d. Kontraktor harus membuat pengaturan dengan rumah sakit terdekat dan dengan
dokter setempat sehingga bagi para pegawai/pekerjanya yang sakit atau mengalami
kecelakaan segera dapat menerima pengobatan yang baik, pada setiap saat baik
siang maupun malam.
e. Menyediakan air minum yang cukup dan memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi
para pekerja, yang semuanya menjadi beban Kontraktor.
8. Jam Kerja.
Yang dimaksud dalam pasal mengenal mobilisasi dan demobilisasi dalam daftar
kuantitas dan harga satuan, mencakup antar jemput/mendatangkan : pekerja, pegawal,
bahan-bahan bangunan, peralatan dan keperluan-keperluan insidental untuk
melaksanakan seluruh pekerjan, untuk pindah di dalam lokasi proyek dan
pemindahan/pembongkaran seluruh instalasi pada saat berakhirnya pekerjaan,
termasuk:
Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor menerima surat pelulusan, Kontraktor
harus memasukkan rencana detail kepada pengawas/ Direksi mengenai prosedur
mobilisasi. Hal ini harus menjamin selesainya mobilisasi menurut pasal butir a) dan b)
tersebut di atas dalam waktu maksimum 20 (dua puluh) hari setelah Pengawas/Direksi
memberikan nota mulainya pekerjaan.
b. Titik ketinggian/Peil lantai dermaga harus tetap dijaga agar tidak berubah/ bergeser
selama pekerjaan ini berlangsung.
SPEKTEK SIPIL -4
c. Pengukuran dan pemasangan bouwplank titik duga (peil + 0) ditentukan bersama-
sama Pengawas. Patok-patok berukuran minimal 5/7 cm dan papan bouwplank 3/20
dengan panjang ukuran lebih dari 4 m dan terbuat dari kayu kualitas baik. Papan
patok harus keras dan tidak berubah posisinya, tanda - tanda dan sumbu harus teliti
dan jelas, dicat dengan cat menie.
d. Pemborong harus memasang dan mengukur secara teliti patok monumen (BM)
pada lokasi tertentu sepanjang proyek untuk memungkinkan perancangan kembali,
pengukuran sipat datar dari perkerasan atau penentuan titik dari pekerjaan yang
akan dilakukan.
e. Patok monumen yang permanen harus dibangun diatas tanah yang tidak akan
terganggu / dipindahkan.
Kontraktor atas biaya sendiri, apabila perlu dengan ijin Pengawas/Direksi dapat
membuat pagar sementara dan harus memelihara pagar tersebut agar tetap dalam
keadaan baik termasuk pintu-pintunya, sepanjang batas yang ditentukan untuk daerah
operasinya. Pagar sementara tersebut harus dibongkar pada akhir pembangunan.
Pasal 3
PELAKSANAAN PEKERJAAN
SPEKTEK SIPIL -5
e. Konsultan Pengawas akan memeriksa dan menyetujui atau menolak gambar-
gambar kerja atau contoh-contoh dalam waktu sesingkat-singkatnya, sehingga tidak
mengganggu jalannya pekerjaan dengan mempertimbangkan syarat-syarat, sesuai
dokumen kontrak.
j. Sebutan katalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan apabila menurut
Konsultan Pengawas hal-hal yang sudah ditentukan dalam katalog atau barang
cetakan tersebut sudah jelas dan tidak perlu dirubah. Barang cetakan ini juga harus
diserahkan dalam dua rangkap untuk masing-masing jenis dan diperlukan sama
seperti butir di atas.
l. Contoh-contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh Pemberi Tugas atau
wakilnya untuk dijadikan dasar penolakan jika pengiriman dan hasil pelaksanaan
nantinya tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.
SPEKTEK SIPIL -6
2. Jaminan Kualitas
a. Kontraktor menjamin pada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas, bahwa semua
bahan dan perlengkapan untuk pekerjaan adalah sama sekali baru, kecuali
ditentukan lain, serta Kontraktor menyetujui bahwa semua pekerjaan direcanakan
dengan baik, bebas dari cacat, teknis maupun estetis serta sesuai dengan Dokumen
Kontrak. Apabila diminta, Kontraktor sanggup memberikan bukti-bukti mengenai
hal-hal tersebut dan melaksanakan uji kualitas pada laboratorium independen atas
biaya kontraktor sendiri pada butir ini.
a. Apabila dalam Dokumen Tender ini ada klausal-klausal yang disebutkan kembali
pada butir lain, maka ini bukan berarti menghilangkan butir tersebut tetapi dengan
pengertian lebih menegaskan masalahnya.
b. Jika terjadi hal yang saling bertentangan antara gambar atau terhadap Spesifikasi
Teknis, maka diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis dan
atau yang mempunyai bobot biaya yang paling tinggi.
4. Koordinasi Pekerjaan
a. Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus diadakan koordinasi dari seluruh bagian
yang tertibat didalam kegiatan proyek ini. Seluruh aktifitas yang menyangkut
dalam proyek ini, harus dikoordinasikan lebih dahulu agar gangguan dan konflik
satu dengan lainnya dapat dihindarkan. Melokalisasi/merinci setiap pekerjaan
sampai dengan detail untuk menghindari gangguan dan konflik, serta harus
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
b. Kontraktor harus melaksanakan segala pekerjaan menurut uraian dan syarat- syarat
pelaksanaan, gambar-gambar dan instruksi-instruksi tertulis dari Pengawas.
c. Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor pada setiap
waktu. Bagaimanapun juga kelalaian Pengawas dalam pengontrolan terhadap
kekeliruan-kekeliruan atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor, tidak
berarti membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab.
SPEKTEK SIPIL -7
5. Pekerjaan Yang Tidak memenuhi Syarat.
Pasal 4
STANDAR RUJUKAN
1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini
termasuk segala perubahan dan tambahannya :
SII-13-1977 : Semen Portland.
(AASHTO M85 - 75)
SPEKTEK SIPIL -8
(AASHTO T112 - 87) butir Mudah Pecah Dalam Agregat.
Pasal 5
5.1. Umum
a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau
penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari daerah galian atau sekitarnya
yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.
b) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan,
untuk formasi galian, untuk pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah
humus, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran,
SPEKTEK SIPIL -9
untuk galian bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian, dan
umumnya untuk pembentukan profil dan penampang yang sesuai dengan
Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pemberi
Tugas
c) Pemanfaatan kembali bahan galian ini harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu oleh Pengawas/ Direksi Pekerjaan sebelum bahan ini dipandang cocok
untuk digunakan kembali.
a) Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut Seksi ini, sebelum memulai
pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, gambar
detil penampang melintang yang menunjukkan elevasi tanah asli sebelum
operasi pembersihan dan pembongkaran, atau penggalian dilaksanakan.
d) Arsip tentang rencana peledakan dan semua bahan peledak yang digunakan,
yang menunjukkan lokasi serta jumlahnya, harus disimpan oleh Kontraktor
untuk diperiksa Direksi Pekerjaan.
b) Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian yang stabil dan
mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya, harus dipertahan-
kan sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang
memadai harus dipasang bilamana permukaan lereng galian mungkin tidak
stabil. Bilamana diperlukan, Kontraktor harus menyokong atau mendukung
struktur di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil
atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut.
c) Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian tanah
yang lebih dari 5 meter harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1 meter atau
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
e) Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut-off wall) atau cara lainnya untuk
mengalihkan air di daerah galian harus dirancang sebagaimana mestinya dan
cukup kuat untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak yang dapat
membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan terjadi.
f) Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian,
dimana kepala mereka, yang meskipun hanya kadang-kadang saja, berada di
bawah permukaan tanah, maka Kontraktor harus menempatkan seorang
pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan
dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang
belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.
g) Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan, ditangani,
dan digunakan dengan hati-hati dan di bawah pengendalian yang ekstra ketat
sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku. Kontraktor
harus bertanggungjawab dalam mencegah pengeluaran atau penggunaan yang
tidak tepat atas setiap bahan peledak dan harus menjamin bahwa penanganan
peledakan hanya dipercayakan kepada orang yang berpengalaman dan
bertanggungjawab.
h) Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade)
yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya.
i) Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus dibatasi sepadan
dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang mulus
(sound), dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan, perendaman
akibat hujan dan gangguan dari operasi pekerjaan berikutnya.
a) Semua bahan galian tanah yang dapat dipakai dalam batas-batas dan lingkup
proyek bilamana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi
timbunan atau penimbunan kembali.
b) Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut
(peat), sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif
yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan akan menyulitkan pemadatan bahan
di atasnya atau yang mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan
(settlement) yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan sebagai bahan yang
tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan
permanen.
c) Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau
pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat
Direksi Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus
seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang
memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
d) Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada
garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk
perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi
struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai
permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing
pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan
batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian
yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan
bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan dipadatkan.
Pasal 6
PEKERJAAN TIMBUNAN
6.1 Umum
a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan,
untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum
yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis,
kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.
Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi daerah
yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut pendapat Direksi
Pekerjaan tidak dapat dialirkan.
c) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang dipasang
sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun bahan drainase porous
yang dipakai untuk drainase bawah permukaan atau untuk mencegah hanyutnya
partikel halus tanah akibat proses penyaringan.
d) Pekerjaan ini juga mencakup timbunan batu dengan manual atau dengan
derek, dikerjakan sesuai dengan Spesifikasi ini dan sangat mendekati garis
dan ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau
lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus
memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang
bebas.
c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari
garis profil yang ditentukan.
d) Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20
cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.
a) Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan Seksi dari
Spesifikasi ini, Kontraktor harus menyerahkan pengajuan kesiapan di bawah ini
kepada Direksi Pekerjaan sebelum setiap persetujuan untuk memulai pekerjaan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan :
ii) Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan
untuk bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian
laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan tersebut
memenuhi ketentuan untuk material timbunan
c) Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk tertulis kepada
Direksi Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas pekerjaan, dan sebelum
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, tidak diperkenankan menghampar
bahan lain di atas pekerjaan timbunan sebelumnya :
ii) Hasil pengukuran permukaan dan data survei yang menunjukkan bahwa
toleransi permukaan
a) Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera
sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan selama
pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup untuk
membantu drainase dari setiap curahan air hujan dan juga harus menjamin
bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Bilamana
memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam
sistim drainase permanen. Cara menjebak lanau yang memadai harus disediakan
pada sistem pembuangan sementara ke dalam sistim drainase permanen.
b) Kontraktor harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk pengen-
dalian kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan pemadatan.
h) Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan
atau lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Kontraktor dan dipadatkan
sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan oleh
Spesifikasi ini.
a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan
galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan
sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan
permanen.
b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi,
yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH
menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification System". Bila
penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan
tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada
penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser
e) Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi
timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup,
bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan
pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik atau
lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih,
dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan tergantung pada kecuraman dari
lereng yang akan dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.
f) Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan
berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.
a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak
diperlukan harus dibuang.
b) Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus
dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila
diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi
kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya.
f) Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus
diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur. Dalam
pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang
menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan sementara dari
pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan
drainase porous dilaksanakan.
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar
air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada
kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20
cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar
dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan
batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan
timbunan tanah yang disyaratkan.
d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disya-
ratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum
lapisan berikutnya dihampar.
e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah
sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi
dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus
menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu
lintas tersebut.
g) Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment,
tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka
tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara
berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang
berlebihan pada struktur.
j) Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan
air dimana timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal
mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga
harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dengan paling sedikit tiga
contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili
rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai dengan 95 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
Pasal 7
PEKERJAAN BETON
7.1 UMUM
1) Uraian
3) Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja
serta hasil akhir harus dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan
dalam Standar Rujukan dalam Pasal 7.1.(5) di bawah ini.
5) Toleransi
a) Toleransi Dimensi :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m. + 5 mm
Panjang keseluruhan lebih dari 6 m + 15 mm
Panjang balok, pelat dek, kolom dinding. -0 dan + 10 mm
b) Toleransi Bentuk :
Persegi (selisih dalam panjang diagonal) 10 mm
Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari
garis yang dimaksud) untuk panjang s/d 3 m 12 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6
6) Standar Rujukan
AASHTO :
c) Tidak diijinkan oleh Direksi Pekerjaan, selama turun hujan atau bila
udara penuh debu atau tercemar.
7.2 BAHAN
1) Semen
2) Air
4) Sifat-sifat Agregat
a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih,
keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau
berangkal (boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu)
dari kerikil dan pasir sungai.
b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya
yang diberikan dalam Tabel 7.2.(2) bila contoh-contoh diambil dan
diuji sesuai dengan prosedur SNI/ AASHTO yang berhubungan.
1) Rancangan Campuran
2) Campuran Percobaan
4) Penyesuaian Campuran
b) Penyesuaian Kekuatan
5) Penakaran Agregat
6) Pencampuran
b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat
ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan dalam setiap penakaran.
2) Acuan
b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari
adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
3) Pengecoran
d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak
dicor sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah
pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang
dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan
karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan,
kecuali diberikan bahan tambah (aditif) untuk memperlambat proses
pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.
Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga
memung-kinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh
selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi
harus ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum
pengecoran dilanjutkan.
5) Konsolidasi
a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari
luar yang telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui
oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara
manual dengan alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat
dan memadai. Penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan
campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam cetakan.
e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis
pulsating (berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-
kurangnya 5000 putaran per menit apabila digunakan pada beton yang
mempunyai slump 2,5 cm atau kurang, dengan radius daerah
penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
1) Pembongkaran Acuan
a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran
beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok,
gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian
menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan
beton telah dicapai.
d) Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal
yang tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah
bahan tambah (aditif), harus dibasahi sampai kekuatanya mencapai 70
% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.
n
Σ σi
i=l
σ bm = adalah kuat tekan rata-rata
n
n
Σ ( σ i − σ bm)2
S i=l
= adalah standar deviasi
n −1
d) Pada pengujian kuat tekan beton tidak boleh lebih dari 1 (satu) harga
diantara 20 harga (5%) hasil pengujian, terjadi kurang dari σ’bk
e) Tidak boleh satupun harga pengujian kuat tekan beton rata-rata dari 4
sampel kubus berturut-turut kurang dari σ’bm,4 ≥ (σ’bk + 0.8225 S)
σ’bm
Garis Tengah
0,8225 S
σ’bm,n σ’bk, n Batas Kontrol
0,8225 S
σ’bk Batas Spesifikasi
1 2 3 4 5
Kelompok
h) Apabila hasil pengujian kuat tekan rata-rata kelompok σ’bm,n < σ’bk,n
(sekali) maka kontraktor harus melakukan upaya untuk memperbaiki
mutu beton, bila hasil pengujian kuat tekan kelompok rata-rata
berikutnya σ’bm,n < σ’bk,n (kedua kali) maka berarti kontraktor tidak
mampu mencapai σ’bk yang dipersyaratkan, dan pekerjaan beton
yang sudah dilakukan harus ditolak.
3) Pengujian Tambahan
BESI BETON
8.1 UMUM
1) Uraian
Detail pelaksanaan untuk baja tulangan yang tidak termasuk dalam Dokumen
Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan setelah
peninjauan kembali rancangan awal telah selesai dilaksanakan.
3) Standar Rujukan
4) Toleransi
ii) Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 8.1 untuk beton yang
terendam/ tertanam atau terekspos langsung dengan cuaca atau
timbunan tanah tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan;
b) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam
pekerjaan :
Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara jelas
disahkan oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana baja diganti haruslah dengan luas
penampang yang sama dengan ukuran rancangan awal, atau lebih besar.
8.2 BAHAN
1) Baja Tulangan
a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai
dengan Gambar dan memenuhi Tabel 8.2.(1) berikut ini :
Tabel 8.2 (1) Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan
Tegangan Leleh Karakteristik atau
Mutu Sebutan Tegangan Karakteristik yang
memberikan regangan tetap 0,2
(kg/cm2)
U24 Baja Lunak 2.400
U32 Baja Sedang 3.200
U39 Baja Keras 3.900
U48 Baja Keras 4.800
Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan
beton pracetak dengan mutu K250 atau f’c: 20 MPa seperti yang disyaratkan
dalam Seksi 7.1 dari Spesifikasi ini, terkecuali disetujui lain oleh Direksi
Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh diijinkan sebagai
tumpuan.
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang
memenuhi AASHTO M32 - 90.
1) Pembengkokan
j) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh
digunakan untuk memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja,
lantai untuk kegiatan bekerja atau beban konstruksi lainnya.
Pasal 9
9.1 UMUM
Kontraktor harus membuat gambar kerja yang menunjukkan semua detail termasuk
tipe dan ukuran dari komponen baja, lokasi dan detail sambungan dan mengajukan
kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilaksanakan.
9.1.2 Standard
Semua bahan dan konstruksi harus memenuhi standard yang umum dipakai di
Indonesia: SNI 03-1729-2002 ( Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk
Bangunan Gedung), JIS, AISC, ASTM dan AWS.
a. Fabrikator baja harus mempunyai prosedur fabrikasi dan baja hasil fabrikasi ini
diuji dan diawasi oleh badan pengujian yang independen sesuai yang ditunjuk
oleh Pengawas. Biaya dari seluruh pengujian dan pengawasan ini ditanggung
oleh fabrikator. Pengujian dan inspeksi harus dilakukan oleh orang yang
mempunyai Sertifikasi Welding. Lampirkan laporan hasil inspeksi kepada
Pengawas.
b. Maksud dari inspeksi ini adalah agar badan pengujian dapat memverifikasikan
bahwa secara umum baja fabrikasi ini memenuhi spesifikasi yang telah
ditentukan. Pengawasan direkomendasikan minimum seminggu sekali.
Pengawasan pertama harus dijadwalkan pada tahap awal. Hubungi Pengawas
untuk inspeksi awal. Pengujian dan inspeksi harus mencakup :
1. Mempelajari laporan dari mill uji dan verifikasikan bahwa material yang
digunakan sama dengan material yang dilaporkan.
2. Review prosedur pengelasan dari fabrikator. Verifikasikan bahwa prosedur
pengelasan telah dipatuhi. Pastikan bahwa tukang las mempunyai sertifikasi
resmi dan minta mereka untuk mendemonstrasikan teknik mereka.
3. Mempelajari prosedur pembautan mutu tinggi. Verifikasikan bahwa pada
pemasangan dibengkel baut mutu tinggi sesuai dengan sertifikasi AISC.
9.1.4 Bahan
9.1.4.1 Material
a. Semua profil baja, pelat baja dan konstruksi baja lainnya, harus baru dan
bermutu terbaik serta memenuhi persyaratan yang dicantumkan dalam gambar.
b. Baut yang dipergunakan adalah jenis HTB – A 325.
c. Elektroda atau kawat las untuk konstruksi baja harus memenuhi ketentuan
dalam AWS D 1.1 dan hanya elektroda-elektroda seri E-70 XX yang boleh
dipakai.
9.1.4.2 Fabrikasi
h. Baut penyambung harus baru dan memiliki mutu, ukuran dan spesifikasi yang
sesuai dengan yang disyaratkan dalam gambar-gambar rencana. Pengencangan
baut harus dengan kunci torsi dan mengikuti spesifikasi dari baut tersebut.
j. Bila selama proses pemasangan terjadi kerusakan pada bagian konstruksi baja,
maka perbaikan atau pelurusan dari batang-batang yang bengkok, terpuntir atau
rusak tersebut harus atas persetujuan dari Pengawas. Pengawas dapat
memerintahkan Kontraktor untuk mengganti bagian konstruksi baja tersebut
dengan yang baru bila dinilai kerusakan yang terjadi dapat mengganggu
kekuatan atau penampilan.
PENUTUP
Walaupun dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini tidak merinci secara lengkap baik
mengenai cara pengujian dan pemeriksaan bahan bangunan yang dipergunakan dan lain-
lain hal, namun kontraktor wajib menyelesaikan pekerjaan ini dengan sebaik-baiknya dan
dapat di pertanggungjawabkan secara teknis.
Demikian Syarat-syarat teknis ini dibuat dan menjadi pedoman di dalam pelaksanaan
nantinya.