1.1.2 BATASAN/PERATURAN
Dalam melaksanakan pekerjaannya penyedia jasa harus tunduk kepada :
1) Undang – Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
2) Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
3) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang jasa Konstruksi
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 07/PRT/M/2014 tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
1
6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 45/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
7) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 29/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
8) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 14/PRT/M/2017 tentang
Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung
9) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 26/PRT/M/2008 tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
10) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 20/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan
11) Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56)
12) Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971)
13) Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982)
14) Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
15) SKSNI T-15-1991-03
16) Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI)
17) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002
2
b) Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka yang
diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Konsultan pengawas lebih dahulu.
c) Bila tedapat perbedaan antara Spesifikasi Teknis dan gambar, maka Spesifikasi Teknis
yang diikuti kecuali bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas
mengakibatkan kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan
Konsultan pengawas.
d) Spesifikasi Teknis dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan
lengkap sedang Spesifikasi Teknis tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga
sebaliknya.
e) Yang dimaksud dengan Spesifikasi Teknis dan gambar di atas adalah Spesifikasi Teknis
dan gambar setelah mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam berita acara
penjelasan pekerjaan.
3) Bila akibat kekurangtelitian penyedia jasa Pelaksana dalam melakukan pelaksanan
pekerjaan, terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan, maka
penyedia jasa Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang
sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaikinya kembali setelah memperoleh
keputusan Konsultan pengawas tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.
3
a. Penyedia jasa wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan meninjau tempat pekerjaan,
melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang
dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari proyek.
b. Penyedia jasa harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang cakap dan memadai
dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak akan mempekerjakan orang-orang
yang tidak tepat atau tidak terampil untuk jenis-jenis pekerjaan yang ditugaskan
kepadanya.penyedia jasa harus selalu menjaga disiplin dan aturan yang baik diantara
pekerja/karyawannya.
c. Penyedia jasa harus menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan seperti beton Concrete
Mixer, pompa air, timbris, waterpas, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan
untuk pekerjaan ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam kondisi baik.
d. Penyedia jasa wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh dan
menggunakan kemampuan terbaiknya. Penyedia jasa bertanggung jawab penuh atas
seluruh cara pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta pengaturan semua
bagian pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.
e. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh penyedia jasa sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan.
f. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan pengawas. Jika ada yang
kurang jelas maka bisa meminta persetujuan konsultan perencana atau langsung kepada
owner sebagai pemilik bangunan sebelum elemen konstruksi yang bersangkutan
dilaksanakan.
g. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, penyedia jasa Pelaksana sudah harus
menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
1) Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya.
2) Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar perubahan.
h. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat 7 harus diartikan telah memperoleh persetujuan
Konsultan pengawas setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
i. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan merupakan
bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan kesatu, kekurangan dalam
hal ini berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat dilakukan.
j. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Penyedia jasa, bila :
4
1) Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.
2) Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar pekerjaan
pokoknya yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya jalan,
halaman, dan lain sebagainya).
k. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa
pelaksanaan termasuk bowkeet dan direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa kontrak
berakhir, kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.
5
b. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Pemborong harus mengajukan contoh
bahan yang akan digunakan kepada Konsultan pengawas sebagai Konsultan pengawas yang
akan diajukan User dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan. Bahan-bahan
yang tidak memenuhi ketentuan seperti disyaratkan atau yang dinyatakan ditolak oleh
Konsultan pengawas tidak boleh digunakan dan harus segera dikeluarkan dari halaman
pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Konsultan pengawas ternyata masih dipergunakan
oleh Penyedia jasa, maka Konsultan pengawas memerintahkan untuk membongkar kembali
bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Semua kerugian akibat pembongkaran
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia jasa .
d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai, Konsultan pengawas
berhak meminta kepada penyedia jasa untuk memeriksakan bahan itu ke Laboratorium Balai
Penelitian Bahan yang resmi dengan biaya Penyedia jasa. Sebelum ada kepastian hasil
pemeriksaan dari Laboratorium, penyedia jasa tidak diizinkan untuk melanjutkan bagian-
bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut.
e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan dari
kerusakan.
f. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini, sedangkan
bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan diisyaratkan langsung di dalam
pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di belakang.
1) Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan
penyiraman guna pemeliharaan harus air tawar, tidak mengandung minyak, garam, asam
dan zat organik lainnya yang telah dikatakan memenuhi syarat, sebagai air untuk
keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium tidak lagi diperlukan rekomendasi
laboratorium.
2) Semen Portland (PC)
Semen Portland yang digunakan adalah jenis Semen Portland Gresik harus satu merek
Gresik untuk penggunaan dalam pelaksanaan satu satuan komponen bangunan, belum
mengeras sebagai atau keseluruhannya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara
dan didalam tempat yang memenuhi syarat sebagai air untuk menjamin kebutuhan kondisi
sesuai persyaratan di atas.
6
3) Pasir (Ps)
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran, lumpur,
asam, garam, dan bahan organik lainnya, yang terdiri atas :
a) Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir urug.
b) Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar adalah
terletak antara 0,075 sampai 1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut pasir pasang
c) Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat rekomendasi
dari laboratorium.
4) Batu Pecah (Split)
Split untuk beton harus menggunakan split dari batu kali hitam pecah, bersih dan bermutu
baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam PBI 1971.
3. Papan Nama Pekerjaan dipasang pada patok kayu yang kuat, ditanam dalam tanah dengan
ketinggian 1,5 meter. Ukuran Papan Nama Pekerjaan adalah 120 x 80 cm, tersebut dari bahan
multiplek tebal 9 mm, besar huruf disesuaikan. Papan nama pekerjaan hendaknya diletakkan
7
pada lokasi yang mudah terlihat atau atas saran direksi. Penyedia wajib membuat draft rencana
papan proyek, sebelum di buat.
5. Pembersihan lapangan, Penyedia wajib melakukan menjaga kebersihan lapangan, antara lain :
a. Pembersihan awal :
Penyedia wajib melakukan pembersihan lokasi sebelum pekerjaan dilaksanakan.
b. Pembersihan berkala :
Penyedia wajib menjaga kebersihan lokasi kegiatan selama kegiatan ini berlangsung.
Penyedia wajib menjaga ketertiban semua personil maupun penempatan barang maupun alat
agar tidak mengganggu ketertiban ataupun kebersihan di lokasi kegiatan.
c. Pembersihan akhir :
Penyedia wajib melakukan pembersihan terhadap sisa-sisa pekerjaan yang dilakukan, antara
lain : pembersihan tanah/galian. bekas beton, bekas bongkaran bangunan maupun sisa
pekerjaan lainnya.
6. Keselamatan dan kesehatan Kerja Pekerjaan Konstruksi. Alat keselamatan kerja umumnya
dikenal diperusahaan dengan sebutan Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective
Equipment (PPE). Secara umum, alat keselamatan kerja dan alat pelindung diri yang standar dan
harus dikenakan oleh semua orang pelaku industri konstruksi adalah sebagai berikut :
8
a. Penyiapan RK3K terdiri atas :
Pembuatan manual, prosedur, instruktur kerja, ijin kerja
b. Sosialisasi dan Promosi K3 terdiri atas :
1) Induksi K3 (Safety Induction); khusus untuk pekerja baru
2) Spanduk (banner)
3) Poster
4) Papan informasi K3
c. Alat Pelindung Kerja terdiri atas :
1) Jaring pengaman (safety net); 1m x 100m
2) Tali keselamatan (life line)
3) Penahan Jatuh (Safety deck)
4) Pagar pengaman (guard railing)
5) Pembatas area (restricted area)
d. Alat Pelindung Diri terdiri atas
1) Topi Pelindung (Safety Helmet)
2) Sarung Tangan (Safety Gloves)
3) Sepatu Keselamatan (Safety Shoes); untuk Staf
4) Rompi Keselamatan (Safety Vest)
e. Personil K3 terdiri atas :
1) Ahli K3
2) Petugas K3
f. Fasilitas sarana kesehatan;
1) Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Tabung Oksigen, Obat Luka, Perban, dll)
2) Ruang P3K (Tempat Tidur Pasien, Stetoskop, Timbangan Berat Badan, Tensi Meter, dll)
g. Rambu- Rambu terdiri atas :
1) Rambu Petunjuk
2) Rambu Larangan
3) Rambu Peringatan
4) Rambu Kewajiban
5) Rambu Informasi
6) Lampu Putar (Rotary Lamp) + sirine
h. Konsultan dengan Ahli terkait Keselamatan Konstruksi :
1) Ahli Struktur
9
i. Lain - lain terkait Pengendalian Risiko K3
1) Bendera K3
2) Alat Pemadam Api Ringan (APAR); 10 Kg
3) Jalur Evakuasi (escape route)
j. Penanganan Covid-19
1) Rapid Test Antigen
2) Alat Deteksi Suhu
3) Masker Wajah
4) Cairan Disinfektan
5) Alat Semprot Disinfektan Manual
6) Sabun
7) Hand Sanitizer
8) Tempat cuci tangan
9) Wastafel
10) Papan informasi sosialisasi protap Covid 19
Secara khusus pun, Alat-alat keselamatan kerja diciptakan menyesuaikan kebutuhan pekerjanya,
serta jenis pekerjaan yang dilakukan. Beberapa contoh pekerjaan dan alat keselamatan kerja
yang biasa dibutuhkan, sebagai berikut :
a. Welder atau tukang las yang melakukan pengelasan (welding). Yang utama dibutuhkan
adalah alat pelindung mata dari percikan bunga api hasil proses pengelasan. Berupa safety
glasses. Namun juga harus dilengkapi pula dengan google (mata yang khusus dirancang
untuk welder) dan face shield (perisai pelindung wajah) saat melakukan pengelasan.
b. Scaffolder pembuat perancah bangunan (scaffolding) yang biasa kerja di ketinggian. Alat
utama yang paling dibutuhkan adalah alat pelindung jatuh atau full body harness. Dalam
perkembangannya alat pelindung jatuh ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan, maka ada pula alat pelindung diri yang bernama safety line, lanyard, atau static
line harness.
c. Blaster yang melakukan blasting (penyemprotan) mesin blasting semisal ketika melakukan
sand blasting pada material logam yang berkarat. Seorang blaster rawan terhadap bahaya
gangguan kesehatan pernapasan. Maka yang dibutuhkan adalah peralatan yang menunjang
masalah pernapasan tersebut, seperti dust masker; respirator dan cartridge. Cartridge
berfungsi sebagai obat penetral bantuan pernafasan pada saat menggunakan respirator.
10
d. Operator yang menjalankan semua peralatan bergerak. Baik Finoaraan bergerak maupun
mesin yang mempunyai motor penggerak. Operator biasanya rawan terhadap potensi bahaya
kebisingan (buzzy area). Sehingga yang dibutuhkan oleh operator selain safety glasses juga
alat pelindung telinga atau ear plug. Ada beberapa jenis ear plug yang didesain sesuai
kebutuhan operator. Seperti ear plug yang standar (masa pakai 3 bulanan), disposable ear
plug (sekali pakai). Lalu ada juga ear muff yang dapat melindungi hingga sekian decibel
derajat kebisingan.
e. Painter yang bekerja melakukan pengecatan (painting). Semua fungsi panca indera pada
seorang painter wajib dilindungi. Dari mata, hidung, mulut dan kulit. Seorang painter
membutuhkan face shield pula yang dilengkapi dengan plastic film ataupun plastic painting
untuk menghindari pengembunan pada safety glasses yang dikenakan. Otomatis painter
pasti juga memerlukan safety glasses. Selain itu yang dibutuhkan juga adalah dust masker,
serta respirator lengkap dengan sepasang cartridgenya. Satu lagi yang dibutuhkan seorang
painter adalah disposable overall (baju kerja sekali pakai) untuk menghindari kontak langsung
antara kulit dan material yang digunakan untuk mengecat. Bisa berupa cat, tiner, maupun zinc
dan chrome yang kadang-kadang terkandung di dalam cat.
f. Electrician atau pekerja di bidang kelistrikan. Dalam menunaikan tugasnya selain dibantu tool-
tool khusus seorang pekerja listrik, maka alat keselamatan kerja atau alat pelindung diri yang
dibutuhkan adalah safety glasses dan sarung tangan khusus yang dapat meredam sengatan
listrik. Serta sepatu safety dari karet untuk mencegah adanya kontak pendek arus listrik yang
besar kemungkinannya terjadi.
11
Masing-masing pihak pemangku amanah di proyek konstruksi dapat menindaklanjuti
implementasi dari protokol ini sesuai dengan kebijakan perusahaan masing-masing.
b. Pembentukan SATGAS Pencegahan COVID-19
1) Pemilik/Pengguna/Penyelenggara bersama Konsultan Pengawas dan/ atau Kontraktor
wajib membentuk Satuan Tugas Pencegahan COVID-19.
2) Satuan Tugas tersebut berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang terdiri dari Ketua merangkap
anggota dan 4 (empat) Anggota yang mewakili Pemilik/ Pengguna/ Penyelenggara,
Konsultan, Kontraktor, Subkontraktor, Vendor/ Supplier.
3) Satuan Tugas tersebut memiliki tugas, tanggung jawab dan wewenang melakukan :
(i) sosialisasi,
(ii) edukasi,
(iii) promosi teknik dan
(iv) metode pencegahan COVID-19 serta
(v) pemeriksaan (examination) potensi terinfeksi kepada semua orang, baik para
manager, insinyur, arsitek, karyawa/ staf, mandor, pekerjaan dan tamu proyek.
c. Penyediaan Fasilitas Kesehatan di Lapangan
1) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan ruang klinik kesehatan di
lapangan yang dilengkapi dengan sarana kesehatan yang memadai, antara lain tabung
oksigen, pengukur suhu badan nir sentuh, pengukur tekanan darah, obat – obatan, dan
petugas medis
2) Penyedia jasa pekerjaan konstruksi wajib memiliki kerjasama operasional perlindungan
kesehatan dan pencegahan COVID-19 dengan rumah sakit dan/ atau pusat kesehatan
masyarakat terdekat untuk tindakan darurat (emergency);
3) Penyedia jasa pekerjaan konstruksi wajib menyediakan fasilitas tambahan antara lain :
pencuci tangan (air, sabun, dan hand sanitizer), tisu, masker di kantor dan lapangan bagi
seluruh pekerja dan tamu; dan
4) Penyedia jasa pekerjaan konstruksi wajib menyediakan vaksin, vitamin dan
nutrisitambahan guna peningkatan imunitas pekerja
d. Pelaksanaan Pencegahan COVID-19 di lapangan
1) Satgas Pencegahan COVID -19 memasang poster ( flyers) baik digital maupun fisik tentang
himbauan/anjuran pencegahan COVID – 19 untuk disebarluaskan atau dipasang di
tempat-tempat strategis di lokasi proyek;
12
2) Satgas Pencegahan COVID-19 bersama petugas medis harus menyampaikan
penjelasan, anjuran, kampanye, promosi teknik pencegahan COVID-19 dalam setiap
kegiatan penyuluhan K3 pagi hari (safety morning talk);
3) Petugas medis bersama para Satuan Pengaman (Security Staff) melaksanakan
pengukuran suhu kepada seluruh pekerja, dan karyawan setiap pagi, siang, dan sore;
4) Satgas Pencegahan COVID-19 melarang orang (seluruh pekerja dan tamu) yang
terindikasi memiliki suhu tubuh ≥ 38 derajat celcius datang ke lokasi pekerjaan ;
5) Apabila ditemukan pekerja di lapangan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
COVID-19, pekerjaan harus diberhentikan sementara oleh Pengguna Jasa dan/atau
Penyedia Jasa paling sedikit 14 hari kerja.
6) Petugas Medis dibantu Satuan Pengaman (Security Staff) melakukan evakuasi dan
penyemprotan disinfektan pada seluruh tempat, fasilitas dan peralatan kerja; dan
7) Penghentian sementara dilakukan hingga proses evakuasi dan penyemprotan disinfektan,
serta pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan isolasi tenaga kerja yang pernah
melakukan kontak fisik dengan tenaga kerja yang terpapar telah selesai
Mekanisme Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID – 19) dalam
Penyelanggaraan Jasa Konstruksi
13
B. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN KONSTRUKSI
1.1.2 Persyaratan
1) Standar Rujukan :
Standar Nasional Indonesia (SNI)
SNI 03 - 1742 - 1989 : Metode Pengujian Ringan untuk tanah
SNI 03 - 1744 - 1989 : Metoda Pengujian CBR laboratorium
14
2) Toleransi Dimensi tentukan dalam gambar
Elevasi akhir tanah dasar untuk drainase/saluran tidak boleh berbeda lebih dari 20
mm dari yang ditentukan dalam gambar dan toleransi kerataan < 10 mm yang di
ukurdengan mistar atau yang diperintahkan oleh direksi pada setiap detik,
sedangkan untuk galian dinding penahan tanah (DPT) tidak boleh berbeda lebih
dari 1 cm dari yang di syaratkan.
Toleransi kelandaian galian tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis
profilyang ditentukan.
3) Peryaratan Bahan
a) Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian
1. Semua bahan tanah yang dapat dipakai dalam batas-batas dan ingkup
Proyek harus digunakan secara efektif untuk kontruksi.
2. Bahan galian yang tidak memenuh syarat sebagai timbunan dan bahan
galian nyang memenuhi persyaratan tetapi berlebihan tidak diperlukan
dalam konstruksi harus dibuang sebagai bahan galian untuk dibuang.
3. Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan dan memenuhi
syarat sebagai bahan timbunan, sedapat mungkin dibuang didaerah Rumija,
sedangkan bahan galian yang tidak memenuhi syarat sebagai bahan
timbunan harus dibuang didaerah rumija bila tersedia, atau dibuang dilahan
disediakan secara permanen oleh penyedia jasa setelah mendapat
persetujuan dari direksi pekerjaan.
4. Penyedia jasa harus bertanggung jawab terhadap seluruh pengaturan dan
biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai
atau yang tidak memenuhi syrat untuk bahan timbunan,termasuk
pembuangan bahan galian, pengangkutan bahan galian, pengangkutan
hasil galian ke tempat pembuangan akhir dengan memperoleh ijin tetap dari
ijin pemilik dimana pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.
b) Semua daerah galian harus digali sesuai dengan gambar kerja ,atau shop-
drawing yang diajukan oleh penyedia jasa dan mendapat persetujuan dari
direksi teknik.
c) Pengembalian bentuk dan pembuangan pekerjaan sementara
15
(1) Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi milik
penyedia jasa ,bila memenuhi syarat dan disetujui oleh direksi Pekerjaan,
bahan–bahan tersebut dapat dipergunakan untuk bahan permanen.
(2) Setiap bahan-galian yang ditempatkan dalam saluran air harus dibuang
seluruhnya setelah pekerjaan berahir sedemikian sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu saluran air.
(3) Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan
oleh penyedia jasa harus ditinggalkan dalan kondisi yang ratadan rapi
dengan tepi dan lelreng yang stabildan saluran drainase yang memadai.
4) Persyaratan Pelaksanaan
a) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan
(1) Untuk setiap pekerjaan galian sebelum memulai pekerjaan, Penyedia jasa
harus menyerahkan kepada Direksi Teknis, gambar detail penampang
melintang yang menunjukan elevasi tanah asli sebelum operasi
pembersihan dan pembongkaran , atau penggalian paling lambat 6 hari
sebelum pekerjaan dimulai.
(2) Penyedia jasa harus memasang patok–patok batas galian paling lambat 3
hari sebelum pekerjaan dimulai.
(3) Penyedia jasa harus memberitahu direksi Teknis untuk setiap galian yang
telah mencapai elevasi dasr saluran, gorong– gorong dll.
b) Pengamanan Pekerjaan Galian
(1) Penyedia jasa harus memikul semua tanggung dalam menjamin
keselamatan pekerja,yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan
bangunan yang ada di sekitar lokasi galian.
(2) Selama pelaksanaan pekerjaan galian, Penyedia jasa harus menjaga
stabilitas lereng, agar menjadi stabil dan tidak rusak oleh pekejaan galian
tersebut.
(3) Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainya
tidak diijinkan berada atau beroprasi lebih dekat 1.5 m dari tepi galian
drainase,gorong– gorong pipa.
(4) Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi
galian yang membahayakan keselamatan, maka penyedia jasa harus
menempatkan seorang pengawas keamanandilokasi kerja yang tugasnya
16
hanya membantu keamanan dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian,
peralatan galian cadangan (yang belum dipakai)serta perlengkapan P3K
harus tersedia pada tempat galian.
(5) Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang
(barikade)yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke,
dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun
lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa
drum yang dicat putih(atau sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna
menjamin keselamatan para pengguna jalan, sesuai dengan yang
diperintahkan direksi teknis.
c) Pengamanan Hasil Kerja
(1) Pada setiap tahap penggalian terbuka, permukaan galian harus tetap dalam
kondisi yang mulus (sound), untuk mencegah gangguan operasi dan
perendaman akibat hujan.
(2) Bilamana lalu lintas pada jalan terganggu karena oprasi pekerjaan lainya,
penyedia jasa harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu atasjadwal
gangguan tersebutdari pihak yang berwenang dan dari direksi pekerjaan.
d) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian yang tidak Memenuhi Ketentuan.
Pekerjaan Galian yang tidak tidak memenuhi toleransi sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Penyedia jasa dan harus diperbaiki oleh penyedia jasa
sebagai berikut :
(1) Lokasi Galian dengan garis dan dan ketinggian akhir yang melebihi garis
dan ketinggian yang ditunjukan dalam gambar/atau sebagai mana yang
diperintahkan direksiTeknis harus digali lebih lanjut sampai memenuhi
toleransi yang diperyaratkan.
(2) Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang
ditukjukan dalam gambar atau sebagai mana yang diperintahkan oleh
direksi Teknisatau dasar galian yang mengalami kerusakan atau menjadi
menjadi lembek, maka material yang telah rusak dibuang dan ditimbun
kembali dengan material yang lebih baiksebagai mana yang diperintahkan
direksi Teknis, dipadatkan dan dibentuk sesuai ketentuan dalam spesifikasi
ini.
17
e) Utilitas Bawah Tanah
(1) Penyedia jasa harus bertanggung jawab untuk memperoleh informasi
tentang keberadaan dan lokasi utilitasbawah tanah dan membayar setiap
ijin atau kewenangan lainya yang diperlukan dalam pelaksanaan galian
yang diperlukan dalam kontrak.
(2) Penyedia jasa harus bertanggung jawab untuk menjaga dan me4lindungi
setiap utilitas bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau
saluran bawah tanah lainya atau struktur yang mungkin dijumpai dan harus
memperbaiki setiap kerusakanyang timbul akibat operasi kegiatan.
1.1.3 PELAKSANAAN
1) Prosedur Umum
a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis,dan elevasi yang
ditentukan dalam gambar yang disetujui oleh Direksi Teknisdan harus
mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai,
termasuk tanah,batu,batu bata,beton, pasangan batu dan bahan perkerasan
lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen.
b) Pekerjaan galian harus dilaksanakn dengan gangguan yang seminimal
mungkin terhadap bahan di bawah dan diluar batas galian.
c) Bilaman bahan yang terekpus dari garis formasi atau tanah dasar atau pondasi
dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi
Teknis tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya atau
sebagian dibuang dan diganti dengan bahan memenuhi syarat.
2) Galian pada Tanah Dasar Selokan dan Talud
Galian untuk gorong-gorong atau drainase saluran dan galian untuk pondasi DPT
atau struktur lain, harus cukup ukuranya sehingga memungkinkan pemasangan
bahan kontruksi sesuai gambar rencana, sehingga pengawasan dan pemadatan
pemedatan penimbunan kembali di bawah dibawah dan di sekelilinjg pekerjaan
dapat dilakukan dengan cermat.
18
(1) Galian Diluar Rencana (Overcut),
(2) Galian yang digunakan bukan untuk pekerjaan permanen,
(3) Galian yang sudah termasuk dalam satu item pekerjaan.
1.2 Timbunan
1.2.1 Umum
1) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan
tanah, limestone atau bahan bebutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan,
untuk penimbunan kembali galian dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk
membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi
penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.
19
2) Timbunan yang dicakup dalam hal ini, yaitu timbunan biasa dan timbunan pilihan.
3) Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapia perbaikan tanah dasar (improv sub
grade) untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar.
4) Pekerjaan ini juga mencakup timbunan secara manual atau mekanis, dikerjakan
sesuai dengan Spesifikasi ini dan sangat mendekati garis dan ketinggian yang
ditujukan dalam gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
1.2.2 Persyaratan
1) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI)
SNI 03-1742-1989 : Metoda Pengujian kepadatan ringan untuk tanah
SNI 03-1744- 1989: Metoda Pengujian CBR Laboratorium
SNI 03-Z828-1992 : Metoda pengujian kepadatan lapangan dengan alat konus
pasir.
2) Toleransi Dimensi
a) Setelah pemadatan lapis dasar perkerasan (sub grade), toleransi elevasi
permukaan tidak boleh lebih dari 20 mm dan toleransi kerataan maksimum 10
mm yang diukur dengan mistar panjang 3 m arah memanjang dan melintang.
b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekpos harus cukup rata dan harus
memiliki memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan
yang bebas.
c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari
garis profil yang ditentukan.
3) Persyaratan bahan
a) Timbunan Biasa
1) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari
bahan galian tanah yang disetujui oleh direksi pekerjaan sebagai bahan yang
memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan timbunan.
2) Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan galian tanah yang
mempunyai sifat sifat sebagai berikut :
a. Tanah yang mengandung organik, serta tanah yang mengandung daun-
daun, rumput-rumputan, akar dan sampah.
b. Tanah yang mempunyai sifat kembang susut tinggi
20
c. Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak mungkin
dikeringkan untuk memenuhi toleransi kadar air pada saat pemadatan.
b) Timbunan Pilihan (Selected material)
1) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai Timbunan Pilihan bila
digunakan pada lokasi dan untuk maksud dimana timbunan pilihan telah
ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh direksi pekerjaan.
2) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari
bahan tanah, tanah berbatu atau batu berpasir yang memenuhi semua
ketentuan untuk timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-
sifat tertentu yang tergantung dari maksud penggunaannya, seperti
diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal,
seluruh timbunan pilihan harus, bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989,
memiliki CBR paling sedikit 10% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan
sampai 100% kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 03-1742-
1989, atau 95% kepadatan kering maksimum sesuai SNI 03-1743-1989.
Timbunan pilihan untuk lapis 20 cm di bawah dasar perkerasan (subgrade)
ukuran butir maksimum tidak boleh lebih dari 7,5 atau limestone yang
memenuhi semua ketentuan untuk timbunan pilihan dan sebagai tambahan
harus memiliki sifat tertentu yang tergantung dari maksud penggunaanya,
seperti diperintahkan atau disetujui oleh direksi pekejaan.
3) Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan dalam
keadaan jenuh atau banjir yang tidak dapat dihindari, haruslah pasir
ataukrikilatau bahan berbutir bersih lainya dengan indek Plastisitas
maksimum 6%.
c) Ketentuan Kepadatan untuk tanah,Limestone
1) Lapisan Tanah, Limestone yang lebih dari 20 cm dibawah elevasi permukaan
harus dipadatkan dalam dalam lapisan - lapisan timbunan dengan ketebalan
maksimum 20 cm dan tidak boleh kurang dari 10 cm, sampai 95 % dari
kepadatan kering maksimum.
2) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian
menunjukan kepadatan kurang yang disyaratkan , maka penyedia jasa harus
memperbaiki pekerjaan ini. Pengujian harus dilakukan pada kedalaman
21
penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Direksi Teknis, tetapi tidak boleh
berselang lebih dari 50 m untuk setiap lebar hamparan.
4) Persyaratan Kerja
a) Kesiapan Kerja
(1) Paling lambat 3 hari sebelum pekerjaan dimulai untuk setiap timbunan awal
yang akan dilaksanakan, Penyedia jasa harus :
a. Menyerahkan Gambar hasil penampang melintang dasar timbunan yang
menunjukan permukaan yang telah dipersiapkan untuk penghamparan
timbunan kepada Direksi Teknis.
b. Menyerahkan hasil pengujian kepadatan dasar timbunan yang
membuktikan pemadatan permukaan yang telah memenuhi persyaratan.
(2) Penyedia jasa harus menyerahkan hal– hal berikut ini kepada. Direksi
Pekerjaan paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk
penggunaan pertama kalinya sebagai bahan timbunan.
a. Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu contoh
disimpan oleh Direksi pekerjaan untuk rujukan selama perioda kontrak.
b. Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan diusulkan untuk
bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian laboratorium
menunjukan sifat bahan tersebut memenuhi ketentuan yang disyaratkan.
b) Metoda Kerja
(1) Untuk menghasilkan hamparan dengan tebal padat 20 cm atau yang
disyaratkan Penyedia jasa harus menyampaikan metoda kerja yang akan
dilakukan.
(2) Pelaksanaan Timbunan Badan Jalan harus dikerjakan setengah lebar jalan
sehingga setiap saat jalan tetap terbuka untuk lalu– lintas.
c) Kondisi Tempat Kerja
(1) Penyedia jasa harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering
segera sebelum dan selama pekerjaan pekerjaan penghamparan dan
pemadatan,dan selama pelaksanaan timbunan haurs mempunyai lereng
melintang yang cukup untuk membantu drainase badan jalan dari setiap
curahan air hujan dan juga harus menjamin pekerjaan akhir mempunyai
drainase yang baik.Bilaman memungkinkan air yang berasal dari tempat kerja
,harus dibuang kedalam sistim drainase permanen.
22
(2) Penyedia jasa harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk
pengendalian kadar air timbunan selama noprasi penghaparan dan
pemadatan.
d) Perbaikan Terhadap Timbunan yang tidak memenuhi ketentuan /tidak stabil.
(1) Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan harus
diperbaiki dengan menggemburkan permukaanya dan membuang atau
menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan
pembentukan dan pemadatan kembali.
(2) Lapis hamparan timbunan yang terlalu kering untuk dipadatkan,dalam hal
batas-batas kadar airnya yang disyratkan, harus diperbaiki dengan
menggaruk bahan tersebut,dilanjutkan dengan penyemprotan air
secukupnya,dan dicampurseluruhnya dengan mengunakan Motor Greader
atau peralatan lain yang disetujui.
(3) Timbunan yang telah padat dan memenuhi ketentuan yang disyratkan dalam
Spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain,
biasanya tidak memerlukan perkerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan
dan kerataan permukaan masih memenuhi ketentuan dalam spesifikasi ini.
(4) Pemgembalian Bentuk Pekerjaan setelah Pengujian. Semua lubang pada
pekerjaan akhir yang timbul akaibat pengujian Kepadatan atau lainya harus
secepatnya ditutup kembali oleh penyedia jasa dan dipadatkan sampai
mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan oleh
spesifikasi ini.
(5) Cuaca Yang Dijinkan Untuk Bekerja. Timbunan tanah tidak boleh ditempatkan
dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan pemadatan tidak boleh
dilahsanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan diluar rentang
yang disyaratkan.
1.2.3 Pelaksanaan
1) Penyiapan Tempat Kerja
a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak
diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaann
sesuai dengan Spesifikasi ini.
23
b) Penyedia jasa harus memasang patok batas dasar timbunan 3 hari sebelum
pekerjaan dimulai.
c) Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin keselamatan
pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian serta penduduk sekitar.
d) Pada setiap saat sewaktu pekerja atau yang lainya berada dalam galian yang
mengharuskan kepada mereka berada dipermukaan tanah, kontraktor harus
menempatkan pengawas keamanan pada tempat kerja yang tugasnya hanya
memonitor kemajuan dan keamanan. Pada setiap saat peralatan galian
cadangan (yang belum terpakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada
tempat kerja galian.
e) Seluruh galian terbuka harus diberi penghalang yang cukup untuk mencegah
pekerja atau orang lain terjatuh kedalamnya, dan setiap galian terbuka pada
badan jalan atau bahu jalan harus ditambah dengan rambupada malam hari
dengan drunm dicat putih (atau yang serupa) ketentuan pengaturan dan
pengendalian lalu – lintas selama pelaksanaan kostrukasi harus diterapkan pada
seluruh galian ndalam daerah milik jalan.
f) Dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penghamparan dan
pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) setebal 20 cm,dan harus
memenuhi kepadatan sesuai persyaratan.
2) Penghamparan Timbunan
a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar
dalam lapisan yang merata yang setelah dipadatkan akan memenuhi toleransi
tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan terakhir yang dipadatkan
lebih dari 20 cmdan kurang dari 40 cmmaka dibagi 2 sama tebalnya.
Tanah/Limestone timbunan diangkut langsung dari luar sumber bahan ke
permukaan yang yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah. Penumpukan
tanah di lokasi sumber ataupun dilokasi timbunan untuk persedian tidak
diperkenankan, terutama selama musim hujan kecuali dengan
perlindungansehingga air hujan tidak membasahi tumpukan Tanah/Limeston.
b) Penimbunan dalam suatu lokasi (lot) dan pada satu lapis hanya boleh digunakan
bahan tanah yang berasal dari satu sumber galian dan yang seragam.
c) Bilamana timbunan badan jalan akan dipelebar, pelebaran timbunan harus
dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar jalan
24
lama, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi
bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang
diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan
demikian pembangunan dapat dilanjutkan kesisi jalan lainya bilamana
diperlukan.
3) Pemadatan Timbunan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan tibunan, setiap lapis harus
dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi
Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya, bilamana kadar air
bahan berada dalam rentang 3% dibawah kadar air oftimum sampai 1% diatas
kadar air optimum.
c) Setiap lapisan tibunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang dsyratkan,
diuji kepadatanya dan harus diterima oleh Direksi Teknis sebelum lapisan
berikutnya dihampar.
d) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi terendah dan bergerak menuju ke
arah elevasi tertinggi sumbu jal;an, sehingga setiap titik akan menerima energi
pemadatan yang sama.
e) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak
lebih dari 10 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis dengan berat
kurang lebih 70 kg atau timbris(tamper)manual dengan berat minimum 10 kg.
Pemadatan dibawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian Khusus
untuk mencegah timbulnya rongga-rongga, dan untuk menjamin bahwa pipa
terdukung sepenuhnya.
25
timbunan yang diusulkan, Direksi Teknis dapat memintakan pengujian mutu
bahan ulang untuk mencegah terjadinya perubahan sifat bahan.
b) Pengandalian mutu bahan harus rutin dilaksanakan untuk mengendalikan setiap
perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Setiap perubahan sumber
bahan paling sedikit harus dilakukan satu pengujian untuk menentukan bahan
timbunan ketentuan, seperti yang disyaratkan. Direksi Teknik setiap saat dapat
memerintahkan dilakukanya uji ke ekspansifan sesuai SNI 03-6795-2002.
2) Percobaan Pemadatan Lapangan
Penyedia jasa harus menyampaikan usulan percobaan pemadatan termasuk
memilh Metoda dan peralatan untuk mendapatkan ketebalan dan tingkat kepadatan
yang disyaratkan. Bilamana penyedia jasa tidak dapat mencapai kepadatan yang
disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti :
a) Mengganti alat pemadat yang lebih sesuai atau lebih berat.
b) Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan alat
pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai, sehingga
dapat diterima oleh Direksi Teknik.
Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya dapat digunakan penyedia jasa sebagi
bahan untuk menetapkan pola lintasa pemadatan, jumlah lintasan, jenis jenis alat
pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.
26
3) Dasar Pembayaran
Kwantitas timbunan yang diukur seperti yang diuraikan diatas, dalam jarak angkut
berapapun yang diperluka, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari
masing–masing harga yang dimasukan dalam daftar kwantitas dan harga, dimana
harga tersebut harus sudah merupakan harga konpensasi penuh untuk pengadaan,
pemasokan, penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan,
termasuk seluruh biaya lain yang diperlukan atau biaya atau biaya untuk
penyelesaian dari pekerjaan yang diuraikan dalam spesifikasi ini.
2.1. Beton
a. Pekerjaan yang disyaratkan dalam Pasal ini harus mencakup pembuatan seluruh struktur
beton, termasuk tulangan dan struktur komposit sesuai dengan Persyaratan dan sesuai
dengan garis, elevasi, ketinggian dan dimensi yang ditunjukkan dalam gambar, dan
sebagaimana diperlukan oleh Direksi.
b. Kelas dari beton yang akan digunakan pada masing–masing bagian dari pekerjaan dalam
kontrak haruslah seperti yang diminta dalam Gambar atau pasal lain yang berhubungan
dengan persyaratan ini atau sebagaimana diperintahkan oleh direksi. Seluruh beton
struktur harus mempunyai tegangan tekan minimal K-225
c. K-225 : untuk digunakan dalam struktur beton bertulang seperti Pelat Duiker, saluran dan
lainnya.
d. Beton non Struktur 1Pc : 3Ps : 5Krl untuk digunakan dalam semua beton, sebagai lapisan
lantai dasar pondasi, sebagai pengisi dan lain – lain.
Syarat dari SKSNI T-15-1991-03 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton
yang dilaksanakan dalam kontrak ini, kecuali bila terdapat pertentangan dengan syarat dalam
spesifikasi ini, dalam hal ini syarat dari spesifikasi ini harus dipakai.
27
2.2. Semen
a. Semen yang dipakai adalah type I semen Portland yang mendapat persetujuan Direksi dan
memenuhi SKSNI-1991, SNI, SII.
b. Selama pengangkutan dan penyimpanan, semen tidak boleh kena air dan kantongnya
harus asli dari pabriknya, dan tetap utuh dan tertutup rapat.
c. Semen yang sudah membeku, tidak dibenarkan dipakai dalam pekerjaan ini.
d. Semen disimpan pada tempat yang beralaskan dari kayu yang tingginya tidak kurang dari
30 cm dari lantai.
e. Semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2,00 meter.
f. Pengeluaran semen dari tempat penyimpanan berurutan sesuai dengan datangnya semen
di tempat penyimpanan.
28
- Bahan steger (tiang penyangga) harus terbuat dari kayu bermutu baik atau
menggunakan schafolding.
b. Konstruksi
- Cetakan dibuat dan disangga sedemikian rupa sehingga dapat mencegah getaran yang
merusak. Dan tidak berubah bentuk sebelum, selama pengecoran berlangsung dan
selama beton belum padat.
- Cetakan dibuat sedemikian rupa mempermudah pengecoran dan pemadatan beton
tanpa merusak konstruksi beton.
- Kayu steger (penyangga) harus dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat menahan beban
yang dipikulnya.
- Kontraktor harus mempuat shop drawing dari bagian– bagian konstruksi cetakan/
bekisting serta mendapat persetujuan Direksi.
c. Pelapis cetakan
- Untuk mempermudah membuka bekisting beton, dapat digunakan pelapis cetakan dari
bahan yang disetujui Direksi.
- Minyak pelumas, baik bekas maupun baru, tidak dibenarkan dipakai sebagai bahan
pelapis cetakan.
29
4.75 #4 90-100 0-5 0-10 0-10 0-15
2.36 #8 - - 0-5 0-5 0-5
1.18 #16 45-80 - - - -
0.3 #50 10-30 - - - -
0.15 #100 2-10 - - - -
- Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih dari
¾ dari jarak minimum antara tulangan baja atau antara tulangan baja dengan acuan,
atau antara perbatasan lainnya.
- Jenis adukan Beton :
Catatan : pc = portland cement m3
ps = pasir (bahan pengisi halus) m3
krl = kerikil (bahan pengisi kasar) m3
b. Kekuatan beton
Kuat tekan beton yang direncanakan adalah K-225
c. Pengadukan beton
Pencampuran bahan-bahan penyusun beton dilakukan agar diperoleh suatu komposisi
yang solid dari bahan-bahan penyusun berdasarkan rancangan campuran beton. Sebelum
diimplementasikan dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan, pencampuran bahan-bahan
dapat dilakukan di laboratorium, untuk mendapatkan formula rancangan sesuai rencana
(membuat Job Mix Formula). Secara umum pengadukan beton dengan mesin (batching
plant) harus disesuaikan dengan kecepatan yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuatnya. Ketentuan waktu pengadukan minimal untuk campuran beton yang
volumenya lebih kecil atau sama dengan 1 m 3 adalah 1,5 menit atau menurut petunjuk
direksi. Selama proses pengadukan, kekentalan campuran beton harus diawasi terus
dengan cara memeriksa nilai slump yang disesuaikan dengan jarak pengangkutan.
d. Beton Dekking
- Beton dekking/ganjal 1pc : 2ps harus dibuat terlebih dahulu, sebelum pekerjaan beton
konstruksi dimulai. Dicetak setebal 2 cm berukuran 4 x 4 cm atau sesuai dengan yang
diisyaratkan, lengkap dengan kawat pengikatnya.
- Sesudah mengeras dan kering udara, beton dekking ini direndam dengan air.
30
- Untuk beton balok dan kolom, dipasang 10 (sepuluh) buah untuk setiap 1 m2 dengan
ketebalan 3 cm. Dan untuk beton plat duiker dipasang beton dekking dengan ketebalan
3 cm sebanyak 5 buah untuk setiap 1 m2.
- Selain beton dekking untuk balok yang mempunyai dua baris atau lebih tulangan, harus
diberikan ganjalan dengan besi beton dengan diameter yang sama dengan tulangan
rangkap. Ganjalan ini dipasang pada bagian samping dan bawah balok sebanyak 3 buah
untuk setiap 1 m2.
e. Adukan Beton “Ready Mix”
- Bila dipakai adukan beton “ready mix” nama dan alamat suppliernya harus mendapat
persetujuan direksi.
- Kontraktor bertanggung jawab penuh, bahwa adukan yang disuplai tersebut memenuhi
syarat spesifikasi dengan membawa hasil test laboratorium sesuai dengan ketentuan
yang disyaratkan dalam RKS dan menjamin kontinuitas kedatangan setiap delivery.
Direksi mempunyai wewenang untuk setiap saat meminta kepada kontraktor untuk
mengadakan percobaan mutu beton tersebut. Apabila mutunya diragukan direksi berhak
menghentikan dan menolak beton ready mix tersebut dan semua kerugian yang ditimbulkan
oleh hal ini menjadi tanggungan kontraktor.
f. Adukan beton “Site Mixing” (setempat)
- Adukan beton dibuat dengan alat pengaduk “batch mixer” dengan type dan kapasitas
yang mendapat persetujuan direksi.
- Kecepatan aduk sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya.
- Kapasitas aduk tidak boleh lebih dari yang diijinkan.
31
- Jumlah silinder/kubus coba yang harus dibuat untuk seluruh volume beton minimum 21
buah dimana masing – masing sebanyak 7 buah untuk percobaan pada umur 3, 7, 14,
dan 28 hari. Hasil percobaan tahap I ini harus mendapat persetujuan Direksi Teknis
sebelum pekerjaan beton dimulai.
- Selanjutnya, setiap saat bila dirasakan perlu direksi berhak meminta kepada kontraktor
untuk membuat silinder/kubus coba dari adukan beton yang dibuat. Dalam hal ini
silinder/kubus beton diberi tanda yang dapat mengidentifikasi tanggal pengecoran,
penggunaan untuk bagian struktur yang bersangkutan dan lain – lain yang dianggap
perlu.
d. Semua silinder/kubus coba, ditest di laboratorium yang disetujui Direksi Teknis. Apabila
pengetesan akan dilakukan di lapangan, maka tes coba harus mempunyai sertifikat
kalibrasi yang diakui dan pelaksanaan pengetesan ada dibawah pengawasan Direksi
Teknis.
e. Kontraktor juga diharuskan mengadakan slump tes menurut syarat – syarat SKSNI - 1991.
f. Apabila terjadi setelah beton dicor tidak memenuhi syarat–syarat sesuai dengan hasil test,
maka seluruh volume beton yang dicor dengan campuran tersebut harus dibongkar.
Sebelum pembongkaran, kontraktor diijinkan mengajukan usulan pengetesan ulang,
loading test pada struktur beton yang sudah dicor dengan persetujuan direksi.
g. Semua biaya yang diperlukan dalam pengujian mutu beton dibebankan kepada kontraktor.
32
b. Sebelum adukan beton dituangkan, semua cetakan harus betul-betul bersih dari kotoran
seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan kotoran lainnya. Kemudian cetakan tersebut
dibasahi dengan air secukupnya, namun tidak boleh ada genangan air pada cetakan
tersebut.
c. Pengecoran baru bisa dimulai setelah mendapat persetujuan Direksi Teknis. Apabila
pengecoran beton dilakukan tanpa adanya persetujuan direksi, maka kerugian akibat
pembongkaran, sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.
d. Adukan harus homogen atau dengan warna yang merata dan harus sudah dicorkan dalam
waktu 1 (satu) jam setelah pencampuran air dimulai.
e. Pengecoran suatu unit pekerjaan beton harus dilaksanakan terus menerus sampai selesai
dengan tanpa berhenti, kecuali mendapat persetujuan direksi. Tidak dibenarkan mengecor
beton saat hujan, kecuali ada tindakan pengaman dari kontraktor, terutama untuk
meneruskan pengecoran suatu unit pekerjaan, yang mendapat persetujuan direksi. Dalam
hal ini kontraktor harus berupaya agar beton yang baru dicorkan tidak dirusak oleh air
hujan.
f. Setelah dicorkan pada cetakan, adukan harus dipadatkan dengan alat penggetar (vibrator)
yang berfrekwensi dalam adukan paling sedikit 3000 putaran setiap menit. Penggetaran
dilakukan selama 20 detik setiap satu adukan yang dicorkan, mulai pada saat adukan
dicorkan dalamcetakan dan dilanjutkan dengan adukan selanjutnya. Vibrator tidak boleh
menyentuh cetakan dan besi beton yang salah satu bagiannya berhubungan dengan
adukan beton yang telah mengeras.
g. Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, sehingga dapat dicegah adanya
pemisahan atau pengurangan bagian-bagian bahan. Adukan tidak boleh dijatuhkan lebih
dari 2 meter. Untuk kolom-kolom yang tinggi, harus dibuatkan jendela-jendela dengan
jarak vertikal tidak lebih dari 2 meter.
h. Siar pelaksanaan (contruction joint) dipakai bahan penyekat “Styrofoam” yang mudah
hancur dengan bensin, dalam pengecoran beton harus mendapat persetujuan direksi.
i. Apabila terjadi pertemuan dengan beton yang sudah dicor, bidang pertemuan harus
dibersihkan dengan cara menyemprot dengan air. Kemudian disikat sampai agregat kasar
kelihatan dan selanjutnya disiram dengan air semen kental dan ditambah additive, merata
keseluruh permukaan yang akan disambung, sedang untuk beton yang memerlukan kedap
air harus memakai “Water Stop” ex Tricosal type yang direkomendasikan untuk setiap jenis
sistem sambungan.
33
2.10. Pemasangan Angker/Pembengkokan Besi Tulangan
Pengangkeran perletakan pelat duiker pada pondasi/tumpuan pasangan menggunakan besi
diameter D-16 dengan jarak sesuai gambar rencana.
2.11. Toleransi-Toleransi
a. Toleransi pada beton cetakan kasar
- Toleransi terhadap posisi untuk masing–masing bagian konstruksi adalah 1 cm.
- Toleransi terhadap ukuran bagian konstruksi adalah –0,3 cm dan + 0,5 cm.
b. Toleransi pada cetakan beton halus.
- Toleransi terhadap posisi untuk masing–masing bagian konstruksi adalah 0,6 cm.
- Toleransi terhadap ukuran bagian konstruksi adalah – 0,2 cm dan + 0,4 cm
c. Toleransi posisi vertikal : 2 mm/m’
d. Toleransi posisi horisontal : 1 mm/m’
34
2.14. Cacat Pada Beton
a. Yang dimaksud dengan cacat beton adalah hal–hal sebagai berikut :
- Konstruksi beton yang amat keropos
- Konstruksi beton tidak sesuai dengan yang direncanakan
- Konstruksi beton yang berisi benda–benda yang dilarang ada pada beton.
b. Apabila hal ini terjadi, direksi berwenang untuk tidak menerima pekerjaan beton tersebut
dan kontraktor harus segera memperbaikinya sesuai dengan petunjuk direksi.
c. Penggunaan alat pembantu pekerjaan yang membebani struktur harus mendapat
persetujuan direksi dan kontraktor harus memperbaiki beton yang rusak akibat penggunan
alat pembantu.
d. Hasil yang diharapkan semua cor beton tidak ada yang menyimpang dari toleransi yang
dijinkan, karena tidak ada perbaikan beton dengan plesteran.
35
d. Besi beton harus bebas dari kotoran, karat, minyak, cat dan kotoran lain yang dapat
mengurangi daya lekat semen atau dapat menurunkan mutu besi beton.
e. Besi beton harus dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar. Kemudian dibentuk
dan dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah
tempat.
f. Kawat beton yang dipergunakan harus lazim dipakai, sehingga dapat mengikat besi beton
tetap pada tempatnya. Untuk mendapatkan mutu besi beton yang diinginkan, dapat
dipergunakan besi beton dari produk yang ditunjuk Direksi Teknis.
g. Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan di
alam terbuka untuk jangka waktu yang panjang.
Kg/m ( d)
Effective Tolerance
Ø 7 0.302 7% 7 7%
Ø 8 0.395 7% 8 7%
Ø 10 0.617 5% 10 6%
Ø 12 0.888 5% 12 6%
Ø 16 1.578 5% 16 5%
Ø 19 2.226 4% 19 5%
Ø 22 2.984 4% 22 5%
Ø 25 3.853 4% 25 5%
36
SPESIFIKASI: DEFORMED BAR ( Grade 40 )
Kg/m
Effective Tolerance
D 10 0.617 6% 10
D 13 1.042 6% 13
D 16 1.578 5% 16
D 19 2.226 5% 19
D 22 2.984 5% 22
D 25 3.853 5% 25
D 29 5.185 4% 29
D 32 6.313 4% 32
NO. (m) ( kg )
37
SPESIFIKASI : PIPA BAJA MEDIUM GALVANIS
39
f. Paving yang tidak memenuhi standar toleransi tidak diterima (ditolak).
g. Ukuran paving menyesuaikan dengan gambar rencana.
2,36 mm 100
1,18 mm 90-100
600 microns 60-90
300 microns 30-60
150 microns 15-30
75 microns 5-10
- Kadar air ‹ 5%, kadar Lempung dan lanau ‹ 10%
- Jangan menggunakan bahan pengikat seperti semen.
42
sebagai garis B, kemudian kita buat pasangan kepala masing-masing
diujung benang tersebut.
e. Pemasangaan paving harus segera kita lakukan setelah penggelaran abu
batu/pasir alas. Hindari terjadinya kontak langsung antar block dengan
membuat jarak celah/naat dengaan spasi 2-3 mm untuk pengisian joint filler.
f. Memasang paving harus maju, dengan posisi si pekerja diatas block yang
sudah terpasang.
g. Apabila tidak disebutkan dalam spesifikasi teknis, maka profil melintang
permukaan paving minimal mencapai 2% dan maksimal 4% denga toleransi
cross fall 10 mm untuk setiap jarak 3 meter dan 20 mm utnuk jarak 10 meter
garis lurus. Pembedaan maksimum kerataaan antar block tidak boleh
melebihi 3 mm.
h. Pengisian joint filler harus segera kita lakukan setelah pamasangan paving
dan seera dilanjutkan dengan pemadatan paving.
i. Pemadatan paving dilakukan dengan menggunakan alat plat compactor
yang mempunyai plat area 0,35 s/d 0,50 m 2 dengan gaya sentrifugal
sebesar 16 s/d 20 kN dan getaran dengan frekwensi 75 s/d 100 MHz.
Pemadatan hendaknya dilakukan secara simultan bersamaan dengan
pemasangan paving dengan minimal akhir pemadatan meter dibelakang
akhir pasangan. Jangan meninggalkan pasangan paving tanpa adanya
pemadatan, karena hal tersebut dapat memudahkan terjadinya deformasi
dan pergeseran garis joint akibat adanya sesuatu yang melintas melewati
pasangan paving tersebut. Pemadatan sebaiknya kita lakukan dua putaran,
putaran yang pertama ditujukan untuk memadatkan abu batu/pasir alas
dengan penurunan 5-15 mm (tergantung abu batu/pasir yang dipakai).
Pemadatan putaran kedua, dengan menyapu abu batu/pasir pengisi celah/
naat block, dan masing-masing putaran dilakukan paling sedikit 2 lintasan.
j. Pengecatan paving untuk marka parkir sepeda motor menggunakan cat
Tennokote (exterior). Pengecatan marka dilakukan dengan cara yang lazim.
43
b. Alur–alur harus lurus dengan ukuran yang sama.
c. Siar terisi penuh dengan pasir halus/ mortar.
d. Air mengalir lancar kesaluran drainage jalan dengan kemiringan maximal 2 %.
e. Permukaan paving harus bersih dari bekas–bekas semen dan kotoran lainnya.
44
3.6. Penyelesaian Pekerjaan
a. Yang dimaksud dengan pekerjaan penyelesaian adalah :
- Perbaikan–perbaikan kecil terhadap bagian dari pekerjaan yang kurang sempurna dengan
nilai pekerjaan setinggi– ingginya 1 % dari harga jenis pekerjaannya dan bukan pekerjaan
pokok.
- Pembersihan kembali dari sisa–sisa bahan/peralatan kerja menjadi tanggung jawab
kontraktor.
b. Selama masa pemeliharaan, kontraktor diwajibkan untuk :
- Membongkar barak kerja/gudang bahan dan membersihkannya
- Memperbaiki bangunan–bangunan setempat yang rusak sehubungan dengan
pelaksanaan/kegiatan pekerjaan. Termasuk lining jembatan, deker/gorong– gorong yang
rusak akibat kendaraan–kendaraan kontraktor selama pelaksanaan pekerjaan.
- Semua alat bantu milik Negara yang dipinjamkan/diperbantukan dikembalikan setelah
diservice/diperbaiki sebagaimana keadaan pada waktu penyerahan dari proyek.
c. Pembersihan dan pembuangan lumpur/sampah/pasir bawaan
- Yang dimaksud dengan item ini adalah pembersihan sampah/lumpur/pasir yang terbawa
aliran air setelah dilaksanakan pekerjaan pembersihan sebelumnya baik pada saluran
maupun sungai. Hal ini harus dilengkapi data pendukung/photo dan atas sepengetahuan
direksi. Hasil pembersihan (tanah/pasir) yang kualitasnya baik dapat digunakan untuk
timbunan atas persetujuan direksi.
3. Pekerjaan Drainase
a. Galian untuk Drainase Selokan dan Saluran air. Metoda pelaksanaan dapat diuraikan
sebagai berikut :
1) Menyiapkan as galian
2) Menentukan batas kedalaman galian
46
3) Menggali tanah sampai kedalaman yang ditentukan selebar bodem pondasi. Hasil galian
dibuang kekanan dan kekiri atau dibuang dengan dump truck. Menggali tanah untuk
lebarnya bagian kiri kanan galian tanah sifatnya kasar belum difinish sehingga belum
tepat sesuai dimensi yang ditentukan.
4) Semua galian harus terlindung dari longsoran tanah maupun genangan air
sehingga perlu adanya pompa air untuk pengeringan kalau seandainya diperlukan.
5) Rapikan galian sesuai ketentuan.
6) Clean Construction
7) Sisa galian dibuang keluar lokasi pekerjaan.
8) Disekitar lokasi pekerjaan yang berada ditempat umum, harus dilengkapi dengan pagar
pengaman yang memadai.
9) Untuk pekerjaan malam hari dilengkapi dengan lampu penerangan.
b. Box Culvert Precast 60 x 60 x 120 cm (K350) Beban Gandar 20 ton Metoda pelaksanaan
sebagai berikut :
1) Kontraktor menerima Boc Culvert. dilapangan dalam kondisi baik
2) Penggalian menggunakan alat Excavator
3) Dump Truk membuang hasil galian
4) Penebaran pasir setebal 10 cm pada dasar galian
5) Pemasangan Box Culvert. dilakukan dengan alat Crane dan alat bantu
6) Clean Construction
7) Material pekerjaan ditampung di stock yard area dan dibawa secukupnya ke lokasi
pekerjaan. Material yang dibawa dari stock yard area ke lokasi pekerjaan merupakan
material yang akan digunakan untuk bekerja
8) Tidak diperkenankan menaruh material pekerjaan di lokasi-lokasi yang sering dilalui
orang (tempat umum).
9) Disekitar lokasi pekerjaan yang berada ditempat umum, harus dilengkapi dengan pagar
pengaman yang memadai.
10) Untuk pekerjaan malam hari dilengkapi dengan lampu penerangan.
4. Pekerjaan Aspal
a. Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair Metode pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Lapis Resap Pengikat digunakan sebagai bahan perekat antara Base Course dengan
lapisan perkersan aspal yang baru.
47
2) Lapis Resap Pengikat terbuat dari campuran aspal padat (Pen 80/100) atau (Pen 60/70)
dan karosyn (minyak tanah) atau murni aspal emulsi tanpa campuran apapun.
3) Sebelum melakukan penyemprotan/pelaburan permukaan bidang yang akan disemprot
dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang akan menggangu penyerapan aspal pada
bidang permukaan yg akan di labur dengan menggunakan compressor dan alat bantu
lainnya hingga seluruh bidang permukaan bersih dengan ketentuan pembersihan
dilakukan minimal lebih dari 20 cm dari tepi bidang semprot.
4) Untuk Lapis Resap Pengikta, rentang tingkat pemasangan = 0,2 – 1,0 Liter/m² untuk
aspal cair dan 0,2 s/d 1,0 Liter/m² untuk aspal emulsi dengan temperatur aspal (Pen 80)
antara 50 - 85 Drajat Celcius.
5) Setelah seluruh permukaan yg akan dilaburi aspal siap, baru dapat dilakukan
penyemprotan secara merata dengan menggunakan Aspal Distributor. Untuk
mendapatkan hasil pelaburan aspal sesuai ketentuan maka, alat penyemprot aspal
harus memiliki sistim tangki aspal, pemanas, pompa, alat penyemprot dan alat
pendukung lainnya seperti termometer, meteran tekanan, tonkat celup yang telah
dikalibrasi. Adapun tongkat penyemprot aspal harus dilengkapi dgn minimum 24 nosel
dengan jarak tiap nosel 1 cm, agar dapat menyemprot aspal cair secara merata dengan
berbagai lebar variasi semprotan atau dengan rentang antara 0,15 - 2,4 liter/m², dan jika
menggunakan alat bantu, maka harus dilakukan pengujian terlebih dahulu agar laburan
aspal sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi teknis. Kontraktor harus melakukan
percobaan dibawah pengawasan direksi untuk mendapatkan tingkat pemasangan
(aplikasi) yang tepat.
6) Penyemprotan aspal dapat dilakukan perlajur atau1/2 lajur jalan dengan ketentuan
harus diberi bagian overlap dengan lebar 20 cm dan lebar semprotan harus lebih lebar
dari lebar bidang yang ditetapkan. Untuk menjaga laju penyeprotan tetap/konstan, maka
penempatan aspal distributor diupayakan berada 5 meter dari bidang permukaan yang
akan disemprot. Agar sistem penyemprotan aspal distributor tidak terganggu oleh angin
yang terperangkap dalam sistem penyemprotan, maka sisa aspal pada tangki distributor
selalu dijaga agar tidak kurang dari 10 % kapasitas tangki aspal.
7) Berdasarkan spesifikasi, pengujian terhadap pekerjaan ini dilakukan setiap 200 m
panjang lintasan dengan mengunakan kertas tes ukuran 25 x 25 cm, dengan ketentuan
minimum 5 penampang melintang dengan jarak sama yang dipasang 3 kertas resap
dengan jarak sama, atau dengan ketentuan pemasangan kertas tidak boleh kurang dari
48
0,5 m dari tepi bidang semprot atau dalam jarak 10 m dari titik awal, dan pada saat
melakukan kecepatan alat aspal distributor harus tetap untuk mendapatkan hasil
takaran yang telah ditetapkan.
b. Lapis Perekat- Aspal Cair metode pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Lapisan ini hanya digunakan pada daerah permukaan yg beraspal dan dalam kondisi
kering.
2) Komposisi campuran Lapis Perekat adalah 80 % Aspal (AC 10 atau AC 20) : 20 %
Minyak pencair (Kerosen/minyak tanah) atau 100 bagian aspal : 20 bagian minyak.
3) Sebelum melakukan penyemprotan/pelaburan permukaan bidang yang akan disemprot
dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang akan menggangupenyerapan aspal
pada bidang permukaan yg akan di labur dengan menggunakan compressor dan alat
bantu lainnya hingga seluruh bidang permukaan bersih dengan ketentuan pembersihan
dilakukan minimal lebih dari 20 cm dari tepi bidang semprot.
4) Untuk Lapis Perekat, rentang tingkat pemasangan = 0,15 - 0.35 Liter/m² untuk aspal cair
dan 0,2 s/d 1,0 Liter/m² untuk aspal emulsi dengan temperatur aspal (Pen 80) antara 50
- 85 Derajat Celcius.
5) Setelah seluruh permukaan yang akan dilaburi aspal siap, baru dapat dilakukan
penyemprotan secara merata dengan menggunakan Aspal Distributor. Untuk
mendapatkan hasil pelaburan aspal sesuai ketentuan maka, alat penyemprot aspal
harus memiliki sistim tangki aspal, pemanas, pompa, alat penyemprot dan alat
pendukung lainnya seperti termometer, meteran tekanan, tonkat celup yang telah
dikalibrasi. Adapun tongkat penyemprot aspal harus dilengkapi dgn minimum 24 nosel
dengan jarak tiap nosel 1 cm, agar dapat menyemprot aspal cair secara merata dengan
berbagai lebar variasi semprotan atau dengan rentang antara 0,15 - 2,4 liter/m², dan jika
menggunakan alat bantu, maka harus dilakukan pengujian terlebih dahulu agar laburan
aspal sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi teknis. Kontraktor harus melakukan
percobaan dibawah pengawasan direksi untuk mendapatkan tingkat pemasangan
(aplikasi) yang tepat.
6) Penyemprotan aspal dapat dilakukan perlajur atau 1/2 lajur jalan dengan ketentuan
harus diberi bagian overlap dengan lebar 20 cm dan lebar semprotan harus lebih lebar
dari lebar bidang yang ditetapkan. Untuk menjaga laju penyeprotan tetap/konstan, maka
penempatan aspal distributor diupayakan berada 5 meter dari bidang permukaan yang
akan disemprot. Agar sistem penyemprotan aspal distributor tidak terganggu oleh angin
49
yang terperangkap dalam sistem penyemprotan, maka sisa aspal pada tangki distributor
selalu dijaga agar tidak kurang dari 10 % kapasitas tangki aspal.
7) Berdasarkan spesifikasi, pengujian terhadap pekerjaan ini dilakukan setiap 200 m
panjang lintasan dengan mengunakan kertas tes ukuran 25 x 25 cm, dengan ketentuan
minimum 5 penampang melintang dengan jarak sama yang dipasang 3 kertas resap
dengan jarak sama, atau dengan ketentuan pemasangan kertas tidak boleh kurang dari
0,5 m dari tepi bidang semprot atau dalam jarak 10 m dari titik awal, dan pada saat
melakukan kecepatan alat aspal distributor harus tetap untuk mendapatkan hasil
takaran yang telah ditetapkan.
c. Laston Lapis Aus (AC-WC) tebal 4 cm metode pelaksanaan diuraikan sebagai berikut :
1) Laston Lapis Aus (AC-WC) pada pekerjaan ini digunakan sebagai lapisan akhir penutup
permukaan perkerasan aspal dengan tebal lapisan berdasarkan analisa setebal 5 cm,
dengan lebar perkerasan aspal sesuai gambar dokumen.
2) Material batu yang digunakan pada pekerjaan ini adalah batu pecah hasil produksi
stone crusher dengan gradasi yang seragam dengan ukuran maksimum agregat 19
mm yang berasal dari batu basal atau adesit dengan bidang pecah satu atau lebih,
bahan aspal yang digunakan adalah Aspal AC yang dicairkan dalam ketel dengan
rentang suhu antara 140 - 160 °c.
3) Sesuai analisa, komposisi campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) terdiri dari Agregat
Kasar/Coarse Agregat (5-10 & 10-15 mm) sebesar 44,70 %, agregat halus/Fine
Agregat (0-5mm) sebesar 48,00%, Filer sebagai bahan pengisi sebesar 1,90 % dan
aspal sebesar 5,40% dan bahan Anti Stripping Agent sebesar 0,30% dengan
ketentuan material agregat pecah harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung.
4) Pemilihan aggregat harus mendapat persetujuan dari direksi dan juga harus
dipehitungkan penyerapan aspal oleh agregat, agar penyerapan aspal pada agregat
seragam, selain itu penyerapan air maksimum yang diperbolehkan pada agregat
sebesar 3% dan perbedaan berat jenis agregat kasar dan agregat halus < 0,2.
5) Gradasi gabungan untuk agregat Laston Lapis Aus AC-WC adalah untuk Gradasi
Halus (Couse Agregat) lolos saringan 1/2" - 12,5mm = 90-100%, saringan 3/8" -
9,5mm = 72-90%, saringan No.8 - 2,36 mm = 39.1-53%, sedangkan (Fine Agregat)
lolos saringan No.30 - 0,6mm = 23.1-30% dan saringan No.200 - 0,075mm = 4-10%,
sedangkan untuk Gradasi Kasar (Couse Agregat) lolos saringan 1/2" - 12,5mm = 90-
100%, saringan 3/8" - 9,5mm = 72-90%, saringan No.8 - 2,36mm = 28-39.1%,
50
sedangkan (Fine Agregat) lolos saringan No.30 - 0,6mm = 13-19.1% dan saringan
No.200 - 0,075mm = 4-10%. sementara untuk Pasir halus yang digunakan adalah
pasir kali atau dapat juga menggunakan pasir pantai dengan ketentuan tidak
melampaui 15% terhadap berat total campuran, Praksi Filer (Bahan pengisi)
menggunakan semen atau bahan non plastis lainnya dengan ketentuan bahan yang
digunakan dalam keadaan kering dan tidak bergumpal yang lolos ayakan No. 200 (75
micron) minimal 75 % dari berat material, sedangkan aspal sebesar 5,4 % yang
dicairkan dalam tangki aspal dengan daya tampung minimum 30.000 liter yang
dihubungkan dengan sistim sirkulasi ke alat pencampur aspal (AMP) dan tangki yang
digunakan harus memiliki alat pengatur temperatur untuk memudahkan dalam
mengatur temperatur aspal hingga batas yang ditentukan.
6) Sebelum melakukan proses produksi laston, harus dilakukan pengujian terhadap
Material dan Peralatan untuk AMP dan mengajukan usulan DMF untuk dilakukan
pengujian hingga mendapatkan hasil sesuai dengan spesifikasi yang tertuang dalam
JMF dan telah mendapat persetujuan dari direksi teknis, setelah itu barulah dapat
dilakukan produksi secara masal untuk pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
7) Sebelum melakukan proses produksi laston, harus diperhatikan terlebih dahulu
kesiapan lokasi pekerjaan, baik terhadap kondisi lapangan dan laburan aspal cair
(prime coat/teack coat) serta kondisi alat yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan baik alat penghamparan maupun pemadatan agar dalam pelasanaan
pekerjaan tidak terhambat.
8) Proses pencampuran material aspal panas dilakukan dalam alat pencampur (Asphal
Mixing Plant / AMP). Material yang digunakan dikelompokan sesuai dengan jenis dan
ukuran tiap praksi dan kemudian ditampung dalam coldbin untuk tiap praksi agar
material tidak tercampur dengan menggunakan whell loader.
9) Material yang digunakan dikeringkan pada alat pengering berputar (Drier) yg
dirancang sedemikian rupa utk mengeringkan material hingga temperatur yang telah
ditentukan (mak 160 °c), alat penyuplay matrial dari coldbin ke alat pengering dengan
mengunakan elevator (ban karet) sedangkan material panas disuplay ke alat
pencampur dengan mengunakan elevator baja.
10) Material yang digunakan, sebelum ditampung dalam bin terlebih dahulu diayak dengan
ayakan baja untuk memisahkan matrial yang terlalu besar (oversize) maupun yang
terlalu kecil (undersize) agar agregat tersebut memiliki gradasi tunggal.
51
11) Alat pencampur yang digunakan harus telah dilakukan tes kalibrasi terhadap sistim
penakaran (Batching plant), perangkat timbangan atau meteran dengan sistim
menerus dan juga harus memiliki sistim distibusi aspal dan meteran yang baik dengan
memiliki nosel penyemprot yang teratur pada alat pencampur yang disesuaikan dan
disingkronkan dengan alat aliran agregat dengan pengunci otomatis yang akiurat dan
dapat disetel agar komposisi material yang dihasilkan sesuai dengan komposisi yang
telah ditentukan (sesuai job mix), selain itu alat pencampur juga harus dilengkapi
dengan alat pengumpul debu (Dust Collector) untuk membuang atau mengembalikan
debu secara merata ke elevator.
12) Pengujian terhadap komposisi campuran laston dilakukan sebagai tahap awal
produksi, dan setelah komposisi campuran tepat dan disetujui oleh direksi barulah
dapat dilakuan produksi sesuai kebutuhan, selain pengujian terhadap campuran juga
dilakukan ujicoba terhadap hamparan dan pemadatan material sepanjang minimal 200
m atau 60 Mon.
13) Proses penghamparan diawali dari pendistribusian lataston dari alat pencampur (AMP)
ke lokasi hamparan dengan mengunakan dump truk, setelah dump truk terisi penuh
material laston, segera dilakukan penimbangan untuk mendapatkan volume tonase
material dan setelah itu dibawa ke dan dituang ke alat penghampar (asphal finisher).
Pada saat melakukan pendistribusian material ke lokasi pekerjaan sebaiknya
dilakukan penutupan bak damp truk dengan menggunakan terpal agar temperatur
lataston dapat terjaga atau minimal setelah sampai dilokasi pekerjaan temperatur
aspal pada saat dituang ke alat penghampar mencapai temperatur minimal 135 °c.
14) Aspal panas (laston) yang telah dituang dihampar dilokasi pekerjaan pada daerah
permukaan jalan yang telah dilapisi aspal cair ( prime coat / teack coat) dan aspal
panas dihampar dengan ketebalan gembur sebesar 20% dari ketebalan padat yang
direncanakan sehingga pada saat dilakukan pengujian ketebalan padat laston didapat
ketebalan sesuai dengan ketebalan yang telah ditentukan. Penghamparan aspal
panas biasanya dilakukan ½ lebar perkerasan jalan. Untuk mendapatkan bentuk tepi
hamparan yang rapi maka pada daerah tepi luar hamparan harus dipangkas lurus
yang dipandu dengan menggunakan garis atau tali untuk mendapatkan bentuk tepi
hamparan yang sempurna sesuai kondisi lintasan jalan.
15) Pemadatan awal dilakukan dengan menggunakan alat pemadat roda baja
(Tandem Roller) dengan posisi roda penggerak berada dekat alat penghampar
52
(berjalan mundur) pada suhu aspal minimal 130 °c dan dipadatkan dengan alat padat
dengan berat 6 - 8 ton dengan jumlah lintasan awal sebanyak 2 lintasan Awal dengan
kecepatan lintasan 1,5 Km/jam yang diawali dari tepi luar sejajar as jalan kearah
sumbu jalan kecuali pada daerah super elevasi harus dilakukan dari daerah terrendah
kemudian ke daerah tertinggi. Pergerseran lintasan dilakukan secara perlahan
dengan kecepatan alat pemadat untuk tiap lintasan 1.5 Km/jam. Pada saat melakukan
penggilasan permukaan roda harus disiram terus menerus agar material tidak melekat
pada permukaan roda dan pengilasan juga dilakukan pada akhir pekerjaan sebanyak
4 lintasan (setelah TR).
16) Pemadatan antara dilakukan dengan menggunakan alat pemadat beroda karet
(Pneumatik Tire Roller) dengan berat alat 10 ton, jumlah lintasan alat sebanyak 6
lintasan dengan kecepatan tiap lintasan 2,5 km/jam. Penggilasan dilakukan secara
gradual yang diawali dari tepi luar hamparan atau dari daerah terendah untuk daerah
super elevasi. Adapun ketentuan yang berlaku untuk tekanan ban pompa 6,0-6,5
kg/cm2 (85-90 psi) dan jika terjadi selisih tekanan antara ban satu dengan yang lainya
tidak boleh melebihi 0,350 kg/cm2 (5 psi) dari ketentuan yang disyaratkan.
Penggilasan dilakukan dengan posisi roda penggerak mendekati alat penghampar dan
roda harus disiram secara terus menerus, dan jika diperlukan dapat dilakukan
penyiraman dengan menggunakan minyak dengan volume yang sangat kecil agar
tidak merusak material aspal. Temperatur aspal pada saat melakukan penggilasan
minimal 120 °c.
17) Penggilasan menggunakan TR dilakukan dengan posisi roda penggerak
mendekati alat penghampar dan roda harus disiram secara terus menerus, dan jika
diperlukan dapat dilakukan penyiraman dengan menggunakan minyak dengan volume
yang sangat kecil agar tidak merusak material lataston. Temperatur aspal pada saat
melakukan penggilasan minimal 120 °c , dan kemudian dilakukan penggilasan akhir
dengan menggunakan alat pemadat roda baja (Tandem Roller) sebanyak 4 lintasan.
Posisi alat setelah melakukan pemadatan tidak boleh berada diatas material yg belum
dipadatkan.
18) Penyambungan hamparan baik arah sejajar as jalan maupun melintang dilakukan
melebihi 15 cm diatas daerah hamparan, pada daerah himpitan sambungan garuk
dengan pengaruk hingga tebal hamparan mencapai 0,4 - 1 cm dan digilas hingga rata.
Proses penghamparan selanjutnya sama dengan proses penghamparan pertama.
53
19) Pengukuran dan pembayaran dilakukan dalam bentuk tonase dengan cara melakukan
cordrill untuk mendapat ketebalan padat hamparan. Cordrill dilakukan dengan jarak
sejarar sepanjang 200 m untuk tiap titik cor dan pengekoran dilakukan secara zik-zak
dgn jarak yang sama atau ditentukan lain oleh direksi. Pengekoran pada tepi luar
hamparan dilakukan dengan jarak minimal 50 cm dari tepi hamparan dan pada darah
as jalan pada titik sejajar.
d. Laston Lapis Antara (AC-BC) tebal 6 cm Metode pelaksanaan dapat diuraikan sebagai
berikut :
1) Laston Lapis Antara (AC-BC) pada pekerjaan ini digunakan sebagai lapisan antara
perkerasan aspal dengan tebal dan lebar perkerasan aspal sesuai gambar dokumen.
2) Material batu yang digunakan pada pekerjaan ini adalah batu pecah hasil produksi
stone crusher dengan gradasi yang seragam dengan ukuran maksimum agregat 25
mm yang berasal dari batu basal atau adesit dengan bidang pecah satu atau lebih,
bahan aspal yang digunakan adalah Aspal yang dicairkan dalam ketel dengan rentang
suhu antara 140 - 160 °c.
3) Sesuai analisa, komposisi campuran Laston Lapis Antara (AC-BC) terdiri dari Agregat
Kasar/Coarse Agregat (5-10 & 10-15 mm) sebesar 44,70 %, agregat halus /Fine
Agregat (0-5mm) sebesar 48,00%, Filer sebagai bahan pengisi sebesar 1,90 % dan
aspal sebesar 5,40% dan bahan Anti Stripping Agent sebesar 0,30% dengan
ketentuan material agregat pecah harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung.
e. Bahan Anti Pengelupasan metode pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut :
Aditif anti pengelupasan pada pekerjaan ini merupakan bagian dari aspal untuk pekerjaan
Lapis Aspal Beton dengan kebutuhan Aditif anti pengelupasan.
54
BAB II
SPESIFIKASI PERALATAN KONSTRUKSI DAN PERALATAN BANGUNAN
Didalam pembuatan Dokumen Metode Pelaksanaan Konstruksi, pertama kali kita harus
menetapkan dan menghitung Construction Plant atas kebutuhan peralatan berat yang dipakai pada
suatu item pekerjaan berdasarkan jangka waktu tertentu sesuai jadwal pelaksanaan pekerjaan,
tentu saja sesuai dengan metode konstruksi yang paling efisien dan efektif.
Untuk perhitungan kebutuhan peralatan proyek adalah sebagai berikut :
Menghitung produksi alat per jam
Menghitung waktu operasi tiap jenis peralatan didalam menyelesaikan suatu jenis item
pekerjaan.
Dengan dibandingkan produksi alat per satuan volume / luas maka dapat dihitung jumlah alat
yang diperlukan didalam menyelesaikan satu jenis item pekerjaan sesuai jadwal waktu yang
tersedia.
55
Peralatan yang digunakan antara lain :
2.2.3. Pasangan Batu Kosong dan Pasangan batu kali 1pc : 5ps
Peralatan yang digunakan antara lain :
56
Peralatan yang digunakan antara lain :
1. Pick Up 1 Bh 2T Pendukung
57
BAB III.
SPESIFIKASI PROSES/KEGIATAN
58
f. Menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih bagi semua petugas
dan pekerja. Membuat tempat penginapan di lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak
diperkenankan, kecuali atas ijin PPK.
g. Apabila terjadi kecelakaan, sesegera mungkin memberitahukan kepada Konsultan
Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban korban
kecelakaan itu.
3.3. Prosedur Operasi Standar (Sop) Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
a. Membuat SOP Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
b. SOP diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk dievaluasi.
c. Menyampaikan laporan pelaksanaan SOP kepada PPK, dan Konsultan Pengawas.
59
3.5. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan diperlukan waktu pelaksanaan selama 2 minggu meliputi kegiatan
pengukuran dan pemasangan bowplank, pembersihan proyek, pemasangan papan nama
proyek, dan lainnya yang berhubungan dengan persiapan site lokasi proyek. pekerjaan
persiapan memiliki beberapa risiko yang bisa ditimbulkan dalam pelaksanaannya, antara lain.
60
3.6.2. Pekerjaan Urugan Tanah
Pengendalian Terhadap Risiko K3
JENIS BAHAYA & RISIKO K3
Terpeleset tanah urug → luka ringan
3.7. Pasangan Batu Kosong dan Pasangan batu kali 1pc : 5ps
Pengendalian Terhadap Risiko K3
JENIS BAHAYA & RISIKO K3
Tertimpa batukali → luka sedang
Tertimpa mesin Molen → luka ringan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pekerjaan Galian tanah Tertimbun Pasang Turap 3 3 9 Sedang
Galian Tanah setinggi 1 meter Terjatuh
longsoran
ke lubang Pasang rambu K3 3 1 3 Kecil
61
4 Pemadatan Tanah Terkena alat Menggunakan 3 1 3 Kecil
Tanah lempung pemadat safety shoes
dengan
permukaan
tidak rata
5 Pasangan Batu besar dan Tertimpa batu Penggunakan APD 3 3 9 Sedang
Batu Kosong tajam lengkap (helm,
& Batu Kali gloves, safety
shoes)
Terkena mesin Penggunakan APD 3 1 3 Kecil
pencampur lengkap (helm,
spesi (Concrete gloves, safety
Mixer) shoes)
Tabel. 3.3 Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko Dan Pengendalian APD lengkap.
NO DESKRIPSI RISIKO PENGENDALIAN PENILAIAN TINGKAT RISIKO
URAIAN IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA AWAL KEMUNGKIN KEPARAHAN NILAI TINGKAT
PEKERJAAN BAHAYA AN (F) (A) RISIKO RISIKO (TR)
(FxA)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pekerjaan Alat pencampur Terkena mesin Penggunakan APD 3 1 3 Kecil
pengecoran beton berat dan pencampur spesi lengkap (helm,
lantai kerja keras (Concrete Mixer) gloves, safety
shoes)
2 Pekerjaan Alat serta bahan Kaki terkena ujung Menggunakan 3 1 3 Kecil
pengecoran yang digunakan besi safety shoes
beton plat ram berat dan keras
Terkena mesin Penggunakan(hel 3 1 3 Kecil
m, gloves, safety
pencampur spesi
shoes)
(Concrete Mixer)
62
3.9. Pekerjaan Jalan
Pekerjaan jalan merupakan pekerjaan yang membutuhkan waktu pengerjaan selama 8
minggu, pekerjaan jalan mengikuti dari pekerjaan struktur dalam pelaksanaan untuk bisa
mengerjakannya. Beberapa pekerjaan jalan memiliki risiko dalam pekerjaannya, antara lain.
Pengendalian Terhadap Risiko K3
JENIS BAHAYA & RISIKO K3
Terkena alat gali → luka ringan
Tertimpa material saat mobilisasi → luka berat
Terkena cipratan aspal panas → luka berat
63
Rekapitulasi Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko Dan Pengendalian
64
beton plat ram Terkena mesin 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3
pencampur spesi
(Concrete Mixer)
Tangan terkelupas 3 1 3 3 1 3 3 1 3 2 1 2 3 1 3
akibat spesi semen
Terkena cipratan 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3
aspal panas
Hasil Berat 15.00 Sedang 12.00 Sedang 12.00 Berat 15.00 Sedang 9.00
Sesuai dengan Permen Nomor 14 tahun 2020 tentang penetapan resiko suatu konstruksi sesuai dengan nilai tertinggi yaitu nilai 15-25, maka konstruksi tersebut dimasukan di
kategori tingkat risiko besar jadi kebutuhan personil K3 dengan Ahli Keselamatan Konstruksi (Ahli K3)
65
Keterangan :
F = Kemungkinan A = Keparahan
Tingkat Deskripsi Definisi Tingkat Skala Frekuensi Keselamatan Lingkungan
Keparahan
Kekerapan
5 Besar kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan Manusia Pekerja dan Masyarakat Peralatan Material
Hampir pasti terjadi
Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 2 kali dalam 1 tahun 5 Timbulnya fatality lebih dari 1 Terdapat peralatan Material rusak dan perlu Menimbulakn pencemaran
orang meninggal dunia atau utama yang rusak total mendatangkan material baru udara/air/tanah/suara yang
Lebih dari 1 orang cacat tetap lebih dari satu dan yang membutuhkan waktu mengakibatkan keluhan dari pihak
4 Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada mengakibatkan lebih dari 1 minggu dan masyarakat atau
Sangat mungkinterjadi pekerjaan berhenti mengakibatkan pekerjaan
hampir semua kondisi selama lebih dari 1 berhenti
Terjadi kerusakan lingkungan di
Taman Nasional yang berhubungan
minggu
Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 1 tahun terakhir dengan flora dan fauna atau
Rusaknya aset masyarakat sekitar
3 Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada secara keseluruhan
Mungkin terjadi
beberapa kondisi tertentu Terjadi kerusakan yang parah
terhadap akses jalan masyarakat
Kemungkinan terjadinya kecelakaan 2 kali dalam 3 tahun terakhir 4 Timbulnya fatality lebih dari 1
orang meninggal dunia atau
Terdapat 1 peralatan
utama yang rusak total
Material rusak dan perlu
mendatangkan material
Menimbulakn pencemaran
udara/air/tanah/suara namun tidak
Lebih dari 1 orang cacat tetap dan mengakibatkan baru yang membutuhkan adanya keluhan dari pihak
2 Kecil kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada pekerjaan berhenti waktu 1 minggu dan masyarakat atau
Kecil kemungkinan terjadi selama 1 minggu mengakibatkan pekerjaan
beberapa kondisi tertentu berhenti
Terjadi kerusakan lingkungan yang
berhubungan dengan flora dan
Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 3 tahun terakhir fauna atau
Rusaknya sebagian aset
1 Dapat terjadi kecelakaan sat melakukan pekerjaan pada beberapa masyarakat sekitar
Hampir tidak pernah terjadi
kondisi Terjadi kerusakan sebagian
akses jalan masyarakat
Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 3 tahun terakhir
3 Terjadinya insiden yang Terdapat lebih dari 1 Material rusak dan perlu Menimbulakn pencemaran
mengakibatkan lebih dari 1 peralatan yang rusak dan mendatangkan material baru udara/air/tanah/suara yang
pekerja dengan penanganan memerlukan perbaikan yang membutuhkan waktu mempengaruhi lingkungan kerja
TR = Tingkat Resiko perawatan medis rawat inap,
kehilangan waktu kerja
dan mengakibatkan
pekerjaan berhenti
lebih dari 1 minggu dan tidak
mengakibatkan pekerjaan
atau
Terjadi kerusakan lingkungan
selama kurang dari tujuh berhenti
Penetapan Tingkat Resiko hari
yang berhubungan dengan
tumbuhan di lingkungan kerja
atau
Kekerap Keparahan 1–4 : Tingkat Rasio Kecil Terjadi kerusakan akses jalan di
an lingkungan kerja
1 2 3 4 5 5 – 12 : Tingkat Rasio Sedang
1 1 2 3 4 5 15 – 25 : Tingka Rasio Besar
2 2 4 6 8 10 2 Terdapat insiden yang
mengakibatkan 1 pekerja
Terdapat 1 peralatan yang
rusak, memerlukan
Material rusak dan perlu
mendapatkan material baru
Menimbulkan pencernaan
udara/air/tanah/udara yang
dengan penanganan perawatan perbaikan dan yang membutuhkan waktu mempengaruhi sebagian
3 3 6 9 12 15 Resiko yang dimaksud adalah Resiko Keselamatan Konstruksi medis rawat inap, kehilangan mengakibatkan pekerjaan kurang dari 1 minggu, namun lingkungan kerja atau
waktu kerja berhenti selama lebih dari tidak mengakibatkan
untuk menentukan kebutuhan Ahli K3 Konstruksi dan/Petugas 1 hari pekerjaan berhenti
Terjadi kerusakan sebagian akses
4 4 8 12 16 20 jalan di lingkungan kerja
Keselamatan Konstruksi, tidak untuk menentukan kompleksitas
5 5 10 15 20 25 atau segmentasi pasar Jasa Konstruksi
1 Terdapat insiden yang Terdapat 1 peralatan yang Tidak Tidak mengakibatkan gangguan
penanganannya hanya rusak, memerlukan mengakibatkan lingkungan
melalui P3K, tidak kehilangan perbaikan dan kerusakan material
waktu kerja mengakibatkanpekerjaan
berhenti selama kurang dari
1 hari
66
Time Schedule
Waktu yang kita asumsikan total 180 hari kalender (28 minggu) dengan mencangkup uraian pekerjaan sesuai dengan RAB
Kegiatan : Pengelolaan dan Pengembangan Sistem Drainase yang Terhubung Langsung dengan Sungai Dalam Daerah Kabupaten/Kota
Pekerjaan : Pembangunan Saluran Drainase di Jalan Sakah Kemenuh
Lokasi : Kecamatan Sukawati
Tahun : 2022
Minggu
No. Uraian Pekerjaan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
I Pekerjaan Persiapan
1 Papan Nama proyek
2 Pasang Bowplank & Pengukuran
3 Pelaksanaan K3
4 Pembuatan Kantor Sementara
67
BAB IV
SPESIFIKASI METODE KONSTRUKSI/METODE PELAKSANAAN/METODE KERJA
68
j. Memastikan ketersediaan dana dan mengusahakan dana pendamping untuk hal-hal yang
bersifat emergency.
k. Membantu mempercepat proses penagihan termin bagi subpenyedia jasa
l. Aktif berkomunikasi dengan Owner dan Pengawas pekerjaan mengenai strategi
percepatan proyek. Usahakan untuk mendapatkan dukungan mereka.
m. Memberikan reward atas tercapainya setiap tahapan milestone kepada tim proyek, sub
penyedia jasa dan kepada pekerja.
n. Tim proyek harus fokus terhadap Safety. Kecelakaan akan membuat loss time.
o. Menempatkan personil khusus yang memonitor proses dan dokumen administrasi vendor.
Sering kali pekerjaan di lapangan terhambat oleh masalah prosedur administrasi.
69
e. Pembongkaran tanah dilakukan sedalam kurang lebih 2 m atau sampai tidak
adanya gangguan dalam tanah/gangguan yang menghambat pekerjaan galian.
f. Lubang Tes Pit harus diamankan dengan cara ditimbun kembali atau
dikembalikan ke bentuk semula
70
4.1.9. Addendum
Pelaksanaan addendum diperlukan apabila di lapangan kiranya perlu penambahan
item pekerjaan dan harga baru untuk menyempurnakan pekerjaan tersebut,
penambahan waktu pelaksaan akibat dari bencana alam.
4.1.10. Perijinan
Proses perijinan dilaksanakan sebelum memulai pekerjaan dan stelah mendapat
persetujuan dari konsultan pengawas dan direksi teknis baru dilaksanakan proses
pelaksanaan pekerjaan.
4.1.13. Pengukuran
Pengukuran dilaksanakan diawal proyek untuk rekayasa lapangan dan diakhir proyek
untuk membuat back up data final dan as build drawing.
71
4.1.16. Job Mix Formula ( JMF )
Setelah test material, segera dilaksanakan pembuatan job mix formula terutama untuk
pekerjaan beton.
74
BAB V
SPESIFIKASI JABATAN KERJA DAN DAFTAR PEKERJAAN UTAMA
Personil Manajerial
4 Manajer - 3 1
Keuangan
Tabel 5.2. Daftar Kebutuhan Personil Proyek
75
3 Quality Control Tidak SKT Juru Tidak diusulkan dalam
(QC) diperlukan Hitung penawaran, namun
pengalaman Kuantitas dipenuhi saat berkontrak,
dan difinalisasi saat rapat
persiapan penandatangan
kontrak
76
1) Memberikan instruksi pekerjaan dan pengarahan kepada pelaksana dalam
menunjang pelaksanaan proyek. Instruksi-instruksi pekerjaan secara umum dapat
diberikan secara lisan dan yang bersifat khusus dibukukan dalam buku instruksi
pengawas.
2) Mengadakan kontrol terhadap pelaksanaan pekerjaan khususnya di bidang
pengukuran lahan sesuai dengan instruksi-instruksi yang diberikan baik segi teknis,
kualitas pekerjaan, maupun time schedulenya.
3) Mengadakan control disiplin kerja dari pelaksana-pelaksana proyek, mandor maupun
tenaga kerja sesuai dengan tugas, kewajiban dan wewenang masing-masing. Tugas-
tugas komunikasi dan administrasi :
4) Berkomunikasi dengan pemilik rumah sakit atau direksi yang ditunjuk dalam segala
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek untuk menunjang kewajiban
perusahaan dengan pemilik proyek, baik dalam waktu maupun kualitasnya.
Komunikasi ini juga meliputi pemilihan material, surat-menyurat, penyelesaian klaim
dan sebagainya.
5) Melaksanakan pekerjaan administrasi yang berkaitan dengan pekerjaan tambah
kurang. Dan diberikan ke Budget Control sepengetahuan Proyek Manager dan
disetujui oleh Direktur Proyek.
c. Tugas Laporan
1) Membicarakan masalah-masalah khusus dan kesulitan-kesulitan teknis dengan
Proyek Manager.
2) Membuat laporan mingguan untuk Proyek Manager yang mencakup kegiatan proyek,
kesulitan-kesulitan proyek, dan hal-hal khusus yang perlu dilaporkan.
3) Membicarakan kesulitan-kesulitan, rencana detail bangunan dengan Proyek Manager.
d. Tugas pengaturan tenaga
1) Mengatur penggunaan tenaga pekerja di proyek untuk menunjang rencana Time
Schedule.
2) Menyetujui dan menerima tenaga pelaksana, mandor, dan pekerja sesuai dengan
target dari kantor dan menugaskan sesuai dengan tujuan masing-masing.
3) Mengusulkan hal-hal yang dapat menunjang pengarahan tenaga pelaksana
kepada Manager Proyek.
4) Memberikan data-data untuk perhitungan upah tenaga untuk dihitung oleh Budget
Control, mencheck ulang perhitungan upah untuk disetujui oleh Proyek Manager dan
Direktur Proyek.
77
5.3. Pelaksana :
a. Mempersiapkan fasilitas dan sarana demi kelancaran pekerjaan;
b. Mempersiapkan bahan-bahan bangunan yang bermutu baik dan memenuhi persyaratan
seperti yang tercantum dalam bestek;
c. Melaksanakan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sesuia dengan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat;
d. Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya sesuai dengan
surat perjanjian kontrak;
e. Mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam tanggung jawab
pelaksana;
f. Menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman serta peralatan yang diperlukan pada saat
pelaksana pekerjaan.
g. Bertanggung jawab terhadap fisik bangunan selama masa pemeliharaan
79
1) Menghitung volume pekerjaan pada awal proyek untuk pembuatan RAP
(Rencana Anggaran Proyek)
2) Membuat progres proyek
3) Menyiapkan SPK untuk mandor berdasarkan quantity yang sudah dihitung dari
approved shop drawing dan BBS
4) Memberikan informasi upah Mandor kepada PM/SM berdasarkan prosedur dan
ketentuan yang berlaku, dalam pembuatan SPK dan opname Mandor
5) Menghitung prestasi volume kerja Subkont dan Mandor dari pencapaian progress
pelaksanaan dilapangan
6) Menghitung pekerjaan tambah dan kurang/variation order di lapangan sebelum
disetujui oleh Project Manager dan diajukan ke Pemberi Tugas
7) Membuat progres pekerjaan yang akan ditagihkan kepada Owner dan membuat
laporan kepada Project Manager
8) Menjabarkan master schedule menjadi schedule kurva S
9) Menghitung volume material yang dibutuhkan
10) Membuat final account proyek (owner, Subpenyedia dan kantor pusat)
11) Membuat evaluasi Sub penyedia, supplier dan item pekerjaan yang dikerjakan sendiri
12) Mendukung kegiatan audit
13) Melaksanakan peraturan tata tertib, sistem dan prosedur proyek
14) Memelihara aset yang ada di bagiannya dengan baik
15) Membuat laporan kegiatan
16) Mengerjakan tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan proyek
dibidangnya yang diberikan oleh atasan langsung / lebih tinggi
17) Melaksanakan K3 dan memelihara kebersihan dan kerapian area kerja
d. Mengontrol Pelaksanaan Operasional Quantity Surveyor
1) Mengontrol progress proyek ( Subpenyedia, mandor, progress claim, dll)
2) Mengontrol permintaan dan pemakaian material
3) Memonitor pekerjaan tambah dan kurang / variation order di lapangan
4) Mengontrol dokumen terkait dengan tugas dan tanggungjawabnya
5.7. Drafter :
Suatu proyek konstruksi akan berjalan dengan baik jika didukung oleh seorang. Peran
drafter proyek dimulai dari masa persiapan pelaksanaan pembangunan sampai penutupan
kontrak kerja. Adapaun uraian tugas dan tanggung jawab drafter adalah sebagai berikut :
80
a. Membuat gambar pelaksanaan/ gambar shop drawing
b. Menyesuaikan atau merevisi gambar perencanaan dengan kondisi nyata dilapangan
c. Menjelaskan kepada pelaksana lapangan/ surveyor mengenai bentuk detail struktur dan
ukuran bangunan agar struktur bangunan yang dibuat sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan sebelumnya
d. Membuat gambar hasil pelaksanaan pekerjaan/as built drawing sebagai laporan hasil
pelaksanaan kepada pemilik proyek/owner.
81
DAFTAR PEKERJAAN UTAMA
URAIAN PEKERJAAN
A. Pekerjaan Drainase dan Trotoar
1. Galian untuk selokan drainase dan saluran air
2. Saluran berbentuk U type 80/100 dengan penutup
3. Saluran berbentuk U type 80/100 tanpa penutup
4. Saluran berbentuk U type 100/100 dengan penutup
5. Saluran berbentuk U type 100/100 tanpa penutup
6. Penyediaan dan pemasangan box culvert pracetak type 100/100
7. Frame tutup manhole (precast K-350) + cover manhole bunga pucuk type 100/100 (K-350)
8. Box tangkapan air (precast K-350), tebal 10 cm
9. Perkerasan blok beton pada trotoar (full warna 20 cm x 20 cm x 6 cm) K-225
10. Kerb pracetak jenis 2 (15 x 30 x 50 cm) fc 25 MPa (K-300)
11. Kerb pracetak jenis 3 (type kursi) fc 25 MPa (K-300)
12. Beton pengunci fc 14,7 MPa (K-175)
13. Timbunan pilihan dari sumber galian/pasir
14. Lapis pondasi agregat kelas A
15. Campuran aspal panas untuk pekerjaan minor
16. Pemotongan pohon pilihan diameter 15 cm-30 cm
17. Pemotongan pilihan31 cm-50 cm
18. Penanaman pohon Tabebuya tinggi ±3 meter
82
PERSYARATAN BERKONTRAK
83
6) Perkiraan waktu penyelesaian setiap pekerjaan yang secara simulasi sesuai dengan
jadwal rencana pelaksanaan;
7) Pemahaman terhadap lokasi pekerjaan dikaitkan dengan perkiraan kendala yang akan
terjadi dan solusi untuk mengatasinya termasuk penempatan kantor lapangan dan
sebagainya (site management). Sesuai Spesifikasi Teknis;
8) Metode kerja secara keseluruhan dan bagian-bagian pekerjaan yang dikerjakan mulai
pekerjaan awal/pendahuluan sampai pekerjaan akhir yang dapat dipertanggungjawabkan
secara teknis dengan menerapkan BGH (Bangunan Gedung Hijau);
9) Metode pelaksanaan harus tetap mengindahkan adat dan budaya lokal
10) Metode yang mengedepankan/menggunakan prinsip kebersihan, ketertiban,
keselamatan dan kesehatan, dalam rangka meminimalkan dampak negatif terhadap
lingkungan di sekitarnya, baik lingkungan fisik, sosial dan ekonomi.
Peserta harus menggunakan metoda clean dan green construction dalam pelaksanaan
pekerjaan pekerjaan tidak meninggalkan bahan/material dan lainnya yang mengganggu
pemakai jalan untuk setiap tahapan pekerjaan;
11) Metode pelaksanaan memperhatikan pengamanan site;
12) Dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengotimalkan sumber material lokal
13) Metode pelaksanaan memperhatikan penanganan pekerjaan utama dan penunjang;
14) Metode pelaksanaan menunjukkan unsur inovasi pelaksanaan pekerjaan;
15) Metode pelaksanaan memperhatikan pelaksanaan serah terima (PHO) hingga
penanganan masa pemeliharaan (FHO);
16) Metode pelaksanaan memperhatikan manajemen mutu (QC);
17) Metode pelaksanaan memperhatikan spesifikasi teknis material dan bahan;
18) Metode pelaksanaan memperhatikan Jadwal Waktu Pelaksanaan yang dapat
menggambarkan urutan pelaksanaan pekerjaan, pengerahan personil, material, tenaga
kerja dan alat dari awal kegiatan sampai dengan Tim PHO melakukan pemeriksaan
dalam rangka serah terima pertama dan network planning;
f. Surat Pernyataan/Dukungan :
1) Surat Dukungan/Brosur/Pernyataan Garansi/sertifikat, uji mutu yang diterbitkan oleh
Produsen atau pihak yang ditunjuk secara sah oleh Produsen untuk produk sebagai
berikut : (sesuaikan dengan material dalam spesifikasi teknis)
Keterangan :
- Surat dukungan diterbitkan oleh principal produsen (Pabrikan) atau principal supplier
(distributor utama), apabila di terbitkan oleh supplier/agen/distributor, maka status
84
supplier, agen, dan distributor harus dinyatakan dalam bentuk surat penunjukan sebagai
principal supplier, agen, atau distributor dari principal produsen (pabrikan) atau pricipal
supplier (distributor utama), sertfikat/uji mutu bahan yang dilampirkan harus sesuai
dengan spesifikasi teknis yang disyaratkan
- Garansi yang dimaksud di atas adalah Surat Pernyataan bersedia menyerahkan
Sertifikat Garansi yang diterbitkan oleh produsen atau pihak yang ditunjuk secara sah
oleh produsen;
- Dukungan tersebut menjamin ketersediaan barang yang berpengaruh dalam pencapaian
output pekerjaan dan menjamin ketersediaan layanan purna jual bagi pengadaan barang
modal yang memiliki umur ekonomis lebih dari 1 (satu) tahun;
- Melampirkan surat dukungan batu alam yang dilengkapi dengan Quarry;
- Surat dukungan pabrik melampirkan uji mutu dan brosur. Apabila didukung oleh
Distributor maka harus melampirkan surat penunjukkan sebagai distributor dari pabrik.
- Melampirkan bukti kepemilikn/Surat perjanjian sewa Batching Plan Beton Ready Mix
yang laik operasi yang dilengkapi dengan surat dukungan Quarry Galian C di wilayah
Provinsi Bali dan Surat Dukungan Semen;
2) Surat pernyataan kesanggupan untuk proses perijinan pada instansi berwenang antara
lain:
- Ijin Kelaikan Operasi Lift;
- Instalasi Penangkal Petir
- Surat pernyataan kesiapan dilakukan Joint Inspection terhadap produk–produk pabrikan.
85
BAB VI.
PENUTUP
1. Uraian pekerjaan yang belum termuat dalam ketentuan dan syarat-syarat ini tetapi didalam
pelaksanaannya harus ada, maka pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan setelah ada perintah
tertulis dari Pemimpin Proyek dan akan diperhitungkan dalam pekerjaan tambahan.
2. Apabila terdapat jenis pekerjaan yang semula diestimasi oleh Konsultan Perencana perlu
dikerjakan dan sudah termuat dalam Daftar Rencana Anggaran Biaya, tetapi menurut
pertimbangan Pemberi Tugas yang dapat dipertanggungjawabkan tidak perlu lagi
dilaksanakan, maka atas perintah tertulis dari Pemberi Tugas pekerjaan tersebut tidak
dilaksanakan dan akan diperhitungkan sebagai pekerjaan kurangan.
3. Apabila terdapat perbedaan antara gambar, Spesifikasi Teknis, dan Rencana Anggaran
Biaya, maka sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan harus diadakan rapat terlebih dahulu
untuk mendapatkan kepastian.
86