Anda di halaman 1dari 28

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN


Jl. Syekh Nawawi Albantani KP3B Desa Sukajaya Kec. Curug Kota Serang Telp. (0254) 7036716

BANTEN

SPESIFIKASI TEKNIS

KEGIATAN
PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN
LUAS 10 (SEPULUH) HA SAMPAI DENGAN DIBAWAH 15 (LIMA BELAS)
HA

SUB - KEGIATAN
PERBAIKAN RUMAH TIDAK LA YAK HUM DALAM KAWASAN
PERMUKIMAN DENGAN LUAS 10 (SEPULUH) HA SAMPAI DENGAN
DIBAWAH 15 (LIMA BELAS) HA

SPESIFIKASI TEKNIS

A
PASAL 1
URAIAN UMUM

1.1. PEKERJAAN
a. Pekerjaan ini adalah meliputi Perbaikan rumah tidak layak huni semua tenaga kerja
(tenaga ahli, tukang, buruh dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan termaksud.
b. Pekerjaan hams diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS, Gambar- gambar
Rencana, Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta Addenda yang disampaikan
selama pelaksanaan.
1.2. BATASAN/PERATURAN
Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor hams tunduk kepada:
a. Undang - Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
b. Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat atas
Keputusan Presiden RI No 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
c. Peraruran Presiden (Peipres) No. 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
d. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tentang Standar dan
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
e. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung
f. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan
Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan
g. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan
h. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI ll/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Manajemen Penanggulangan Kebakaran diPerkotaan
i. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk
Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung.
j. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56)
k. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI1971)
l. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982)
m. Peraturan Perbumhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
n. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
o. SKSNI T-15-1991-03
p. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI)

1.3. DOKUMEN KONTRAK


a. Dokumen Kontrak yang hams dipatuhi oleh Kontraktor terdiri atas :
1) Surat Perjanjian Pekerjaan
2) Surat Penawaran Harga dan PerincianPenawaran
3) Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan
4) Rencana Kerja dan Syarat-syarat
5) Addenda yang disampaikan oleh Pengawas Lapangan selama masa pelaksanaan
b. Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-gambar, RKS dan dokumen kontrak lainnya
yang berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ketidak-sesuaian antara RKS dan
gambar-gambar pelaksanaan, atau antara gambar satu dengan lainnya, Kontraktor
wajib untuk memberitahukan/melaporkannya kepada Pengawas Lapangan.
c. Persyaratan teknik pada gambar dan RKS yang hams diikuti adalah :
1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka
gambar detail yang diikuti.
2. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka
yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas
akan menyebabkan ketidaksempurnaan/ ketidaksesuaian konstruksi, hams
mendapatkan keputusan Konsultan Pengawas lebih dahulu.
3. Bila tedapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti kecuali
bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan
kerusakan/kelemahan konstruksi, hams mendapatkan keputusan Konsultan
Pengawas.
4. RKS dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap
sedang RKS tidak, maka gambar yang hams diikuti demikian juga sebaliknya.
5. Yang dimaksud dengan RKS dan gambar di atas adalah RKS dan gambar setelah
mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam berita acara penjelasan
pekerjaan.
d. Bila akibat kekurang telitian Kontraktor Pelaksana dalam melakukan pelaksanan
pekerjaan, terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan,
maka Kontraktor Pelaksana hams melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi
yang sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya kembali
setelah memperoleh keputusan Konsultan Pengawas tanpa ganti rugi apapun dari
pihak-pihak lain.

PASAL2
LINGKUP PEKERJAAN
2.1. KETERANGAN UMUM
a. Pembangunan Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni
b. tersebut secara umum meliputi pekerjaan standar maupun non standar.
c. Secara teknis, pekerjaan ini mencakup keseluruhan proses pembangunan dari
persiapan sampai dengan pembersihan/pemberesan halaman, dan dilanjutkan dengan
masa pemeliharaan seperti yang ditentukan, mencakup :
1) Pekerjaan Persiapan
2) Pekerjaan Tanah
3) Pekerjaan Pasangan Dan Beton
4) Pekerjaan Atap
5) Pekerjaan Kusen Pintu Dan Jendela
6) Pekerjaan Sanitair
7) Pekerjaan Elektrikal
8) Pekerjaan Laburan
9) Pekerjaan lain-lain
d. Pekerjaan lain-lain
Pekerjaan yang jelas terkait langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa
dipisahkan dengan pekerjaan utama sesuai dengan gambar dan RKS.
2.2. SARANA DAN CARA KERJA
a. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan meninjau tempat
pekerjaan, melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh
lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari
proyek.
b. Kontraktor hams menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang cakap dan
memadai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak akan
mempekerjakan orang-orang yang tidak tepat atau tidak terampil untuk jenis- jenis
pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Kontraktor hams selalu menjaga disiplin dan
aturan yang baik diantarapekerja/karyawannya.
c. Kontraktor hams menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan seperti beton
molen, pompa air, timbris, waterpas, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang
diperlukan untuk pekerjaan ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam kondisi
baik.
d. Kontraktor wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh dan
menggunakan kemampuan terbaiknya. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas
seluruh cara pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta
pengaturan semua bagian pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.
e. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu
komponen konstruksi dilaksanakan.
f. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perencana sebelum elemen konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.
g. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, Kontraktor Pelaksana sudah harus
menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas:
1) Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya.
2) Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar- gambar
perubahan.
h. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat g harus diartikan telah memperoleh
persetujuan Konsultan Pengawas setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
i. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan
merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan kesatu,
kekurangan dalam hal ini berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat
dilakukan.
j. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor, bila :
1) Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kemsakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.
2) Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar
pekerjaan pokoknya yang mengalami kemsakan akibat pelaksanaan konstruksi
(misalnya jalan, halaman, dan lainsebagainya).
k. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa
pelaksanaan termasuk bowkeet dan direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa
kontrak berakhir, kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.

2.3. PEMBUATAN RENCANA JADWAL PELAKSANAAN


a. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadwal pelaksanaan
dalam bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan
berdasarkan butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran.
b. Pembuatan rencana jadwal pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor
Pelaksana selambat-lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan
pekerjaan. Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.
c. Bila selam'a 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana
belum menyelesaikan pembuatan jadwal pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana
harus dapat menyajikan jadwal pelaksanaan sementara minimal untuk 2 minggu
pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
d. Selama waktu sebelum rencana jadwal pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana
harus melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan
mingguan yang harus dibuat pada saat dimulai pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan 2
mingguan ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

PASAL 3
PERSYARATAN MUTU BAHAN
3.1. Ketentuan dan Persyaratan Umum Bahan
a. Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah dan kualitas
yang sesuai dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Sepanjang tidak ada
ketentuan lain dalam RKS ini dan Berita Acara Rapat Penjelasam maka
bahan-bahan yang dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus
memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam AV-41 dan PUBI-1982 serta
ketentuan lainnya yang berlaku di Indonesia.
b. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Pemborong harus mengajukan
contoh bahan yang akan digunakan kepada Pengawas Lapangan yang akan diajukan
User dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan. Bahan-bahan yang
tidak memenuhi ketentuan seperti disyaratkan atau yang dinyatakan ditolak oleh
Pengawas Lapangan tidak boleh digunakan dan harus segera dikeluarkan dari
halaman pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Pengawas Lapangan ternyata masih
dipergunakan oleh Kontraktor, maka Pengawas Lapangan memerintahkan untuk
membongkar kembali bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Semua
kerugian akibat pembongkaran tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai, Pengawas
Lapangan berhak meminta kepada Kontraktor untuk memeriksakan bahan itu ke
Laboratorium Balai Penelitian Bahan yang resmi dengan biaya Kontraktor.
Sebelum ada kepastian basil pemeriksaan dari Laboratorium, Kontraktor tidak
diizinkan untuk melanjutkan bagian-bagian pekerjaan yang menggunakan bahan
tersebut.
e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan
dari kerusakan.
3.2. PASIR (PUBI 1970/NI-3, PBI 1971/NI-2, ASTM C 33)
a. Pasir Urug
Pasir untuk pengurugan, peninggian dan lain-lain tujuan harus bersih dan keras.
Pasir laut untuk maksud-maksud tersebut harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan dan Direksi Pekerjaan.
b. Pasir Pasang, Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Butiran-butiran harus tajam dan keras tidak dapat dihancurkan dengan jari.
2) Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5% (limapersen).
3) Butiran-butiran harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 3 mm.
4) Pasir laut tidak boleh dipergunakan.
c. Pasir Beton, Pasir untuk pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam PBI 1971 (Nl-2) diantaranya yang paling penting adalah:
1) Butiran-butiran hams tajam dan keras dan tidak dapat dihancurkan dengan jari
dan pengaruh cuaca.
2) Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5% (limapersen).
d. Pasir hams terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya, apabila
diayak dengan yakan 150 maka sisa butiran-butiran di atas ayakan 0,25 mm,
berkisar antara 60% sampai dengan 90% dari berat
e. Pasir laut tidak boleh dipergunakan
f. Syarat-syarat tersebut di atas hams dibuktikan dengan pengujian laboratorium.
3.3. AGREGAT KASAR (KERIKIL DAN BATE PECAH)
a. Yang dimaksud dengan Agregat Kasar dapat berupa kerikil atau batu pecahyang
diperoleh dari pemecahan batu (Stone Chruser) dengan besar butiran lebih besar dari
5 mm (split).
b. Kerikil atau Batu Pecah untuk beton hams memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
alam SK SNI T-15-1991 diantaranya : hams terdiri dari butir-butiryang keras, tidak
berpori, tidak pecah/hancur o!eh pengaruh cuaca.
c. Kerikil atau Batu Pecah hams keras, bersih serta sesuai butiran dan gradasinya
bergantung pada penggunaannya
d. Kerikil/Batu Pecah tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 1% (satu
persen)
e. Warnanya hams hitam mengkilat keabu-abuan

3.4. PORTLAND CEMENT (N 1.8, PBI 1971/N1.2, SNI 15-2049-1994 atau ASTM C 150-
1995)
a. Portland Cement (PC) yang digunakan hams PC jenis (NI-8) dengan type I (satu)
dan dalam Kantong Baru/Utuh.
b. Bila menggunakan PC yang telah disimpan lama hams diadakan pengujian terlebih
dahulu oleh laboratorium yang berkompeten.
c. Dalam pengangkutan PC ke tempat pekerjaan harus dijaga agar tidak menjadi lem
PASAL, begitu pula penempatannya harus ditempatkan di tempat kering.
d. PC yang sudah membatu (menjadi keras dan sweeping) tidak
boleh dipakai/dipergunakan lagi.
e. Pengukuran semen, tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari ± 2,5%.
3.5. KAYU (PPKI 1961)
a. Pada umumnya kayu harus bersifat baik dan segar dengan ketentuan bahwa sifat dan
kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakaiannya tidak akan merusak
atau mempengamhi nilai konstruksi bangunan
b. Jenis kayu yang digunakan harus sudah cukup tua, dipilih dan mutu yang terbaik,
kering, lurus dan dihindarkan adanya cacat kayu antara lain yang berupa putih kayu,
pecah-pecah, mata kayu, melinting basah dan lapuk.
c. Untuk kayu balok, kelembaban tidak dibenarkan melebihi 19% dan kayu papan kayu
yang ketebalannya kurang dari 2,5 cm) disyaratkan kelembabannya tidak lebih dari
12%.
3.6. BAJA TULANGAN BETON DAN KAWAT PENGIKAT (PUBI 1970/N1-3 dan SNI 07
2052 2002)
a. Jenis baja besi tulangan harus dihasilkan dari pabrik-pabrik baja yang dikenal dan
bentuk belahan-belahan polos.
b. Baja tulangan beton tidak boleh menganudng serpihan, lipatan, retakan, cema (luka pd
besi beton yang terjadi karena proses cenai) yang dalam dan tidak berkarat pada
permukaan.
c. Mutu baja besi tulangan dipakai U-39 (sirip/defom) untuk besi pokok dan U-24
(polos) untuk sengkang dan tulangan plat.
d. Baja tulangan beton sirip (defom) hams mempunyai sirip yang teratur. Setiap batang
diperkenankan mempunyai rusuk memanjang yang sejajar dan sejajar dengan sumbu
batang, serta sirip-sirip lainya dengan arah melintang sumbu batang. Siiip-sirip
me 1 intang sepanjang batang baja tulangan beton hams terletak pada jaiak yang
teratur. Serta mempunyai bentuk dan ukuran yang sama.
e. Sirip melintang tidak boleh membentuk sudut kurang dari 45 derajat terhadap sumbu
batang, apabila membentuk sudut antara 45 sampai dengan 75 deiajat, arah sirip
melintang pada satu sisi atari kedua sisi dibuat berlawanan. Bila sudutnya di atas 70
derajat arah berlawanan tidak diperlukan
f. Kawat pengikat hams terbuat dari besi baja lunak dengan diameter minimum 1 mm
yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuhseng.
3.7. BETON (FBI 1971/N1-2)
a. Beton yang dipakai untuk pekerjaan ini pada umumnya dapat dipakai/diperkirakan
dengan campuran 1 PC : 2 Pasir : 3 Kerikil/ Spilit atau dipakai 1 PC . 3 Pasii. 5
Kerikil/Split perbandingan berat.
b. Kekentalan adukan beton hams diperiksa dengan pengujian slump dengan sebuah
kerucut terpancung Abram. Nilai-nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton hams
menurut Tabel 4.4.1. PB1 1971 (Nl-1).
3.8. BATU BATA
Persyaratan Batu Bata hams memenuhi persyaratan seperti tertera dalam Nl-10 atau
secara singkatnya diuraikan sebagai berikut:
a. Batu Bata merah harus satu pabrik, satu ukuran, satu warna atau satu kualitas
b. Ukuran harus sama :
• Panjang 240 mm, lebar 115 mm dan tebal 52 mm, atau
• Panjang 230 mm, lebar 110 mm dan tebal 50mm.
c. Penyimpangan terbesar dan ukuran seperti tersebut di atas adalah panjang maksimum
3%, lebar 4% tetapi antara batu bata ukuran terbesar dengan ukuran selisih maksimum
adalah sebagai berikut:
• Untuk Panjang diperbolehkan maksimum 10 mm
• Untuk lebar diperbolehkan maksimum 5 mm
• Untuk tebal diperbolehkan 4 mm
d. Warna satu sama lainnya harus sama dan bila dipatahkan warna penampang harus
sama dan merata kemerah-merahan
e. Bentuk bidang-bidangnya harus rata, sudut-sudutnya. atau. rusuk-rusuknya harus siku
atau bersudut 90 derajat dan bidangnya tidak boleh retak-retak
f. Berat satu sama lainnya harus sama, berarti ukuran, pembakaran dan pengadukannya
harus sama dan sempuma
g. Bila dipukul dengan benda keras suaranya harus nyaring.

PASAL 4
SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN
4.1. SITUASI / LOKASI
a. Lokasi proyek adalah di Provinsi Banten. Halaman proyek akan diserahkan kepada
Kontraktor sebagaimana keadaannya waktu Rapal Penjelasan. Kontraktor
hendaknya mengadakan penelitian dengan seksama mengenai keadaan tanah
halaman proyek tersebut.
b. Kekurang-telitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan lapangan,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat dijadikan alasan
untuk mengajukan klaim/tuntutan.
4.2. AIR DAN DAYA
a. Kontraktor hams menyediakan air atas tanggungan/biaya sendiri yang dibutuhkan
untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu :
1) Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang memenuhi persyaratan
sesuai jenis pekerjaan, cukup bersih, bebas dari segala macam kotoran dan
zat-zat seperti minyak, asam, garam, dan sebagainya yang dapat merusak atau
mengurangi kekuatan konstruksi.
2) Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan
kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan
tersebut hams cukup terjamin.
b. Kontraktor hams menyediakan daya listrik atas tanggungan/biaya sendiri sementara
yang dibutuhkan untuk peralatan dan penerangan serta keperluan lainnya dalam
melaksanakan pekerjaan ini. Pemasangan sistem listrik sementara ini hams
memenuhi persyaratan yang berlaku. Kontraktor hams mengatur dan menjaga agar
jarmgan dan peralatan listrik tidak membahayakan para pekerja di lapangan.
Kontraktor hams pula menyediakan penangkal petir sementara untuk keselamatan.
4.3. SALURAN PEMBUANGAN
Kontraktor hams membuat saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar daerah
bangunan selalu dalam keadaan kering/tidak basah tergenan gair hujan atau air
buangan. Saluran dihubungkan ke parit/selokan yang terdekat atau menurut petunjuk
Pengawas.
4.4. PAPAN NAMA PROYEK
Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama proyek di bagian depan
halaman proyek sehingga mudah dilihat umum. Ukuran dan redaksi papan nama
proyek adalah 60 x 80 cm ditopang dengan tiang setinggi 250 cm atau sesuai dengan
petunjuk Pemerintah Daerah setempat. Kontraktor tidak diijinkan menempatkan atau
memasang reklame dalam bentuk apapun di halaman dan di sekitar proyek tanpa ijin
dari Pemberi Tugas.
4.5. PEMBERSIHAN HALAMAN
a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan
seperti adanya pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan hams
dibongkar dan dibersihkan serta dipindahkan dari tanah bangunan kecuali
barang-barang yang ditentukan hams dilindungi agar tetap utuh.
b. Pelaksanaan pembongkaran hams dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk
menghindarkan bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas
bongkaran tidak diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan hams diangkut
keluar dari halaman proyek.

PEKERJAAN ARSITEKTUR

P AS ALI
PEKERJAAN PERSIAP AN
1.1. Pengukuran dan Pematokan / Penentuan Peil
a. Sebelum pekerjaan dimulai, Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan mencocokkan
ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar dan rencana kerja. Penyedia Jasa
Konstruksi hams segera memberitahukan Direksi untuk setiap perbedaan yang
terjadi.
b. Semua kesalahan dan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh kelalaian
Penyedia Jasa Konstruksi wajib dicocokkan untuk memberitahukan
perbedaan-perbedaan ukuran seperti tersebut di atas. Hal ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.
c. Ukuran-ukuran dan peil-peil untuk pekerjaan ini hams dipasang oleh juru ukur milik
Penyedia Jasa Konstruksi dan hasil pengukuran dilaporkan kepada Direksi secara
tertulis.
d. Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan untuk memberi patok-patok pengukuran, di
mana patok-patok ukur peil tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia
Jasa Konstruksi.

PASAL 2
PEKERJAAN TANAH DAN PASIR
2.1. PEKERJAAN GALIAN
a. Segala pekerjaan galian dilaksanakan sesuai dengan panjang, dalam kemiringan dan
lengkungan sesuai dengan kebutuhan konstruksinya atau sebagaimana yang
ditunjukkan dalam gambar.
b. Bilamana tanah yang digali tenyata baik untuk digunakan sebagai lapisan
permukaan atau pembatas, maka tanah ini perlu diamankan dahulu untuk
penggunaan tersebut.
c. Tanah / galian yang tidak berguna hams disingkirkan dan diangkut ke luar
halaman. Penyingkiran dan pengangkutan di atas merupakan tanggung jawab
Penyedia Jasa Konstruksi atau bila mana perlu memindahkan tanah atau bahan yang
tidak dipakai atau 1—kelebihan-kelebihan tanah yang digunakan untuk urugan
sebagaimana yang diinstruksikan olehPengawas.
2.2. PERSIAPAN UNTUK URUGAN
a. Permukaan tanah yang sudah diambil lapisan di atasnya, hams digilas hingga
kepadatannya mencapai 90 % dari kepadatanmaksimum.
b. Di atas permukaan tanah yang telah dipadatkan tersebut, bam dapat dilakukan
pengurukan tanah yang dilakukan lapis demi lapis. Pada lapisan pertama tanah
dihampar setelah 15 cm kemudian dipadatkan demikian seterusnya hingga
mencapai ketinggian yang diinginkan.
2.3. Pengurugan
a. Semua bahan-bahan yang akan digunakan untuk urugan atau urugan kern bah
hams dengan persetujuan Pengawas.
b. Pengurugan hams dilakukan sampai diperoleh peil-peil yang dikehendaki,
sebagaimana yang dibutuhkan konstruksi atau sesuai dengan yang tertera
dalam gambar kerja.
2.4. Pemadatan
Hanya bahan-bahan yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk pengurugan
dan hams dilakukan lapis demi lapis dengan tebal sebesar-besarnya 10 cm lapis
padat.
Setiap lapis hams ditimbris dan dipadatkan sepadat-padatnya dilakukan dengan
mesin giling (tumbuk) atau stemper dengan menambahkan air dan disetujui
pengawas.
2.5. Pemeriksaan Penggalian dan Pengurugan
a. Galian atau urugan hams terlebih dahulu diperiksa oleh Pengawas Lapangan
sebelum memulai dengan tahap selanjutnya. Dalam hal pengurugan,
Pengawas Lapangan akan segera menunjukkan bagian-bagian tanah mana
yang dipadatkan yang hams siap dilaksanakan pengujian pemadatannya.
b. Pengurugan bagi pondasi atau struktur lainnya yang tercakup atau
tersembunyi oleh tanah tidak boleh dilaksanakan sebelum diadakan
pemeriksaan oleh Pengawas.
2.6. Urugan Pasir
a. Pasir urug yang digunakan untuk mengurug di bawah pasangan batu kosong
dan di bawah lantai hams berkualitas baik dan tidak mengandung zat-zat
yang merusak konstruksi serta tidak bercampur dengan kotoran/sampah.
b. Setiap lapisan pengurugan hams dipadatkan dan disiram dengan air bersih
hingga jenuh dan benar-benar padat.

PASAL 3
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI
3.1. Umum
Pondasi pasangan batu hams diukur di lapangan dan dilaksanakan sesuai dengan
ukuran dan ketinggian seperti tercantum pada gambar.
Sebelum pondasi dipasang, terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari bambu
atau kayu setiap pojok galian yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan
penampang pondasi.
Permukaan dasar galian hams ditimbun dengan pasir urug setebal 10 cm disiram
dan diratakan.
3.2. Persyaratan Bahan
Batu kali pecah yang kuat hams batu pecah, berkualitas terbaik dan merupakan
bahan setempat, padat, bersih tanpa retak-retak dan kekurangan lainnya yang
mempengamhi kualitas.
3.3. Pasangan Batu Kali
a. Pekerjaan pondasi tidak boleh dimulai sebelum mendapatkan persetujuan dari
direksi/pengawas tentang ukuran, kekuatan dan kebersihan.
b. Pasangan batu kali untuk pondasi dipasang sedemikian rupa (sesuai gambar)
yang pada bagian celah-celahnya hams diisi dengan adukan campuran 1 PC . 6
Ps. Celah yang besar di antara batu hams diisi dengan batu kricak/batu
pecahan yang dicacah padat. Batu kali yang dipasang tidak boleh saling
bersinggungan antara batu kali yang satu dengan batu kali yang lam atau
dengan kata lain selalu ada perekat diantaranya.
Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air dengan campuran 1 PC : 6
Ps, setinggi 20 cm dihitung dari permukaan pondasi ke bawah.
d. Adukan hams membungkus batu kali pada bagian tengah sedemikian rupa
sehingga tidak ada bagian pondasi yang berongga / tidak padat.
sesuai
e. Adapun mengenai bentuk, ukuran, model dan pemasangannya hams
dengan gambar atau instruksi dari Direksi Pekerjaan.
3.4. Variasi Kedalaman Pondasi
Variasi kedalaman pondasi dapat diijinkan atau diperintahkan oleh pengawas bda
kondisi pada suatu bagian membutuhkan perubahan tersebut. Tanpa ada izin
tertulis dari Pengawas, maka perubahan kedalaman atau lebar pondasi tidak
diperbolehkan.
PASAL 4
PEKERJAAN PASANGAN BINDING BATA DAN PARTISI

4.1. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat - alat bantu yang
dibutuhkan, bahan dan semua pasangan batu bata pada tempat - tempat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atari disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis ini.
Pekerjaan ini terdiri tetapi tidak terbatas pada hal - hal berikut:
a. Pasangan batu bata
b. Adukan
c. Pengaplikasian bahan penutup celah antara binding dengan kolom bangunan,
binding dengan bukaan binding dan binding dengan peralatan.
4.2. STANDAR / RUJUKAN
a. American Society for Testing and Materials (ASTM)
b. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia(PUBI-1982)
c. Standar Nasional Indonesia (SNI)
4.3. PROSEDUR UMUM
a. Keterangan.
Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan binding yang terbuat dari batu bata
dan bata ringan disusun V2 bata, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan
peralatan untuk pekerjaan ini.
b. Pengiriman dan Penyimpanan.
Semua bahan hams disimpan dengan baik, terlindung dari kerusakan.
Bata hams disusun dengan baik dan teratur dengan tinggi maksimal 150 cm.
Semen hams dikirim dalam kemasan aslinya yang tertutup rapat dimana tertera
nama pabrik serta merek dagangnya.
Penyimpanan semen hams dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
4.4. BAHAN - BAHAN
a. Batu Bata.
Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri
eks daerah setempat dari kualitas yang baik dengan ukuran 5 x 10,5 x 22 cm
yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah,
bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atari mengandung kotoran. Meskipun
ukuran bata yang bisa diperoleh di suatu daerah mungkin tidak sama dengan
ukuran tersebut diatas, hams diusahakan supaya ukuran bata yang akan
dipakai tidak terlalu menyimpang. Kualitas bata hams sesuai dengan pasal 81
dari A.V. 1941. Kontraktor hams menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada
Pengawas Lapangan. Pengawas Lapangan berhak menolak bata dan
menyuruh bongkar pasangan bata yang tidak memenuhi syarat. Bahan-bahan
yang ditolak hams segera diangkut keluar dari tempat pekerjaan.
Bata merah yang digunakan hams mempunyai kuat tekan minimal 25 kg/cm2,
sesuai ketentuan SNI 15-2094-2000.
b. Adukan dan Plesteran.
Adukan terdiri dari semen, pasir dan air dipakai untuk pemasangan binding
batu bata. Komposisi adukan adalah 1 pc : 6 pasir untuk binding biasa.
Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (atau
produk daerah setempat yang mempunyai kualitas standar konstruksi).
Adukan hams dibuat dalam alat tempat mencampur, diatas permukaan yang
keras, bukan langsung diatas tanah. Bekas adukan yang sudah mulai
mengeras tidak boleh digunakan kembali.
Adukan dan plesteran untuk pasangan batu bata hams memenuhi ketentuan
Spesifikasi Teknis.
c. Beton Bertulang
Beton bertulang dibuat untuk rangka penguat binding bata, yaitu : sloof, kolom
praktis dan ringbalk.
Komposisi bahan beton rangka penguat binding (sloof, kolom praktis, ringbalk)
adalah K-100.
Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (satu merek
untuk seluruh pekerjaan). Pasir beton hams bersih, bebas dari tanah/lumpur
dan zat-zat organik lainnya. Kerikil/split dari pecahan batu keras dengan
ukuran 1 - 2 cm, bebas dari kotoran. Baja tulangan menurut ketentuan PBI
1971.
4.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Dinding hams dipasang (uitzet dengan peralatan yang memadai) dan didirikan
menurut masing-masing ukuran ketebalan dan ketinggian yang disyaratkan seperti
yang ditunjukkan dalam gambar.
a. Sloof, kolom praktis dan ringbalk.
Ukuran rangka penguat dinding bata (non struktural): sloof 11x18 cm, kolom
praktis 11x11 cm, ringbalk dan balok lantai 11 x 20 cm. Kolom praktis dan
ringbalk diplester sekaligus dengan dinding bata sehingga mencapai tebal
15cm. Bekisting terbuat dari kayu terentang/kayu hutan lainnya dengan tebal
minimum 2 cm yang rata dan berkualitas papan baik.
Pemasangan bekisting hams rapi dan cukup kuat. Celah-celah papan hams
rapat sehingga tidak ada air adukan yang keluar. Bekisting bam boleh
dibongkar setelah beton mengalami proses pengerasan.
b. Pasangan dinding bata.
Bata yang akan dipasang hams direndam dalam air terlebih dahulu sampai
jenuh.
Tidak diperkenankan memasang batu bata :
1) Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan
kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan
tersebut hams cukup terjamin.
2) Yang ukurannya kurang dari setengahnya
3) Lebih dari 1 (satu) meter tingginya setiap hari di satu bagian pemasangan
4) Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindungatap
5) Setiap luas pasangan dinding bata mencapai □ 12 m2 hams dipasang beton
praktis (kolom, dan ring balk)
Bata dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya
dengan bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong hams cukup kuat
dan benar-benar dipasang tegak lurus.
Dinding yang menempel pada kolom beton hams diberi angker besi setiap
jarak 40 cm. Permukaan beton hams dibuat kasar. Pemasangan bata diatas
kusen hams dibuat balok lantai 11/11 atau dilengkapi dengan pasangan
rollaag. Pemasangan hams dijaga kerapihannya, baik dalam arah vertikal
maupun horizontal. Sela-sela disekitar kusen-kusen hams diisi dengan
adukan.
c. Perawatan dan Perlindungan.
Pasangan batu bata hams dibasahi terns menerus selama sedikitnya 7 hari
setelah didirikan.
Pasangan batu bata yang terkena udara terbuka, selama waktu-waktu hujan
lebat hams diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok.
Siar atau celah antara dinding dengan kolom bangunan, binding dengan
bukaan dinding atau dinding dengan peralatan, hams ditutup dengan bahan
pengisi celah.
d. Plesteran dan Pengacian.
Plesteran dan pengacian hams dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis.

PASAL 5
PEKERJAAN ADUKAN DAN PLESTERAN
5.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan adukan dan plesteran (kasar dan halus),
seperti dinyatakan dalam Gambar Kerja atau disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis
ini.
5.2. STANDAR / RUJUKAN
a. American Society for Testing and Materials (ASTM)
b. American Concrete Institute (ACI)
c. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2,1971)
d. Standar Nasional Indonesia (SNI)
e. American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO)
5.3. PROSEDUR UMUM
a. Contoh Bahan.
Contoh bahan yang akan digunakan hams diserahkan kepada Konsultan
Pengawas untuk disetujui terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi proyek.
b. Pengiriman dan Penyimpanan.
Pengiriman dan penyimpanan bahan semen dan bahan lainnya hams sesuai
ketentuan Spesifikasi Teknis.
Pasir hams disimpan di atas tanah yang bersih, bebas dari aliran air, dengan
kata lain daerah sekitar penyimpanan dilengkapi saluran pembuangan yang
memadai, dan bebas dari benda-benda asing. Tinggi penimbunan tidak lebih
dari 1200 mm agar tidak berhamburan.
5.4. BAHAN - BAHAN
a. Persyaratan bahan sesuai pasal 3 spesifikasi teknis
5.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Perbandingan Campuran Adukan dan / atau Plesteran.
Campuran 1 semen dan 3 pasir digunakan untuk adukan kedap air, adukan
kedap air 150 mm di bawah permukaan tanah sampai 500 mm di atas lantai,
tergambar atau tidak tergambar dalam Gambar Kerja, plesteran permukaan
beton yang terlihat dan tempat-tempat lain seperti ditunjukkan dalam Gambar
Kerja.
Campuran 1 semen dan 6 pasir untuk semua pekerjaan adukan dan plesteran
selain tersebut di atas.
Bahan tambahan untuk menambah daya lekat dan meningkatkan kekedapan
terhadap air hams digunakan dalam jumlah yang sesuai dengan petunjuk
penggunaan dari pabrik pembuat.
b. Pencampuran.
Semua bahan kecuali air hams dicampur dalam kotak pencampur atau alat
pencampur yang disetujui sampai diperoleh campuran yang merata, untuk
kemudian ditambahkan sejumlah air dan pencampuran dilanjutkan kembali.
Adukan hams dibuat dalam jumlah tertentu dan waktu pencampuran minimal 1
sampai 2 menit sebelum pengaplikasian.
Adukan yang tidak digunakan dalam jangka waktu 45 menit setelah
pencampuran tidak diijinkan digunakan.
c. Persiapan dan Pembersihan Permukaan.
Semua permukaan yang akan menerima adukan dan atau plesteran hams
bersih, bebas dari serpihan karbon lepas dan bahan lainnya yang mengganggu.
Pekerjaan plesteran hanya diperkenankan setelah selesainya pemasangan
instalasi listrik dan air dan seluruh bagian yang akan menerima plesteran telah
terlindung di bawah atap. Permukaan yang akan diplester hams telah berusia
tidak kurang dari dua minggu. Bidang permukaan tersebut hams disiram air
terlebih dahulu dengan air hingga jenuh dan siar telah dikerok sedalam 10 mm
dan dibersihkan.
d. Pemasangan. Plesteran BatuBata.
1) Pekerjaan plesteran dapat dimulai setelah pekerjaan persiapan dan
pembersihan selesai.
2) Untuk memperoleh permukaan yang rapi dan sempurna, bidang plesteran
dibagi - bagi dengan kepala plesteran yang dipasangi kelos - kelos
sementara dari bambu.
3) Kepala plesteran dibuat pada setiap jarak 100 cm, dipasang tegak dengan
menggunakan kepingan kayu lapis tebal 6 mm untuk patokan kerataan
bidang.
4) Setelah kepala plesteran diperiksa kesikuannya dan kerataannya,
permukaan dinding bam dapat ditutup dengan plesteran sampai rata dan
tidak kepingan - kepingan kayu yang tertinggal dalam plesteran.
5) Seluruh permukaan plesteran hams rata dan rapi, kecuali bila pasangan
akan dilapis dengan bahan lain.
6) Sisa-sisa pekerjaan yang telah selesai hams segera dibersihkan.
7) Tali air (naad) selebar 4 mm digunakan pada bagian-bagian pertemuan
dengan bukaan dinding atau bagian lain yang ditentukan dalam Gambar
Kerja, dibuat dengan menggunakan profil kayu khusus untuk itu yang telah
diserut rata, rapi dan siku. Tidak diperkenankan membuat tali air dengan
menggunakan baja tulangan.
Plesteran Permukaan Beton.
1) Permukaan beton yang akan diberi plesteran hams dikasarkan, dibersihkan
dari bagian-bagian yang lepas dan dibasahi air, kemudian diplester.
2) Permukaan beton hams bersih dari bahan-bahan cat, minyak, lemak, lumur
dan sebagainya sebelum pekerjaan plesteran dimulai.
3) Permukaan beton hams dibersihkan menggunakan kawat baja. Setelah
plesteran selesai dan mulai mengeras, permukaan plesteran dirawat dengan
penyiraman air.
4) Plesteran yang tidak sempurna, misalnya bergelombang, retak-retak, tidak
tegak lurus dan sebagainya hams diperbaiki.
e. Ketebalan Adukan dan Plesteran.
Tebal adukan dan atau plesteran 10-25 mm, kecuali bila dinyatakan lain dalam
Gambar Kerja atau sesuai petunjuk PengawasLapangan.
f. Pengacian.
Pengacian dilakukan setelah plesteran disiram air sampai jenuh sehingga
plesteran menjadi rata, halus, tidak ada bagian yang bergelombang, tidak ada
bagian yang retak dan setelah plesteran berumur 8 (delapan) hari atau sudah
kering betul.
Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai dilakukan, Kontraktor hams
selalu menyiram bagian permukaan yang diaci dengan air sampai jenuh,
sekurang-kurangnya dua kali setiap harinya.
g. Pemeriksaan dan Pengujian.
Semua pekerjaan hams dengan mudah dapat diperiksa dan diuji. Kontraktor
setiap waktu hams memberi kemudahan kepada Pengawas Lapangan untuk
dapat mengambil contoh pada bag yang telah diselesaikan.
Bagian yang ditemukan tidak memuaskan hams diperbaiki dan dikerjakan
dengan cara yang sama dengan sebelumnya tanpa biaya tambahan dari Pemilik
Proyek.

PASAL 6
PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA
6.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan meliputi pengadaan bahan, alat dan tenaga kerja untuk
pekerjaan kayu sesuai dengan gambar dan syarat-syarat serta spesifikasi khusus.
6.2. Pekerjaan Pemasangan
a. Kontraktor wajib membuat shop drawings untuk persetujuan perencanaan yang
dibuat berdasarkan gambar-gambar rencana yang tersedia.
b. Shop drawings hams sudah menggambarkan detail hubungan-hubungan dan
sambungan-sambungan, pengangkuran, konstruksi dan pemasangan semua
komponen lengkap dengan ukuran-ukuran.
c. Kontraktor hams memeriksa apakah kualitas bahan yang dipakai, dimensi yang
ditunjukan dalam gambar rencana sudah memenuhi ketentuan struktur dan
ketahanan.
d. Pemborong hams memeriksa semua permukaan yang akan berhubungan
dengan pekerjaan tembok, dan memberitahukan Tim Teknis / Konsultan
Supervisi seandainya permukaan - permukaan yang bersangkutan dalam
keatidak memungkinkan untuk mendapatkanpembetulan-pembetulan.
e. Kontraktor hams mengukur semua dimensi yang mempengamhi pekerjaannya.
f. Ukuran lapangan yang berbeda dengan shop drawings, hams dikoreksi/
diselesaikan bersama dengan Perencana, untuk mendapatkan kepastian.
g- Kontraktor hams memberikan perhitungan kekuatan atas syarat-syarat yang
ditentukan.
6.3. PROSEDUR UMUM
a. Bahan
1) Kusen pintu dan jendela menggunakan material kayu kuat kelas II dan daun
pintu dari material kayu kuat kelas II.
2) Finishing pelitur/ melamin.
3) Kaca clear tebal 5 mm.
4) Pintu-pintu tersebut hams dibuat dengan ukuran dan detail-detail yang
diberikan dalam gambar yang bersangkutan.
5) Perlengkapan seperti engsel, kunci, handle, dan lain-lain lihat pada
penjelasan Perlengkapan Kunci-Kunci dan Penggantung.
b. Pengerjaan
Pintu-pintu, jendela-jendela dan bouvenlicht hams betul-betul persegi dan
datar. Permukaan-permukaan yang kelihatan hams lums, tidak ada bekas-bekas
mesin dan selesai siap untuk dicat atau penyelesian lainnya. Permukaan yang
bersentuhan dengan adukan tembok hams dicat meni alkali atau cat meni besi.
c. Memasang dan Menggantung Pintu-Pintu dan Jendela-Jendela
1) Tiap daun pintu dan jendela hams berukuran pas dengan kusennya
diperhitungkan tebal cat dan kemungkinan pengembangan atau pengemtan
kayu.
2) Kunci, engsel-engsel dan sebagainya hams tepat pada kedudukannya,
rongga pada rangka vertikal, pada kunci dan penggantung dan di atas rel
tidak boleh melebihi 2,5 mm, lubang yang dibawah tidak boleh melebihi 3
mm, semua ujung-ujung yang runcing hams dibulatkan dan rangka vertikal
pada kunci hams dimiringkan sedikit.
d. Perlindungan Terhadap Pekerjaan Kayu Halus
1) Pekerjaan kayu halus tidak boleh diangkut ke tempat pekerjaan kecuali jika
sudah dipasang.
2) Untuk pekerjaan kayu halus yang harus dibuat, kalau belum selesai sama
sekali, tidak boleh diangkut ketempat pekerjaan, juga tidak boleh
disetel-setel jika bangunan belum siap untuk menerima pemasangan
pekerjaan kayu tersebut.
3) Tim Teknis / Konsultan Supervisi dan Perencana harus diberikan fasilitas
untuk memeriksa semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan di
bengkel-bengkel dan di lapangan.
4) Kontraktor harus menyediakan pintu-pintu sementara dan penutup semua
lubang-lubang yang diperlukan untuk melindungi pekerjaan kayu halus
selama dalam pelaksanaan.
5) Juga harus menyediakan pembungkus atau penutup sementara yang
diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan kayu halus yang sudah selesai
seperti ambang- ambang pelindung dan sebagainya yang mungkin dapat
rusak selama pelaksanaan pekerjaan.
e. Pemasangan Pekerjaan Kayu Halus
1) Jika pekerjaan kayu halus akan dipasang setelah rangka pada bangunan
sekelilingnya telah selesai, Kontraktor menjamin bahwa segala pekerjaan
kayu halus yang harus dipasang telah disetel ke dalam rangka yang telah
disediakan.
2) Rongga yang dibuat pada pekerjaan lantai di belakang pekerjaan-pekerjaan
kayu halus harus dibuat lums dan tegak.
3) Tempat sambungan yang vertikal antara kusen-kusen dengan rangka
bangunan harus diisi padat dengan adukan tapi rongga di bagian atas harus
dibiarkan.
4) Pekerjaan kayu halus tidak boleh dipasang dulu dalam kedudukannya
sampai rangka pada lantai, dinding dan langit-langit telah selesai.
f. Memperbaiki Pekerjaan Yang Tidak Sempurna
1) Semua pintu dan jendela harus dapat ditutup dan dibuka dengan bebas tapi
tidak longgar, tanpa terjadi macet atau terhambat dan semua kunci-kunci
dan engsel-engsel cocok dan dapat bekerja denganwajar.
2) Bilamana terjadi bahwa pekerjaan-pekerjaan kayu tersebut menjadi
mengkerut atau bengkok, atau kelihatan ada cacat-cacat lainnya pada
pekerjaan kayu halus atau kasar sebelum masa pemeliharaan berakhir,
maka pekerjaan yang cacat tersebut hams dibongkar dan diganti hingga
Tim Teknis / Konsultan Supervisi / Perencana merasa puas dan pekerjaan
lain yang terganggu akibat pembongkaran tersebut hams diperbaiki atas
biayaKontraktor.

PASAL 7
PEKERJAAN KACA
7.1. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini meliputi pengangkutan, penyediaan tenaga kerja, alat-alat
dan bahan-bahan serta pemasangan kaca dan cermin beserta aksesorinya, pada
tempat-tempat sepeiti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
7.2. PROSEDUR UMUM
a. Contoh Bahan dan Data Teknis.
Contoh bahan berikut data teknis bahan yang akan digunakan hams diserahkan
kepada Pengawas Lapangan dalam ukuran dan detail yang dianggap memadai,
untuk dapat diuji kebenarannya terhadap standar atau ketentuan yang
disyaratkan.
b. Pengiriman dan Penyimpanan
Semua bahan kaca yang didatangkan hams dilengkapi dengan merek pabrik dan
data teknisnya.
Bahan kaca tersebut hams disimpan di tempat yang aman dan terlindung
sehingga terhindar dari keretakan, pecah, cacat atau kerusakan lainnya yang
tidak diinginkan.
c. Bahan-Bahan
1) Kaca Polos.
Kaca polos hams merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass
yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik
yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047— 1987 dan SNI 15-0130- 1987.
2) Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
3) Ukuran dan ketebalan cermin sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
7.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Umum.
1) Ukuran-ukuran kaca dan cermin yang tertera dalam Gambar Kerja adalah
ukuran yang mendekati sesungguhnya. Ukuran kaca yang sebenarnya dan
besarnya toleransi hams diukur ditempat oleh Kontraktor berdasarkan ukuran
di tempat kaca atau cermin tersebut akan dipasang, atau menurut petunjuk
dari Pengawas Lapangan, bila dikehendaki lain.
2) Setiap kaca hams tetap ditempeli merek pabrik yang menyatakan tipe kaca,
ketebalan kaca dan kualitas kaca.
3) Merek-merek tersebut bam boleh dilepas setelah mendapatkan persetujuan dari
Pengawas Lapangan.
4) Semua bahan hams dipasang dengan rekomendasi dari pabrik.
Pemasangan hams dilakukan oleh tukang-tukang yang ahli dalam bidang
pekerjaannya.
b. Pemasangan Kaca.
Sela dan Toleransi Pemotongan.
Sela dan toleransi pemotongan sesuai ketentuan berikut :
1. Sela bagian muka antara kaca dan rangka nominal 3mm.
2. Sela bagian tepi antara kaca dan rangka nominal6mm.
3. Kedalaman celah minimal 16mm.
4. Toleransi pemotongan maksimal untuk seluruh kaca adalah +3mm atari
1,5mm.
Sela untuk Gasket harus ditambahkan sesuai dengan jenis gasket yang
digunakan.
5. Persiapan Permukaan.
Sebelum kaca-kaca dipasang, daun pintu, daun jendela, bingkai partisi dan
bagian-bagian lain yang akan diberikan kaca harus diperiksa bahwa mereka
dapat bergerak dengan baik.
6. Daun pintu dan daun jendela harus diamankan atari dalam keadaan terkunci
atari tertutup sampai pekerjaan pemolesan dan pemasangan kaca selesai.
7. Permukaan semua celah harus bersih dan kering dan dikerjakan sesuai
petunjuk pabrik.
8. Sebelum pelaksanaan, permukaan kaca harus bebas dari debu, lem PASAL
dan lapisan bahan kimia yang berasal dari pabrik.
c. Neoprene/Gasket dan Seal.
Setiap pemasangan kaca pada daun pintu dan jendela harus dilengkapi dengan
Neoprene/Gasket yang sesuai.
Neoprene/Gasket dipasang pada bilang antar kusen dengan daun pintu dan
jendela, yang berfungsi sebagai seal pada ruang yang dikondisikan.
d. Penggantian dan Pembersihan.
Pada waktu penyerahan pekerjaan, semua kaca harus sudah dalam keadaan
bersih, tidak ada lagi merek perusahaan, kotoran-kotoran dalam bentuk apapun.
Semua kaca yang retak, pecah atari kurang baik harus diganti oleh Kontraktor
tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.

PASAL 8
PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
8.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan dan pemasangan semua alat penggantung
dan pengunci pada semua daun pintu dan jendela sesuai petunjuk dalam Gambai
Kerja dan atau Spesifikasi Teknis.
8.2. STANDAR / RUJUKAN
Standar dari Pabrik Pembuat.
8.3. PROSEDUR UMUM
8.3.1. Contoh
Contoh bahan beserta data teknis/brosur bahan alat penggantung dan
pengunci yang akan dipakai harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas
untuk disetujui, sebelum dibawa ke lokasi proyek.
8.3.2. Pengiriman dan Penyimpanan
Alat penggantung dan pengunci harus dikirimkan ke lokasi pioyek dalam
kemasan ash dari pabrik pembuatannya, tiap alat harus dibungkus rapi dan
masing-masing dikemas dalam kotak yang masih utuh lengkap dengan nama
pabrik dan mereknya.
Semua alat hams disimpan dalam tempat yang kering dan terlindung dari
kerusakan.
8.3.3. Ketidaksesuaian.
Pengawas Lapangan berhak menolak bahan maupun pekerjaan yang tidak
memenuhi persyaratan dan Kontraktor hams menggantinya dengan yang
sesuai. Segala hal yang diakibatkan karena hal di atas menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
8.4. BAHAN - BAHAN
8.4.1. Umum
Semua bahan/alat yang tertulis dibawah ini hams selumhnya bam, kualitas
baik, buatan pabrik yang dikenal dan disetujui.
Semua bahan hams anti karat untuk semua tempat yang memiliki nilai
kelembapan lebih dari 70%.
Kecuali ditentukan lain, semua alat penggantung dan pengunci yang
didatangkan hams sesuai dengan tipe-tipe tersebut dibawah.
8.4.2. Alat Penggantung dan
Pengunci. Rangka Bagian
Dalam.
a. Umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam (kecuali pintu kaca dan pintu
KM/WC) dengan sistem Master Key.
Semua kunci hams terdiri dari :
1) Kunci tipe silinder yang terbuat dari bahan nikel stainless steel atau
kuningan dengan 2 kali putar, dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
2) Hendel/pegangan bentuk gagang atau kenop diatas plat yang terbuat
dari bahan nikel stainless steel hair line.
3) Badan kunci tipe tanam {mortice lock) yang terbuat dari bahan baja
lapis seng dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis
bahan daun pintu (besi, kayu atau alumunium), yang dilengkapi
dengan lidah siang {latch bolt), lidah malam {dead bolt), lubang
silinder, face plate, lubang untuk pegangan pintu dan dilengkapi
strikeplate.
b. Kunci dan Pegangan Pintu KM/WC.
1) Kunci pintu KM/WC terdiri dari:
Selot pengunci diatas pelat dibagian sisi dalam pintu, dengan indikator
merah/bim di bagian sisi luar pintu.
2) Hendel bentuk gagang di atas pelat.
3) Bahan kunci yang dilengkapi lidah pengunci (latch bolt), lubang
untuk selot pengunci dan hendel, face plate dan strikeplate.
c. Engsel.
1) Kecuali ditentukan lain, engsel untuk pintu kayu dan alumunium tipe
ayun dengan bukaan satu arah, hams dari tipe kupu-kupu dengan Ball
Bearing berukuran 102mm x 76mm x 3mm.
2) Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel
untuk semua daun jendela hams dari tipe friction stay dari ukuran
yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela. Engsel tipe kupu-kupu
dengan Ball Bearing untuk jendela hams berukuran 76mm x 64mm x
2mm.
d. HakAngin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu.
Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel tips friction stay harus dan
jenis spring.
e. Grendel Tanam / Flush Bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam.
f. Gembok.
Gembok dalam warna solid brass untuk pintu-pintu pelayanan atau sesuai
petunjuk dalan Gambar Kerja.
g. Penahan Pintu (Door Stop).
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding harus
dari tipe pemasangan dilantai.
h. Pull Handle
Pegangan pintu yang memakai floor hing atau semi frame less
menggunakan handle buka.
i. Warna/Lapisan.
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna matt
chrome/stainless steel hair line finish, kecuali bila ditentukan lain.
8.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
8.5.1. Umum.
a. Pemasangan semua alat penggantung dan pengunci harus sesuai dengan
persyaratan serta sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya.
b. Semua peralatan tersebut harus terpasang dengan kokoh dan rapih pada
tempatnya, untuk menjamin kekuatan serta kesempurnaan fungsinya.
c. Setiap daun jendela dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 2 (dua)
buah engsel dan setiap daun jendela yang menggunakan engsel tipe
kupu-kupu harus dilengkapi dengan 1 (satu) buah hak angin, sedangkan
daun jendela dengan friction stay harus dilengkapi dengan 1 (satu) buah
alat pengunci yang memiliki pagangan.
d. Semua pintu dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 3 (tiga) buah
engsel.
e. Semua pintu memakai kunci pintu lengkap dengan badan kunci, silinder,
hendel/pelat, kecuali untuk pintu KM/WC yang tanpa kunci silinder.
f. Engsel bagian atas untuk pintu kaca menggunakan pin yang bersatu
dengan bingkai bawah pemegang pintu kaca.
8.5.2. Pemasangan Pintu.
a. Kunci pintu dipasang pada ketinggalan 1000mm dari lantai.
b. Pemasangan engsel atas berjarak maksimal 120mm dari tepi atas daun
pintu dan engsel bawah berjarak maksimal 250mm dari tepi bawah daun
pintu, sedang engsel tengah dipasang diantar kedua engsel tersebut.
c. Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan pegangan (hendel),
pelat penutup muka dan pelat kunci.
d. Pada pintu yang terdiri dari dua daun pintu, salah satunya harus dipasang
slot tanam sebagaimanamestinya, kecuali bila ditentukan lain dalam
Gambar Kerja.
8.5.3. Pemasangan Jendela.
a. Daun jendela dengan engsel tipe kUpu-kupu dipasangkan ke kusen
dengan menggunakan engsel dan dilengkapi hak angin, dengan cara
pemasangan sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya dalam Gambar
Kerja.
b. Daun jendela tidak berengsel dipasangkan ke kusen dengan
menggunakan friction stay yang merangkap sebagai hak angin, dengan
cara pemasangan sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya.
c. Penempatan engsel harus sesuai dengan arah bukaaan jendela yang
diinginkan seperli ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan setiap jendela
harus dilengkapi dengan sebuah pengunci.

PASAL 9
PENUTUP DAN PENGISI CELAH
9.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan bahan penutup dan pengisi celah
termasuk diantaranya, tetapi tidak terbatas pada hal - hal berikut:
a. Celah antarakusen pintu / jendela dengan dinding.
b. Celah antara dinding dengan kolom bangunan.
c. Celah antara peralatan dengan dinding, lantai atau langit - langit.
d. Celah antara langit - langit dan dinding.
e. Dan celah-celah lainnya yang memerlukannya, seperti disebutkan dalam
Spesifikasi Teknis terkait.
9.2. STANDAR/RUJUKAN
American Society for Testing and Materials (ASTM)
9.3. BAHAN - BAHAN
a. Tipe Umum.
Bahan penutup dan pengisi celah untuk bagian - bagian bangunan yang
sifatnya non - struktural harus merupakan produk yang dibuat dari bahan
silikon, yang sesuai untuk daerah tropis dengan kelembaban tinggi dan dapat
diaplikasikan pada berbagai jenis bahan.
b. Tipe Struktural.
Bahan penutup dan pengisi celah untuk bagian - bagian bangunan yang
sifatnya struktural harus merupakan produk yang dibuat dari bahan silikon
dengan formula khusus sehingga mampu menahan beban struktural seperti
angin, dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan.
c. Tipe Akidlik.
Bahan penutup dan pengisi celah untuk bagian - bagian bangunan yang akan
dicat harus dari tipe akrilik yang dapat dicat setelah 2 jam pengeringan, tahan
terhadap air, jamur dan lumur, memiliki daya rekat yang baik pada segala jenis
bahan, yang setara yang disetujui Pengawas Lapangan/MK.
9.4. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Persiapan.
Semua permukaan yang akan menerima bahan penutup dan pengisi celah harus
bebas dari debu, air, minyak dan segala kotoran.
Bahan metal atau kaca yang berhubungan dengan dinding harus dibersihkan
dengan bahan pembersih yang tidak mengandung minyak.
b. Desain Pertemuan.
Desain pertemuan pada lokasi bahan penutup celah akan ditempatkan tidak
lebih lebar dari 12,7 mm dan tidak lebih sempit dari 4 mm, dengan kedalaman
tidak lebih besar dari 6,4 mm dan tidak lebih kecil dari 4 mm.
c. Cara Pengaplikasian.
1) Batang penyangga dari bahan polyethylene closed cell foam dipasang pada
dasar celah / tempat yang akan diberi bahan penutup atari pengisi celah untuk
mendapatkan kedalaman celah yang tepat.
2) Daerah di sekitar tempat yang akan diberi bahan penutup celah hams
dilindungi dengan lembaran pelindung. Lembaran pelindung ini tidak boleh
menyentuh bagian permukaan yang akan diberi bahan penutup celah.
Lembaran pelindung hams segera dibuka setelah bahan penutup celah selesai
diaplikasikan.
3) Pelapis dasar hams diaplikasikan terlebih dahulu pada permukaan yang
berpori, agar bahan penutup dan pengisi celah dapat melekat dengan baik.
4) Bahan penutup celah hams diaplikasikan secara menerus (tidak terputus -
putus)
5) Lembaran pelindung hams segera dibuka setelah bahan penutup celah selesai
diaplikasikan.
6) Bahan penutup celah yang barn saja terpasang tidak boleh diganggu paling
sedikit selama 48 (empat puluh delapan) jam.
d. Lapisan Pelindung.
Penumpu talang datar yang dibuat dari bahan baja hams diberi lapisan cat dasar
anti karat dan cat akhir dalam warna sesuai ketentuan Skema Warna.
Bahan cat dan cara pengecatan hams memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis.
e. Lapisan Kedap Air.
Talang datar dari beton hams diberi lapisan kedap air. Cara pemasangannya
lapisan kedap air hams sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja dan petunjuk
pemasangan dari pabrik pembuat lapisan kedap air. Bahan lapisan kedap aii
hams sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.

PASAL 10
PEKERJAAN KONSTRUKSI ATAP BAJA RINGAN
10.1L1NGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke site, fabrikasi dan ereksi termasuk
penggunaan penopang sementara dan seluruh pekerjaan pemasangan baja ringan
seperti tercantum dalam gambar kerja, yang diantaranya adalah:
a. Pekerjaan rangka atap (roof truss)
1) Pekerjaan reng (roof butten)
2) Pekerjaan jurai dalam (valley gutter)
b. Lingkup pekerjaan tidak meliputi:
1) Pemasangan penutup atap
2) Pemasangan kap finishing atap
3) Talang, selain talang jurai dalam
10.2PERSYARATAN BAHAN
Material struktur rangka atap
a. Properti mekanis baja (Steel Mechanical Properties):
1) Baja mutu tinggi G550
2) Tegangan leleh minimum (Minimum Yield Strength) 550MPa
3) Modulus elastisitas 21 x 105 MPa
4) Modulus geser 8 x 104 MPa
b. Lapisan pelindung terhadap korosi (Protective Coating)
Lapisan pelindung seng dan aluminium tangguh ex PT. BlueScope Steel
Indonesia dengan komposisi sebagai berikut:
1) 55% Aluminium (Al)
2) 43,5% Seng (Zinc)
3) 1,5 % Silicon (Si)
Ketebalan Pelapisan: 100 gr/m2 AZ 100
c. Profil Material:
1) RangkaAtap
Profil yang digunakan untuk rangka atap adalah profil lip-chanel C75.75
(tinggi profil 75 mm dan ketebalan dasar baja 0,75 mm), panjang material
perbatang adalah 11m dan 6m
2) Reng
Profil yang digunakan untuk reng adalah profil top hat (U terbalik) dan juga
dipergunakan untuk ikatan angin dan ceiling batten PRT 045 (ketebalan dasar
baja 0,45 mm), panjang material perbatang adalah 6m
2). Talang
Talangyang dimaksud disini adalah talangjurai dalam dengan ketebalan 0,45
mm dan telah dibentuk menjadi talang lembah (valley gutter).
3). Screw
Screw yang digunakan menggunakan self drilling screw dengan spesifikasi
sebagai berikut:
a) Kelas ketahanan Korosi Minimum : Class 2 (Minimum Corrosion Rating)
b) Ukuran baut untuk elemen struktur rangka atap adalah 12-14x20 (screw
kuda-kuda) dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Diameter kepala : 12 mm
2. Jumlah ulir per inchi (treads per inch/TPI) : 14
3. Panjang : 20 mm
4. Material : AISI 1022 Heat trated carbon steel
5. Kuat geser rata-rata (Shear, Average): 8.8 kN
6. Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 15.3 kN
7. Kuat torsi minimum (Torque, min) : 13.2kNm
c) Ukuran baut untuk elemen strktur lainnya adalah 10-16x16 (screw reng)
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Diameter kepala : 10 mm
2. Jumlah ulir per inchi (treads per inch/TPI) : 16
3. Panjang : 16 mm
4. Material : AISI 1022 Heat trated carbon steel
5. Kuat geser rata-rata (Shear, Average) : 6.8 kN
6. Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 11.9kN
7. Kuat torsi minimum (Torque, min) : 8.4 kN

PASAL 11
PEKERJAAN PENGECATAN
11.1 KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan yang berhubungan dengan pengecatan
memakai bahan-bahan emulsi, enamel, politur/teak oil, cat dasar, pendempulan,
baik yang dilaksanakan sebagai pekerjaan permulaan, ditengah-tengah dan akhir.
Yang dicat adalah semua permukaan baja/besi, kayu, plesteran tembok dan beton,
dan permukaan-permukaan lain yang disebut dalam gambar dan RKS.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga dan semua peralatan yang
diperlukan untuk pekerjaan ini.
11.2 LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini mencakup pengangkutan dan pengadaan semua peralatan,
tenaga kerja dan bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan pengecatan
selengkapnya, sesuai dengan Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
Kecuali ditentukan lain, semua permukaan eksterior dan interior hams dicat dengan
standar pengecatan minimal 1 (satu) kali cat dasar dan 2 (dua) kali cat akhir.
11.3 STANDAR / RUJUKAN
a. Steel Structures Painting Council (SSPC).
b. Swedish Standard Institution (SIS).
c. British Standard (BS).
d. Petunjuk pelaksanaan dari pabrik pembuat.
e. Standar Nasional Indonesia (SNI)
11.4 PROSEDURUMUM
a. Data Teknis dan Kartu Wama.
Kontraktor hams menyerahkan data teknis/brosur dan kartu wama dan cat yang
akan digunakan, untuk disetujui terlebih dahulu oleh Konsultan Pengawas.
secara
Semua wama ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan akan diterbitkan
terpisah dalam suatu Skema Warna.
b. Contoh dan Pengujian.
Cat yang telah disetujui untuk digunakan hams disimpan di lokasi proyek
dalam kemasan tertutup, bertanda merek dagang dan mencanbtumkan identitas
cat yang ada didalamnya, serta hams disetrahkan tidak kurang 2 (dua) bulan
sebelum pekerjaan pengecatan, sehingga cukup dim untuk memungkinkan
waktu pengujian selama 30 (tiga puluh) had.
Pada saat bahan cat tiba di lokasi, Kontraktor dan Pengawas Lapangan
mengambil
1 liter contoh dari setiap takaran yang ada dan diambil secar acak dari
kaleng/kemasan yang masih tertutup. Isi dari kaleng/kemasan contoh hams
diaduk dengan sempurna untuk memperoleh contoh yang benar-benar dapat
mewakili.
Untuk pengujian, Kontraktor hams membuat contoh warna dari cat-cat tersebut
di atas 2 (dua) potongan kayu lapis atau panel semen berserat berukuran
300mm x 300mm untuk masing-masing warna. 1 (satu) contoh disimpan
Kontraktor dan 1 (satu) contoh lagi disimpan Pengawas Lapangan guna
memberikan kemungkinan untuk pengujian di masa mendatang bila bahan
tersebut temyata tidak memenuhi syarat setelah dikerjakan.
Biaya pengadaan contoh bahan dan pembuatan contoh warna menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
11.5 BAHAN-BAHAN
a. Umum.
Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup patri/segel, dan masih
jelas menunjukkan nama/merek dagang, nomor formula atau Spesifikasi cat,
nomor takaran pabrik, warna, tanggal pembuatan pabrikpetunjuk dari pabiik
dan nama pabrik pembuat, yang semuanya harus masih absah pada saat
pemakaiannya. Semua bahan hams sesuai dengan Spesifikasi yang disyaratkan
pada daftar cat.
Cat dasar yang dipakai dalam pekerjaan ini hams berasal dari satu pabrik/merek
dagang dengan cat akhir yang akan digunakan.
Cat digunakan untuk permukaan dinding sesuai gambar rencana dan skedule
finishing dengan ketebalan 600 mikron untuk dinding dan 1000 mikron untuk
lantai.
b. Cat Dasar.
Cat dasar yang digunakan hams sesuai dengan daftar berikut atau setara .
1) Water-based sealer untuk permukaan pelesteran, beton, papan kalsiboaid dan
panel kalsium silikat.
2) Masonry sealer untuk permukaan pelesteran yang akan menerima cat akhir
berbahan dasar minyak.
3) Wood primer sealer untuk permukaan kayu yang akan menerima cat akhir
berbahan dasar minyak.
4) Solvent-based anti-corrosive zinc chomate untuk permukaan besi/baja.
c. Cat Akhir.
Cat akhir yang digunakan hams sesuai dengan daftar berikut, atau yang setaia.
1) Emulsion untuk permukaan interior pelesteran, beton, papan kalsiboard dan
panel kalsium silikat.
2) Weathershield/Emulsion khusus untuk permukaan eksterior pelesteran, beton,
papan kalsiboard dan panel kalsium silikat.
3) High quality solvet-based high quality gloss finish untuk permukaan interior
pelesteran dengan cat dasar masonry sealer, kayu dan besi/baja.
11.6 PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal
Permukaan Umum.
1) Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan lainnya, permukaan
polesan mesin, pelat, instalasi lampu dan benda-benda sejenisnya yang
berhubungan langsung dengan permukaan yang akan dicat, hams dilepas,
ditutupi atau dilindungi, sebelum persiapan permukaan dan pengecatan
dimulai.
2) Pekerjaan hams dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidang
tersebut.
3) Permukaan yang akan dicat hams bersih sebelum dilakukan persiapan
permukaan atau pelaksanaan pengecatan. Minyak dan lemak hams
dihilangkan dengan memakai kain bersih dan zat pelarut/pembeisih yang
berkadar racun rendah dan mempunyai titik nyaladiatas 38°C.
4) Pekerjaan pembersihan dan pengecatan hams diatur sedemikian rupa
sehingga debu dan pecemar lain yang berasal dari proses pembeisihan
tersebut tidak jauh diatas permukaan cat yang bam dan basah.
Permukaan Pelesteran dan Beton.
Permukaan pelesteran umumnya hanya boleh dicat sesudah sedikitnya selang
waktu 4 (empat) minggu untuk mengering di udara terbuka. Semua pekerjaan
pelesteran atau semen yang cacat harus dipotong dengan tepi-tepinya dan
ditambal dengan pelesteran bam hingga tepi-tepinya bersambung menjadi lata
dengan pelesteran sekelilingnya.
Permukaan pelesteran yang akan dicat hams dipersiapkan dengan
menghilangkan bunga garam kering, bubuk besi, kapur, debu, lumpur, lemak,
minyak, aspal, adukan yang berlebihan dan tetesan-tetesan adukan.
Sesaat sebelum pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan pelesteran dibasahi
secara menyeluruh dan seragam dengan tidak meninggalkan genangan air. Hal
ini dapat dicapai dengan menyemprotkan air dalam bentuk kabut dengan
memberikan selang waktu dari saat penyemprotan hingga air dapat diserap.
Permukaan Kalsiboard.
Permukaan kalsiboard hams kering, bebas dari debu, oli atau gemuk dan
permukaan yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan dimulai.
Kemudian permukaan kalsiboard tersebut hams dilapisi dengan cat dasar
khusus untuk kalsiboard, untuk menutup permukaan yang berpori, seperti
ditentukan dalam Spesifikasi Teknis.
Setelah cat dasar ini mengering dilanjutkan dengan pengecatan sesuai
ketentuan Spesifikasi ini.
b. Selang Waktu Antara Persiapan Permukaan dan Pengecatan.
Permukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan/atau disiapkan untuk dicat
hams mendapatkan lapisan pertama atau cat dasar seperti yang disayaratkan,
secepat mungkin setelah persiapan-persiapan di atas selesai. Hams diperhatikan
bahwa hal ini hams dilakukan sebelum terjadi kerusakan pada permukaan yang
sudah disiapkan di atas.
c. Pelaksanaan Pengecatan.
Umum.
1) Permukaan yang sudah dirapikan hams bebas dari aliran punggung cat,
tetesan cat, penonjolan, pelombang, bekas olesan kuas, perbedaan warna dan
tekstur.
2) Usaha untuk menutupi semua kekurangan tersebut hams sudah sempurna
dan semua lapisan hams diusahakan membentuk lapisan dengan ketebalan
yang sama.
3) Perhatian khusus hams diberikan pada keseluruhan permukaan, termasuk
bagian tepi, sudut dan ceruk/lekukan, agar bisa memperoleh ketebalan lapisan
yang sama dengan permukaan-permukaan di sekitarnya.
4) Permukaan besi/baja atau kayu yang terletak bersebelahan dengan
permukaan yang akan menerima cat dengan bahan dasar air, hams telah
diberi lapisan cat dasar terlebih dahulu.
Proses Pengecatan.
1) Hams diberi selang waktu yang cukup di antara pengecatan berikutnya untuk
memberikan kesempatan pengeringan yang sempurna, disesuaikan dengan
kedaan cuaca dan ketentuan dari pabrik pembuat cat dimaksud.
Pengecatan hams dilakukan dengan ketebalan minimal (dalam keadaan cat
kering), sesuai ketentuan berikut.
- Permukaan Interior Pelesteran, Beton, Kalsiboard.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer.
Cat Akliir : 2 (dua) \a\)\sa.nemulsion.
- Permukaan Eksterior Pelesteran, Beton, Panel Kalsium Silikat.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion khusus eksterior.
- Permukaan Interior dan Eksterior Pelesteran dengan Cat Akhir Berbahan
Dasar Minyak.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis masonry sealer.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high quality
gloss finish.
Permukaan Besi/Baja.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis solvent-based anti-corrosive zinc chromate
primer.
Undercoat : 1 (satu) lapis undercoat.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high quality
gloss finish.
2) Ketebalan setiap lapisan cat (dalam keadaan kering) barns sesuai dengan
ketentuan dan/atau standar pabrik pembuat cat yang telah disetujui untuk
digunakan.
Penyimpanan, Pencampuran dan Pengenceran.
1) Pada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan tanda-tanda mengeras,
membentuk selaput yang berlebihan dan tanda-tanda kerusakan lainnya.
2) Cat barns diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga agar seragam
konsistensinya selama pengecatan.
3) Bila disyaratkan oleh kedaan permukaan, suhu, cuaca dan metoda
pengecatan, maka cat boleh diencerkan sesaat sebelum dilakukan pengecatan
dengan mentaati petunjuk yang diberikan pembuat cat dan tidak melebihi
jumlah 0,5 liter zat pengencer yang baik untuk 4 liter cat.
4) Pemakaian zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung jawab kontraktor
untuk memperoleh daya tahan cat yang tinggi (mampu menutup warna lapis
di bawahnya).
Metode Pengecatan.
1) Cat dasar untuk permuakaan beton, pelesteran, panel kalsium silikat
diberikan dengan kuas dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol.
2) Cat dasar untuk permukaan papan kalsiboard deberikan dengan kuas dan dan
lapisan berikutnya boleh dengan kuas ataurol.
3) Cat dasar untuk permukaan kayu hams diaplikasikan dengan kuas dan
lapisan berikutnya boleh dengan kuas, rol atausemprotan.
4) Cat dasar untuk permukaan besi/baja diberikan dengan kuas atau
disemprotkan dan lapisan berikutnya boleh menggunakan semprotan.
Pemasangan Kembali Barang-barang yang dilepas.
Sesudah selesainya pekerjaan pengecatan, maka barang-barang yang dilepas
hams dipasang kembali oleh pekerja yang ahli dalam bidangnya.

PASAL 12
PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR DAN ASESORISNYA
12.1 KETERANGAN
Bagian ini mencakup semua pekerjaan sanitair dan asesoris yang berhubungan
seperti ditunjukkan dalam gambar, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan alat
yang diperlukan.
12.2 PEKERJAAN SANITAIR
12.2.1 LINGKUP PEKERJAAN
Bagian ini mencakup semua pekerjaan sanitair dan yang berhubungan
seperti ditunjukkan dalam gambar, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan
alat yang diperlukan
12.2.2 BAHAN-BAHAN
Water Closet, Keran, Floor Drain, dan lain-lain
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut:
a. Water Closet Jongkok
b. Bahan porselen, produk dalam negeri dengan kualitas baik, sesuai
dengan SNI SN1 03-0797-2006 lengkap dengan stop kran dan peralatan
lain (warna standard).
c. Keran air
d. Floor Drain
Barang-barang yang akan dipasang hams benar-benar mulus dan tidak
cacat sedikitpun dan sesuai dengan SNI. Kontraktor harus mengajukan
contoh-contoh untuk disetujui oleh Pengawas bersama dengan Konsultan
Pengawas dan Konsultan Perencana.
12.2.3 PELAKSANAAN PEKERJAAN
a Pemasangan semua peralatan/perlengkapan sanitair harus dilakukan
oleh ahli pemasangan barang sanitair yang berpengalaman. Pengerjaan
harus dilakukan dengan hati-hati dan sangat rapi.
b. Semua sambungan harus kedap air dan udara. Bahan penutup
sambungan tidak diijinkan.
c. Cat, vernis, dempul dan lainnya tidak diijinkan dipasang pada
bidang-bidang pertemuan sambungan sampai semua sambungan
dipasang kuat dan diuji.
d. Semua saluran ekspos ke perlengkapan sanitasi harus diselesaikan
sedemikian rupa sehingga tampak bersih dan rapih dan sesuai ketentuan
GambarKerjadan petunjuk pemasangan dari pabrik pembuat.
e. Pemipaan dari perlengkapan sanitasi ke pipa distribusi utama harus
dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
f. Bak cuci tangan tipe dinding harus dipasang sedemikian rupa sehingga
puncak bagian luar alat-alat tersebut berada 800mm di atas lantai,
kecuali bila ditunjukkan lain dalam Gambar Kerja.
g. Bak cuci tangan tipe pemasangan di meja harus dipasang pada
ketinggian sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
h. Bak cuci dari bahan stainless steel harus dipasang sedemikian rupa
pada meja/kabinter seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
i. Sistem penumpu dan penopang harus sesuai dengan rekomendasi dari
pabrik pembuat perlengkaan sanitasi atau sesuai persetujuan
Pengawasan Lapangan.

Serang, 10 Oktober2022

Kepala Bidang Kawasan Permukiman


Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Provinsi Banten
Selaku Pejabat Pembuat Komitmen

TB. ASEP SETIAWAN, ST


NIP. 19670131 200112 1 001

Anda mungkin juga menyukai