Anda di halaman 1dari 15

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN : PENINGKATAN JARINGAN RAWA DI KEL. OLAK


KEMANG KEC. DANAU TELUK KOTA JAMBI
TAHUN ANGGARAN : 2022
SUMBER DANA : APBD

1. Ketentuan Umum

a. Spesifikasi teknis ini berisi penjelasan dan ketentuan-ketentuan atas pekerjaan-


pekerjaan yang pelaksanaannya menggunakan tenaga manusia dan menggunakan
peralatan khusus.
b. Peralatan yang digunakan harus memenuhi kualitas dan kuantitas. Hasil pekerjaan yang
dilaksanakan harus baik serta memenuhi persyaratan yang ada dalam kontrak.
c. Kualitas dari hasil pekerjaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan Rencana Mutu
Kontrak (RMK) dan atau ketentuan dan persyaratan yang berlaku yang tertera di dalam
kontrak.

2. Lingkup Pekerjaan

Kontrak ini adalah pekerjaan Peningkatan Jaringan Rawa di Kel. Olak kemang Kec. Danau
Teluk Kota Jambi, dengan lingkup pekerjaan sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Saluran

NIB : 42911
SBU : Bidang Bangunan Sipil
Sub Bidang : SI001 Jasa Kontruksi Saluran Air, Pelabuhan, DAM, dan Prasarana Sumber
Daya Air Lainnya.
KBLI : 42911 Konstruksi Bangunan Prasana Sumber Daya Air.

3. Gambar – Gambar

a. Gambar Kontrak (Gambar Rencana)


Gambar-gambar yang terdapat dalam kontrak seperti terlampir dalam dokumen
pengadaan.Penyedia harus menggunakan gambar-gambar rencana sebagai dasar untuk
mempersiapkan gambar-gambar kerja.

b. Gambar Kerja
Gambar-gambar kerja disiapkan oleh penyedia dan disetujui serta ditandatangani oleh
direksi lapangan serta konsultan pengawas sebelum pekerjaan dimulai, termasuk
perubahannya. Gambar-gambar tersebut dibuat secara menyeluruh dengan
memperlihatkan denah, tampak, potongan dan detail dari semua pekerjaan beserta
dimensi-dimensi seperti ukuran dan jarak.
Gambar-gambar kerja harus disediakan 1 (satu) set lengkap pada kertas ukuran A3 di
lapangan.

c. Gambar Purna Bangun (As Built Drawing)


Setelah masa pelaksanaan pekerjaan, penyedia harus membuat 1 (satu) set lengkap
dalam ukuran kertas A3 berupa gambar-gambar yang dibuat berdasarkan hasil akhir dari
tiap-tiap pekerjaan. As Built Drawing (ABD) harus memperlihatkan semua perubahan
dari tiap-tiap pekerjaan sesuai kontrak dan dibuat secara menyeluruh.
ABD harus diperiksa, disetujui dan ditandatangani oleh direksi lapangan serta konsultan
pengawas dan Pejabat Pembuat Komitmen, yang kemudian diserahkan pada pengguna
jasa dalam bentuk print out sebanyak 3 (tiga) eksemplar dan soft copy dalam format
.dwg.

4. RENCANA MUTU PEKERJAAN KONSTRUKSI


a. Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) merupakan pengendalian suatu kegiatan
pekerjaan di lapangan dengan mengikuti suatu proses yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab guna mencapai produk pekerjaan yang
memenuhi semua ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
b. Untuk mewujudkan kualitas/mutu pekerjaan yang baik, sesuai Permen No.
04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) sesudah kontrak di
tandatangani, Penyedia Jasa harus membuat Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi
(RMPK) dalam bentuk buku dan disahkan oleh pengguna jasa.
c. RMPK digunakan sebagai buku pedoman pelaksanaan pekerjaan yang berisi proses yang
harus dilaksanakan di lapangan sebelum memulai pekerjaan sampai pekerjaan diserahkan
kepada pihak pengguna jasa.
d. Untuk menunjang pelaksanaan RMPK di lapangan, kontraktor/penyedia Jasa Konstruksi
harus menyediakan semua peralatan, tenaga kerja yang cerdas, terampil dan jujur, serta
semua prasarana pendukung lainnya yang memadai sesuai kebutuhan pekerjaan tersebut.
e. Apabila Kontraktor/Penyedia Jasa Konstruksi melaksanakan pekerjaan tanpa melalui
prosedur yang telah ditetapkan bersama, dan jika produk dari pelaksanaan pekerjaan
dimaksud tidak sesuai spesifikasi, maka hasil pekerjaan tersebut harus dibongkar kembali.

5. MOBILISASI & DEMOBILISASI


Kontraktor/Penyedia Jasa Konstruksi diharuskan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan
untuk melaksanakan tiap tahap dari pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dimulai.
Kerusakan pada alat-alat sebelum digunakan yang akan mengganggu pelaksanaan kerja
harus segera diperbaiki atau diganti. Kontraktor/Penyedia Jasa Konstruksi wajib
mendatangkan alat-alat tersebut tepat pada waktunya.

Hal yang perlu diperhatikan adalah :


a. Mobilisasi dan demobilisasi harus dipersiapkan dan dilaksanakan tepat waktu oleh
Kontraktor/Penyedia Jasa Konstruksi seperti kebutuhan personil dan peralatan.
b. Kontraktor/Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan barak kerja, bangunan dan
fasilitas lainnya di lapangan serta biaya operasi yang harus dikeluarkan secara insidentil
atau untuk pembayaran persiapan lainnya sebagaimana terdapat di daftar kuantitas.
c. Kontraktor/Penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan surat jalan bagi personil yang
akan bekerja serta dilaporkan dan disetujui oleh pengawas/konsultan pengawas dan
pengawas lapangan/direksi.
d. Kontraktor/Penyedia Jasa Konstruksi wajib melapor kepada lurah atau kepala desa
setempat.

Apabila pekerjaan-pekerjaan dalam kontrak sudah diselesaikan, Kontraktor/ Penyedia Jasa


Konstruksi harus memindahkan dari lapangan semua fasilitas, peralatan dan perlengkapan
yang bukan merupakan bagian dari pekerjaan permanen.

Lapangan harus bersih dari bahan-bahan yang tidak dipakai lagi dan bangunan-bangunan
sementara harus dibongkar seluruhnya sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas dan
Pengawas Lapangan/Direksi.

6. Pekerjaan Pengukuran

Pekerjaan Pengukuran meliputi antara lain :


1) Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor bersama konsultan pengawas harus
melakukan pengukuran detail terhadap pekerjaan, selanjutnya dipasang bouwplank.
2) Hasil pengukuran lapangan dituangkan dalam laporan pengukuran dan ditandatangani
oleh konsultan pengawas dan pengawas lapangan/direksi.
3) Penentuan Mc O harus di setujui oleh Seksi Irigasi dan Rawa Bidang Sumber Daya
Air Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Jambi.

Pekerjaan Pelaporan meliputi antara lain :


1) Pembuatan Laporan harian, mingguan dan bulanan.
2) Penyedia jasa konstruksi juga harus menyediakan buku pengawas /direksi dan buku
tamu dilapangan.
3) Laporan pekerjaan akhir (back up data) dan “as built drawing” juga harus ada.

7. Direksi Keet

Pekerjaan direksi keet meliputi antara lain :


1) Sebelum membuat direksi keet, penyedia harus terlebih dahulu berkoordinasi dengan
masyarakat/aparat setempat untuk selanjutnya diusulkan ke pengawas agar disetujui
lokasi direksi keet.
2) Sebelum dimulai kegiatan fisik dan mobilisasi alat, bahan dan material. Direksi keet
harus terlebih dahulu dibuat.
3) Dimana untuk bangunan direksi keet terbuat dari dinding berbahan multiplek min. 9
mm atau sejenisnya dan penutup atap menggunakan asbes gelombang/seng
gelombang, lantai dengan screeding, serta berukuran 4x6 m.

8. MENYAMPAIKAN DOKUMEN RK3


1. Pemenuhan Perundang-Undangan dan Persyaratan Lainnya
Daftar Peraturan Perundangan-undangan dan Persyaratan K3 yang wajib digunakan
sebagai acuan dalam melaksanakan SMK3 Konstruksi Bidang PU antara lain sebagai
berikut :
a. UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
b. Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3;
c. Peraturan Menteri PU No. 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem
Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Pekerjaan Umum.
2. Pengendalian Operasional K3
Dalam pengendalian operasioanl K3 ada sasarandan program yang harus dicapai untuk
mengoptimalkan pelaksanaan K3 di Lapangan pekerjaan.
SasaranK3 :
a. Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak korban jiwa (Zero Fatal Accident)
b. Tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 80 %.
c. Semua pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan risiko pekerjaan masing-
masing
d. Pemahaman & Kesadaran K3 Seluruh Karyawan
3. Program K3 :
a. Melaksanakan Rencana K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD, Rambu-
rambu, Spanduk, Poster, pagar pengaman, jarring pengaman secara konsisten
b. Melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara kerja berbahaya
c. Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan
d. Mengidentifikasi dan membuat analisa bahaya dan resiko setiap pekerjaan
e. Mengawasi setiap pekerjaan beresiko tinggi dengan dikeluarkannya Surat Ijin Kerja
f. Melakukan safety briefing di setiap awal bekerja kepada seluruh pengawas dan pekerja
g. Melakukan safety patroli dan inspeksi terhadap lokasi kerja, Metode dan Peralatan
Kerja
h. Membuat Metode pengamanan dan pengawasan terhadap alat selama bekerja
khususnya alat angkat, angkut dan muat.
i. Penyediaan alat dan pendukung keselamatan kerja(rambu– rambu,APD,Pemadam
Kebakaran, P3K)
j. Menyediakan Alat Pelindung Diri sesuai kebutuhan Memberikan training/ pelatihan
internal yang berhubungan dengan kesadaran K3.
Idendifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Pengedalian Risiko K3, Program K3 dan Biaya.

Uraian dentifiaksi Sasaran K3 Pengendalian Program Sumber


No.
Pekerjaan Bahaya Proyek Resiko K3 Daya
1 2 3 4 5 6
Pekerjaan
1. Saluran
Personil Terkena Mengurangi Personil harus SDM sesuai
Cangkul dan tingkat menggunakan dengan
Terjatuh ke dalam kecelakaan Safety Shoes, kebutuhan
kerja yang sarung tangan, helm Alat
berdampak dan Rompi Safety Pengaman
korban jiwa Diri
Personil Terkena Mengurangi Personil harus SDM sesuai
cangkul/skop tingkat berhati-hati dan dengan
kecelakaan selalu kebutuhan
kerja yang menggunakan Alat
berdampak Safety Shoes, helmdan Pengaman
korban jiwa Rompi Safety Diri
Personil Mengurangi Menjaga Jarak SDM sesuai
tertimbuna tanah/ tingkat dengan Dump dengan
tertabrak truck kecelakaan Truck kebutuhan
kerja yang Pekerja harus Alat
berdampak menggunakan Pengaman
korban jiwa Safety Shoes, Diri
Masker Debu
Personil Tertimpa Mengurangi Personil kerja harus SDM sesuai
Batu tingkat menggunakan dengan
kecelakaan safety shoes, kebutuhan
kerja yang masker, rompy dan Alat
berdampak helm Pengaman
korban jiwa Diri
Personil tertimpa Mengurangi Personil kerja harus SDM sesuai
besi/Tertusuk tingkat menggunakan dengan
besi. kecelakaan safety shoes, kebutuhan
kerja yang masker, rompy dan Alat
berdampak helm Pengaman
korban jiwa Diri
Personil terluka alat Mengurangi Personil kerja harus SDM sesuai
tajam tingkat menggunakan dengan
kecelakaan safety shoes, kebutuhan
kerja yang masker, rompy dan Alat
berdampak helm Pengaman
korban jiwa Diri

9. Pekerjaan Galian Tanah Biasa

a. Lingkup Pekerjaan

1) Penyedia harus membuat patok profil galian yang telah disetujui oleh direksi
lapangan serta konsultan pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
2) Pekerjaan galian tanah biasa dilakukan untuk lokasi pekerjaan saluran
3) Galian tanah biasa dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia.
4) Hasil galian yang dapat digunakan kembali (re-use) untuk bahan timbunan
ditempatkan disisi kiri/kanan saluran dan harus disebarkan secara merata serta
diusahakan tidak melampaui batas/profil rencana.
5) Untuk menjaga galian dari keruntuhan, penyedia harus memasang bowplank sesuai
dengan petunjuk direksi lapangan serta konsultan pengawas.
6) Penggalian saluran yang berpotongan dengan saluran lain harus dilaksanakan
dengan hati-hati agar tidak merusak saluran yang berada pada muara saluran
tersebut.
7) Elevasi galian harus sesuai dengan gambar rencana.

b. Perhitungan untuk Pembayaran

1) Perhitungan untuk pembayaran galian tanah biasa berdasarkan volume galian tanah
yang telah dilaksanakan dalam satuan meter kubik (m3).
2) Perhitungan untuk pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup
data) yang telah disahkan direksi lapangan serta konsultan pengawas.
10. Pekerjaan Beton untuk Lantai Kerja fc’ 7,4 MPa

A. Lingkup Pekerjaan

I. Bahan-bahan

a. Semen
1) Semen yang digunakan adalah semen portland yang sesuai dengan
persyaratan dalam Standar Nasional Indonesia.
2) Pada tiap pengiriman semen ke lokasi, semen harus diletakkan pada tempat
yang terlindungi dari hujan dan panas matahari.
3) Direksi lapangan serta konsultan pengawas berhak
menolak/memerintahkan penyedia untuk mengganti semen yang
kualitasnya tidak layak pakai berdasarkan SKSNI.
b. Pasir (Agregat Halus)
1) Pasir haruslah pasir berasal dari sungai atau tambang pasir. Jika menurut
direksi lapangan serta konsultan pengawas pasir yang digunakan tidak
memenuhi gradasinya, maka pasir dapat ditambahkan dengan bahan
lainnya seperti pasir dari batu pecah.
2) Pasir haruslah bersih dari bahan organis, lumpur, kayu, plastik serta bahan
lainnya yang dapat mengurangi daya lengket pada saat pengadukan dan
pengecoran.
c. Kerikil
Kerikil harus bergradasi baik, bersudut agar dapat saling mengunci, keras, padat
dan tidak berpori, serta bersih dari bahan-bahan organis.
d. Air
1) Air yang digunakan untuk membuat dan merawat beton serta membuat
adukan haruslah dari sumber yang baik.
2) Pada waktu pemakaian haruslah terhindar dari bahan-bahan yang dapat
mengotori air seperti minyak, asam, garam serta bahan organis yang dapat
merusak beton.

II. Campuran Beton, Pengangkutan, Pengecoran dan Perawatan beton

a. Campuran Beton
1) Penyedia harus menyiapkan semua bahan dan peralatan ditempat yang
dekat dengan lokasi pengecoran.
2) Cara penyampuran bahan beton berdasarkan perbandingan volume, angka
perbandingan dalam jenis beton menunjukan jumlah yang diukur dengan
kotak takaran, sesuai dengan rekomendasi dari laboraturium pengujian.
3) Beton B.0 untuk digunakan dalam landasan beton tumbuk untuk pondasi
dan untuk pengisian kembali dan sekitarnya
4) Bahan-bahan yang sudah ditakar dimasukan ke dalam tempat adukan,
sebelum diberi air terlebih dahulu harus dicampur secara merata dan harus
benar-benar homogen.
5) Beton yang tidak dicampur dengan air tidak boleh langsung dipergunakan
sebagai pengecoran.
b. Pengangkutan Beton
1) Semua peralatan yang dibutuhkan untuk pengangkutan beton harus selalu
bersih dan siap di lokasi.
2) Untuk mencapai tingkat kemudahan kerja dan kecepatan waktu,
diupayakan agar jarak pengangkutan tidak terlalu jauh.
3) Selama pengangkutan dilaksanakan tidak boleh terjadi hal hilangnya
sebagian bahan-bahan dalam campuran beton.
c. Pengecoran Beton
1) Jika lokasi pengecoran berair, maka harus dikeringkan terlebih dahulu
dengan cara pemompaan.
2) Setiap beton yang telah dicor, harus langsung diikuti dengan pemadatan
dengan menggunakan rojokan yang terbuat dari kayu ataupun besi ataupun
alat mekanis seperti concrete vibrator.
3) Pemadatan tidak boleh terlalu lama guna menghindarkan terjadinya
segregasi (munculnya air dipermukaan beton hasil pengecoran) akibat dari
pemadatan tersebut.
4) Apabila terjadi penyambungan pengecoran beton yang lama dengan yang
baru, maka seluruh bidang yang akan disambung harus dikasarkan,
dibersihkan dari kotoran, serta disiram dengan air semen.
5) Tenggang waktu antara adukan beton, yaitu mulai dicampur air sampai
dengan selesai pengecoran, tidak boleh lebih dari 1 (satu) jam. Jika ada
adukan beton yang belum digunakan untuk mengecor dalam kurun waktu
tersebut, maka sisa beton tersebut tidak boleh dipergunakan lagi.
d. Pengawasan Pengecoran
1) Penyedia harus meminta persetujuan secara tertulis kepada direksi lapangan
serta konsultan pengawas sebelum pengecoran dimulai.
2) Penyedia dilarang melakukan pekerjaan pengecoran tanpa dihadiri oleh
direksi lapangan serta konsultan pengawas.
B. Perhitungan untuk Pembayaran

1) Perhitungan untuk pembayaran beton untuk latai kerja fc’ 7,4 Mpa berdasarkan
volume pengukuran yang telah dilaksanakan dalam satuan meter kubik (M3).
2) Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup
data)yang telah disahkan oleh direksi lapangan serta konsultan pengawas.

11. Bekisting beton biasa

A. Lingkup Pekerjaan

1) Bekisting menggunakan multiplek dengan tebal 12 mm sehingga menghasilkan


permukaan beton yang rata.
2) Bekisting harus menghasilkan konstruksi beton akhir yang mempunyai bentuk,
ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan gambar kerja.
3) Bekisting harus kokoh, diberi ikatan-ikatan agar terjamin kedudukan dan bentuk
yang tetap, mudah dibongkar, serta tidak merusak beton pada saat pembongkaran.
4) Bekisting harus disokong dengan perancah atau scaffolding yang kuat dan kokoh,
baik dari kayu, bambu ataupun besi agar dihasilkan bentuk bangunan sesuai dengan
gambar rencana.
5) Bekisting harus rapat atau tidak terdapat celah, sehingga adukan beton tidak keluar
pada saat pelaksanaan pengecoran.
6) Dalam pemasangan bekisting, tidak boleh ada bidang yang bersentuhan dengan
tulangan, untuk itu harus dipasang betondecking (beton tahu) sebagai pengganjal
setebal selimut beton yang ditentukan dalam gambar.
7) Sebelum diisi dengan beton, bekisting harus dibersihkan dan disiram dengan air.

B. Perhitungan untuk Pembayaran

1) Perhitungan untuk pembayaran cetakan beton berdasarkan volume pengukuran


yang telah dilaksanakan dalam satuan meter persegi (m2).
2) Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup data)
yang telah disahkan oleh direksi lapangan serta konsultan pengawas.

12. Pembesian

A. Lingkup Pekerjaan

1) Pekerjaan pembesian ini diperuntukkan untuk pekerjaan beton, kandungan besi per
m3 sesuai dengan petunjuk direksi.
2) Baja tulangan polos yang digunakan adalah baja tulangan yang telah memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan dibuktikan dengan sertifikat mutu bahan.
3) Baja tulangan yang digunakan haruslah batang baja yang liat, bulat, serta tidak
mengalami korosi. Untuk menghindari korosi, maka penyedia harus menyediakan
tempat untuk menyimpan baja tulangan tersebut dengan baik.
4) Baja tulangan yang akan digunakan sampai saat akan dilakukan pengecoran harus
bebas dari kotoran, lemak atau karat serta kotoran-kotoran lain yang dapat
mengurangi daya rekat antara campuran agregat beton dengan tulangan itu sendiri.
5) Untuk kotoran berupa karat dapat digunakan bahan kimia penghilang karat (rush
remover) yang tidak mengurangi diameter dan kekuatan baja tulangan dan harus
mendapat petunjuk yang jelas dari produsen dan mendapat persetujuan dari
pengawas lapangan dan atau direksi.
6) Batang-batang baja yang telah bengkok tidak boleh diluruskan untuk dipakai di
pekerjaan tanpa adanya persetujuan dari direksi lapangan serta konsultan
pengawas.
7) Seluruh besi tulangan yang digunakan harus dengan ukuran asli (bukan banci)
sesuai dengan gambar rencana
8) Untuk penyambungan tulangan lama dengan tulangan baru, beberapa hal harus
diperhatikan:
a). Tulangan lama harus dibersihkan dari segala kotoran sisa beton yang
menempel.
b). Panjang penyambungan tulangan harus sesuai dengan gambar rencana,
kecuali ditentukan oleh direksi lapangan serta konsultan pengawas.
c). Apabila dilakukan pengelasan maka harus dengan las penuh.

B. Perhitungan untuk Pembayaran

1) Perhitungan untuk pembayaran besi tulangan polos berdasarkan volume pengukuran


yang telah dilaksanakan dalam satuan kg.
2) Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup data)
yang telah disahkan direksi lapangan serta konsultan pengawas.

13. Pekerjaan Beton fc’ = 14,5 MPa (K-175)

A. Lingkup Pekerjaan

III. Bahan-bahan

a. Semen
1) Semen yang digunakan adalah semen portlandyang sesuai dengan
persyaratan dalam Standar Nasional Indonesia.
2) Pada tiap pengiriman semen ke lokasi, semen harus diletakkan pada tempat
yang terlindungi dari hujan dan panas matahari.
3) Direksi lapangan serta konsultan pengawas berhak
menolak/memerintahkan penyedia untuk mengganti semen yang
kualitasnya tidak layak pakai berdasarkan SKSNI.
b. Pasir (Agregat Halus)
1) Pasir haruslah pasir berasal dari sungai atau tambang pasir. Jika menurut
direksi lapangan serta konsultan pengawaspasir yang digunakan tidak
memenuhi gradasinya, maka pasir dapat ditambahkan dengan bahan
lainnya seperti pasir dari batu pecah.
2) Pasir haruslah bersih dari bahan organis, lumpur, kayu, plastik serta bahan
lainnya yang dapat mengurangi daya lengket pada saat pengadukan dan
pengecoran.
c. Kerikil
Kerikil harus bergradasi baik, bersudut agar dapat saling mengunci, keras, padat
dan tidak berpori, serta bersih dari bahan-bahan organis.
d. Air
1) Air yang digunakan untuk membuat dan merawat beton serta membuat
adukan haruslah dari sumber yang baik.
2) Pada waktu pemakaian haruslah terhindar dari bahan-bahan yang dapat
mengotori air seperti minyak, asam, garam serta bahan organis yang dapat
merusak beton dan tulangan.

IV. Campuran Beton, Pengangkutan, Pengecoran dan Perawatan beton.

a. Campuran Beton.
1) Penyedia harus menyiapkan semua bahan dan peralatan ditempat yang
dekat dengan lokasi pengecoran.
2) Cara penyampuran bahan beton berdasarkan perbandingan volume, angka
perbandingan dalam jenis beton menunjukan jumlah yang diukur dengan
kotak takaran, sesuai dengan rekomendasi dari laboraturium pengujian.
3) Beton Mutu fc’ = 14,5 MPa (K-175) adalah kebutuhan masing-masing
bahan campuran beton yang diperhitungkan berdasarkan analisa
laboratorium. Penyedia diharuskan membuat Design Mix Formula (DMF)
sebelum membuat beton cor K-175 kg/cm2 . DMF yang dimaksud adalah
DMF yang dikeluarkan UPTD Balai Pengujian Dinas Pekerjaan Umum
atau lembaga lain yang berkompeten.
Selanjutnya berdasarkan DMF tersebut, penyedia melakukan uji coba
campuran (trial mix) dengan disaksikan oleh direksi serta dituangkan dalam
berita acara. Hasil uji coba dilaporkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen
untuk mendapatkan persetujuan untuk digunakan pada pekerjaan Beton
Mutu fc’ = 14,5 MPa (K-175).
4) Bahan-bahan yang sudah ditakar dimasukan ke dalam tempat adukan,
sebelum diberi air terlebih dahulu harus dicampur secara merata dan harus
benar-benar homogen.
5) Beton yang tidak dicampur dengan air tidak boleh langsung dipergunakan
sebagai pengecoran.
b. Pengangkutan Beton
1) Semua peralatan yang dibutuhkan untuk pengangkutan beton harus selalu
bersih dan siap di lokasi.
2) Untuk mencapai tingkat kemudahan kerja dan kecepatan waktu,
diupayakan agar jarak pengangkutan tidak terlalu jauh.
3) Selama pengangkutan dilaksanakan tidak boleh terjadi hal hilangnya
sebagian bahan-bahan dalam campuran beton.
c. Uji Kuat Tekan Beton
1) Penyedia harus melaksanakan pengambilan sampel berupa kubus 15 x 15
x 15 cm sebanyak 20 buah.
2) Penyedia harus melaksanakan uji kuat tekan beton pada laboratorium yang
disetujui oleh direksi lapangan serta konsultan pengawas.
3) Hasil kuat tekan beton harus sesuai yang disyaratkan yaitu K-175 kg/cm2.
d. Pengecoran Beton
1) Sebelum pengecoran dilaksanakan, lokasi pengecoran termasuk bekisting
dan anyaman tulangan harus betul-betul sudah disiapkan dan dibersihkan
terlebih dahulu.
2) Jika lokasi pengecoran berair, maka harus dikeringkan terlebih dahulu
dengan cara pemompaan.
3) Penyedia harus melaksanakan slump test sebelum beton cor dituangkan
kedalam cetakan beton.
4) Beton harus memenuhi slump sebesar 7,5 cm sampai dengan 15 cm.
Apabila tidak memenuhi slump disyaratkan, maka harus dilakukan
pencampuran ulang dan selanjutnya dilakukan slump test kembali.
5) Cetakan untuk slump test berdasarkan SK SNI yaitu berbentuk kerucut
terpancung dengan diameter alas 20 cm diameter atas 10 cm dan tinggi 30
cm.
6) Setiap beton yang telah dicor, harus langsung diikuti dengan pemadatan
manual.
7) Pemadatan tidak boleh terlalu lama guna menghindarkan terjadinya
segregasi (munculnya air dipermukaan beton hasil pengecoran) akibat dari
pemadatan tersebut.
8) Apabila terjadi penyambungan pengecoran beton yang lama dengan yang
baru, maka seluruh bidang yang akan disambung harus dikasarkan,
dibersihkan dari kotoran, serta disiram dengan air semen.
9) Tenggang waktu antara adukan beton, yaitu mulai dicampur air sampai
dengan selesai pengecoran, tidak boleh lebih dari 1 (satu) jam. Jika ada
adukan beton yang belum digunakan untuk mengecor dalam kurun waktu
tersebut, maka sisa beton tersebut tidak boleh dipergunakan lagi.
e. Perawatan Beton
1) Penyedia diwajibkan melindungi beton yang baru dicor terhadap sinar
matahari langsung, angin dan hujan samapi beton sempat mengeras secara
wajar.
2) Penyedia diwajibkan menghindarkan pengeringan yang terlalu cepat
dangan cara-cara sebagaimana di bawah ini:
a). Semua bekisting yang melingkupi beton yang baru dicor harus dibasahi
secara teratur sampai dibongkar.
b). Semua permukaan beton yang tidak terlindungi oleh bekisting harus
ditutup dengan karung goni basah selama perkiraan pengikatan awal
berlangsung dan selanjutnya digenangi dengan air selama 14 hari sejak
saat pengecoran, kecuali ditentukan lain oleh pengawas lapangan dan
atau direksi.
c). Pemeliharaan dengan penyiraman air minimal 2 x sehari harus
dilakukan setelah bekisting dibuka. Penyiraman dilakukan selama 7
hari.
d). Tidak dibenarkan menimbun atau mengangkut barang di atas beton atau
memakai bagian beton sebagai tumpuan selama menurut direksi
lapangan serta konsultan pengawas bahwa beton tersebut belum cukup
mengeras.
f. Pengawasan Pengecoran
1) Penyedia harus meminta persetujuan secara tertulis kepada direksi lapangan
serta konsultan pengawas sebelum pengecoran dimulai.
2) Penyedia dilarang melakukan pekerjaan pengecoran tanpa dihadiri oleh
direksi lapangan serta konsultan pengawas.

B. Perhitungan untuk Pembayaran

1) Perhitungan untuk pembayaran Beton Mutu fc’ = 14,5 MPa (K-175) berdasarkan
volume pengukuran yang telah dilaksanakan dalam satuan meter kubik (M3).
2) Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup data)
yang telah disahkan oleh pengawas lapangan dan atau direksi.
14. Bongkar bekisting

A. Lingkup Pekerjaan

1) Pembongkaran bekisting dapat dilakukan minimal 2 minggu dari selesainya


pengecoran beton atau setelah mendapat persetujuan tertulis dari direksi lapangan
serta konsultan pengawas.

B. Perhitungan untuk Pembayaran

1) Perhitungan untuk pembayaran cetakan beton berdasarkan volume pengukuranyang


telah dilaksanakan dalam satuan meter persegi (m2).
2) Perhitungan pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup data)
yang telah disahkan oleh direksi lapangan serta konsultan pengawas.

15. Pekerjaan Timbunan Tanah

A. Lingkup Pekerjaan

1) Pekerjaan timbunan tanah dimaksud merupakan pekerjaan pengadaan tanah


setempat yang meliputi pemilihan kualitas tanah.
2) Pekerjaan timbunan tanah dipadatkan secara manual menggunakan tenaga manusia
harus dilaksanakan sampai garis dan elevasi seperti ditunjukan dalam gambar atau
seperti diperintahkan direksi lapangan serta konsultan pengawas.
3) Tanah yang digunakan untuk timbunan merupakan tanah yang didatangkan dari
tanah setempat dengan jarak angkut tidak lebih dari 100 meter.
4) Material/bahan timbunan harus bersih dari dan tidak berisi ranting, daun daun, akar
akar dan material material yang dapat membusuk.
5) Permukaan yang akan ditimbun harus dikupas dan dibersihkan dari kotoran yang
ada.
6) Kemudian tanah dihamparkan, diratakan secara manual dengan menggunakan
tenaga manusia dan dipadatkan lapis demi lapis dengan menggunakan peralatan
stamper yang sesuai dan disetujui oleh direksi lapangan serta konsultan pengawas
sampai mencapai elevasi tanggul yang direncanakan (rata meja)
7) Pemadatan dilakukan untuk menghilangkan/mengurangi pori-pori tanah atau
mencegah kandungan air berlebihan.

B. Perhitungan untuk Pembayaran

1) Perhitungan untuk pembayaran timbunan tanah berdasarkan volume timbunan


yang telah dilaksanakan dalam satuan meter kubik (m3).
2) Perhitungan untuk pembayaran harus dilengkapi dengan data pendukung (backup
data) yang telah disahkan direksi lapangan serta konsultan pengawas.
16. Masa Pelaksanaan
Pekerjaan ini akan dilaksanakan selama 90 (sembilan puluh) hari kalender terhitung sejak
tanggal mulai kerja yang tercantum dalam SPMK.

17. Dukungan Personil


Adapun jenis pendidikan dan keahlian yang harus memiliki oleh personil yaitu :
JUML
AH
KODE JABATAN TENA Bersedia
NO Pendidikan SUB TENAGA GA Pengalaman Profesi / Curiculum ditempatkan
NPWP
. BIDAN TEKNIS DAN TEKN (Tahun) Keahlian vitae dilokasi
G PERSONIL IS pekerjaan
(Oran
g)
TS 032 √ √ √
Bidang
Sipil
sub
Tenaga
SMA/SMK bidang
1 Pelaksana 1 2 Tahun Terampil
sederajat Pelaksa
Pelaksana
na
Bangun
an
Irigasi
SMA/SMK Sertifika Petugas √ √ √
2 Petugas K3 1 0 Tahun
Sederajat t K3 K3

18. Kepemilikan Alat


Diperlukan surat perjanjian sewa (jika sewa) alat dan berisi data jenis, jumlah, kapasitas
atau output yang dapat dicapai pada saat ini, merek dan tipe, tahun pembuatan, kondisi
(dalam persentase), lokasi keberadaan saat ini dan status tidak sedang digunakan dalam
pelaksanaan lainnya sesuai dengan yang diperlukan untuk pekerjaan utama yang
dilelangkan sesuai ketentuan dokumen pengadaan.
Adapun jenis peralatan yang harus memiliki dukungan sewa antara lain :
Concrete Mixer 3,5 – 5 m3 1 unit

19. Pekerjaan Akhir

a. Penyelesaian (Finishing)

Semua pekerjaan yang belum sempurna atau masih terdapat kekurangan harus
disempurnakan serapi mungkin dan dinyatakan selesai apabila telah disetujui direksi
lapangan serta konsultan pengawas.Lokasi disekitar tempat kerja harus bersih dari sisa
bahan bangunan yang tidak digunakan.

b. Pengukuran/Gambar pelaksanaan (ABD).

Setelah seluruh pekerjaan selesai (disetujui direksi lapangan serta konsultan pengawas),
dilakukan pengukuran kembali untuk mengetahui pekerjaan yang telah
dilaksanakan.Gambar ABD harus disahkan oleh direksi lapangan serta konsultan
pengawasserta Pejabat Pembuat Komitmen dan gambar dalam ukuran kertas A3 dengan
skala tertentu, dibuat rangkap 3 (tiga) eksemplar.

c. Dokumentasi

Dokumentasi berisi foto pelaksanaan pekerjaan yang meliputi kegiatan pra


pelaksanaan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan. Dokumentasi diserahkan dalam
bentuk soft copy dan print out sebanyak 3 (tiga) eksemplar kepada Pejabat Pembuat
Komitmen.

20. Penutup
Spesifikasi teknis ini dipergunakan sesuai dengan jenis pekerjaan yang tercantum dalam
daftar kuantitas dan harga.

Jambi, Agustus 2022

Ditetapkan oleh,
Pejabat Pembuat Komitmen
Rehabilitasi Jaringan Irigasi Rawa
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Provinsi Jambi

Ruwiyo, S.T.
Penata Muda (III/a)
NIP. 19770315 200901 1 007

Anda mungkin juga menyukai