1. Ketentuan Umum
2. Lingkup Pekerjaan
Kontrak ini adalah pekerjaan Peningkatan Jaringan Rawa di Kel. Olak kemang Kec. Danau
Teluk Kota Jambi, dengan lingkup pekerjaan sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Saluran
NIB : 42911
SBU : Bidang Bangunan Sipil
Sub Bidang : SI001 Jasa Kontruksi Saluran Air, Pelabuhan, DAM, dan Prasarana Sumber
Daya Air Lainnya.
KBLI : 42911 Konstruksi Bangunan Prasana Sumber Daya Air.
3. Gambar – Gambar
b. Gambar Kerja
Gambar-gambar kerja disiapkan oleh penyedia dan disetujui serta ditandatangani oleh
direksi lapangan serta konsultan pengawas sebelum pekerjaan dimulai, termasuk
perubahannya. Gambar-gambar tersebut dibuat secara menyeluruh dengan
memperlihatkan denah, tampak, potongan dan detail dari semua pekerjaan beserta
dimensi-dimensi seperti ukuran dan jarak.
Gambar-gambar kerja harus disediakan 1 (satu) set lengkap pada kertas ukuran A3 di
lapangan.
Lapangan harus bersih dari bahan-bahan yang tidak dipakai lagi dan bangunan-bangunan
sementara harus dibongkar seluruhnya sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas dan
Pengawas Lapangan/Direksi.
6. Pekerjaan Pengukuran
7. Direksi Keet
a. Lingkup Pekerjaan
1) Penyedia harus membuat patok profil galian yang telah disetujui oleh direksi
lapangan serta konsultan pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
2) Pekerjaan galian tanah biasa dilakukan untuk lokasi pekerjaan saluran
3) Galian tanah biasa dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia.
4) Hasil galian yang dapat digunakan kembali (re-use) untuk bahan timbunan
ditempatkan disisi kiri/kanan saluran dan harus disebarkan secara merata serta
diusahakan tidak melampaui batas/profil rencana.
5) Untuk menjaga galian dari keruntuhan, penyedia harus memasang bowplank sesuai
dengan petunjuk direksi lapangan serta konsultan pengawas.
6) Penggalian saluran yang berpotongan dengan saluran lain harus dilaksanakan
dengan hati-hati agar tidak merusak saluran yang berada pada muara saluran
tersebut.
7) Elevasi galian harus sesuai dengan gambar rencana.
1) Perhitungan untuk pembayaran galian tanah biasa berdasarkan volume galian tanah
yang telah dilaksanakan dalam satuan meter kubik (m3).
2) Perhitungan untuk pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup
data) yang telah disahkan direksi lapangan serta konsultan pengawas.
10. Pekerjaan Beton untuk Lantai Kerja fc’ 7,4 MPa
A. Lingkup Pekerjaan
I. Bahan-bahan
a. Semen
1) Semen yang digunakan adalah semen portland yang sesuai dengan
persyaratan dalam Standar Nasional Indonesia.
2) Pada tiap pengiriman semen ke lokasi, semen harus diletakkan pada tempat
yang terlindungi dari hujan dan panas matahari.
3) Direksi lapangan serta konsultan pengawas berhak
menolak/memerintahkan penyedia untuk mengganti semen yang
kualitasnya tidak layak pakai berdasarkan SKSNI.
b. Pasir (Agregat Halus)
1) Pasir haruslah pasir berasal dari sungai atau tambang pasir. Jika menurut
direksi lapangan serta konsultan pengawas pasir yang digunakan tidak
memenuhi gradasinya, maka pasir dapat ditambahkan dengan bahan
lainnya seperti pasir dari batu pecah.
2) Pasir haruslah bersih dari bahan organis, lumpur, kayu, plastik serta bahan
lainnya yang dapat mengurangi daya lengket pada saat pengadukan dan
pengecoran.
c. Kerikil
Kerikil harus bergradasi baik, bersudut agar dapat saling mengunci, keras, padat
dan tidak berpori, serta bersih dari bahan-bahan organis.
d. Air
1) Air yang digunakan untuk membuat dan merawat beton serta membuat
adukan haruslah dari sumber yang baik.
2) Pada waktu pemakaian haruslah terhindar dari bahan-bahan yang dapat
mengotori air seperti minyak, asam, garam serta bahan organis yang dapat
merusak beton.
a. Campuran Beton
1) Penyedia harus menyiapkan semua bahan dan peralatan ditempat yang
dekat dengan lokasi pengecoran.
2) Cara penyampuran bahan beton berdasarkan perbandingan volume, angka
perbandingan dalam jenis beton menunjukan jumlah yang diukur dengan
kotak takaran, sesuai dengan rekomendasi dari laboraturium pengujian.
3) Beton B.0 untuk digunakan dalam landasan beton tumbuk untuk pondasi
dan untuk pengisian kembali dan sekitarnya
4) Bahan-bahan yang sudah ditakar dimasukan ke dalam tempat adukan,
sebelum diberi air terlebih dahulu harus dicampur secara merata dan harus
benar-benar homogen.
5) Beton yang tidak dicampur dengan air tidak boleh langsung dipergunakan
sebagai pengecoran.
b. Pengangkutan Beton
1) Semua peralatan yang dibutuhkan untuk pengangkutan beton harus selalu
bersih dan siap di lokasi.
2) Untuk mencapai tingkat kemudahan kerja dan kecepatan waktu,
diupayakan agar jarak pengangkutan tidak terlalu jauh.
3) Selama pengangkutan dilaksanakan tidak boleh terjadi hal hilangnya
sebagian bahan-bahan dalam campuran beton.
c. Pengecoran Beton
1) Jika lokasi pengecoran berair, maka harus dikeringkan terlebih dahulu
dengan cara pemompaan.
2) Setiap beton yang telah dicor, harus langsung diikuti dengan pemadatan
dengan menggunakan rojokan yang terbuat dari kayu ataupun besi ataupun
alat mekanis seperti concrete vibrator.
3) Pemadatan tidak boleh terlalu lama guna menghindarkan terjadinya
segregasi (munculnya air dipermukaan beton hasil pengecoran) akibat dari
pemadatan tersebut.
4) Apabila terjadi penyambungan pengecoran beton yang lama dengan yang
baru, maka seluruh bidang yang akan disambung harus dikasarkan,
dibersihkan dari kotoran, serta disiram dengan air semen.
5) Tenggang waktu antara adukan beton, yaitu mulai dicampur air sampai
dengan selesai pengecoran, tidak boleh lebih dari 1 (satu) jam. Jika ada
adukan beton yang belum digunakan untuk mengecor dalam kurun waktu
tersebut, maka sisa beton tersebut tidak boleh dipergunakan lagi.
d. Pengawasan Pengecoran
1) Penyedia harus meminta persetujuan secara tertulis kepada direksi lapangan
serta konsultan pengawas sebelum pengecoran dimulai.
2) Penyedia dilarang melakukan pekerjaan pengecoran tanpa dihadiri oleh
direksi lapangan serta konsultan pengawas.
B. Perhitungan untuk Pembayaran
1) Perhitungan untuk pembayaran beton untuk latai kerja fc’ 7,4 Mpa berdasarkan
volume pengukuran yang telah dilaksanakan dalam satuan meter kubik (M3).
2) Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup
data)yang telah disahkan oleh direksi lapangan serta konsultan pengawas.
A. Lingkup Pekerjaan
12. Pembesian
A. Lingkup Pekerjaan
1) Pekerjaan pembesian ini diperuntukkan untuk pekerjaan beton, kandungan besi per
m3 sesuai dengan petunjuk direksi.
2) Baja tulangan polos yang digunakan adalah baja tulangan yang telah memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan dibuktikan dengan sertifikat mutu bahan.
3) Baja tulangan yang digunakan haruslah batang baja yang liat, bulat, serta tidak
mengalami korosi. Untuk menghindari korosi, maka penyedia harus menyediakan
tempat untuk menyimpan baja tulangan tersebut dengan baik.
4) Baja tulangan yang akan digunakan sampai saat akan dilakukan pengecoran harus
bebas dari kotoran, lemak atau karat serta kotoran-kotoran lain yang dapat
mengurangi daya rekat antara campuran agregat beton dengan tulangan itu sendiri.
5) Untuk kotoran berupa karat dapat digunakan bahan kimia penghilang karat (rush
remover) yang tidak mengurangi diameter dan kekuatan baja tulangan dan harus
mendapat petunjuk yang jelas dari produsen dan mendapat persetujuan dari
pengawas lapangan dan atau direksi.
6) Batang-batang baja yang telah bengkok tidak boleh diluruskan untuk dipakai di
pekerjaan tanpa adanya persetujuan dari direksi lapangan serta konsultan
pengawas.
7) Seluruh besi tulangan yang digunakan harus dengan ukuran asli (bukan banci)
sesuai dengan gambar rencana
8) Untuk penyambungan tulangan lama dengan tulangan baru, beberapa hal harus
diperhatikan:
a). Tulangan lama harus dibersihkan dari segala kotoran sisa beton yang
menempel.
b). Panjang penyambungan tulangan harus sesuai dengan gambar rencana,
kecuali ditentukan oleh direksi lapangan serta konsultan pengawas.
c). Apabila dilakukan pengelasan maka harus dengan las penuh.
A. Lingkup Pekerjaan
III. Bahan-bahan
a. Semen
1) Semen yang digunakan adalah semen portlandyang sesuai dengan
persyaratan dalam Standar Nasional Indonesia.
2) Pada tiap pengiriman semen ke lokasi, semen harus diletakkan pada tempat
yang terlindungi dari hujan dan panas matahari.
3) Direksi lapangan serta konsultan pengawas berhak
menolak/memerintahkan penyedia untuk mengganti semen yang
kualitasnya tidak layak pakai berdasarkan SKSNI.
b. Pasir (Agregat Halus)
1) Pasir haruslah pasir berasal dari sungai atau tambang pasir. Jika menurut
direksi lapangan serta konsultan pengawaspasir yang digunakan tidak
memenuhi gradasinya, maka pasir dapat ditambahkan dengan bahan
lainnya seperti pasir dari batu pecah.
2) Pasir haruslah bersih dari bahan organis, lumpur, kayu, plastik serta bahan
lainnya yang dapat mengurangi daya lengket pada saat pengadukan dan
pengecoran.
c. Kerikil
Kerikil harus bergradasi baik, bersudut agar dapat saling mengunci, keras, padat
dan tidak berpori, serta bersih dari bahan-bahan organis.
d. Air
1) Air yang digunakan untuk membuat dan merawat beton serta membuat
adukan haruslah dari sumber yang baik.
2) Pada waktu pemakaian haruslah terhindar dari bahan-bahan yang dapat
mengotori air seperti minyak, asam, garam serta bahan organis yang dapat
merusak beton dan tulangan.
a. Campuran Beton.
1) Penyedia harus menyiapkan semua bahan dan peralatan ditempat yang
dekat dengan lokasi pengecoran.
2) Cara penyampuran bahan beton berdasarkan perbandingan volume, angka
perbandingan dalam jenis beton menunjukan jumlah yang diukur dengan
kotak takaran, sesuai dengan rekomendasi dari laboraturium pengujian.
3) Beton Mutu fc’ = 14,5 MPa (K-175) adalah kebutuhan masing-masing
bahan campuran beton yang diperhitungkan berdasarkan analisa
laboratorium. Penyedia diharuskan membuat Design Mix Formula (DMF)
sebelum membuat beton cor K-175 kg/cm2 . DMF yang dimaksud adalah
DMF yang dikeluarkan UPTD Balai Pengujian Dinas Pekerjaan Umum
atau lembaga lain yang berkompeten.
Selanjutnya berdasarkan DMF tersebut, penyedia melakukan uji coba
campuran (trial mix) dengan disaksikan oleh direksi serta dituangkan dalam
berita acara. Hasil uji coba dilaporkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen
untuk mendapatkan persetujuan untuk digunakan pada pekerjaan Beton
Mutu fc’ = 14,5 MPa (K-175).
4) Bahan-bahan yang sudah ditakar dimasukan ke dalam tempat adukan,
sebelum diberi air terlebih dahulu harus dicampur secara merata dan harus
benar-benar homogen.
5) Beton yang tidak dicampur dengan air tidak boleh langsung dipergunakan
sebagai pengecoran.
b. Pengangkutan Beton
1) Semua peralatan yang dibutuhkan untuk pengangkutan beton harus selalu
bersih dan siap di lokasi.
2) Untuk mencapai tingkat kemudahan kerja dan kecepatan waktu,
diupayakan agar jarak pengangkutan tidak terlalu jauh.
3) Selama pengangkutan dilaksanakan tidak boleh terjadi hal hilangnya
sebagian bahan-bahan dalam campuran beton.
c. Uji Kuat Tekan Beton
1) Penyedia harus melaksanakan pengambilan sampel berupa kubus 15 x 15
x 15 cm sebanyak 20 buah.
2) Penyedia harus melaksanakan uji kuat tekan beton pada laboratorium yang
disetujui oleh direksi lapangan serta konsultan pengawas.
3) Hasil kuat tekan beton harus sesuai yang disyaratkan yaitu K-175 kg/cm2.
d. Pengecoran Beton
1) Sebelum pengecoran dilaksanakan, lokasi pengecoran termasuk bekisting
dan anyaman tulangan harus betul-betul sudah disiapkan dan dibersihkan
terlebih dahulu.
2) Jika lokasi pengecoran berair, maka harus dikeringkan terlebih dahulu
dengan cara pemompaan.
3) Penyedia harus melaksanakan slump test sebelum beton cor dituangkan
kedalam cetakan beton.
4) Beton harus memenuhi slump sebesar 7,5 cm sampai dengan 15 cm.
Apabila tidak memenuhi slump disyaratkan, maka harus dilakukan
pencampuran ulang dan selanjutnya dilakukan slump test kembali.
5) Cetakan untuk slump test berdasarkan SK SNI yaitu berbentuk kerucut
terpancung dengan diameter alas 20 cm diameter atas 10 cm dan tinggi 30
cm.
6) Setiap beton yang telah dicor, harus langsung diikuti dengan pemadatan
manual.
7) Pemadatan tidak boleh terlalu lama guna menghindarkan terjadinya
segregasi (munculnya air dipermukaan beton hasil pengecoran) akibat dari
pemadatan tersebut.
8) Apabila terjadi penyambungan pengecoran beton yang lama dengan yang
baru, maka seluruh bidang yang akan disambung harus dikasarkan,
dibersihkan dari kotoran, serta disiram dengan air semen.
9) Tenggang waktu antara adukan beton, yaitu mulai dicampur air sampai
dengan selesai pengecoran, tidak boleh lebih dari 1 (satu) jam. Jika ada
adukan beton yang belum digunakan untuk mengecor dalam kurun waktu
tersebut, maka sisa beton tersebut tidak boleh dipergunakan lagi.
e. Perawatan Beton
1) Penyedia diwajibkan melindungi beton yang baru dicor terhadap sinar
matahari langsung, angin dan hujan samapi beton sempat mengeras secara
wajar.
2) Penyedia diwajibkan menghindarkan pengeringan yang terlalu cepat
dangan cara-cara sebagaimana di bawah ini:
a). Semua bekisting yang melingkupi beton yang baru dicor harus dibasahi
secara teratur sampai dibongkar.
b). Semua permukaan beton yang tidak terlindungi oleh bekisting harus
ditutup dengan karung goni basah selama perkiraan pengikatan awal
berlangsung dan selanjutnya digenangi dengan air selama 14 hari sejak
saat pengecoran, kecuali ditentukan lain oleh pengawas lapangan dan
atau direksi.
c). Pemeliharaan dengan penyiraman air minimal 2 x sehari harus
dilakukan setelah bekisting dibuka. Penyiraman dilakukan selama 7
hari.
d). Tidak dibenarkan menimbun atau mengangkut barang di atas beton atau
memakai bagian beton sebagai tumpuan selama menurut direksi
lapangan serta konsultan pengawas bahwa beton tersebut belum cukup
mengeras.
f. Pengawasan Pengecoran
1) Penyedia harus meminta persetujuan secara tertulis kepada direksi lapangan
serta konsultan pengawas sebelum pengecoran dimulai.
2) Penyedia dilarang melakukan pekerjaan pengecoran tanpa dihadiri oleh
direksi lapangan serta konsultan pengawas.
1) Perhitungan untuk pembayaran Beton Mutu fc’ = 14,5 MPa (K-175) berdasarkan
volume pengukuran yang telah dilaksanakan dalam satuan meter kubik (M3).
2) Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup data)
yang telah disahkan oleh pengawas lapangan dan atau direksi.
14. Bongkar bekisting
A. Lingkup Pekerjaan
A. Lingkup Pekerjaan
a. Penyelesaian (Finishing)
Semua pekerjaan yang belum sempurna atau masih terdapat kekurangan harus
disempurnakan serapi mungkin dan dinyatakan selesai apabila telah disetujui direksi
lapangan serta konsultan pengawas.Lokasi disekitar tempat kerja harus bersih dari sisa
bahan bangunan yang tidak digunakan.
Setelah seluruh pekerjaan selesai (disetujui direksi lapangan serta konsultan pengawas),
dilakukan pengukuran kembali untuk mengetahui pekerjaan yang telah
dilaksanakan.Gambar ABD harus disahkan oleh direksi lapangan serta konsultan
pengawasserta Pejabat Pembuat Komitmen dan gambar dalam ukuran kertas A3 dengan
skala tertentu, dibuat rangkap 3 (tiga) eksemplar.
c. Dokumentasi
20. Penutup
Spesifikasi teknis ini dipergunakan sesuai dengan jenis pekerjaan yang tercantum dalam
daftar kuantitas dan harga.
Ditetapkan oleh,
Pejabat Pembuat Komitmen
Rehabilitasi Jaringan Irigasi Rawa
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Provinsi Jambi
Ruwiyo, S.T.
Penata Muda (III/a)
NIP. 19770315 200901 1 007