Anda di halaman 1dari 86

SPESIFIKASI TEKNIS

KEGIATAN : PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM DRAINASE YANG


TERHUBUNG LANGSUNG DENGAN SUNGAI DALAM DAERAH
KABUPATEN/KOTA
PEKERJAAN : PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE DI JALAN
SAKAH KEMENUH
LOKASI : : KECAMATAN SUKAWATI
TAHUN : 2021
BAB I

SPESIFIKASI BAHAN BANGUNAN KONSTRUKSI

1.1 URAIAN UMUM


1.1.1 PEKERJAAN
1) Pekerjaan “PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE DI JALAN
SAKAH KEMENUH”
2) Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang, buruh
dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan termaksud.
3) Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat, Gambar–gambar Rencana, Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta
Addendum yang disampaikan selama pelaksanaan.

1.1.2 BATASAN/PERATURAN
Dalam melaksanakan pekerjaannya penyedia jasa harus tunduk kepada :
1) Undang – Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
2) Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
3) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang jasa Konstruksi
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 07/PRT/M/2014 tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi

1
6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 45/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
7) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 29/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
8) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 14/PRT/M/2017 tentang
Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung
9) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 26/PRT/M/2008 tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
10) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 20/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan
11) Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56)
12) Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971)
13) Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982)
14) Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
15) SKSNI T-15-1991-03
16) Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI)
17) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002

1.1.3 DOKUMEN KONTRAK


1) Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh penyedia jasa terdiri atas :
a) Surat Perjanjian Pekerjaan
b) Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran
c) Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan
d) Rencana Kerja dan Syarat-syarat
e) Addendum yang disampaikan oleh Konsultan pengawas selama masa pelaksanaan
2) Penyedia jasa wajib untuk meneliti gambar-gambar, Spesifikasi Teknis dan dokumen
kontrak lainnya yang berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ketidak-sesuaian antara
Spesifikasi Teknis dan gambar-gambar pelaksanaan, atau antara gambar satu dengan
lainnya, penyedia jasa wajib untuk memberitahukan/melaporkannya kepada Konsultan
pengawas. Persyaratan teknik pada gambar dan Spesifikasi Teknis yang harus diikuti
adalah :
a) Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka gambar
detail yang diikuti.

2
b) Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka yang
diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Konsultan pengawas lebih dahulu.
c) Bila tedapat perbedaan antara Spesifikasi Teknis dan gambar, maka Spesifikasi Teknis
yang diikuti kecuali bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas
mengakibatkan kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan
Konsultan pengawas.
d) Spesifikasi Teknis dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan
lengkap sedang Spesifikasi Teknis tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga
sebaliknya.
e) Yang dimaksud dengan Spesifikasi Teknis dan gambar di atas adalah Spesifikasi Teknis
dan gambar setelah mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam berita acara
penjelasan pekerjaan.
3) Bila akibat kekurangtelitian penyedia jasa Pelaksana dalam melakukan pelaksanan
pekerjaan, terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan, maka
penyedia jasa Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang
sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaikinya kembali setelah memperoleh
keputusan Konsultan pengawas tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.

A. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN PERSIAPAN


PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN
1. Keterangan Umum
a. Pekerjaan ini adalah Pekerjaan ”PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SALURAN
DRAINASE DI JALAN SAKAH KEMENUH” tersebut secara umum meliputi pekerjaan standar
maupun non standar.
b. Secara teknis, pekerjaan ini mencakup keseluruhan proses pembangunan dari persiapan
sampai dengan pembersihan/pemberesan halaman, dan dilanjutkan dengan masa
pemeliharaan seperti yang ditentukan, mencakup :
1) Pekerjaan Persiapan
2) Pekerjaan Drainase
2. Sarana Dan Cara Kerja

3
a. Penyedia jasa wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan meninjau tempat pekerjaan,
melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang
dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari proyek.
b. Penyedia jasa harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang cakap dan memadai
dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak akan mempekerjakan orang-orang
yang tidak tepat atau tidak terampil untuk jenis-jenis pekerjaan yang ditugaskan
kepadanya.penyedia jasa harus selalu menjaga disiplin dan aturan yang baik diantara
pekerja/karyawannya.
c. Penyedia jasa harus menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan seperti beton Concrete
Mixer, pompa air, timbris, waterpas, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan
untuk pekerjaan ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam kondisi baik.
d. Penyedia jasa wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh dan
menggunakan kemampuan terbaiknya. Penyedia jasa bertanggung jawab penuh atas
seluruh cara pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta pengaturan semua
bagian pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.
e. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh penyedia jasa sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan.
f. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan pengawas. Jika ada yang
kurang jelas maka bisa meminta persetujuan konsultan perencana atau langsung kepada
owner sebagai pemilik bangunan sebelum elemen konstruksi yang bersangkutan
dilaksanakan.
g. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, penyedia jasa Pelaksana sudah harus
menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
1) Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya.
2) Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar perubahan.
h. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat 7 harus diartikan telah memperoleh persetujuan
Konsultan pengawas setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
i. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan merupakan
bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan kesatu, kekurangan dalam
hal ini berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat dilakukan.
j. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Penyedia jasa, bila :

4
1) Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.
2) Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar pekerjaan
pokoknya yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya jalan,
halaman, dan lain sebagainya).
k. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa
pelaksanaan termasuk bowkeet dan direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa kontrak
berakhir, kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.

3. Pembuatan Rencana Jadwal Pelaksanaan


a. Penyedia jasa Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadwal pelaksanaan dalam
bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan butir-
butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran.
b. Pembuatan rencana jadwal pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh penyedia jasa Pelaksana
selambat-lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.
Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan
Konsultan pengawas.
c. Bila selama 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, penyedia jasa Pelaksana belum
menyelesaikan pembuatan jadwal pelaksanaan, maka penyedia jasa Pelaksana harus dapat
menyajikan jadual pelaksanaan sementara minimal untuk 2 minggu pertama dan 2 minggu
kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
d. Selama waktu sebelum rencana jadual pelaksanaan disusun, penyedia jasa Pelaksana harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang
harus dibuat pada saat dimulai pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan 2 mingguan ini harus
disetujui oleh Konsultan pengawas.

4. Ketentuan Dan Syarat-Syarat Bahan


a. Penyedia jasa harus menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah dan kualitas yang
sesuai dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Sepanjang tidak ada ketentuan lain
dalam Spesifikasi Teknis ini dan Berita Acara Rapat Penjelasan, maka bahan-bahan yang
dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat serta
ketentuan yang berlaku di Indonesia.

5
b. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Pemborong harus mengajukan contoh
bahan yang akan digunakan kepada Konsultan pengawas sebagai Konsultan pengawas yang
akan diajukan User dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan. Bahan-bahan
yang tidak memenuhi ketentuan seperti disyaratkan atau yang dinyatakan ditolak oleh
Konsultan pengawas tidak boleh digunakan dan harus segera dikeluarkan dari halaman
pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Konsultan pengawas ternyata masih dipergunakan
oleh Penyedia jasa, maka Konsultan pengawas memerintahkan untuk membongkar kembali
bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Semua kerugian akibat pembongkaran
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia jasa .
d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai, Konsultan pengawas
berhak meminta kepada penyedia jasa untuk memeriksakan bahan itu ke Laboratorium Balai
Penelitian Bahan yang resmi dengan biaya Penyedia jasa. Sebelum ada kepastian hasil
pemeriksaan dari Laboratorium, penyedia jasa tidak diizinkan untuk melanjutkan bagian-
bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut.
e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan dari
kerusakan.
f. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini, sedangkan
bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan diisyaratkan langsung di dalam
pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di belakang.
1) Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan
penyiraman guna pemeliharaan harus air tawar, tidak mengandung minyak, garam, asam
dan zat organik lainnya yang telah dikatakan memenuhi syarat, sebagai air untuk
keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium tidak lagi diperlukan rekomendasi
laboratorium.
2) Semen Portland (PC)
Semen Portland yang digunakan adalah jenis Semen Portland Gresik harus satu merek
Gresik untuk penggunaan dalam pelaksanaan satu satuan komponen bangunan, belum
mengeras sebagai atau keseluruhannya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara
dan didalam tempat yang memenuhi syarat sebagai air untuk menjamin kebutuhan kondisi
sesuai persyaratan di atas.

6
3) Pasir (Ps)
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran, lumpur,
asam, garam, dan bahan organik lainnya, yang terdiri atas :
a) Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir urug.
b) Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar adalah
terletak antara 0,075 sampai 1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut pasir pasang
c) Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat rekomendasi
dari laboratorium.
4) Batu Pecah (Split)
Split untuk beton harus menggunakan split dari batu kali hitam pecah, bersih dan bermutu
baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam PBI 1971.

PASAL 2 PEKERJAAN PERSIAPAN


Pekerjaan persiapan meliputi :
1. Pengamanan Lokasi pekerjaan dari kemungkinan terjadinya kerusakan-kerusakan yang
diakibatkan adanya pekerjaan seperti air hujan dan kerusakan bangunan disekitarnya.

2. Uitzet dan Pengukuran :


a. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran tinggi harus dilakukan pengukuran yang lebih cermat
sebagai data existing.
b. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran dimensi saluran yang akan dikerjakan telah ditetapkan
didalam gambar.
c. Jika terdapat perbedaan antara gambar yang satu dengan gambar yang lain, maka yang
mengikat adalah gambar dengan skala lebih besar (gambar detail) dengan ditanyakan terlebih
dahulu kepada Direksi atau kepada Pengawas.
d. Penetapan Elevasi tetap dijaga dan antara lain dengan mempergunakan alat-alat Theodolith.

3. Papan Nama Pekerjaan dipasang pada patok kayu yang kuat, ditanam dalam tanah dengan
ketinggian 1,5 meter. Ukuran Papan Nama Pekerjaan adalah 120 x 80 cm, tersebut dari bahan
multiplek tebal 9 mm, besar huruf disesuaikan. Papan nama pekerjaan hendaknya diletakkan

7
pada lokasi yang mudah terlihat atau atas saran direksi. Penyedia wajib membuat draft rencana
papan proyek, sebelum di buat.

4. Administrasi dan Dokumentasi Penyedia harus menyiapkan administrasi pelaksanaan pekerjaan


antara lain; buku harian pelaksanaan, laporan mingguan, prestasi fisik pekerjaan, schedule
pekerjaan dan prestasi, foto- foto kemajuan pekerjaan dibuat sesuai dengan laporan prestasi
pekerjaan, sedikit-dikitnya pada saat dilakukan opname kemajuan pekerjaan.Yang tidak termasuk
pekerjaan persiapan akan tetapi penyedia wajib menyiapkan dan menyediakan adalah :
a. Kantor Direksi dibuat untuk dapat menampung kegiatan rutin.
b. Kantor Penyedia, gudang bahan dan los kerja luasnya disesuaikan dengan kebutuhan dan
keamanan kerja para pekerja serta terlindungnya bahan banguan dari cuaca dan hujan.
c. WC darurat untuk Direksi, Penyedia dan pekerja secukupnya serta tersedia cukup air dan
terjamin kebersihannya.
d. Kantor direksi, kantor Penyedia/Los Kerja serta WC darurat setelah selesainya pekerjaan
adalah milik penyedia dan segera harus dibersihkan dari tempat pekerjaan.

5. Pembersihan lapangan, Penyedia wajib melakukan menjaga kebersihan lapangan, antara lain :
a. Pembersihan awal :
Penyedia wajib melakukan pembersihan lokasi sebelum pekerjaan dilaksanakan.
b. Pembersihan berkala :
Penyedia wajib menjaga kebersihan lokasi kegiatan selama kegiatan ini berlangsung.
Penyedia wajib menjaga ketertiban semua personil maupun penempatan barang maupun alat
agar tidak mengganggu ketertiban ataupun kebersihan di lokasi kegiatan.
c. Pembersihan akhir :
Penyedia wajib melakukan pembersihan terhadap sisa-sisa pekerjaan yang dilakukan, antara
lain : pembersihan tanah/galian. bekas beton, bekas bongkaran bangunan maupun sisa
pekerjaan lainnya.

6. Keselamatan dan kesehatan Kerja Pekerjaan Konstruksi. Alat keselamatan kerja umumnya
dikenal diperusahaan dengan sebutan Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective
Equipment (PPE). Secara umum, alat keselamatan kerja dan alat pelindung diri yang standar dan
harus dikenakan oleh semua orang pelaku industri konstruksi adalah sebagai berikut :

8
a. Penyiapan RK3K terdiri atas :
Pembuatan manual, prosedur, instruktur kerja, ijin kerja
b. Sosialisasi dan Promosi K3 terdiri atas :
1) Induksi K3 (Safety Induction); khusus untuk pekerja baru
2) Spanduk (banner)
3) Poster
4) Papan informasi K3
c. Alat Pelindung Kerja terdiri atas :
1) Jaring pengaman (safety net); 1m x 100m
2) Tali keselamatan (life line)
3) Penahan Jatuh (Safety deck)
4) Pagar pengaman (guard railing)
5) Pembatas area (restricted area)
d. Alat Pelindung Diri terdiri atas
1) Topi Pelindung (Safety Helmet)
2) Sarung Tangan (Safety Gloves)
3) Sepatu Keselamatan (Safety Shoes); untuk Staf
4) Rompi Keselamatan (Safety Vest)
e. Personil K3 terdiri atas :
1) Ahli K3
2) Petugas K3
f. Fasilitas sarana kesehatan;
1) Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Tabung Oksigen, Obat Luka, Perban, dll)
2) Ruang P3K (Tempat Tidur Pasien, Stetoskop, Timbangan Berat Badan, Tensi Meter, dll)
g. Rambu- Rambu terdiri atas :
1) Rambu Petunjuk
2) Rambu Larangan
3) Rambu Peringatan
4) Rambu Kewajiban
5) Rambu Informasi
6) Lampu Putar (Rotary Lamp) + sirine
h. Konsultan dengan Ahli terkait Keselamatan Konstruksi :
1) Ahli Struktur

9
i. Lain - lain terkait Pengendalian Risiko K3
1) Bendera K3
2) Alat Pemadam Api Ringan (APAR); 10 Kg
3) Jalur Evakuasi (escape route)
j. Penanganan Covid-19
1) Rapid Test Antigen
2) Alat Deteksi Suhu
3) Masker Wajah
4) Cairan Disinfektan
5) Alat Semprot Disinfektan Manual
6) Sabun
7) Hand Sanitizer
8) Tempat cuci tangan
9) Wastafel
10) Papan informasi sosialisasi protap Covid 19

Secara khusus pun, Alat-alat keselamatan kerja diciptakan menyesuaikan kebutuhan pekerjanya,
serta jenis pekerjaan yang dilakukan. Beberapa contoh pekerjaan dan alat keselamatan kerja
yang biasa dibutuhkan, sebagai berikut :
a. Welder atau tukang las yang melakukan pengelasan (welding). Yang utama dibutuhkan
adalah alat pelindung mata dari percikan bunga api hasil proses pengelasan. Berupa safety
glasses. Namun juga harus dilengkapi pula dengan google (mata yang khusus dirancang
untuk welder) dan face shield (perisai pelindung wajah) saat melakukan pengelasan.
b. Scaffolder pembuat perancah bangunan (scaffolding) yang biasa kerja di ketinggian. Alat
utama yang paling dibutuhkan adalah alat pelindung jatuh atau full body harness. Dalam
perkembangannya alat pelindung jatuh ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan, maka ada pula alat pelindung diri yang bernama safety line, lanyard, atau static
line harness.
c. Blaster yang melakukan blasting (penyemprotan) mesin blasting semisal ketika melakukan
sand blasting pada material logam yang berkarat. Seorang blaster rawan terhadap bahaya
gangguan kesehatan pernapasan. Maka yang dibutuhkan adalah peralatan yang menunjang
masalah pernapasan tersebut, seperti dust masker; respirator dan cartridge. Cartridge
berfungsi sebagai obat penetral bantuan pernafasan pada saat menggunakan respirator.

10
d. Operator yang menjalankan semua peralatan bergerak. Baik Finoaraan bergerak maupun
mesin yang mempunyai motor penggerak. Operator biasanya rawan terhadap potensi bahaya
kebisingan (buzzy area). Sehingga yang dibutuhkan oleh operator selain safety glasses juga
alat pelindung telinga atau ear plug. Ada beberapa jenis ear plug yang didesain sesuai
kebutuhan operator. Seperti ear plug yang standar (masa pakai 3 bulanan), disposable ear
plug (sekali pakai). Lalu ada juga ear muff yang dapat melindungi hingga sekian decibel
derajat kebisingan.
e. Painter yang bekerja melakukan pengecatan (painting). Semua fungsi panca indera pada
seorang painter wajib dilindungi. Dari mata, hidung, mulut dan kulit. Seorang painter
membutuhkan face shield pula yang dilengkapi dengan plastic film ataupun plastic painting
untuk menghindari pengembunan pada safety glasses yang dikenakan. Otomatis painter
pasti juga memerlukan safety glasses. Selain itu yang dibutuhkan juga adalah dust masker,
serta respirator lengkap dengan sepasang cartridgenya. Satu lagi yang dibutuhkan seorang
painter adalah disposable overall (baju kerja sekali pakai) untuk menghindari kontak langsung
antara kulit dan material yang digunakan untuk mengecat. Bisa berupa cat, tiner, maupun zinc
dan chrome yang kadang-kadang terkandung di dalam cat.
f. Electrician atau pekerja di bidang kelistrikan. Dalam menunaikan tugasnya selain dibantu tool-
tool khusus seorang pekerja listrik, maka alat keselamatan kerja atau alat pelindung diri yang
dibutuhkan adalah safety glasses dan sarung tangan khusus yang dapat meredam sengatan
listrik. Serta sepatu safety dari karet untuk mencegah adanya kontak pendek arus listrik yang
besar kemungkinannya terjadi.

7. Protokol Pencegahan COVID -19 di Proyek Konstruksi


a. Pengantar
1) Protokol ini dimaksudkan sebagai panduan umum bagi Pemilik/ Pengguna/ Penyelenggara
bersama Konsultan, Kontraktor, Subkontraktor, Vendor Supplier dan Fabrikator, Mandor
serta para Pekerja dalam mencegah wabah COVID-19 di proyek konstruksi.
2) Protokol ini merupakan bagian dari keseluruhan kebijakan untuk mewujudkan keselamatan
konstruksi. Keselamatan konstruksi adalah keselamatan dan kesehatan kerja;
keselamatan publik; dan keselamatan lingkungan dalan setiap tahapan penyelenggaraan
konstruksi (life cycle of building and infrastructure development).
3) Protokol ini berlaku di proyek konstruksi yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintahan Daerah dan/atau BUMN, maupun investasi swasta dan/ atau gabungan.

11
Masing-masing pihak pemangku amanah di proyek konstruksi dapat menindaklanjuti
implementasi dari protokol ini sesuai dengan kebijakan perusahaan masing-masing.
b. Pembentukan SATGAS Pencegahan COVID-19
1) Pemilik/Pengguna/Penyelenggara bersama Konsultan Pengawas dan/ atau Kontraktor
wajib membentuk Satuan Tugas Pencegahan COVID-19.
2) Satuan Tugas tersebut berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang terdiri dari Ketua merangkap
anggota dan 4 (empat) Anggota yang mewakili Pemilik/ Pengguna/ Penyelenggara,
Konsultan, Kontraktor, Subkontraktor, Vendor/ Supplier.
3) Satuan Tugas tersebut memiliki tugas, tanggung jawab dan wewenang melakukan :
(i) sosialisasi,
(ii) edukasi,
(iii) promosi teknik dan
(iv) metode pencegahan COVID-19 serta
(v) pemeriksaan (examination) potensi terinfeksi kepada semua orang, baik para
manager, insinyur, arsitek, karyawa/ staf, mandor, pekerjaan dan tamu proyek.
c. Penyediaan Fasilitas Kesehatan di Lapangan
1) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan ruang klinik kesehatan di
lapangan yang dilengkapi dengan sarana kesehatan yang memadai, antara lain tabung
oksigen, pengukur suhu badan nir sentuh, pengukur tekanan darah, obat – obatan, dan
petugas medis
2) Penyedia jasa pekerjaan konstruksi wajib memiliki kerjasama operasional perlindungan
kesehatan dan pencegahan COVID-19 dengan rumah sakit dan/ atau pusat kesehatan
masyarakat terdekat untuk tindakan darurat (emergency);
3) Penyedia jasa pekerjaan konstruksi wajib menyediakan fasilitas tambahan antara lain :
pencuci tangan (air, sabun, dan hand sanitizer), tisu, masker di kantor dan lapangan bagi
seluruh pekerja dan tamu; dan
4) Penyedia jasa pekerjaan konstruksi wajib menyediakan vaksin, vitamin dan
nutrisitambahan guna peningkatan imunitas pekerja
d. Pelaksanaan Pencegahan COVID-19 di lapangan
1) Satgas Pencegahan COVID -19 memasang poster ( flyers) baik digital maupun fisik tentang
himbauan/anjuran pencegahan COVID – 19 untuk disebarluaskan atau dipasang di
tempat-tempat strategis di lokasi proyek;

12
2) Satgas Pencegahan COVID-19 bersama petugas medis harus menyampaikan
penjelasan, anjuran, kampanye, promosi teknik pencegahan COVID-19 dalam setiap
kegiatan penyuluhan K3 pagi hari (safety morning talk);
3) Petugas medis bersama para Satuan Pengaman (Security Staff) melaksanakan
pengukuran suhu kepada seluruh pekerja, dan karyawan setiap pagi, siang, dan sore;
4) Satgas Pencegahan COVID-19 melarang orang (seluruh pekerja dan tamu) yang
terindikasi memiliki suhu tubuh ≥ 38 derajat celcius datang ke lokasi pekerjaan ;
5) Apabila ditemukan pekerja di lapangan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
COVID-19, pekerjaan harus diberhentikan sementara oleh Pengguna Jasa dan/atau
Penyedia Jasa paling sedikit 14 hari kerja.
6) Petugas Medis dibantu Satuan Pengaman (Security Staff) melakukan evakuasi dan
penyemprotan disinfektan pada seluruh tempat, fasilitas dan peralatan kerja; dan
7) Penghentian sementara dilakukan hingga proses evakuasi dan penyemprotan disinfektan,
serta pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan isolasi tenaga kerja yang pernah
melakukan kontak fisik dengan tenaga kerja yang terpapar telah selesai

Mekanisme Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID – 19) dalam
Penyelanggaraan Jasa Konstruksi

13
B. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN KONSTRUKSI

PASAL 1 PEKERJAAN TANAH DAN URUGAN


1.1 Galian
1.1.1 Umum
1) Uraian
a) Pekerjaan ini terdiri dari pekerjaan galian tanah di dalam Rumija (Ruang Milik
Jalan), untuk pembuatan drainase/saluran air dan dinding penahan tanah
(DPT) dimana hasil galian dipergunakan untuk :
(1) Penimbunan kembali galian drainase, gorong-gorong dan DPT.
(2) Untuk dibuang.
Sehingga dalam pekerjaan galian ini termasukpekerjaan pekerjaan
penggalian, pemuatan, pengangkutan, penghamparan, pemadatan dan
pembentukan sesuai rencana dari bahan tanah yang diperlukan untuk
penyelesaian pekerjaan dalam kontrak ini.
b) Pekerjaan ini diperlukan untuk selokan samping dan saluran air, yang sesuai
dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis ketinggian dan penampang
melintang yang ditunjukan dalam Gambar atau sebagaiman diperintahkan
oleh Direksi pekerjaan.
c) Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini berlakuuntuk
semua jenis galian yang dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan pekerjaan
galian dapat berupa :
(1) Galian biasa untuk material timbunan
(2) Galian biasa sebagai bahan buangan
(3) Galian cadas/Tanah keras
(4) Galian batu

1.1.2 Persyaratan
1) Standar Rujukan :
Standar Nasional Indonesia (SNI)
SNI 03 - 1742 - 1989 : Metode Pengujian Ringan untuk tanah
SNI 03 - 1744 - 1989 : Metoda Pengujian CBR laboratorium

14
2) Toleransi Dimensi tentukan dalam gambar
Elevasi akhir tanah dasar untuk drainase/saluran tidak boleh berbeda lebih dari 20
mm dari yang ditentukan dalam gambar dan toleransi kerataan < 10 mm yang di
ukurdengan mistar atau yang diperintahkan oleh direksi pada setiap detik,
sedangkan untuk galian dinding penahan tanah (DPT) tidak boleh berbeda lebih
dari 1 cm dari yang di syaratkan.
Toleransi kelandaian galian tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis
profilyang ditentukan.
3) Peryaratan Bahan
a) Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian
1. Semua bahan tanah yang dapat dipakai dalam batas-batas dan ingkup
Proyek harus digunakan secara efektif untuk kontruksi.
2. Bahan galian yang tidak memenuh syarat sebagai timbunan dan bahan
galian nyang memenuhi persyaratan tetapi berlebihan tidak diperlukan
dalam konstruksi harus dibuang sebagai bahan galian untuk dibuang.
3. Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan dan memenuhi
syarat sebagai bahan timbunan, sedapat mungkin dibuang didaerah Rumija,
sedangkan bahan galian yang tidak memenuhi syarat sebagai bahan
timbunan harus dibuang didaerah rumija bila tersedia, atau dibuang dilahan
disediakan secara permanen oleh penyedia jasa setelah mendapat
persetujuan dari direksi pekerjaan.
4. Penyedia jasa harus bertanggung jawab terhadap seluruh pengaturan dan
biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai
atau yang tidak memenuhi syrat untuk bahan timbunan,termasuk
pembuangan bahan galian, pengangkutan bahan galian, pengangkutan
hasil galian ke tempat pembuangan akhir dengan memperoleh ijin tetap dari
ijin pemilik dimana pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.
b) Semua daerah galian harus digali sesuai dengan gambar kerja ,atau shop-
drawing yang diajukan oleh penyedia jasa dan mendapat persetujuan dari
direksi teknik.
c) Pengembalian bentuk dan pembuangan pekerjaan sementara

15
(1) Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi milik
penyedia jasa ,bila memenuhi syarat dan disetujui oleh direksi Pekerjaan,
bahan–bahan tersebut dapat dipergunakan untuk bahan permanen.
(2) Setiap bahan-galian yang ditempatkan dalam saluran air harus dibuang
seluruhnya setelah pekerjaan berahir sedemikian sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu saluran air.
(3) Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan
oleh penyedia jasa harus ditinggalkan dalan kondisi yang ratadan rapi
dengan tepi dan lelreng yang stabildan saluran drainase yang memadai.
4) Persyaratan Pelaksanaan
a) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan
(1) Untuk setiap pekerjaan galian sebelum memulai pekerjaan, Penyedia jasa
harus menyerahkan kepada Direksi Teknis, gambar detail penampang
melintang yang menunjukan elevasi tanah asli sebelum operasi
pembersihan dan pembongkaran , atau penggalian paling lambat 6 hari
sebelum pekerjaan dimulai.
(2) Penyedia jasa harus memasang patok–patok batas galian paling lambat 3
hari sebelum pekerjaan dimulai.
(3) Penyedia jasa harus memberitahu direksi Teknis untuk setiap galian yang
telah mencapai elevasi dasr saluran, gorong– gorong dll.
b) Pengamanan Pekerjaan Galian
(1) Penyedia jasa harus memikul semua tanggung dalam menjamin
keselamatan pekerja,yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan
bangunan yang ada di sekitar lokasi galian.
(2) Selama pelaksanaan pekerjaan galian, Penyedia jasa harus menjaga
stabilitas lereng, agar menjadi stabil dan tidak rusak oleh pekejaan galian
tersebut.
(3) Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainya
tidak diijinkan berada atau beroprasi lebih dekat 1.5 m dari tepi galian
drainase,gorong– gorong pipa.
(4) Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi
galian yang membahayakan keselamatan, maka penyedia jasa harus
menempatkan seorang pengawas keamanandilokasi kerja yang tugasnya

16
hanya membantu keamanan dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian,
peralatan galian cadangan (yang belum dipakai)serta perlengkapan P3K
harus tersedia pada tempat galian.
(5) Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang
(barikade)yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke,
dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun
lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa
drum yang dicat putih(atau sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna
menjamin keselamatan para pengguna jalan, sesuai dengan yang
diperintahkan direksi teknis.
c) Pengamanan Hasil Kerja
(1) Pada setiap tahap penggalian terbuka, permukaan galian harus tetap dalam
kondisi yang mulus (sound), untuk mencegah gangguan operasi dan
perendaman akibat hujan.
(2) Bilamana lalu lintas pada jalan terganggu karena oprasi pekerjaan lainya,
penyedia jasa harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu atasjadwal
gangguan tersebutdari pihak yang berwenang dan dari direksi pekerjaan.
d) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian yang tidak Memenuhi Ketentuan.
Pekerjaan Galian yang tidak tidak memenuhi toleransi sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Penyedia jasa dan harus diperbaiki oleh penyedia jasa
sebagai berikut :
(1) Lokasi Galian dengan garis dan dan ketinggian akhir yang melebihi garis
dan ketinggian yang ditunjukan dalam gambar/atau sebagai mana yang
diperintahkan direksiTeknis harus digali lebih lanjut sampai memenuhi
toleransi yang diperyaratkan.
(2) Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang
ditukjukan dalam gambar atau sebagai mana yang diperintahkan oleh
direksi Teknisatau dasar galian yang mengalami kerusakan atau menjadi
menjadi lembek, maka material yang telah rusak dibuang dan ditimbun
kembali dengan material yang lebih baiksebagai mana yang diperintahkan
direksi Teknis, dipadatkan dan dibentuk sesuai ketentuan dalam spesifikasi
ini.

17
e) Utilitas Bawah Tanah
(1) Penyedia jasa harus bertanggung jawab untuk memperoleh informasi
tentang keberadaan dan lokasi utilitasbawah tanah dan membayar setiap
ijin atau kewenangan lainya yang diperlukan dalam pelaksanaan galian
yang diperlukan dalam kontrak.
(2) Penyedia jasa harus bertanggung jawab untuk menjaga dan me4lindungi
setiap utilitas bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau
saluran bawah tanah lainya atau struktur yang mungkin dijumpai dan harus
memperbaiki setiap kerusakanyang timbul akibat operasi kegiatan.

1.1.3 PELAKSANAAN
1) Prosedur Umum
a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis,dan elevasi yang
ditentukan dalam gambar yang disetujui oleh Direksi Teknisdan harus
mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai,
termasuk tanah,batu,batu bata,beton, pasangan batu dan bahan perkerasan
lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen.
b) Pekerjaan galian harus dilaksanakn dengan gangguan yang seminimal
mungkin terhadap bahan di bawah dan diluar batas galian.
c) Bilaman bahan yang terekpus dari garis formasi atau tanah dasar atau pondasi
dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi
Teknis tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya atau
sebagian dibuang dan diganti dengan bahan memenuhi syarat.
2) Galian pada Tanah Dasar Selokan dan Talud
Galian untuk gorong-gorong atau drainase saluran dan galian untuk pondasi DPT
atau struktur lain, harus cukup ukuranya sehingga memungkinkan pemasangan
bahan kontruksi sesuai gambar rencana, sehingga pengawasan dan pemadatan
pemedatan penimbunan kembali di bawah dibawah dan di sekelilinjg pekerjaan
dapat dilakukan dengan cermat.

1.1.4 Pengukuran dan Pembayaran


1) Cara Pengukuran
a) Pekerjaan yang tidak diukur untuk pembiayaan terdiri dari :

18
(1) Galian Diluar Rencana (Overcut),
(2) Galian yang digunakan bukan untuk pekerjaan permanen,
(3) Galian yang sudah termasuk dalam satu item pekerjaan.

b) Cara pengukuran volume galian dilakukan dengan basis pengukuran akhir


(final measurement basis) sebagai berikut :
(1) Pengukuran awal potongan memanjang (logitudinal) dan potongan
melintang (cross section) permukaan lahan setelah pekerjaan pembersihan
dan pemotongan (land clearingand grubbing)
(2) Pengukuran akhir pemotongan memanjang dan potongan melintang
permukaan setelah galian selesai dikerjakan sesuai rencana.
(3) Jarak pembuatan potongan melintang satu dengan lainya sebesar 25 m
atau dalam keadaan khusus dapat ditentukan lain.
(4) Luas galian pada suatu Cross Section adalah luas selisih butir 1 dan butir 2
(5) Volume pekerjaan adalah jumlah perkalian jarak potongan melintang satu
dengan potongan melintang berikutnya yang sama.
2) Dasar Pembayaran
Pembayaran dilakukan atas dasar volume galian yang disetujui oleh direksi
pekerjaan dan direksi teknik dan harga satuan yang tercantumdalam kontrak.
Kwantitas galian yang diukur menurut menurut ketentuan di atas, akan dibayar
menurut satuan pengukuran dengan harga yang dimasukan dalam Daftar
Kwantitas dan Harga untuk masing masing mata pembayaran yang terdaftar
dibawah ini, dimana harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi
penuh untuk seluruh pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang diprlukan dalam
melaksanakan pekerjaan galian sebagaimana yang diuraikan dalam spesifikasi ini.

1.2 Timbunan
1.2.1 Umum
1) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan
tanah, limestone atau bahan bebutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan,
untuk penimbunan kembali galian dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk
membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi
penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.

19
2) Timbunan yang dicakup dalam hal ini, yaitu timbunan biasa dan timbunan pilihan.
3) Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapia perbaikan tanah dasar (improv sub
grade) untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar.
4) Pekerjaan ini juga mencakup timbunan secara manual atau mekanis, dikerjakan
sesuai dengan Spesifikasi ini dan sangat mendekati garis dan ketinggian yang
ditujukan dalam gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.

1.2.2 Persyaratan
1) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI)
SNI 03-1742-1989 : Metoda Pengujian kepadatan ringan untuk tanah
SNI 03-1744- 1989: Metoda Pengujian CBR Laboratorium
SNI 03-Z828-1992 : Metoda pengujian kepadatan lapangan dengan alat konus
pasir.
2) Toleransi Dimensi
a) Setelah pemadatan lapis dasar perkerasan (sub grade), toleransi elevasi
permukaan tidak boleh lebih dari 20 mm dan toleransi kerataan maksimum 10
mm yang diukur dengan mistar panjang 3 m arah memanjang dan melintang.
b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekpos harus cukup rata dan harus
memiliki memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan
yang bebas.
c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari
garis profil yang ditentukan.
3) Persyaratan bahan
a) Timbunan Biasa
1) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari
bahan galian tanah yang disetujui oleh direksi pekerjaan sebagai bahan yang
memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan timbunan.
2) Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan galian tanah yang
mempunyai sifat sifat sebagai berikut :
a. Tanah yang mengandung organik, serta tanah yang mengandung daun-
daun, rumput-rumputan, akar dan sampah.
b. Tanah yang mempunyai sifat kembang susut tinggi

20
c. Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak mungkin
dikeringkan untuk memenuhi toleransi kadar air pada saat pemadatan.
b) Timbunan Pilihan (Selected material)
1) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai Timbunan Pilihan bila
digunakan pada lokasi dan untuk maksud dimana timbunan pilihan telah
ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh direksi pekerjaan.
2) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari
bahan tanah, tanah berbatu atau batu berpasir yang memenuhi semua
ketentuan untuk timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-
sifat tertentu yang tergantung dari maksud penggunaannya, seperti
diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal,
seluruh timbunan pilihan harus, bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989,
memiliki CBR paling sedikit 10% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan
sampai 100% kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 03-1742-
1989, atau 95% kepadatan kering maksimum sesuai SNI 03-1743-1989.
Timbunan pilihan untuk lapis 20 cm di bawah dasar perkerasan (subgrade)
ukuran butir maksimum tidak boleh lebih dari 7,5 atau limestone yang
memenuhi semua ketentuan untuk timbunan pilihan dan sebagai tambahan
harus memiliki sifat tertentu yang tergantung dari maksud penggunaanya,
seperti diperintahkan atau disetujui oleh direksi pekejaan.
3) Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan dalam
keadaan jenuh atau banjir yang tidak dapat dihindari, haruslah pasir
ataukrikilatau bahan berbutir bersih lainya dengan indek Plastisitas
maksimum 6%.
c) Ketentuan Kepadatan untuk tanah,Limestone
1) Lapisan Tanah, Limestone yang lebih dari 20 cm dibawah elevasi permukaan
harus dipadatkan dalam dalam lapisan - lapisan timbunan dengan ketebalan
maksimum 20 cm dan tidak boleh kurang dari 10 cm, sampai 95 % dari
kepadatan kering maksimum.
2) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian
menunjukan kepadatan kurang yang disyaratkan , maka penyedia jasa harus
memperbaiki pekerjaan ini. Pengujian harus dilakukan pada kedalaman

21
penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Direksi Teknis, tetapi tidak boleh
berselang lebih dari 50 m untuk setiap lebar hamparan.
4) Persyaratan Kerja
a) Kesiapan Kerja
(1) Paling lambat 3 hari sebelum pekerjaan dimulai untuk setiap timbunan awal
yang akan dilaksanakan, Penyedia jasa harus :
a. Menyerahkan Gambar hasil penampang melintang dasar timbunan yang
menunjukan permukaan yang telah dipersiapkan untuk penghamparan
timbunan kepada Direksi Teknis.
b. Menyerahkan hasil pengujian kepadatan dasar timbunan yang
membuktikan pemadatan permukaan yang telah memenuhi persyaratan.
(2) Penyedia jasa harus menyerahkan hal– hal berikut ini kepada. Direksi
Pekerjaan paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk
penggunaan pertama kalinya sebagai bahan timbunan.
a. Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu contoh
disimpan oleh Direksi pekerjaan untuk rujukan selama perioda kontrak.
b. Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan diusulkan untuk
bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian laboratorium
menunjukan sifat bahan tersebut memenuhi ketentuan yang disyaratkan.
b) Metoda Kerja
(1) Untuk menghasilkan hamparan dengan tebal padat 20 cm atau yang
disyaratkan Penyedia jasa harus menyampaikan metoda kerja yang akan
dilakukan.
(2) Pelaksanaan Timbunan Badan Jalan harus dikerjakan setengah lebar jalan
sehingga setiap saat jalan tetap terbuka untuk lalu– lintas.
c) Kondisi Tempat Kerja
(1) Penyedia jasa harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering
segera sebelum dan selama pekerjaan pekerjaan penghamparan dan
pemadatan,dan selama pelaksanaan timbunan haurs mempunyai lereng
melintang yang cukup untuk membantu drainase badan jalan dari setiap
curahan air hujan dan juga harus menjamin pekerjaan akhir mempunyai
drainase yang baik.Bilaman memungkinkan air yang berasal dari tempat kerja
,harus dibuang kedalam sistim drainase permanen.

22
(2) Penyedia jasa harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk
pengendalian kadar air timbunan selama noprasi penghaparan dan
pemadatan.
d) Perbaikan Terhadap Timbunan yang tidak memenuhi ketentuan /tidak stabil.
(1) Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan harus
diperbaiki dengan menggemburkan permukaanya dan membuang atau
menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan
pembentukan dan pemadatan kembali.
(2) Lapis hamparan timbunan yang terlalu kering untuk dipadatkan,dalam hal
batas-batas kadar airnya yang disyratkan, harus diperbaiki dengan
menggaruk bahan tersebut,dilanjutkan dengan penyemprotan air
secukupnya,dan dicampurseluruhnya dengan mengunakan Motor Greader
atau peralatan lain yang disetujui.
(3) Timbunan yang telah padat dan memenuhi ketentuan yang disyratkan dalam
Spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain,
biasanya tidak memerlukan perkerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan
dan kerataan permukaan masih memenuhi ketentuan dalam spesifikasi ini.
(4) Pemgembalian Bentuk Pekerjaan setelah Pengujian. Semua lubang pada
pekerjaan akhir yang timbul akaibat pengujian Kepadatan atau lainya harus
secepatnya ditutup kembali oleh penyedia jasa dan dipadatkan sampai
mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan oleh
spesifikasi ini.
(5) Cuaca Yang Dijinkan Untuk Bekerja. Timbunan tanah tidak boleh ditempatkan
dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan pemadatan tidak boleh
dilahsanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan diluar rentang
yang disyaratkan.

1.2.3 Pelaksanaan
1) Penyiapan Tempat Kerja
a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak
diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaann
sesuai dengan Spesifikasi ini.

23
b) Penyedia jasa harus memasang patok batas dasar timbunan 3 hari sebelum
pekerjaan dimulai.
c) Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin keselamatan
pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian serta penduduk sekitar.
d) Pada setiap saat sewaktu pekerja atau yang lainya berada dalam galian yang
mengharuskan kepada mereka berada dipermukaan tanah, kontraktor harus
menempatkan pengawas keamanan pada tempat kerja yang tugasnya hanya
memonitor kemajuan dan keamanan. Pada setiap saat peralatan galian
cadangan (yang belum terpakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada
tempat kerja galian.
e) Seluruh galian terbuka harus diberi penghalang yang cukup untuk mencegah
pekerja atau orang lain terjatuh kedalamnya, dan setiap galian terbuka pada
badan jalan atau bahu jalan harus ditambah dengan rambupada malam hari
dengan drunm dicat putih (atau yang serupa) ketentuan pengaturan dan
pengendalian lalu – lintas selama pelaksanaan kostrukasi harus diterapkan pada
seluruh galian ndalam daerah milik jalan.
f) Dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penghamparan dan
pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) setebal 20 cm,dan harus
memenuhi kepadatan sesuai persyaratan.
2) Penghamparan Timbunan
a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar
dalam lapisan yang merata yang setelah dipadatkan akan memenuhi toleransi
tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan terakhir yang dipadatkan
lebih dari 20 cmdan kurang dari 40 cmmaka dibagi 2 sama tebalnya.
Tanah/Limestone timbunan diangkut langsung dari luar sumber bahan ke
permukaan yang yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah. Penumpukan
tanah di lokasi sumber ataupun dilokasi timbunan untuk persedian tidak
diperkenankan, terutama selama musim hujan kecuali dengan
perlindungansehingga air hujan tidak membasahi tumpukan Tanah/Limeston.
b) Penimbunan dalam suatu lokasi (lot) dan pada satu lapis hanya boleh digunakan
bahan tanah yang berasal dari satu sumber galian dan yang seragam.
c) Bilamana timbunan badan jalan akan dipelebar, pelebaran timbunan harus
dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar jalan

24
lama, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi
bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang
diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan
demikian pembangunan dapat dilanjutkan kesisi jalan lainya bilamana
diperlukan.
3) Pemadatan Timbunan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan tibunan, setiap lapis harus
dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi
Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya, bilamana kadar air
bahan berada dalam rentang 3% dibawah kadar air oftimum sampai 1% diatas
kadar air optimum.
c) Setiap lapisan tibunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang dsyratkan,
diuji kepadatanya dan harus diterima oleh Direksi Teknis sebelum lapisan
berikutnya dihampar.
d) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi terendah dan bergerak menuju ke
arah elevasi tertinggi sumbu jal;an, sehingga setiap titik akan menerima energi
pemadatan yang sama.
e) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak
lebih dari 10 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis dengan berat
kurang lebih 70 kg atau timbris(tamper)manual dengan berat minimum 10 kg.
Pemadatan dibawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian Khusus
untuk mencegah timbulnya rongga-rongga, dan untuk menjamin bahwa pipa
terdukung sepenuhnya.

1.2.4 Pengendalian Mutu


1) Penerimaan Bahan
a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal
mutu bahan akan ditetapkan ditetapkan oleh direksi pekerjaan, tetapi
bagaimanapun juga harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan
dengan satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap, untuk setiap jenis tanah
dari setiap sumber bahan setelah setelah persetujuan terhadap mutu bahan

25
timbunan yang diusulkan, Direksi Teknis dapat memintakan pengujian mutu
bahan ulang untuk mencegah terjadinya perubahan sifat bahan.
b) Pengandalian mutu bahan harus rutin dilaksanakan untuk mengendalikan setiap
perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Setiap perubahan sumber
bahan paling sedikit harus dilakukan satu pengujian untuk menentukan bahan
timbunan ketentuan, seperti yang disyaratkan. Direksi Teknik setiap saat dapat
memerintahkan dilakukanya uji ke ekspansifan sesuai SNI 03-6795-2002.
2) Percobaan Pemadatan Lapangan
Penyedia jasa harus menyampaikan usulan percobaan pemadatan termasuk
memilh Metoda dan peralatan untuk mendapatkan ketebalan dan tingkat kepadatan
yang disyaratkan. Bilamana penyedia jasa tidak dapat mencapai kepadatan yang
disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti :
a) Mengganti alat pemadat yang lebih sesuai atau lebih berat.
b) Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan alat
pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai, sehingga
dapat diterima oleh Direksi Teknik.
Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya dapat digunakan penyedia jasa sebagi
bahan untuk menetapkan pola lintasa pemadatan, jumlah lintasan, jenis jenis alat
pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

1.2.5 Pengukuran dan Pembayaran


1) Retribusi bahan galian untuk Timbunan
Bilamana bahan galian tanah biasa atau bahan timbunan pilihan atau lapis pondasi
agregat, atau bahan lainya dari galian sumber bahan di luar daerah milik jalan,
penyedia jasa harus dilakukan pengaturan yang diperlukan dan membayar
kepemilikan bahan konsesi kepada pemilik tanah maupun retribusi dan ijin
pengangkutan kepada pihak yang bewenang.
2) Pengukuran Timbunan
Pekerjaan timbunan tidak diukur tersendiri tetapi telah dibayar dalam pekerjaan
galian. Kecuali untuk tibunan pilihan (agregat,limestone) timbunan diukur atas dasar
selisih profil melintang sesuai desain rencana yang dihitung atas dasar satuan m3
padat/terpasang.

26
3) Dasar Pembayaran
Kwantitas timbunan yang diukur seperti yang diuraikan diatas, dalam jarak angkut
berapapun yang diperluka, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari
masing–masing harga yang dimasukan dalam daftar kwantitas dan harga, dimana
harga tersebut harus sudah merupakan harga konpensasi penuh untuk pengadaan,
pemasokan, penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan,
termasuk seluruh biaya lain yang diperlukan atau biaya atau biaya untuk
penyelesaian dari pekerjaan yang diuraikan dalam spesifikasi ini.

PASAL 2 PEKERJAAN BETON


Lingkup pekerjaan beton adalah semua struktur bangunan Pelat duiker pada gorong-
gorong yang terbuat dari beton bertulang dan lainnya yang disebutkan dalam gambar rencana.
Pemborong wajib mengerjakan semua pekerjaan beton yang disebutkan dalam gambar rencana.

2.1. Beton
a. Pekerjaan yang disyaratkan dalam Pasal ini harus mencakup pembuatan seluruh struktur
beton, termasuk tulangan dan struktur komposit sesuai dengan Persyaratan dan sesuai
dengan garis, elevasi, ketinggian dan dimensi yang ditunjukkan dalam gambar, dan
sebagaimana diperlukan oleh Direksi.
b. Kelas dari beton yang akan digunakan pada masing–masing bagian dari pekerjaan dalam
kontrak haruslah seperti yang diminta dalam Gambar atau pasal lain yang berhubungan
dengan persyaratan ini atau sebagaimana diperintahkan oleh direksi. Seluruh beton
struktur harus mempunyai tegangan tekan minimal K-225
c. K-225 : untuk digunakan dalam struktur beton bertulang seperti Pelat Duiker, saluran dan
lainnya.
d. Beton non Struktur 1Pc : 3Ps : 5Krl untuk digunakan dalam semua beton, sebagai lapisan
lantai dasar pondasi, sebagai pengisi dan lain – lain.
Syarat dari SKSNI T-15-1991-03 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton
yang dilaksanakan dalam kontrak ini, kecuali bila terdapat pertentangan dengan syarat dalam
spesifikasi ini, dalam hal ini syarat dari spesifikasi ini harus dipakai.

27
2.2. Semen
a. Semen yang dipakai adalah type I semen Portland yang mendapat persetujuan Direksi dan
memenuhi SKSNI-1991, SNI, SII.
b. Selama pengangkutan dan penyimpanan, semen tidak boleh kena air dan kantongnya
harus asli dari pabriknya, dan tetap utuh dan tertutup rapat.
c. Semen yang sudah membeku, tidak dibenarkan dipakai dalam pekerjaan ini.
d. Semen disimpan pada tempat yang beralaskan dari kayu yang tingginya tidak kurang dari
30 cm dari lantai.
e. Semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2,00 meter.
f. Pengeluaran semen dari tempat penyimpanan berurutan sesuai dengan datangnya semen
di tempat penyimpanan.

2.3. Pasir dan Kerikil Beton


a. Pasir dari pasir alam, sedangkan kerikil beton dari hasil mesin pemecah batu (stone
crusher) dan harus bersih dari segala kotoran seperti bahan organis, tanah/lumpur, kapur,
garam dan sebagainya, tidak porus dan sesuai dengan SKSNI -1991.
b. Bahan pengisi (pasir dan kerikil) harus disimpan ditempat yang bersih dan dicegah agar
terjadi pencampuran antara bahan yang satu dengan yang lainnya dan terlindung dari
pengotoran.

2.4. Air Beton dan Bahan Campuran Tambahan (Admixture)


a. Air untuk adukan dan untuk merawat beton harus bersih dan bebas dari semua kotoran
yang dapat merusak daya lekat semen atau dapat menurunkan mutu beton.
b. Bahan campuran tambahan bila dipandang perlu dapat digunakan untuk mempercepat
pengerasan, perbaikan beton. Bahan – bahan tersebut tidak boleh mengandung bahan –
bahan yang merugikan sifat beton bertulang.

2.5. Cetakan Beton/Begesting


a. Bahan
- Cetakan untuk beton/bekisting (formwork), harus dibuat dari plywood yang tebalnya
minimal 9 mm. Rangka penguat cetakan yang di pakai minimal dari kayu kelas kuat II
dan dipasang sedemikian rupa sehingga cukup kuat untuk menahan tekanan beban
beton.

28
- Bahan steger (tiang penyangga) harus terbuat dari kayu bermutu baik atau
menggunakan schafolding.
b. Konstruksi
- Cetakan dibuat dan disangga sedemikian rupa sehingga dapat mencegah getaran yang
merusak. Dan tidak berubah bentuk sebelum, selama pengecoran berlangsung dan
selama beton belum padat.
- Cetakan dibuat sedemikian rupa mempermudah pengecoran dan pemadatan beton
tanpa merusak konstruksi beton.
- Kayu steger (penyangga) harus dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat menahan beban
yang dipikulnya.
- Kontraktor harus mempuat shop drawing dari bagian– bagian konstruksi cetakan/
bekisting serta mendapat persetujuan Direksi.
c. Pelapis cetakan
- Untuk mempermudah membuka bekisting beton, dapat digunakan pelapis cetakan dari
bahan yang disetujui Direksi.
- Minyak pelumas, baik bekas maupun baru, tidak dibenarkan dipakai sebagai bahan
pelapis cetakan.

2.6. Adukan Beton


a. Rencana Adukan
- Nama “jenis adukan” di bawah diberikan untuk setiap jumlah bahan pengisi (pasir dan
kerikil) terhadap 40 kg semen.
- Gradasi butiran bahan pengisi harus sesuai dengan syarat–syarat gradasi dalam tabel
dibawah ini :

Ukuran Ayakan Persentase Berat Yang Lolos


Standar Inch (in) Agregat Pilihan Agregat Kasar
(mm) Halus
50 2 - 100 - - -
37 1½ - 95-100 100 - -
25 1 - - 95-100 100 -
19 ¾ - 35-70 - 90-100 100
13 ½ - - 25-60 - 90-100
10 3/8 100 10-30 - 20-55 40-70

29
4.75 #4 90-100 0-5 0-10 0-10 0-15
2.36 #8 - - 0-5 0-5 0-5
1.18 #16 45-80 - - - -
0.3 #50 10-30 - - - -
0.15 #100 2-10 - - - -

- Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih dari
¾ dari jarak minimum antara tulangan baja atau antara tulangan baja dengan acuan,
atau antara perbatasan lainnya.
- Jenis adukan Beton :
Catatan : pc = portland cement m3
ps = pasir (bahan pengisi halus) m3
krl = kerikil (bahan pengisi kasar) m3
b. Kekuatan beton
Kuat tekan beton yang direncanakan adalah K-225
c. Pengadukan beton
Pencampuran bahan-bahan penyusun beton dilakukan agar diperoleh suatu komposisi
yang solid dari bahan-bahan penyusun berdasarkan rancangan campuran beton. Sebelum
diimplementasikan dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan, pencampuran bahan-bahan
dapat dilakukan di laboratorium, untuk mendapatkan formula rancangan sesuai rencana
(membuat Job Mix Formula). Secara umum pengadukan beton dengan mesin (batching
plant) harus disesuaikan dengan kecepatan yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuatnya. Ketentuan waktu pengadukan minimal untuk campuran beton yang
volumenya lebih kecil atau sama dengan 1 m 3 adalah 1,5 menit atau menurut petunjuk
direksi. Selama proses pengadukan, kekentalan campuran beton harus diawasi terus
dengan cara memeriksa nilai slump yang disesuaikan dengan jarak pengangkutan.
d. Beton Dekking
- Beton dekking/ganjal 1pc : 2ps harus dibuat terlebih dahulu, sebelum pekerjaan beton
konstruksi dimulai. Dicetak setebal 2 cm berukuran 4 x 4 cm atau sesuai dengan yang
diisyaratkan, lengkap dengan kawat pengikatnya.
- Sesudah mengeras dan kering udara, beton dekking ini direndam dengan air.

30
- Untuk beton balok dan kolom, dipasang 10 (sepuluh) buah untuk setiap 1 m2 dengan
ketebalan 3 cm. Dan untuk beton plat duiker dipasang beton dekking dengan ketebalan
3 cm sebanyak 5 buah untuk setiap 1 m2.
- Selain beton dekking untuk balok yang mempunyai dua baris atau lebih tulangan, harus
diberikan ganjalan dengan besi beton dengan diameter yang sama dengan tulangan
rangkap. Ganjalan ini dipasang pada bagian samping dan bawah balok sebanyak 3 buah
untuk setiap 1 m2.
e. Adukan Beton “Ready Mix”
- Bila dipakai adukan beton “ready mix” nama dan alamat suppliernya harus mendapat
persetujuan direksi.
- Kontraktor bertanggung jawab penuh, bahwa adukan yang disuplai tersebut memenuhi
syarat spesifikasi dengan membawa hasil test laboratorium sesuai dengan ketentuan
yang disyaratkan dalam RKS dan menjamin kontinuitas kedatangan setiap delivery.
Direksi mempunyai wewenang untuk setiap saat meminta kepada kontraktor untuk
mengadakan percobaan mutu beton tersebut. Apabila mutunya diragukan direksi berhak
menghentikan dan menolak beton ready mix tersebut dan semua kerugian yang ditimbulkan
oleh hal ini menjadi tanggungan kontraktor.
f. Adukan beton “Site Mixing” (setempat)
- Adukan beton dibuat dengan alat pengaduk “batch mixer” dengan type dan kapasitas
yang mendapat persetujuan direksi.
- Kecepatan aduk sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya.
- Kapasitas aduk tidak boleh lebih dari yang diijinkan.

2.7. Pengujian Beton


a. Untuk pengujian beton digunakan silinder berdiameter 15 cm dengan tinggi 30 cm atau
kubus beton berukuran 15 x 15 x 15 cm 3 yang hasilnya dikonversikan sesuai aturan dalam
SKSNI -1991.
b. Pengambilan campuran beton untuk silinder/kubus coba (specimen) dan pengetesannya
menjadi tanggung jawab kontraktor dan harus dibawah pengawasan direksi.
c. Prosedur pembuatan kubus beton terdiri dari :
- Setiap pembuatan 5 m3 beton harus dibuat minimal 1 buah silinder/kubus beton coba
(specimen) untuk pengetesan.

31
- Jumlah silinder/kubus coba yang harus dibuat untuk seluruh volume beton minimum 21
buah dimana masing – masing sebanyak 7 buah untuk percobaan pada umur 3, 7, 14,
dan 28 hari. Hasil percobaan tahap I ini harus mendapat persetujuan Direksi Teknis
sebelum pekerjaan beton dimulai.
- Selanjutnya, setiap saat bila dirasakan perlu direksi berhak meminta kepada kontraktor
untuk membuat silinder/kubus coba dari adukan beton yang dibuat. Dalam hal ini
silinder/kubus beton diberi tanda yang dapat mengidentifikasi tanggal pengecoran,
penggunaan untuk bagian struktur yang bersangkutan dan lain – lain yang dianggap
perlu.
d. Semua silinder/kubus coba, ditest di laboratorium yang disetujui Direksi Teknis. Apabila
pengetesan akan dilakukan di lapangan, maka tes coba harus mempunyai sertifikat
kalibrasi yang diakui dan pelaksanaan pengetesan ada dibawah pengawasan Direksi
Teknis.
e. Kontraktor juga diharuskan mengadakan slump tes menurut syarat – syarat SKSNI - 1991.
f. Apabila terjadi setelah beton dicor tidak memenuhi syarat–syarat sesuai dengan hasil test,
maka seluruh volume beton yang dicor dengan campuran tersebut harus dibongkar.
Sebelum pembongkaran, kontraktor diijinkan mengajukan usulan pengetesan ulang,
loading test pada struktur beton yang sudah dicor dengan persetujuan direksi.
g. Semua biaya yang diperlukan dalam pengujian mutu beton dibebankan kepada kontraktor.

2.8. Mutu Beton


a. Standar mutu beton
- Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah waktu pengujian, direksi harus mencantumkan
nilai karakteristik, deviasi standar, slump, tanggal pengecoran dan pengujian.
- Apabila hasil percobaan tidak memenuhi kekuatan yang diisyaratkan, kontraktor harus
merubah proporsi adukan, sehingga dapat mencapai syarat yang direncanakan.
b. Apabila ternyata kuat tekan silinder/kubus coba beton yang diambil dari adonan beton
dalam pelaksanaan tidak memenuhi syarat spesifikasi, maka Direksi Teknis berhak
meminta Kontraktor untuk mengadakan percobaan non destruktif.

2.9. Pengecoran Beton


a. Proporsi perbandingan campuran semen dengan bahan pengisi (pasir dan kerikil) adalah
minimal. Jadi tidak dibenarkan untuk dikurangi semennya.

32
b. Sebelum adukan beton dituangkan, semua cetakan harus betul-betul bersih dari kotoran
seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan kotoran lainnya. Kemudian cetakan tersebut
dibasahi dengan air secukupnya, namun tidak boleh ada genangan air pada cetakan
tersebut.
c. Pengecoran baru bisa dimulai setelah mendapat persetujuan Direksi Teknis. Apabila
pengecoran beton dilakukan tanpa adanya persetujuan direksi, maka kerugian akibat
pembongkaran, sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.
d. Adukan harus homogen atau dengan warna yang merata dan harus sudah dicorkan dalam
waktu 1 (satu) jam setelah pencampuran air dimulai.
e. Pengecoran suatu unit pekerjaan beton harus dilaksanakan terus menerus sampai selesai
dengan tanpa berhenti, kecuali mendapat persetujuan direksi. Tidak dibenarkan mengecor
beton saat hujan, kecuali ada tindakan pengaman dari kontraktor, terutama untuk
meneruskan pengecoran suatu unit pekerjaan, yang mendapat persetujuan direksi. Dalam
hal ini kontraktor harus berupaya agar beton yang baru dicorkan tidak dirusak oleh air
hujan.
f. Setelah dicorkan pada cetakan, adukan harus dipadatkan dengan alat penggetar (vibrator)
yang berfrekwensi dalam adukan paling sedikit 3000 putaran setiap menit. Penggetaran
dilakukan selama 20 detik setiap satu adukan yang dicorkan, mulai pada saat adukan
dicorkan dalamcetakan dan dilanjutkan dengan adukan selanjutnya. Vibrator tidak boleh
menyentuh cetakan dan besi beton yang salah satu bagiannya berhubungan dengan
adukan beton yang telah mengeras.
g. Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, sehingga dapat dicegah adanya
pemisahan atau pengurangan bagian-bagian bahan. Adukan tidak boleh dijatuhkan lebih
dari 2 meter. Untuk kolom-kolom yang tinggi, harus dibuatkan jendela-jendela dengan
jarak vertikal tidak lebih dari 2 meter.
h. Siar pelaksanaan (contruction joint) dipakai bahan penyekat “Styrofoam” yang mudah
hancur dengan bensin, dalam pengecoran beton harus mendapat persetujuan direksi.
i. Apabila terjadi pertemuan dengan beton yang sudah dicor, bidang pertemuan harus
dibersihkan dengan cara menyemprot dengan air. Kemudian disikat sampai agregat kasar
kelihatan dan selanjutnya disiram dengan air semen kental dan ditambah additive, merata
keseluruh permukaan yang akan disambung, sedang untuk beton yang memerlukan kedap
air harus memakai “Water Stop” ex Tricosal type yang direkomendasikan untuk setiap jenis
sistem sambungan.

33
2.10. Pemasangan Angker/Pembengkokan Besi Tulangan
Pengangkeran perletakan pelat duiker pada pondasi/tumpuan pasangan menggunakan besi
diameter D-16 dengan jarak sesuai gambar rencana.

2.11. Toleransi-Toleransi
a. Toleransi pada beton cetakan kasar
- Toleransi terhadap posisi untuk masing–masing bagian konstruksi adalah 1 cm.
- Toleransi terhadap ukuran bagian konstruksi adalah –0,3 cm dan + 0,5 cm.
b. Toleransi pada cetakan beton halus.
- Toleransi terhadap posisi untuk masing–masing bagian konstruksi adalah 0,6 cm.
- Toleransi terhadap ukuran bagian konstruksi adalah – 0,2 cm dan + 0,4 cm
c. Toleransi posisi vertikal : 2 mm/m’
d. Toleransi posisi horisontal : 1 mm/m’

2.12. Perlindungan Beton


a. Agar beton terlindung dari pengaruh cuaca, beton harus dibasahi secara terus menerus
selama 14 (empat belas) hari setelah pengecoran dengan menutupi jerami/karung basah.
b. Semua permukaan beton yang terbuka dijaga agar tetap basah sekurang–kurangnya
selama 4 (empat) hari setelah pengecoran, dengan cara menyemprotkan atau
menggenangi dengan air pada permukaan beton tersebut, terutama pada pagi / sore hari
atau cuaca teduh.
c. Beton harus terlindung dari pengrusakan secara mekanis/pengeringan sebelum waktunya.

2.13. Pembongkaran Cetakan


Cetakan beton tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan kubus yang dapat
memikul 2 x berat sendiri. Pada bagian– bagian konstruksi yang memikul beban lebih besar
dari rencana rata–rata, cetakan beton belum boleh dibongkar sampai beton mempunyai
kekuatan tersebut.
Untuk pembongkaran cetakan pada bagian–bagian tertentu, kontraktor harus meminta
persetujuan direksi. Untuk pembongkaran cetakan, kontraktor harus berpedoman pada SKSNI
1991. Jika Pemborong mengabaikan perintah Direksi Teknis, maka segala akibat yang
ditimbulkan oleh pembongkaran cetakan ini adalah menjadi tanggungan kontraktor.

34
2.14. Cacat Pada Beton
a. Yang dimaksud dengan cacat beton adalah hal–hal sebagai berikut :
- Konstruksi beton yang amat keropos
- Konstruksi beton tidak sesuai dengan yang direncanakan
- Konstruksi beton yang berisi benda–benda yang dilarang ada pada beton.
b. Apabila hal ini terjadi, direksi berwenang untuk tidak menerima pekerjaan beton tersebut
dan kontraktor harus segera memperbaikinya sesuai dengan petunjuk direksi.
c. Penggunaan alat pembantu pekerjaan yang membebani struktur harus mendapat
persetujuan direksi dan kontraktor harus memperbaiki beton yang rusak akibat penggunan
alat pembantu.
d. Hasil yang diharapkan semua cor beton tidak ada yang menyimpang dari toleransi yang
dijinkan, karena tidak ada perbaikan beton dengan plesteran.

2.15. Besi Beton


a. Mutu besi beton yang digunakan adalah :
Mutu besi tulangan beton untuk diamater batang polos adalah BJ. Tp 24 (fy = 240 Mpa),
sedangkan mutu besi beton yang diprofil (Deform / ulir) minimal BJ. TP 32 (fy = 320 Mpa),
untuk tulangan baja jaring BJ. Tp. 50 fy=500 Mpa) dan ukuran sesuai ketentuan dalam
gambar. Simbol “Ø” (menunjukkan Baja tulangan polos), Simbol “D” (menunjukan Baja
Tulangan Deform/Ulir). Simbol “M” tulangan baja jaring (wire mesh)
b. Semua besi yang dipakai diatas harus mempunyai sertifikat dari produsen/pabrik.
Ketentuan toleransi ukuran besi disesuaikan dengan standar SII atau SNI. Jika besi yang
di datangkan ke lokasi tidak sesuai dengan yang tercantum dalam sertifikat/diragukan,
Direksi pekerjaan berhak memerintahkan kontraktor untuk melakukan pengujian fisik
terhadap besi tersebut. Semua biaya hasil pengujian menjadi tanggungan kontraktor. Bila
hasil pengujian tidak sesuai denganyang tercantum dalam sertifikat, maka Direksi berhak
menolak semua besi tersebut. Berita acara hasil pengujian besi di laboratorium harus sah
dan ditanda tangani oleh pejabat laboratorium.
c. Membengkokkan dan meluruskan besi beton harus dalam keadaan dingin, sesuai dengan
aturan yang berlaku. Panjang penyaluran besi beton dan panjang pengangkeran pada
bagian-bagian konstruksi disesuaikan dengan gambar kerja atau menurut aturan dalam
SKSNI-1991.

35
d. Besi beton harus bebas dari kotoran, karat, minyak, cat dan kotoran lain yang dapat
mengurangi daya lekat semen atau dapat menurunkan mutu besi beton.
e. Besi beton harus dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar. Kemudian dibentuk
dan dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah
tempat.
f. Kawat beton yang dipergunakan harus lazim dipakai, sehingga dapat mengikat besi beton
tetap pada tempatnya. Untuk mendapatkan mutu besi beton yang diinginkan, dapat
dipergunakan besi beton dari produk yang ditunjuk Direksi Teknis.
g. Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan di
alam terbuka untuk jangka waktu yang panjang.

SPESIFIKASI: ROUND BAR ( Grade 24 )

CODE NO. UNIT WEIGHT Diameter Tolerance

Kg/m ( d)

Effective Tolerance

Ø 7 0.302 7% 7 7%

Ø 8 0.395 7% 8 7%

Ø 10 0.617 5% 10 6%

Ø 12 0.888 5% 12 6%

Ø 16 1.578 5% 16 5%

Ø 19 2.226 4% 19 5%

Ø 22 2.984 4% 22 5%

Ø 25 3.853 4% 25 5%

36
SPESIFIKASI: DEFORMED BAR ( Grade 40 )

CODE NO. UNIT WEIGHT Effective Diameter

Kg/m

Effective Tolerance

D 10 0.617 6% 10

D 13 1.042 6% 13

D 16 1.578 5% 16

D 19 2.226 5% 19

D 22 2.984 5% 22

D 25 3.853 5% 25

D 29 5.185 4% 29

D 32 6.313 4% 32

SPESIFIKASI : WIRE MESH

CODE TYPE SIZE WEIGHT

NO. (m) ( kg )

M4 Rool 54,0 2,10 154.5

M5 Rool 54,0 2,10 241.4

M6 Rool 54,0 2,10 347.6

M6 Sheet 5,40 2,10 34.76

M7 Sheet 5,40 2,10 47.31

M8 Sheet 5,40 2,10 61.79

M9 Sheet 5,40 2,10 78.21

M 10 Sheet 5,40 2,10 96.55

37
SPESIFIKASI : PIPA BAJA MEDIUM GALVANIS

DIAMETER DIAMETER LUAR TEBAL BERAT


NOMINAL

inch mm Max(mm) Min (mm) mm Kg/m

1/2 15 21.4 21.1 2.65 1.22

3/4 20 27.2 26.4 2.65 1.58

1 25 34.2 33.4 3.25 2.44

1¼ 32 42.9 42.1 3.25 3.14

1½ 40 48.8 48.0 3.25 3.61

2 50 60.8 59.8 3.65 5.10

2½ 65 76.6 75.4 3.65 6.51

3 80 89.5 88.1 4.05 8.47

4 100 114.9 113.3 4.05 12.00

5 125 140.6 138.7 4.85 16.20

6 150 166.1 164.1 4.85 19.20

PASAL 3 PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI, PLESTERAN DAN SIARAN


3.1. Pasangan Batu Kali untuk Drainase, Senderan/DPT, Konstruksi Gorong-Gorong.
- Batu kali yang dipergunakan batu kali yang dibelah atau batu gunung yang keras, tidak
porous dan bersih, besarnya tidak lebih dari 30 cm.
- Tidak dibenarkan menggunakan batu kali bulat atau batu endapan. Pemecahan batu harus
dilakukan diluar batas bowplank bangunan.
- Semen, pasir, air dan pasangan adalah sama dengan ditentukan dalam pekerjaan beton.
- Penggunaan adukan : 1 pc : 5 ps, Digunakan untuk pasangan batu kali secara umum atau
sesuai dengan gambar kerja atau dengan Kuat tekan mortar setara 90 kg/cm.
- Pada setiap pokok galian dibuat profil pasangan terbuat dari kayu atau bambu dengan
ukuran sesuai dengan ukuran drainage dan atau senderan yang akan dibuat.
- Batu kali terpasang padat dan diantara batu kali harus dilapisi oleh adukan. Tepi atas dari
pondasi batu kali harus datar.
38
3.2. Pekerjaan Plesteran dan Siaran
a. Kwalitas Bahan.
- Pasir yang digunakan adalah pasir pasang berasal dari sungai atau dari daerah quarry.
- Pelaksanaan pekejaan plesteran harus mendapatkan hasil yang baik dan sempurna dalam
arti bidang permukaan harus rata, tidak bergelombang, tegak lurus dan padat.
- Jika hasil plesteran menunjukkan hasil tidak memuaskan, maka bagian tersebut sebagian
atau seluruhnya harus dibongkar untuk diperbaiki atau diulang kembali atas tanggungan
Pemborong.
b. Teknis/Cara Pemasangan.
Permukaan pasangan batu yang akan diplester, dibuatkan kepala dengan jarak kurang lebih
2 meter untuk menghasilkan permukaan yang rata, barulah pekerjaan plesteran dapat
dilaksanakan. Tebalnya plesteran tidak boleh kurang dari 2 cm.
c. Pekerjaan siaran/Acian batu muka
Pekerjaan siaran dilaksanakan setelah pekerjaan pasangan drainage selesai. Ketebalan
acian harus merata berkisar 2–3 mm. Permukaan akhir acian harus merata, halus dan tidak
retak-retak.

3.3. Pekerjaan Paving Block dan Kansteen ( Kerb)


3.3.1. Bahan Standar
a. Paving yang dipakai adalah paving khusus untuk jalan kendaraan (drive way) dengan
mutu K-225.
b. Produksi Paving Block proses mesin kekuatan menahan beban kendaraan ± 8 ton.
c. Mutu paving block K-225 direncanakan dengan kekuatan tekan minimal 225 kg/cm 2.
d. Kansteen beton cetak/kerb dengan mutu K-225 dan ukuran sesuai gambar rencana
dengan kuat tekan minimal 225 kg/cm2.

3.3.2. Toleransi Dimensi


a. Perbedaan ukuran paving rata – rata tidak lebih dari 2 mm setiap paving.
b. Kerataan permukaan masing – masing paving tidak lebih dari 0,3 mm.
c. Kemiringan permukaan untuk keperluan drainage dibuat rata – rata max. 2 % kearah
pembuangan kecuali pada tikungan menyesuaikan gambar.
d. Alur paving sesuai standar pabrik.
e. Ketebalan rata– rata minimal 6- 8 cm.

39
f. Paving yang tidak memenuhi standar toleransi tidak diterima (ditolak).
g. Ukuran paving menyesuaikan dengan gambar rencana.

3.3.3. Pengujian contoh Paving block.


a. Contoh paving block yang akan dipasang kuat tekannya harus diuji terlebih dahulu
dilaboratorium yang direkomendasikan oleh Direksi.
b. Contoh Paving yang diuji adalah yang dipasang di lapangan di ambil secara acak.
c. Setiap kurang lebih 30 m2 paving block yang akan dipasang harus diwakili 1 buah
benda uji untuk pengetesan kuat tekan.
d. Jumlah benda uji paving keseluruhan minimal 10 buah.
e. Ketahanan aus dari paving juga diuji dengan menggunakan Mesin aus (SNI.03-0028-
1987). Cara uji ubin semen. Ketahanan aus maksimal 0,149 mm/menit.
f. Penyerapan air dari paving perlu diuji sehingga di dapat penyerapan air rata-rata
maksimal 6%.
g. Paving block dan kansteen cetak yang tidak memenuhi persyaratan kuat tekan
berdasarkan hasil pengujian di laboratorium , tidak akan diterima (ditolak).

3.3.4. Persyaratan Pasir


a. Pasir Perata (Bedding Sand)
Berfungsi sebagai lapis perata (platform) yang dimaksudkan untuk memberi
kesempatan Paving block memposisikan diri terutama dalam proses penguncian
(interlocking). Syarat Gradasi Pasir perata seperti ditunjukkan dalam Tabel di bawah
ini :
Tabel Gradasi Pasir Perata
UKURAN SARINGAN % LOLOS SARINGAN
9,52 mm 100
4,75 mm 95-100
2,36 mm 80-100
1,18 mm 50-85
600 microns 25-60
300 microns 10-30
150 microns 5-15
75 microns 0-10
40
- Secara fisik bentuk partikel pasir perata tidak bulat atau tajam.
- Kadar air ‹ 10% dan kadar Lempung ‹ 3%
b. Pasir Pengisi (Joint Filling Sand)
Pasir pengisi ini diisikan pada celah – celah diantara Paving block dengan fungsi
utama memberikan kondisi kelulusan air, menghindarkan bersinggungannya. Syarat
Gradasi Pasir Pengisi seperti ditunjukkan dalam Tabel berikut :

Tabel Gradasi Pasir Pengisi

UKURAN SARINGAN % LOLOS SARINGAN

2,36 mm 100
1,18 mm 90-100
600 microns 60-90
300 microns 30-60
150 microns 15-30
75 microns 5-10
- Kadar air ‹ 5%, kadar Lempung dan lanau ‹ 10%
- Jangan menggunakan bahan pengikat seperti semen.

3.3.5. Pola dan Pemasangan Paving Blok


3.3.5.1. Lapisan Sub grade
Subgrade atau lapisan tanah paling dasar harus diratakan terlebih dahulu,
sehingga mempunyai profil dengan kemiringan sama dengan yang kita
perlukan untuk kemiringan Drainage (Water run off) yaitu minimal 1,5 %.
Subgrade atau lapisan tanah dasar tersebut harus kita padatkan dengan
kepadatan minimal 95 % MDD (Modified Max Dry Density) sebelum pekerjaan
subbase dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi teknis yang kita butuhkan. Ini
sangat penting untuk kekuatan landasan area paving nantinya.
3.3.5.2. Lapisan Sub base
Pekerjaan lapisan subbase harus disesuaikan dengan gambar dan spesifikasi
teknis yang dibutuhkan. Profil lapisan permukaan dari sub base juga harus
mempunyai minimal kemiringan 2%, dua arah melintang kekiri dan kekanan.
Kemiringan ini sangat penting untuk jangka panjang kestabilan paving .
41
3.3.5.3. Kanstin/Penguat Tepi/kerb
Kanstin atau Penguat tepi atau Kerb harus sudah kita pasang sebelum
pemasangan paving dilakukan. Hal ini harus dilakukan untuk menahan paving
pada tiap sisi agar paving tidak bergeser sehingga paving akan lebih rapi pada
hasil akhirnya.
3.3.5.4. Drainage/Saluran
Seperti halnya kanstin, Drainage atau Saluran air ini juga harus sudah kita
pasang sebelum pemasangan paving dilakukan. Hal ini sangat wajib dilakukan
untuk effisiensi waktu/kecepatan pekerjaan. Drainage yang dikerjaan setelah
paving terpasang akan sangat mengganggu pekerjaan pemasangan paving itu
sendiri karena harus membongkar paving yang sudah terpasang.
3.3.5.5. Perlengkapan peralatan kerja.
Peralatan yang kita butuhkan harus sudah disiapkan sebelum pemasangan
paving dimulai. Adapun alat-alat yang kita butuhkan adalah sebagai berikut :
a. Mesin Plat Compactor dengan luas permukaan plat antara 0,35 s/d 0,50 m2
dan mempunyai gaya sentrifugal sebesar 16 s/d 20 kN dengan frekwensi
getaran berkisar 75 s/d 00 Hz.
b. Alat Pemotong paving (Block Cutter)
c. Kayu yang diserut rata/jidar untuk Levelling Screeding pasir
d. Benang sepat
e. Lori/gerobak angkut.
3.3.5.6. Persyaratan dan tata cara pemasangan paving
a. Abu batu/pasir alas seperti yang dipersyaratkan segera digelar diatas
lapisan base. Kemudian diratakan dengan jidar kayu sehingga mencapai
kerataan yang seragam dan harus mengikuti kemiringan yang sudah
dibentuk sebelumnya pada lapisan base.
b. Penggelaran abu batu/pasir alas tidak melebihi jarak 1 meter didepan
paving terpasang dengan tebal screeding.
c. Pemasangan paving harus kita mulai dari satu titik/garis (starting point)
diatas lapisan abu batu/pasir alas (laying course).
d. Tentukan kemiringan dengan menggunakan benang yang kita tarik tegang
dan kita arahkan melintang sebagai pedoman garis A dan memanjang

42
sebagai garis B, kemudian kita buat pasangan kepala masing-masing
diujung benang tersebut.
e. Pemasangaan paving harus segera kita lakukan setelah penggelaran abu
batu/pasir alas. Hindari terjadinya kontak langsung antar block dengan
membuat jarak celah/naat dengaan spasi 2-3 mm untuk pengisian joint filler.
f. Memasang paving harus maju, dengan posisi si pekerja diatas block yang
sudah terpasang.
g. Apabila tidak disebutkan dalam spesifikasi teknis, maka profil melintang
permukaan paving minimal mencapai 2% dan maksimal 4% denga toleransi
cross fall 10 mm untuk setiap jarak 3 meter dan 20 mm utnuk jarak 10 meter
garis lurus. Pembedaan maksimum kerataaan antar block tidak boleh
melebihi 3 mm.
h. Pengisian joint filler harus segera kita lakukan setelah pamasangan paving
dan seera dilanjutkan dengan pemadatan paving.
i. Pemadatan paving dilakukan dengan menggunakan alat plat compactor
yang mempunyai plat area 0,35 s/d 0,50 m 2 dengan gaya sentrifugal
sebesar 16 s/d 20 kN dan getaran dengan frekwensi 75 s/d 100 MHz.
Pemadatan hendaknya dilakukan secara simultan bersamaan dengan
pemasangan paving dengan minimal akhir pemadatan meter dibelakang
akhir pasangan. Jangan meninggalkan pasangan paving tanpa adanya
pemadatan, karena hal tersebut dapat memudahkan terjadinya deformasi
dan pergeseran garis joint akibat adanya sesuatu yang melintas melewati
pasangan paving tersebut. Pemadatan sebaiknya kita lakukan dua putaran,
putaran yang pertama ditujukan untuk memadatkan abu batu/pasir alas
dengan penurunan 5-15 mm (tergantung abu batu/pasir yang dipakai).
Pemadatan putaran kedua, dengan menyapu abu batu/pasir pengisi celah/
naat block, dan masing-masing putaran dilakukan paling sedikit 2 lintasan.
j. Pengecatan paving untuk marka parkir sepeda motor menggunakan cat
Tennokote (exterior). Pengecatan marka dilakukan dengan cara yang lazim.

3.3.6. Hasil akhir


a. Bidang pasang paving rata atau tidak bergelombang, padat, tidak cacat, ( pecah/
patah terbagi ).

43
b. Alur–alur harus lurus dengan ukuran yang sama.
c. Siar terisi penuh dengan pasir halus/ mortar.
d. Air mengalir lancar kesaluran drainage jalan dengan kemiringan maximal 2 %.
e. Permukaan paving harus bersih dari bekas–bekas semen dan kotoran lainnya.

3.4. Rambu–Rambu Keselamatan Kerja


a. Bila diperlukan sebelum dimulainya dan selama berlangsungnya pekerjaan, Kontraktor
diwajibkan untuk memasang tanda–tanda pengaman lalu lintas dengan ketentuan sebagai
berikut : Semua papan–papan dan tanda–tanda perhatian harus dibuat dari papan Kayu
Kelas II tebal minimum 3 mm dengan warna dasar kuning dan Penunjuk Pengaman Lalu
Lintas dengan warna hitam dengan ukuran sesuai petunjuk direksi.
b. Pada malam hari ditempat–tempat yang berbahaya bagi yang lewat harus dipasang lampu
merah yang cukup jelas dan terang menurut petunjuk Direksi untuk menghindari terjadinya
kecelakaan.
c. Penempatan alat–alat dan bahan–bahan yang berada di tepi jalan pada malam hari harus
juga diberi seperti lampu merah atau tanda–tanda yang sifatnya membantu keamanan
jalannya lalu lintas.
d. Menutup lalu lintas secara total tidak dibenarkan, kecuali setelah ada persetujuan tertulis
dari Direksi.
e. Kontraktor harus menjaga jangan sampai lalulintas macet dan Kontraktor harus
menyediakan orang untuk mengatur lalu lintas jalannya bila diperlukan Kontraktor harus
menyediakan pesawat HT untuk mempermudah sistem pengaturannya.
f. Penetapan alat–alat dan bahan–bahan diusahakan sedapat mungkin tidak mengganggu lalu
lintas. Bila karena terpaksa bahan–bahan harus dituangkan di tepi jalan, dengan tidak
mengganggu lalu lintas selambat–lambatnya dalam waktu satu kali 24 jam sesudah
penurunan bahan–bahan harus sudah dipindah ketempat penyimpanannya.
g. Setiap kecelakaan yang disebabkan karena kelalaian kontraktor memberi pengaman seperti
tersebut diatas, sepenuhnya adalah tanggung jawab Kontraktor.

3.5. Pembuangan Sisa Galian Keluar Lokasi Dengan Kendaraan


Untuk keperluan pengangkutan jauh keluar lokasi kerja dengan alat angkut yang memadai. Alat
angkut dan operatornya disediakan oleh kontraktor. Penempatan material tersebut pada tempat
yang aman atas persetujuan Direksi.

44
3.6. Penyelesaian Pekerjaan
a. Yang dimaksud dengan pekerjaan penyelesaian adalah :
- Perbaikan–perbaikan kecil terhadap bagian dari pekerjaan yang kurang sempurna dengan
nilai pekerjaan setinggi– ingginya 1 % dari harga jenis pekerjaannya dan bukan pekerjaan
pokok.
- Pembersihan kembali dari sisa–sisa bahan/peralatan kerja menjadi tanggung jawab
kontraktor.
b. Selama masa pemeliharaan, kontraktor diwajibkan untuk :
- Membongkar barak kerja/gudang bahan dan membersihkannya
- Memperbaiki bangunan–bangunan setempat yang rusak sehubungan dengan
pelaksanaan/kegiatan pekerjaan. Termasuk lining jembatan, deker/gorong– gorong yang
rusak akibat kendaraan–kendaraan kontraktor selama pelaksanaan pekerjaan.
- Semua alat bantu milik Negara yang dipinjamkan/diperbantukan dikembalikan setelah
diservice/diperbaiki sebagaimana keadaan pada waktu penyerahan dari proyek.
c. Pembersihan dan pembuangan lumpur/sampah/pasir bawaan
- Yang dimaksud dengan item ini adalah pembersihan sampah/lumpur/pasir yang terbawa
aliran air setelah dilaksanakan pekerjaan pembersihan sebelumnya baik pada saluran
maupun sungai. Hal ini harus dilengkapi data pendukung/photo dan atas sepengetahuan
direksi. Hasil pembersihan (tanah/pasir) yang kualitasnya baik dapat digunakan untuk
timbunan atas persetujuan direksi.

PASAL 4 PEKERJAAN JALAN DAN DRAINASE


1. Lingkup Pekerjaan
Didalam pembuatan Dokumen Metode Pelaksanaan Konstruksi, pertama kali kita harus
menetapkan dan menghitung Construction Plan atas kebutuhan peralatan yang dipakai pada
suatu item pekerjaan berdasarkan jangka waktu tertentu sesuai jadwal pelaksanaan
pekerjaan, tentu saja sesuai dengan metode konstruksi yang paling efisien dan efektif.
Untuk perhitungan kebutuhan peralatan proyek adalah sebagai berikut :
a. Menghitung produksi alat per jam
b. Menghitung waktu operasi tiap jenis peralatan didalam menyelesaikan suatu jenis item
pekerjaan. Dengan dibandingkan produksi alat per satuan volume/luas maka dapat dihitung
jumlah alat yang diperlukan didalam menyelesaikan satu jenis item pekerjaan sesuai jadwal
waktu yang tersedia.
45
2. Pekerjaan Umum
a. Pekerjaan pengukuran metoda pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
1) Menentukan lokasi titik-titik point dari titik awal dan disesuaikan dengan gambar
rencana.
2) Mengukur posisi dan ketinggian titik-titik kerangka pemetaan serta pengukuran detail
topografi, sehingga dapat digambarkan diatas bidang datar dalam skala tertentu.
3) Data yang diambil adalah jaringan titik kontrol (X, Y) dan (h) yang akan digunakan
sebagai referensi pengukuran dan titik kontrol pengukuran.
4) Pengolahan data hasil pengukuran lapangan dan di uraikan dalam gambar shop
drawing sehingga sudah dapat mengetahui dan menentukan penempatan pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
5) Pencetakan gambar shop drawing akan di laksanakan di lapangan.
6) Pekerjaan ini biasanya dilakukan seiring atau setelah pekerjaan pengukuran
dilakukan. Pemasangan patok (Pematokan) dilaksanakan bersama-sama oleh Pihak
Proyek, Perencana Pengawas, Pelaksana dan dibuat Berita Acara Pematokan.
7) Patok terbuat dari patok kayu persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat
dan cukup memuta informasi Stationing.
8) Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan didahului dengan pemasangan patok.
9) Clean Construction
10) Material pekerjaan ditampung di stock yard area dan dibawa secukupnya ke lokasi
pekerjaan.
11) Tidak diperkenankan menaruh material pekerjaan di lokasi-lokasi yang sering dilalui
orang (tempat umum).
12) Di sekitar lokasi pekerjaan yang berada ditempat umum, harus dilengkapi dengan
pagar pengaman yang memadai.
13) Untuk pekerjaan malam hari dilengkapi dengan lampu penerangan.

3. Pekerjaan Drainase
a. Galian untuk Drainase Selokan dan Saluran air. Metoda pelaksanaan dapat diuraikan
sebagai berikut :
1) Menyiapkan as galian
2) Menentukan batas kedalaman galian

46
3) Menggali tanah sampai kedalaman yang ditentukan selebar bodem pondasi. Hasil galian
dibuang kekanan dan kekiri atau dibuang dengan dump truck. Menggali tanah untuk
lebarnya bagian kiri kanan galian tanah sifatnya kasar belum difinish sehingga belum
tepat sesuai dimensi yang ditentukan.
4) Semua galian harus terlindung dari longsoran tanah maupun genangan air
sehingga perlu adanya pompa air untuk pengeringan kalau seandainya diperlukan.
5) Rapikan galian sesuai ketentuan.
6) Clean Construction
7) Sisa galian dibuang keluar lokasi pekerjaan.
8) Disekitar lokasi pekerjaan yang berada ditempat umum, harus dilengkapi dengan pagar
pengaman yang memadai.
9) Untuk pekerjaan malam hari dilengkapi dengan lampu penerangan.
b. Box Culvert Precast 60 x 60 x 120 cm (K350) Beban Gandar 20 ton Metoda pelaksanaan
sebagai berikut :
1) Kontraktor menerima Boc Culvert. dilapangan dalam kondisi baik
2) Penggalian menggunakan alat Excavator
3) Dump Truk membuang hasil galian
4) Penebaran pasir setebal 10 cm pada dasar galian
5) Pemasangan Box Culvert. dilakukan dengan alat Crane dan alat bantu
6) Clean Construction
7) Material pekerjaan ditampung di stock yard area dan dibawa secukupnya ke lokasi
pekerjaan. Material yang dibawa dari stock yard area ke lokasi pekerjaan merupakan
material yang akan digunakan untuk bekerja
8) Tidak diperkenankan menaruh material pekerjaan di lokasi-lokasi yang sering dilalui
orang (tempat umum).
9) Disekitar lokasi pekerjaan yang berada ditempat umum, harus dilengkapi dengan pagar
pengaman yang memadai.
10) Untuk pekerjaan malam hari dilengkapi dengan lampu penerangan.

4. Pekerjaan Aspal
a. Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair Metode pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Lapis Resap Pengikat digunakan sebagai bahan perekat antara Base Course dengan
lapisan perkersan aspal yang baru.

47
2) Lapis Resap Pengikat terbuat dari campuran aspal padat (Pen 80/100) atau (Pen 60/70)
dan karosyn (minyak tanah) atau murni aspal emulsi tanpa campuran apapun.
3) Sebelum melakukan penyemprotan/pelaburan permukaan bidang yang akan disemprot
dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang akan menggangu penyerapan aspal pada
bidang permukaan yg akan di labur dengan menggunakan compressor dan alat bantu
lainnya hingga seluruh bidang permukaan bersih dengan ketentuan pembersihan
dilakukan minimal lebih dari 20 cm dari tepi bidang semprot.
4) Untuk Lapis Resap Pengikta, rentang tingkat pemasangan = 0,2 – 1,0 Liter/m² untuk
aspal cair dan 0,2 s/d 1,0 Liter/m² untuk aspal emulsi dengan temperatur aspal (Pen 80)
antara 50 - 85 Drajat Celcius.
5) Setelah seluruh permukaan yg akan dilaburi aspal siap, baru dapat dilakukan
penyemprotan secara merata dengan menggunakan Aspal Distributor. Untuk
mendapatkan hasil pelaburan aspal sesuai ketentuan maka, alat penyemprot aspal
harus memiliki sistim tangki aspal, pemanas, pompa, alat penyemprot dan alat
pendukung lainnya seperti termometer, meteran tekanan, tonkat celup yang telah
dikalibrasi. Adapun tongkat penyemprot aspal harus dilengkapi dgn minimum 24 nosel
dengan jarak tiap nosel 1 cm, agar dapat menyemprot aspal cair secara merata dengan
berbagai lebar variasi semprotan atau dengan rentang antara 0,15 - 2,4 liter/m², dan jika
menggunakan alat bantu, maka harus dilakukan pengujian terlebih dahulu agar laburan
aspal sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi teknis. Kontraktor harus melakukan
percobaan dibawah pengawasan direksi untuk mendapatkan tingkat pemasangan
(aplikasi) yang tepat.
6) Penyemprotan aspal dapat dilakukan perlajur atau1/2 lajur jalan dengan ketentuan
harus diberi bagian overlap dengan lebar 20 cm dan lebar semprotan harus lebih lebar
dari lebar bidang yang ditetapkan. Untuk menjaga laju penyeprotan tetap/konstan, maka
penempatan aspal distributor diupayakan berada 5 meter dari bidang permukaan yang
akan disemprot. Agar sistem penyemprotan aspal distributor tidak terganggu oleh angin
yang terperangkap dalam sistem penyemprotan, maka sisa aspal pada tangki distributor
selalu dijaga agar tidak kurang dari 10 % kapasitas tangki aspal.
7) Berdasarkan spesifikasi, pengujian terhadap pekerjaan ini dilakukan setiap 200 m
panjang lintasan dengan mengunakan kertas tes ukuran 25 x 25 cm, dengan ketentuan
minimum 5 penampang melintang dengan jarak sama yang dipasang 3 kertas resap
dengan jarak sama, atau dengan ketentuan pemasangan kertas tidak boleh kurang dari

48
0,5 m dari tepi bidang semprot atau dalam jarak 10 m dari titik awal, dan pada saat
melakukan kecepatan alat aspal distributor harus tetap untuk mendapatkan hasil
takaran yang telah ditetapkan.
b. Lapis Perekat- Aspal Cair metode pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Lapisan ini hanya digunakan pada daerah permukaan yg beraspal dan dalam kondisi
kering.
2) Komposisi campuran Lapis Perekat adalah 80 % Aspal (AC 10 atau AC 20) : 20 %
Minyak pencair (Kerosen/minyak tanah) atau 100 bagian aspal : 20 bagian minyak.
3) Sebelum melakukan penyemprotan/pelaburan permukaan bidang yang akan disemprot
dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang akan menggangupenyerapan aspal
pada bidang permukaan yg akan di labur dengan menggunakan compressor dan alat
bantu lainnya hingga seluruh bidang permukaan bersih dengan ketentuan pembersihan
dilakukan minimal lebih dari 20 cm dari tepi bidang semprot.
4) Untuk Lapis Perekat, rentang tingkat pemasangan = 0,15 - 0.35 Liter/m² untuk aspal cair
dan 0,2 s/d 1,0 Liter/m² untuk aspal emulsi dengan temperatur aspal (Pen 80) antara 50
- 85 Derajat Celcius.
5) Setelah seluruh permukaan yang akan dilaburi aspal siap, baru dapat dilakukan
penyemprotan secara merata dengan menggunakan Aspal Distributor. Untuk
mendapatkan hasil pelaburan aspal sesuai ketentuan maka, alat penyemprot aspal
harus memiliki sistim tangki aspal, pemanas, pompa, alat penyemprot dan alat
pendukung lainnya seperti termometer, meteran tekanan, tonkat celup yang telah
dikalibrasi. Adapun tongkat penyemprot aspal harus dilengkapi dgn minimum 24 nosel
dengan jarak tiap nosel 1 cm, agar dapat menyemprot aspal cair secara merata dengan
berbagai lebar variasi semprotan atau dengan rentang antara 0,15 - 2,4 liter/m², dan jika
menggunakan alat bantu, maka harus dilakukan pengujian terlebih dahulu agar laburan
aspal sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi teknis. Kontraktor harus melakukan
percobaan dibawah pengawasan direksi untuk mendapatkan tingkat pemasangan
(aplikasi) yang tepat.
6) Penyemprotan aspal dapat dilakukan perlajur atau 1/2 lajur jalan dengan ketentuan
harus diberi bagian overlap dengan lebar 20 cm dan lebar semprotan harus lebih lebar
dari lebar bidang yang ditetapkan. Untuk menjaga laju penyeprotan tetap/konstan, maka
penempatan aspal distributor diupayakan berada 5 meter dari bidang permukaan yang
akan disemprot. Agar sistem penyemprotan aspal distributor tidak terganggu oleh angin

49
yang terperangkap dalam sistem penyemprotan, maka sisa aspal pada tangki distributor
selalu dijaga agar tidak kurang dari 10 % kapasitas tangki aspal.
7) Berdasarkan spesifikasi, pengujian terhadap pekerjaan ini dilakukan setiap 200 m
panjang lintasan dengan mengunakan kertas tes ukuran 25 x 25 cm, dengan ketentuan
minimum 5 penampang melintang dengan jarak sama yang dipasang 3 kertas resap
dengan jarak sama, atau dengan ketentuan pemasangan kertas tidak boleh kurang dari
0,5 m dari tepi bidang semprot atau dalam jarak 10 m dari titik awal, dan pada saat
melakukan kecepatan alat aspal distributor harus tetap untuk mendapatkan hasil
takaran yang telah ditetapkan.
c. Laston Lapis Aus (AC-WC) tebal 4 cm metode pelaksanaan diuraikan sebagai berikut :
1) Laston Lapis Aus (AC-WC) pada pekerjaan ini digunakan sebagai lapisan akhir penutup
permukaan perkerasan aspal dengan tebal lapisan berdasarkan analisa setebal 5 cm,
dengan lebar perkerasan aspal sesuai gambar dokumen.
2) Material batu yang digunakan pada pekerjaan ini adalah batu pecah hasil produksi
stone crusher dengan gradasi yang seragam dengan ukuran maksimum agregat 19
mm yang berasal dari batu basal atau adesit dengan bidang pecah satu atau lebih,
bahan aspal yang digunakan adalah Aspal AC yang dicairkan dalam ketel dengan
rentang suhu antara 140 - 160 °c.
3) Sesuai analisa, komposisi campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) terdiri dari Agregat
Kasar/Coarse Agregat (5-10 & 10-15 mm) sebesar 44,70 %, agregat halus/Fine
Agregat (0-5mm) sebesar 48,00%, Filer sebagai bahan pengisi sebesar 1,90 % dan
aspal sebesar 5,40% dan bahan Anti Stripping Agent sebesar 0,30% dengan
ketentuan material agregat pecah harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung.
4) Pemilihan aggregat harus mendapat persetujuan dari direksi dan juga harus
dipehitungkan penyerapan aspal oleh agregat, agar penyerapan aspal pada agregat
seragam, selain itu penyerapan air maksimum yang diperbolehkan pada agregat
sebesar 3% dan perbedaan berat jenis agregat kasar dan agregat halus < 0,2.
5) Gradasi gabungan untuk agregat Laston Lapis Aus AC-WC adalah untuk Gradasi
Halus (Couse Agregat) lolos saringan 1/2" - 12,5mm = 90-100%, saringan 3/8" -
9,5mm = 72-90%, saringan No.8 - 2,36 mm = 39.1-53%, sedangkan (Fine Agregat)
lolos saringan No.30 - 0,6mm = 23.1-30% dan saringan No.200 - 0,075mm = 4-10%,
sedangkan untuk Gradasi Kasar (Couse Agregat) lolos saringan 1/2" - 12,5mm = 90-
100%, saringan 3/8" - 9,5mm = 72-90%, saringan No.8 - 2,36mm = 28-39.1%,

50
sedangkan (Fine Agregat) lolos saringan No.30 - 0,6mm = 13-19.1% dan saringan
No.200 - 0,075mm = 4-10%. sementara untuk Pasir halus yang digunakan adalah
pasir kali atau dapat juga menggunakan pasir pantai dengan ketentuan tidak
melampaui 15% terhadap berat total campuran, Praksi Filer (Bahan pengisi)
menggunakan semen atau bahan non plastis lainnya dengan ketentuan bahan yang
digunakan dalam keadaan kering dan tidak bergumpal yang lolos ayakan No. 200 (75
micron) minimal 75 % dari berat material, sedangkan aspal sebesar 5,4 % yang
dicairkan dalam tangki aspal dengan daya tampung minimum 30.000 liter yang
dihubungkan dengan sistim sirkulasi ke alat pencampur aspal (AMP) dan tangki yang
digunakan harus memiliki alat pengatur temperatur untuk memudahkan dalam
mengatur temperatur aspal hingga batas yang ditentukan.
6) Sebelum melakukan proses produksi laston, harus dilakukan pengujian terhadap
Material dan Peralatan untuk AMP dan mengajukan usulan DMF untuk dilakukan
pengujian hingga mendapatkan hasil sesuai dengan spesifikasi yang tertuang dalam
JMF dan telah mendapat persetujuan dari direksi teknis, setelah itu barulah dapat
dilakukan produksi secara masal untuk pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
7) Sebelum melakukan proses produksi laston, harus diperhatikan terlebih dahulu
kesiapan lokasi pekerjaan, baik terhadap kondisi lapangan dan laburan aspal cair
(prime coat/teack coat) serta kondisi alat yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan baik alat penghamparan maupun pemadatan agar dalam pelasanaan
pekerjaan tidak terhambat.
8) Proses pencampuran material aspal panas dilakukan dalam alat pencampur (Asphal
Mixing Plant / AMP). Material yang digunakan dikelompokan sesuai dengan jenis dan
ukuran tiap praksi dan kemudian ditampung dalam coldbin untuk tiap praksi agar
material tidak tercampur dengan menggunakan whell loader.
9) Material yang digunakan dikeringkan pada alat pengering berputar (Drier) yg
dirancang sedemikian rupa utk mengeringkan material hingga temperatur yang telah
ditentukan (mak 160 °c), alat penyuplay matrial dari coldbin ke alat pengering dengan
mengunakan elevator (ban karet) sedangkan material panas disuplay ke alat
pencampur dengan mengunakan elevator baja.
10) Material yang digunakan, sebelum ditampung dalam bin terlebih dahulu diayak dengan
ayakan baja untuk memisahkan matrial yang terlalu besar (oversize) maupun yang
terlalu kecil (undersize) agar agregat tersebut memiliki gradasi tunggal.

51
11) Alat pencampur yang digunakan harus telah dilakukan tes kalibrasi terhadap sistim
penakaran (Batching plant), perangkat timbangan atau meteran dengan sistim
menerus dan juga harus memiliki sistim distibusi aspal dan meteran yang baik dengan
memiliki nosel penyemprot yang teratur pada alat pencampur yang disesuaikan dan
disingkronkan dengan alat aliran agregat dengan pengunci otomatis yang akiurat dan
dapat disetel agar komposisi material yang dihasilkan sesuai dengan komposisi yang
telah ditentukan (sesuai job mix), selain itu alat pencampur juga harus dilengkapi
dengan alat pengumpul debu (Dust Collector) untuk membuang atau mengembalikan
debu secara merata ke elevator.
12) Pengujian terhadap komposisi campuran laston dilakukan sebagai tahap awal
produksi, dan setelah komposisi campuran tepat dan disetujui oleh direksi barulah
dapat dilakuan produksi sesuai kebutuhan, selain pengujian terhadap campuran juga
dilakukan ujicoba terhadap hamparan dan pemadatan material sepanjang minimal 200
m atau 60 Mon.
13) Proses penghamparan diawali dari pendistribusian lataston dari alat pencampur (AMP)
ke lokasi hamparan dengan mengunakan dump truk, setelah dump truk terisi penuh
material laston, segera dilakukan penimbangan untuk mendapatkan volume tonase
material dan setelah itu dibawa ke dan dituang ke alat penghampar (asphal finisher).
Pada saat melakukan pendistribusian material ke lokasi pekerjaan sebaiknya
dilakukan penutupan bak damp truk dengan menggunakan terpal agar temperatur
lataston dapat terjaga atau minimal setelah sampai dilokasi pekerjaan temperatur
aspal pada saat dituang ke alat penghampar mencapai temperatur minimal 135 °c.
14) Aspal panas (laston) yang telah dituang dihampar dilokasi pekerjaan pada daerah
permukaan jalan yang telah dilapisi aspal cair ( prime coat / teack coat) dan aspal
panas dihampar dengan ketebalan gembur sebesar 20% dari ketebalan padat yang
direncanakan sehingga pada saat dilakukan pengujian ketebalan padat laston didapat
ketebalan sesuai dengan ketebalan yang telah ditentukan. Penghamparan aspal
panas biasanya dilakukan ½ lebar perkerasan jalan. Untuk mendapatkan bentuk tepi
hamparan yang rapi maka pada daerah tepi luar hamparan harus dipangkas lurus
yang dipandu dengan menggunakan garis atau tali untuk mendapatkan bentuk tepi
hamparan yang sempurna sesuai kondisi lintasan jalan.
15) Pemadatan awal dilakukan dengan menggunakan alat pemadat roda baja
(Tandem Roller) dengan posisi roda penggerak berada dekat alat penghampar

52
(berjalan mundur) pada suhu aspal minimal 130 °c dan dipadatkan dengan alat padat
dengan berat 6 - 8 ton dengan jumlah lintasan awal sebanyak 2 lintasan Awal dengan
kecepatan lintasan 1,5 Km/jam yang diawali dari tepi luar sejajar as jalan kearah
sumbu jalan kecuali pada daerah super elevasi harus dilakukan dari daerah terrendah
kemudian ke daerah tertinggi. Pergerseran lintasan dilakukan secara perlahan
dengan kecepatan alat pemadat untuk tiap lintasan 1.5 Km/jam. Pada saat melakukan
penggilasan permukaan roda harus disiram terus menerus agar material tidak melekat
pada permukaan roda dan pengilasan juga dilakukan pada akhir pekerjaan sebanyak
4 lintasan (setelah TR).
16) Pemadatan antara dilakukan dengan menggunakan alat pemadat beroda karet
(Pneumatik Tire Roller) dengan berat alat 10 ton, jumlah lintasan alat sebanyak 6
lintasan dengan kecepatan tiap lintasan 2,5 km/jam. Penggilasan dilakukan secara
gradual yang diawali dari tepi luar hamparan atau dari daerah terendah untuk daerah
super elevasi. Adapun ketentuan yang berlaku untuk tekanan ban pompa 6,0-6,5
kg/cm2 (85-90 psi) dan jika terjadi selisih tekanan antara ban satu dengan yang lainya
tidak boleh melebihi 0,350 kg/cm2 (5 psi) dari ketentuan yang disyaratkan.
Penggilasan dilakukan dengan posisi roda penggerak mendekati alat penghampar dan
roda harus disiram secara terus menerus, dan jika diperlukan dapat dilakukan
penyiraman dengan menggunakan minyak dengan volume yang sangat kecil agar
tidak merusak material aspal. Temperatur aspal pada saat melakukan penggilasan
minimal 120 °c.
17) Penggilasan menggunakan TR dilakukan dengan posisi roda penggerak
mendekati alat penghampar dan roda harus disiram secara terus menerus, dan jika
diperlukan dapat dilakukan penyiraman dengan menggunakan minyak dengan volume
yang sangat kecil agar tidak merusak material lataston. Temperatur aspal pada saat
melakukan penggilasan minimal 120 °c , dan kemudian dilakukan penggilasan akhir
dengan menggunakan alat pemadat roda baja (Tandem Roller) sebanyak 4 lintasan.
Posisi alat setelah melakukan pemadatan tidak boleh berada diatas material yg belum
dipadatkan.
18) Penyambungan hamparan baik arah sejajar as jalan maupun melintang dilakukan
melebihi 15 cm diatas daerah hamparan, pada daerah himpitan sambungan garuk
dengan pengaruk hingga tebal hamparan mencapai 0,4 - 1 cm dan digilas hingga rata.
Proses penghamparan selanjutnya sama dengan proses penghamparan pertama.

53
19) Pengukuran dan pembayaran dilakukan dalam bentuk tonase dengan cara melakukan
cordrill untuk mendapat ketebalan padat hamparan. Cordrill dilakukan dengan jarak
sejarar sepanjang 200 m untuk tiap titik cor dan pengekoran dilakukan secara zik-zak
dgn jarak yang sama atau ditentukan lain oleh direksi. Pengekoran pada tepi luar
hamparan dilakukan dengan jarak minimal 50 cm dari tepi hamparan dan pada darah
as jalan pada titik sejajar.
d. Laston Lapis Antara (AC-BC) tebal 6 cm Metode pelaksanaan dapat diuraikan sebagai
berikut :
1) Laston Lapis Antara (AC-BC) pada pekerjaan ini digunakan sebagai lapisan antara
perkerasan aspal dengan tebal dan lebar perkerasan aspal sesuai gambar dokumen.
2) Material batu yang digunakan pada pekerjaan ini adalah batu pecah hasil produksi
stone crusher dengan gradasi yang seragam dengan ukuran maksimum agregat 25
mm yang berasal dari batu basal atau adesit dengan bidang pecah satu atau lebih,
bahan aspal yang digunakan adalah Aspal yang dicairkan dalam ketel dengan rentang
suhu antara 140 - 160 °c.
3) Sesuai analisa, komposisi campuran Laston Lapis Antara (AC-BC) terdiri dari Agregat
Kasar/Coarse Agregat (5-10 & 10-15 mm) sebesar 44,70 %, agregat halus /Fine
Agregat (0-5mm) sebesar 48,00%, Filer sebagai bahan pengisi sebesar 1,90 % dan
aspal sebesar 5,40% dan bahan Anti Stripping Agent sebesar 0,30% dengan
ketentuan material agregat pecah harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung.
e. Bahan Anti Pengelupasan metode pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut :
Aditif anti pengelupasan pada pekerjaan ini merupakan bagian dari aspal untuk pekerjaan
Lapis Aspal Beton dengan kebutuhan Aditif anti pengelupasan.

54
BAB II
SPESIFIKASI PERALATAN KONSTRUKSI DAN PERALATAN BANGUNAN

Didalam pembuatan Dokumen Metode Pelaksanaan Konstruksi, pertama kali kita harus
menetapkan dan menghitung Construction Plant atas kebutuhan peralatan berat yang dipakai pada
suatu item pekerjaan berdasarkan jangka waktu tertentu sesuai jadwal pelaksanaan pekerjaan,
tentu saja sesuai dengan metode konstruksi yang paling efisien dan efektif.
Untuk perhitungan kebutuhan peralatan proyek adalah sebagai berikut :
 Menghitung produksi alat per jam
 Menghitung waktu operasi tiap jenis peralatan didalam menyelesaikan suatu jenis item
pekerjaan.
Dengan dibandingkan produksi alat per satuan volume / luas maka dapat dihitung jumlah alat
yang diperlukan didalam menyelesaikan satu jenis item pekerjaan sesuai jadwal waktu yang
tersedia.

2.1. Pekerjaan Persiapan


2.1.1. Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
Peralatan yang digunakan antara lain :

No Jenis Peralatan Jumlah Satuan. Kapasitas Spesifikasi Keterangan


1. Theodolite 1 Bh 100 m1 Digital pendukung
Theodolith
2 Waterpass 1 Bh 100 m1 Pendukung

2.2. Pekerjaan Tanah


2.2.1. Pekerjaan Galian tanah
Peralatan yang digunakan antara lain :
No Jenis Peralatan Jumlah Satuan. Kapasitas Spesifikasi Keterangan
1. Alat Pancang HSPD 1 unit 240 T Pendukung
2. Excavator 1 unit 0,9 M3 Utama
3. Dump truck 1 Unit 6 M3 Pendukung

2.2.2. Pekerjaan Urugan tanah

55
Peralatan yang digunakan antara lain :

No Jenis Peralatan Jumlah Satuan. Kapasitas Spesifikasi Keterangan

1. Stamper 1 Bh 17.3 Kn Pendukung


2. Dump truck 1 Unit 6 M3 Pendukung

2.2.3. Pasangan Batu Kosong dan Pasangan batu kali 1pc : 5ps
Peralatan yang digunakan antara lain :

No Jenis Peralatan Jumlah Satuan. Kapasitas Spesifikasi Keterangan

1. Carmix 1 Bh 2.5 m3 Utama


2. Dump truck 1 Unit 6 m3 Pendukung
3. Water tangker 1 unit 1000 l Pendukung

2.3. Pekerjaan Beton


2.2.4. Pekerjaan Cor beton f'c 7,4 MPa
Peralatan yang digunakan antara lain :

No Jenis Peralatan Jumlah Satuan. Kapasitas Spesifikasi Keterangan

1. Carmix 1 Bh 2.5 m3 Pendukung


2. Mixer truck 1 Unit 6 m3 Pendukung
3. Water tangker 1 unit 1000 l Pendukung

2.4. Pekerjaan Cor Beton fc 14,77 MPa


Peralatan yang digunakan antara lain :

No Jenis Peralatan Jumlah Satuan. Kapasitas Spesifikasi Keterangan

1. Carmix 1 Bh 2.5 m3 Utama


2. Mixer truck 1 Unit 6 m3 Pendukung
3. Water tangker 1 unit 1000 l Pendukung
2.5. Pekerjaan Pasang Paving

56
Peralatan yang digunakan antara lain :

No Jenis Peralatan Jumlah Satuan. Kapasitas Spesifikasi Keterangan

1. Pick Up 1 Bh 2T Pendukung

2.6. Pekerjaan Jalan


Peralatan yang digunakan antara lain :

No Jenis Peralatan Jumlah Satuan. Kapasitas Spesifikasi Keterangan

1. AMP (Asphalt 1 Unit 60 Ton/Jam Utama


Mixing Plant)
2. Tandem Roller 1 Unit 6-8 T Pendukung

3. Aspal Sprayer 1 Unit Pendukung

4. Aspal Finisher 1 Unit Pendukung

57
BAB III.
SPESIFIKASI PROSES/KEGIATAN

Ketentuan mengenai penerapan manajemen K3 konstruksi (Keselamatan dan kesehatan kerja)


Lingkup Pekerjaan Bagian Ini Mengatur Mengenai Pelaksanaan Program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3L) dalam Pelaksanaan Pekerjaan.

3.1. Pedoman Dan Standar


a. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 1135/MEN/1987 tentang Bendera
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.: Kep.245/MEN/1990 tentang Hari Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja Nasional
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

3.2. Keselamatan Kerja


a. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, penyedia
jasa bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, material dan peralatan
teknis serta konstruksi.
b. Wajib menjaga keselamatan kerja di ruang kerja dengan melengkapi perlengkapan
keselamatan kerja seperti safety line, rambu-rambu, papan promosi keselamatan, dll.
c. Wajib menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan dari
segala kemungkinan yang terjadi dengan memenuhi aturan dan ketentuan kesehatan dan
keselamatan kerja yang berlaku (Jamsostek).
d. Menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala
kemungkinan musibah bagi semua petugas dari pekerja lapangan.
e. Setiap pekerja diwajibkan menggunakan sepatu pada waktu bekerja dan dilokasi harus
disediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa safety belt, safety helmet, masker/kedok las
terutama untuk dipakai pada pekerjaan pemasangan kuda-kuda baja dan pekerjaan yang
berisiko tertimpa benda keras.

58
f. Menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih bagi semua petugas
dan pekerja. Membuat tempat penginapan di lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak
diperkenankan, kecuali atas ijin PPK.
g. Apabila terjadi kecelakaan, sesegera mungkin memberitahukan kepada Konsultan
Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban korban
kecelakaan itu.

3.3. Prosedur Operasi Standar (Sop) Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
a. Membuat SOP Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
b. SOP diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk dievaluasi.
c. Menyampaikan laporan pelaksanaan SOP kepada PPK, dan Konsultan Pengawas.

3.4. Sistem Manajemen K3


a. Safety Health and Environmental Induction Kegiatan ini dilaksanakan setiap ada tamu
ataupun pekerja baru yang memasuki wilayah kerja proyek
b. Safety Health and Environmental Talk Program ini bertujuan untuk sosialisasi dan
pembahasan mengenai seluruh permasalahan penerapan K-3L dan Lingkungan selama
masa pelaksanaan proyek. Pelaksanaan Safety talk setiap 1 minggu sekali
c. Safety Health and Environmental Patrol / Inspection Kegiatan ini dilaksanakan secara
rutin, bertujuan untuk memonitor pelaksanaan K-3L di seluruh lingkungan proyek dan
menjaga konsistensi pelaksanaan K-3L.
d. Safety Health and Environmental Meeting Program SHE meeting dilaksanakan seminggu
sekali dimana dalam kegiatan ini membahas permasalahan dan kejadian yang terjadi
dan rencana tindak lanjut untuk memperbaikinya serta membahas permasalahan yang
mungkin terjadi serta langkah-langkah pencegahannya.
e. Safety Health and Environmental Audit Program ini dilaksanakan insidental bertujuan
untuk melakukan audit terhadap kedisiplinan dalam pelaksanaan standar K-3L di
lingkungan proyek terhadap peraturan yang diberlakukan dalam lingkungan perusahaan.
f. Safety Health and Environmental Trainning Pelatihan terhadap seluruh komponen proyek
yaitu karyawan, subkon, mandor dan seluruh pekerja mengenai K-3L, P3K dan respon
terhadap keadaan darurat
g. Housekeeping Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari bertujuan untuk menjaga kebersihan,
kerapihan, kenyamanan di lingkungan kerja

59
3.5. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan diperlukan waktu pelaksanaan selama 2 minggu meliputi kegiatan
pengukuran dan pemasangan bowplank, pembersihan proyek, pemasangan papan nama
proyek, dan lainnya yang berhubungan dengan persiapan site lokasi proyek. pekerjaan
persiapan memiliki beberapa risiko yang bisa ditimbulkan dalam pelaksanaannya, antara lain.

3.5.1. Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bowplank


Pengendalian Terhadap Risiko K3
JENIS BAHAYA & RISIKO K3
Tertimpa alat ukur → luka ringan
Tersengat binatang buas → luka ringan

Tabel 3.1. Bahaya Penilaian Risiko Dan Pengendalian

NO DESKRIPSI RISIKO PENGENDALIAN PENILAIAN TINGKAT RISIKO


URAIAN IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA AWAL KEMUNG KEPARAHAN NILAI TINGKAT
PEKERJAAN BAHAYA KINAN (F) (A) RISIKO RISIKO (TR)
(FxA)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pekerjaan Pengukuran dan Tertimpa alat ukur Pastikan alat ukur 3 1 3 Kecil
pemasangan dipasang di tempat
Persiapan
bowplank yang datar

Tersengat binatang Gunakan Safety 3 1 3 Kecil


berbisa Shoes

3.6. Pekerjaan Tanah dan Urugan


Pekerjaan tanah dan urugan membutuhkan waktu pelaksanaan selama 4 minggu untuk
kegiatan galian dari pondasi pile cap, pondasi menerus, septictak dan peresapan, serta
pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan galian dan urugan. pekerjaan tanah dan urugan
memiliki beberapa risiko yang bisa diti mbulkan dalam pelaksanaannya, antara lain.
3.6.1. Pekerjaan Galian Tanah
Pengendalian Terhadap Risiko K3
JENIS BAHAYA & RISIKO K3
Tertimbun longsoran → luka sedang
Terjatuh ke lubang → luka ringan

60
3.6.2. Pekerjaan Urugan Tanah
Pengendalian Terhadap Risiko K3
JENIS BAHAYA & RISIKO K3
Terpeleset tanah urug → luka ringan

3.6.3. Pekerjaan Pemadatan tanah


Pengendalian Terhadap Risiko K3
JENIS BAHAYA & RISIKO K3
Terkena alat pemadat → luka ringan

3.7. Pasangan Batu Kosong dan Pasangan batu kali 1pc : 5ps
Pengendalian Terhadap Risiko K3
JENIS BAHAYA & RISIKO K3
Tertimpa batukali → luka sedang
Tertimpa mesin Molen → luka ringan

Tabel. 3.2 Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko Dan Pengendalian

NO DESKRIPSI RISIKO PENGENDALIAN PENILAIAN TINGKAT RISIKO


URAIAN IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA AWAL KEMUNGKIN KEPARAHAN NILAI TINGKAT
PEKERJAAN BAHAYA AN (F) (A) RISIKO RISIKO (TR)
(FxA)

1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pekerjaan Galian tanah Tertimbun Pasang Turap 3 3 9 Sedang
Galian Tanah setinggi 1 meter Terjatuh
longsoran
ke lubang Pasang rambu K3 3 1 3 Kecil

2 Pekerjaan Galian tanah Tertimbun Pasang Turap 3 3 9 Sedang


setinggi 1 meter longsoran
Galian Tanah Terjatuh ke lubang Pasang rambu K3 3 1 3 Kecil
Pondasi
Menerus
3 Urugan Tanah Tanah lempung Terpleset tanah Menggunakan 3 1 3 Kecil
dengan urug safety shoes
permukaan tidak
rata

61
4 Pemadatan Tanah Terkena alat Menggunakan 3 1 3 Kecil
Tanah lempung pemadat safety shoes
dengan
permukaan
tidak rata
5 Pasangan Batu besar dan Tertimpa batu Penggunakan APD 3 3 9 Sedang
Batu Kosong tajam lengkap (helm,
& Batu Kali gloves, safety
shoes)
Terkena mesin Penggunakan APD 3 1 3 Kecil
pencampur lengkap (helm,
spesi (Concrete gloves, safety
Mixer) shoes)

3.8. Pekerjaan Beton


Pelaksanaan pekerjaan struktur beton dari pondasi sampai ke struktur plat atap
membutuhkan waktu pelaksanaan selama 14 minggu, beberapa pekerjaan struktur tersebut
adalah pekerjaan pondasi footplat, beton kolom, beton sloof, beton balok, dan lainnya.
pekerjaan struktur beton memiliki beberapa risiko yang bisa ditimbulkan dalam
pelaksanaannya, antara lain.
Pengendalian Terhadap Risiko K3
JENIS BAHAYA & RISIKO K3
Tertimpa mesin Molen → luka ringan
Terkena ujung besi → luka ringan

Tabel. 3.3 Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko Dan Pengendalian APD lengkap.
NO DESKRIPSI RISIKO PENGENDALIAN PENILAIAN TINGKAT RISIKO
URAIAN IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA AWAL KEMUNGKIN KEPARAHAN NILAI TINGKAT
PEKERJAAN BAHAYA AN (F) (A) RISIKO RISIKO (TR)
(FxA)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pekerjaan Alat pencampur Terkena mesin Penggunakan APD 3 1 3 Kecil
pengecoran beton berat dan pencampur spesi lengkap (helm,
lantai kerja keras (Concrete Mixer) gloves, safety
shoes)
2 Pekerjaan Alat serta bahan Kaki terkena ujung Menggunakan 3 1 3 Kecil
pengecoran yang digunakan besi safety shoes
beton plat ram berat dan keras
Terkena mesin Penggunakan(hel 3 1 3 Kecil
m, gloves, safety
pencampur spesi
shoes)
(Concrete Mixer)

62
3.9. Pekerjaan Jalan
Pekerjaan jalan merupakan pekerjaan yang membutuhkan waktu pengerjaan selama 8
minggu, pekerjaan jalan mengikuti dari pekerjaan struktur dalam pelaksanaan untuk bisa
mengerjakannya. Beberapa pekerjaan jalan memiliki risiko dalam pekerjaannya, antara lain.
Pengendalian Terhadap Risiko K3
JENIS BAHAYA & RISIKO K3
Terkena alat gali → luka ringan
Tertimpa material saat mobilisasi → luka berat
Terkena cipratan aspal panas → luka berat

Tabel 3.6 Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko Dan Pengendalian

NO DESKRIPSI RISIKO PENGENDALIAN PENILAIAN TINGKAT RISIKO


URAIAN IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA AWAL KEMUNGKI KEPA RAHAN NILAI TINGKAT
PEKERJAAN BAHAYA NAN (F) (A) RISIKO RISIKO (TR)
(FxA)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 PekerjaanAsp Material dan alat Terkena alat gali Penggunakan APD 3 1 3 Kecil
al Jalan yang digunakan lengkap (helm,
berbahaya gloves, safety
shoes)

Tertimpa material Berhati-hati saat 3 3 9 Sedang


saat mobilisasi bekerja

Terkena cipratan Penggunakan APD 3 1 3 Kecil


aspal panas lengkap (helm,
gloves, safety
shoes)

63
Rekapitulasi Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko Dan Pengendalian

NO PEKERJAAN IDENTIFIKASI PEKERJA PERALATAN MATERIAL PUBLIK LINGKUNGAN HIDUP


BERISIKO BAHAYA K A TR = KxA K A TR = K A TR = KxA K A TR = KxA K A TR = KxA
KxA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 12 13 14 15 16 17 18
1 Pekerjaan Tertimpa alat ukur 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3
Persiapan
Tersengat binatang 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3
berbisa
2 Pekerjaan Galian Tertimbun longsoran 3 3 9 3 3 9 3 3 9 3 3 9 3 9
Tanah
Terjatuh ke lubang 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3

4 Urugan Tanah Terpleset tanah urug 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3

5 Pemadatan Tanah Terkena alat pemadat 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3

6 Pasangan Batu Tertimpa batu 3 3 9 3 3 9 3 3 9 3 3 9 3 3 9


Kosong & Batu
Kali Terkena mesin 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3
pencampur spesi
(Concrete Mixer)

7 Pekerjaan Terkena mesin 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3


pengecoran pencampur spesi
lantai kerja (Concrete Mixer)

8 Pekerjaan Kaki terkena ujung 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3


pengecoran besi

64
beton plat ram Terkena mesin 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3
pencampur spesi
(Concrete Mixer)

8 Pekerjaan Terkena mesin 3 1 3 3 1 3 3 1 3 2 1 2 3 1 3


plester dan pencampur spesi
acian (Concrete Mixer)

Tangan terkelupas 3 1 3 3 1 3 3 1 3 2 1 2 3 1 3
akibat spesi semen

10 Pekerjaan Terjepit mesin 3 1 3 3 3 9 3 3 9 3 3 9 3 3 9


stamper
Paving
11 Pekerjaan Aspal Terkena alat gali 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3
Jalan
Tertimpa material 3 3 9 3 2 6 3 3 9 3 3 9 3 3 9
saat mobilisasi

Terkena cipratan 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3
aspal panas

Hasil Berat 15.00 Sedang 12.00 Sedang 12.00 Berat 15.00 Sedang 9.00

Sesuai dengan Permen Nomor 14 tahun 2020 tentang penetapan resiko suatu konstruksi sesuai dengan nilai tertinggi yaitu nilai 15-25, maka konstruksi tersebut dimasukan di
kategori tingkat risiko besar jadi kebutuhan personil K3 dengan Ahli Keselamatan Konstruksi (Ahli K3)

65
Keterangan :
F = Kemungkinan A = Keparahan
Tingkat Deskripsi Definisi Tingkat Skala Frekuensi Keselamatan Lingkungan
Keparahan
Kekerapan
5 Besar kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan Manusia Pekerja dan Masyarakat Peralatan Material
Hampir pasti terjadi
Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 2 kali dalam 1 tahun 5 Timbulnya fatality lebih dari 1 Terdapat peralatan Material rusak dan perlu Menimbulakn pencemaran
orang meninggal dunia atau utama yang rusak total mendatangkan material baru udara/air/tanah/suara yang
Lebih dari 1 orang cacat tetap lebih dari satu dan yang membutuhkan waktu mengakibatkan keluhan dari pihak
4 Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada mengakibatkan lebih dari 1 minggu dan masyarakat atau
Sangat mungkinterjadi pekerjaan berhenti mengakibatkan pekerjaan
hampir semua kondisi selama lebih dari 1 berhenti
Terjadi kerusakan lingkungan di
Taman Nasional yang berhubungan
minggu
Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 1 tahun terakhir dengan flora dan fauna atau
Rusaknya aset masyarakat sekitar
3 Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada secara keseluruhan
Mungkin terjadi
beberapa kondisi tertentu Terjadi kerusakan yang parah
terhadap akses jalan masyarakat

Kemungkinan terjadinya kecelakaan 2 kali dalam 3 tahun terakhir 4 Timbulnya fatality lebih dari 1
orang meninggal dunia atau
Terdapat 1 peralatan
utama yang rusak total
Material rusak dan perlu
mendatangkan material
Menimbulakn pencemaran
udara/air/tanah/suara namun tidak
Lebih dari 1 orang cacat tetap dan mengakibatkan baru yang membutuhkan adanya keluhan dari pihak
2 Kecil kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada pekerjaan berhenti waktu 1 minggu dan masyarakat atau
Kecil kemungkinan terjadi selama 1 minggu mengakibatkan pekerjaan
beberapa kondisi tertentu berhenti
Terjadi kerusakan lingkungan yang
berhubungan dengan flora dan
Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 3 tahun terakhir fauna atau
Rusaknya sebagian aset
1 Dapat terjadi kecelakaan sat melakukan pekerjaan pada beberapa masyarakat sekitar
Hampir tidak pernah terjadi
kondisi Terjadi kerusakan sebagian
akses jalan masyarakat
Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 3 tahun terakhir
3 Terjadinya insiden yang Terdapat lebih dari 1 Material rusak dan perlu Menimbulakn pencemaran
mengakibatkan lebih dari 1 peralatan yang rusak dan mendatangkan material baru udara/air/tanah/suara yang
pekerja dengan penanganan memerlukan perbaikan yang membutuhkan waktu mempengaruhi lingkungan kerja
TR = Tingkat Resiko perawatan medis rawat inap,
kehilangan waktu kerja
dan mengakibatkan
pekerjaan berhenti
lebih dari 1 minggu dan tidak
mengakibatkan pekerjaan
atau
Terjadi kerusakan lingkungan
selama kurang dari tujuh berhenti
Penetapan Tingkat Resiko hari
yang berhubungan dengan
tumbuhan di lingkungan kerja
atau
Kekerap Keparahan 1–4 : Tingkat Rasio Kecil Terjadi kerusakan akses jalan di
an lingkungan kerja
1 2 3 4 5 5 – 12 : Tingkat Rasio Sedang
1 1 2 3 4 5 15 – 25 : Tingka Rasio Besar
2 2 4 6 8 10 2 Terdapat insiden yang
mengakibatkan 1 pekerja
Terdapat 1 peralatan yang
rusak, memerlukan
Material rusak dan perlu
mendapatkan material baru
Menimbulkan pencernaan
udara/air/tanah/udara yang
dengan penanganan perawatan perbaikan dan yang membutuhkan waktu mempengaruhi sebagian
3 3 6 9 12 15 Resiko yang dimaksud adalah Resiko Keselamatan Konstruksi medis rawat inap, kehilangan mengakibatkan pekerjaan kurang dari 1 minggu, namun lingkungan kerja atau
waktu kerja berhenti selama lebih dari tidak mengakibatkan
untuk menentukan kebutuhan Ahli K3 Konstruksi dan/Petugas 1 hari pekerjaan berhenti
Terjadi kerusakan sebagian akses
4 4 8 12 16 20 jalan di lingkungan kerja
Keselamatan Konstruksi, tidak untuk menentukan kompleksitas
5 5 10 15 20 25 atau segmentasi pasar Jasa Konstruksi
1 Terdapat insiden yang Terdapat 1 peralatan yang Tidak Tidak mengakibatkan gangguan
penanganannya hanya rusak, memerlukan mengakibatkan lingkungan
melalui P3K, tidak kehilangan perbaikan dan kerusakan material
waktu kerja mengakibatkanpekerjaan
berhenti selama kurang dari
1 hari

66
Time Schedule
Waktu yang kita asumsikan total 180 hari kalender (28 minggu) dengan mencangkup uraian pekerjaan sesuai dengan RAB
Kegiatan : Pengelolaan dan Pengembangan Sistem Drainase yang Terhubung Langsung dengan Sungai Dalam Daerah Kabupaten/Kota
Pekerjaan : Pembangunan Saluran Drainase di Jalan Sakah Kemenuh
Lokasi : Kecamatan Sukawati
Tahun : 2022

Minggu
No. Uraian Pekerjaan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

I Pekerjaan Persiapan
1 Papan Nama proyek
2 Pasang Bowplank & Pengukuran
3 Pelaksanaan K3
4 Pembuatan Kantor Sementara

II Pekerjaan Drainase & Trotoar


1 Pekerjaan Drainase
2 Pekerjaan Trotoar

67
BAB IV
SPESIFIKASI METODE KONSTRUKSI/METODE PELAKSANAAN/METODE KERJA

4.1. Strategi Pelaksanaan Dengan Memanfaatkan Waktu Pelaksanaan


Strategi pelaksanaan untuk memanfaat waktu pelaksanaan agar dioptimalkan dengan
berbagai cara dari mulai proses lembur sampai dengan mendatangkan barang atau alat yang
spesifik sehingga pelaksnaan proyek tetap berjalan. Strategi percepatan proyek identik
dengan risiko respons dalam risiko management. Hanya saja pada risiko yang telah terjadi.
Strategi diterapkan berdasarkan prioritas jika faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek
jumlahnya cukup banyak. Dengan melihat karakteristik khusus proyek konstruksi dan faktor
yang menyebabkan keterlambatan proyek, berdasarkan pengalaman diusulkan rekomendasi
strategi dalam melakukan percepatan proyek konstruksi, yaitu :
a. Dalam situasi krisis terhadap waktu, Jalur kritis harus dikomunikasikan dan disepakati
oleh Tim proyek.
b. Menjaga kedisiplinan Tim proyek. Kedisiplinan akan mempengaruhi suasana kerja di
proyek.
c. Melakukan rapat harian yang membahas segala hal terkait usaha untuk menjaga agar
proyek dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Rapat harian harus
dihadiri oleh Pejabat proyek yang mampu mengambil keputusan atas suatu masalah.
Jangan pernah mengulur pengambilan keputusan pada rapat harian saat proyek
mengalami krisis. Rapat harian harus dihadiri oleh Tim proyek terkait, Mandor, dan wakil
sub penyedia jasa.
d. Aktif menggali informasi mengenai potensi masalah kepada subpenyedia jasa dan
Mandor. Hal ini agar masalah yang berpotensi terjadi dapat diantisipasi lebih dini
e. Melakukan update yang rutin atas jalur kritis (CPM). Semakin sering akan semakin baik.
Dapat pula membuat simulasi-simulasi atas rencana-rencana proyek agar didapatkan
strategi yang paling efisien dan efektif.
f. Selalu memberikan motivasi yang terbaik kepada karyawan dan pekerja agar attitude dan
mental kerja lebih baik.
g. Menambah jam kerja dengan lembur.
h. Menambah Personil proyek agar dapat meningkatkan pengawasan.
i. Menjaga kualitas pekerjaan. Kualitas tidak baik menyebabkan pengulangan pekerjaan.

68
j. Memastikan ketersediaan dana dan mengusahakan dana pendamping untuk hal-hal yang
bersifat emergency.
k. Membantu mempercepat proses penagihan termin bagi subpenyedia jasa
l. Aktif berkomunikasi dengan Owner dan Pengawas pekerjaan mengenai strategi
percepatan proyek. Usahakan untuk mendapatkan dukungan mereka.
m. Memberikan reward atas tercapainya setiap tahapan milestone kepada tim proyek, sub
penyedia jasa dan kepada pekerja.
n. Tim proyek harus fokus terhadap Safety. Kecelakaan akan membuat loss time.
o. Menempatkan personil khusus yang memonitor proses dan dokumen administrasi vendor.
Sering kali pekerjaan di lapangan terhambat oleh masalah prosedur administrasi.

4.1.1. Penyediaan Stock Yard


Pekerjaan ini bertujuan untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan dimana
diperlukan tempat stok material/bahan ataupun tempat sementara alat–alat berat.
Lahan Stock Yard diupayakan tertutup pagar keliling menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan dan dalam kondisi aman.

4.1.2. Test Material dan Tes Pit


Semua test material harus dilaksanakan di laboratorium dan disaksikan / disetujui oleh
konsultan pengawas. Pekerjaan Tes Pit adalah pembongkaran tanah pada lokasi atau
titik sebelum dilakukan penggalian tanah untuk konstruksi. Tujuan dari pekerjaan ini
adalah untuk mengetahui utilitas yang ada di bawah permukaan tanah atau jalan dan
mengetahui struktur tanah sehingga nantinya tidak mengganggu dalam pekerjaan
galian maupun pekerjaan lainnya. Prosedur Pelaksanaan :
a. Pekerjaan Tes Pit dilakukan pada lokasi pekerjaan yang ditunjuk oleh Direksi
Pemberi Kerja untuk mengetahui utilitas yang ada di bawah tanah dan struktur
tanah.
b. Ukuran pekerjaan Tes Pit adalah 1 m x 2 m x 2 m atau sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan atau sampai batas ukuran pelaksana pekerjaan dapat bergerak
dengan leluasa.
c. Jika tanahnya mudah runtuh, maka harus dibuat dinding penahan pada areal
pekerjaan tersebut.
d. Jika terdapat air tanah dangkal, maka harus dibuang atau dipompa.

69
e. Pembongkaran tanah dilakukan sedalam kurang lebih 2 m atau sampai tidak
adanya gangguan dalam tanah/gangguan yang menghambat pekerjaan galian.
f. Lubang Tes Pit harus diamankan dengan cara ditimbun kembali atau
dikembalikan ke bentuk semula

4.1.3. Sosialisai terhadap masyarakat


Sosialisasi terhadap masyarakat di sekitar tentang proyek dan tujuan dibuatnya proyek
tersebut kepada warga masyarakat yang ada disekitar proyek tersebut.

4.1.4. Sample Material/Contoh Material.


Sebelum bekerja penyedia agar memberikan contoh material yang digunakan untuk
mendapatkan persetujuan dari direksi dan konsultan pengawas.

4.1.5. Pemilihan dan Pengujian Material


Untuk pemilihan material agar penyedia bersama dengan konsultan pengawas dan
pihak owner, material yang dipakai harus sesuai dengan spesifikasi teknis didalam
dokumen. Setelah pemilihan material selesai dilanjutkan dengan pengujian material,
material yang dipakai terlebih dahulu diuji mutu dan kekuatanya baru digunakan atau
diaplikasikan di lapangan.

4.1.6. Access Road


Penentuan access road yang dipakai penting karena mobilisasi dan dislokasi peralatan
berat dan pendatangan bahan / material proyek harus tidak boleh terlambat. Access
road harus dirawat dan diperbaiki selama masa pelaksanaan konstruksi.

4.1.7. Mutual Check


Pekerjaan surveying harus segera dilaksanakan dan biasanya terdiri dari longitudinal
crossection survey. Hasil dari mutual check 0% harus diselesaikan dulu bersama
pengawas pekerjaan, sebelum datanya dijadikan pedoman pembuatan shop drawing.

4.1.8. Sample Material/Contoh Material


Sebelum bekerja penyedia agar memberikan contoh material yang akan digunakan
untuk mendapatkan persetujuan dari direksi dan konsultan pengawas.

70
4.1.9. Addendum
Pelaksanaan addendum diperlukan apabila di lapangan kiranya perlu penambahan
item pekerjaan dan harga baru untuk menyempurnakan pekerjaan tersebut,
penambahan waktu pelaksaan akibat dari bencana alam.

4.1.10. Perijinan
Proses perijinan dilaksanakan sebelum memulai pekerjaan dan stelah mendapat
persetujuan dari konsultan pengawas dan direksi teknis baru dilaksanakan proses
pelaksanaan pekerjaan.

4.1.11. Alat dan Peralatan Kerja Pemborong


Semua alat dan peralatan kerja semua disediakan diawal proyek sehingga tidak
menghambat pada waktu pelaksanaannya.

4.1.12. Tujuan Proyek


Adapun tujuan dilaksanakannya pekerjaan ini untuk menunjang kegiatan dan fasilitas
publik masyarakat Bali khususnya di Kabupaten Klungkung.

4.1.13. Pengukuran
Pengukuran dilaksanakan diawal proyek untuk rekayasa lapangan dan diakhir proyek
untuk membuat back up data final dan as build drawing.

4.1.14. Gambar Kerja, Shop Drawing Dan Backup Data


Pembuatan gambar kerja / shop drawing sesuai dengan hasil pengukuran di lapangan
yang dilengkapi dengan back up data sehingga memudahkan memulai pekerjaan di
lapangan.

4.1.15. Ketentuan Gambar Kerja


Sebelum memulai pekerjaan di lapangan, penyedia terlebih dahulu harus membuat
gambar kerja (shop drawing) yang kemudian diperiksa dan disetujui oleh konsultan
pengawas dan direksi pekerjaan. Gambar kerja tersebut akan dipakai acuan untuk
pelaksanaan di lapangan.

71
4.1.16. Job Mix Formula ( JMF )
Setelah test material, segera dilaksanakan pembuatan job mix formula terutama untuk
pekerjaan beton.

4.1.17. Membuat Dokumentasi


Membuat dokumentasi tiap progress di lapangan selalu diambil yaitu dari 0 %, 25%,
50%, 75% sampai dengan 100%.

4.1.18. Penyediaan Air Bersih


Air bersih diperoleh dari air PDAM atau sumber air lainnya dimana harus memenuhi
persyaratan spesifikasi sebagai air untuk campuran beton. Jaminan ketersediaan air
diantisipasi dengan membuat tampungan air di dekat lokasi pekerjaan, yang mana
pengisian dilakukan melalui sarana Water Tank Truck.

4.1.19. Proteksi Terhadap Lingkungan


Pengamanan terhadap lokasi pekerjaan yang masih dipakai, penting dilakukan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan fatal, maka perlu dilakukan pengamanan antara lain :
a. Memasang papan peringatan dan papan larangan pada tempat – tempat tertentu
yang mudah terlihat yang riskan akan terjadinya kecelakaan.
b. Menyediakan tempat MCK untuk para pekerja.
c. Hasil dari setiap galian dan sisa material yang sudah tidak terpakai agar langsung
dibuang, guna untuk mengedepankan kebersihan ditempat bekerja dan menjadi
tanggung jawab penyedia jasa.
d. Jika bekerja pada ketinggian agar aktivitas dibawah tetap berjalan dengan baik
maka dipasang pagar pengaman dan jaring/ kasa debu .
e. Memasang pagar pelindung disekitar area proyek.
f. Disiplin administrasi terhadap aturan desa yang berlaku terhadap semua elemen
yang terlibat dalam pekerjaan seperti kipem tenaga, dll.
g. Jika terdapat pekerjaan galian segera diberikan rambu dan tanda bahaya.
h. Setelah selesai pekerjaan material yang sudah tidak terpakai lagi dibersihkan dari
areal proyek sehingga tidak menganggu akses material.
Ketentuan mengenai penerapan manajemen K3 konstruksi (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) Lingkup Pekerjaan Bagian Ini Mengatur Mengenai Pelaksanaan Program Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3L) dalam Pelaksanaan Pekerjaan.
72
4.2. Pedoman Dan Standar
- Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
- Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 1135/MEN/1987 tentang Bendera
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
- Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.: Kep.245/MEN/1990 tentang Hari Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja Nasional
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

4.3. Keselamatan Kerja


- Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,penyedia
jasa bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, material dan peralatan
teknis serta konstruksi.
- Wajib menjaga keselamatan kerja di ruang kerja dengan melengkapi perlengkapan
keselamatan kerja seperti safety line, rambu-rambu, papan promosi keselamatan, dll..
- Wajib menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan dari
segala kemungkinan yang terjadi dengan memenuhi aturan dan ketentuan kesehatan dan
keselamatan kerja yang berlaku (Jamsostek).
- Menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala
kemungkinan musibah bagi semua petugas dari pekerja lapangan.
- Setiap pekerja diwajibkan menggunakan sepatu pada waktu bekerja dan di lokasi harus
disediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa safety belt, safety helmet, masker/kedok las
terutama untuk dipakai pada pekerjaan pemasangan kuda-kuda baja dan pekerjaan yang
berisiko tertimpa benda keras.
- Menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih bagi semua petugas
dan pekerja. Membuat tempat penginapan di lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak
diperkenankan, kecuali atas ijin PPK.
- Apabila terjadi kecelakaan, sesegera mungkin memberitahukan kepada Konsultan
Pengawas dan mengambil tindakan untuk keselamatan korban kecelakaan itu.
4.3.1. Prosedur Operasi Standar (Sop) Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
- Membuat SOP Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
- SOP diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk dievaluasi.
- Menyampaikan laporan pelaksanaan SOP kepada PPK, dan Konsultan Pengawas.
73
4.3.2. Sistem Manajemen K3
- Membuat SOP Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
- SOP diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk dievaluasi.
- Menyampaikan laporan pelaksanaan SOP kepada PPK, dan Konsultan Pengawas.
- Safety Health and Environmental Induction Kegiatan ini dilaksanakan setiap ada
tamu ataupun pekerja baru yang memasuki wilayah kerja proyek
- Safety Health and Environmental Talk Program ini bertujuan untuk sosialisasi dan
pembahasan mengenai seluruh permasalahan penerapan K-3L dan Lingkungan
selama masa pelaksanaan proyek. Pelaksanaan Safety talk setiap 1 minggu sekali
- Safety Health and Environmental Patrol/Inspection Kegiatan ini dilaksanakan secara
rutin, bertujuan untuk memonitor pelaksanaan K-3L di seluruh lingkungan proyek
dan menjaga konsistensi pelaksanaan K-3L.
- Safety Health and Environmental Meeting Program SHE meeting dilaksanakan
seminggu sekali dimana dalam kegiatan ini membahas permasalahan dan
kejadian yang terjadi dan rencana tindak lanjut untuk memperbaikinya serta
membahas permasalahan yang mungkin terjadi serta langkah-langkah
pencegahannya.
- Safety Health and Environmental Audit Program ini dilaksanakan insidental
bertujuan untuk melakukan audit terhadap kedisiplinan dalam pelaksanaan standar
K-3L di lingkungan proyek terhadap peraturan yang diberlakukan dalam
lingkungan perusahaan.
- Safety Health and Environmental Trainning Pelatihan terhadap seluruh komponen
proyek yaitu karyawan, subkon, mandor dan seluruh pekerja mengenai K-3L, P3K
dan respon terhadap keadaan darurat
- Housekeeping Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari bertujuan untuk menjaga
kebersihan, kerapihan, kenyamanan di lingkungan kerja

74
BAB V
SPESIFIKASI JABATAN KERJA DAN DAFTAR PEKERJAAN UTAMA

Tabel 5.1. Daftar Personil (Permen PUPR 14 Th 2020)

No Jabatan Sertifikat Kompetensi Kerja Pengalaman Kerja Jumlah


(Tahun)

Personil Manajerial

1 Manajer Proyek SKA Ahli Utama Manajemen 4 1


Konstruksi

2 Manajer Teknik SKA Ahli Geodesi 3 1


Pengukuran Utama
3 Ahli K3 SKA Ahli Madya K3 Konstruksi/ Ahli 3 1
Konstruksi Utama K3 Konstruksi (tanpa
pengalaman)

4 Manajer - 3 1
Keuangan
Tabel 5.2. Daftar Kebutuhan Personil Proyek

No Nama Jabatan dalam Tingkat Pengalaman Sertifikat Keterangan


Personel Pekerjaan ini*) Pendidik Kerja Kompetensi
Manajerial*) an/Ijazah **) Profesional Kerja*)
minimal
(Tahun) *)

1 Ahli K3 Tidak SKA Ahli K3 Tidak diusulkan dalam


diperlukan Konstruksi penawaran, namun
pengalaman Muda dipenuhi saat berkontrak,
dan difinalisasi saat rapat
persiapan penandatangan
kontrak

2 Quantity Surveyor Tidak SKT Juru Tidak diusulkan dalam


(QS) diperlukan Hitung penawaran, namun
pengalaman Kuantitas dipenuhi saat berkontrak,
dan difinalisasi saat rapat
persiapan penandatangan
kontrak

75
3 Quality Control Tidak SKT Juru Tidak diusulkan dalam
(QC) diperlukan Hitung penawaran, namun
pengalaman Kuantitas dipenuhi saat berkontrak,
dan difinalisasi saat rapat
persiapan penandatangan
kontrak

4 Drafter Tidak SKT Juru Tidak diusulkan dalam


diperlukan Gambar penawaran, namun
pengalaman dipenuhi saat berkontrak,
dan difinalisasi saat rapat
persiapan penandatangan
kontrak

5 Pelaksana Tidak SKT Tidak diusulkan dalam


diperlukan Pelaksana penawaran, namun
pengalaman Bangunan dipenuhi saat berkontrak,
Gedung dan difinalisasi saat rapat
persiapan penandatangan
kontrak

Tugas – Tugas Tenaga ahli (job description) :


5.1. Manajer Proyek :
Manajer Proyek adalah orang yang memegang tanggung jawab terhadap suatu proyek,
dimana tugas-tugasnya adalah :
a. Membuat jadwal pelaksanaan proyek
b. Merekrut tenaga tim
c. Memberikan tugas kepada tim dan anggota tim
d. Memantau dan mengendalikan hasil dari proyek dan setiap milestone nya

5.2. Manajer Teknik Pengukuran :


Tugas-tugas dari Manajer Teknik Pengukuran adalah bertanggungjawab pada pelaksanaan
pembangunan keseluruhan baik biaya, waktu dan mutu, dapat diberikan dalam beberapa
bagian:
a. Tugas Perencanaan :
Merencanakan “Time Schedule” pelaksanaan proyek sesuai dengan kewajiban dari
perusahaan terhadap pemilik proyek atau kepentingan perusahaan sendiri.
Merencanakan pemakaian bahan dan alat dan pekerjaan instalasi untuk setiap proyek
yang ditangani sesuai dengan volume dan waktu penggunaannnya.
b. Tugas dan controlling pengarahan :
Dapat diuraikan dalam beberapa hal-hal pokok:

76
1) Memberikan instruksi pekerjaan dan pengarahan kepada pelaksana dalam
menunjang pelaksanaan proyek. Instruksi-instruksi pekerjaan secara umum dapat
diberikan secara lisan dan yang bersifat khusus dibukukan dalam buku instruksi
pengawas.
2) Mengadakan kontrol terhadap pelaksanaan pekerjaan khususnya di bidang
pengukuran lahan sesuai dengan instruksi-instruksi yang diberikan baik segi teknis,
kualitas pekerjaan, maupun time schedulenya.
3) Mengadakan control disiplin kerja dari pelaksana-pelaksana proyek, mandor maupun
tenaga kerja sesuai dengan tugas, kewajiban dan wewenang masing-masing. Tugas-
tugas komunikasi dan administrasi :
4) Berkomunikasi dengan pemilik rumah sakit atau direksi yang ditunjuk dalam segala
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek untuk menunjang kewajiban
perusahaan dengan pemilik proyek, baik dalam waktu maupun kualitasnya.
Komunikasi ini juga meliputi pemilihan material, surat-menyurat, penyelesaian klaim
dan sebagainya.
5) Melaksanakan pekerjaan administrasi yang berkaitan dengan pekerjaan tambah
kurang. Dan diberikan ke Budget Control sepengetahuan Proyek Manager dan
disetujui oleh Direktur Proyek.
c. Tugas Laporan
1) Membicarakan masalah-masalah khusus dan kesulitan-kesulitan teknis dengan
Proyek Manager.
2) Membuat laporan mingguan untuk Proyek Manager yang mencakup kegiatan proyek,
kesulitan-kesulitan proyek, dan hal-hal khusus yang perlu dilaporkan.
3) Membicarakan kesulitan-kesulitan, rencana detail bangunan dengan Proyek Manager.
d. Tugas pengaturan tenaga
1) Mengatur penggunaan tenaga pekerja di proyek untuk menunjang rencana Time
Schedule.
2) Menyetujui dan menerima tenaga pelaksana, mandor, dan pekerja sesuai dengan
target dari kantor dan menugaskan sesuai dengan tujuan masing-masing.
3) Mengusulkan hal-hal yang dapat menunjang pengarahan tenaga pelaksana
kepada Manager Proyek.
4) Memberikan data-data untuk perhitungan upah tenaga untuk dihitung oleh Budget
Control, mencheck ulang perhitungan upah untuk disetujui oleh Proyek Manager dan
Direktur Proyek.
77
5.3. Pelaksana :
a. Mempersiapkan fasilitas dan sarana demi kelancaran pekerjaan;
b. Mempersiapkan bahan-bahan bangunan yang bermutu baik dan memenuhi persyaratan
seperti yang tercantum dalam bestek;
c. Melaksanakan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sesuia dengan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat;
d. Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya sesuai dengan
surat perjanjian kontrak;
e. Mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam tanggung jawab
pelaksana;
f. Menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman serta peralatan yang diperlukan pada saat
pelaksana pekerjaan.
g. Bertanggung jawab terhadap fisik bangunan selama masa pemeliharaan

5.4. Manager Keuangan :


Sebuah konstruksi akan berjalan dengan baik jika didukung oleh seorang Administrasi dan
keuangan proyek dengan berbagai macan tugasnya. Adapaun uraian tugas dan tanggung
jawab Administrasi Keuangan dalam suatu proyek adalah sebagai berikut :
a. Mengkoordinasikan dan mengontrol perencanaan, pelaporan, serta pembayaran
kewajiban pajak perusahaan agar efisien, akurat, tepat waktu, dan sesuai dengan
peraturan pemerintah yang berlaku.
b. Merencanakan dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran proyek, serta mengontrol
penggunaan anggaran tersebut untuk memastikan penggunaan dana secara efektif dan
efisien dalam menunjang kegiatan operasional proyek.
c. Mengelola fungsi akuntansi dalam memproses data dan informasi keuangan untuk
menghasilkan laporan keuangan yang dibutuhkan proyek secara akurat.
d. Merencanakan dan mengkoordinasikan pengembangan sistem serta prosedur keuangan
dan akuntansi. Selain itu juga mengontrol pelaksanaannya untuk memastikan semua
proses dan transaksi keuangan berjalan dengan tertib dan teratur.
e. Merencanakan dan mengkonsolidasikan perpajakan seluruh proyek untuk memastikan
efisiensi biaya dan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan.
f. Merencanakan, mengkoordinasi, dan mengontrol arus kas perusahaan (cash flow),
terutama pengelolaan piutang dan utang. Sehingga, hal ini dapat memastikan
ketersediaan dana untuk operasional proyek dan kondisi keuangan dapat tetap stabil.
78
5.5. Ahli K3
Tugas dan Tanggungjawab petugas K3 dalam suatu proyek antara lain :
a. Membuat kajian dokumen kontrak serta metode kerja pelaksanaan pada penawaran
konstruksi.
b. Membuat usulan perubahan bila terdapat kekeliruan atau kesalahan pada metode
kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3.
c. Membuat perencanaan dan menyusun program K3.
d. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan terkait K3 Konstruksi
e. Membuat (SOP) prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
f. Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan program, prosedur
kerja dan instruksi kerja K3
g. Mengevaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis K3 konstruksi
h. Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta keadaan
darurat

5.6. Quantity Surveyor


Juru Hitung/Quantity Surveyor merupakan penanggung jawab dalam membuat, mengatur,
melaksanakan dan mengontrol kegiatan oprasional kuantitas kontruksi.
Tugas dan Tanggung Jawab:
a. Membuat Perencanaan Kegiatan Operasional Quantity Surveyor
Merencanakan program kerja (tagihan, progress proyek, pekerjaan tambah/kurang,
evaluasi anggaran, opname Mandor/Subpenyedia, volume pekerjaan, final account ke
Owner/Subpenyedia)
b. Mengatur Kegiatan Operasional Quantity Surveyor
1) Melakukan koordinasi dengan Site Manager / Project Manager terkait dengan
kebutuhan material dan biaya dengan persetujuan Atasan
2) Melakukan koordinasi dengan Project Manager terkait dengan progress claim proyek
dengan persetujuan atasan
3) Melakukan koordinasi dengan Cost Control terkait dengan evaluasi proyek berjalan dengan
persetujuan Atasan
4) Melakukan koordinasi dengan Sub penyedia terkait volume dan progress
pekerjaannya dengan persetujuan Atasan
c. Melaksanakan Kegiatan Operasional Quantity Surveyor

79
1) Menghitung volume pekerjaan pada awal proyek untuk pembuatan RAP
(Rencana Anggaran Proyek)
2) Membuat progres proyek
3) Menyiapkan SPK untuk mandor berdasarkan quantity yang sudah dihitung dari
approved shop drawing dan BBS
4) Memberikan informasi upah Mandor kepada PM/SM berdasarkan prosedur dan
ketentuan yang berlaku, dalam pembuatan SPK dan opname Mandor
5) Menghitung prestasi volume kerja Subkont dan Mandor dari pencapaian progress
pelaksanaan dilapangan
6) Menghitung pekerjaan tambah dan kurang/variation order di lapangan sebelum
disetujui oleh Project Manager dan diajukan ke Pemberi Tugas
7) Membuat progres pekerjaan yang akan ditagihkan kepada Owner dan membuat
laporan kepada Project Manager
8) Menjabarkan master schedule menjadi schedule kurva S
9) Menghitung volume material yang dibutuhkan
10) Membuat final account proyek (owner, Subpenyedia dan kantor pusat)
11) Membuat evaluasi Sub penyedia, supplier dan item pekerjaan yang dikerjakan sendiri
12) Mendukung kegiatan audit
13) Melaksanakan peraturan tata tertib, sistem dan prosedur proyek
14) Memelihara aset yang ada di bagiannya dengan baik
15) Membuat laporan kegiatan
16) Mengerjakan tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan proyek
dibidangnya yang diberikan oleh atasan langsung / lebih tinggi
17) Melaksanakan K3 dan memelihara kebersihan dan kerapian area kerja
d. Mengontrol Pelaksanaan Operasional Quantity Surveyor
1) Mengontrol progress proyek ( Subpenyedia, mandor, progress claim, dll)
2) Mengontrol permintaan dan pemakaian material
3) Memonitor pekerjaan tambah dan kurang / variation order di lapangan
4) Mengontrol dokumen terkait dengan tugas dan tanggungjawabnya

5.7. Drafter :
Suatu proyek konstruksi akan berjalan dengan baik jika didukung oleh seorang. Peran
drafter proyek dimulai dari masa persiapan pelaksanaan pembangunan sampai penutupan
kontrak kerja. Adapaun uraian tugas dan tanggung jawab drafter adalah sebagai berikut :
80
a. Membuat gambar pelaksanaan/ gambar shop drawing
b. Menyesuaikan atau merevisi gambar perencanaan dengan kondisi nyata dilapangan
c. Menjelaskan kepada pelaksana lapangan/ surveyor mengenai bentuk detail struktur dan
ukuran bangunan agar struktur bangunan yang dibuat sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan sebelumnya
d. Membuat gambar hasil pelaksanaan pekerjaan/as built drawing sebagai laporan hasil
pelaksanaan kepada pemilik proyek/owner.

81
DAFTAR PEKERJAAN UTAMA

KEGIATAN : PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM DRAINASE YANG


TERHUBUNG LANGSUNG DENGAN SUNGAI DALAM DAERAH
KABUPATEN/KOTA
PEKERJAAN : PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE DI JALAN
SAKAH KEMENUH
LOKASI : : KECAMATAN SUKAWATI
TAHUN : 2021

URAIAN PEKERJAAN
A. Pekerjaan Drainase dan Trotoar
1. Galian untuk selokan drainase dan saluran air
2. Saluran berbentuk U type 80/100 dengan penutup
3. Saluran berbentuk U type 80/100 tanpa penutup
4. Saluran berbentuk U type 100/100 dengan penutup
5. Saluran berbentuk U type 100/100 tanpa penutup
6. Penyediaan dan pemasangan box culvert pracetak type 100/100
7. Frame tutup manhole (precast K-350) + cover manhole bunga pucuk type 100/100 (K-350)
8. Box tangkapan air (precast K-350), tebal 10 cm
9. Perkerasan blok beton pada trotoar (full warna 20 cm x 20 cm x 6 cm) K-225
10. Kerb pracetak jenis 2 (15 x 30 x 50 cm) fc 25 MPa (K-300)
11. Kerb pracetak jenis 3 (type kursi) fc 25 MPa (K-300)
12. Beton pengunci fc 14,7 MPa (K-175)
13. Timbunan pilihan dari sumber galian/pasir
14. Lapis pondasi agregat kelas A
15. Campuran aspal panas untuk pekerjaan minor
16. Pemotongan pohon pilihan diameter 15 cm-30 cm
17. Pemotongan pilihan31 cm-50 cm
18. Penanaman pohon Tabebuya tinggi ±3 meter

82
PERSYARATAN BERKONTRAK

a. Daftar Peralatan Utama minimal yang diperlukan memenuhi persyaratan :


1) Mencantumkan merk, type, kapasitas, lokasi alat, photo dan no. seri alat;
2) Peralatan yang ditawarkan/dimiliki harus sesuai yang dipersyaratkan, dalam kondisi laik
dan berfungsi normal, memiliki ijin dari pemerintah setempat yang masih berlaku, serta
hanya digunakan untuk paket pekerjaan konstruksi ini;
3) Kepemilikan peralatan utama adalah milik sendiri atau sewa beli atau sewa dengan
perjanjian bersyarat;
4) Status alat harus jelas, milik sendiri atau sewa beli atau sewa. Baik milik sendiri atau sewa
beli atau sewa dilengkapi dengan bukti kepemilikan yang sah dibuktikan dengan dokumen
pendukung yang lengkap;
5) Daftar peralatan utama (terlampir);
b. Daftar Personil Manajerial :
1) Daftar Personil inti yang ditempatkan sesuai dengan organisasi pelaksanaan
kegiatan yang bersifat mengikat sampai dengan pelaksanaan pekerjaan.
2) Seluruh personil manajerial harus dilampiri :
- Daftar Riwayat Pengalaman Kerja atau referensi kerja dari pemilik pekerjaan;
- SKA, KTP, BPJS Ketenagakerjaan, NPWP, Bukti Pelunasan Pajak 2020
c. Daftar bagian pekerjaan yang disubkontrakkan (terlampir)
d. Melampirkan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) untuk pekerjaan (Terlampir);
e. Metode Pelaksanaan Pekerjaan, menjelaskan :
1) Pekerjaan Utama yang diuraikan dalam metode pelaksanaan pekerjaan (Daftar Pekerjaan
Utama terlampir);
2) Penguasaan dalam penyelesaian pekerjaan utama termasuk pengendalian terhadap
resiko K3;
3) Metode kerja secara keseluruhan dan bagian-bagian pekerjaan yang dikerjakan mulai
pekerjaan awal/pendahuluan sampai pekerjaan akhir yang dapat dipertanggungjawabkan
secara teknis (detail per item pekerjaan) dan menerapkan metode BIM (pemodelan dan
perhitungan quantity);
4) Kesesuaian penggunaan bahan, alat, tenaga kerja dan personil;
5) Metode pelaksanaan pekerjaan harus mencantumkan penggunaan tenaga lokal sesuai
aturan PEN

83
6) Perkiraan waktu penyelesaian setiap pekerjaan yang secara simulasi sesuai dengan
jadwal rencana pelaksanaan;
7) Pemahaman terhadap lokasi pekerjaan dikaitkan dengan perkiraan kendala yang akan
terjadi dan solusi untuk mengatasinya termasuk penempatan kantor lapangan dan
sebagainya (site management). Sesuai Spesifikasi Teknis;
8) Metode kerja secara keseluruhan dan bagian-bagian pekerjaan yang dikerjakan mulai
pekerjaan awal/pendahuluan sampai pekerjaan akhir yang dapat dipertanggungjawabkan
secara teknis dengan menerapkan BGH (Bangunan Gedung Hijau);
9) Metode pelaksanaan harus tetap mengindahkan adat dan budaya lokal
10) Metode yang mengedepankan/menggunakan prinsip kebersihan, ketertiban,
keselamatan dan kesehatan, dalam rangka meminimalkan dampak negatif terhadap
lingkungan di sekitarnya, baik lingkungan fisik, sosial dan ekonomi.
Peserta harus menggunakan metoda clean dan green construction dalam pelaksanaan
pekerjaan pekerjaan tidak meninggalkan bahan/material dan lainnya yang mengganggu
pemakai jalan untuk setiap tahapan pekerjaan;
11) Metode pelaksanaan memperhatikan pengamanan site;
12) Dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengotimalkan sumber material lokal
13) Metode pelaksanaan memperhatikan penanganan pekerjaan utama dan penunjang;
14) Metode pelaksanaan menunjukkan unsur inovasi pelaksanaan pekerjaan;
15) Metode pelaksanaan memperhatikan pelaksanaan serah terima (PHO) hingga
penanganan masa pemeliharaan (FHO);
16) Metode pelaksanaan memperhatikan manajemen mutu (QC);
17) Metode pelaksanaan memperhatikan spesifikasi teknis material dan bahan;
18) Metode pelaksanaan memperhatikan Jadwal Waktu Pelaksanaan yang dapat
menggambarkan urutan pelaksanaan pekerjaan, pengerahan personil, material, tenaga
kerja dan alat dari awal kegiatan sampai dengan Tim PHO melakukan pemeriksaan
dalam rangka serah terima pertama dan network planning;
f. Surat Pernyataan/Dukungan :
1) Surat Dukungan/Brosur/Pernyataan Garansi/sertifikat, uji mutu yang diterbitkan oleh
Produsen atau pihak yang ditunjuk secara sah oleh Produsen untuk produk sebagai
berikut : (sesuaikan dengan material dalam spesifikasi teknis)
Keterangan :
- Surat dukungan diterbitkan oleh principal produsen (Pabrikan) atau principal supplier
(distributor utama), apabila di terbitkan oleh supplier/agen/distributor, maka status
84
supplier, agen, dan distributor harus dinyatakan dalam bentuk surat penunjukan sebagai
principal supplier, agen, atau distributor dari principal produsen (pabrikan) atau pricipal
supplier (distributor utama), sertfikat/uji mutu bahan yang dilampirkan harus sesuai
dengan spesifikasi teknis yang disyaratkan
- Garansi yang dimaksud di atas adalah Surat Pernyataan bersedia menyerahkan
Sertifikat Garansi yang diterbitkan oleh produsen atau pihak yang ditunjuk secara sah
oleh produsen;
- Dukungan tersebut menjamin ketersediaan barang yang berpengaruh dalam pencapaian
output pekerjaan dan menjamin ketersediaan layanan purna jual bagi pengadaan barang
modal yang memiliki umur ekonomis lebih dari 1 (satu) tahun;
- Melampirkan surat dukungan batu alam yang dilengkapi dengan Quarry;
- Surat dukungan pabrik melampirkan uji mutu dan brosur. Apabila didukung oleh
Distributor maka harus melampirkan surat penunjukkan sebagai distributor dari pabrik.
- Melampirkan bukti kepemilikn/Surat perjanjian sewa Batching Plan Beton Ready Mix
yang laik operasi yang dilengkapi dengan surat dukungan Quarry Galian C di wilayah
Provinsi Bali dan Surat Dukungan Semen;
2) Surat pernyataan kesanggupan untuk proses perijinan pada instansi berwenang antara
lain:
- Ijin Kelaikan Operasi Lift;
- Instalasi Penangkal Petir
- Surat pernyataan kesiapan dilakukan Joint Inspection terhadap produk–produk pabrikan.

85
BAB VI.
PENUTUP

1. Uraian pekerjaan yang belum termuat dalam ketentuan dan syarat-syarat ini tetapi didalam
pelaksanaannya harus ada, maka pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan setelah ada perintah
tertulis dari Pemimpin Proyek dan akan diperhitungkan dalam pekerjaan tambahan.
2. Apabila terdapat jenis pekerjaan yang semula diestimasi oleh Konsultan Perencana perlu
dikerjakan dan sudah termuat dalam Daftar Rencana Anggaran Biaya, tetapi menurut
pertimbangan Pemberi Tugas yang dapat dipertanggungjawabkan tidak perlu lagi
dilaksanakan, maka atas perintah tertulis dari Pemberi Tugas pekerjaan tersebut tidak
dilaksanakan dan akan diperhitungkan sebagai pekerjaan kurangan.
3. Apabila terdapat perbedaan antara gambar, Spesifikasi Teknis, dan Rencana Anggaran
Biaya, maka sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan harus diadakan rapat terlebih dahulu
untuk mendapatkan kepastian.

86

Anda mungkin juga menyukai