PENJELASAN UMUM
Pasal 1
URAIAN UMUM PEKERJAAN
1. Pekerjaan ini adalah meliputi Pekerjaan Jasa Perencanaan Pembangunan Amenitas dan
Kawasan Wisata Bahari dan Perairan Desa Karang Sidemen yang berlokasi di Desa Karang
Sidemen Kecamatan Batukeliang Kabupaten Lombok Tengah yang terdiri dari :
a. Tempat Ibadah/Mushala
b. Toilet 1
c. Toilet 2
d. Tempat Parkir
e. Jalan Dalam Kawasan
f. Plaza Kuliner
g. Kios Cenderamata
h. Penataan Lansekap
i. Plaza/Area Pengunjung
j. Menara Pandang
k. Gazebo
l. Fasilitas Mitigasi Bencana Alam
m. Fasilitas Kebersihan
n. Boardwalk
o. Jalur Pejalan Kaki
1. Istilah ‘Pekerjaan’ mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang, buruh dan
lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan termaksud.
2. Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS, Gambar-Gambar Rencana,
Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta Addendum yang disampaikan selama
pelaksanaan.
Pasal 2
BATASAN/PERATURAN
1
7. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung;
8. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan;
9. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan;
11. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah No. 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan
Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.28 tahun 2016 tentang
Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum
13. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56);
14. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971);
15. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982);
16. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja);
17. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja);
18. SKSNI T-15-1991-03;
19. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI);
20. Algemenee Voorwarden (AV);
21. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 1726-2002;
22. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI T-15-1991-03 dan SNI 03-
XXXX-2002;
23. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002;
24. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung, SKBI – 1.3.53.1987;
25. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Rawat Inap, Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Direktorat Bina Upaya Kesehatan, Kementerian
Kesehatan RI, Tahun 2012.
Pasal 3
DOKUMEN KONTRAK
2
b. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka yang
diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Konsultan Pengawas lebih dahulu.
c. Bila tedapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti kecuali bila hal
tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan
kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan Pengawas.
d. RKS dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap sedang
RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga sebaliknya.
e. Yang dimaksud dengan RKS dan gambar di atas adalah RKS dan gambar setelah
mendapatkan perubahan/penyempurnaandidalam berita acara penjelasan pekerjaan.
3. Bila akibat kekurangtelitian Kontraktordalam melakukan pelaksanan pekerjaan, terjadi
ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan, maka Kontraktor Pelaksana
harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang sudah dilaksanakan tersebut
dan memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah memperoleh keputusan Konsultan
Pengawas tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.
Pasal 4
LINGKUP PEKERJAAN
3
diperlukan untuk pekerjaan ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam kondisi
baik.
d. Kontraktor wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh dan
menggunakan kemampuan terbaiknya. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas
seluruh cara pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta pengaturan
semua bagian pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.
e. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan.
f. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas sebelum
elemen konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.
g. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, Kontraktorsudah harus menyelesaikan
gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
- Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya.
- Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar
perubahan.
h. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat g harus diartikan telah memperoleh
persetujuan Konsultan Pengawas setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
i. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan
merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan kesatu,
kekurangan dalam hal ini berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat
dilakukan.
j. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor, bila :
- Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa
pemeliharaan mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan
pelaksanaan.
- Komponen-komponen konstruksilainnya atau keadaan lingkungan diluar
pekerjaan pokoknya yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi
(misalnya jalan, halaman, dan lain sebagainya).
k. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa
pelaksanaan termasuk bowkeet dan direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa
kontrak berakhir, kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.
4
dibuat pada saat dimulai pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan 2 mingguan ini harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5.1. SITUASI/LOKASI
a. Lokasi proyek adalah di lahan Desa Karang sidemen Kecamatan Batukeliang
Kabupaten Lombok Tengah. Lokasi proyek akan diserahkan kepada Kontraktor
sebagaimana keadaannya waktu Rapat Penjelasan. Kontraktor hendaknya
mengadakan penelitian dengan seksama mengenai kondisi struktur dan atap gedung
tersebut.
b. Kekurangtelitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan lapangan, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengajukan klaim/tuntutan.
6
5.4. KANTOR KONTRAKTOR, LOS DAN HALAMAN KERJA, GUDANG DAN FASILITAS LAIN
a. Kontraktor harus membangun kantor dan perlengkapannya, los kerja, gudang dan
halaman kerja (work yard) di dalam halaman pekerjaan, sesuai yang diperlukan
sebagai diatur dalam Kontrak. Kontraktor harus menyediakan untuk pekerja sementara
(tempat mandi dan peturasan) yang memadai.
b. Kontraktor harus membuat tata letak/denah halaman proyek dan rencana konstruksi.
c. Dengan seijin Pejabat Pembuat Komitmen, Kontraktor dapat menggunakan kembali
kantor, los kerja, gudang dan halaman kerja yang sudah ada.
7
BAB II
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 1
UMUM
1. Spesifikasi Teknis ini ditujukan untuk Pekerjaan Pedestrian yang berlokasi di Desa Karang
Sidemen Kec. Batukliang Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2022.
2. Pelaksanaan pekerjaan ini harus mengikuti syarat-syarat dan uraian bestek, gambar
kerja, Berita Acara Penjelasan dan lampirannya (aanwijing) serta usulan maupun petunjuk
dari Direksi selama pekerjaan berlangsung.
3. Pemborong harus menjaga dan memelihara kebersihan serta keamaanan ditempat pekerjaan.
4. Bila dipandang perlu pemborong harus membuat pagar pengaman selama pekerjaan
berlangsung.
Pasal 2
SITUASI
1. Lokasi Pekerjaan bangunan yang akan dilaksanakan berada di Desa Karang Sidemen
Kec. Batukliang Kabupaten Lombok Tengah.
2. Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Pedestrian. Secara Lengkap jenis pekerjaan
tersebut dapat dilihat pada gambar, dokumen pengadaan dan tercantum pada Bill Of
Quantity (BQ)
3. Pada saat Aanwizjing lapangan lokasi akan ditujukan pekerjaan yang akan dilaksanakan,
kontraktor wajib meneliti situasi Tapak, terutama keadaan tanah, sifat dan liasnya
pekerjaan, dan hal-hal yang dapat mempengaruhi harga penawaran, untuk setiap
rekanan diharuskan meneliti dengan seksama setiap detail bangunanrencana.
4. Kelalaian dan kekurangan ketelitian dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
claim dikemudian hari.
Pasal 3
TENAGA KERJA KONTRAKTOR
1. Kontraktor harus menyediakan personil sebagai tenaga ahli, tenaga terampil, tenaga
kerja untuk dipekerjakan dilapangan sehubungan dengan pelaksanaan, penyelesaian dan
perbaikan pekerjaan.
2. Personil Inti sebagai Tenaga Ahli dan Tenaga Terampil sebagai pelaksana yang
ditugaskan dilapangan dalam mengontrol dan mengawasai jalannya pekerjaan.
3. Tenaga Ahli dan Terampil yang ditempatkan dilapangan secara penuh harus cakap
dibidangnya antara lain:
8
Pasal 4
PERALATAN
1. Penyedia Jasa harus menyipakan peralatan pokok dan pendukung untuk pelaksanaan
pekerjaan yang kondisinya masih baik dan dapat di operasikan.
Pasal 5
PENJELASAN UMUM
Pasal 6
RENCANA KERJA (TIME SCHEDULE)
Time schedule yang dimaksud adalah sistem Curve S yang memuat penjelasan tentang tahapan
sistem Pelaksanaan Pekerjaan dan Penyediaan Tenaga, peralatan dan material yang sesuai
dengan persyaratan dalam dokumen lelang ini.
Pasal 7
PEKERJAAN PENDAHULUAN
9
3. Mobilisasi alat-alat yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilaksanakan
dengan baik.
4. Pemborong harus menyediakan Direksi Keet dengan ketentuan sebagaimana dalam spesifikasi
umum dan serta dilengkapi dengan buku-buku Direksi/perintah, buku tamu, buku bahan dan
Time Schedule.
5. Pemborong harus membuat papan nama proyek yang ditetapkan pada bagian depan
bangunan dan dapat dilihat dengan jelas. Ukuran dan redaksi papan nama tersebut 60 x 90
cm dipasang dengan tiang setinggi 250 cm dengan warna dasar putih dan warna tulisan hitam
atau sesuai dengan petunjuk Pemerintah Daerah setempat.
Tulisan yang tercantum adalah sebagai berikut :
- Nama Proyek
- Nama Pekerjaan
- Harga Borongan
- Jangka Waktu Pelaksanaan
- Konsultan Pengawas/Direksi
- Waktu Mulai Pelaksanaan
6. Sebelum pekerjaan dilaksanakan, terlebih dahulu Pmborong harus membersihkan segala
macam benda, tumbuhan/pohon, sisa-sisa akar dan lain-lain pada tempat dimana akan
dilaksanakan pekerjaan tersebut, hal ini dimaksudkan agar tidak menyebabkan kerusakan
terhadap konstruksi.
7. Pemborong harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur Kesehatan dan
Keselamaan Kerja (K3) dilingkungan proyek.
Pasal 8
PEKERJAAN PEMASANGAN BOWPLANK
8.1 Pengukuran
a. Letak dinding disesuaikan dengan gambar kerja.
b. Pemborong harus membuat ukuran duga tetap diluar bangunan.
c. Ukuran ketinggian lantai ± 0.00 dalam gambar kerja ditetapkan bersama-sama di
lapangan.
8.2 Bowplank
a. Bowplank terbuat dari papan yang bagian atasnya diserut dan dipakukan pada patok
kayu persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat.
b. Bagian atas papan bowplank harus waterpass dan siku.
c. Pemasangan papan bowplank dilaksanakan pada jarak 1,5 m dari as bangunan.
Pasal 9
PEKERJAAN TANAH
11
Pekerjaan. Metode perhitungan haruslah metode luas ujung galian rata -rata,
menggunakan penampang melintang pekerjaan dengan jarak tidak lebih dari 25 meter.
b. Galian di luar garis yang ditunjukkan dalam profil dan penampang melintang yang
disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume yang diukur untuk pembayaran.
1) Pengerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi oleh
bidang-bidang sebagai berikut :
- Bidang atas adalah bidang horizontal seluas bidang dasar pondasi yang melalui
titik terendah dari terrain tanah asli. Dibawah bidang horizontal ini galian tanah
diperhitungkan sebagai galian tanah biasa atau galian batu/bongkahan sesuai
dengan sifatnya.
- Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
- Bidang tegak adalah bidang vertical keliling pondasi.
Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang -bidang yang diuraikan di
atas atau sebagai pengembangan tanah selama pemancangan, tambahan galian
karena kelongsoran, bergeser, runtuh atau karena sebab-sebab lain.
2) Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan
pengukuran pekerjaan galian tanah biasa atau bogkahan batu, dengan satuan meter
kubik.
9.2.2 Bahan
a. Bahan urugan yang dipakai adalah Tanah bekas galian (lokal), Pasir Batu (Sirtu) atau Pasir
urug darat yang memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan. Lokasi sumber jenis bahan
urugan tersebut di atas harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Tanah
bekas galian pada umumnya boleh di pakai lagi untuk bahan timbunan, kecuali apabila
tanah tersebut tidak memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan dan harus
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
c. Semua bahan urugan, harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, baik mengenai
kualitas bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa atau digunakan di dalam
lokasi pekerjaan. Sumber bahan urugan ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk
menjamin penyediaan bahan urugan yang bisa mencukupi kebutuhan seluruh proyek.
d. Bahan urugan yang mengandung tanah organis, akar-akaran sampah dan lain-lain tidak
boleh dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini harus dipindahkan dan harus
ditempatkan pada daerah pembuangan yang disetujui atau ditunjuk oleh Direksi
Pekerjaan.
12
e. Bahan-bahan urugan yang sudah ditempatkan di lokasi pengurugan tetapi tidak memenuhi
standar,harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas biaya sendiri paling lambat 3 x
24 jam.
13
hanya diperhitungkan biaya penimbunan hingga mencapai kondisi yang ditentukan dalam
Spesifikasi ini.
Pasal 10
PEKERJAAN BETON
10.1 Umum
a. Sebelum memulai pekerjaan beton, kontraktor harus membuat rancangan campuran beton
yang akan dipakai job mix design untuk mengetahui jenis bahan yang akan dipakai, dan
komposisi campuran job mix tersebut baru bisa dilaksanakan dalam pelaksanaan bila
sudah memenuhi persyaratan spesifikasi ini dan disetujui oleh Direksi lapangan.
Acuan yang digunakan antara lain:
1. Pedoman Beton Indonesia SNI 2847 - 2013
2. SNI 15-2049-2004 ”Mutu dan Cara Uji Semen Portland”
3. SII 0052-80 ”Mutu dan Uji Agregat Beton”
4. SNI 03-2834-2000 ”Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton”
b. Direksi berhak untuk memberikan/mengawasi setiap pekerjaan yang dilakukan oleh
pemborong. Konsultan Pengawas/Direksi tidak membebaskan pemborong dari tanggu
jawab atas kemungkinan terjadinya kesalahan/penyimpangan dalam pelaksanaan.
c. Semua pekerjaan yang tidak baik atau tidak sesuai spesifikasi harus dibongkor dan
diganti/diperbaiki atas biaya kontraktor.
d. Semua material untuk beton harus mempunyai kualitas yang baik dan memenuhi syarat
10.2 Bahan
a. Semen
1. Semen yang dipakai harus memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004 ASTM C 150-07
Standard Portland Cement yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia serta
memenuhi persyaratan SII 0013-8.
2. Bila Direksi menganggap perlu pemborong harus mengirimkan surat pernyataan dari
pabrik yang menyatakan type dan kualitas dari semen beserta Manufactures
TestCertificate yang menyatakan memenuhi semua syarat yang ditentukan. Semen yang
menggumpal, sweeping atau kantong robek/rusak ditolak untuk tidak digunakan.
3. Gudang tempat penyimpanan semen harus cukup baik, tidak bocor dan bersih sehigga
penimbunan semen dapat diatur dengan baik, semen didalam kantong tidak boleh
disusun lebih dari 2 meter tingginya dan bagian bawah berada 30 cm diatas lantai.
Penempatan harus sedemikian rupa sehingga semen lama dapat dipergunakan terlebih
dahulu.
4. Semen yang digunakan adalah semen Tiga Roda
b. Agregat
1. Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan PBI NI - 2.
2. Agregat halus harus pasir alam yang bersih, bebas dari lumpur, zat organik, garam
alkali dan butir-butir yang lunak. Disamping itu pasir harus tajam/kasar, keras dan
tidak mengandungbahan-bahanyangmerugikanbetonsampai batas maksimal 5%,
berat kadar lumpur dari pasir tidak boleh melebihi 6% (terhadap berat kering) dan
jika melebihi agregat harus dicuciterlebih dahulu sebelum digunakan.
3. Agregat kasar dapat berupa kerikil alam yang bersih atau stones cruisher yang
mempuyai gradasi yang terbaik, keras, padat dan tidak berpori dan bersifat kekal,
tidak pecah/hancur karena pengaruh cuaca, kadar lumpur harus dicuci terlebih dahulu
14
sebelum digunakan, dimensi agregat kasar mempunyai gradasi 2-3 cm
tidaklebihdaribagiankontruksiyang bersangkutan.
4. Apabila diminta oleh Direksi, Kontraktor wajib memeriksakan bahan- bahan tersebut
pada laboratorium yang ditunjuk atas biaya sendiri.
c. Air
Air untuk pengadukan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam,
alkali, garam, bahan-bahan organik dan bahan-bahan lain yang dapat merusak beton
atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya air bersih yang dapat dikonsumsi
15
h. Pemasangan bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kebocoran
pada saat dilakukan pengecoran.
16
b. Isi dari mixer dikeluarkan pada satu operasi yang continuos harus diangkut tanpa
menimbulkan degrasi, beton harus diangkut dengan alat pengangkut yang bersih dan
kedap air dan cara pengangkutannya tersebut telah mendapat persetujuan Direksi dan
Konsultan Pengawas.
c. Alat-alat dan tempat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus dibersihkan dan
dicuci bila pekerjaan terhenti lebih lama dari30 menit dari akhir pekerjaan.
d. Semua campuran beton di tempat pekerjaan harus sudah dicor dan dipadatkan pada
tempatnya dalam waktu 40 menit setelah penuangan air ke dalam mixer.
e. Pengecoran dari satu/bagian dari pekerjaan harus dilaksanakan dengan satu operasi
yang continous atau sampai Construction Joint ter capai.
f. Beton, bekisting dan penulangan tidak boleh diganggu selama lebih kurang 24 jam setelah
pengecoran, semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari kecuali dengan ijin Direksi,
ijin ini tidak diberikan bila system lampu kerja yang digunakan pemborong belum disetujui
oleh Direksi.
10.11 Perawatan
a. Perawatan pendahuluan dari bidang permukaan beton yang kelihatan harus segera
dilakukan setelah bidang permukaan beton tersebut cukup keras untuk menghindari dari
kerusakan-kerusakan dan dilanjutkan terus-menerus tidak kurang dari 12 jam. Bidang
permukaan beton harus terus-menerus dibuat basah dengan cara menggenangi atau
menutup dengan karung yang dibasahi.
b. Perawatan harus terus-menerus dilakukan sampai sekurang- kurangnya 14 hari atau sesuai
petunjuk Direksi atau Konsultan Pengawas.
c. Bidang-bidang cetakan harus dibasahi selama perawatan. Bila cetakan dibuka dalam masa
perawatan, maka bidang permukaan beton yang kelihatan harus dirawat seperti di atas.
17
d. Perawatan harus terus-menerus dilakukan sampai sekurang- kurangnya 14 hari atau sesuai
petunjuk Direksi atau Konsultan Pengawas.
e. Bidang-bidang cetakan harus dibasahi selama perawatan. Bila cetakan dibuka dalam masa
perawatan, maka bidang permukaan beton yang kelihatan harus dirawat seperti di atas.
Pasal 11
PEKERJAAN PASANGAN
18
2) Untuk pelapisan selokan dan saluran air, profil permukaan rata-rata selokan dan
saluran air yang dibentuk dari pasangan batu dengan mortar tidak boleh berbeda
lebih dari 2 cm dari profil permukaan lantai saluran yang ditentukan atau yang telah
disetujui, juga tidak boleh bergeser lebih dari 5 cm dari profil penampang melintang
yang ditentukan atau disetujui.
3) Tebal minimum setiap pekerjaan pasangan batu dengan mortar minimal 25 cm.
c. Pengajuan Kesiapan Kerja
1) Sebelum mulai menggunakan bahan batu yang diusulkan untuk pekerjaan pasangan
batu kali dengan mortar, Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan
contoh pasangan batu untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
2) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar tidak boleh dimulai sebelum Direksi
Pekerjaan menyetujui formasi yang telah disiapkan untuk pelapisan.
d. Jadwal Kerja
1) Jumlah pekrjaan pasangan batu dengan mortar yang dilaksanakan setiap satuan
waktu haruslah dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan pemasangan untuk menjamin
agar seluruh batu hanya dipasang dengan adukan mortar baru.
2) Setiap memulai pekerjaan pasangan batu harus sepengetahuan dan seijin Direksi
Pekerjaan.
e. Kondisi Tempat Kerja
Tempat kerja agar senantiasa kering dan dijamin tersedia fasilitas sanitasi dengan
memadai dilapangan serta kenyamanan para pekerja dilapangan untuk menghasilkan
pekerjaan yang optimal.
f. Perbaikan Pekerjaan yang ditolak dan Pemeliharaan yang telah diterima
1) Pekerjaan pasangan batu yang tidak memenuhi toleransi, rusak, dan ketentuan yang
disyaratkan dalam Spesifikasi ini harus diperbaiki segera oleh Kontraktor dengan
biaya sendiri dan cara yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2) Kontraktor juga harus bertanggung jawab atas pemeliharaan rutin dari semua
pekerjaan pasangan batu dengan mortar hingga waktu serah
terima pekerjaan kepada Pemilik.
11.1.2 Bahan
a. Adukan
No. Jenis Keterangan Adukan Komposisi
1 A1 1 pc : 2 ps
2 A2 1 pc : 3 ps
3 A3 1 pc : 4 ps
4 A4 1 pc : 5 ps
- pc = Portland Cement (SNI 15-2049-2004 ASTM C 150-07)
- ps = Pasir Pasang (SNI 03-4428-1997)
b. Bahan
1) Batu kali yang dipergunakan adalah batu kali yang dibelah atau batu gunung yang
keras dan tidak porous, bersih dan besarnya tidak lebih dari 30 cm.
2) Tidak dibenarkan menggunakan batu kali bulat atau batu endapan.
Pemecahan batu harus dilakukan diluar batas bouwplank bangunan.
3) Semen, pasir dan air pasangan adalah sama dengan yang ditentukan dalam
pekerjaan beton. Penggunaan adukan :
19
A2 = Digunakan untuk kepala pondasi yang dibuat setinggi 20 cm, diukur dari
permukaan atas pondasi ke bawah.
A4 = Digunakan untuk pasangan batu kali secara umum atau sesuai dengan
gambar kerja.
11.1.3. Pelaksanaan
a. Pada setiap pokok galian harus dibuat profil pondasi/pasangan batu terbuat dari
kayu/reng atau bambu dengan ukuran/dimensi sesuai dengan gambar atau petunjuk
Direksi Pekerjaan.
b. Sebelum dipasang batu harus bersih dari bahan-bahan yang dapat mengurangi kelekatan
adukan, serta dibasahi dengan air secukupnya.
c. Untuk pondasi batu kali yang menumpu kolom dan sloof beton bertulang harus dilengkapi
dengan angkur-angkur besi beton berdiameter sama dengan tulangan beton yang akan
ditumpunya pada setiap jarak 1,50 meter dan dicor beton K 175.
d. Lapis pertama diatas lapisan batu kosong harus ditebar mortar dengan ketebalan 60%
dari ukuran maksimum batu yang akan digunakan, kemudian dengan segera dipasang
lapisan batu diatas adukan yang belum mengeras secara merata. Selanjutnya
adukan/mortar harus segera ditambahkan dan proses tersebut dilakukan secara berulang
sampai celah batu terisi penuh hingga mencapai ukuran pasangan sesuai gambar dengan
permukaan atas yang rata.
e. Jarak celah antara batu minimal 2,5 cm dan terisi penuh dengan mortar.
f. Untuk pasangan batu ekspose permukaan batu harus rata dengan menggunakan batu
pecah yang dipasang saling mengunci antara satu batu dengan batu lainnya.
g. Permukaan batu muka dengan mortar untuk struktur yang ter-ekspose harus diselesaikan
dengan pasta semen naad/siar yang rapi serta dirawat dengan baik.
h. Penimbunan kembali lubang disekeliling pasangan batu harus diselesaikan dengan
ketentuan Seksi 2-2 Pekerjaan Timbunan.
20
b. Toleransi dimensi
1) Tebal plesteran rata-rata 15 mm untuk setiap lapis plesteran dengan toleransi
perbedaan ketebalan tidak lebih dari 5 mm setiap bidang plesteran.
2) Toleransi kemiringan vertikal dan horizontal plesteran adalah 1 mm per 1 m’ baik
Tinggi atau Panjang per seribu.
c. Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat
1) Sebelum memulai pekerjaan plesteran, Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi
Pekerjaan contoh bidang plesteran untuk setiap jenis adukan untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan.
2) Pekerjaan plesteran tidak boleh dimulai sebelum Direksi Pekerjaan menyetujui
formasi/kedudukan dan kondisi bidang plesteran untuk setiap bagian pekerjaan sesuai
Gambar, namun Kontraktor tetap bertanggung jawab atas ketepatan dan presisi
pekerjaan.
3) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana Gambar
dan ketentuan yang disyaratkan harus segera diperbaiki atas biaya dan tanggung
jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
d. Jadwal Kerja
1) Jumlah pekerjaan plesteran yang dilaksanakan setiap satuan waktu haruslah dibatasi
sesuai dengan tingkat kecepatan pekerjaan plesteran untuk menjamin agar seluruh
pekerjaan plesteran hanya digunakan adukan plester baru.
2) Lebar bidang plesteran maksimum setiap tahap pleseran tidak boleh lebih dari 1 m’
untuk setiap tahap kerja yang dibatasi dengan membuat plesteran kepala secara
vertikal
3) Setiap tahap pekerjaan, tebal plesteran tidak boleh lebih tebal dari 20 mm, hari guna
memberikan kesempatan mengeringnya plesteran lapis pertama sebelum pekerjaan
plesteran dilanjutkan.
4) Setiap memulai pekerjaan plesteran harus sepengetahuan dan seijin Direksi Pekerjaan.
11.2.2 Bahan
a. Adukan plesteran
No. Jenis Keterangan Adukan Komposisi
1 A1 1 pc : 2 ps
2 A2 1 pc : 3 ps
3 A3 1 pc : 4 ps
4 A4 1 pc : 5 ps
- pc = Portland Cement
- ps = Pasir Pasang
b. Bahan dan standar
- Semen, sesuai SNI 15-2049-2004 ASTM C 150-07
- Pasir, sesuai SNI 03-4428-1997
- Air, sesuai NI – 3 pasal 10
- Kapur/Mil, sesuai NI -7
Kontraktor hars memberikan contoh bahan terlebih dahulu kepada Direksi Pekerjaan.
c. Penggunaan Komposisi Campuran
Adukan untuk plesteran dibuat sesuai dengan yang digunakan pada pasangan:
1) Plesteran A1 : 1pc : 5ps
21
11.2.3 Pelaksanaan
Plesteran dikerjakan dengan campuran Pc dan Pasir yang dicampur sedemikian rupa
sehingga menghasilkan kekuatan tekan 12,5 MPa (dg mortar jenis PC-PP tipe S) dengan
ketebalan rata-rata 1,5 cm.
a. Sebelum plesteran dimulai, permukaan pasangan dibersihkan dan dibasahi dulu
dengan air.
b. Pencampuran bahan dikerjakan sebagaimana halnya pada pekerjaan pasangan.
c. Plesteran harus memberikan permukaan yang rata, padat, dan pada sudut-sudut lurus,
memberikan hasil yang rapi.
d. Pasangan-pasangan yang kemudian ditimbuni tanah, terlebih dahulu harus diplester
kasar (brapen)
e. Plesteran yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan.
11.3 SIARAN
11.3.1 Umum
Bagian permukaan pasangan batu yang terlihat, sesuai kontrak atau petunjuk Direksi harus
disiar. Siaran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan 2 bagian pasir yang disaring
atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar. Sebelum siaran dipasang adukan pasangan
diantara batu– batu halus dikorek sampai kedalaman 1 – 2 cm dibawah permukaan batu
untuk jenis siar rata dan siar timbul, dan 2 - 3 cm untuk jenis siar tenggelam, kemudian
pasangan dibersihkan dan disiram air agar terjadi ikatan yang kuat antara pasangan
siaran
11.3.2 Bahan
a. Adukan Siaran
No. Jenis Keterangan Adukan Komposisi
1 A1 1 pc : 2 ps
2 A2 1 pc : 3 ps
3 A3 1 pc : 4 ps
4 A4 1 pc : 5 ps
- pc = Portland Cement
- ps = Pasir Pasang
b. Bahan dan standar
- Semen, sesuai SNI 15-2049-2004 ASTM C 150-07
- Pasir, sesuai SNI 03-4428-1997
- Air, sesuai NI – 3 pasal 10
- Kapur/Mil, sesuai NI -7
Kontraktor hars memberikan contoh bahan terlebih dahulu kepada Direksi
Pekerjaan.
c. Penggunaan Komposisi Campuran
Adukan untuk plesteran dibuat sesuai dengan yang digunakan pada pasangan;
1) Siaran A1 : 1pc : 2ps
22
11.3.3 Pelaksanaan
a. Mortar untuk siaran berupa campuran PC dan Pasir lolos saringan No. 8 yang dicampur
dengan perbandingan tertentu untuk menghasilkan kekuatan tekan 17,2 Mpa (dg mortar
jenis PC-PP tipe M) dengan permukaan siaran diaci, pekerjaan siaran dapat dibagi atas :
b. Siar tenggelam (masuk ke dalam 1 cm)
c. Siar rata (rata dengan muka batu)
d. Siar timbul (timbul dengan tebal 1 cm, lebar 2 cm)
e. Siaran dilakukan pada setiap celah batu satu dengan lainnya pada bidang muka
pasangan.
f. Sebelum disiar bidang muka pasangan harus dibasahi dulu dan dibersihkan dari kotoran
yang melekat pada pasangan.
g. Pencampuran spesi dikerjakan sebagaimana halnya pada pencampuran spesi pada
pekerjaan pasangan.
h. Siaran yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan.
Pasal 12
PEKERJAAN PASANGAN KORAL SIKAT
12.1 Umum
a. Uraian
Pekerjaan Pasang Koral Sikat meliputi semua pekerjaan pasang koral sikat pada lantai
halaman eksterior bidang-bidang lainnya atau sesuai dengan yang tertera dalam Gambar
dan petunjuk Direksi Pekerjaan.
b. Toleransi Dimensi
1) Gradasi bahan koral yang dipakai harus seragam dengan diameter 7,5 – 10 mm
dengan toleransi perbedaan butiran tidak lebih dari 2,5 mm.
2) Toleransi kerataan permukaan masing-masing koral sikat adalah 1 mm, sedang
kemiringan bidang untuk keperluan drainase dibuat rata- rata 1 % ke arah
pembuangan.
3) Alur naad koral sikat antara satu bidang dengan bidang lainnya adalah 15 mm.
c. Pengajuan Kesiapan Kerja dan Perbaikan Pekerjaan yang Cacat
1) Kontraktor harus menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan peralatan secukupnya
sebelum memulai pekerjaan pasangan koral sikat.
23
2) Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan satu unit contoh bidang
pasangan koral sikat untuk setiap jenis penggunaan bidang pasangan dalam rangka
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
3) Pekerjaan pasangan koral sikat tidak boleh dimulai sebelum Direksi Pekerjaan
menyetujui formasi/kedudukan dan kondisi bidang pasang untuk setiap bagian
pekerjaan sesuai Gambar, namun kontraktor tetap bertanggung jawab atas ketepatan
dan presisi pekerjaan.
4) Bilamana terdapat pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan rencana Gambar
dan ketentuan yang disyaratkan harus segera diperbaiki atas biaya dan tanggung
jawab Kontraktor hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
d. Jadwal Kerja
1) Jumlah pekerjaan pasang koral sikat yang dilaksanakan setiap satuan waktu haruslah
dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan pekerjaan pasang koral sikat untuk menjamin
agar seluruh pekerjaan pasang koral sikat hanya digunakan adukan mortar baru dan
permukaan batu/koral dapat dibersihkan sesegera mungkin.
2) Setiap tahap pekerjaan, pasangan koral sikat tidak boleh terganggu/diinjak sebelum
mortar pelekat dan cor pasta semen kering.
3) Setiap memulai pekerjaan pasang koral sikat harus sepengetahuan dan seijin Direksi
Pekerjaan.
12.2 Bahan
a. Adukan/mortar Pasang
No. Jenis Keterangan Adukan Komposisi
1 A1 1 pc : 2 ps
2 A2 1 pc : 3 ps
3 A3 1 pc : 4 ps
4 A4 1 pc : 5 ps
- pc = Portland Cement
- ps = Pasir Pasang
b. Bahan dan Standar
1) Koral dipilih yang tidak porus dan permukaannya halus dan keras. Ukuran butiran
seragam yang didapat dari dua kali ayakan.
2) Bahan adukan memenuhi persyaratan :
- Semen, sesuai SNI 15-2049-2004 ASTM C 150-07
- Pasir, sesuai SNI 03-4428-1997
- Air, sesuai NI – 3 pasal 10
c. Penggunaan Komposisi Campuran
1) Plesteran dasar A2 : 1pc : 3 ps
2) Semen Cor Pasta semen kental
3) Plester frame bidang koral sikat A1 : 1pc : 2 ps.
12.3 Pelaksanaan
a. Membuat Campuran Dasar
1) Semua bahan mortar harus bersih dari kotoran-kotoran dan bahan pasir diayak sesuai
dengan kebutuhan campuran.
24
2) Campuran harus dibuat secara homogen dengan cara dan peralatan mekanis (beton
molen) dengan pemakaian air secukupnya.
3) Campuran yang akan dipasang harus selalu baru, jangan biarkan adukan membeku
lebih dari satu jam.
b. Contoh Bidang Pasang Koral Sikat
Kontraktor harus membuat contoh bidang pasang koral sikat terlebih dahulu, kemudian
setelah disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pekerjaan pasang koral sikat harus dilanjutkan
sesuai dengan contoh
c. Persiapan pada Bidang yang akan Dipasang Koral Sikat
1) Semua bidang pasang harus bersih dari kotoran-kotoran yang menempel dan debu,
dibersihkan dengan dikerok atau semprotan kompresor kemudian dibasahi hingga jenuh
2) Semua dinding beton yang akan dipasang koral sikat harus dikerik hingga kasar atau
disawut dengan 1 pc : 3 ps ayakan halus agar mortar pasangan dapat melekat
dengan baik.
3) Bilamana kebutuhan mortar perekat koral sikat melebihi ketebalan 30 mm untuk lantai,
harus diplester/screed terlebih dahulu dengan campuran mortar sesuai yang
disyaratkan dalam pekerjaan pasang koral sikat kemudian digaris-garis silang sebelum
plesteran/screed tersebut mengering.
d. Pemasangan Koral Sikat
Koral sebelum dipasang harus dicuci hingga bersih, plesteran/mortar dasar dihampar tidak
lebih dari 30 mm diratakan pada seluruh bidang koral sikat. Selanjutnya koral dipasang di
atas hamparan mortar perekat yang berpedoman kepada elevasi akhir yang diharapkan
dengan cara memukul-mukul dengan trowel kayu sedemikian rupa, sehingga didapat
permukaan yang rata dan air semen tidak turun.
Di atas koral yang sudah rata dan rapat kemudian dituang pasta semen, pada saat
setengah kering kemudian dibersihkan dengan pasir ayakan halus hingga permukaan koral
menjadi bersih. Demikian proses pemasangan yang dilakukan secara berulang atau
memungkinkan dikembangkan cara lain untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Untuk dapat mencapai permukaan yang rata dari suatu bidang pasang koral sikat
sebaiknya diadakan pemeriksaan dengan garisan panjang bahan logam aluminium kotak
ke arah horisontal.
1) Perbaikan bidang pasang Koral Sikat
Bilamana terdapat bidang pasang Koral Sikat yang tidak baik/cacat atau
bergelombang harus diperbaiki. Bagian-bagian yang diperbaiki, harus dibobok
terlebih dahulu dengan hati-hati, kemudian dipasang koral sikat yang baru rata dengan
sekitarnya.
2) Naad/Siar Koral Sikat
Antara bidang-bidang koral sikat harus dibuat alur-alur pemisah/siar/delatasion joint
yang rapi. Bila tidak disebutkan dalam gambar ukuran alur dibuat 15 x 15 mm,
Kemudian di naad dengan semen halus hingga rata dan tajam.
3) Hasil Akhir yang dikehendaki
- Bidang pasang koral sikat, rata atau tidak bergelombang dan tidak cacat
- Alur-alur/siar lurus dengan ukuran yang sama
- Air dapat mengalir lancar ke floor drain
- Permukaan koral sikat bersih dari bekas-bekas semen dan kotoran lainnya.
25
Pasal 13
PENYELESAIAN HALAMAN
Pasal 14
PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. Selain persyaratan teknis yang tercantum diatas pemborong diwajibkan pula mengadakan
pengurusan-pengurusan antara lain : Sebelum memulai pekerjaan Pemborong wajib melunasi
Iuran ASTEK yang telah ditentukan oleh Pemerintah.
2. Jika ada perbedaan antara gambar dan RKS, gambar petunjuk dan gambar detail maka
segera dilaporkan untuk diputuskan dengan tetap mengindahkan kepentingan bangunan itu
sendiri.
3. Semua bahan dan alat-alat perlengkapan yang akan diperoleh atau dipasang pada
bangunan ini sebelum dipergunakan harus diperiksa dan diluluskan oleh Direksi.
4. Apabila diperlukan pemeriksaan bahan, maka biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor
Pelaksana.
5. Apabila ada hal yang tidak tercantum dalam gambar maupun RKS tetapi itu mutlak
dibutuhkan, maka hal tersebut harus dikerjakan/ dilaksanakan.
6. Hal-hal yang belum tercantum dalam uraian-uraian dalam PASAL-PASAL RKS ini akan
dijelaskan dalam Aanwijzing
7. Meskipun telah ada pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan dari ketentuan
bestek dan gambar menjadi tanggungan pelaksana untuk itu pelaksana harus menyelesaikan
pekerjaannya sebaik mungkin.
8. Sebelum Penyerahan pertama, pemborong wajib, meneliti semua bagian pekerjaan yang
belum sempurna dan harus memperbaiki semua ruangan harus bersih dan dipel halaman
ditata rapi dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari Proyek.
Pemborong harus sudah menyelesaikan kewajibannya membayar dan menyerahkan bukti
segala Iuran yang dibebankan kepada pemborong sesuai dengan peraturan yangberlaku.
9. Selama masa pemeliharaan, Pemborong wajib merawat, mengamankan dan memperbaiki
segala cacat yang timbul sehingga sebelum penyerahan ke II dilaksanakan pekerjaan benar-
benar telah sempurna.
26
Pasal 15
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)
TABEL 1. IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, PENGENDALIAN RISIKO K3, PROGRAM K3, DAN
BIAYA
Nama Perusahaan : CV/PT
Kegiatan : PEMBANGUNAN PEDESTRIAN
Tertimpa batu
Pekerjaan
Tangan dan kaki terkena batu
2 Pasangan dan
Plesteran
Mata terkena percikan
beton dan Kulitterkena
27
1) Pemenuhan Perundang-Undangan dan Persyaratan Lainnya
Daftar Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan K3 yang digunakan sebagai acuan
dalam melaksanakan SMK3 Konstruksi Bidang PU antara lain sebagai berikut:
a) Occupational Health and Safety Assesment (OHSAS) Series-18001 yang merupakan
standar Internasioanl untuk penerapan SMK3
b) Occupational Health and Safety Manajement System (OHSMS) Konstruksi Bidang PU
c) Undang-Undang No. 14 Tahun 1969, tentang Perlindungan terhadap Tenaga Kerja dan
Pembinaan Norma Keselamatan Kerja
d) Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja
e) Undang-Undang No. 18 Tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi
f) Peraturan Menteri PU No.09/PRT/M/2018 tentang Jasa Konstruksi
g) Permen PU. Nomor: 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman SMK3
h) SNI 19-0231-1987 Kegiatan Konstruksi, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja
i) SNI 191957-1990 Pedoman Pengawasan Kesehatan Kerja
j) SNI 19-1961-1990 Peraturan Khusus Keselamatan dan Kesehatan Kerja
k) SNI 19-3994-1995 Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan
28
BAB III
PENUTUP
1. Uraian pekerjaan yang belum termuat dalam ketentuan dan syarat-syarat ini tetapi didalam
pelaksanaannya harus ada, maka pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan setelah ada
perintah tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen dan akan diperhitungkan dalam pekerjaan
tambahan.
2. Apabila terdapat jenis pekerjaan yang semula diestimasi oleh Konsultan Perencana perlu
dikerjakan dan sudah termuat dalam Daftar Rencana Anggaran Biaya, tetapi menurut
pertimbangan Pemberi Tugas yang dapat dipertanggungjawabkan tidak perlu lagi
dilaksanakan, maka atas perintah tertulis dari Pemberi Tugas pekerjaan tersebut tidak
dilaksanakan dan akan diperhitungkan sebagai pekerjaan kurangan.
3. Apabila terdapat perbedaan antara gambar, spesifikasi teknis, dan Rencana Anggaran
Biaya, maka sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan harus diadakan rapat terlebih dahulu
untuk mendapatkan kepastian.
Mengetahui :
An. Kepala Dinas PUPR
Kabupaten Lombok Tengah
Kabid. Cipta Karya
MUHAMMAD SUPRIADIN, ST
NIP. 1975121221 200801 1 013
29