Anda di halaman 1dari 59

DOKUMEN

SPESIFIKASI TEKNIS

PROGRAM : PROGRAM PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN

KEGIATAN : PENGELOLAAN KEBUDAYAAN YANG


MASYARAKAT PELAKUNYA DALAM DAERAH
KABUPATEN/KOTA
SUB
KEGIATAN
: PELINDUNGAN, PENGEMBANGAN,
PEMANFAATAN OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN

PEKERJAA : PEMBANGUNAN LOPO BETANG PERDIE M. YOSEPH


N (TAHAP II)

SUMBER : DANA ALOKASI UMUM


DANA

LOKASI : KEC. MURUNG

KAB. MURUNG RAYA

TAHUN ANGGARAN : 2023

DANA ALOKASI UMUM TA. 2023


SYARAT–SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

A. PENJELASAN UMUM

I. URAIAN UMUM PEKERJAAN


a. Pekerjaan PEMBANGUNAN LOPO BETANG PERDIE M.YOSEPH;
b. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga
ahli, tukang, buruh dan lainnya), bahan bangunan dan
peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan
termaksud;
c. Pekerjaan harus dilaksanakan dan diselesaikan seperti yang dimaksud
dalam RKS, Gambar-gambar Rencana, Berita Acara Rapat Penjelasan
Pekerjaan serta Adenda yang disampaikan selama pelaksanaan;
d. Peraturan Peraturan dan standar yang di jadikan acuan dalam
Dokumen Kontrak akan menetapkan persyaratan kualitas untuk
berbagai jenis pekerjaan yang harus diselenggarakan beserta cara cara
yang digunakan dalam spesifikasi-spesifikasi atau yang dikehendaki
oleh Direksi Teknik;
e. Penyedia jasa konstruksi harus bertanggung jawab untuk penyediaan
bahan-bahan dan kecakapan kerja yang diperlukan untuk
memenuhi atau melampaui peraturan-peraturan khusus atau
standar-standar yang dinyatakan demikian dalam spesifikasi-
spesifikasi atau yang dikehendaki oleh Direksi Teknik.

1.1. Batasan/Peraturan Pelaksanaan Pekerjaan


Dalam melaksanakan pekerjaannya Penyedia jasa konstruksi harus
tunduk kepada :
a. Undang – Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
b. Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung;
c. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/KPTS/1998
tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
d. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998
tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum
dan Lingkungan;
e. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000
tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
f. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUBNI-
1982);
g. SNI 03-2847-2002, Tentang cara perhitungan struktur beton
untuk bangunan Gedung;
h. Peraturan Umum Bahan Nasional
2
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
i. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga
Kerja);
j. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga
Kerja);
k. Peraturan Presiden (PERPRES) No. 12 Tahun 2021, tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi;

1.2 Dokumen Kontrak


a. Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh Penyedia jasa
konstruksi terdiri atas :
o Surat Perjanjian Pekerjaan;
o Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran;
o Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan;
o Rencana Kerja dan Syarat-syarat;

b. Penyedia jasa konstruksi wajib untuk meneliti gambar-gambar,


RKS dan dokumen kontrak lainnya yang berhubungan. Apabila
terdapat perbedaan/ketidak-sesuaian antara RKS dan gambar-
gambar pelaksanaan, atau antara gambar satu dengan lainnya,
Penyedia jasa konstruksi wajib untuk
memberitahukan/melaporkannya kepada Konsultan Pengawas.
Persyaratan teknik pada gambar dan RKS yang harus diikuti
adalah :
1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan
gambar detail, maka gambar detail yang diikuti;
2. Bila skala gamabar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka
ukuran dengan angka yang diikuti, kecuali bila terjadi
kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian
konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan
Pengawas lebih dahulu;
3. Bila tedapat perbedaan antara Spesifikasi Teknis dan
gambar, maka Spesifikasi Teknis yang diikuti kecuali bila hal
tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas
mengakibatkan kerusakan/kelemahan konstruksi, harus
mendapatkan keputusan Konsultan Pengawas;
4. Spesifikasi Teknis, gambar dan BOQ saling melengkapi bila
di dalam gambar menyebutkan lengkap sedang Spesifikasi
Teknis tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga
sebaliknya;

3
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
5. Yang dimaksud dengan Spesifikasi Teknis dan gambar di
atas adalah Spesifikasi Teknis dan gambar setelah
mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam berita
acara penjelasan pekerjaan.

c. Bila akibat kekurangtelitian Penyedia jasa konstruksi Pelaksana


dalam melakukan pelaksanan pekerjaan, terjadi
ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur
bangunan, maka Penyedia jasa konstruksi Pelaksana harus
melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang sudah
dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya
kembali setelah memperoleh keputusan Konsultan Pengawas
tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.

II.LINGKUP PEKERJAAN
2.1 Keterangan Umum
PEMBANGUNAN LOPO BETANG PERDIE M.YOSEPH tersebut secara
umum meliputi pekerjaan standar maupun non standar yang terdiri
dari:
a. Pekerjaan Pendahuluan
b. Pekerjaan Lopo Betang Perdie M. Yoseph (Gedung 2)
c. Pekerjaan Lopo Betang Perdie M. Yoseph (Gedung 1) Lanjutan
d. Pembangunan Tandon
e. Pembangunan Turap dan Timbunan

2.2 Sarana Dan Cara Kerja


a. Penyedia jasa konstruksi wajib memeriksa kebenaran dari kondisi
pekerjaan meninjau tempat pekerjaan, melakukan pengukuran-
pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan
yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari
proyek;
b. Penyedia jasa konstruksi harus menyediakan tenaga kerja serta
tenaga ahli yang cakap dan memadai dengan jenis pekerjaan yang
dilaksanakan, serta tidak akan mempekerjakan orang-orang yang
tidak tepat atau tidak terampil untuk jenis-jenis pekerjaan yang
ditugaskan kepadanya. Penyedia jasa konstruksi harus selalu
menjaga disiplin dan aturan yang baik diantara
pekerja/karyawannya;
c. Penyedia jasa konstruksi harus menyediakan alat-alat kerja dan
perlengkapan seperti beton molen, pompa air, timbris, waterpas,
alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan untuk
pekerjaan ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam kondisi
baik;
4
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
d. Penyedia jasa konstruksi wajib mengawasi dan mengatur
pekerjaan dengan perhatian penuh dan menggunakan kemampuan
terbaiknya. Penyedia jasa konstruksi bertanggung jawab penuh
atas seluruh cara pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan
prosedur, serta pengaturan semua bagian pekerjaan yang
tercantum dalam Kontrak;
e. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Penyedia jasa
konstruksi sebelum suatu komponen konstruksi dilaksanakan;
f. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan
Pengawas dan Konsultan Perencana sebelum elemen konstruksi
yang bersangkutan dilaksanakan;
g. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, Penyedia jasa konstruksi
Pelaksana sudah harus menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan
yang terdiri atas :
Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami
perubahan dalam pelaksanaannya;
Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa
gambar-gambar perubahan.

h. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat g harus diartikan telah


memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas setelah dilakukan
pemeriksaan secara teliti;
i. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan
pemeliharaan bangunan merupakan bagian pekerjaan yang harus
diserahkan pada saat penyerahan kesatu, kekurangan dalam hal
ini berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat dilakukan;
j. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan
Penyedia jasa konstruksi, bila:
Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada
masa pemeliharaan mengalami kerusakan atau dijumpai
kekurangsempurnaan pelaksanaan;
Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan
lingkungan diluar pekerjaan pokoknya yang mengalami
kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya jalan,
halaman, dan lain sebagaunya).

k. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari


bahan-bahan sisa-sisa pelaksanaan termasuk bowkeet dan
direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa kontrak berakhir,
kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.

2.3 Pembuatan Rencana Jadual Pelaksanaan

5
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Penyedia jasa konstruksi Pelaksana berkewajiban menyusun dan
membuat jadual pelaksanaan dalam bentuk barchart yang
dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan
butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran;
b. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan ini harus diselesaikan
oleh Penyedia jasa konstruksi Pelaksana selambat-lambatnya 10
hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.
Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas;
c. Bila selama 10 (sepuluh) hari setelah pelaksanaan pekerjaan
dimulai, Penyedia jasa konstruksi Pelaksana belum menyelesaikan
pembuatan jadual pelaksanaan, maka Penyedia jasa konstruksi
Pelaksana harus dapat menyajikan jadual pelaksanaan sementara
minimal untuk 2 (dua) minggu pertama dan 2 (dua) minggu kedua
dari pelaksanaan pekerjaan;
d. Selama waktu sebelum rencana jadual pelaksanaan disusun,
Penyedia jasa konstruksi Pelaksana harus melaksanakan
pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan
mingguan yang harus dibuat pada saat dimulai pelaksanaan.
Jadual pelaksanaan 2 (dua) mingguan ini harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

2.4 Ketentuan Dan Syarat-Syarat Bahan


a. Penyedia jasa konstruksi harus menyediakan bahan-bahan
bangunan dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan lingkup
pekerjaan yang dilaksanakan. Sepanjang tidak ada ketentuan lain
dalam spesifikasi teknis ini dan Berita Acara Rapat Penjelasan,
maka bahan-bahan yang dipergunakan maupun syarat-syarat
pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam
AV-41 dan PUBI-1982 serta ketentuan lainnya yang berlaku di
Indonesia;
b. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Penyedia jasa
konstruksi harus mengajukan contoh bahan yang akan digunakan
kepada Konsultan Pengawas yang akan diajukan User dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan. Bahan-
bahan yang tidak memenuhi ketentuan seperti disyaratkan atau
yang dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas tidak boleh
digunakan dan harus segera dikeluarkan dari halaman pekerjaan
selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) x 24 (dua puluh empat)
jam;
c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Konsultan Pengawas
ternyata masih dipergunakan oleh Penyedia jasa konstruksi, maka

6
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Konsultan Pengawas memerintahkan untuk membongkar kembali
bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Semua
kerugian akibat pembongkaran tersebut sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Penyedia jasa konstruksi;
d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai,
Konsultan Pengawas berhak meminta kepada Penyedia jasa
konstruksi untuk memeriksakan bahan itu ke Laboratorium Balai
Penelitian Bahan yang resmi dengan biaya Penyedia jasa
konstruksi. Sebelum ada kepastian hasil pemeriksaan dari
Laboratorium, Penyedia jasa konstruksi tidak diizinkan untuk
melanjutkan bagian-bagian pekerjaan yang menggunakan bahan
tersebut;
e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelancaran
pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan dari
kerusakan.
f. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di
bawah ini, sedangkan bahan-bahan bangunan yang belum
disebutkan disini akan diisyaratkan langsung di dalam pasal-pasal
mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di
belakang.
Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan
plesteran, beton dan penyiraman guna pemeliharaan harus air
tawar, tidak mengandung minyak, garam, asam dan zat
organik lainnya yang telah dikatakan memenuhi syarat,
sebagai air untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh
laboratorium tidak lagi diperlukan rekomendasi laboratorium.
Semen Portland (PC)
Semen Portland yang digunakan adalah jenis satu harus satu
merek untuk penggunaan dalam pelaksanaan satu satuan
komponen bengunan, belum mengeras sebagai atau
keseluruhannya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara
dan didalam tempat yang memenuhi syarat sebagai air untuk
menjamin kebutuhan kondisi sesuai persyaratan di atas.
Pasir (Ps)

Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih


dari kotoran, lumpur, asam, garam, dan bahan organik lainnya,
yang terdiri atas.
1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang
lazim disebut pasir urug;

7
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran
sebagian terbesar adalah terletak antara 0,075 sampai 1,25
mm yang lazim dipasarkan disebut pasi pasang;
3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya
mendapat rekomendasi dari laboratorium.

Batu Pecah (Split)


Split untuk beton harus menggunakan split dari batu kali hitam
pecah, bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam
SNI 03-2847-2002.

III. LINGKUP PEKERJAAN


3.1 Situasi Dan Persiapan Pekerjaan
a. Lokasi proyek berada pada wilayah kecamatan Murung. Lokasi
pembangunan akan diserahkan kepada Penyedia jasa konstruksi
sebagaimana keadaannya waktu Rapat Penjelasan. Penyedia jasa
konstruksi hendaknya mengadakan penelitian dengan seksama
mengenai keadaan tanah halaman proyek tersebut.
b. Kekurang-telitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan
lapangan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia jasa
konstruksi dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan
klaim/tuntutan.
3.2 Air Dan Daya
a. Penyedia jasa konstruksi harus menyediakan air atas
tanggungan/biaya sendiri yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pekerjaan ini, yaitu :
Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang
memenuhi persyaratan sesuai jenis pekerjaan, cukup bersih,
bebas dari segala macam kotoran dan zat-zat seperti minyak,
asam, garam, dan sebagainya yang dapat merusak atau
mengurangi kekuatan konstruksi.
Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum,
mandi/buang air dan kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air
yang disediakan untuk keperluan tersebut harus cukup
terjamin.

b. Penyedia jasa konstruksi harus menyediakan daya listrik atas


tanggungan/biaya sendiri sementara yang dibutuhkan untuk

8
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
peralatan dan penerangan serta keperluan lainnya dalam
melaksanakan pekerjaan ini. Pemasangan sistem listrik sementara
ini harus memenuhi persyaratan yang berlaku. Penyedia jasa
konstruksi harus mengatur dan menjaga agar jaringan dan
peralatan listrik tidak membahayakan para pekerja di lapangan.
Penyedia jasa konstruksi harus pula menyediakan penangkal petir
sementara untuk keselamatan.

3.3 Saluran Pembuangan


Penyedia jasa konstruksi harus membuat saluran pembuangan
sementara untuk menjaga agar daerah bangunan selalu dalam
keadaan kering/tidak basah tergenang air hujan atau air buangan.
Saluran dihubungkan ke parit/selokan yang terdekat atau menurut
petunjuk Pengawas.

3.4 Kantor Penyedia jasa konstruksi, Los Dan Halaman Kerja, Gudang
Dan Fasilitas Lain
Penyedia jasa konstruksi harus membangun kantor dan
perlengkapannya, los kerja, gudang dan halaman kerja (work yard) di
dalam halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan sesuai Kontrak. Penyedia jasa konstruksi harus juga
menyediakan untuk pekerja/buruhnya fasilitas sementara (tempat
mandi dan peturasan) yang memadai untuk mandi dan buang air.
Penyedia jasa konstruksi harus membuat tata letak/denah halaman
proyek dan rencana konstruksi fasilitas-fasilitas tersebut. Penyedia
jasa konstruksi harus menjamin agar seluruh fasilitas itu tetap
bersih dan terhindar dari kerusakan.
Dengan seijin Kuasa Pengguna Anggaran, Penyedia jasa konstruksi
dapat menggunakan kembali kantor, los kerja, gudang dan halaman
kerja yang sudah ada.

3.5 Papan Nama Proyek


Penyedia jasa konstruksi wajib membuat dan memasang papan
nama proyek di bagian depan halaman proyek sehingga mudah
dilihat umum. Ukuran dan redaksi papan nama tersebut 90 cm x
150 cm dipotong dengan tiang setinggi 250 cm atau sesuai dengan
petunjuk Pemerintah Daerah setempat. Penyedia jasa konstruksi

tidak diijinkan menempatkan atau memasang reklame dalam bentuk


apapun di halaman dan di sekitar proyek tanpa ijin dari Pemberi
Tugas

3.6 Pembersihan

9
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi
jalannya pekerjaan seperti adanya pepohonan, batu-batuan atau
puing-puing bekas bangunan harus dibongkar dan dibersihkan
serta dipindahkan dari tanah bangunan kecuali barang-barang
yang ditentukan harus dilindungi agar tetap utuh;
b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya untuk menghindarkan bangunan yang berdekatan dari
kerusakan. Bahan-bahan bekas bongkaran tidak diperkenankan
untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut keluar dari
halaman proyek.

3.7 Permukaan Atas Lantai (Peil)


a. Peil ± 0,00 Bangunan diambil dari peil patok ukur yang telah
tersedia di lokasi.
b. Semua ukuran ketinggian galian, pondasi, sloof, kusen, balok, dan
lain-lain harus mengambil patokan dari peil ± 0,00 tersebut.

3.8 Papan Bangunan (Bouwplank)


a. Bouwplank dibuat dari kayu terentang (kayu hutan kelas III)
ukuran minimum 2/20 cm yang utuh dan kering. Bouwplank
dipasang dengan tiang-tiang dari kayu sejenis ukuran 5/7 cm dan
dipasang pada setiap jarak satu meter. Papan harus lurus dan
halus pada bagian atasnya;
b. Bouwplank harus benar-benar datar (waterpass) dan tegak lurus.
Pengukuran harus memakai alat ukur yang disetujui Konsultan
Pengawas;
c. Bouwplank harus menunjukkan ketinggian ± 0.00 dan as
kolom/dinding. Letak dan ketinggian permukaan bouwplank harus
dijaga dan dipelihara agar tidak berubah selama pekerjaan
berlangsung.

3.9 Penyerahan Lapangan/Area/Tempat Pekerjaan


Lapangan/Area/Tempat pekerjaan akan diserahkan kepada Penyedia
jasa konstruksi terhitung sejak Berita Acara Serah Terima lapangan
paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kontrak ditandatangani oleh
kedua belah pihak, dan Penyedia jasa konstruksi harus sudah mulai
melaksanakan pekerjaan di tempat pekerjaan paling lambat 7 (tujuh)
hari kalender setelah diterbitkannya SPMK. Penyedia jasa konstruksi
dianggap sudah memahami benar-benar mengenai letak, batas-batas
maupun kondisi lapangan/tempat pekerjaan.

3.10 Penyerahan Rencana Kerja / Time Schedule

10
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Penyedia jasa konstruksi wajib
menyerahkan suatu rencana kerja/time schedule dalam bentuk
bar-chart, S Curve dan network planning kepada Owner dan
pengawas selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender setelah
Kontrak dikeluarkan untuk memperoleh persetujuan. bar-chart, S.
Curve dan network planning Penyedia jasa konstruksi harus
ditanda tangani oleh penanda tangan kontrak.
b. Setelah rencana kerja disetujui, dokumen asli diserahkan Owner
dua salinan dicetak dan diserahkan pada pengawas, satu salinan
ditempelkan di kantor Penyedia jasa konstruksi ditempat
pekerjaan.

c. Berdasarkan Rencana kerja tersebut, Pengawas akan mengadakan


penilaian secara periodik terhadap prestasi kerja Penyedia jasa
konstruksi.

3.11 Penyerahan Bagan Struktur Organisasi Proyek


a. Bersamaan waktunya dengan penyerahan Rencana Kerja, Penyedia
jasa konstruksi wajib pula menyerahkan bagan struktur organisasi
yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, untuk
disetujui pengawas dan Owner.
b. Sebagai lampiran dari bagan struktur organisasi tersebut,
Penyedia jasa konstruksi harus menyerahkan suatu daftar nama
petugas yang akan ditugaskan, lengkap dengan fungsi dan
pengalaman kerjanya.

3.12 Penyerahan Wewenang Kepada Kuasa Penyedia jasa konstruksi


a. Penyedia jasa konstruksi wajib menetapkan seorang petugas yang
akan bertindak sebagai wakil atau kuasanya untuk mengatur dan
memimpin pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
b. Pemberian kuasa ini sama sekali tidak berarti mengurangi
tanggung jawab Penyedia jasa konstruksi terhadap pelaksanaan
pekerjan baik sebagian ataupun keseluruhan.

3.13 Tenaga Ahli


a. Penyedia jasa konstruksi harus menugaskan minimal seorang
tenaga ahli yang harus selalu berada di lokasi pekerjaan
(Lapangan).

11
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
No Jabatan dalam Pengalaman Sertifikat Kompetensi Kerja
Pekerjaan (Tahun)

1 Pelaksana 2 Pelaksana Bangunan


Lapangan Gedung/Pekerjaan Gedung
(TA022) atau SKK pelaksana
lapangan pekerjaan Gedung
jenjang 4,pengalaman 2 tahun,
jumlah 1 orang
2 Ahli K3 3 Ahli K3 Kontruksi, memiliki
KonStruksi Sertifikat ahli muda K3
Kontruksi atau SKK ahli muda K3
kontruksi jenjang 7, Pengalaman
Jumlah 1 (satu) orang

3.14 Waktu Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan pekerjaan yang di saratkan adalah 180
(seratus delapan puluh) hari kalender.

3.15 Peralatan Utama


a. Peralatan utama dalam pelaksananaan bangunan Gedung yang
digunakan untuk mendukung kegiatan pembangunan secara
signifikan menurut jenis pekerjaan pembangunan adalah :
No Jenis Alat Jumlah
1 Bulldozer 100 -150 HP 1 Unit
2 Excavator 60 – 140 HP 1 Unit
3 Mesin Molen Pengaduk Semen 0,3 M3 1 Unit
4 Concrete Vibrator 5,5 HP 1 Unit
5 Generator Set 1200 Watt 1 Unit

3.16 Kualifikasi Badan Usaha


a. Kualifikasi usaha jasa konstruksi yang digunakan adalah kualifikasi
kecil, sub bidang jasa pelaksana konstruksi bangunan Komersial
BG009, KBLI 41019.

3.17 Pembuatan Laporan Pekerjaan


a. Penyedia jasa konstruksi wajib membuat laporan harian dimana
tertulis proses kemajuan pekerjaan setiap hari, bahan-bahan dan
peralatan-peralatan yang didatangkan ke lokasi pekerjaan, jumlah
tenaga kerja, jenis pekerjaan yang di laksanakan serta keadaan
cuaca di lapangan;
b. Perintah-perintah/Instruksi-instruksi dari pengawas baru berlaku
mengikat jika ditulis dalam laporan harian dan telah dibubuhi
tanda tangan dan nama jelas dari petugas pengawas/melalui surat
resmi kepada Penyedia jasa konstruksi;
12
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
c. Apabila ada Pekerjaan tambah kurang harus dicatat pula dalam
Laporan harian ini dengan teliti;
d. Penyedia jasa konstruksi juga wajib membuat laporan Mingguan
dan Bulanan dimana tertulis Rekapitulasi segala kegiatan yang
berlangsung dalam minggu atau bulan tersebut;
e. Kelalaian dalam menyusun laporan akan terkena sanksi, yaitu
penundaan pembayaran termijn. Pembayaran termijn hanya akan
dilakukan, apabila Penyedia jasa konstruksi telah melengkapi
seluruh laporan.

3.18 Pembuatan Foto-Foto Pekerjaan


a. Penyedia jasa konstruksi wajib membuat foto-foto pelaksanaan
pekerjaan yang menunjukkan kondisi setiap tahapan
pelaksanaan.
b. Foto-foto pelaksanaan pekerjaan ini akan dijadikan lampiran
dalam penyusunan laporan bulanan Konsultan Pengawas.
c. Foto harus dibuat rangkap 4 (empat) dalam ukuran standar dan
berwarna, disusun rapih dalam album.

d. Pengambilan foto dilaksanakan sesuai dengan petunjuk


Konsultan Pengawas dan dilaksanakan setiap 7 (tujuh) hari
kalender dan setiap tahapan pekerjaan mulai sejak dilaksanakan
pekerjaan ini.

3.19 Tata Cara Untuk Memulai Suatu Jenis Pekerjaan


a. Untuk jenis-jenis pekerjaan yang apabila dikerjakan akan
mengakibatkan pada jenis pekerjaan lain yang tidak dapat
diperiksa/tertutup oleh jenis pekerjaan tersebut, maka Penyedia
jasa konstruksi wajib meminta pada Konsultan Pengawas secara
tertulis, untuk memeriksa bagian pekerjaan yang akan tertutup itu.
Setelah pekerjaan yang akan tertutup tersebut dinyatakan baik,
baru Penyedia jasa konstruksi diperkenankan melaksanakan
pekerjaan selanjutnya.
b. Apabila permohonan tertulis pemeriksaan tersebut diatas tidak
dijawab oleh Konsultan Pengawas, dalam waktu 2 (dua) x 24 (dua
puluh empat) jam sejak jam diterimanya permohonan tersebut
(tidak terhitung hari libur resmi), maka Penyedia jasa konstruksi
boleh melanjutkan pekerjaan tersebut. Kecuali apabila Konsultan
Pengawas meminta perpanjangan waktu pemeriksaan dan Penyedia
jasa konstruksi menyetujuinya.
c. Apabila ketentuan-ketentuan tersebut pada huruf a dan b diatas
dilanggar oleh Penyedia jasa konstruksi, maka pengawas berhak
menginstruksikan untuk membongkar bagian yang sudah
dikerjakan baik sebagian maupun seluruhnya untuk keperluan
13
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
pemeriksaan atau perbaikan. Biaya pembongkaran dan
pemasangan kembali akan dibebankan kepada Penyedia jasa
konstruksi.

3.20 Tata Cara Pelaksanaan Pekerjaan


Pekerjaan hendaknya dilaksanakan pada jam-jam kerja normal
kecuali apabila ada jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan perlu
dilakukan di luar jam kerja normal. Pada hari libur resmi, Penyedia
jasa konstruksi terlebih dahulu harus mengajukan permohonan
tertulis minimal 24 (dua puluh empat) jam sebelumnya kepada
pengawas, dan segala biaya untuk itu menjadi tanggung jawab
Penyedia jasa konstruksi.

3.21 Tata Cara Perbaikan Pekerjaan


Penyedia jasa konstruksi wajib memperbaiki dan atau mengulangi
semua pekerjaan yang tidak diterima oleh pengawas. Segala biaya
untuk ini menjadi tanggungan Penyedia jasa konstruksi. Penyedia
jasa konstruksi tidak diperkenankan minta perpanjangan waktu
akibat perbaikan-perbaikan ini.

3.22 Perbedaan Ukuran, Ketidak Sesuaian Antara Gambar Dan Spesifikasi


Teknis
a. Ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada ukuran
skala dalam gambar. Ukuran-ukuran yang ada dalam gambar
harus diperiksa kembali oleh Penyedia jasa konstruksi terhadap
keadaan/kondisi di lapangan.
b. Bila ada keragu-raguan ukuran, ketidaksesuaian dan/atau
kekeliruan, maka Penyedia jasa konstruksi wajib memberitahukan
dan meminta petunjuk pada pengawas untuk diselesaikan.
c. Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam
gambar-gambar yang ada (AR, ST, dan ME) dalam buku uraian
spesifikasi teknis ini, maupun pekerjaan yang terjadi akibat
keadaan dilokasi, Penyedia jasa konstruksi diwajibkan melaporkan
hal tersebut kepada Direksi Pekerjaan secara tertulis untuk
mendapatkan keputusan pelaksanaan dilokasi setelah Direksi
Pekerjaan berunding terlebih dahulu dengan perencana.
Ketentutan tersebut diatas tidak dapat dijadikan alas an oleh
Penyedia jasa konstruksi untuk memperpanjang waktu
pelaksanaan pekerjaan.
d. Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi,
dalam keadaan selesai/terpasang.

14
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
e. Mengingat masalah ukuran ini sangat penting Penyedia jasa
konstruksi diwajibkan memperhatikan dan meneliti terlebih
dahulu semua ukuran yang tercantum seperti, peil-peil,
ketinggian, lebar, ketebalan, luas penampang dan lain-lainnya
sebelum memulai pekerjaan.
f. Penyedia jasa konstruksi tidak dibenarkan mengubah dan atau
mengganti ukuran-ukuran dan spesifikasi bahan yang tercantum
didalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan Direksi
Pekerjaan.

3.23 Jaminan Kualitas


Penyedia jasa konstruksi menjamin pada Pemberi Tugas dan Direksi
pekerjaan, bahwa semua bahan dan perlengkapan untuk pekerjaan
adalah sama sekali baru, kecuali ditentukan lain, serta Penyedia jasa
konstruksi menyetujui bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan
baik, bebas dari cacat teknis dan estetis serta sesuai dengan
Dokumen Kontrak.
Apabila diminta, Penyedia jasa konstruksi sanggup memberikan
bukti-bukti mengenai hal-hal tersebut pada butir ini.
Sebelum mendapatkan persetujuan dari Direksi pekerjaan, bahwa
pekerjaan telah diselesaikan dengan sempurna, semua pekerjaan
tetap menjadi tanggung jawab Penyedia jasa konstruksi sepenuhnya.

15
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
3.24 Penyediaan Dokumen Pelaksanaan Di Lapangan
a. Penyedia jasa konstruksi wajib menyediakan 3 (tiga) set dari
seluruh dokumen pelaksanaan seperti yang disebut dalam pasal
3.2 buku Spesifikasi Teknis ini, untuk dipegang Penyedia
jasa konstruksi di lapangan, Pengawas Lapangan dan Owner.
b. Seluruh dokumen tersebut diatas harus dalam keadaan jelas
mudah di baca dan sudah mencantumkan perubahan-
perubahan terakhir.
c. Biaya penyediaan dokumen-dokumen tersebut menjadi
tanggungan Penyedia jasa konstruksi.

3.25 Pembuatan Gambar Pelaksanaan/Gambar Kerja


a. Penyedia jasa konstruksi wajib membuat gambar-gambar kerja
dan detail pelaksanaan (Shop Drawing) dengan menggunakan
kertas HVS 70 gr ukuran A3 lengkap dengan skala dan
perhitungan-perhitungan yang diperlukan.
b. Gambar-gambar tersebut harus dikoordinasikan dengan
semua
disiplin pekerjaan pada pekerjaan ini dan disesuaikan
dengan kondisi lapangan yang ada.
c. Gambar kerja dan perhitungannya harus diserahkan dalam
rangkap 3 (tiga) untuk diperiksa dan disetujui pengawas atau
Perencana. Pekerjaan baru dapat dimulai bila shop drawing telah
diperiksa dan disetujui oleh pengawas.

3.26 Testing/Commissioning
a. Penyedia jasa konstruksi harus melaksanakan semua testing
dan pengujian yang dianggap perlu untuk memeriksa dan
mengetahui apakah seluruh sistem sudah dapat berfungsi
dengan baik dan telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang
berlaku.
b. Semua tenaga kerja, bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
kegiatan testing tersebut merupakan tanggung jawab pihak
Penyedia jasa konstruksi. Hal ini termasuk peralatan khusus
yang diperlukan untuk testing sistem seperti yang dianjurkan
oleh pabrik pembuat, juga disediakan oleh Penyedia jasa
konstruksi.
c. Semua biaya, lisensi, testing/pengujian, adalah tanggung
jawab
Penyedia jasa konstruksi.
d. Di dalam setiap pelaksanaan pengujian dan trial run pekerjaan
Sipil, Arsitektur ini harus di hadiri pihak Owner, pengawas,

15
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Konsultan Perencana dan pihak yang ditunjuk untuk itu. Dan
dibuatkan berita acaranya.
e. Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix serta
pembiayaannya adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

f. Pengujian bahan lain harus dilakukan dengan cara yang


ditentukan dalam Standard Industri Indonesia (SII) atau metoda
uji bahan yang disetujui oleh Direksi Lapangan.
g. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan
pengujian/pemeriksaan untuk kesempurnaan hasil pekerjaan
dan fungsinya.
h. Kontraktor wajib memperbaiki/ mengulang/ mengganti bila
ada
kerusakan yang terjadi selam masa pelaksanaan dan masa
garansi, atas biaya Kontraktor Pelaksana, selama kerusakan
bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik
i. Keseluruhan lisensi dan hasil test commissioning harus
dikumpulkan dan diserahkan ke Owner.

3.27 Pembuatan Gambar-Gambar Terpasang


a. Penyedia jasa konstruksi wajib membuat gambar-gambar
terpasang (as built drawing) yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
b. Gambar-gambar terpasang tersebut harus dibuat pada kertas
ukuran A3 dan diserahkan sebanyak 1 (satu) set asli dalam bentuk
blue print dan 1 (satu) set blue print kepada Owner dan 3 (tiga)
set Blue Print beserta soft copy dalam bentuk Flashdisk
kepada Konsultan pengawas sebelum serah terima pekerjaan
pertama.

16
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
A. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
STRUKTUR I. URAIAN PEKERJAAN DAN
SITUASI
1.1 Lingkup pekerjaan ini meliputi:
a. Pekerjaan Pendahuluan
b. Pekerjaan Lopo Betang Perdie M Yoseph (Gedung 2)
c. Pekerjaan Lopo Betang Perdie M Yoseph (Gedung 1) Lanjutan
d. Pembangunan Tandon
e. Pembangunan Turap dan Timbunan

1.2 Untuk pelaksanaan Penyedia jasa konstruksian


hendaknya menyediakan:
a. Tenaga pelaksana yang terampil dalam bidang pekerjaannya.
b. Tenaga-tenaga pekerja harus tenaga-tenaga ahli yang cukup
memadai sesuai dengan jenis pekerjaan.
c. Alat-alat pengukur seperti water pass dan alat-alat bantu lain
yang dipergunakan untuk ketelitian, ketetapan dan kerapihan
pekerjaan

1.3 Pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tertera


dalam uraian pekerjaan dan syarat-syarat gambar bestek dan detail
gambar konstruksi serta keputusan Pengawas Lapangan.
1.4 Situasi:
a. Pembangunan akan dilaksanakan di dalam lokasi PEMBANGUNAN
LOPO BETANG PERDIE M.YOSEPH.
b. Halaman pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana
sebagaimana keadaan pada waktu rapat penjelasan untuk
ini hendaknya para Penyedia jasa konstruksi mengadakan
penelitian yang seksama terutama mengenai tanah bangunan yang
ada, sifat, luas pekerjaan dan lain-lain yang dapat
mempengaruhi harga penawaran.
c. Dalam rapat penjelasan akan ditunjuk tempat dimana
pembangunan akan dilaksanakan tertera pada gambar.

1.5 Ukuran Tinggi Dan Ukuran Pokok, Penyedia jasa konstruksi harus
menyediakan pekerja yang ahli dalam cara-cara pengukuran alat
penyipat datar, slang plastik, alat penyiku, prisma silang, segitiga siku-
siku dan alat-alat penyipat tegak lurus dan peralatan lain yang
diperlukan guna ketetapan pengukuran.

17
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
II.PEKERJAAN PEMBERSIHAN DAN PENYIAPAN LOKASI PEKERJAAN
Semua benda dan permukaan seperti pohon akar dan tonjolan
serta rintangan-rintangan yang berada di dalam batas daerah
pembangunan yang tercantum dalam gambar harus dibersihkan dan
dibongkar kecuali untuk hal-hal di bawah ini :
2.1 Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-
benda yang tidak mudah rusak yang letaknya minimum ± 1 meter
di bawah dasar pondasi;
2.2 Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali lubang-lubang bekas
pepohonan dan lubang-lubang lain harus diurug kembali dengan
bahan-bahan yang baik dan dipadatkan;
2.3 Penyedia jasa konstruksi bertanggung jawab untuk membuang
sendiri tanaman-tanaman dan puing-puing ketempat yang
ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi;
2.4 Penyedia jasa konstruksi bertanggung jawab untuk melakukan
evakuasi / pemindahan instalasi / saluran eksisting yang berada
di dalam lokasi tapak proyek sehingga instalasi / saluran tersebut
kembali bisa berfungsi seperti sebelumnya;
2.5 Semua berangkal dan kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi
existing galian dan lain-lain harus segera dikeluarkan dari tapak
dan dibuang ke tempat yang ditentukan oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi. Semua peralatan yang diperlukan pada paket
pekerjaan ini harus tersedia di lapangan dalam keadaan siap pakai;
2.6 Penyedia jasa konstruksi harus tetap menjaga kebersihan diarea
pekerjaan dan disekitarnya yang diakibatkan oleh semua kegiatan
pekerjaan ini serta menjaga keutuhan terhadap material/barang-
barang yang sudah terpasang (existing).

III. PEKERJAAN PONDASI BETON BERTULANG


3.1 Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan pondasi ialah :
Pembuatan urugan pasir dan lantai kerja setebal 10 cm dan
dipadatkan.
Pembuatan semua pondasi Beton Bertulang sesuai Gambar Kerja.
Pemasangan semua stek dan angker yang diperlukan sesuai
Gambar Kerja.

3.2 Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan


Persyaratan umum
Semua pekerjaan pondasi baru boleh dikerjakan apabila galian
tanah telah diperiksa ukuran dan kedalamannya dan disetujui
Konsultan Manajemen Konstruksi;

18
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Bila pada lubang-lubang galian terdapat banyak air tergenang
karena air tanah dan air hujan, maka sebelum pasangan dimulai

terlebih dahulu air harus dipompa dan dibuang di daerah lain


yang tidak mengganggu pekerjaan dan dasar lubang dikeringkan;
Jika pemasangan pondasi terpaksa dihentikan, maka ujung
penghentian pondasi harus bergigi agar penyambungan
berikutnya terjadi ikatan yang kokoh dan sempurna;
Pondasi sama sekali tidak boleh terdapat rongga-rongga
udara/celah-celah.
3.3 Pondasi Beton
Bertulang
Adukan yang dipergunakan 19,30 Mpa ,

IV. PEKERJAAN BETON BERTULANG


4.1 Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan Beton Bertulang ialah :
a. Penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-
bahan, instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan
untuk semua pembuatan dan mendirikan semua baja tulangan,
bersama dengan semua pekerjaan pertukangan/keahlian lain
yang ada hubungannya dengan itu, lengkap sebagaimana
diperlihatkan, dispesifikasikan atau sebagaimana diperlukannya.
b. Tanggung jawab "Penyedia jasa konstruksi" atas instalasi semua
alat-alat yang terpasang, selubung-selubung dan sebagainya yang
tertanam di dalam beton. Syarat-syarat umum pada pekerjaan ini
berlaku penuh (SNI 03-2847-2002), ASTM dan ACI.
c. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang
yang tidak termasuk pada gambar-gambar rencana
pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis
besar. Ukuran- ukuran yang tepat, begitu pula besi
penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar struktur
konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran
antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang harus
berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan
perencana atau Direksi Lapangan guna mendapatkan
ukuran yang sesungguhnya disetujui oleh perencana.
d. Jika karena keadaan pasaran, besi penulangan perlu diganti
guna kelangsungan pelaksanaan maka jumlah luas penampang
tidak boleh berkurang dengan memperhatikan syarat-syarat
lainnya yang termuat dalam SNI 03-2847-2002. Dalam hal ini
Direksi Lapangan harus segera diberitahukan untuk
persetujuannya, sebelum fabrikasi dilakukan.

19
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
e. Penyediaan dan penempatan tulangan baja untuk semua
pekerjaan beton yang berlangsung dicor di tempat, termasuk
penyediaan dan penempatan batang-batang dowel ditanamkan
di dalam beton seperti terlihat dan terperinci di dalam gambar
atau

seperti petunjuk Direksi Lapangan dan, bila disyaratkan,


penyediaan penulangan untuk dinding blok beton.
f. "Penyedia jasa konstruksi" harus bertanggungjawab untuk
membuat dan membiayai semua desain campuran beton dan test-
test untuk menentukan kecocokan dari bahan dan proporsi dari
bahan-bahan terperinci untuk setiap jenis dan kekuatan beton,
dari perincian slump, yang akan bekerja/berfungsi penuh untuk
semua teknik dan kondisi penempatan, dan akan menghasilkan
yang diijinkan oleh Direksi Lapangan. Penyedia jasa konstruksi
berkewajiban mengadakan dan membiayai Test Laboratorium.

g. Pekerjaan-pekerjaan lain yang termasuk adalah


:
semua pekerjaan beton yang tidak terperinci di luar ini
pemeliharaan dan finishing, termasuk grouting
mengatur benda-benda yang ditanam di dalam beton, kecuali
tulangan beton
koordinasi dari pekerjaan ini dengan pekerjaan dari lain bagian
sparing dalam beton untuk instalasi M/E
penyediaan dan penempatan stek tulangan pada setiap
pertemuan dinding bata dengan kolom/dinding beton
struktural dan dinding bata dengan pelat beton struktural
seperti yang ditunjukkan oleh Direksi Lapangan

4.2 Refrensi dan Standar-standar


Semua pekerjaan yang tercantum dalam bab ini, kecuali tercantum
dalam gambar atau diperinci, harus memenuhi edisi terakhir dari
peraturan, standard dan spesifikasi SNI 03-2847-2002 Tentang
Tatacara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.

4.3 Penyerahan-penyerahan
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilaksanakan oleh
Penyedia jasa konstruksi kepada Direksi Lapangan sesuai dengan
jadwal yang telah disetujui untuk menyerahkan dan dengan segera
sehingga tidak menyebabkan keterlambatan pada pekerjaan sendiri
maupun pada pekerjaan Penyedia jasa konstruksi lain.
a. Gambar
pelaksanaan
20
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Merupakan gambar tahapan pelaksanaan yang harus
diserahkan oleh Penyedia jasa konstruksi kepada Direksi
Lapangan untuk mendapat persetujuan ijin.
Penyerahan harus dilakukan sekurang-kurangnya 7 (tujuh)
hari kerja sebelum jadwal pelaksanaan pekerjaan beton.

4.4 Bahan-Bahan/Produk
Sedapat mungkin, semua bahan dan ketenagaan harus
disesuaikan dengan peraturan-peraturan indonesia
a. Semen
1. Mutu Semen
Semen portland harus memenuhi persyaratan standard
Internasional atau Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian
A SK SNI 3-04-1989-F atau sesuai SII-0013-82, Type-1
atau NI-8 untuk butir pengikat awal kekekalan
bentuk, kekuatan tekan aduk dan susunan kimia.
Semen yang cepat mengeras hanya boleh dipergunakan
dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis secara
tegas oleh Direksi Lapangan;
Jika mempergunakan semen portland pozolan (campuran
semen portland dan bahan pozolan) maka semen tersebut
harus memenuhi ketentuan SII 0132 Mutu dan Cara Uji
Semen Portland Pozoland atau spesifikasi untuk semen
hidraulis campuran;
Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus
dicantumkan dengan jelas jenis semen yang boleh dipakai
dan jenis semen ini harus sesuai dengan jenis semen yang
digunakan dalam ketentuan persyaratan mutu (semen
tipe
1).

2. Penyimpanan Semen
Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat
penyimpanan dan dijaga agar semen tidak lembab,
dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk
sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut
urutan pengiriman. Semen yang telah rusak karena
terlalu lama disimpan sehingga mengeras ataupun
tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan dan
harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus
dalam zak-zak yang utuh dan terlindung baik terhadap
pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan

21
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
dipergunakan sesuai dengan urutan pengiriman. Semen
yang telah disimpan lebih 60 hari tidak boleh digunakan
untuk pekerjaan.
Curah semen harus disimpan di dalam konstruksi silo
secara tepat untuk melindungi terhadap penggumpalan
semen dalam penyimpanan.
Semen harus diukur terhadap berat untuk kesalahan tidak
lebih dari 2,5 %.
"Penyedia jasa konstruksi" harus hanya memakai satu
merek dari semen yang telah disetujui untuk seluruh

pekerjaan. "Penyedia jasa konstruksi" tidak boleh


mengganti merk semen selama pelaksanaan dari pekerjaan,
kecuali dengan persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan.

b. Agregat
Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan
persyaratan dari SII 0052-80 "Mutu dan Cara Uji Agregat Beton"
dan bila tidak tercakup dalam SII 0052-80, maka harus
memenuhi spesifikasi agregat untuk beton.
Agregat halus (Pasir)
Mutu pasir untuk pekerjaan beton harus terdiri dari
: butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak
mengandung lumpur dan bahan-bahan organis.
Agregat halus harus terdiri dari distribusi ukuran
partikel- partikel seperti yang ditentukan di pasal 3.5. dari
NI-2. SNI
03-2847-
2002.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari
5
% (ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan
dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui
ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %,
maka agregat halus harus dicuci. Sesuai SNI 03-2847-
2002 atau SII 0051-
82.
Ukuran butir-butir agregat halus, sisa di atas ayakan 4
mm harus minimum 2 % berat; sisa di atas ayakan 2 mm
harus minimum 10 % berat; sisa di atas ayakan 0,25 mm
harus berkisar antara 80 % dan 90 % berat.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus
untuk

22
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
semua mutu
beton.
Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga
terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.
Agregat Kasar (Kerikil dan Batu
Pecah)
Yang dimaksud dengan agregat kasar yaitu kerikil hasil
desintegrasi alami dari batu-batuan atau batu pecah yang
diperoleh dari pemecahan batu, dengan besar butir lebih
dari 5 mm sesuai SNI 03-2847-2002.

Mutu koral : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori,


batu pecah jumlah butir-butir pipih maksimum 20
% bersih, tidak mengan¬dug zat-zat alkali, bersifat
kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (terhadap
berat kering) yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian
yang melalui ayakan 0.063 mm apabila kadar lumpur
melalui 1 % maka agregat kasar harus dicuci.

Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif alkali yang


dapat merusak beton.
Ukuran butir : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0
%
berat; sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara
90
% dan 98 %, selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas
dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60 %
dan minimum 10 % berat.
Kekerasan butir-butir agregat kasar diperiksa dengan
bejana penguji dari Rudeloff dengan beban penguji 20 t,
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5 - 19
mm lebih dari 24 % berat
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm
lebih dari 22 % atau dengan mesin pengaus Los
Angeles, tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih
dari 50 % sesuai SII 0087-75, atau SNI 03-2847-
c. Air
2002. Penyimpanan kerikil atau batu pecah harus
sedemikian rupa agar terlindung dari pengotoran
bahan-bahan lain.

23
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih, tidak
boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan
organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton serta
baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan
kepastian kelayakan air yang akan dipergunakan, maka air
harus diteliti pada labora¬torium yang disetujui oleh Direksi
Lapangan.
d. Bahan Campuran Tambahan (Admixture)
Admixture harus disimpan dan dilindungi untuk menjaga
kerusakan dari container. Admixture harus sesuai dengan ACI
212.2R-71 dan ACI 212 2R-64. Segala macam admixture yang
akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui oleh Direksi
Lapangan. Admix¬ture yang mengandung chloride atau nitrat
tidak boleh dipakai.
e. Mutu dan Konsistensi dari Beton
Kekuatan ultimate tekan beton silinder 150 mm x 300 mm
umur
28 (dua puluh delapan) hari, kecuali ditentukan lain, harus
seperti berikut :
Semua Pondasi, Kolom, Balok : K-225 (FC 19,30
MPa) Cor lantai kerja : K-100 (FC 7,4
MPa)

V. PEMBESIAN
5.1 Percobaan dan Pemerikasaan (Test and
Inspection)
Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang
disetujui konsultan pengawas.

Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan


lain yang merugikan terhadap kekuatan rekatan harus dibersihkan.
Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat
dan diikat dengan kawat dari baja lunak.
Sambungan mekanis harus ditest dengan percobaan tarik.
Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan persetujuan
dari pembesian, termasuk jumlah, ukuran, jarak, selimut, lokasi
dari sambungan dan panjang penjangkaran dari penulangan baja
oleh Direksi Lapangan.

5.2 Bahan-
bahan/Produk a.
Tulangan

24
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Sediakan tulangan polos mutu BJTP-24, sesuai dengan SII 0136-
84 seperti dinyatakan pada gambar-gambar struktur.
Tulangan polos dengan diameter lebih kecil 13 mm harus
baja lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2.
b. Penunjang/Dudukan Tulangan (Bar Support)
Dudukan tulangan haruslah tahu beton yang dilengkapi dengan
kawat pengikat yang ditanam, atau batang kursi tinggi sendiri
(Individual High Chairs).
c. Bolstern, kursi, spacers, dan perlengkapan-perlengkapan
lain untuk mengatur jarak.
1. Pakai besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI,
kecuali diperlihatkan lain pada gambar.
2. Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang tidak
direkomendasi.
3. Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan
pasir
atau horizontal runners dimana bahan dasar tidak akan
langsung menunjang batang kursi (chairs legs). Atau pakai
lantai kerja yang rata.
4. Untuk beton ekspose, dimana batang-batang penunjang
langsung berhubungan/ mengenai cetakan, sediakan
penunjang dengan jenis hot-dip-galvanized atau penunjang yang
dilindungi plastik.

d. Kawat Pengikat
Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh
seng.

5.3 Jaminan Mutu


Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang
telah disetujui oleh Direksi Lapangan.
Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya)
harus diperlihatkan untuk semua tulangan yang dipakai.
Percobaan-

25
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
percobaan ini harus memperlihatkan hasil-hasil dari semua kom-
posisi kimia dan sifat-sifat fisik

5.4 Persiapan Pekerjaan/Perakitan Tulangan


Pembengkokkan dan
pembentukan.
Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus sedemikian rupa
sehingga posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak
mengalami perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran
berlangsung.
Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan SNI 03-
2847-
2002.
Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan
dengan persyaratan SNI 03-2847-2002.

5.5 Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganannya


Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai
dengan etiket/label yang mencantumkan ukuran batang, panjang
dan tanda pengenal.
Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk mengindari kerusakan.
Gudang di atas tanah harus kering, daerah yang bagus saluran-
salurannya, dan terlindung dari lumpur, kotoran, karat dsb

VI. PELAKSANAAN PEMASANGAN TULANGAN, PEMBENGKOKAN


DAN PEMOTONGAN
6.1 Persiapan
b.
Pembersihan
Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill steel)
dan karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya
lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan pada tulangan atau pada
sambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya.
c.
Pemilihan/seleksi
Tulangan yang berkarat harus ditolak dari
lapangan.

6.2 Pemasangan
Tulangan a. Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan SNI 03-
2847-

26
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
2002 Koordinasi dengan bagian lain dan kelancaran pengadaan
bahan serta tenaga perlu diadakan untuk mengindari
keterlambatan. Adakan/berikan tambahan tulangan pada
lubang- lubang (openings) / bukaan.
b.
Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat
baja, hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah
tempatnya.

1. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus


dipasang pada posisi yang benar dan untuk menjaga
jarak bersih digunakan spacers/penahan jarak.
2. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang
untuk memperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton
dengan penjaga jarak, kursi penunjang dan penunjang lain yang
diperlukan.
3. Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas
agregat (seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus
dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang mutunya
paling sedikit sama dengan beton yang akan dicor.
4. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal
penutup beton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan
penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling
sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. Penahan-
penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-
gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap
m^2 cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini
harus tersebar merata.
5. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas
harus ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang
penunjang atau ditunjang langsung pada cetakan bawah atau
lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi. Perhatian
khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan letak dari
tulangan-tulangan pelat yang dibengkok yang harus melintasi
tulangan balok yang berbatasan.

c. Toleransi pada Pemasangan Tulangan


1. Terhadap selimut beton (selimut beton) : ± 6 mm
2. Jarak terkecil pemisah antara batang : ± 6 mm
3. Tulangan atas pada pelat dan balok :
- balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : ±
6 mm

27
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
- balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari
600 mm : ± 12 mm
- balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : ± 12 mm
- panjang batang : ± 50 mm
4. Toleransi pada pemasangan lainnya sesuai SNI 03-2847-2002.

d. Pembengkokan Tulangan, Sesuai Dengan SNI 03-2847-2002.


1. Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan
dengan cara-cara yang merusak tulangan itu.

2. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan


diluruskan kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak
60 cm dari bengkokan sebelumnya.
3. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak
boleh dibengkokkan atau diluruskan di lapangan, kecuali
apabila ditentukan di dalam gambar-gambar rencana atau
disetujui oleh perencana.
4. Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus
dilakukan dalam keadaan dingin, kecuali apabila
pemanasan diijinkan oleh perencana.
5. Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak
(polos atau diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan
merah padam tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih dari 850o
C (delapan ratus lima puluh derajat Celsius).
6. Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami
pengerjaan dingin dalam pelaksanaan ternyata mengalami
pemanasan di atas 100o C (serratus derajat Celsius) yang bukan
pada waktu las, maka dalam perhitungan-perhitungan sebagai
kekuatan baja harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidak
mengalami pengerjaan dingin.
7. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan,
kecuali diijinkan oleh perencana.
8. Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak
boleh didinginkan dengan jalan disiram dengan air.
9. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh
dilakukan dalam jarak 8 (delapan) kali diameter (diameter
pengenal) batang dari setiap bagian dari bengkokan.

e. Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.


1. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan
yang ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan
toleransi-toleransi yang disyaratkan oleh perencana. Apabila
tidak ditetapkan oleh perencana, pada pemotongan dan

28
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
pembengkokan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi
seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut.
2. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong
menurun ukuran dan terhadap panjang total dan ukuran
intern dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi
sebesar ± 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan dalam
ayat (3) dan (4). Terhadap panjang total batang yang
diserahkan menurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi
sebesar + 50 mm dan - 25 mm.

3. Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok


ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm untuk jarak 60 cm atau
kurang dan sebesar ± 12 mm untuk jarak lebih dari 60 cm.
4. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan
ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm.

f. Panjang penjangkaran dan panjang penyaluran.


1. Baja tulangan mutu U-24 (BJTP-24)
Panjang penjangkaran = 30 diameter dengan kait
Panjang penyaluran = 30 diameter dengan kait
Baja tulangan mutu U-40 (BJTD-40)
Panjang penjangkaran = 40 diameter tanpa kait
Panjang penyaluran = 40 diameter tanpa kait
2. Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi
tegangan terbesar. Sambungan untuk tulangan atas pada
balok dan pelat beton harus diadakan di tengah bentang,
dan tulangan bawah pada tumpuan. Sambungan harus
ditunjang dimana memungkinkan.
3. Ketidak-lurusan rangkaian tulangan kolom tidak boleh
melampaui perbandingan 1 (satu) terhadap 10 (sepuluh).
4. Standard
Pembengkokan
Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan SKSNI-
91 (Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung), kecuali ditentukan lain.

VII. PEKERJAAN CETAKAN DAN PERANCAH


7.1 Pekerjaan Pemasangan Papan Bangunan (Bowplank)
a. Umum
Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci
disini, Cetakan dan Perancah untuk pekerjaan beton harus
memenuhi persyaratan dalam SNI 03-2847-2002 Tentang
Tatacara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.

29
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Penyedia jasa konstruksi harus terlebih dahulu mengajukan
perhitungan-perhitungan serta gambar-gambar rancangan
cetakan dan perancah untuk mendapatkan persetujuan Direksi
Lapangan sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam
gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat konstruksi
cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta kedudukan
serta sistem rangkanya, pemindahan dari cetakan serta
perlengkapan untuk struktur yang aman.

b. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk
Bab ini termasuk perancangan, pelaksanaan dan
pembongkaran dari semua cetakan beton serta penunjang
untuk semua beton cor seperti diperlukan dan diperinci berikut
ini.
2. Pekerjaan yang berhubungan Pekerjaan Pembesian Pekerjaan
Beton.

c. Referensi-Referensi
Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan
lain pada gambar atau diperinci berikut, harus mengikuti
peraturan- peraturan, standard-standard atau spesifikasi SNI
03-2847-2002
Tentang Tatacara Penghitungan Struktur Beton untuk
Bangunan
Gedung
.
d. Penyerahan
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilakukan oleh
"Penyedia jasa konstruksi" sesuai dengan jadwal yang telah
disetujui untuk penyerahannya dengan segera, untuk
menghindari keterlambatan dalam pekerjaannya sendiri maupun
dari Penyedia jasa konstruksi lain.
1. Kwalifikasi Mandor Cetakan Beton (Formwork Foreman)
"Penyedia jasa konstruksi" harus mempekerjakan
mandor untuk cetakan beton yang berpengalaman dalam
hal cetakan beton. Kwalifikasi dari mandor harus
diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk diperiksa
dan disetujui, selambat- lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum
memulai pekerjaan.
2. Data Pabrik
Data pabrik tentang bahan-bahan harus diserahkan oleh
"Penyedia jasa konstruksi" kepada Direksi Lapangan dalam
waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah "Penyedia jasa konstruksi"
30
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
menerima surat perintah kerja, juga harus diserahkan
instruksi pemasangan untuk kepentingan bahan-bahan
dari lapisan-lapisan, pengikat-pengikat, dan asesoris serta
sistem cetakan dari pabrik bila dipakai.
3. Gambar kerja
Perhatikan sistem cetakan beton seperti pengaturan
perkuatan dan penunjang, metode dari kelurusan cetakan,
mutu dari semua bahan-bahan cetakan, sirkulasi cetakan.
Gambar kerja harus diserahkan kepada Direksi Lapangan
sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum
pelaksanaan, untuk diperiksa.
4. Contoh
Lengkapi cetakan dengan "cone" untuk mengencangkan
cetakan.

7.2 Bahan-bahan/Produk
Bahan-bahan dan perlengkapan harus disediakan sesuai
keperluan untuk cetakan dan penunjang pekerjaan, juga untuk
menghasilkan jenis penyelesaian permukaan beton seperti terlihat
dan terperinci
a. Perancangan
Perancah

1. Definisi Perancah
Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan
beton yang belum mengeras. Penyedia jasa konstruksi harus
mengajukan rancangan perhitungan dan gambar perancah
tersebut untuk disetujui oleh Direksi Lapangan. Segala biaya
yang perlu sehubungan dengan perancangan perancah dan
pengerjaannya harus sudah tercakup dalam perhitungan
biaya untuk harga satuan perancah.

2. Perancangan/Desain
Perancangan/desain dari acuan dan perancah harus
dilakukan oleh tenaga ahli resmi yang bertanggungjawab
penuh kepada Penyedia jasa konstruksi.
Beban-beban untuk perancangan perancah harus
didasarkan pada ketentuan ACI-347.
Perancah dan acuan harus dirancang terhadap beban dari
beton waktu masih basah, beban-beban akibat
pelaksanaan dan getaran dari alat penggetar. Penunjang-
penunjang yang sepadan untuk penggetar dari luar, bila
digunakan harus ditanamkan kedalam acuan dan
diperhitungkan baik-baik dan menjamin bahwa distribusi
31
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
getaran-getaran tertampung pada cetakan tanpa
konsentrasi berlebihan.

3. Acuan
Acuan harus menghasilkan suatu struktur akhir yang
mempunyai bentuk, garis dan dimensi komponen yang
sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar rencana
serta uraian dan syarat teknis pelaksanaan.
Acuan harus cukup kokoh dan rapat sehingga mampu
mencegah kebocoran adukan.
Acuan harus diberi pengaku dan ikatan secukupnya
sehingga dapat menyatu dan mampu mempertahankan
kedudukan dan bentuknya.
Acuan dan perancahnya harus direncanakan sedemikian
sehingga tidak merusak struktur yang sudah selesai
dikerjakan.
Dilarang memakai galian tanah sebagai cetakan langsung
untuk permukaan tegak dari beton.

b. Cetakan untuk Permukaan Beton Ekspose.


1. Cetakan Plastic-Faced Plywood (Penyelesaian Halus dan
Penyelesaian dengan Cat/Smooth Finish and Painted Finish)
Gunakan potongan/lembaran utuh. Pola sambungan dan pola
pengikat harus seragam dan simetris. Setiap sambungan
antara bidang panel ataupun sudut maupun pertemuan-
pertemuan bidang, harus disetujui dahulu oleh Direksi
Lapangan untuk pola sambungannya.
2. Cetakan sambungan panel untuk sambungan beton ekspose
antara panel-panel cetakan harus dikencangkan untuk
mencegah kebocoran dari grout (penyuntikan air semen) atau
butir-butir halus dan harus diperkuat dengan rangka
penunjang untuk mempertahankan permukaan-permukaan
yang berhubungan dengan panel-panel yang bersebelahan
pada bidang yang sama.
Gunakan bahan penyambung cetakan antara beton ekspose
yang diperkeras dengan panel-panel cetakan untuk mencegah
kebocoran dari grout atau butir-butir halus dari adukan beton
baru ke permukaan campuran beton sebelumnya. Tambahan
pada cetakan tidak diijinkan.

c. Penyelesaian Beton dengan Cetakan Papan


1. Cetakan dengan jenis ini (papan) harus terdiri dari papan-
papan yang kering dioven dengan lebar nominal 8 cm dan tebal

32
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
min. 2.5 cm. Semua papan harus bebas dari mata kayu yang
besar, takikan, goncangan kuat, lubang-lubang dan
perlemahan-perlemahan lain yang serupa.
2. Denah dasar dari papan haruslah tegak seperti tercantum
pada gambar. Cetakan dari papan haruslah penuh setinggi
kolom-kolom, dinding dan permukaan-permukaan pada
bidang yang sama tanpa sambungan mendatar dengan
sambungan ujung yang terjadi hanya pada sudut-sudut
dan perubahan bidang.
3. Lengkapi dengan penunjang plywood melewati cetakan papan
untuk stabilitas dan untuk mencegah lepas/terurainya
adukan. Cetakan papan harus dikencangkan pada
penunjang plywood dengan kondisi akhir dari paku yang
ditanam tidak terlihat.

Pola dari paku harus seragam dan tetap seperti disetujui


oleh
Direksi Lapangan.

d. Cetakan untuk Beton yang Terlindung (Unexposed Concrete)


1. Cetakan untuk beton terlindung haruslah dari logam (metal),
plywood atau bahan lain yang disetujui, bebas dari lubang-
lubang atau mata kayu yang besar. Kayu harus dilapis setidak-
tidaknya pada satu sisi dan kedua ujungnya.
2. Lengkapi dengan permukaan kasar yang memadai untuk
memperoleh rekatan dimana beton diindikasikan menerima
seluruh ketebalan plesteran.

e. Perancah, Penunjang dan Penyokong (Studs, Wales and


Supports) Penyedia jasa konstruksi harus bertanggung
jawab, bahwa perancah, penunjang dan penyokong adalah
stabil dan mampu menahan semua beban hidup dan beban
pelaksanaan.
f. Jalur Kayu
Jalur kayu diperlukan untuk membentuk sambungan jalur
dan chamfer.

g. Melapis Cetakan
1. Melapis cetakan untuk memperoleh penyelesaian beton yang
halus, harus tanpa urat kayu dan noda, yang tidak akan
meninggalkan sisa-sisa/bekas pada permukaan beton atau
efek yang merugikan bagi rekatan dari cat, plester, mortar atau
bahan penyelesaian lainnya yang akan dipakai untuk
permukaan beton.
33
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
2. Bila dipakai cetakan dari besi, lengkapi cetakan dengan form-
oil (bahan untuk melepaskan beton) dari pabrik khusus
untuk cetakan dari besi. Pakai lapisan sesuai dengan
spesifikasi perusahaan sebelum tulangan dipasang atau
sebelum cetakan dipasang.

h. Pengikat Cetakan
1. Pengikat cetakan haruslah batang-batang yang dibuat
di pabrik atau jenis jalur pelat, atau model yang dapat
dilepas dengan ulir, dengan kapasitas tarik yang cukup
dan ditempatkan sedemikian sehingga menahan semua
beban hidup dari pengecoran beton basah dan mempunyai
penahan bagian luar dari luasan perletakan yang memadai.
2. Untuk beton-beton yang umum, penempatannya menurut
pendapat Direksi Lapangan.
3. Pengikat untuk dipakai pada beton dengan permukaan yang
diekspose, harus dari jenis dengan kerucut (cone snap
off type). Kemiringan kerucut haruslah 2.5 cm maximum
diameter pada permukaan beton dengan 3.8 cm
tebal/tingginya ke pengencang sambungan. Pengikat
haruslah lurus ke dua arah baik mendatar maupun tegak di
dalam cetakan seperti terlihat pada gambar atau seperti
disetujui oleh Direksi Lapangan.

i. Penyisipan Besi
Penanaman/penyisipan besi untuk angker dari bahan lain atau
peralatan pada pelaksanaan beton haruslah dilengkapi seperti
diperlukan pada pekerjaan.
1. Penanaman/Penyisipan Benda-benda
Terulir.
Penanaman jenis ini haruslah seperti telah disetujui oleh
Direksi
Lapangan.
2. Pemasangan langit-langit
(ceiling).
Pemasangan langit-langit untuk angkur penggantung
penahan penggantung langit-langit, konstruksi penggantung
haruslah digalvani, atau type yang diijinkan oleh Direksi
Lapangan.
3. Pengunci Model Ekor Burung.
Pengunci model ekor burung haruslah dari besi dengan
galvani yang lebih baik/tebal, dibentuk untuk menerima
angkur ekor burung dari besi seperti dispesifikasikan.

34
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Pengunci harus diisi dengan bahan pengisi yang mudah
dipindahkan untuk mengeluarkan gangguan dari
mortar/adukan.

j. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan.


Bahan cetakan harus dikirim ke lapangan sedemikian jauhnya
agar praktis penggunaannya, dan harus secara hati-hati
ditumpuk dengan rapi di tanah dalam cara memberi
kesempatan untuk pengeringan udara (alamiah).

k. Pemasangan Benda-benda yang Akan Ditanam di dalam Beton


Pemasangan pipa saluran listrik dan lain-lain yang akan
tertanam di dalam beton :
1. Penempatan saluran/pemimpaan harus sedemikian rupa
sehingga tidak mengurangi kekuatan struktur dengan
memperhatikan persyaratan di dalam SNI 03-2847-2002 NI-
2
Bab 5.7.
2. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain
di dalam bagian-bagian struktur beton bila tidak ditunjuk
secara detail di dalam gambar. Di dalam beton perlu
dipasang sleeve/selongsong pada tempat-tempat yang dilewati
pipa.

3. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan didalam


gambar, tidak dibenarkan untuk menanam saluran listrik
di dalam struktur beton.
4. Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik, bagian-
bagian yang tertanam dalam beton dan lain-lain terhalang oleh
adanya baja tulangan yang terpasang, maka Penyedia jasa
konstruksi segera mengkonsultasikan hal ini dengan Direksi
Lapangan.
5. Tidak dibenarkan untuk membengkokkan/memindahkan
baja tulangan tersebut dari posisinya untuk memudahkan
dalam melewatkan pipa-pipa saluran tersebut tanpa ijin
tertulis dari Direksi Lapangan.
6. Semua bagian-bagian/peralatan tersebut yang ditanam
dalam beton seperti angkur-angkur, kait dan pekerjaan lain
yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton, harus
sudah dipasang sebelum pengecoran beton dilaksanakan.
7. Bagian-bagian/peralatan tersebut harus dipasang dengan
tepat pada posisinya dan diusahakan agar tidak
bergeser selama pengecoran dilakukan.

35
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
8. Penyedia jasa konstruksi Utama harus memberitahukan
serta memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk
memasang bagian-bagian/peralatan tersebut sebelum
pelaksanaan pengecoran beton.
9. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap
kosong pada benda/peralatan yang akan ditanam dalam
beton yang mana rongga tersebut diharuskan tidak terisi
beton harus ditutupi dengan bahan lain yang mudah
dilepas nantinya setelah pelaksanaan pengecoran beton.

7.3
Pelaksanaa
n a. Umum
Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh
dan terhindar dari bahaya kemiringan dan penurunan, sedangkan
konstruksinya sendiri harus juga kokoh terhadap pembebanan
yang akan ditanggungnya, termasuk gaya-gaya prategang dan
gaya-gaya sentuhan yang mungkin ada.
Penyedia jasa konstruksi harus memperhitungkan dan
membuat
langkah-langkah persiapan yang perlu sehubungan dengan
lendutan perancah akibat gaya yang bekerja padanya sedemikian
rupa hingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan bentuk
konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk
yang seharusnya.
Perancah harus dibuat dari baja atau kayu yang bermutu baik
dan tidak mudah lapuk. Pemakaian bambu untuk hal ini
tidak diperbolehkan. Bila perancah itu sebelum atau selama
pekerjaan pengecoran beton berlangsung menunjukan
tanda-tanda penurunan > 10 mm sehingga menurut
pendapat Direksi Lapangan hal ini akan menyebabkan
kedudukan (peil) akhir sesuai dengan gambar rancangan tidak
akan dapat dicapai atau dapat membahayakan dari segi
konstruksi, maka Direksi Lapangan dapat memerintahkan
untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan
dan mengharuskan Penyedia jasa konstruksi untuk
memperkuat perancah tersebut sehingga dianggap cukup
kuat. Biaya sehubungan dengan itu sepenuhnya menjadi
tanggungan Penyedia jasa konstruksi.
Gambar rancangan perancah dan sistem pondasinya atau
sistem lainnya secara detail (termasuk perhitungannya) harus
diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk disetujui dan
pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum
gambar tersebut disetujui.
36
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Perancah harus diperiksa secara rutin sementara pengecoran
beton berlangsung untuk melihat bahwa tidak ada
perubahan elevasi, kemiringan ataupun ruang/rongga.
Bila selama pelaksanaan didapati perlemahan yang
berkembang dan pekerjaan perancah memperlihatkan
penurunan atau perubahan bentuk, pekerjaan harus
dihentikan, diberlakukan pembongkaran bila kerusakan
permanen, dan perancah diperkuat seperlunya untuk
mengurangi penurunan atau perubahan bentuk yang lebih jauh.
Pada saat pengecoran, pelaksana dan surveyor harus
memantau terus menerus agar bisa dicegah penyimpangan-
penyimpangan yang mungkin ada.
Rancangan perancah dan cetakan sedemikian untuk
kemudahan pembongkaran untuk mengeliminasi kerusakan
pada beton apabila cetakan & perancah dibongkar.
Aturlah cetakan untuk dapat membongkar tanpa memindahkan
penunjang utama dimana diperlukan untuk disisakan pada
waktu pengecoran.

b. Pemasangan
Perancah dan cetakan harus sesuai dengan dimensi,
kelurusan dan kemiringan dari beton seperti yang ditunjukkan
pada gambar; dilengkapi untuk bukaan (openings), celah-
celah, pengunduran (recesses), chamfers dan proyeksi-proyeksi
seperti diperlukan. Cetakan-cetakan harus dibuat dari bahan
dengan kelembaban rendah, kedap air dan dikencangkan
secukupnya dan diperkuat untuk mempertahankan posisi
dan kemiringan serta mencegah tekuk dan lendutan antara
penunjang-penunjang cetakan.
Pekerjaan denah harus tepat sesuai dengan gambar dan
Penyedia jasa konstruksi bertanggung jawab untuk lokasi
yang benar. Garis bantu yang diperlukan untuk menentukan
lokasi yang tepat dari cetakan, haruslah jelas, sehingga
memudahkan untuk pemeriksaan.
Semua sambungan/pertemuan beton ekspose harus selaras
dan segaris baik pada arah mendatar maupun tegak,
termasuk sambungan-sambungan konstruksi kecuali seperti
diperlihatkan lain pada gambar.
Toleransi untuk beton secara umum harus sesuai SNI 03-
2847-2002.
Cetakan harus menghasilkan jaringan permukaan yang
seragam pada permukaan beton yang diekspose.

37
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Pembuatan cetakan haruslah sedemikian rupa sehingga pada
waktu pembongkaran tidak mengalami kerusakan pada
permukaan.
Kolom-kolom sudah boleh dipasang cetakannya dan dicor
(hanya
sampai tepi bawah dari balok diatasnya) segera setelah
penunjang dari pelat lantai mencapai kekuatannya sendiri.
Bagaimanapun, jangan ada pelat atau balok yang dicetak atau
dicor sebelum balok lantai dibawahnya bekerja penuh.
Pada waktu pemasangan rangka konstruksi beton bertulang,
Penyedia jasa konstruksi harus benar-benar yakin bahwa tidak
ada bagian dari batang tegak yang mempunyai
"plumbness"/kemiringan lebih atau kurang dari 10 mm, yang
dibuktikan dengan data dari surveyor yang diserahkan sebelum
pengecoran.

c. Pengikat Cetakan
Pengikat cetakan harus dipasang pada jarak tertentu untuk
ketepatannya memegang/menahan cetakan selama pengecoran
beton dan untuk menahan berat serta tekanan dari beton basah.

d. Jalur Kayu, Blocking dan Pencetakan Bentuk-bentuk


Khusus
(Moulding
)
Pasanglah di dalam cetakan jalur kayu, blocking, moulding,
paku- paku dan sebagainya seperti diperlukan untuk
menghasilkan penyelesaian yang berbentuk khusus/berprofil
dan permukaan seperti diperlihatkan pada gambar dan
bentuk melengkapi pemasangan paku untuk batang-batang
kayu dari ciri-ciri lain yang dibutuhkan untuk ditempelkan
pada permukaan beton dengan suatu cara tertentu. Lapislah
jalur kayu, blocking dan pencetakan bentuk khusus dengan
bahan untuk melepaskan.
e. Chamfers
Garis/lajur chamfers haruslah hanya dimana ditunjukkan
pada gambar-gambar arsitek saja.

f. Bahan untuk Melepas Beton (Release Agent)


Lapisilah cetakan dengan bahan untuk pelepas beton sebelum
besi tulangan dipasang. Buanglah kelebihan dari bahan
pelepas sehingga cukup membuat permukaan dari cetakan
sekedar berminyak bila beton maupun pada pertemuan beton
yang diperkeras dimana beton basah akan dicor/dituangkan.
38
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Jangan memakai bahan pelepas dimana permukaan beton
dijadwalkan untuk menerima penyelesaian khusus dan/atau
pakailah penutup dimana dimungkinkan.

g. Pekerjaan Sambungan
Untuk mencegah kebocoran oleh celah-celah dan lubang-lubang
pada cetakan beton ekspose, perlu dilengkapi dengan gasket, plug,
ataupun caulk joints. Cetakan sambungan-sambungan hanya
diijinkan dimana terlihat pada gambar kerja. Dimana
memungkinkan, tempatkan sambungan ditempat yang
tersembunyi. Laksanakan perawatan sambungan dalam 24
(dua puluh empat) jam setelah jadwal pengecoran.

h. Pembersihan
Untuk beton pada umumnya (termasuk cetakan untuk
permukaan terlindung dari beton yang dicat). Lengkapi dengan
lubang-lubang untuk pembersihan secukupnya pada bagian
bawah dari cetakan- cetakan dinding dan pada titik-titik lain
dimana diperlukan untuk fasilitas pembersihan dan
pemeriksaan dari bagian dalam dari cetakan utama untuk
pengecoran beton. Lokasi/tempat dari bukaan pembersihan
berdasar kepada persetujuan Direksi Lapangan.
Untuk beton ekspose sama dengan beton pada umumnya,
kecuali bahwa pembersihan pada lubang-lubang tidak
diijinkan pada cetakan beton ekspose untuk permukaan
ekspose tanpa persetujuan Direksi Lapangan.
Dimana cetakan-cetakan mengelilingi suatu potongan beton
ekspose dengan permukaan ekspose pada dua sisinya, harus
disiapkan cetakan yang bagian-bagiannya dapat dilepas
sepenuhnya seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
Memasang jendela, bila pemasangan jendela pada cetakan
untuk beton ekspose, lokasi harus disetujui oleh Direksi
Lapangan.
Perancah; batang-batang perkuatan penyangga cetakan
harus memadai sesuai dengan metoda perancah. Pemeriksaan
perancah secara sering harus dilakukan selama operasi
pengecoran sampai dengan pembongkaran. Naikkan bila
penurunan terjadi, perkuat/kencangkan bila pergerakan
terlihat nyata. Pasanglah penunjang-penunjang berturut-
turut, segera, untuk hal-hal tersebut diatas. Hentikan
perkerjaan bila suatu perlemahan berkembang dan
cetakan memperlihatkan pergerakan terus menerus
melampaui yang dimungkinkan dari peraturan. Pembersihan

39
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
dan pelapisan dari cetakan; sebelum penempatan dari
tulangan-tulangan, bersihkan semua cetakan pada muka
bidang kontak dan lapisi secara seragam/merata dengan
release agent untuk cetakan yang spesifik sesuai dengan
instruksi pabrik yang tercantum. Buanglah kelebihan dan
tidak diijinkan pelapisan pada tempat dimana beton ekspose
akan dicor. Pemeriksaan cetakan; Beritahukan kepada
Direksi Lapangan setidaknya 24 (dua puluh empat) jam
sebelumnya dalam pengajuan jadwal pengecoran beton.

i. Penyisipan dan Perlengkapan


Buatlah persediaan/perlengkapan untuk keperluan
pemasangan atau perlengkapan-perlengkapan, baut-baut,
penggantung, pengunci angkur dan sisipan di dalam beton.
Buatlah pola atau instruksi untum pemasangan dari macam-
macam benda.
Tempatkan expansion joint fillers seperti dimana
didetailkan.

j. Dinding-dinding
Buatlah dinding-dinding beton mencapai ketinggian, ketebalan
dan profil seperti diperlihatkan pada gambar-gambar. Lengkapi
bukaan/lubang-lubang sementara pada bagian bawah dari semua
cetakan-cetakan untuk kemudahan pembersihan dan
pemeriksaan. Tutuplah bukaan/lubang-lubang tersebut
setepatnya, segera sebelum pengecoran beton ke dalam cetakan-
cetakan dari dinding. Lengkapi dengan keperluan pengunci
di dalam dinding untuk menerima tepian dari lantai-lantai beton.

k. Cetakan untuk Kolom


Cetakan-cetakan untuk kolom haruslah dengan ukuran dan
bentuk seperti terlihat pada gambar-gambar. Siapkan bukaan-
bukaan sementara pada bagian bawah dari semua cetakan-
cetakan kolom untuk kemudahan pembersihan dan
pemeriksaan, dan tutup kembali dengan cermat sebelum
pengecoran beton.

40
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
l. Cetakan untuk Pelat dan Balok-balok
Buatlah semua lubang-lubang pada cetakan lantai beton seperti
diperlukan untuk lintasan tegak dari duct, pipa-pipa, conduit dan
sebagainya.
Puncak dari chamber (penunjang) harus sesuai dengan gambar.
Lengkapi dengan dongkrak-dongkrak yang sesuai, baji-baji atau
perlengkapan lainnya untuk mendongkrak dan untuk mengambil
alih penurunan pada cetakan, baik sebelum ataupun pada waktu
pengecoran dari beton.

m. Pembongkaran Cetakan dan Pengencangan Kembali


Perancah
(Reshoring
)
Pembongkaran cetakan harus sesuai dengan SNI 03-2847-
2002. Secara hati-hati lepaslah seluruh bagian dari cetakan
yang sudah dapat dibongkar tanpa menambah tegangan
atau tekanan terhadap sudut-sudut, offsets ataupun bukaan-
bukaan (reveals). Hati-hati lepaskan dari pengikat. Pengikatan
terhadap segi arsitek atau permukaan beton ekspose dengan
menggunakan peralatan ataupun description ataupun tidak
diijinkan. Lindungi semua ujung-ujung dari beton yang tajam
dan secara umum pertahankan keutuhan dari desain.
Bersihkan cetakan-cetakan beton ekspose secepatnya
setelah pembongkaran untuk mencegah kerusakan pada bidang
kontak. Pemasangan kembali perancah segera setelah
pembongkaran cetakan, topang/tunjang kembali sepenuhnya
semua pelat dan balok sampai dengan sedikitnya tiga
lantai dibawahnya. Pemasangan perancah kambali harus
tetap tinggal ditempatnya sampai beton mencapai kriteria
umur kekuatan tekan 28 (dua puluh delapan) hari. Periksa
dengan teliti kekuatan beton dengan test silinder dengan biaya
Penyedia jasa konstruksi.
Penunjang-penunjang sementara, sebelum pengecoran beton;
tulangan menerus balok-balok dengan bentang panjang 12 (dua
belas) m haruslah ditunjang dengan penopang-penopang
sementara sedemikian untuk me"minimum"kan lendutan akibat
beban dari beton basah.
Penunjang-penunjang sementara harus diatur sedemikian
selama pengecoran beton dan selama perlu untuk mencegah
penurunan dari penunjang karena tingkatan kerja. Perancah
harus tidak boleh dipindahkan sampai beton mencapai
kekuatan yang mencukupi ( > 80 % f’c).
41
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
n. Pemakaian Ulang Cetakan
Cetakan-cetakan boleh dipakai ulang hanya bila betul-
betul dipertahankan dengan baik dan dalam kondisi yang
memuaskan bagi Direksi Lapangan. Cetakan-cetakan yang tidak
dapat benar- benar dikencangkan dan dibuat kedap air, tidak
boleh dipakai ulang. Bila pemakaian ulang dari cetakan
disetujui oleh Direksi Lapangan, bagian pembersihan
cetakan, dan memperbaiki kerusakan permukaan dengan
memindahkan lembaran-lembaran yang rusak.
Cetakan-cetakan dari kayu, persiapkan untuk pemakaian
ulang
dengan membersihkan secara menyeluruh dan melapis ulang
dengan lapisan untuk cetakan. Perbaiki kerusakan pada cetakan
dan bongkar/buanglah papan-papan yang lepas atau rusak.
Agar supaya cetakan yang dipakai ulang tidak akan
ada tambalannya yang diakibatkan oleh perubahan-
perubahan, cetakan untuk beton ekspose pada bagian yang
terlihat hanya boleh dipakai ulang hanya pada potogan-
potongan yang identik. Cetakan tidak boleh dipakai ulang bila
nantinya mempengaruhi mutu dan hasil pada bagian
permukaan yang tampak dari beton ekspose akibat cetakan
akan ada bekas jalur akibat dari plywood yang robek atau lepas
seratnya.
Sehubungan dengan beban pelaksanaan, maka beban
pelaksanaan harus didukung oleh struktur-struktur
penunjangnya dan untuk itu Penyedia jasa konstruksi harus
melampirkan perhitungan yang berkaitan dengan rancangan
pembongkaran perancah.

VIII. PEKERJAAN STRUKTUR RANGKA BADAN (KAYU)


8.1 Lingkup Pekerjaan :
a. Pemasangan balok kayu rangka badan

8.2 Persyaratan Bahan :


a. Jenis kayu yang dipakai adalah Kayu kelas I kering (diawetkan), mutu
A
digunakan untuk seluruh pekerjaan kayu yang disebutkan
diatas.
b. Dihindarkan adanya cacat kayu antara lain yang berupa putik kayu,
pecah- pecah, mata kayu, melintang, basah dan lapuk.
c. Syarat-syarat kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi
syarat
PPKI.

42
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
d. Jenis kayu yang dipakai harus sesuai dengan pekerjaan kayu
yang disebutkan diatas, terkecuali untuk seluruh jenis kayu lain
seperti dinyatakan dalam gambar.
e. Bahan Perekat : Untuk perekat digunakan lem kayu yang bermutu
baik.
Semua permukaan rangka kayu harus diserut halus, rata, lurus
dan siku.

8.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan :


a. Semua ukuran kayu yang tertera pada gambar adalah ukuran
jadi
(sesudah diserut dan difinishing) dan harus lurus tanpa cacat,
tidak bengkah dan lain- lain, yang dapat menurunkan kualitas kayu
serta kualitas pekerjaan.
b. Untuk semua kayu seperti diuraikan diatas, dipotong dan diserut
pada bagian kayu yang harus diserut dengan kualitas terbaik, halus
dan licin.
c. Harus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk rangka
kayu dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin
kekuatannya, dengan memperhatikan/menjaga kerapihan terutama
untuk bidang- bidang yang tampak, tidak boleh ada lubang-
lubang atau bekas penyetelan.
d. Permukaan kayu yang terlihat bekas pemakuan harus didempul
atau sejenisnya sehingga permukaan menjadi rata kembali.

B. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN


ARSITEKTURAL I. PEKERJAAN DINDING DAN
LANTAI
1.1 Lingkup Pekerjaan
:
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya
pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang baik.
b. Pekerjaan dinding, lantai papan ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk
pengawas lapangan.

1.2 Persyaratan Bahan :


a. Jenis kayu yang dipakai adalah Kayu kelas I kering (diawetkan),
mutu A digunakan untuk seluruh pekerjaan kayu yang disebutkan
diatas.
b. Dihindarkan adanya cacat kayu antara lain yang berupa putik kayu,
pecah- pecah, mata kayu, melintang, basah dan lapuk.
c. Syarat-syarat kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi syarat

PPKI.

43
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
d. Jenis kayu yang dipakai harus sesuai dengan pekerjaan kayu
yang disebutkan diatas, terkecuali untuk seluruh jenis kayu lain
seperti dinyatakan dalam gambar.

1.3 Persyaratan Pelaksanaan :


a. Bahan-bahan yang akan dipergunakan, sebelum dipasang, terlebih
dahulu harus diperiksa oleh konsultan Pengawas/Konsultan Perencana
untuk mendapatkan persetujuannyasecara tertulis.
b. Sebelum pemasangan didinglantai dari papan terlebih dahulu harus
diketam rapi dan dipasang lurus horisontal.
c. Sebelum digunakan papan harus dikeringkan/dijemur pada matahari
panas.
d. Pasangan Dinding dipasang sesuai dengan alur lidah dan
dikunci
dengan paku 2“ dan lantai dipasang berlawanan dengan alur
gelagar.

II. PEKERJAAN PINTU DAN


JENDELA
2.1 Lingkup Pekerjaan
:
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya
pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang baik.
b. Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan pasangan pintu dan jendela
yang disyaratkan dalam gambar.
c. Cara pengerjaan, bentuk, volume serta detail-detail ukuran lainnya
sesuai dengan yang tercantum dalam gambar dan RAB.

2.2 Persyaratan Bahan


:
a. Jenis kayu yang dipakai adalah Kayu kelas I kering (diawetkan),
mutu A
digunakan untuk seluruh pekerjaan kayu yang disebutkan diatas.
b. Dihindarkan adanya cacat kayu antara lain yang berupa putik kayu,
pecah- pecah, mata kayu, melintang, basah dan lapuk.
c. Syarat-syarat kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi
syarat
PPKI.
d. Jenis kayu yang dipakai harus sesuai dengan pekerjaan kayu
yang disebutkan diatas, terkecuali untuk seluruh jenis kayu lain
seperti dinyatakan dalam gambar.
e. Bahan Perekat :
Untuk perekat digunakan lem kayu yang bermutu baik.
Semua permukaan rangka kayu harus diserut halus, rata, lurus
dan siku.

2.3 Persyaratan Pelaksanaan :

44
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman
dalam bidang tersebut.
b. Ukuran, tata letak dan bentuk pintu harus menyesuaikan gambar
kerja.

III. PEKERJAAN RANGKA


ATAP
3.1 Lingkup Pekerjaan :
a. Pekerjaan ini menggunakan struktur atap kayu kelas I, yaitu pekerjaan
pembuatan dan pemasangan struktur atap berupa kuda-kuda,
gording, nok, murplat, kasau dan reng.
b. Rangka atap yang digunakan merupakan kayu local berkualitas
baik, yang disetujui konsultan pengawas.
c. Seluruh rangka tersebut disambung dengan menggunakan paku
maupun baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan jumlah
yang cukup.
d. Untuk meletakkan material penutup atap, dipasang rangka
reng (batten) langsung diatas struktur rangka atap utama dengan
jarak yang disesuaikan dengan ukuran sirap.
e. Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke lapangan,
perangkaian dan ereksi, seperti tercantum dalam gambar kerja
meliputi :
1. Pekerjaan rangka atap
2. Pekerjaan reng

3.2 Persyaratan Bahan :


a. Material struktur rangka atap
1. Kayu kelas I, Uk. 6/12 cm untuk matrial kuda-kuda dan
gording, Uk. 5/7 untuk kasau dan Uk. 2/3 untuk pasangan reng.

3.3 Persyaratan Pelaksanaan :


e. Perangkaian rangka batang dilakukan di lapangan sesuai dengan
hasil pengukuran terakhir dan sesuai dengan aktual dilapangan.
f. Perangkaian harus memperhatikan bentuk, ukuran, dan
gambar
desain.
g. Dalam proses erection rangka atap, harus diperhatikan support
sementara untuk menjaga stabilitas rangka atap setelah dipasang.
Support sementara ini tidak boleh dilepas sebelum rangka kuda-
kuda dinyatakan cukup kuat oleh tenaga ahli.

45
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
h. Jarak antar kuda-kuda, jarak ikatan angin/bracing maksimum
adalah maksimal 3 meter.
i. Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain yang
terkait, harus dilaksanakan sesuai gambar dan desain yang telah
dibuat.
j. Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar
kerja.
k. Pihak Penyedia Jasa harus menyiapkan semua struktur
balok
penopang dengan kondisi rata air (waterpas level) untuk dudukan
kuda
- kuda sesuai dengan desain sistem rangka
atap.
l. Pihak Penyedia Jasa harus menjamin kekuatan dan ketahanan
semua struktur yang dipakai untuk tumpuan kuda-kuda.
Berkenaan dengan hal itu, pihak konsultan ataupun tenaga
ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi-reaksi perletakan
kuda- kuda.

IV. PEKERJAAN PENUTUP


ATAP
4.1 Lingkup Pekerjaan :
b. Bagian pekerjaan yang dilaksanakan adalah menutup semua bidang
atap bangunan.

4.2 Persyaratan Bahan :


a. Atap Untuk atap digunakan bahan atap Sirap dengan ketebalan
0.25. b. Listplank dan Tawing Layar.
c. Menggunakan Listplank Kayu kelas I 3/20 dan 3/10 kualitas
baik dengan lebar sesuai gambar. Apabila dijumpai pemasangan yang
tidak lurus, maka bagian tersebut harus dibongkar dan diperbaiki
kembali atas beban Penyedia Jasa .

4.3 Persyaratan Pelaksanaan :


a. Pemasangan penutup atap genteng metal disusun rapi dengan
bertumpu pada reng, dan pada bagian sisi kiri dan kanan sebagai
pengunci sebaiknya genteng lekatkan dengan dipakukan pada reng.
b. Tiap sambungan diberi tindisan sesuai dengan spesifikasi
pabrik.
Minimal tindisan antara satu lembaran dengan lembaran lainnya
2,5 alur. Alur harus dipasang merata (tidak bolak balik), sehingga
hasil akhir pasangan akan rapi.
c. Bubungan ditutup dengan bahan yang sama dengan ketebalan setara
BJLS 35 mm, tindisan antara satu lebaran bubungan dengan lembaran
bubungan lainnya harus sesuai dengan persyaratan pabrik.
d. Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga
tidak berakibat bocor.

46
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
e. Apabila terjadi kebocoran setelah pemasangannya, maka bagian
yang bocor tersebut harus dibongkar dan dipasang baru.

V. PEKERJAAN KUNCI, PENGGANTUNG, & LIST PROFIL


5.1 Lingkup Pekerjaan :
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya
pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang baik.
b. Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan penggantung dan pengunci
untuk pintu-pintu, jendela dan tempat lain yang disyaratkan dalam
gambar.
d. Cara pengerjaan, bentuk, volume serta detail-detail ukuran lainnya
sesuai dengan yang tercantum dalam gambar dan RAB.

5.2 Persyaratan Bahan :


a. Produksi pabrik kualitas baik merk kodai, 777, dan Omco.
b. Kunci 2 (dua) slaag dan berkotak baja, baut-baut dan ungkitnya
terbuat dari stainless steel.
c. Pegangan (handle) dari bahan stainless steel dan solid nylon, engsel-
engsel stainless steel dengan memakai ring nylon ukuran 3 x 4 inch.
d. Engsel pintu dipakai engsel kupu-kupu, dipasang sekurang-
kurangnya 3 (tiga) buah untuk setiap daun pintu dan 2 untuk daun
jendela dengan menggunakan sekrup kembang dengan warna yang
sama, jumlah engsel yang dipasang harus diperhitungkan menurut
beban dan berat daun pintu, setiap engsel memikul beban maximum
20 kg.

5.3 Persyaratan Pelaksanaan :


a. Pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman
dalam bidang tersebut.
b. Semua kunci, engsel harus dilindungi dan dibungkus plastik
atau tempat aslinya setelah di coba, pemasangannya dilakukan
setelah bangunan selesai di cat.
c. Sekrup harus cocok dengan barang yang dipasang, jangan memukul
sekrup, cara menyocokkan hanya diputar sampai ujung, sekrup yang
rusak waktu dipasang harus dicabut kembali dan diganti.
c. Engsel untuk pintu kayu dipasang 30 cm dari tepi atas dan bawah
sedang untuk engsel ke 3 (tiga) dipasangan ditengah.
d. Semua kunci tanam haru terpasang dengan kuat pada rangka
daun
pintu, dipasang setinggi 90 cm dari lantai atau sesuai gambar.

VI. PEKERJAAN ORNAMEN


6.1 Lingkup Pekerjaan :
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya
pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang baik.
47
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
b. Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan Ornamen Burung
Tinggang
Dan Ornamen Dayak yang disyaratkan dalam gambar.
c. Cara pengerjaan, bentuk, volume serta detail-detail ukuran lainnya
sesuai dengan yang tercantum dalam gambar dan RAB.

6.2 Persyaratan Bahan :


a. Produksi pabrik kualitas baik.
b. Plat Besi Dengan tebal 5
mm.
c. Pengecetan Dengan Cat Anti Korosi Dan Cat
Minyak.

6.3 Persyaratan Pelaksanaan :


a. Pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman
dalam bidang tersebut.
b. Semua Ornamen Dilapis Dengan Cat Minyak Dan Cat Anti
Korosi.

VII. PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA PVC

7.1 Lingkup Pekerjaan :


a. Material pipa PVC diameter 4” yang digunakan adalah yang memenuhi
standard dengan panjang efektif tidak lebih dari 6 meter dengan volume
yg sesuai dengan gambar teknis
b. Pipa yang ditawarkan harus buatan pabrik. Setiap pipa harus
mempunyai tanda/cap pada bagian luar yang menunjukkan diameter
nominal, kelas, nama pabrik pembuat dan trade mark.
c. Kontraktor harus menyediakan peralatan pekerjaan sementara,
tenaga kerja, dan bahan serta memobilisasikan yang diperlukan
untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan dengan cara yang baik,
termasuk sambungan ke pipa yang ada, pengujian, penggelontoran
(flushing), desinfeksi jalur pipa dan semua pekerjaan yang
diperlukan untuk penyelesaian pemasangan pipa sesuai persyaratan
yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis ini.
d. Setiap sambungan pipa harus di periksa dengan baik dan berkualitas
agar tidak terjadi kebocoran dan kerusakan.
e. Jika ada pekerjaan yang tidak tercakup dalam spesifikasi teknis ini
akan dilakukan sesuai dengan cara yang telah digunakan untuk bidang
teknis yang besangkutan di Indonesia dan menurut perintah direksi.
f. Semua penjelasan dalam persayaratan teknis ini khususnya yang
bersifat teknis selalu berpedoman pada standar yang umum dipakai di
Indonesia
g. Pipa bawah lapangan memiliki lubang untuk masuknya air kedalam
pipa, diperhatikan pada gambar kerja cara pemasangan dan jarak serta
ukuran lubang yang telah di tentukan.

VIII. PEKERJAAN PERPIPAAN DAN PERLENGKAPAN SANITASI


48
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
8.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Perpipaan dan Perlengkapan Sanitasi meliputi
pemasangan seluruh jaringan air bersih, air kotor, pemasangan stop
kran, floor drain, pipa hawa, septicktank, kloset jongkok, bak air fibre
glass, instalasi air di dalam bangunan serta saluran air hujan.

8.2 Persyaratan Bahan :


a. Pipa PVC diameter ½” dan diameter ¾” untuk keperluan air bersih
digunakan dengan tekanan kerja 7 Kg/cm2. Alat penyambung
digunakan dari jenis bahan yang sama dengan bahan untuk pipa.
Stop kran ¾”
Kran diameter ½”
Saringan air kotor/floor drain dari plat galvanis kualitas baik.
Kloset duduk standart
Shower

8.3 Persyaratan Pelaksanaan :


a. Pemasangan pipa-pipa di dalam bangunan dipasang di dalam dinding
(in bouw). Pasangan pipa-pipa tersebut harus horizontal dan vertikal,
tidak boleh dipasang miring.
b. Air diambil dari sumber air (sumur gali/sumur bor) dengan
menggunakan pompa. Pengambilan air tersebut dihubungkan dari
pompa ke toren air memakai pipa PVC diameter ¾”. Dari toren
disalurkan ke dinding terdekat tempat pemakaian air dengan
menggunakan pipa PVC ¾”. Darisini digunakan shock ½”- ¾” untuk
merubah besaran pipa ke ½”. Pipa ½” ditanam di dalam dinding,
dikeluarkan pada tempat-tempat yang dibutuhkan dan digunakan
kran air diameter ½”. Pipa pengambilan dan pipa distribusi harus
ditanam di dalam tanah.
c. Tandaon air berada di area tersendiri (sesuai gambar). Diatas Menara
dipasang bak air dari fiber glas dengan ukuran isi 1 m3 air.
d. Setelah selesai pemasangan seluruh jaringan air, harus
dilakukan
pengetesan yang disaksikan oleh Kontraktor dan Konsultan
Lapangan. Pengujian harus menghasilkan tekananhidraulik sebesar
10 kg/cm2 selama satu jam tanpa penurunan tekanan.
Segala cacat dankekurangan-kekurangan yang dijumpai dari hasil
pengujian harus diperbaiki dan semua biayayang timbul akibat
kegagalan pengujian adalah taggungan Kontraktor.
e. Air kotor dari MCK dialirkan dengan pipa 2” dan 4” kesaluran terdekat.
f. Pembuangan air limbah/kotoran dari wastafel dialirkan dengan
pipa PVC diameter 2” kesepticktank. Pada tempat-tempat tertentu
sebelum pipa dihubungkan ke septicktank, harus dipasang satu
buah bak kontrol.
g. Segala sesuatunya mengenai bentuk, ukuran maupun kapasitas
septicktank/beerput harus dilaksanakan sesuai gambar yang
bersangkutan.
49
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
h. Didalam KM/WC dilengkapi satu buah bak air dari fiber kualitas baik.
i. Untuk lokasi pekerjaan yang sudah mempunyai jaringan PDAM sumber
air untuk kebutuhansekolah diambil dari Jaringan PDAM tersebut.
Segala biaya yang timbul dari penyambungan air ini dibebankan
pada kontraktor.

IX. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

9.1 Lingkup Pekerjaan :


Pekerjaan instalasi listrik meliputi pemasangan seluruh jaringan
instalasi di dalam bangunan,pemasukan arus yang bersumber dari
instalasi PLN (Perusahaan Listrik Negara) atau genset, penyediaan bola
lampu, kabel- kabel, pipa-pipa PVC, tiang listrik dan sebagainya sehingga
listrikmenyala. Jumlah titik lampu dan stop kontak yang harus dipasang
disesuai dengan jumlah yang terteradalam gambar. Titik lampu dan stop
kontak mengandung maksud tempat mata lampu dan stop kontakyang telah
dipasang kabel-kabel yang diperlukan sehingga arus listrik sudah berfungsi
pada titiktersebut.

9.2 Bahan-bahan yang digunakan :


a. Kabel NYM Kabel dengan 3 inti untuk satu pass Inti copper dibugkus
dengan isolasi PVC Isolasi 2 lapis menyelibungi inti1
b. Kabel NYAIsolasi PVC, luas penampang minimum yang boleh
digunakan
2,5 mm2 Kawat BC, kawat tembaga yang telanjang.
c. Steker stop kontak dan saklar dari kualitas baik setara broco.
d. Bola lampu dan armaturnya adalah produksi Nasional atau yang
sekualitas

9.3 Persyaratan Pelaksanaan :


a. Pemasangan instalasi listrik dan tata letak titik lampu/stop kontak
serta jenis armatur lampu yang dipakai harus dikerjakan sesuai
dengan gambar instalasi listrik. Sedangkan sistim pemasangan pipa-
pipa listrik pada dinding maupun beton harus ditanam (sistem
inbouw) dan penarikan kabel (jaringan kabel) diatas plafond diikat
dengan isolator khusus dengan jarak 1,00 atau 1,20 m, atau jaringan
kabel diatas plafond tersebut dimasukkan dalam pipa PVC. Khusus
untuk instalasi stop kontak harus dilengkapi kabel arde (pentanahan)
sesuai denganperaturan yang berlaku (mencapai dan terendam air
tanah).
b. Pemasangan instalasi listrik berikut penggunaan bahan/komponen-
komponennya harusdisesuaikan dengan sistem tegangan lokal 220
Volt.
c. Pengujian instalasi listrik harus dilakukan kontraktor pada beban
penuh selama 1 x 24 jam secara terus menerus. Semua biaya yang timbul
akibat pengujian ini menjadi tanggung jawab kontraktor.
d. Kontraktor berkewajiban memasukkan arus yang bersumber dari
instalasi PLN. Pemasukan arus ini bila harus menambah tiang maka
50
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
kontraktor harus menambah tiang beton pracetak. Biaya penambahan
tiang dan kabel listrik menjadi beban Kontraktor.

X. PEKERJAAN TANDON
10.1 Lingkup Pekerjaan
:
Lingkup pekerjaan tandon meliputi:
a. Pekerjaan struktur Beton
b. Pekerjaan struktur baja
c. Pekerjaan lantai kerja

10.2 Bahan-bahan yang digunakan


:
a. Pekerjaan struktur beton
1. Pondasi
Bahan yang di gunakan yaitu besi Ø16 SNI dengan menggunkan
mutu beton f’c = 21.7 Mpa (K250).
2. Sloof
Bahan yang di gunakan yaitu besi Ø8 dan Ø12,dengan
menggunkan mutu beton f’c = 21.7 Mpa (K250).
3. Kolom
Bahan yang di gunakan yaitu besi Ø8 dan Ø16 SNI
dengan menggunkan mutu beton f’c = 21.7 Mpa (K250).
4. Lantai daak
Bahan yang di gunakan yaitu besi Ø8 dengan menggunkan mutu
beton f’c = 21.7 Mpa (K250).

b. Pekerjaan Stukuktur Baja


1. Kolom Baja
Bahan yang di gunakan adalah IWF 200.100.5,5.8 dengan plate
besi baja 16 mm dan angkur 16 mm
2. Balok Baja
Bahan yang di gunakan adalah IWF 200.100.5,5.8 dengan plate
besi baja 12 mm dan baut pengikat HTB 12
3. Ringbalk Baja
Bahan yang di gunakan adalah IWF 200.100.5,5.8 dengan plate
besi baja 12 mm dan baut pengikat HTB 12
4. Pengunci Kolom
Bahan yang di gunakan adalah IWF 200.100.5,5.8 dengan plate
besi baja 12 mm dan baut pengikat HTB 12

c. Pekerjaan Lantai
Material yang di gunakan yaitu besi Ø8 dengan menggunkan mutu
beton f’c = 21.7 Mpa (K250).

10.3 Persyaratan
Pelaksanaan:
51
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
a. Pelaksanaan struktur beton
1. Pekerjaan Persiapan
• Membuat shop drawing dan mengkoordinasikan / melaporkan
kepada Konsultan Pengawas, untuk selanjutnya mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Perencana dan diketahui Pimpinan Proyek
;
• Memeriksa kembali gambar serta perhitungan konstruksi yang
dibuat oleh Konsultan Perencana, jika terdapat hal yang dianggap
meragukan serta membahayakan, Kontraktor Pelaksana harus
melaporkan kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan
dilanjutkan kepada Konsultan Perencana. Sebelum ada
kepastian dari kebenaran perhitungan tersebut, Kontraktor
Pelaksana tidak diijinkan meneruskan bagian pekerjaan tersebut.

2. Pekerjaan Penulangan
• Pembengkokan, pemotongan dan penempatan tulangan harus
sesuai dengan gambar kerja ;
• Pengikat antara tulangan pokok dan tulangan sengkang harus
dilakukan dengan kuat menggunakan kawat baja, sehingga
menjamin tulangan-tulangan tersebut tidak berubah tempat selama
pengecoran dan penggetaran berlangsung ;
• Rangka tulangan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga
terdapat jarak bebas dari bekisting atau lantai kerja setebal/sejauh
selimut beton yang diperlukan ( antara 2 cm – 4 cm ).
3. Persiapan Pengecoran
Sebelum Pengecoran beton dilakukan, kontraktor wajib melaporkan
kepada konsultan pengawas untuk pemeriksaan ( berupa
penggunann bahan tulangan dan diminta persetujuannya untuk
memulai pengecoran, hal ini berlaku untuk semua pekerjaan beton
bertulang.
4. Pengecoran
Pengecoran beton dapat dilakukan setelah
:
a. Direksi / Pengawas lapangan selesai memeriksa dan
menyetujui acuan / bekisting yang dibuat
b. Direksi / Pengawas Lapangan selesai memeriksa dan
menyetujui pembesian yang akan di cor, dan harus bersih dari
kotoran
c. Direksi / Pengawas lapangan telah menerima Campuran Beton
untuk pengecoran.
Pemadatan struktur dilakukan dengan menggunakan alat penggetar
( Vibrator ) dengan kondisi baik.
Untuk melindungi beton yang dicor dari cahaya Matahari, hujan
maupun angin sampai beton tersebut mengeras dengan baik
dan untuk pengeringan yang terlalu cepat, maka harus
dilakukan perawatan sebagai berikut :
a. Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton dibasahi
sampai
52
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
cetakan tersebut di bongkar.
b. Membasahi permukaan atas adukan beton selama 14 hari
terus menerus setelah adukan beton cukup keras.

5. Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan hati-hati dan
mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas. Beton yang masih muda
tidak diijinkan untuk dibebani segera. Setelah cetakan dibongkar
permukaan beton diperiksa, jika terdapat permukaan yang cacat
akibat pembungkaran bekisting maupun oleh proses pengecoran
maka kontraktor harus segera memperbaikinya.
Umumnya diperlukan waktu sekurang-kurangnya 4 ( empat ) hari
sebelum cetakan dibuka untuk bagian dinding-dinding yang tidak
bermuatan dan cetakan-cetakan lainnya sampai 7 ( tujuh ) hari
untuk dinding-dinding pemikul serta 21 (dua puluh satu) hari
untuk pemikul beban dan plat lantai.

Bahan-bahan bekas cetakan yang sudah tidak digunakan lagi harus


segera dikumpulkan serta segera dkeluarkan dari lokasi agar tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
Seluruh pekerjaan dan pembuatan dan pembongkaran bekisting
harus sesuai dengan PBI 1971.

b. Pelaksanaan struktur
baja
1. Pekerjaan Persiapan
a. Membuat shop drawing dan mengkoordinasikan / melaporkan
kepada Konsultan Pengawas, untuk selanjutnya mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Perencana dan diketahui Pimpinan
Proyek ;
b. Memeriksa kembali gambar serta perhitungan konstruksi
yang
dibuat oleh Konsultan Perencana, jika terdapat hal yang dianggap
meragukan serta membahayakan, Kontraktor Pelaksana harus
melaporkan kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan
dilanjutkan kepada Konsultan Perencana. Sebelum ada kepastian
dari kebenaran perhitungan tersebut, Kontraktor Pelaksana tidak
diijinkan meneruskan bagian pekerjaan tersebut.

2. Pengelasan
a Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC
Specification dan baru dapat dilaksanakan setelah mendapatkan
ijin tertulis dari Konsultan / Direksi. Pengelasan harus dilakukan
dengan las listrik, bukan dengan las karbit.
b Kawat las yang dipakai adalah harus dari produk yang disetujui
oleh Konsultan / Direksi. Ukuran kawat las disesuaikan dengan
tebal pengelasan.

53
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
c Kontraktor harus menyediakan tukang las yang berpengalaman
dengan hasil pengalaman yang baik dalam dalam melaksanakan
konstrksi baja sejenis. Hal ini harus dibuktikan dengan
menunjukkan sertifikat yang masih berlaku.
d Kontraktor harus memperhatikan dengan seksama tipe dan
ukuran las yang tercantum di dalam gambar (las sudut, las tumpul
dan lain- lain), dan Kontraktor harus mempunyai alat untuk
mengukur tebal las sehingga dengan mudah dapat diketahui
apakah tebal las sudah sesuai dengan gambar atau tidak.
e Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dari
cat, minyak, karat dan bekas-bekas potongan api yang kasar
dengan menggunakan mechanical wire brush dan untuk
daerah-daerah yang sulit dapat digunakan sikat baja. Bekas
potongan api harus dihaluskan dengan menggunakan gurinda
agar permukaan baja menjadi baik. Kerak bekas pengelasan
harus dibersihkan dan disikat.
f Metode pengelasan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
tidak timbul distorsi dan tegangan residual pada elemen
konstruksi baja yang dilas. Pengelasan pada pertemuan elemen-
elemen yang padat seperti pada tumpuan harus dilakukan dengan
teknik preheating.

g Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las (pengelasan


lebih dari satu kali), maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya
lapisan terdahulu harus dibersihkan dahulu dari kerak-kerak
las/slag dan percikan-percikan logam yang ada. Lapisan las yang
berpori-pori atau retak atau rusak harus dibuang sama sekali.
h Untuk memudahkan pelaksanaan serta mendapatkan mutu
pengelasan yang baik, maka pada dasarnya semua pekerjaan
pengelasan harus dilakukan di bengkel. Bila akan mengadakan
pengelasan lapangan harus seijin tertulis dari Konsultan / Direksi.
i Perhatian khusus diberikan pada pengelasan yang dilakukan
di lapangan (field weld), dimana posisi dari tukang las harus
sedemikian sehingga dapat dengan mudah melakukan pengelasan
dengan hasil yang baik tanpa mengabaikan keselamatan kerja.
j Pada semua pengelasan harus dilakukan pemeriksaan visual
untuk mengetahui apakah :
persiapan pengelasan sudah dilakukan dengan baik (bersih, gap
yang cukup dan lain-lain).
las yang ada tidak berpori, undercut, retak permukaan
atau cacat-cacat lain.
ukuran dan tipe las sudah sesuai gambar.

k Pada jumlah lokasi 30% dari seluruh lokasi pengelasan juga harus
dilakukan "Liquid Penetrant Test". Lokasi pengetesan ditentukan
oleh Konsultan / Direksi.
l Apabila dianggap perlu oleh Konsultan / Direksi atau apabila
ada
54
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
keraguan terhadap hasil "Liquid Penetrant Test" tersebut, maka
Konsultan / Direksi dapat meminta pada Kontraktor untuk
juga melakukan Radiographic Test.
m Laboratorium uji las yang ditunjuk harus mendapat persetujuan
Konsultan / Direksi dan semua biaya pengujian las menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

2. Baut Penyambung dan Angkur


a Kontraktor harus melakukan pengujian terhadap baut pada
laboratorium yang disetujui oleh Konsultan MK, sebelum Kontraktor
memesan baut yang akan dipakai.
b umlah baut yang diuji untuk masing-masing ukuran
adalah
minimum 3 (tiga)
buah.
c Walaupun test baut tersebut memenuhi syarat, Konsultan /
Direksi berhak untuk meminta diadakan uji baut lainnya dengan
jumlah 1 (satu) baut dari setiap 250 baut yang digunakan. Biaya
pengujian baut tersebut ditanggung oleh Kontraktor.
d Posisi lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai
dengan diameter baut. Jika tidak disebutkan secara khusus di
dalam gambar, maka diameter lubang baut maksimal 1.60 mm
(1/16 inci) lebih besar dari diameter baut. Kontraktor tidak boleh
membuat lubang baru di lapangan tanpa seijin Konsultan / Direksi.

e Pembuatan lubang baut harus memakai bor, untuk konstruksi


yang tipis, maksimum 10 mm, boleh memakai mesin pons.
Membuat lubang baut dengan api sama sekali tidak diperkenankan.
f Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan dengan
kunci
momen torsi yang sebelumnya sudah dikalibrasi, sebagai
berikut :

Diameter Baut Torsi


(inci) (mm) (lbs.ft) (kg.m)
½ 12 90 12,454
5/8 16 180 24,908
¾ 19 320 44,287
7/8 22 470 65,038
1 25 710 98,249
1 1/8 28 960 132,844
1¼ 32 1.350 186,872
1½ 38 2.580 357,018

g Setiap pengencangan baut harus dilakukan sampai mencapai


gaya tarik baut sesuai dengan spesifikasi AISC. Pelaksanaannya
harus diawasi secara langsung oleh Konsultan / Direksi.
h Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga
setelah
55
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
dikencangkan masih dapat paling sedikit 4 ulir yang menonjol
pada permukaan, tanpa menimbulkan kerusakan pada ulir baut
tersebut. Panjang baut yang tidak memenuhi syarat ini harus
diganti dan tidak boleh digunakan.
i Untuk menghindarkan adanya baut yang belum dikencangkan
maka baut-baut yang sudah dikencangkan harus diberi tanda
dengan cat.

3. Pengecatan
3.1 Persiapan Pengecatan
Semua permukaan elemen baja sebelum dicat harus bebas dari
:
1. lapisan mill, yaitu lapisan tipis mengkilap yang berasal
dari pabrik baja.
2. Karat
3. minyak dan bahan kimia lainnya.
4. kotoran yang akan mempengaruhi kualitas
pengecatan.

Pembersihan harus dilakukan dengan menggunakan


"mechanical wire brush" (sikat baja mekanis) dan tidak boleh
menggunakan sikat baja manual, kecuali hanya untuk
permukaan- permukaan yang betul-betul tidak dapat dijangkau
oleh "mechanical wire brush" tersebut, sebelum pengecatan
dilakukan. Pembersihan dengan menggunakan sand blasting
sangat dianjurkan, terutama untuk permukaan baja yang
mengalami korosi.

3.2 Pengecatan Primer/Dasar


Setelah persiapan pengecatan seperti tersebut di atas, elemen
baja dicat dasar sebagai berikut :

Item Cat Dasar


Tipe Zinc Chromate
Ketebalan 35 micron
Cat dilakukan di Workshop/ pabrik

Apabila cat dasar yang sudah dilakukan belum sempurna, maka


Kontraktor wajib memperbaiki kondisi ini dengan melakukan
pembersihan atas cat dasar tersebut dan pengecatan diulang
kembali sesuai dengan prosedur yang ada.

3.3 Cat Finish


Jika tidak disebutkan secara khusus maka cat finish harus
dilakukan 2 (dua) kali dengan ketentuan sebagai berikut :

56
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Item Cat Finish I Cat Finish II
Tipe Cat gloss enamel Cat gloss enamel
Ketebalan 30 micron 30 micron
Cat dilakukan di Pabrik Pabrik

Sama seperti cat dasar, maka cat finish I maupun cat finish II
baru boleh dilaksanakan setelah lapisan cat-cat sebelumnya
betul-betul kering. Kontraktor wajib melakukan pengecatan
sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan.
Hasil yang tidak sempurna, harus diperbaiki dan Kontraktor
bertanggung jawab atas segala risiko yang terjadi.

D. SYARAT-SYARAT PERATURAN
PENUTUP I. UMUM
1.1 Lingkup pekerjaan lain nya adalah Administrasi/dokumentasi, Biaya
kemananan/jaga malam, obatan-obatan/P3K, papan nama proyek lengkap.

1.2 Guna menghindari kesalahan dalam hal teknis pemasangan maka apabila
terdapat hal yang kurang jelas ataupun meragukan, Penyedia jasa konstruksi
harus segera memberitahukan kepada Direksi/Pengawas Lapangan dan
semua bahan sebelum dipasang terlebih dahulu mendapat persetujuan
Direksi/Pengawas Lapangan.

1.3 Meskipun dalam spesifikasi teknis ini pada uraian pekerjaan dan bahan-
bahan tidak dinyatakan dengan kata-kata tetapi harus disediakan
penyedia jasa konstruksi atau yang harus dilaksanakan oleh penyedia jasa
konstruksi, maka perkataan-perkataan tersebut dianggap ada, termuat
dalam spesifikasi teknis ini.

1.4 Pekerjaan tersebut harus tetap dilaksanakan dan diselesaikan oleh


penyedia jasa konstruksi demi untuk menuju penyerahan selesainya
pekerjaan yang lengkap dan sempurna menurut pertimbangan
Direksi/Pengawas Lapangan.

1.5 Apabila ada perubahan pekerjaan bentuk dan tata letak Penyedia
jasa konstruksi di wajibkan membuat As-Built Drawing sesuai dengan
hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan. Dan diperiksa oleh konsultan
pengawas.

57
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
1.6 Hal-hal yang belum masuk ataupun belum diatur dalam persyaratan
teknis ini akan dibahas lebih lanjut pada saat pelaksanaan pekerjaan di
lapangan atas dasar persetujuan Direksi Teknis, Konsultan Perencana,
Konsultan Pengawas dan Pelaksana yang akan dituangkan di dalam
Berita Acara Perubahan Pelaksanaan Pekerjaan di Lapangan atau Tambah
Kurang.

Ditetapkan Oleh :
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
DINAS PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
Kabupaten Murung Raya

BENNY SOULMAMBY, S. Pi
NIP. 19820323 2011 01 1 006

58
Rencana Kerja dan Syarat-syarat

Anda mungkin juga menyukai