Anda di halaman 1dari 21

BAB I

SYARAT – SYARAT UMUM

1. LINGKUP PEKERJAAN
Ruang lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah Peningkatan Jalan Lingkungan
Permukiman Desa Rejosari Kecamatan Bantur Kabupaten Malang yang meliputi:
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Jalan Beton
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, dan sesuai dengan Spesifikasi Teknis,
Gambar Perencanaan, Berita Acara Penjelasan, Kerangka Acuan Kerja (KAK) serta mengikuti
petunjuk dan keputusan Pengawas lapangan dan Tim Teknis Kegiatan.

2. DASAR – DASAR PELAKSANAAN KERJA


a. Pekerjaan ini harus dilaksanakan berdasarkan:
a) Kontrak Kerja
b) Syarat – Syarat Teknis
c) Gambar perencanaan
d) Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
e) Petunjuk dan Perintah Direksi/Pengawas Lapangan selama berlangsungnya
pelaksanaan pekerjaan.
b. Menurut ketentuan dan persyaratan sebagai berikut :
a) Peraturan
1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
2) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 sebagaimana telah diubah dengan
Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor
16 Tahun 2019 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Permen) No. 14
Tahun 2020 Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi melalui
penyedia.
4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 08 tahun 2023
Tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi bidang
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

b) Standar Konstruksi
1) SNI 15-7064-2004 Standar Nasional Indonesia Semen portland
2) SNI 3976 1995 Tata cara pengadukan pengecoran beton
3) Petunjuk / Tata Cara Standard lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan ini

1
c) Peraturan yang berkaitan dengan Ketenagakerjaan dan Jaminan Perlindungan
dan Keselamatan Ketenagakerjaan yang dikeluarkan oleh kementerian
Ketenagakerjaan RI.
3. RENCANA DAN PELAKSANAAN KERJA
a. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal penunjukan dan perintah kerja
pelaksanaan pekerjaan (SPMK), pihak Kontraktor harus sudah memulai melaksanakan
pembangunan fisik secara nyata di lapangan. Apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor
yang ditetapkan belum melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka
akan diberlakukan ketentuan yang telah dibuat oleh PPK.
b. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan Kontrak, syarat‐
syarat teknis, gambar perencanaan, berita acara penjelasan, Kerangka Acuan Kerja (KAK)
serta mengikuti petunjuk dan keputusan Pengawas lapangan dan Tim Teknis Kegiatan.
c. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib membuat Rencana
Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa S-curve. Rencana Kerja tersebut
harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas, paling
lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Perintah Kerja (SPK)
diterima oleh Kontraktor. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas
akan disahkan oleh Pemberi Tugas / PPK.
d. Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan pembangunan harus sesuai dengan Rencana
Kerja tersebut.
e. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan Rencana
Kerja tersebut.
f. Dalam pekerjaan ini perhitungan 1 Bulan sama dengan 26 Hari Kerja

4. TENAGA DAN SARANA KERJA


Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja ahli, bahan material, peralatan berikut alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan serta pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan
terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan
berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan diserah-
terimakannya pekerjaan tersebut kepada pemberi kerja.
a. Tenaga Kerja/Tenaga Ahli
Untuk melaksanakan pekerjaannya kontraktor harus menyediakan personel yang
memenuhi ketentuan, baik ditinjau dari segi lingkup kegiatan maupun tingkat kompleksitas
pekerjaan. Kualifikasi Tenaga Ahli yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan
Peningkatan Jalan Lingkungan Permukiman adalah tenaga ahli yang cukup berpengalaman
dibidangnya masing-masing.
b. Peralatan P ekerjaan
Peralatan yang memadai dan sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan yang
wajib disediakan (kondisi layak) untuk pekerjaan Peningkatan Jalan Lingkungan
Permukiman terdiri dari :
2
1. Concrete Mixer 1 (unit) kapasitas 0,3 M3.
2. Pick Up 1 (unit)
3. Concrete Vibrator

c. Pekerjaan Utama.

No Jenis Pekerjaan Utama

1. Pekerjaan Jalan Beton f’c 25 MPa Tebal 15 cm

d. Bahan dan Material


Menyediakan bahan-bahan bangunan sedapat mungkin menggunakan produksi dalam
negeri dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam jumlah yang cukup untuk setiap
jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya.

5. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR


a. Kontraktor harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam Kontrak, Spesifikasi Teknis dan Gambar Kerja.
b. Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil pemberi tugas untuk melihat, mengawasi,
menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.
c. Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat pelaksanaan
pekerjaan. Kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut dengan biaya
Kontraktor sendiri.
d. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka
Kontraktor berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi Tugas
melalui Konsultan Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor bertanggung
jawab atas segala kerusakan yang timbul.
e. Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
f. Kontraktor berkewajiban memenuhi segala hal yang menyangkut jaminan sosial
dan keselamatan bagi petugas/pekerja di lapangan sesuai dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
g. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
h. Selama pembangunan belangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan bahan/ material,
barang milik proyek, milik Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di
lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima. Bila
terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang
maupun yang belum, adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak akan diperhitungkan
dalam biaya Pekerjaan Tambah.

3
i. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya, baik yang
berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.
j. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan bongkaran
dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan.
Segala pembiayaannya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
6. KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
a. Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa Kontraktor atau biasa disebut Manager
Pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat
kuasa penuh dari Kontraktor,
b. Dengan adanya Pelaksana proyek, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
c. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada Direksi/Pengawas Lapangan/Tim
Pengelola Teknis Kegiatan, nama dan jabatan Manager Pelaksana untuk mendapatkan
persetujuan.
d. Bila kemudian hari menurut pendapat Direksi/ PengawasLapangan/ Tim Pengelola Teknis
Kegiatan, Manager Pelaksana kurang mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka
akan diberitahu kepada kontraktor secara tertulis untuk menggantinya dengan personil
yang memenuhi syarat.
e. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, kontraktor harus
sudah menunjuk Manager Pelaksana baru atau kontraktor sendiri (penanggung jawab/
Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.

7. PENJELASAN SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR


a. Bila gambar yang menyangkut spesifikasi tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, maka
yang mengikat/berlaku adalah spesifikasi teknis.
b. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignemen, lokasi seksi (bagian) dan detail
gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor harus
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak
boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidak-
sesuaian antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak
dijelaskan dalam gambar dan spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh
keadaan darurat konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas
dan disahkan secara tertulis.
c. Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang
semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya. Permukaan-
permukaan pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis, lapisan bagian dan
ukuran yang tercantum dalam gambar, kecuali bila ada ketentuan lain dari Konsultan
Pengawas.

4
d. Bila ada keraguan mengenai ukuran, kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada
Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran mana yang
akan dipakai dan dijadikan pegangan.
e. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran skala tidak
boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Setiap deviasi
dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas dan disahkan secara tertulis. Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau
mengganti ukuran- ukuran yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan tanpa
sepengetahuan Konsultan Pengawas/Direksi, dan segala akibat yang terjadi adalah
tanggung jawab Kontraktor/ Pemborong baik dari segi biaya maupun waktu.
f. Perbedaan Gambar.
1) Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja,
maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat (berlaku).
2) Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak-telitian di dalam pelaksanaan satu
bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka didalam
hal terdapat ketidak-jelasan, kesimpang-siuran, perbedaan- perbedaan dan ataupun
ketidak-sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor
diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas secara tertulis dan selanjutnya
diadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas/Direksi dan Konsultan Perencana,
untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan.
3) Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor/ Pemborong
untuk memperpanjang/meng-“klaim” biaya maupun waktu pelaksanaan.

g. Shop Drawing.
1) Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat
oleh Kontraktor berdasarkan gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan
keadaan lapangan.
2) Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup
lengkap dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh
Konsultan Pengawas.
3) Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang
diperlukan, keterangan produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan
khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap di dalam
Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun di dalam Spesifikasi Teknis.
4) Kontraktor wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi.
5) Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor dan diajukan kepada Konsultan
Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuai dengan format standar dari
proyek.

5
h. Perubahan, Penambahan, Pengurangan Pekerjaan dan Pembuatan “As Built Drawing“.
1) Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan
pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
2) Setelah pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor berkewajiban membuat
gambar-gambar yang memuat seluruh perubahan, dan sesuai dengan kenyataan yang
telah dikerjakan/dibangun oleh Kontraktor ( As Built Drawing ).
3) Biaya untuk penggambaran “As Built Drawing”, sepenuhnya menjadi tanggungan
Kontraktor.

8. PEKERJAAN TAMBAH / KURANG


a. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis dalam
buku harian oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan
serta persetujuan Pemberi Tugas.
b. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata‐nyata ada perintah
tertulis dari Direksi/Pengawas Lapangan/TimPengelola Teknis Kegiatan atas
persetujuan Pemberi Tugas.
c. Biaya pekerjaan tambah / kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga
satuan pekerjaan, yang dimaksudkan oleh Kontraktor yang pembayarannya
diperhitungkan bersama‐sama angsuran terakhir.
d. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan yang
dimasukkan dalam penawaran, harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim PengelolaTeknis Kegiatan bersama‐sama Kontraktor
dengan persetujuan Pemberi Tugas.
e. Adanya Pekerjaan Tambah tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab kelambatan
penyerahan pekerjaan, tetapi Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan
dapat mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut

9. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)


Penerapan prinsip K3 di proyek sangat perlu diperhatikan dalam pekerjaan konstruksi.
Pelaksana konstruksi harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip kerja sesuai ketentuan
K3 di lingkungan proyek.
Dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) memuat:
a. Elemen SMKK, meliputi :
1) Kepemimpinan dan partisipasi pekerja dalam keselamatan konstruksi;
2) Perencanaan Keselamatan Konstruksi:
a) Uraian pekerjaan;
b) Manajemen risiko dan rencana tindakan meliputi:
- penjelasan manajemen risiko meliputi mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat
risiko, dan mengendalikan risiko;
- penjelasan rencana tindakan meliputi sasaran khusus dan program khusus;
6
3) Dukungan Keselamatan konstruksi;
4) Operasi Keselamatan Konstruksi;
5) Evaluasi Kinerja Keselamatan Konstruksi.
b. Pakta komitmen yang ditandatangani oleh pimpinan tertinggi perusahaan penyedia jasa.
Pernyataan komitmen Keselamatan Konstruksi Memenuhi ketentuan Keselamatan
Konstruksi;
1. Memenuhi ketentuan Keselamatan Konstruksi;
2. Menggunakan tenaga kerja kompeten bersertifikat;
3. Menggunakan peralatan yang memenuhi standar kelaikan;
4. Menggunakan material yang memenuhi standar mutu;
5. Menggunakan teknologi yang memenuhi standar kelaikan;
6. Melaksanakan Standar Operasi dan Prosedur (SOP); dan
7. Memenuhi 9 ( Sembilan ) komponen biaya penerapan SMKK.

RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK)


Peningkatan Jalan Lingkungan Permukiman

JENIS / TYPE IDENTIFIKASI JENIS KEKERAPAN DAN RESIKO


NO.
PEKERJAAN BAHAYA & RESIKO K3 KEPARAHAN KESELAMATAN

1. Terpukul alat pemukul

1 - Persiapan 2. Tertusuk Paku


2 Kecil
3. Terpeleset

1. Tertimpah material beton


2. Terluka akibat kena

2 - Pekerjaan Beton percikan beton 3 Kecil


3. Iritasi pada kulit oleh semen
4. Terjatuh /terpeleset di area
pekerjaan

Membuat Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi ( RMPK ) adalah dokumen telaah tentang
Keselamatan Konstruksi yang memuat uraian metode pekerjaan, rencana inspeksi dan pengujian,
serta pengendalian Subpenyedia Jasa dan pemasok, dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen
kontrak.

Setiap Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyusun PMPM ( Penjaminan Mutu dan
Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi ) Pekerjaan Konstruksi dalam RMPK.
RMPK paling sedikit memuat:
a. struktur organisasi Penyedia Jasa beserta hubungan kerja antara Pengguna Jasa dan
Subpenyedia Jasa;

7
b. jadwal pelaksanaan pekerjaan;
c. gambar dan spesifikasi teknis;
d. tahapan pekerjaan;
e. rencana metode pelaksanaan kerja (work method statement) terdiri atas komponen metode
kerja, tenaga kerja konstruksi, material, alat, dan aspek Keselamatan Konstruksi;
f. rencana pemeriksaan dan pengujian;
g. pengendalian Subpenyedia Jasa, meliputi kriteria persyaratan pemilihan Subpenyedia Jasa
yang dilakukan oleh Penyedia Jasa pelaksana konstruksi sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh
Pengguna Jasa;
h. pengendalian pemasok meliputi jenis pekerjaan yang dipasok, jumlah pemasok, kriteria, dan
prosedur pemilihan.

10. LAPORAN
a. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik bersifat teknis maupun
administratif.
b. Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor harus memberikan data-data yang
diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
c. Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Kontraktor/ Pemborong
d. Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus diserahkan kepada
Pemimpin Proyek untuk bahan monitoring pekerjaan.
11. PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
a. Bahan-bahan yang didatangkan/ dipakai harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah
disetujui Konsultan Pengawas/Direksi
b. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan
afkir/ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi
bangunan/ proyek selambat-lambatnya dalam tempo 2 x 24 jam dan tidak boleh
dipergunakan.
c. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas dan
ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan Pengawas/berhak
memerintahkan pembongkaran kembali kepada Kontraktor, yang mana segala kerugian
yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Kontraktor
sepenuhnya.
d. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-
bahan tersebut, maka Kontraktor harus menguji dan memeriksakannya ke laboratorium
Balai Penelitian Bahan pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut disampaikan
secara tertulis kepada Konsultan Pengawas/Direksi. Segala biaya pemeriksaan ditanggung
oleh Kontraktor.

8
e. Sebelum ada kepastian dari laboratorium di atas tentang baik atau tidaknya kualitas dari
bahan-bahan tersebut, Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan - pekerjaan
yang menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.
f. Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus memberikan penjelasan lengkap
tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan
dilaksanakan.

12. PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN


a. Ijin Memasuki Tempat Kerja.
1) Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor, tetapi karena
bahan/material ataupun komponen jadi maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak
oleh Konsultan Pengawas/ Direksi, harus segera dihentikan dan selanjutnya
dibongkar atas biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan
Pengawas /Direksi.
2) Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutupi atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, dan Kontraktor harus memberikan
kesempatan sepenuhnya kepada Petugas/ Ahli dari Konsultan Pengawas untuk
memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat.
3) Kontraktor harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas kapan setiap pekerjaan
sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan Konsultan Pengawas tidak boleh
menunda waktu pemeriksaan, kecuali apabila Konsultan Pengawas memberikan
petunjuk tertulis kepada Kontraktor apa yang harus dilakukan.
4) Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari
waktu diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/hari
raya) tidak dipenuhi/ditanggapi oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor dapat
meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
5) Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/ Direksi berhak
menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki.
6) Biaya pembongkaran dan pemasangan/perbaikan kembali menjadi tanggungan
Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan
untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.
b. Kemajuan Pekerjaan
1) Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh
Kontraktor demikian pula metode /cara pelaksanaan pekerjaan harus
diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh Konsultan Pengawas.
2) Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut
penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada

9
waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang, maka Konsultan
Pengawas harus memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang perlu
diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada
waktu yang telah ditentukan.
c. Perintah Untuk Pelaksanaan.
Bila Kontraktor atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja dimana
Konsultan Pengawas bermaksud untu memberikan petunjuk atau perintah, maka
petunjuk atau perintah itu harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua petugas pelaksana
atau petugas yang ditunjuk oleh Kontraktor untuk menangani pekerjaan itu.

10
BAB II
SYARAT - SYARAT TEKNIS

1. PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan merupakan persiapan awal yang wajib dilakukan dalam melaksanakan
suatu proyek. Pada tahap ini, segala izin yang dibutuhkan untuk proses pembangunan telah
diurus serta segala sesuatu yang menyangkut kelancaran pekerjaan pelaksanaan harus telah
disiapkan di lokasi sebelum melaksanakan pekerjaan. Penyusunan jadwal terinci, mobilisasi
peralatan dan tenaga kerja, hingga kelengkapan administrasi lapangan harus sudah disiapkan
sebelum memulai pekerjaan.
Kontraktor juga harus mempertimbangkan situasi lapangan sebagai berikut:
- Volume pekerjaan yang merujuk pada batasan minimal yang wajib terpenuhi, hal ini
agar proyek tidak menyimpang dari perencanaan.
Agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan proyek, kontraktor juga wajib melakukan
pengukuran yang sesuai dengan target dan estimasi waktu serta biaya proyek.
Pada tahap ini, kontraktor bertanggung jawab atas ketepatan ukuran dan mutu bangunan yang
sesuai dengan syarat dan rencana kerja. Akan tetapi, jika terjadi ketidakcocokan, kontraktor
tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan pembetulan sebelum mendapatkan persetujuan
dari manajemen konstruksi.
Selanjutnya,
a. Lingkup Pekerjaan
1) Pengukuran dan Penandaan
2) Pasang Papan Nama Kegiatan
b. Syarat – Syarat Pekerjaan
1) Sebelum pekerjaan pengukuran dilakukan perlu diambil langkah pembersihan yang
mana kontraktor wajib membersihkan lokasi proyek dari hal-hal yang dapat
menghambat proses pembangunan. Contohnya, lokasi harus bersih dari pepohonan
sampai ke akarnya agar tidak merusak struktur tanah pada bangunan.

2) Pekerjaan uitzet dilaksanakan bersama – sama antara direksi, Perencana dan Penyedia
Barang/Jasa, Pengelola Teknik Kegiatan serta Pengawas Lapangan.

3) Kontraktor bertanggung jawab atas ketepatan pengukuran, apabila terjadi


ketidakcocokan, kontraktor tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan
pembetulan sebelum mendapatkan persetujuan dari manajemen konstruksi.

4) Pasang Papan nama kegiatan.

11
2. PEKERJAAN URUGAN PASIR
Tahap ini meliputi pengurugan pasir bawah jalan beton. Dalam tahap ini, terdapat beberapa
ketentuan yang wajib di penuhi kontraktor seperti:
- Dilakukan pengurugan yang meliputi urugan pasir dan disesuaikan dengan gambar
rencana.
- Ketebalan urugan pasir dalam gambar rencana adalah urugan yang sudah padat.
a. Lingkup Pekerjaan
1) Pekerjaan Urugan meliputi:
- Urugan pasir bawah jalan beton, dengan jenis pasir sesuai dengan gambar kerja
- Dan lain– lain yang tercantum dalam Gambar Kerja.
b. Syarat – Syarat Pekerjaan
1) Pek. Urugan pasir
- Ketebalan urugan pasir dibuat sesuai gambar dan disetujui Direksi Lapangan atau
Pengawas Lapangan.
- Untuk mencapai kepadatan, urugan pasir harus disiram dengan air secukupnya

3. PEKERJAAN PASANG PLASTIK ALAS BETON


Pekerjaan pasang plastik beton merupakan salah satu bagian pekerjaan perkerasan jalan beton
yang memerlukan perhatian yang serius dari Kontraktor dan Direksi dalam setiap proses dan
keputusan yang diambil.
Plastik Cor atau Polytene memiliki kegunaan yang penting untuk aplikasi pelapis lantai di atas
tanah / slab on ground. Plastik cor dapat dibeli di toko bangunan, upayakan platik memiliki
ketebalan yang cukup yakni 125 micron agar tidak mudah robek bila terinjak-injak pada saat
pengecoran Beton

Fungsi plastik adalah untuk menjaga agar permukaan dasar beton tidak langsung berhubungan
dengan tanah/ pasir urug yang memiliki kelembaban. Sehingga kemungkinan air / uap air
masuk ke dalam pori-pori beton menjadi lebih kecil, dan juga air semen tidak mudah
menyerap ke lapisan tanah dibawahnya sehingga kadar air pada adukan beton dapat terjaga
dengan baik dan proses pengeringannya pun dapat terjaga sehingga beton tdak mudah cepat
kering.

Langkah Pekerjaan
a. Setelah Pekerjaan penghamparan pasir urug dilaksanakan dengan baik dan rata
sepanjang jalan maka pekerjaan selanjutnya pemasangan plastic/ polytene 125 micron
b. Plastik dipasang selebar jalan dan sepanjang jalan beton yang akan dilaksanakan.
c. Dipasang secara bertahap sesuai jumlah Panjang beton atau volume beton yang akan
di cor agar pemasangan plastik tidak mudah rusak akibat terlalu lama menunggu proses
pengecoran.

12
d. Pemasangan Plastik dengan overlap 30 cm – 50 cm bila plastic yang ada tidak
memenuhi lebar jalan secara langsung karena lebar plastic dipasaran biasanya 1 – 1,50
m

4. PEKERJAAN BETON
Pekerjaan beton merupakan salah satu bagian pekerjaan yang memerlukan perhatian yang
serius dari Kontraktor dan Direksi dalam setiap proses dan keputusan yang diambil.
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan Jalan Beton menggunakan Ready Mixed disertai dengan tiket dari
batching plant (untuk syarat pencairan) atau Site Mixed bergantung pada
Perencanaa yang tertuang di dalam RAB serta keadaan lapangan yang tidak
memungkinkan dengan Ready Mixed
2. Pekerjaan beton yang dilakukan adalah pembuatan jalan beton dan lain – lain
tercantum dalam gambar kerja.
3. Semua pekerjaan beton yang dilakukan harus disertai test beton di lapangan yang
hasilnya langsung dapat diperoleh, serta test beton di laboratorium yang dilakukan
di lembaga di luar proyek dengan biaya test ditanggung oleh Kontraktor (untuk
syarat berita acara serah terima 1)
4. Bagian-bagian pekerjaan yang dilakukan sebelum, sedang dan sesudah
pengecoran yaitu:
- Persiapan Pengecoran
- Adukan
- Pengecoran
- Pembongkaran begesting
- Pemeliharaan/Perawatan
b. Syarat – Syarat Pekerjaan
1) Persyaratan umum
a) Konstruksi bangunan dengan bahan struktur beton struktur harus menggunakan
peraturan peraturan/normalisasi yang berlaku di Indonesia seperti PBI’71
(Peraturan Beton Indonesia tahun 1971) dan atau SK SNI T–15–1991-03, PMI
(Peraturan Muatan Indonesia), dan lain-lain.
b) Semua pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat yang ada pada:
- Syarat-syarat bahan untuk semua pekerjaan beton SK SNI T-15-1991-03 pasal
3.1 sampai 3.9.
- Syarat pelaksanaan pekerjaan beton SK SNI T-15-1991-03 bagian 3 bab 4,5,6
berlaku seluruh pasal.
- Syarat-syarat pekerjaan tulangan SK SNI T-15-1991-03 bab 5 pasal 5.3
sampai 5.8.

13
- Perhitungan untuk pekerjaan beton struktur berdasarkan SK SNI T-15-1991-
03.
c) Kualitas campuran beton harus memenuhi syarat dengan campuran beton (sesuai
yang ada dalam BOQ)
d) Setiap sambungan beton lama dan baru ditambahkan bahan additive beton.
e) Semua ukuran, dimensi beton yang ada dan tertulis dalam gambar kerja, adalah
ukuran dan dimensi beton konstruksi tidak dan belum termasuk
plesteran/finishingnya.
f) Komposisi
- Komposisi beton untuk semua struktur bangunan harus ditentukan
sedemikian rupa sehingga mencapai kekuatan silinder 28 (dua puluh delapan)
hari sebesar fc’ 25 MPa.
- Untuk beton harus diadakan uji laboratorium dan hasil uji harus memenuhi
mutu beton yang disyaratkan.
- Percobaan Pendahuluan.
Pada bagian beton dimana tidak memungkinkan menggunakan adukan Ready
Mix, Penyedia Jasa harus melakukan pendahuluan dengan tujuan untuk
mencapai kualitas beton yang ditentukan. Mutu beton tersebut harus
dibuktikan oleh Penyedia Jasa dengan percobaan hancur silinder beton
(ukuran 15 x 30 cm) dari Laboratorium penyelidikan bahan-bahan bangunan
yang diakui oleh Pemerintah dan seluruh biayanya ditanggung oleh Penyedia
Jasa. Banyaknya pengambilan silinder percobaan ialah minimum 4 buah
silinder. Benda uji diperiksa 7 (tujuh) hari, 14 (empat belas) hari, 21 (dua
puluh satu) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari untuk setiap beton yang
diambil contohnya. Hasil dari Laboratorium harus segera diserahkan kepada
Direksi Lapangan/ Pengawas Lapangan.
g. Masa Pelaksanaan.
Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara kontinyu dari hasil
– hasil pemeriksaan benda uji.
2) Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan
Langkah pelaksanaan pekerjaan beton terdiri dari kegiatan penyiapan adukan,
pemasangan tulangan, persiapan pengecoran atau pemasangan begesting, pelaksanaan
pengecoran, perawatan atau pemeliharaan beton, pembongkaran begesting dan
pelaksanaan uji laboratorium. Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton, Kontraktor
harus meneliti gambar gambar kerja penulangan beton. Apabila terjadi keragu-raguan
segera menanyakan dan meminta jawaban Direksi sebelum memulai pelaksanaan
pekerjaan.

14
a) Adukan
- Adukan beton untuk konstruksi beton struktur digunakan perkerasan jalan
beton dengan mutu f’c 25 MPa ( sesuai yang ada dalam BOQ ).
b) Persiapan Pengecoran
- Kontraktor harus membuat kotak takaran untuk adukan beton.
- Untuk Begisting menggunakan Multiplek 12 mm dan Kayu kelas III sebagai
pengaku
- Semua Begisting dibersihkan dari segala kotoran.
- Begisting harus datar dan tegak lurus, kedudukan dan bentuknya tetap tidak
bergeser maupun bergerak pada waktu dan setelah pengecoran tetapi mudah
dibongkar.
- Sebelum dilakukan pengecoran, jalan harus dipasang plastik atau Polytene
125 micron sepanjang jalan dan lebar yang akan dicor
- Bekesting menggunakan kayu Kelas III dan harus dipasang dengan perkuatan
- perkuatan sehingga menjamin ukuran -ukuran dan jarak - jarak tidak
berubah selama diadakan pengecoran.
- Bekesting sebelum dilaksanakan pengecoran beton, harus dibersihkan dari
berbagai bentuk kotoran.
e) Pengecoran
- Pengecoran beton harus seijin tertulis dan sepengetahuan Direksi.
- Beton harus dicor dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga pekerjaan pemindahan
(menggeser campuran beton segar secara manual) sedapat mungkin dihindari.
Kecuali truk pencampur, truk pengaduk, atau alat angkutan lainnya yang dilengkapi
dengan alat penumpah beton tanpa menimbulkan segregasi bahan, beton harus
dituangkan ke dalam alat penghampar dan dihamparkan secara mekanis sedemikian
rupa untuk mencegah segregasi. Penghamparan harus dilakukan secara menerus di
antara sambungan melintang tanpa sekatan sementara. Penghamparan secara manual
diperlukan harus dilakukan dengan memakai sekop bukan perlengkapan perata
(rakes). Tenaga kerja tidak boleh menginjak hamparan beton yang masih baru dengan
memakai sepatu yang dilekati oleh tanah atau kotoran lainnya
- Beton harus dipadatkan secara merata pada tepi dan sepanjang acuan, sepanjang dan
pada kedua sisi setiap sambungan, dengan menggunakan vibrator yang dimasukkan
ke dalam beton. Vibrator tidak boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan
atau sisi acuan. Vibrator tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap tempat
- Beton harus dituangkan sedekat mungkin dengan sambungan ekspansi dan
sambungan kontraksi tanpa merusaknya, tetapi tidak dituangkan langsung dari
corong curah atau penampung (hopper) ke arah perlengkapan sambungan kecuali jika
penampung (hopper) tersebut telah ditempatkan sedemikian rupa sehingga
penumpahan beton tidak menggeser posisi sambungan.

- Ceceran beton yang tertumpah pada permukaan beton yang telah selesai dihampar
harus disingkirkan dengan cara yang disetujui.
15
f) Pembongkaran Begisting
- Kecuali bila ditentukan lain, acuan/ begesting tidak boleh dibongkar dari beton yang
baru dicor sebelum mencapai waktu paling sedikit 12 jam. Acuan harus dibongkar
dengan hati- hati agar tidak rusak perkerasan beton. Setelah acuan dibongkar, bagian
sisi perkerasan beton harus dirawat (curing)
- Pembongkaran semua Begisting/ begisting harus sesuai dengan ketentuan –
ketentuan yang berlaku, serta seijin dan sepengetahuan Pengawas Lapangan.
- Pembongkaran harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa hingga
menjamin seluruhnya keamanan beton yang telah dicor.
- Begisting beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari pengawas,
atau jika telah melampaui waktu yang telah ditentukan.
g) Pemeliharaan
- Upaya perawatan beton dilakukan selama proses pengerasan.
- Selama proses pengerasan, beton tiap hari harus disiram dengan cukup air
(curing), selama minimum 1 (satu) minggu berturut-turut.
h) Finishing
- Permukaan jalan beton harus di grooving atau alur melintang jalan.
- Permukaan jalan beton harus diberi joint sealant atau di cutting melintang
jalan dengan jarak per 5,00 m dengan kedalaman 5 cm atau sesuai dengan
gambar rencana dengan alat potong beton kemudian diisi sealant
- Penggergajian untuk membentuk sambungan harus dilakukan sesegera
mungkin setelah beton cukup keras agar pengergajian dapat dilakukan dengan
hasil yang rapih tanpa menimbulkan keretakan, dan umumnya tidak kurang dari
4 jam tetapi dalam segala hal tidak lebih dari waktu pengikatan akhir yang diuji
sesuai SNI ASTM C403/C403M:2012 (umumnya sekitar 10 jam tergantung
bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton, jenis semen, bahan tambah
dan sebagainya) setelah pemadatan akhir beton, diambil mana yang lebih pendek
waktunya. Semua sambungan harus dibentuk dengan pemotongan sebelum
terjadi retak susut yang tidak terkendali. Bila perlu, kegiatan penggergajian harus
dilakukan siang dan malam dalam cuaca apapun. Penggergajian untuk
membentuk sambungan harus ditangguhkan bilamana keretakan terjadi pada atau
dekat lokasi gergajian pada saat sebelum digergaji. Penggergajian untuk

membentuk sambungan tidak boleh dilanjutkan bilamana keretakan meluas di


depan gergaji. Bilamana terjadi kondisi ekstrim sedemikian hingga tidaklah
praktis untuk mencegah keretakan dengan penggergajian yang lebih dini, alur
sambungan kontraksi harus dibuat sebelum beton mencapai pengerasan tahap
awal sebagaimana disebutkan di atas. Secara umum, setiap sambungan harus
harus dibentuk dengan penggergajian yang berurutan dan teratur.

16
- Bahan penutup (joint sealer) yang digunakan pada setiap sambungan harus
memenuhi detail yang ditunjukan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan Pengawas Pekerjaan.

- Bahan penutup yang digunakan secara panas harus diaduk selama pemanasan
untuk mencegah terjadinya pemanasan setempat yang berlebihan. Penuangan
harus dilakukan sedemikian hingga bahan penutup tersebut tidak tumpah pada
permukaan beton yang terekspos. Setiap kelebihan bahan penutup pada
permukaan beton harus segera disingkirkan dan permukaan perkerasan
dibersihkan. Penggunaan pasir atau bahan lain sebagai bahan peresap terhadap
bahan penutup ini tidak diperkenankan.

- Apabila terjadi kerusakan permukaan jalan beton kontraktor wajib


memperbaiki (grouting) dengan mutu yang sama atau lebih tinggi.

17
BAB III
SYARAT – SYARAT BAHAN DAN MATERIAL

Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini
maupun dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun
syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI
Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan
dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.
Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti material,
peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas terbaik untuk tujuan
yang dimaksudkan.
I. PERSYARATAN UMUM
a. Merk pembuatan bahan/material & komponen jadi.
1) Kecuali bila ditentukan lain dalam Dokumen Kontrak, semua merk pembuatan atau
merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini dimaksudkan sebagai
penentu standar atau kualitas.
2) Setiap keterangan mengenai peralatan, material barang atau proses, dalam bentuk
nama dagang, buatan atau nomor katalog harus dianggap sebagai penentu standar atau
kualitas dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan, dan
Kontraktor harus dengan sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau
proses, yang atas penilaian Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana, sesuai
dengan keterangan itu. Seluruh material paten itu harus dipergunakan sesuai dengan
instruksi pabrik yang membuatnya.
3) Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai, harus sesuai dengan yang
tercantum dalam Gambar Kerja dan RKS, memenuhi standar spesifikasi bahan
tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.
4) Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli
yang diajukan/ditunjuk oleh pabrik dan atau supplier yang bersangkutan tersebut
sebagai Pelaksana. Dalam hal ini, Kontraktor/ Pemborong tidak berhak mengajukan
klaim sebagai pekerjaan tambah.
5) Disyaratkan dalam satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan
untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini.
b. Kontraktor terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-bahan yang
diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas/Direksi untuk
mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut
didatangkan/ dipakai. Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas/Direksi untuk menetapkan “standard of appearance” dan disimpan di ruang

18
Direksi. Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua) minggu sebelum
jadwal pelaksanaan.
c. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan di- informasikan
kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan
contoh bahan tersebut.
d. Penyimpanan Material
Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang bersangkutan
dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
1) Penempatan bahan-bahan material diatur dengan pertimbangan yang matang agar tidak
mengganggu kelancaran pekerjaan serta sirkulasi/akses pekerja. Bahan material
disusun dengan metoda yang baikdengan cara FIFO (first in first out), sehingga tidak
ada bahan material yang tersimpan terlalu lama dalam gudang/stock material.
2) Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaian
untuk pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras
dan bila diminta harus ditutupi. Material harus disimpan sedemikian rupa agar
memudahkan pemeriksaan. Benda-benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan
untuk penyimpanan tanpa ijin tertulis dari pemiliknya.

II. PERSYARATAN BAHAN DAN MATERIAL


Syarat-syarat jenis bahan dan material utama yang dipakai antara lain adalah:
a. MATERIAL
1) Air.
- Untuk pembangunan ini, air yang dipergunakan haruslah air tawar yang
bersih dan bebas dari mineral zat organik, bebas lumpur, minyak, asam alkali, dan
bahan kimia lainnya yang merusak mutu beton.
- Jika dari sumber air yang ada tidak mencukupi, maka Penyedia Jasa harus
mengadakan sumber air sendiri yang memenuhi syarat.
2) Pasir Beton
- Pasir juga harus memenuhi syarat mutu dari PBI 1971 diantaranya adalah dapat
berupa pasir buatan dari pecahan batu atau pasir alam, memiliki gradasi yang baik,
terdiri dari butir-butir tajam, tidak berpori, serta tidak mengandung lumpur lebih
dari 5%.
- Pasir yang digunakan harus bersih, bebas kotoran, bahan lumpur dan bahan
organik lain.
- Pasir untuk spesi pasangan dan plesteran, harus seluruhnya dapat melalui saringan
dengan lubang-lubang persegi 3 mm.
- Pasir yang digunakan berasal dari Lumajang

19
3) Batu pecah 2/3
- Batu pecah yang digunakan dengan gradasi 2-3 cm, bersih dari bahan organik
atau kotoran lain.
- Agregat kasar kerikil dapat berupa kerikil alam atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari pemecahan batu dan terdiri dari butir-butir yang keras, tidak berpori
dan beraneka ragam besarnya.
- Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% berat kering, dan
tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, zat-zat yang reaktif
alkali.
- Batu pecah yang digunakan berasal dari Lumajang
4) Portland Cement (PC)
- Semen menggunakan semen sekualitas produk Nusantara yang memenuhi
persyaratan Standart Normalisasi Indonesia (NI. 8) dalam Peraturan Portland
Cement Indonesia NI-8.
- Semua semen yang dipakai harus dalam satu merek yang sama untuk suatu
konstruksi/struktur yang sama.
- Semen yang sudah mulai mengeras ditempat pekerjaan tidak boleh digunakan.
- Kantong pembungkus tidak boleh rusak jahitannya sebelum sampai ke tempat
lokasi pekerjaan.
- Semen harus terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak.
- Mutu semen yang memenuhi syarat yang dipakai harus memenuhi SNI dan
memenuhi persyaratan NI-8 serta mendapatkan persetujuan dari PPKOM.
5) Begisting
- Kayu begisting yang digunakan adalah kayu kelas II. Bekesting harus dipasang
dengan perkuatan - perkuatan sehingga menjamin ukuran -ukuran dan jarak -
jarak tidak berubah selama diadakan pengecoran.
- Bekesting sebelum dilaksanakan pengecoran beton, harus dibersihkan dari
berbagai bentuk kotoran dan dilapisi dengan minyak begisting
6) Lain – lain
- Semua bahan – bahan dan perlengkapan yang akan diperoleh atau dipasang pada
pekerjaan ini, sebelum dipergunakan harus telah diperiksa dan disetujui oleh
Direksi/Pengawas.
- Penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan syarat – syarat bahan tersebut
akan ditolak atau dikeluarkan atas perintah Direksi dengan segala resiko Penyedia
Jasa.
- Apabila diperlukan pemeriksaan di Laboratorium atas bahan, maka biaya
pemeriksaan ditanggung oleh Penyedia Jasa.

20
Segala sesuatu yang belum diatur dalam RKS ini dan diperlukan, akan dicantumkan dalam
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing). Hal – hal yang timbul kemudian dalam
pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian dilapangan akan dibicarakan dan diatur oleh
Pemimpin Proyek, Pengawas Lapangan dan Penyedia Jasa. Dan bila diperlukan akan dibicarakan
untuk mendapatkan penyelesaian.

21

Anda mungkin juga menyukai