Anda di halaman 1dari 123

SPESIFIKASI TEKNIS

A. PENJELASAN UMUM

I. URAIAN UMUM PEKERJAAN


a. Pekerjaan ini adalah PENYUSUNAN DED PENATAAN KAWASAN JEMBATAN
KAPUAS TAYAN
b. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang,
buruh dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
c. Pekerjaan harus dilaksanakan dan diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS,
Gambar-gambar Rencana, Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta Agenda
yang disampaikan selama pelaksanaan.

BATASAN/PERATURAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus tunduk kepada :

a. Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
b. Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
c. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung
d. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan
Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan
e. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan
f. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan
g. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman
dan Prasarana Wilayah No. 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk Teknis Rencana
Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung.
h. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56)
i. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971)

Hal - 1
j. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982)
k. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
l. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
m. SKSNI T-15-1991-03
n. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI)
o. Algemenee Voorwarden (AV)

DOKUMEN KONTRAK
a. Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh Kontraktor terdiri atas :
 Surat Perjanjian Pekerjaan
 Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran
 Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan
 Rencana Kerja dan Syarat-syarat
 Addenda yang disampaikan oleh Konsultan Pengawas selama masa pelaksanaan
b. Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-gambar, RKS dan dokumen kontrak lainnya
yang berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ketidak-sesuaian antara RKS dan
gambar-gambar pelaksanaan, atau antara gambar satu dengan lainnya, Kontraktor
wajib untuk memberitahukan/melaporkannya kepada Konsultan Pengawas .

Persyaratan teknik pada gambar dan RKS yang harus diikuti adalah :

1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail,


maka gambar detail yang diikuti.
2. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka
yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas
akan menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus
mendapatkan keputusan Konsultan Pengawas lebih dahulu.
3. Bila tedapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti kecuali
bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan
kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan
Pengawas.
4. RKS, gambar dan BOQ saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan
lengkap sedang RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga
sebaliknya.

Hal - 2
5. Yang dimaksud dengan RKS dan gambar di atas adalah RKS dan gambar setelah
mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam berita acara penjelasan
pekerjaan.

c. Bila kekurangan ketelitian Kontraktor Pelaksana dalam melakukan pelaksanan


pekerjaan, terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan,
maka Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi
yang sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah
memperoleh keputusan Konsultan Pengawas tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak
lain.

II. LINGKUP PEKERJAAN

2.1 KETERANGAN UMUM


Pembangunan Penyusunan DED Penataan Kawasan Jembatan Kapuas Tayan tersebut
secara umum meliputi pekerjaan standar maupun non standar yang terdiri dari:

a. Pekerjaan Persiapan, meliputi :


 Penyediaan air dan daya kerja
 Pembersihan lokasi kerja
 Direksi Keet
 Pagar Proyek
 Dll.
b. Pekerjaan Sipil dan Struktur, meliputi :
 Pekerjaan Pondasi
 Pekerjaan Struktur Rangka Atap
 Pekerjaan Beton Kolom, Balok, Plat Lantai dan Plat Atap
 Pekerjaan Water Profing
 Dll.
c. Pekerjaan Arsitektur, meliputi :
 Pekerjaan dinding
 Pekerjaan pelapis lantai dan dinding
 Pekerjaan plafond

Hal - 3
 Pekerjaan pengecatan
 Pekerjaan kusen, pintu dan jendela
 Pekerjaan kaca
 Pekerjaan alat penggantung dan pengunci
 Pekerjaan sanitair
 Pekerjaan perabot tetap
 Pekerjaan railling
 dll
d. Pekerjaan Mekanikal, meliputi :
 Pekerjaan instalasi air bersih
 Pekerjaan instalasi air hujan
 Pekerjaan instalasi air kotor
 Pekerjaan instalasi air limbah
 Pekerjaan instalasi hydrant
 Pekerjaan instalasi gas medis
 Pekerjaan instalasi air panas
 dll
e. Pekerjaan Elektrikal, meliputi :
 Pekerjaan instalasi penerangan dan daya
 Pekerjaan instalasi tata suara, telepon, CCTV, jaringan komputer
 Pekerjaan penangkal petir
 dll
f. Pekerjaan lain-lain
Pekerjaan yang jelas terkait langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa
dipisahkan dengan pekerjaan utama sesuai dengan gambar dan RKS

2.2 SARANA DAN CARA KERJA


a. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan meninjau tempat
pekerjaan, melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh
lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari proyek.
b. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang cakap dan
memadai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak akan mempekerjakan
orang-orang yang tidak tepat atau tidak terampil untuk jenis-jenis pekerjaan yang

Hal - 4
ditugaskan kepadanya. Kontraktor harus selalu menjaga disiplin dan aturan yang baik
diantara pekerja/karyawannya.
c. Kontraktor harus menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan seperti beton molen,
pompa air, timbris, waterpas, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan
untuk pekerjaan ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam kondisi baik.
d. Kontraktor wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh dan
menggunakan kemampuan terbaiknya. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas
seluruh cara pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta pengaturan
semua bagian pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.
e. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan.
f. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perencana sebelum elemen konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.
g. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, Kontraktor Pelaksana sudah harus
menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
 Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya.
 Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar
perubahan.
h. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat g harus diartikan telah memperoleh
persetujuan Konsultan Pengawas setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
i. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan
merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan kesatu,
kekurangan dalam hal ini berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat
dilakukan.
j. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor, bila :
 Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.
 Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar
pekerjaan pokoknya yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi
(misalnya jalan, halaman, dan lain sebagaunya).
k. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa
pelaksanaan termasuk bowkeet dan direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa
kontrak berakhir, kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.

Hal - 5
2.3 PEMBUATAN RENCANA JADWAL PELAKSANAAN
a. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadwal pelaksanaan
dalam bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan
berdasarkan butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran.
b. Pembuatan rencana jadwal pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor
Pelaksana selambat-lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan
pekerjaan. Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas.
c. Bila selama 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana
belum menyelesaikan pembuatan jadwal pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana
harus dapat menyajikan jadwal pelaksanaan sementara minimal untuk 2 minggu
pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
d. Selama waktu sebelum rencana jadwal pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana
harus melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan
mingguan yang harus dibuat pada saat dimulai pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan 2
mingguan ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

2.4 KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN


a. Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah dan kualitas
yang sesuai dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Sepanjang tidak ada
ketentuan lain dalam RKS ini dan Berita Acara Rapat Penjelasan, maka bahan-bahan
yang dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat
yang tercantum dalam AV-41 dan PUBI-1982 serta ketentuan lainnya yang berlaku di
Indonesia.
b. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Pemborong harus mengajukan
contoh bahan yang akan digunakan kepada Konsultan Pengawas yang akan diajukan
User dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan. Bahan-bahan yang
tidak memenuhi ketentuan seperti disyaratkan atau yang dinyatakan ditolak oleh
Konsultan Pengawas tidak boleh digunakan dan harus segera dikeluarkan dari
halaman pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Konsultan Pengawas ternyata masih
dipergunakan oleh Kontraktor, maka Konsultan Pengawas memerintahkan untuk
membongkar kembali bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Semua

Hal - 6
kerugian akibat pembongkaran tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai, Konsultan Pengawas
berhak meminta kepada Kontraktor untuk memeriksakan bahan itu ke Laboratorium
Balai Penelitian Bahan yang resmi dengan biaya Kontraktor. Sebelum ada kepastian
hasil pemeriksaan dari Laboratorium, Kontraktor tidak diizinkan untuk melanjutkan
bagian-bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut.
e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan
dari kerusakan.
f. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini,
sedangkan bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan diisyaratkan
langsung di dalam pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen
konstruksi di belakang.

 Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan
penyiraman guna pemeliharaan harus air tawar, tidak mengandung minyak,
garam, asam dan zat organik lainnya yang telah dikatakan memenuhi syarat,
sebagai air untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium tidak lagi
diperlukan rekomendasi laboratorium.

 Semen Portland (PC)


Semen Portland yang digunakan adalah jenis satu harus satu merek untuk
penggunaan dalam pelaksanaan satu satuan komponen bengunan, belum mengeras
sebagai atau keseluruhannya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara dan
didalam tempat yang memenuhi syarat sebagai air untuk menjamin kebutuhan
kondisi sesuai persyaratan di atas.

 Pasir (Ps)
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran,
lumpur, asam, garam, dan bahan organik lainnya, yang terdiri atas.

1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut
pasir urug.

Hal - 7
2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar
adalah terletak antara 0,075 sampai 1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut
pasi pasang
3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat
rekomendasi dari laboratorium.
 Batu Pecah (Split)
Split untuk beton harus menggunakan split dari batu kali hitam pecah, bersih dan
bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat
yang tercantum dalam PBI 1971.

III. SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN

SITUASI/LOKASI

a. Lokasi proyek adalah Penataan Kawasan Jembatan Kapuas Tayan. Halaman proyek
akan diserahkan kepada Kontraktor sebagaimana keadaannya waktu Rapat
Penjelasan. Kontraktor hendaknya mengadakan penelitian dengan seksama mengenai
keadaan tanah halaman proyek tersebut.
b. Kekurang-telitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan lapangan, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengajukan klaim/tuntutan.

AIR DAN DAYA

a. Kontraktor harus menyediakan air atas tanggungan/biaya sendiri yang dibutuhkan


untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu :
 Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang memenuhi persyaratan
sesuai jenis pekerjaan, cukup bersih, bebas dari segala macam kotoran dan zat-zat
seperti minyak, asam, garam, dan sebagainya yang dapat merusak atau
mengurangi kekuatan konstruksi.
 Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan
kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut
harus cukup terjamin.

Hal - 8
b. Kontraktor harus menyediakan daya listrik atas tanggungan/biaya sendiri sementara
yang dibutuhkan untuk peralatan dan penerangan serta keperluan lainnya dalam
melaksanakan pekerjaan ini. Pemasangan sistem listrik sementara ini harus memenuhi
persyaratan yang berlaku. Kontraktor harus mengatur dan menjaga agar jaringan dan
peralatan listrik tidak membahayakan para pekerja di lapangan. Kontraktor harus pula
menyediakan penangkal petir sementara untuk keselamatan.

SALURAN PEMBUANGAN

Kontraktor harus membuat saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar daerah
bangunan selalu dalam keadaan kering/tidak basah tergenang air hujan atau air buangan.
Saluran dihubungkan ke parit/selokan yang terdekat atau menurut petunjuk Pengawas.

KANTOR KONTRAKTOR, LOS DAN HALAMAN KERJA, GUDANG DAN FASILITAS


LAIN

Kontraktor harus membangun kantor dan perlengkapannya, los kerja, gudang dan halaman
kerja (work yard) di dalam halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan sesuai Kontrak. Kontraktor harus juga menyediakan untuk pekerja/buruhnya
fasilitas sementara (tempat mandi dan peturasan) yang memadai untuk mandi dan buang
air.

Kontraktor harus membuat tata letak/denah halaman proyek dan rencana konstruksi
fasilitas-fasilitas tersebut. Kontraktor harus menjamin agar seluruh fasilitas itu tetap bersih
dan terhindar dari kerusakan.

Dengan seijin Kuasa Pengguna Anggaran, Kontraktor dapat menggunakan kembali kantor,
los kerja, gudang dan halaman kerja yang sudah ada.

KANTOR PENGAWAS (DIREKSI KEET)

Kontraktor harus menyediakan untuk Direksi di tempat pekerjaan ruang kantor sementara
beserta seperangkat furniture termasuk kursi-kursi, meja dan lemari. Kualitas dan peralatan
yang harus disediakan adalah sebagai berikut :

a. Ruang : ukuran 30 m2

Hal - 9
b. Konstruksi : rangka kayu ex borneo, lantai plesteran, dinding double plywood

tidak usah dicat, atap asbes gelombang

c. Fasilitas : air dan penerangan listrik

d. Furnitur : 5 meja kerja 1/2 biro dan 5 kursi

1 meja rapat bahan plywood 18 mm ukuran 120 x 240 cm,

dan 10 kursi

2 unit komputer dan printer

1 whiteboard ukuran 120 x 80 cm

1 rak arsip gambar plywood 12 mm ukr. 120 x 240 x 30 cm

Kontraktor harus selalu membersihkan dan menjaga keamanan kantor tersebut beserta
peralatannya.

Dengan seijin Kuasa Pengguna Anggaran / Pejabat Pembuat Komitmen, Kontraktor dapat
menggunakan Direksi Keet yang sudah ada dengan diadakan penyempurnaan dan
perlengkapan peralatan jika dianggap perlu.

PAGAR SEMENTARA

Kontraktor harus membuat pagar sementara yang sifatnya melindungi dan menutupi lokasi
yang akan dibangun dengan persyaratan kualitas sebagai berikut :

a. Bahan dari BWG 32 dengan rangka kayu dicat sementara.


b. Tinggi pagar minimum 2 m.
c. Ruang gerak selama pelaksanaan dalam lokasi berpagar harus cukup leluasa untuk
lancarnya pekerjaan.
d. Pada tahap selanjutnya Kontraktor harus menyediakan/memasang pengaman
secukupnya disekeliling konstruksi bangunan untuk mencegah jatuhnya bahan-bahan
bangunan dari atas yang membahayakan baik pekerja maupun aktivitas lain disekitar
bangunan.
Kontraktor bisa menggunakan kembali pagar yang sudah ada dengan melakukan
perbaikan-perbaikan terlebih dahulu bila diperlukan.

PAPAN NAMA PROYEK

Hal - 10
Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama proyek di bagian depan halaman
proyek sehingga mudah dilihat umum. Ukuran dan redaksi papan nama tersebut 90 x 150
cm dipotong dengan tiang setinggi 250 cm atau sesuai dengan petunjuk Pemerintah
Daerah setempat. Kontraktor tidak diijinkan menempatkan atau memasang reklame dalam
bentuk apapun di halaman dan di sekitar proyek tanpa ijin dari Pemberi Tugas.

PEMBERSIHAN HALAMAN

a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan seperti
adanya pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus dibongkar
dan dibersihkan serta dipindahkan dari tanah bangunan kecuali barang-barang yang
ditentukan harus dilindungi agar tetap utuh.
b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk
menghindarkan bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas
bongkaran tidak diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut
keluar dari halaman proyek.

PERMUKAAN ATAS LANTAI (PEIL)

a. Peil  0,00 Bangunan diambil dari peil patok ukur yang telah tersedia di lokasi.
b. Semua ukuran ketinggian galian, pondasi, sloof, kusen, dak beton, dan lain-lain harus
mengambil patokan dari peil  0,00 tersebut.

PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK)

a. Bouwplank dibuat dari kayu terentang (kayu hutan kelas IV) ukuran minimum 3/20
cm yang utuh dan kering. Bouwplank dipasang dengan tiang-tiang dari kayu sejenis
ukuran 5/7 cm dan dipasang pada setiap jarak satu meter. Papan harus lurus dan
diketam halus pada bagian atasnya.
b. Bouwplank harus benar-benar datar (waterpass) dan tegak lurus. Pengukuran harus
memakai alat ukur yang disetujui Konsultan Pengawas .
c. Bouwplank harus menunjukkan ketinggian  0.00 dan as kolom/dinding. Letak dan
ketinggian permukaan bouwplank harus dijaga dan dipelihara agar tidak berubah
selama pekerjaan berlangsung.

Hal - 11
B. PEKERJAAN STRUKTUR/SIPIL

I. URAIAN PEKERJAAN DAN SITUASI

1.1.Lingkup pekerjaan ini meliputi :


 Pekerjaan pembersihan dan pembongkaran
 Pekerjaan tanah
 Pekerjaan pondasi
 Pekerjaan beton
 Pekerjaan bekisting (cetakan beton)
 Dan pekerjaan lainnya yang jelas-jelas terkait dengan pekerjaan struktur

1.2. Untuk pelaksanaan Kontraktoran hendaknya menyediakan :


 Tenaga pelaksana yang terampil dalam bidang pekerjaannya.
 Tenaga-tenaga pekerja harus tenaga-tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan jenis
pekerjaan.
 Alat-alat pengukur seperti water pass dan alat-alat bantu lain yang dipergunakan untuk
ketelitian, ketetapan dan kerapihan pekerjaan.

1.3. Pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam uraian pekerjaan
dan syarat-syarat gambar bestek dan detail gambar konstruksi serta keputusan Pengawas
Lapangan.

1.4. Situasi
 Pembangunan akan dilaksanakan di dalam lokasi Penataan Kawasan Jembatan Kapuas
Tayan.
 Halaman pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana keadaan pada
waktu rapat penjelasan untuk ini hendaknya para Kontraktor mengadakan penelitian yang
seksama terutama mengenai tanah bangunan yang ada, sifat, luas pekerjaan dan lain-
lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran.
 Dalam rapat penjelasan akan ditunjuk tempat dimana pembangunan akan dilaksanakan
tertera pada gambar.

Hal - 12
1.5. Ukuran Tinggi Dan Ukuran Pokok
Mengukur letak bangunan :

 Kontraktor harus menyediakan pekerja yang ahli dalam cara-cara pengukuran alat penyipat
datar, slang plastik, alat penyiku, prisma silang, segitiga siku-siku dan alat-alat penyipat
tegak lurus dan peralatan lain yang diperlukan guna ketetapan pengukuran.

II. PEKERJAAN PEMBERSIHAN DAN PEMBONGKARAN

Semua benda dan permukaan seperti pohon akar dan tonjolan serta rintangan-rintangan bangunan
beserta pondasinya dan lain-lain yang berada di dalam batas daerah pembangunan yang tercantum
dalam gambar harus dibersihkan dan dibongkar kecuali untuk hal-hal di bawah ini :

1. Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda yang tidak mudah
rusak yang letaknya minimum ± 1 meter di bawah dasar pondasi.
2. Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali lubang-lubang bekas pepohonan dan lubang-
lubang lain harus diurug kembali dengan bahan-bahan yang baik dan dipadatkan.
3. Kontraktor bertanggung jawab untuk membuang sendiri tanaman-tanaman dan puing-puing
ketempat yang ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
4. Kontraktor bertanggung jawab untuk melakukan evakuasi / pemindahan instalasi / saluran
eksisting yang berada di dalam lokasi tapak proyek sehingga instalasi / saluran tersebut
kembali bisa berfungsi seperti sebelumnya.
5. Semua berangkal dan kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi existing galian dan lain-
lain harus segera dikeluarkan dari tapak dan dibuang ke tempat yang ditentukan oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi. Semua peralatan yang diperlukan pada paket pekerjaan ini
harus tersedia di lapangan dalam keadaan siap pakai.
6. Kontraktor harus tetap menjaga kebersihan diarea pekerjaan dan disekitarnya yang
diakibatkan oleh semua kegiatan pekerjaan ini serta menjaga keutuhan terhadap
material/barang-barang yang sudah terpasang (existing)

III. PEKERJAAN TANAH

3.1. LINGKUP PEKERJAAN


Yang termasuk pekerjaan galian tanah adalah semua pekerjaan yang berhubungan dengan
pekerjaan tanah meliputi :

Hal - 13
 Penggalian, perataan, pengurugan kembali jika diperlukan.
 Pemadatan Tanah

3.2. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


a. Penggalian
 Tenaga Ahli Lapangan
Pemborong harus mengajukan daftar nama tenaga ahli yang akan ditempatkan di
lapangan. Tenaga ahli tersebut harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan
oleh Pengawas dan tenaga ahli tersebut harus kontinyu berada di lapangan untuk
pengawasan.

 Penggalian
Pemborong harus melakukan pengukuran untuk menetapkan lokasi dan elevasi
galian sesuai dengan gambar kerja, hasil pengukuran harus disetujui oleh Pengawas
sebelum melanjutkan pekerjaan berikutnya.

 Pergeseran as kolom yang direncanakan maksimum 5 cm ke segala arah. Dasar


pondasi harus horisontal. Deviasi maksimum 5 cm.
 Penggalian harus dikerjakan secara terus menerus sampai mencapai elevasi yang
dipersyaratkan dan harus mendapatkan persetujuan tertulis yang ditandatangani
oleh Pengawas.
 Material lepas dan lumpur harus dibersihkan dari dalam lubang pondasi. Lubang
harus bersih setiap saat.
 Pemadatan galian harus dilakukan sesuai dengan elevasi yang ditentukan pada
gambar perencanaan.
 Sebelum dilanjutkan pada pekerjaan lantai kerja, Kontraktor harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas bahwa galian dan pemadatan sudah sesuai.

b. Penyelesaian
 Pemborong harus membersihkan kembali daerah yang telah selesai dikerjakan
terhadap segala kotoran, sampah bekas adukan, bobokan, tulangan dan lain-lain.
 Kelebihan tanah bekas galian pondasi dan bobokan maupun material yang tidak
diperlukan lagi harus dibawa keluar proyek atau ke tempat lain dengan persetujuan
Pengawas.

Hal - 14
 Pemborong harus tetap menjamin susunan tanah pada daerah di sekitar pondasi
terhadap kepadatannya maupun terhadap peil semula.
 Pada pelaksanaan pembersihan, Pemborong harus berhati-hati untuk tidak
mengganggu setiap patok-patok pengukuran, pipa-pipa atau tanda-tanda lainnya.

IV. PEKERJAAN PONDASI

4.1. PEKERJAAN TIANG PANCANG

4.1.1. UMUM
Pelaksanaan pemasangan tiang pancang menggunakan sistem HAMMER, semua bahan
dan pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat dalam syarat-syarat dalam
bagian ini . Penggunaan tiang pancang siap pakai harus dikonsultasikan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan tertulis.

4.1.2. PONDASI TIANG PANCANG PRECAST


Pondasi pada bangunan ini menggunakan pondasi tiang pancang Precast dengan poer
beton. Ukuran tiang pancang, dengan penempatan ditunjukkan dalam kerja.

1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua tenaga, alat-alat dan bahan untuk menyelesaikan semua pekerjaan
tiang beton sesuai dengan gambar-gambar konstruksi, dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan tambahan dari perencana/ Konsultan MK/Pengawas dalam
uraian syarat-syarat pelaksanaan.

2. Keahlian dan pertukangan


Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan pemancangan beton
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, temasuk kekuatan, toleransi dan
penyelesaiannya.

Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang


berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaannya.

Hal - 15
Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sebanding dengan
standar yang umum berlaku.

Apabila Konsultan MK/Pengawas Konstruksi memandang perlu, kontraktor dapat


meminta nasihat-nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi atas beban kontraktor.

3. Kualitas tiang
Tiang pancang mengunakan type mini pile kotak 25 cm x 25 cm.

4. Spesifikasi teknis pemancangan


a. Bahan
 Beton yang dipakai untuk pembuatan tiang beton cetak harus mempunyai
mutu beton minimal K-500 (beton Readymix).
b. Alat Pancang
 Hydraulic jack 120 ton
 Peralatan pendukung hydraulic jack.
 Konsultan Manajemen Konstruksi.
c. Daya Pikul Tiang
 Didapat dari penunjukan meter (gauge) yang terpasang pada alat hydraulic
jack yang digunakan.
 Pemancangan dihentikan bila daya dukung yang diingnkan sudah tercapai.
d. Toleransi Posisional dan Kemiringan Tiang
 Toleransi untuk ketepatan titik tiang tidak lebih dari 8,00 cm dari letak titik
pada awal pemancangan, dan jarak antara dua buah tiang pancang tidak
bertambah/berkurang lebih dari yang seharusnya.
 Toleransi kemiringan untuk tiang yang seharusnya vertikal adalah tidak lebih
miring dari 1 : 75.
 Kontraktor harus menjamin bahwa tiang beton cetak yang baru dibuat tidak
mengganggu atau merusak tiang-tiang yang dibuat sebelumnya.
 Jika ada gangguan dalam pelaksanaan tiang beton cetak yang diluar
kemampuan kontraktor untuk mengatasinya, maka kontraktor dapat
menambah satu atau lebih tiang beton cetak, dan sebelum pelaksanaan harus
minta persetujuan dari perencana/ Konsultan Pengawas.

Hal - 16
 Pemasangan poer dan tie beam dapat dilaksanakan setelah semua tiang Mini
terpasang baik dan setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
e. Penyambungan Tiang
Tiang beton cetak disambung dengan mengelas plat baja pada kedua tiang yang
akan disambung dengan full buttweld.

Sebelum pengelasan dilakukan potongan tiang yang akan disambung distel hingga
satu garis dengan tiang yang telah terpancang di dalam tanah. Setelah pengelasan
selesai dilaksanakan, sambungan tersebut diberi lapisan aspal dan pemancangan
tiang dilanjutkan.

f. Pemancangan
 Setiap saat pada saat pemancangan, tiang pancang harus disanggah dengan
baik sehingga tidak berubah dari posisi yang telah ditentukan serta tidak
terjadi kemungkinan tekuk. Penyanggahan ini harus diatur sedemikian rupa
sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada tiang tekan.
 Alat pancang yang akan dipergunakan harus mempunyai kapasitas dan
efisiensi, sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dan terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas sebelum
digunakan. Manometer pengukur tekanan harus ada sertifikat kalibrasi yang
masih berlaku dari pihak yang berwenang.
 Panjang tiang pancang yang akan ditekankan harus mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas, sesuai dengan keadaan tanah setempat.
 Setiap tiang pancang harus dipancang terus menerus sampai penetrasi atau
kedalaman yang disyaratkan tercapai. Kecuali Konsultan Pengawas
menyetujui bahwa penghentian pemancangan terjadi karena hal-hal yang
diluar kekuasaan pemborong.
 Pemborong harus membuat catatan pemancangan (tiap pemasukan 500 mm
kecuali sisa 2000 mm terakhir harus dibaca tiap 250 mm ) atau sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas.
 Bila terjadi karakteristik pemancangan yang berbeda dengan karakteristik
yang diharapkan berdasarkan hasil penyelidikan tanah maupun penekanan-
penekanan sebelumnya, pemborong harus segera memberitahukan Konsultan
Pengawas untuk meminta petunjuknya.

Hal - 17
 Urut-urutan pemancangan harus diatur sedemikian rupa sehingga pengaruh
yang jelek dari "heave" dan desakan tanah kesamping dapat dibatasi sekecil
mungkin. Urut-urutan penekanan ini harus dikonsultasikan dan disetujui
secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
 Bila terjadi “heave”, Pemborong harus melakukan penekanan ulang pada
semua tiang yang terjadi heave.
 Toleransi posisi horizontal pondasi tiang pada Level Poer tidak boleh
melebihi 75 mm dalam segala arah.
 Toleransi posisi vertikal pondasi tiang tidak boleh melebihi kemiringan 1:75
g. Pemotongan Kepala Tiang Tekan
 Bila pemancangan telah mencapai kapasitas tiang atau kedalaman yang
disyaratkan, maka kepala tiang tekan harus dikupas sampai dengan level
yang ditentukan dalam gambar pelaksanaan.
 Panjang tulangan yang terkupas harus sesuai dengan panjang yang
disyaratkan dalam gambar pelaksanaan.
 Pemborong harus melakukan segala usaha agar pemotongan tiang tekan ini
tidak menyebabkan kerusakan pada tiang tekan tersebut.
 Setiap tiang tekan yang retak atau cacat harus dibongkar dan diper-baiki
dengan beton dengan mutu yang sama dengan mutu beton yang disyaratkan
untuk tiang tekan.
h. Penolakan Tiang
 Tiang yang tidak dilaksanakan dengan benar serta tidak memenuhi spesifikasi
ini akan ditolak. Pemborong wajib membuat tiang pengganti tanpa biaya
tambahan.
 Segera setalah pekerjaan selesai, Pemborong harus membuat “As built
drawing” dari letak dan kedalaman tiang pancang mini pile.

V. PEKERJAAN PONDASI PILE CAP

5.1. LINGKUP PEKERJAAN

Yang termasuk pekerjaan pondasi ialah :

 Mengurugan pasir setebal 10 cm dan lantai kerja setebal 5 cm dan dipadatkan.

Hal - 18
 Pembuatan bekisting pada pile cap.
 Besi yang di gunakan diameter 13 ( U32 ).
 Cor beton yang digunakan yaitu K = 300 ( site mix ).
 Pembuatan semua pondasi pile cap sesuai Gambar Kerja.

5.2. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

 Persyaratan Umum
- Semua pekerjaan pondasi baru boleh dikerjakan apabila galian tanah telah diperiksa
ukuran dan kedalamannya dan disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.

- Bila pada lubang-lubang galian terdapat banyak air tergenang karena air tanah dan air
hujan, maka sebelum pembuatan dimulai terlebih dahulu air harus dipompa dan dibuang di
daerah lain yang tidak mengganggu pekerjaan dan dasar lubang dikeringkan.

Di dalam pondasi sama sekali tidak boleh terdapat rongga-rongga udara/celah-celah.

VI. PEKERJAAN BETON BERTULANG

6.1.UMUM

6.1.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan yang termasuk meliputi :


1. Penyediaan dan penggunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, instalasi
konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pembuatan dan
mendirikan semua baja tulangan, bersama dengan semua pekerjaan
pertukangan/keahlian lain yang ada hubungannya dengan itu, lengkap
sebagaimana diperlihatkan, dispesifikasikan atau sebagaimana diperlukannya.
2. Tanggung jawab "kontraktor" atas instalasi semua alat-alat yang terpasang,

Hal - 19
selubung-selubung dan sebagainya yang tertanam di dalam beton. Syarat-syarat
umum pada pekerjaan ini berlaku penuh Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI
1971), ASTM dan ACI.
3. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak
termasuk pada gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-
ukuran dalam garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula besi
penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar struktur konstruksi beton
bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam gambar itu,
maka ukuran yang harus berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan
perencana atau Direksi Lapangan guna mendapatkan ukuran yang
sesungguhnya disetujui oleh perencana.
4. Jika karena keadaan pasaran, besi penulangan perlu diganti guna kelangsungan
pelaksanaan maka jumlah luas penampang tidak boleh berkurang dengan
memperhatikan syarat-syarat lainnya yang termuat dalam PBI 1971. Dalam hal
ini Direksi Lapangan harus segera diberitahukan untuk persetujuannya,
sebelum fabrikasi dilakukan.
5. Penyediaan dan penempatan tulangan baja untuk semua pekerjaan beton yang
berlangsung dicor di tempat, termasuk penyediaan dan penempatan batang-
batang dowel ditanamkan di dalam beton seperti terlihat dan terperinci di dalam
gambar atau seperti petunjuk Direksi Lapangan dan, bila disyaratkan,
penyediaan penulangan untuk dinding blok beton.
6. "Kontraktor" harus bertanggungjawab untuk membuat dan membiayai semua
desain campuran beton dan test-test untuk menentukan kecocokan dari bahan
dan proporsi dari bahan-bahan terperinci untuk setiap jenis dan kekuatan beton,
dari perincian slump, yang akan bekerja/berfungsi penuh untuk semua teknik
dan kondisi penempatan, dan akan menghasilkan yang diijinkan oleh Direksi
Lapangan. Kontraktor berkewajiban mengadakan dan membiayai Test
Laboratorium.
7. Pekerjaan-pekerjaan lain yang termasuk adalah :
- semua pekerjaan beton yang tidak terperinci di luar ini
- pemeliharaan dan finishing, termasuk grouting
- mengatur benda-benda yang ditanam di dalam beton, kecuali tulangan
beton
- koordinasi dari pekerjaan ini dengan pekerjaan dari lain bagian

Hal - 20
- sparing dalam beton untuk instalasi M/E
- penyediaan dan penempatan stek tulangan pada setiap kolom beton
struktural dengan pelat beton struktural seperti yang ditunjukkan oleh Direksi
Lapangan.

6.1.2. Referensi dan Standar-Standar


Semua pekerjaan yang tercantum dalam bab ini, kecuali tercantum dalam gambar
atau diperinci, harus memenuhi edisi terakhir dari peraturan, standard dan
spesifikasi berikut ini :

a. PBI - 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia - 1971

b. SKSNI - 1991 Tatacara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan


Gedung

c. PUBI – 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia

d. ACI - 304 ACI 304.1R-92, State-of-the Art Report on Preplaced


Aggregate Conc. for Structural and Mass Concrete, Part 2

ACI 304.2R-91, Placing Concrete by Pumping Methods, Part 2

e. ASTM - C94 Standard Specification for Ready-Mixed Concrete

f. ASTM - C33 Standard Specification for Concrete Aggregates

g. ACI - 318 Building Code Requirements for Reinforced Concrete

h. ACI - 301 Specification for Structural Concrete of Building

i. ACI - 212 ACI 212.IR-63, Admixture for Concrete, Part 1

ACI 212.2R-71, Guide for Use of Admixture in Concrete, Part 1

j. ASTM - C143 Standard Test Method for Slump of Portland Cement


Concrete

k. ASTM - C231 Standard Test Method for Air Content of Freshly Mixed
Concrete by the Pressure Method

Hal - 21
l. ASTM - C171 Standard Specification for Sheet Materials for Curing
Concrete

m. ASTM - C172 Standard Method of Sampling Freshly Mixed Concrete

n. ASTM - C31 Standard Method of Making and Curing Concrete Test


Specimens in the Field

o. ASTM - C42 Standard Method of Obtaining and Testing Drilled Cores


and Sawed Beams of Concrete

p. ASTM - C309 Standard Specification for Liquid Membrane Forming


Compounds for Curing Concrete

q. ASTM - D1752 Standard Specification for Performed Spange


Rubberand Cork Expansion Joint Fillers for Concrete Paving
and Structural Construction

r. ASTM - D1751 Standard Specification for Performed Expansion


Joint Fillers for Concrete Paving and Structural Construction
(Non-extruding and Resilient Bituminous Types)

s. SII Standard Industri Indonesia

t. ACI - 315 Manual of Standard Practice for Reinforced Concrete

u. ASTM - A185 Standard Specification for Welded Steel Wire Fabric for
Concrete Reinforcement.

v. ASTM - A165 Standard Specification for Deformed and Plain Billet Steel
Bars for Concrete Reinforcement, Grade 40, deformed, for
reinforcing bars, Grade 40, for stirrups and ties.

w. Petunjuk-petunjuk lisan maupun tertulis yang diberikan oleh pengawas.

6.1.3. Penyerahan-penyerahan

Penyerahan-penyerahan berikut harus dilaksanakan oleh Kontraktor kepada Direksi

Hal - 22
Lapangan sesuai dengan jadwal yang telah disetujui untuk menyerahkan dan
dengan segera sehingga tidak menyebabkan keterlambatan pada pekerjaan sendiri
maupun pada pekerjaan kontraktor lain.
a. Gambar pelaksanaan
Merupakan gambar tahapan pelaksanaan yang harus diserahkan oleh
Kontraktor kepada Direksi Lapangan untuk mendapat persetujuan ijin.
Penyerahan harus dilakukan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum
jadwal pelaksanaan pekerjaan beton.
b. Data dari pabrik/sertifikat
Untuk mendapat jaminan atas mutu beton ready-mix, maka sebelum
pengiriman; Kontraktor harus sudah menyerahkan kepada Direksi Lapangan
sedikitnya 5 hari kerja sebelum pengiriman; hasil-hasil percobaan laboratorium,
baik hasil percobaan bahan maupun hasil percobaan campuran (Mix Design
dan Trial Mix) yang diperuntukan proyek ini.
c. Harus diajukan minimal 2 (dua) supplier beton ready-mix untuk memperlancar
pelaksanaan dan mendapat persetujuan Direksi Lapangan sebelum memulai
pengecoran.

6.1.4. Percobaan Bahan dan Campuran Beton

a. Umum
Test bahan : Sebelum membuat campuran, test laboratorium harus dilakukan
untuk test berikut, sehubungan dengan prosedur-prosedur ditujukan ke standard
referensi untuk menjamin pemenuhan spesifikasi proyek untuk membuat
campuran yang diperlukan.
b. Semen : berat jenis semen
c. Agregat :
Analisa tapis, berat jenis, presentase dari void (kekosongan), penyerapan,
kelembaban dari agregat kasar dan halus, berat kering dari agregat kasar,
modulus terhalus dari agregat halus.
d. Adukan/campuran beton
 Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix design masing-
masing untuk umur 7, 14 atau 21 dan 28 hari yang didasarkan pada
minimum 20 hasil pengujian atau lebih sedemikian rupa sehingga hasil uji

Hal - 23
tersebut dapat disetujui oleh Direksi Lapangan.
Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus disertakan selambat-lambatnya
3 minggu sebelum pengerjaan dimulai, dan selain itu mutu betonpun harus
sesuai dengan mutu standard PBI 1971. Pekerjaan tidak boleh dimulai
sebelum diperiksa Direksi Lapangan tentang kekuatan/kebersihannya.
Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix serta
pembiayaannya adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Trial mix dan design mix harus diadakan lagi bila agregat yang dipakai
diambil dari sumber yang berlainan, merk semen yang berbeda atau
supplier beton yang lain.
 Ukuran-ukuran
Campuran desain dan campuran percobaan harus proporsional semen
terhadap agregat berdasarkan berat, atau proporsi yang cocok dari ukuran
untuk rencana proposional atau perbandingan yang harus disetujui oleh
Direksi Lapangan.
 Percobaan adukan untuk berat normal beton
Untuk perincian minimum dan maximum slump untuk setiap jenis dan
kekuatan dari berat normal beton, dibuat empat (4) adukan campuran
dengan memakai nilai faktor air-semen yang berbeda-beda.
 Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji
silinder beton diameter 15 cm x tinggi 30 cm sesuai PBI 1971, ACI
Committee - 304, ASTM C 94-98.
 Benda uji (setiap pengambilan terdiri dari 3 buah dengan pengetesan
dilakukan pada hari yang tercantum pada item 6) dari satu adukan dipilih
acak yang mewakili suatu volume rata-rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10
adukan atau 2 truck drum (diambil yang volumenya terkecil). Disamping
itu jumlah maximum dari beton yang dapat terkena penolakan akibat setiap
satu keputusan adalah 30 m3, kecuali bila ditentukan lain oleh Direksi
Lapangan.
 Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14
atau 21 dan 28 hari.
 Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI'71, dilakukan di lokasi
pengecoran dan harus disaksikan oleh Direksi Lapangan. Apabila
digunakan metoda pembetonan dengan menggunakan pompa (concrete

Hal - 24
pump), maka pengambilan contoh segala macam jenis pengujian lapangan
harus dilakukan dari hasil adukan yang diperoleh dari ujung pipa "concrete-
pump" pada lokasi yang akan dilaksanakan.
 Pengujian bahan dan beton harus dilakukan dengan cara yang ditentukan
dalam Standard Industri Indonesia (SII) dan PBI'71 NI-2 atau metoda uji
bahan yang disetujui oleh Direksi Lapangan.
 Rekaman lengkap dari hasil uji bahan dan beton harus disediakan dan
disimpan dengan baik oleh tenaga pengawas ahli, dan selalu tersedia untuk
keperluan pemeriksaan selama pelaksanaan pekerjaan dan selama 5 tahun
sesudah proyek bangunan tersebut selesai dilaksanakan.
e. Pengujian slump
 Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai
slump harus dalam batas-batas yang diisyaratkan dalam PBI 1971 dan sama
sekali tidak diperbolehkan adanya penambahan air/additive, kecuali
ditentukan lain oleh Direksi Lapangan.
 "Kontraktor" harus menjamin bahwa ia mampu dengan slump berikut,
beton dengan mutu dan kekuatan yang memuaskan, yang akan
menghasilkan hasil akhir yang bebas keropos, ataupun berongga-rongga.
Pelaksanaan dari persetujuan kontrak adalah bahwa "Kontraktor"
bertanggung jawab penuh untuk produksi dari beton dan pencapaian mutu,
kekuatan dan penyelesaian yang memenuhi syarat batas slump.
Bila dipakai pompa beton, slump harus didasarkan pada pengukuran di
pelepasan pipa, bukan di truk mixer. Maximum slump harus 150 mm.
 Rekomendasi slump untuk variasi beton konstruksi pada keadaan atau
kondisi normal :

Slump pada (cm)

Konstruksi Beton Maksimum Minimum

Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak 12.50 10.00


bertulang.

Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan 9.00 7.50


konstruksi di bawah tanah.

Hal - 25
Plat, balok, kolom dan dinding. 15.00 12.50

Pembetonan massal. 7.50 7.50

Untuk beton dengan bahan tambahan plasticizer, slump dapat dinaikkan


sampai maksimum 1,5 cm.

f. Percobaan tambahan

 Kontraktor, tanpa membebankan biaya kepada pemilik, harus


mengadakan percobaan laboratorium selaku percobaan tambahan pada
bahan-bahan beton dan membuat desain adukan baru bila sifat atau
pemilihan bahan diubah atau apabila beton yang ada tidak dapat mencapai
kekuatan spesifikasi.
 Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan
pelaksanaan akan dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang
berhubungan dengan pelepasan perancah/acuan. Sedangkan untuk
pengujian di luar ketentuan pekerjaan tersebut, harus diserahkan kepada
Direksi Lapangan dalam jangka waktu tidak lebih dari 3 hari setelah
pengujian dilakukan.

6.2. BAHAN-BAHAN/PRODUK

Sedapat mungkin, semua bahan dan ketenagaan harus disesuaikan dengan peraturan-
peraturan Indonesia.

6.2.1. Semen
a. Mutu semen
 Semen portland harus memenuhi persyaratan standard Internasional atau
Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A SK SNI 3-04-1989-F atau sesuai
SII-0013-82, Type-1 atau NI-8 untuk butir pengikat awal kekekalan bentuk,
kekuatan tekan aduk dan susunan kimia. Semen yang cepat mengeras hanya
boleh dipergunakan dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis secara
tegas oleh Direksi Lapangan.

Hal - 26
 Jika mempergunakan semen portland pozolan (campuran semen portland
dan bahan pozolan) maka semen tersebut harus memenuhi ketentuan SII
0132 Mutu dan Cara Uji Semen Portland Pozoland atau spesifikasi untuk
semen hidraulis campuran.
 Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan
jelas jenis semen yang boleh dipakai dan jenis semen ini harus sesuai
dengan jenis semen yang digunakan dalam ketentuan persyaratan mutu
(semen tipe 1).
b. Penyimpanan Semen
 Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan
dijaga agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah
dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut urutan
pengiriman. Semen yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga
mengeras ataupun tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan dan
harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang
utuh dan terlindung baik terhadap pengaruh cuaca, dengan ventilasi
secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan urutan pengiriman. Semen
yang telah disimpan lebih 60 hari tidak boleh digunakan untuk pekerjaan.
 Curah semen harus disimpan di dalam konstruksi silo secara tepat untuk
melindungi terhadap penggumpalan semen dalam penyimpanan.
 Semua semen harus baru, bila dikirim setiap pengiriman harus disertai
dengan sertifikat test dari pabrik.
 Semen harus diukur terhadap berat untuk kesalahan tidak lebih dari 2,5 %.
 "Kontraktor" harus hanya memakai satu merek dari semen yang telah
disetujui untuk seluruh pekerjaan. "Kontraktor" tidak boleh mengganti
merk semen selama pelaksanaan dari pekerjaan, kecuali dengan persetujuan
tertulis dari Direksi Lapangan.

6.2.2. Agregat
Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80
"Mutu dan Cara Uji Agregat Beton" dan bila tidak tercakup dalam SII 0052-80,
maka harus memenuhi spesifikasi agregat untuk beton.
a. Agregat halus (Pasir)

Hal - 27
Mutu pasir untuk pekerjaan beton harus terdiri dari : butir-butir tajam, keras,
bersih, dan tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan organis.
Agregat halus harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-partikel seperti yang
ditentukan di pasal 3.5. dari NI-2. PBI '71.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan
terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
yang dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %,
maka agregat halus harus dicuci. Sesuai PBI'71 bab 3.3. atau SII 0051-82.
Ukuran butir-butir agregat halus, sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2 %
berat; sisa di atas ayakan 2 mm harus minimum 10 % berat; sisa di atas ayakan
0,25 mm harus berkisar antara 80 % dan 90 % berat.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton.
Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga terlindung dari pengotoran
oleh bahan-bahan lain.
b. Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah)
Yang dimaksud dengan agregat kasar yaitu kerikil hasil desintegrasi alami dari
batu-batuan atau batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, dengan besar
butir lebih dari 5 mm sesuai PBI 71 bab 3.4.
Mutu koral : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah jumlah
butir-butir pipih maksimum 20 % bersih, tidak mengandug zat-zat alkali,
bersifat kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (terhadap berat kering) yang
diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang melalui ayakan 0.063 mm apabila
kadar lumpur melalui 1 % maka agregat kasar harus dicuci.
Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif alkali yang dapat merusak beton.
Ukuran butir : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat; sisa diatas ayakan
4 mm, harus berkisar antara 90 % dan 98 %, selisih antara sisa-sisa kumulatif
di atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60 % dan minimum 10 %
berat.
Kekerasan butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari
Rudeloff dengan beban penguji 20 t, harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :

- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5 - 19 mm lebih dari 24 % berat

Hal - 28
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22 % atau
dengan mesin pengaus Los Angeles, tidak boleh terjadi kehilangan berat
lebih dari 50 % sesuai SII 0087-75, atau PBI-71
Penyimpanan kerikil atau batu pecah harus sedemikian rupa agar terlindung
dari pengotoran bahan-bahan lain.

6.2.3. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih, tidak boleh mengandung
minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang
dapat merusak beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk
mendapatkan kepastian kelayakan air yang akan dipergunakan, maka air harus
diteliti pada laboratorium yang disetujui oleh Direksi Lapangan.

6.2.4. Bahan Campuran Tambahan (Admixture)


Admixture harus disimpan dan dilindungi untuk menjaga kerusakan dari container.
Admixture harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan ACI 212 2R-64. Segala
macam admixture yang akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui oleh
Direksi Lapangan. Admixture yang mengandung chloride atau nitrat tidak boleh
dipakai.
6.2.5. Mutu dan Konsistensi dari Beton
Kekuatan ultimate tekan beton silinder 150 mm X 300 mm umur 28 hari, kecuali
ditentukan lain, harus seperti berikut :
Semua plat, balok, pile-cap dan dinding basement : K-300
Semua kolom : K-300
Untuk semua beton non-struktural dan sebagainya : Beton di bawah K-300

6.3.PELAKSANAAN BETON READY-MIXED

6.3.1. Umum
a. Kecuali disetujui oleh Direksi Lapangan, semua beton haruslah beton ready-
mixed yang didapatkan dari sumber yang disetujui Direksi Lapangan, dengan
takaran, adukan serta cara pengiriman/pengangkutannya harus memenuhi
persyaratan di dalam ASTM C94-78a, ACI 304-73, ACI Committee 304.

Hal - 29
b. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang sesuai
dengan yang telah diuji di laboratorium, serta secara konsisten harus dikontrol
bersama-sama oleh kontraktor dan supplier beton ready-mixed. Kekuatan beton
minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang
diadakan di laboratorium.
c. Pemeriksaan.
Bagi Direksi Lapangan diadakan jalan masuk ke proyek dan ketempat
pengantaran contoh atau pemeriksaan yang dapat dilalui setiap waktu. Denah
dan semua peralatan untuk pengukuran, adukan dan pengantaran beton harus
diperiksa oleh Direksi Lapangan sebelum pengadukan beton.
d. Persetujuan.
Periksa areal dan kondisi pada mana pekerjaan di bawah bab ini yang akan
dilaksanakan. Perbaiki kondisi yang terusak oleh waktu dan perlengkapan /
penyelesaian pekerjaan. Jangan memproses sampai keadaan perbaikan
memuaskan. Jangan memulai pekerjaan beton sampai hasil percobaan, adukan
beton dan contoh-contoh benda uji disetujui oleh Direksi Lapangan. Lagipula,
jangan memulai pekerjaan beton sampai semua penyerahan disetujui oleh
Direksi Lapangan.
e. Adukan Beton dan Kekuatan.
Adukan beton harus didesain dan disesuaikan dengan pemeriksaan
laboratorium oleh kontraktor dan harus diperiksa teratur oleh kedua pihak,
kontraktor dan pemasok beton ready-mix. Kekuatan tercantum adalah kekuatan
yang diijinkan minimum dan hasil dari hasil test oleh percobaan laboratorium
adalah dasar dari yang diijinkan.
f. Temperatur Beton Ready-Mix.
Batas temperatur untuk beton ready-mix sebelum dicor disyaratkan tidak
melampaui 38 oC.
g. Bahan Campuran Tambahan
Penambahan bahan additive dalam proses pembuatan beton ready-mix harus
sesuai dengan petunjuk pabrik additive tersebut. Bila diperlukan dua atau lebih
bahan additive maka pelaksanaannya harus dilaksanakan secara terpisah.
Dalam pelaksanaannya harus sesuai ACI 212-2R-71 dan ACI 212.IR-63
dilakukan hanya oleh teknisi in-charge dengan persetujuan Direksi Lapangan
sebelumnya.

Hal - 30
h. Kendaraan Pengangkut
Kendaraan pengangkut beton ready-mix harus dilengkapi dengan peralatan
pengukur air yang tepat.
i. Pelaksanaan Pengadukan
Pelaksanaan pengadukan dapat dimulai dalam jangka waktu 30 menit setelah
semen dan agregat dituangkan dalam alat pengaduk.
j. Penuangan Beton
Proses pengeluaran beton ready-mix di lapangan proyek dari alat pengaduk di
kendaraan pengangkut harus sudah dilaksanakan dalam jangka waktu 1,5 jam
atau sebelum alat pengaduk mencapai 300 putaran. Dalam cuaca panas, batas
waktu tersebut di atas harus diperpendek sesuai petunjuk Direksi Lapangan.
Perpanjangan waktu dapat diijinkan sampai dengan 4 jam bila dipergunakan
retarder yang harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
k. Keadaan Khusus
Apabila temperatur atau keadaan lainnya yang menyebabkan perubahan slump
beton maka Kontraktor harus segera meminta petunjuk atau keputusan Direksi
Lapangan dalam menentukan apakah adukan beton tersebut masih memenuhi
kondisi normal yang disyaratkan. Tidak dibenarkan untuk menambah air ke
dalam adukan beton dalam kondisi tersebut.
l. Penggetaran
Penggetaran beton agar diperoleh beton yang padat harus sesuai dengan ACI
309R-87 (Recommended Practice for Consolidation of Concrete). Sedapat
mungkin penggetaran beton dilakukan dengan concrete-vibrator
(engine/electric).

6.3.2. Pengecoran dan Pemadatan Beton

a. Persiapan
1) Kontraktor harus menyiapkan jadwal pengecoran dan menyerahan kepada
Direksi Lapangan untuk disetujui paling lambat 1 (satu) minggu sebelum
memulai kegiatan pengecoran.
2) Sebelum pengecoran beton, bersihkan benar-benar cetakannya, semprot
dengan air dan kencangkan. Sebelum pengecoran, semua cetakan, tulangan

Hal - 31
beton, dan benda-benda yang ditanamkan atau di cor harus telah diperiksa
dan disetujui oleh Direksi Lapangan.
Permohonan untuk pemeriksaan harus diserahkan kepada Direksi Lapangan
setidak-tidaknya 24 jam sebelum beton di cor. Kelebihan air, pengeras
beton, puing, butir-butir lepasan dan benda-benda asing lain harus
disingkirkan dari bagian dalam cetakan dan dari permukaan dalam dari
pengaduk serta perlengkapan pengangkutan.
3) Galian harus dibentuk sedemikian sehingga daerah yang langsung di
sekeliling struktur dapat efektif dan menerus dicor.
Seluruh galian harus dijaga bebas dari rembesan, luapan dan genangan air
sepanjang waktu, baik di titik sumur, pompa, drainase ataupun segala
perlengkapan dari kontraktor yang berhubungan dengan listrik untuk
pengadaan bagi maksud penyempurnaan.
Dalam segala hal, beton tidak boleh ditimbun di galian manapun, kecuali
bila galian tertentu telah bebas air dan lumpur.
4) Penulangan harus sudah terjamin dan diperiksa serta disetujui. Logam-
logam yang ditanam harus bebas dari adukan lama, minyak, karat besi dan
pergerakan lain ataupun lapisan yang dapat mengurangi rekatan. Kereta
pengangkut adukan beton yang beroda tidak boleh dijalankan melalui
tulangan ataupun disandarkan pada tulangan. Pada lokasi dimana beton
baru ditempelkan ke pekerjaan beton lama, buat lubang pada beton lama,
masukkan pantek baja, dan kemas cairan tanpa adukan nonshrink.
5) Basahkan cetakan beton secukupnya untuk mencegah timbulnya retak,
basahkan bahan-bahan lain secukupnya untuk mengurangi penyusutan dan
menjaga pelaksanaan beton.
6) Penutup Beton. Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton harus
sesuai dengan persyaratan SKSNI 1991.
7) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton,
untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk
blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak
minimum 8 buah setiap meter cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan
jarak tersebut harus tersebar merata.

Hal - 32
b. Pengangkutan
Pengangkutan dan pengecoran beton harus sesuai dengan PBI-71, ACI
Committe 304 dan ASTM C94-98.
1) Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat dicegah pemisahan
dan kehilangan bahan-bahan (segregasi).
2) Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi
perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara adukan beton yang
sudah dicor dan yang akan dicor. Memindahkan adukan beton dari tempat
pengadukan ke tempat pengecoran dengan perantaraan talang-talang miring
hanya dapat dilakukan setelah disetujui oleh Direksi Lapangan. Dalam hal
ini, Direksi Lapangan mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang
miring ini, setelah mempelajari usul dari pelaksana mengenai konstruksi,
kemiringan dan panjang talang itu. Batasan tinggi jatuh maximum 1,50 m.
3) Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini harus diperhatikan,
apabila diperlukan waktu pengangkutan yang panjang. Jangka waktu
tersebut dapat diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan
kontinue secara mekanis.
Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus
dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu
yang ditentukan dalam pasal 3.8. PBI '71.

c. Pengecoran
1) Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam PBI 1971, ACI Committee 304,
ASTMC 94-98.
2) Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin kecetakan
akhir dalam posisi lapisan horizontal.
3) Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 1,50 m bila tidak
disebutkan lain atau disetujui Direksi Lapangan.
4) Untuk beton expose, tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh lebih
dari 1,0 m. Bila diperlukan tinggi jatuh yang lebih besar, belalai gajah,
corong pipa cor ataupun benda-benda lain yang disetujui harus diperiksa,
sedemikian sehingga pengecoran beton efektif pada lapisan horisontal dan

Hal - 33
jarak dari corong haruslah sedemikian sehingga tidak terjadi
segregasi/pemisahan bahan-bahan.
5) Beton yang telah mengeras sebagian atau yang telah dikotori oleh bahan
asing tidak boleh dituang ke dalam struktur.
6) Tempatkan adukan beton, sedemikian sehingga permukaannya senantiasa
tetap mendatar, sama sekali tidak diijinkan untuk pengaliran dari satu posisi
ke posisi lain dan tuangkan secepatnya serta sepraktis mungkin setelah
diaduk.
7) Bila pelaksanaan pengecoran akan dilakukan dengan cara atau metoda di
luar ketentuan yang tercantum di dalam PBI'71 termasuk pekerjaan yang
tertunda ataupun penyambungan pengecoran, maka "Kontraktor" harus
membuat usulan termasuk pengujiannya untuk mendapatkan persetujuan
dari Direksi Lapangan paling lambat 3 minggu sebelum pelaksanaan di
mulai.

d. Pemadatan beton
1) Segera setelah dicor, setiap lapis beton digetarkan dengan alat penggetar /
vibrator, untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang-
sarang kerikil.
2) Alat penggetar harus type electric atau pneumatic power driven, type
"immersion", beroperasi pada 7000 RPM untuk kepala penggetar lebih
kecil dari diameter 180 mm dan 6000 RPM untuk kepala penggetar
berdiameter 180 mm, semua dengan amlpitudo yang cukup untuk
menghasilkan kepadatan yang memadai.
3) Alat penggetar cadangan harus dirawat selalu untuk persiapan pada keadaan
darurat di lapangan dan lokasi penempatannya sedekat mungkin mendekati
tempat pelaksanaan yang masih memungkinkan.
4) Hal-hal lain dari alat penggetar yang harus diperhatikan adalah :
 Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan
kira-kira vertikal, tetapi dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring
sampai 45oC.
 Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan ke arah horisontal
karena hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan-bahan.

Hal - 34
 Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang
sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih
dekat dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras. Juga
harus diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan
tidak terlepas dari betonnya dan getaran-getaran tidak merambat ke
bagian-bagian lain dimana betonnya sudah mengeras.
 Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan
pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 - 50 cm. Berhubung
dengan itu, maka pengecoran bagian-bagian konstruksi yang sangat
tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat
dipadatkan dengan baik.
 Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai
nampak mengkilap sekitar jarum (air semen mulai memisahkan diri dari
agregat), yang pada umumnya tercapai setelah maximum 30 detik.
Penarikan jarum ini dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
 Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga
daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi.

6.3.3. Penghentian/Kemacetan Pekerjaan


Penghentian pengecoran hanya bila mana dan pada mana diijinkan oleh Direksi
Lapangan.Penjagaan terhadap terjadinya pengaliran permukaan dari pengecoran
beton basah bila pengecoran dihentikan, adakan tanggulan untuk pekerjaan ini.

6.3.4. Sambungan Pelaksanaan


a. Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak banyak mengurangi kekuatan dari konstruksi. Siar pelaksanaan harus
direncanakan sedemikian sehingga mampu meneruskan geser dan gaya-gaya
lainnya.
Apabila tempat siar-siar pelaksanaan tidak ditunjukkan didalam gambar-
gambar rencana, maka tempat siar-siar pelaksanaan itu harus disetujui oleh
Direksi Lapangan. Penyimpangan tempat-tempat siar pelaksanaan daripada
yang ditunjukkan dalam gambar rencana, harus disetujui oleh Direksi
Lapangan.
b. Antara pengecoran balok atau pelat dan pengakhiran pengecoran kolom harus
ada waktu antara yang cukup, untuk memberi kesempatan kepada beton dari

Hal - 35
kolom untuk mengeras. Balok, pertebalan miring dari balok dan kepala-kepala
kolom harus dianggap sebagai bagian dari sistem lantai dan harus dicor secara
monolit dengan itu.
c. Pada pelat dan balok, siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan kira-kira di
tengah-tengah bentangnya, dimana pengaruh gaya melintang sudah banyak
berkurang. Apabila pada balok ditengah-tengah bentangnya terdapat pertemuan
atau persilangan dengan balok lain, maka siar pelaksanaan ditempatkan sejauh
2 kali lebar balok dari pertemuan atau persilangan itu.
d. Permukaan beton pada siar pelaksanaan harus dibersihkan dari kotoran-kotoran
dan serpihan beton yang rapuh.
e. Sesaat sebelum melanjutkan penuangan beton, semua siar pelaksanaan harus
cukup lembab dan air yang menggenang harus disingkirkan.

6.3.5. Perawatan Beton


a. Secara umum harus memenuhi persyaratan didalam PBI 1971 NI-2 Bab 6.6.
dan ACI 301-89.
b. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum
saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban
adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan
untuk proses hydrasi semen serta pengerasan beton.
c. Masa Perawatan dan Cara Perawatan.
1. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran selesai dilaksanakan
dan harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 minggu jika
tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran harus
dipertahankan tidak melebihi 38 oC.
2. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton pun harus tetap
dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton tersebut
pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan membasahi
permukaan beton terus menerus dengan menutupinya dengan karung-
karung basah atau dengan cara lain yang disetujui oleh Direksi Lapangan.
3. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar,
pemanasan atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan
dapat di pakai tetapi harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Lapangan.
d. Bahan Campuran Perawatan.

Hal - 36
Harus sesuai dengan ASTM C309-80 type I dan ASTM C 171-75.

6.3.6. Cacat pada Beton (Defective Work)


Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Direksi Lapangan
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :

a. Konstruksi beton yang keropos (honey-comb)


b. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
posisinya tidak sesuai dengan gambar.
c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.
d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.
e. Ataupun semua konstruksi beton yang tidak memenuhi seperti yang tercantum
dalam dokumen kontrak .
f. Atau yang menurut pendapat Direksi Lapangan pada suatu pekerjaan akhir,
atau dapat mengenai bahannya atau pekerjaannya pada bagian manapun dari
suatu pekerjaan, tidak memenuhi pernyataan dari spesifikasi.
g. Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus dibongkar
dan diganti dengan yang baru, kecuali Direksi Lapangan dan konsultan
menyetujui untuk diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang
ditimbulkan tersebut. Untuk itu Kontraktor harus mengajukan usulan-usulan
perbaikan yang kemudian akan diteliti/diperiksa dan disetujui bila perbaikan
tersebut dianggap memungkinkan.
h. Perluasan dari pekerjaan yang akan dibongkar dan metoda yang akan dipakai
dalam pekerjaan pengganti harus sesuai dengan pengarahan dari Direksi
Lapangan.
Dalam hal pembongkaran dan perbaikan pekerjaan beton harus dilaksanakan
dengan memuaskan.
i. Semua pekerjaan bongkaran dan penggantian dari pekerjaan cacat pada beton
dan semua biaya dan kenaikan biaya dari pembongkaran atau penggantian
harus ditanggung sebagai pengeluaran Kontraktor.
j. Retak-retak pada pekerjaan beton harus diperbaiki sesuai dengan instruksi
Direksi Lapangan.
k. Dalam hal terjadi beton keropos atau retak yang bukan struktur (karena
penyusutan dan sebagainya) atau cacat beton lain yang nyata pada

Hal - 37
pembongkaran cetakan, Direksi Lapangan harus diberitahu secepatnya, dan
tidak boleh diplester atau ditambal kecuali diperintahkan oleh Direksi
Lapangan. Pengisian/injeksi dengan air semen harus diadakan dengan perincian
atau metoda yang paling memadai/cocok.

6.3.7. Perlindungan dari Kerusakan Akibat Cuaca (Weather Injury)


a. Selama pengadukan
Dalam udara panas, bahan-bahan beton dingin sebelum dicampur (memakai es
sampai air dingin), agar pemeliharaan dari suhu beton masih dalam batasan
yang disyaratkan. Tidak diijinkan pemakaian air hujan untuk menambah
campuran air.

b. Selama pengecoran dan pemeliharaan.


1. Umum
Adakan pemeliharaan penutup selama pengecoran dan perawatan dari beton
untuk melindungi beton terhadap hujan dan terik matahari.
2. Dalam Cuaca Panas
Adakan dan pelihara keteduhan, penyemprotan kabut, ataupun membasahi
permukaan dari warna terang/muda, selama pengecoran dan pemeliharaan
beton untuk melindungi beton dari kerugian/kehilangan bahan terhadap
panas, matahari atau angin yang berlebihan.
3. Kelebihan Perubahan Suhu
Lindungi beton sedemikian sehingga terjamin perubahan suhu yang
seragam di dalam beton, tidak lebih dari 3 oC dalam setiap jamnya.
4. Perlindungan Bahan-bahan
Peliharalah bahan-bahan dan peralatan yang memadai untuk perlindungan
di lapangan dan siap untuk digunakan.

6.3.8. Pekerjaan Penyambungan Beton


a. Beton lama harus dikasarkan dan dibersihkan benar-benar dengan semprotan
udara bertekanan (compressed air) atau sejenisnya.
b. Kurang lebih 10 menit sebelum beton baru dicor, permukaan dari beton lama
yang sudah dibersihkan, harus dilapisi dengan bonding-agent kental dengan
kuas ex SIKA, Fosroc atau setara.

Hal - 38
c. Untuk struktur pelat kedap air, permukaan dari pelat beton lama harus dilapisi
dengan bahan perekat beton polyvinyil acrylic (polyvinyl acrylic concrete
bonding agent) seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
d. Untuk struktur balok kedap air, permukaan dari balok beton lama harus dilapisi
dengan bahan perekat beton epoxy dengan bahan dasar semen (epoxy cement
base concrete bonding agent) seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
e. Pengecoran beton baru sesegera mungkin sebelum campuran air dan semen
murni atau bahan perekat beton yang dilapiskan pada permukaan beton lama
mengering.

6.3.9. Penyelesaian Struktur Beton (Concrete Structure Finishes)

Adakan variasi penyelesaian struktur beton keseluruhan pembetonan seperti


terlihat pada gambar dan perincian disini.

a. Penyelesaian Beton Exposed (Finish of Exposed Concrete)


1. Semua permukaan-permukaan beton cor/tuang (all cast in place concrete
surfaces) yang tampak pada penyelesaian struktur, baik dicat maupun tidak
dicat kecuali untuk permukaan kasar yang diselesaikan dengan permukaan
disemprot pasir dengan tekanan harus mempunyai penyelesaian halus.
Buatlah permukaan halus, seragam dan bebas dari tambalan-tambalan,
sirip-sirip, tonjolan-tonjolan, baik tonjolan keluar maupun akibat
pemasangan paku, tepian dari serat tanda (edge grain marks), bersihkan
cekungan-cekungan dan daerah permukaan celah semua ukuran (clean out
pockets, and areas of surface voids of any size)".
2. Semua pengikat-pengikat dari logam, termasuk yang dari spreaders, harus
dipotong kembali dan lubang-lubang dirapikan. Semua tambalan bila
diijinkan (pengisian dari cetakan yang diikat dengan tekanan) harus
diselesaikan sedemikian untuk dapat melengkapi dalam perbedaan pada
penyelesaian beton.
Tambalan pada suatu pekerjaan beton textured concrete work harus
diselesaikan dengan tangan untuk mencapai permukaan yang diperlukan.
b. Penyelesaian Beton Terlindung (Finish of Concealed Concrete)
1. Permukaan beton terlindung harus termasuk beton yang diberi lapisan
termasuk lapisan arsitektur, kecuali cat atau bahan lapisan yang fleksibel

Hal - 39
dan terlindung dari tampak pada penyelesaian struktur.
2. Beton terlindung dan beton unexposed perlu ditambal dan diperbaiki dari
keropos dan kerusakan-kerusakan permukaan sebagaimana semestinya
sebelum ditutup permukaannya.
c. Penambalan Beton
Siapkan bahan campuran (mortar) untuk penambahan beton yang terdiri dari 1
(satu) bagian semen (yang diatur dengan semen putih atau tambahan bahan
pewarna bila diijinkan untuk menyesuaikan dengan warna disekitarnya) dengan
2 1/2 (dua setengah) bagian pasir dengan air secukupnya untuk mendapatkan
adukan yang diperlukan.

Siapkan campuran percobaan (trial mixes) untuk menentukan mutu yang


sebenarnya. Siapkan panel-panel contoh (30 cm persegi) dan biarkan sampai
berumur 14 hari sebelum keputusan akhir dibuat dan penambalan dikerjakan.
Olah lagi adukan seperti diatas sampai mencapai kekentalan yang tertinggi
yang diijinkan untuk pengecoran. Sikat bagian yang akan ditambah dengan
bahan perekat yang terdiri dari pasta campuran air dan semen murni serta
tambalkan adukan bila bahan perekat masih basah.

Hentikan penambalan sedikit lebih luas di sekeliling bagian yang ditambal,


biarkan untuk kira-kira satu sampai dua jam untuk memberi kesempatan
terhadap penyusutan dan penyesuaian penyelesaian (finish flush) dengan
permukaan sekelilingnya.

6.3.10. Penyelesaian dari Beton Pelat (Concrete Slab Finishes)


1) Semua penyelesaian dari lantai harus diselesaikan sampai kemiringan yang
benar sesuai dengan kemiringan untuk pengaliran.
2) Beton yang ditandai untuk mempunyai penyelesaian akhir dengan memakai
merek lain, harus bebas dari segala minyak, karet ataupun lainnya yang dapat
menyebabkan terjadinya lekatan pada penyelesaian.
3) Pemeliharaan dari penyelesaian beton harus dimulai sedini mungkin setelah
selesai pengerjaan.
1. Penyelesaian Menyatu (Monolith Finish)

Hal - 40
 Penyelesaian yang monolit harus diadakan untuk lantai beton expose,
dimana permukaan agregat dikehendaki.
 Penyelesaian lantai beton yang monolit harus mencapai level dan
kemiringan yang tepat yang dapat dilakukan dengan atau tanpa screed
dengan power floating yang dilakukan secara merata.
Permukaan harus dapat bertahan sampai semua air permukaan
menghilang dan beton telah mengeras serta bekerja. Permukaan yang
diperbolehkan harus ditrowel dengan besi untuk mencapai permukaan
yang halus.

 Apabila permukaan menjadi keras, harus ditrowel dengan besi untuk


kedua kalinya untuk mendapatkan kekerasan, kehalusan tapi tidak
berlapis, padat, bebas dari segala tanda-tanda/bekas trowel dan
kerusakan-kerusakan lain.

2. Perkerasan Beton (Concrete Hardener)


Untuk keperluan pelat lantai beton expose dengan beban berat, perkerasan
beton harus diadakan dengan kepadatan sebagai berikut :

 Lantai parkir/sirkulasi lalu lintas normal, kepadatan sedang 5 kg/m2.


 Ruang M/E : kepadatan normal 3 kg/m2.
 Loading dock/sirkulasi lalu lintas berat, kepadatan berat 7 kg/m2.

6.3.11. Lapisan Penutup Lantai yang Dikerjakan Kemudian (Separate Floor Toppings)
a. Sebelum pengecoran, kasarkan permukaan dasar dari beton dan singkirkan
benda-benda asing, semprot dan bersihkan.
b. Letakan penyekat, tepian-tepian, penulangan dan hal-hal lain yang akan
ditanam/dicor.
c. Berikan bahan perekat pada permukaan dasar sesuai dengan petunjuk. Gunakan
lapisan pasir dan semen pada lapisan dasar secepatnya sebelum mengecor
lapisan penutup (topping).
d. Pengecoran penutup lantai beton harus memenuhi level dan kemiringan yang
dikehendaki.

6.3.12. Beton Massa (Mass Concrete)

Hal - 41
a. Secara umum harus sesuai dengan ACI 207.1R-87, ACI 207.2R-90 dan ACI
207.3R-79 Revised 1985.
b. Sebelum pekerjaan dilaksanakan, kontraktor harus menentukan metoda dari
perbandingan, cara pengadukan, pengangkutan, pengecoran serta pengontrolan
temperatur dan cara perawatan, yang harus diserahkan kepada Direksi
Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
c. Bahan-bahan.

1. Semen
Semen haruslah semen ordinary, moderate-heat atau semen portland yang
tahan terhadap sulfat.

2. Agregat
Ukuran maksimum dari agregat kasar harus seperti telah diperinci
sebelumnya. Kecuali dinyatakan lain pada catatan, agregat harus mengikuti
ketentuan tentang bentuk dan ukuran dari potongan melintang serta jarak
bersih dari tulangan-tulangan beton, dan seperti disetujui oleh Direksi
Lapangan.

3. Bahan Tambahan (Admixture) Pozzolanic


Bahan tambahan (admixtures) Pozzolanic harus seperti diuraikan pada
ASTM C 618 (Specification for Fly Ash and Raw or Calcined Natural
Pozzolan for Use as a Mineral Admixture in Portland Cement Concrete).

4. Bahan Tambahan untuk Permukaan (Surface-active Agent)


Bahan tambahan untuk permukaan harus memenuhi spesifikasi khusus.
Kecuali yang tercantum dalam catatan, suatu retarder type air entraining
dan bahan "pereduce" air (water reducing agent) atau harus digunakan
retarder type water reducing agent. Bagaimanapun, bahan tambahan
apapun yang akan dipakai, boleh dipakai bila dengan persetujuan/ijin dari
Direksi Lapangan.

5. Bahan-bahan untuk campuran beton yang akan dipakai haruslah dari bahan
yang mempunyai suhu serendah mungkin.

d. Proporsi/Perbandingan Campuran.
1. Perbandingan campuran harus ditetapkan untuk meminimumkan jumlah
Hal - 42
semen tehadap campuran dalam batasan dari mutu beton yang
dikehendaki/diminta dan harus distujui oleh Direksi Lapangan.
2. Slump untuk beton massa tidak boleh lebih dari 12 cm.
3. Bila penentuan perbandingan campuran berdasarkan umur beton 28 hari,
maka umur beton juga perlu diperinci. Dalam hal ini desain perbandingan
campuran harus ditentukan sesuai dengan metoda yang telah diperinci atau
disetujui oleh Direksi Lapangan.

e. Penulangan
1. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari bentuk
tulangan tidak berubah selama pengecoran.
2. Peraturan lain tentang penulangan harus sesuai dengan bab ini pasal C.4.
tentang pembesian.

f. Pengecoran dan Pemeliharaan Temperatur


1. Sesudah beton dicor, permukaan harus dibasahi serta dilindungi terhadap
pengaruh langsung dari sinar matahari, pengeringan yang mendadak dan
lain-lain.
2. Untuk mengetahui kenaikan temperatur beton serta pemeriksaan dalam
proses perawatan beton maka temperatur permukaan dan temperatur di
dalam beton harus diukur bila mana perlu setelah pengecoran beton
dilaksanakan.
3. Apabila temperatur di bagian dalam beton mulai meningkat maka
perawatan beton harus sedemikian sehingga tidak mempercepat kenaikan
temperatur tersebut. Perhatian dicurahkan agar temperatur pada permukaan
beton menjadi tidak terlalu rendah dibandingkan dengan temperatur di
dalam beton.
4. Setelah temperatur di dalam beton mencapai maksimum, maka permukaan
beton harus ditutupi dengan kanvas atau bahan penyekat lainnya untuk
mempertahankan panas sedemikian rupa sehingga bagian dalam dan luar
beton atau penurunan temperatur yang mendadak di bagian dalam beton.
Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut diatas dibuka permukaan tetap
harus dilindungi terhadap pengeringan yang mendadak.
5. Campuran beton yang direncanakan utuk adukan beton yang dibuat harus

Hal - 43
berdasarkan pada kekuatan beton umur 28 hari.
6. Bila campuran beton yang direncanakan tersebut sudah dibuat maka
perkiraan kekuatan tekan beton dalam struktur harus dilaksanakan sesuai
dengan persyaratan khusus untuk itu atau sesuai instruksi Direksi
Lapangan.
7. Cara perawatan dari benda uji untuk pengujian kekuatan tekan beton guna
dapat menetukan waktu yang sesuai untuk pembongkaran cetakan beton
sesuai dengan persyaratan khusus untuk itu atau sesuai persetujuan Direksi
Lapangan.

6.3.13. Perlindungan Terhadap Mekanik dan Kerusakan pada Masa Pelaksanaan


(Protection from Mechanical and Construction Injury).

Selama masa pemeliharaan, beton harus dilindungi dari kerusakan akibat mekanik,
tegangan-tegangan akibat beban utama, kejutan besar (heavy shock) dan getaran
yang berlebihan.

6.3.14. Percobaan Beton


a. Gudang/Tempat Penyimpanan Contoh Benda Uji.
Gudang penyimpanan yang terjamin atau ruangan harus disediakan oleh
"kontraktor" untuk menyimpan benda-benda uji silinder beton, selama
pemeliharaan. Gudang harus mempunyai ruang yang cukup untuk menampung
semua fasilitas yang diperlukan dan semua benda uji kubus yang dimaksudkan.
Kontraktor harus menyerahkan detail dari gudang kepada Direksi Lapangan
untuk persetujuan. Gudang harus dilengkapi dengan pintu yang kuat dan kunci
yang bermutu baik. Direksi Lapangan berhak untuk langsung meninjau
ruang/gudang penyimpanan contoh benda uji silinder tersebut.

b. Percobaan Laboratorium.
Contoh-contoh untuk test kekuatan harus diambil sesuai dengan PBI-71 NI-2,
ASTM C-172, ASTM C-31.

c. Penyelidikan dari Hasil Percobaan dengan Kekuatan Rendah.


Apabila mutu benda uji berdasarkan hasiil percobaan kekuatan kubus ternyata
lebih rendah dari yang disyaratkan, maka harus dilakukan percobaan-percobaan
dengan tahapan sebagai berikut :

Hal - 44
1. Hammer test, percobaan palu beton, harus sesuai dengan ASTM C-805-79.
Apabila hasil dari percobaan ini masih lebih rendah dari yang disyaratkan,
maka harus dilakukan percobaan tahap berikut di bawah ini.
2. Drilled Core Test, harus sesuai dengan ASTM C42-94. Apabila hasil dari
percobaan drilled core ini masih lebih rendah dari yang disyaratkan, maka
harus dilakukan percobaan tahap berikut di bawah ini.
3. Loading Test/percobaan pembebanan harus sesuai dengan PBI-71 dan ACI-
318-99. Apabila hasil dari percobaan pembebanan ini masih lebih rendah
dari yang disyaratkan, maka beton dinyatakan tidak layak dipakai.

6.3.15. Penyimpangan Maksimum dari Pekerjaan Struktur yang Diijinkan


Kecuali ditentukan lain, secara umum harus sesuai dengan ACI-301 (Specification
for Structural Concrete for Building). Apabila didapati beberapa toleransi yang
dapat dipakai bersamaan, maka harus diambil/dipakai adalah yang
terhebat/terkeras.

6.3.16. Lain-lain

Grouting dan Drypacking

a. Grout/Penyuntikan Air Semen.


Satu bagian semen, 2 bagian pasir dan air secukupnya agar dapat mengalir
dengan sendirinya. Pengurangan air dan bahan tambahan untuk kemudahan
pekerjaan beton boleh diberikan sesuai dengan pertimbangan "kontraktor"
melalui persetujuan Direksi Lapangan.

b. Drypack/Campuran Semen Kering


Satu bagian semen, 2 bagian pasir dengan air sekadarnya untuk mengikat
bahan-bahan menjadi satu.

c. Installation/Pengerjaan
Basahkan permukaan sebelum digrout dan taburi (slush) dengan semen murni.
Tekankan grout sedemikian agar mengisi kekosongan/celah-celah dan
membentuk lapisan seragam dibawah pelat. Haluskan penyelesaian pada
permukaan beton expose dan adakan perawatan dengan
pembasahan/pelembaban sedikitnya 3 hari.

Hal - 45
Non-Shrink Grout

Perusahaan/pabrik yang bahan groutnya dipakai, harus mengerjakan percobaan


hasil yang memperlihatakan bahwa grout non-shrink tidak ada penyusutan sejak
awal pengecoran atau sambungan setelah pemasangan sesuai CRD-C621-80
(susut); mempunyai kekuatan tekan 1 hari tidak kurang dari 3000 psi dan 8000 psi
pada 28 hari sesuai ASTM C109; mempunyai waktu pengikatan awal tidak kurang
dari 45 menit sesuai ASTM C191, memperlihatkan luasan bearing effective (EBA
= Effective Bearing Area) sebesar 90 sampai 100 persen.

Grout yang terdiri dari accelatator inorganis, pengurangan air, atau "fluidifiers"
harus tidak boleh mempunyai penyusutan kering lebih besar dari persamaan semen
pasir dan campuran air seperti percobaan di bawah ASTM C 596. Semua grout
harus menurut syarat petunjuk dari CRD-C611-80 (flow cone).

6.4.PEMBESIAN

6.4.1. Percobaan dan Pemeriksaan (Test and Inspections)


Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan harus disertai
surat keterangan percobaan dari pabrik.

Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian periodik
minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji
untuk uji lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan
contoh baja tulangan akan ditentukan oleh Direksi Lapangan.

Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan
di laboratorium Lembaga Uji Konstruksi BPPT atau laboratorium lainnya
direkomendasi oleh Direksi Lapangan dan minimal sesuai dengan SII-0136-84
salah satu standard uji yang dapat dipakai adalah ASTM A-615. Semua biaya
pengetesan tersebut ditanggung oleh Kontraktor.

Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang merugikan
terhadap kekuatan rekatan harus dibersihkan.

Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat dengan
kawat dari baja lunak.

Hal - 46
Sambungan mekanis harus ditest dengan percobaan tarik.

Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan persetujuan dari pembesian,


termasuk jumlah, ukuran, jarak, selimut, lokasi dari sambungan dan panjang
penjangkaran dari penulangan baja oleh Direksi Lapangan.

Sertifikat : Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan,
maka pada saat pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat
resmi dari Laboratorium. Khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.

6.4.2. Bahan-bahan / Produk

a. Tulangan
Sediakan tulangan berulir mutu BJTD-40, sesuai dengan SII 0136-84 dan
tulangan polos mutu BJTP-24, sesuai dengan SII 0136-84 seperti dinyatakan
pada gambar-gambar struktur.

Tulangan polos dengan diameter lebih kecil 13 mm harus baja lunak dengan
tegangan leleh 2400 kg/cm2.

Tulangan ulir dengan diameter lebih besar atau sama dengan 13 mm harus baja
tegangan tarik tinggi, batang berulir dengan tegangan leleh 4000 kg/cm2.

b. Tulangan Anyaman (Wire mesh)


Sediakan tulangan anyaman , mutu U-50, mengikuti SII 0784-83.

c. Penunjang/Dudukan Tulangan (Bar Support)


Dudukan tulangan haruslah tahu beton yang dilengkapi dengan kawat pengikat
yang ditanam, atau batang kursi tinggi sendiri (Individual High Chairs).

d. Bolstern, kursi, spacers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk mengatur


jarak.
1. Pakai besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI, kecuali
diperlihatkan lain pada gambar.
2. Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang tidak
direkomendasi.

Hal - 47
3. Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir atau
horizontal runners dimana bahan dasar tidak akan langsung menunjang
batang kursi (chairs legs). Atau pakai lantai kerja yang rata.
4. Untuk beton ekspose, dimana batang-batang penunjang langsung
berhubungan/ mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan jenis hot-dip-
galvanized atau penunjang yang dilindungi plastik.

e. Kawat Pengikat
Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.

6.4.3. Jaminan Mutu


Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah disetujui oleh Direksi
Lapangan.

Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya) harus diperlihatkan untuk
semua tulangan yang dipakai. Percobaan-percobaan ini harus memperlihatkan
hasil-hasil dari semua kom- posisi kimia dan sifat-sifat fisik.

6.4.4. Persiapan Pekerjaan/Perakitan Tulangan


Pembengkokkan dan pembentukan.

Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus sedemikian rupa sehingga posisi


dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk
maupun tempat selama pengecoran berlangsung.

Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan PBI 1971.

Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan


PBI 1971 atau A.C.I. 315.

6.4.5. Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganannya


Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai dengan
etiket/label yang mencantumkan ukuran batang, panjang dan tanda pengenal.

Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk mengindari kerusakan. Gudang di atas


tanah harus kering, daerah yang bagus saluran-salurannya, dan terlindung dari
lumpur, kotoran, karat dsb.

Hal - 48
6.5.PELAKSANAAN PEMASANGAN TULANGAN, PEMBENGKOKAN DAN
PEMOTONGAN

6.5.1. Persiapan
a. Pembersihan
Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill steel) dan karat
lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat. Bersihkan sekali
lagi tonjolan pada tulangan atau pada sambungan konstruksi untuk menjamin
rekatannya.

b. Pemilihan/seleksi
Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan.

6.5.2. Pemasangan Tulangan


a. Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan PBI 1971 Koordinasi dengan
bagian lain dan kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu diadakan untuk
mengindari keterlambatan. Adakan/berikan tambahan tulangan pada lubang-
lubang (openings) / bukaan.

b. Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga
sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.

1. Tulangan pada pile cap, tie beam dan kolom-kolom beton harus dipasang
pada posisi yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan
spacers/penahan jarak.
2. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untuk
memperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton dengan penjaga
jarak, kursi penunjang dan penunjang lain yang diperlukan.
3. Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat (seperti
pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya
dengan tahu beton yang mutunya paling sedikit sama dengan beton yang
akan dicor.
4. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton.
Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari

Hal - 49
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-
gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m^2 cetakan
atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata.
5. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang
pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang
langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang
tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan letak dari
tulangan-tulangan pelat yang dibengkok yang harus melintasi tulangan
balok yang berbatasan.

c. Toleransi pada Pemasangan Tulangan


1. Terhadap selimut beton (selimut beton) : ± 6 mm
2. Jarak terkecil pemisah antara batang : ± 6 mm
3. Tulangan atas pada tie beam dan balok :
- balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : ± 6 mm

- balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600 mm : ± 25
mm

- balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : ± 25 mm

- panjang batang : ± 50 mm

4. Toleransi pada pemasangan lainnya sesuai PBI '71.

d. Pembengkokan Tulangan, Sesuai Dengan PBI '71.


1. Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara
yang merusak tulangan itu.
2. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh
dibengkokkan atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di
dalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
3. Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam
keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
4. Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos atau
diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak
boleh mencapai suhu lebih dari 850 oC.

Hal - 50
5. Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan dingin
dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan di atas 100 oC yang
bukan pada waktu las, maka dalam perhitungan-perhitungan sebagai
kekuatan baja harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidak mengalami
pengerjaan dingin.
6. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali diijinkan
oleh perencana.
7. Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh
didinginkan dengan jalan disiram dengan air.
8. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak
8 kali diameter (diameter pengenal) batang dari setiap bagian dari
bengkokan.

e. Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.


1. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransi yang
disyaratkan oleh perencana. Apabila tidak ditetapkan oleh perencana, pada
pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi
seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut.
2. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurun ukuran dan
terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok
ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan
dalam ayat (3) dan (4).
Terhadap panjang total batang yang diserahkan menurut sesuatu ukuran
ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan - 25 mm.

3. Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi
sebesar ± 50 mm.
4. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan
toleransi sebesar ± 6 mm.

f. Panjang penjangkaran dan panjang penyaluran.


1. Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi tegangan
terbesar. Sambungan untuk tulangan atas pada balok dan pelat beton harus

Hal - 51
diadakan di tengah bentang, dan tulangan bawah pada tumpuan.
Sambungan harus ditunjang dimana memungkinkan.
2. Ketidak-lurusan rangkaian tulangan kolom tidak boleh melampaui
perbandingan 1 terhadap 10.
3. Standard Pembengkokan
Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan SKSNI-91 ( Tata
Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung), kecuali
ditentukan lain.

6.5.3. Pemasangan Wire Mesh


Pemasangan pada kepanjangan terpanjang yang memungkinkan dilakukan.

Jangan melakukan penghentian / pengakhiran lembar wire mesh antara tumpuan


balok atau tepat diatas balok dari struktur menerus.

Keseimbangan pengakhiran dari lewatan dalam arah lebar yang berdampingan


untuk mencegah lewatan yan menerus.

Wire mesh harus ditahan pada posisi yang benar selama pengecoran.

6.5.4. Las
Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus sesuai dengan
Reinforcement Steel Welding Code (AWS D 12.1). Pengelasan tidak boleh
dilakukan pada pembengkokan di suatu batang, pengelasan pada persilangan (las
titik) harus diijinkan kecuali seperti di anjurkan atau disahkan oleh Direksi
Lapangan. ASTM specification harus dilengkapi dengan keperluan jaminan
kehandalan kemampuan las dengan cara ini.

6.5.5. Sambungan Mekanik


Bila jumlah luas tulangan kolom melampaui 3% dari luas penampang kolom
dengan menggunakan diameter 32 mm, sambungan mekanik untuk tulangan (pada
kolom) harus disediakan dan dipakai.

VII. PEKERJAAN CETAKAN DAN PERANCAH

7.1. PEKERJAAN PEMASANGAN PAPAN BANGUNAN ( BOUWPLANK )

7.1.1. Umum

Hal - 52
A. Persyaratan Umum
Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini, Cetakan dan
Perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam PBI-1971
NI-2, ACI 347, ACI 301, ACI 318.

Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan serta


gambar-gambar rancangan cetakan dan perancah untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Lapangan sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Dalam gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat konstruksi
cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta kedudukan serta sistem
rangkanya, pemindahan dari cetakan serta perlengkapan untuk struktur yang
aman.

B. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk
Bab ini termasuk perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran dari semua
cetakan beton serta penunjang untuk semua beton cor seperti diperlukan
dan diperinci berikut ini.
2. Pekerjaan yang berhubungan
 Pekerjaan Pembesian
 Pekerjaan Beton

C. Referensi-Referensi
Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada gambar atau
diperinci berikut, harus mengikuti peraturan-peraturan, standard-standard atau
spesifikasi terakhir sebagai berikut :
1. PBI-1971 NI-2 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
2. SII Standard Industri Indonesia
3. ACI-301 Specification for Structural Concrete Building
4. ACI-318 Building Code Requirement for Reinforced Concrete
5. ACI-347 Recommended Practice for Concrete Formwork

D. Penyerahan
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilakukan oleh "Kontraktor" sesuai
dengan jadwal yang telah disetujui untuk penyerahannya dengan segera, untuk

Hal - 53
menghindari keterlambatan dalam pekerjaannya sendiri maupun dari kontraktor
lain.

1. Kwalifikasi Mandor Cetakan Beton (Formwork Foreman)


"Kontraktor" harus mempekerjakan mandor untuk cetakan beton yang
berpengalaman dalam hal cetakan beton. Kwalifikasi dari mandor harus
diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk diperiksa dan disetujui,
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum memulai pekerjaan.
2. Data Pabrik
Data pabrik tentang bahan-bahan harus diserahkan oleh "Kontraktor"
kepada Direksi Lapangan dalam waktu 7 hari kerja setelah "Kontraktor"
menerima surat perintah kerja, juga harus diserahkan instruksi pemasangan
untuk kepentingan bahan-bahan dari lapisan-lapisan, pengikat-pengikat,
dan asesoris serta sistem cetakan dari pabrik bila dipakai.
3. Gambar kerja
Perhatikan sistem cetakan beton seperti pengaturan perkuatan dan
penunjang, metode dari kelurusan cetakan, mutu dari semua bahan-bahan
cetakan, sirkulasi cetakan.
Gambar kerja harus diserahkan kepada Direksi Lapangan sekurang-
kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum pelaksanaan, untuk diperiksa.
4. Contoh
Lengkapi cetakan dengan "cone" untuk mengencangkan cetakan.

7.1.2. Bahan-bahan/Produk
Bahan-bahan dan perlengkapan harus disediakan sesuai keperluan untuk cetakan
dan penunjang pekerjaan, juga untuk menghasilkan jenis penyelesaian permukaan
beton seperti terlihat dan terperinci.

A. Perancangan Perancah
1. Definisi Perancah
Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton yang
belum mengeras. Kontraktor harus mengajukan rancangan perhitungan
dan gambar perancah tersebut untuk disetujui oleh Direksi Lapangan.
Segala biaya yang perlu sehubungan dengan perancangan perancah dan

Hal - 54
pengerjaannya harus sudah tercakup dalam perhitungan biaya untuk
harga satuan perancah.

2. Perancangan/Desain
 Perancangan/desain dari acuan dan perancah harus dilakukan oleh
tenaga ahli resmi yang bertanggungjawab penuh kepada kontraktor.
 Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan pada
ketentuan ACI-347.
 Perancah dan acuan harus dirancang terhadap beban dari beton
waktu masih basah, beban-beban akibat pelaksanaan dan getaran
dari alat penggetar. Penunjang-penunjang yang sepadan untuk
penggetar dari luar, bila digunakan harus ditanamkan kedalam
acuan dan diperhitungkan baik-baik dan menjamin bahwa distribusi
getaran-getaran tertampung pada cetakan tanpa konsentrasi
berlebihan.

3. Acuan
 Acuan harus menghasilkan suatu struktur akhir yang mempunyai
bentuk, garis dan dimensi komponen yang sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam gambar rencana serta uraian dan syarat teknis
pelaksanaan.
 Acuan harus cukup kokoh dan rapat sehingga mampu mencegah
kebocoran adukan.
 Acuan harus diberi pengaku dan ikatan secukupnya sehingga dapat
menyatu dan mampu mempertahankan kedudukan dan bentuknya.
 Acuan dan perancahnya harus direncanakan sedemikian sehingga
tidak merusak struktur yang sudah selesai dikerjakan.
 Dilarang memakai galian tanah sebagai cetakan langsung untuk
permukaan tegak dari beton.

B. Cetakan untuk Permukaan Beton Ekspose.


1. Cetakan Plastic-Faced Plywood (Penyelesaian Halus dan Penyelesaian
dengan Cat/Smooth Finish and Painted Finish)
Gunakan potongan/lembaran utuh. Pola sambungan dan pola pengikat
harus seragam dan simetris. Setiap sambungan antara bidang panel

Hal - 55
ataupun sudut maupun pertemuan-pertemuan bidang, harus disetujui
dahulu oleh Direksi Lapangan untuk pola sambungannya.

2. Cetakan sambungan panel untuk sambungan beton ekspose antara


panel-panel cetakan harus dikencangkan untuk mencegah kebocoran
dari grout (penyuntikan air semen) atau butir-butir halus dan harus
diperkuat dengan rangka penunjang untuk mempertahankan
permukaan-permukaan yang berhubungan dengan panel-panel yang
bersebelahan pada bidang yang sama. Gunakan bahan penyambung
cetakan antara beton ekspose yang diperkeras dengan panel-panel
cetakan untuk mencegah kebocoran dari grout atau butir-butir halus
dari adukan beton baru ke permukaan campuran beton sebelumnya.
Tambahan pada cetakan tidak diijinkan.

C. Penyelesaian Beton dengan Cetakan Papan


1. Cetakan dengan jenis ini (papan) harus terdiri dari papan-papan yang
kering dengan lebar minimal 18 cm dan tebal min. 2 cm. Semua papan
harus bebas dari mata kayu yang besar, tarikan, goncangan kuat,
lubang-lubang dan perlemahan-perlemahan lain yang serupa.

2. Denah dasar dari papan haruslah tegak seperti tercantum pada gambar.
Cetakan dari papan haruslah penuh setinggi kolom-kolom, dinding dan
permukaan-permukaan pada bidang yang sama tanpa sambungan
mendatar dengan sambungan ujung yang terjadi hanya pada sudut-
sudut dan perubahan bidang.

3. Lengkapi dengan penunjang plywood melewati cetakan papan untuk


stabilitas dan untuk mencegah lepas/terurainya adukan. Cetakan papan
harus dikencangkan pada penunjang plywood dengan kondisi akhir
dari paku yang ditanam tidak terlihat.
Pola dari paku harus seragam dan tetap seperti disetujui oleh Direksi
Lapangan.

D. Cetakan untuk Beton yang Terlindung (Unexposed Concrete)


1. Cetakan untuk beton terlindung haruslah dari logam (metal), plywood

Hal - 56
atau bahan lain yang disetujui, bebas dari lubang-lubang atau mata
kayu yang besar. Kayu harus dilapis setidak-tidaknya pada satu sisi
dan kedua ujungnya.
2. Lengkapi dengan permukaan kasar yang memadai untuk memperoleh
rekatan dimana beton diindikasikan menerima seluruh ketebalan
plesteran.

E. Perancah, Penunjang dan Penyokong (Studs, Wales and Supports).


Kontraktor harus bertanggung jawab, bahwa perancah, penunjang dan
penyokong adalah stabil dan mampu menahan semua beban hidup dan beban
pelaksanaan.

F. Jalur Kayu
Jalur kayu diperlukan untuk membentuk sambungan jalur dan chamfer.

G. Melapis Cetakan
1. Melapis cetakan untuk memperoleh penyelesaian beton yang halus,
harus tanpa urat kayu dan noda, yang tidak akan meninggalkan sisa-
sisa/bekas pada permukaan beton atau efek yang merugikan bagi
rekatan dari cat, plester, mortar atau bahan penyelesaian lainnya yang
akan dipakai untuk permukaan beton.
2. Bila dipakai cetakan dari besi, lengkapi cetakan dengan form-oil
(bahan untuk melepaskan beton) dari pabrik khusus untuk cetakan dari
besi. Pakai lapisan sesuai dengan spesifikasi perusahaan sebelum
tulangan dipasang atau sebelum cetakan dipasang.

H. Pengikat Cetakan
1. Pengikat cetakan haruslah batang-batang yang dibuat di pabrik atau
jenis jalur pelat, atau model yang dapat dilepas dengan ulir, dengan
kapasitas tarik yang cukup dan ditempatkan sedemikian sehingga
menahan semua beban hidup dari pengecoran beton basah dan
mempunyai penahan bagian luar dari luasan perletakan yang memadai.
2. Untuk beton-beton yang umum, penempatannya menurut pendapat
Direksi Lapangan.
3. Pengikat untuk dipakai pada beton dengan permukaan yang diekspose,

Hal - 57
harus dari jenis dengan kerucut (cone snap off type). Kemiringan
kerucut haruslah 2.5 cm maximum diameter pada permukaan beton
dengan 3.8 cm tebal/tingginya ke pengencang sambungan. Pengikat
haruslah lurus ke dua arah baik mendatar maupun tegak di dalam
cetakan seperti terlihat pada gambar atau seperti disetujui oleh Direksi
Lapangan.
I. Penyisipan Besi
Penanaman/penyisipan besi untuk angker dari bahan lain atau peralatan pada
pelaksanaan beton haruslah dilengkapi seperti diperlukan pada pekerjaan.

1. Penanaman/Penyisipan Benda-benda Terulir.


Penanaman jenis ini haruslah seperti telah disetujui oleh Direksi
Lapangan.
2. Pemasangan langit-langit (ceiling).
Pemasangan langit-langit untuk angkur penggantung penahan
penggantung langit-langit, konstruksi penggantung haruslah digalvani,
atau type yang diijinkan oleh Direksi Lapangan.
3. Pengunci Model Ekor Burung.
Pengunci model ekor burung haruslah dari besi dengan galvani yang
lebih baik/tebal, dibentuk untuk menerima angkur ekor burung dari besi
seperti dispesifikasikan.
Pengunci harus diisi dengan bahan pengisi yang mudah dipindahkan
untuk mengeluarkan gangguan dari mortar/adukan.

J. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan.


Bahan cetakan harus dikirim ke lapangan sedemikian jauhnya agar praktis
penggunaannya, dan harus secara hati-hati ditumpuk dengan rapi di tanah
dalam cara memberi kesempatan untuk pengeringan udara (alamiah).

K. Pemasangan Benda-benda yang Akan Ditanam di dalam Beton


Pemasangan pipa saluran listrik dan lain-lain yang akan tertanam di dalam
beton :
1. Penempatan saluran/pemimpaan harus sedemikian rupa sehingga tidak
mengurangi kekuatan struktur dengan memperhatikan persyaratan di

Hal - 58
dalam PBI 1971 NI-2 Bab 5.7.
2. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain di dalam
bagian-bagian struktur beton bila tidak ditunjuk secara detail di dalam
gambar. Di dalam beton perlu dipasang sleeve/selongsong pada
tempat-tempat yang dilewati pipa.
3. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan didalam gambar,
tidak dibenarkan untuk menanam saluran listrik di dalam struktur
beton.
4. Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik, bagian-bagian
yang tertanam dalam beton dan lain-lain terhalang oleh adanya baja
tulangan yang terpasang, maka kontraktor segera mengkonsultasikan
hal ini dengan Direksi Lapangan.
5. Tidak dibenarkan untuk membengkokkan/memindahkan baja tulangan
tersebut dari posisinya untuk memudahkan dalam melewatkan pipa-
pipa saluran tersebut tanpa ijin tertulis dari Direksi Lapangan.
6. Semua bagian-bagian/peralatan tersebut yang ditanam dalam beton
seperti angkur-angkur, kait dan pekerjaan lain yang ada hubungannya
dengan pekerjaan beton, harus sudah dipasang sebelum pengecoran
beton dilaksanakan.
7. Bagian-bagian/peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada
posisinya dan diusahakan agar tidak bergeser selama pengecoran
dilakukan.
8. Kontraktor Utama harus memberitahukan serta memberikan
kesempatan kepada pihak lain untuk memasang bagian-
bagian/peralatan tersebut sebelum pelaksanaan pengecoran beton.
9. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong
pada benda/peralatan yang akan ditanam dalam beton yang mana
rongga tersebut diharuskan tidak terisi beton harus ditutupi dengan
bahan lain yang mudah dilepas nantinya setelah pelaksanaan
pengecoran beton.

7.1.3. Pelaksanaan

A. Umum

Hal - 59
Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh dan terhindar
dari bahaya kemiringan dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri harus
juga kokoh terhadap pembebanan yang akan ditanggungnya, termasuk gaya-
gaya prategang dan gaya-gaya sentuhan yang mungkin ada.
Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan
yang perlu sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya yang bekerja
padanya sedemikian rupa hingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan
bentuk konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang
seharusnya.
Perancah harus dibuat dari baja atau kayu yang bermutu baik dan tidak mudah
lapuk. Pemakaian bambu untuk hal ini tidak diperbolehkan. Bila perancah itu
sebelum atau selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung menunjukan
tanda-tanda penurunan > 10 mm sehingga menurut pendapat Direksi Lapangan
hal ini akan menyebabkan kedudukan (peil) akhir sesuai dengan gambar
rancangan tidak akan dapat dicapai atau dapat membahayakan dari segi
konstruksi, maka Direksi Lapangan dapat memerintahkan untuk membongkar
pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan mengharuskan kontraktor untuk
memperkuat perancah tersebut sehingga dianggap cukup kuat. Biaya
sehubungan dengan itu sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.

Gambar rancangan perancah dan sistem pondasinya atau sistem lainnya secara
detail (termasuk perhitungannya) harus diserahkan kepada Direksi Lapangan
untuk disetujui dan pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum
gambar tersebut disetujui.

Perancah harus diperiksa secara rutin sementara pengecoran beton berlangsung


untuk melihat bahwa tidak ada perubahan elevasi, kemiringan ataupun
ruang/rongga. Bila selama pelaksanaan didapati perlemahan yang berkembang
dan pekerjaan perancah memperlihatkan penurunan atau perubahan bentuk,
pekerjaan harus dihentikan, diberlakukan pembongkaran bila kerusakan
permanen, dan perancah diperkuat seperlunya untuk mengurangi penurunan
atau perubahan bentuk yang lebih jauh.
Pada saat pengecoran, pelaksana dan surveyor harus memantau terus menerus
agar bisa dicegah penyimpangan-penyimpangan yang mungkin ada.

Hal - 60
Rancangan perancah dan cetakan sedemikian untuk kemudahan pembongkaran
untuk mengeliminasi kerusakan pada beton apabila cetakan & perancah
dibongkar.

Aturlah cetakan untuk dapat membongkar tanpa memindahkan penunjang


utama dimana diperlukan untuk disisakan pada waktu pengecoran.

B. Pemasangan
Perancah dan cetakan harus sesuai dengan dimensi, kelurusan dan kemiringan
dari beton seperti yang ditunjukkan pada gambar; dilengkapi untuk bukaan
(openings), celah-celah, pengunduran (recesses), chamfers dan proyeksi-
proyeksi seperti diperlukan.

Cetakan-cetakan harus dibuat dari bahan dengan kelembaban rendah, kedap air
dan dikencangkan secukupnya dan diperkuat untuk mempertahankan posisi dan
kemiringan serta mencegah tekuk dan lendutan antara penunjang-penunjang
cetakan.

Pekerjaan denah harus tepat sesuai dengan gambar dan kontraktor bertanggung
jawab untuk lokasi yang benar. Garis bantu yang diperlukan untuk
menentukan lokasi yang tepat dari cetakan, haruslah jelas, sehingga
memudahkan untuk pemeriksaan.
Semua sambungan/pertemuan beton ekspose harus selaras dan segaris baik
pada arah mendatar maupun tegak, termasuk sambungan-sambungan
konstruksi kecuali seperti diperlihatkan lain pada gambar.

Toleransi untuk beton secara umum harus sesuai PBI-71 atau ACI 347-
78.3.3.1, Tolerances for Reinforced Concrete Building.
Cetakan harus menghasilkan jaringan permukaan yang seragam pada
permukaan beton yang diekspose.
Pembuatan cetakan haruslah sedemikian rupa sehingga pada waktu
pembongkaran tidak mengalami kerusakan pada permukaan.

Kolom-kolom sudah boleh dipasang cetakannya dan dicor (hanya sampai tepi

Hal - 61
bawah dari balok diatasnya) segera setelah penunjang dari pelat lantai
mencapai kekuatannya sendiri. Bagaimanapun, jangan ada pelat atau balok
yang dicetak atau dicor sebelum balok lantai dibawahnya bekerja penuh.

Pada waktu pemasangan rangka konstruksi beton bertulang, Kontraktor harus


benar-benar yakin bahwa tidak ada bagian dari batang tegak yang mempunyai
"plumbness"/kemiringan lebih atau kurang dari 10 mm, yang dibuktikan
dengan data dari surveyor yang diserahkan sebelum pengecoran.

C. Pengikat Cetakan
Pengikat cetakan harus dipasang pada jarak tertentu untuk ketepatannya
memegang/menahan cetakan selama pengecoran beton dan untuk menahan
berat serta tekanan dari beton basah.

D. Jalur Kayu, Blocking dan Pencetakan Bentuk-bentuk Khusus (Moulding)


Pasanglah di dalam cetakan jalur kayu, blocking, moulding, paku-paku dan
sebagainya seperti diperlukan untuk menghasilkan penyelesaian yang
berbentuk khusus/berprofil dan permukaan seperti diperlihatkan pada gambar
dan bentuk melengkapi pemasangan paku untuk batang-batang kayu dari ciri-
ciri lain yang dibutuhkan untuk ditempelkan pada permukaan beton dengan
suatu cara tertentu. Lapislah jalur kayu, blocking dan pencetakan bentuk
khusus dengan bahan untuk melepaskan.

E. Chamfers
Garis/lajur chamfers haruslah hanya dimana ditunjukkan pada gambar-gambar
arsitek saja.

F. Bahan untuk Melepas Beton (Release Agent)


Lapisilah cetakan dengan bahan untuk pelepas beton sebelum besi tulangan
dipasang. Buanglah kelebihan dari bahan pelepas sehingga cukup membuat
permukaan dari cetakan sekedar berminyak bila beton maupun pada pertemuan
beton yang diperkeras dimana beton basah akan dicor/dituangkan.

Jangan memakai bahan pelepas dimana permukaan beton dijadwalkan untuk

Hal - 62
menerima penyelesaian khusus dan/atau pakailah penutup dimana
dimungkinkan.

G. Pekerjaan Sambungan
Untuk mencegah kebocoran oleh celah-celah dan lubang-lubang pada cetakan
beton ekspose, perlu dilengkapi dengan gasket, plug, ataupun caulk joints.
Cetakan sambungan-sambungan hanya diijinkan dimana terlihat pada gambar
kerja. Dimana memungkinkan, tempatkan sambungan ditempat yang
tersembunyi. Laksanakan perawatan sambungan dalam 24 jam setelah jadwal
pengecoran.

H. Pembersihan
Untuk beton pada umumnya (termasuk cetakan untuk permukaan terlindung
dari beton yang dicat). Lengkapi dengan lubang-lubang untuk pembersihan
secukupnya pada bagian bawah dari cetakan-cetakan dinding dan pada titik-
titik lain dimana diperlukan untuk fasilitas pembersihan dan pemeriksaan dari
bagian dalam dari cetakan utama untuk pengecoran beton. Lokasi/tempat dari
bukaan pembersihan berdasar kepada persetujuan Direksi Lapangan.

Untuk beton ekspose sama dengan beton pada umumnya, kecuali bahwa
pembersihan pada lubang-lubang tidak diijinkan pada cetakan beton ekspose
untuk permukaan ekspose tanpa persetujuan Direksi Lapangan.
Dimana cetakan-cetakan mengelilingi suatu potongan beton ekspose dengan
permukaan ekspose pada dua sisinya, harus disiapkan cetakan yang bagian-
bagiannya dapat dilepas sepenuhnya seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
Memasang jendela, bila pemasangan jendela pada cetakan untuk beton ekspose,
lokasi harus disetujui oleh Direksi Lapangan.

Perancah; batang-batang perkuatan penyangga cetakan harus memadai sesuai


dengan metoda perancah. Pemeriksaan perancah secara sering harus dilakukan
selama operasi pengecoran sampai dengan pembongkaran. Naikkan bila
penurunan terjadi, perkuat/kencangkan bila pergerakan terlihat nyata.
Pasanglah penunjang-penunjang berturut-turut, segera, untuk hal-hal tersebut
diatas. Hentikan perkerjaan bila suatu perlemahan berkembang dan cetakan

Hal - 63
memperlihatkan pergerakan terus menerus melampaui yang dimungkinkan dari
peraturan.

Pembersihan dan pelapisan dari cetakan; sebelum penempatan dari tulangan-


tulangan, bersihkan semua cetakan pada muka bidang kontak dan lapisi secara
seragam/merata dengan release agent untuk cetakan yang spesifik sesuai
dengan instruksi pabrik yang tercantum. Buanglah kelebihan dan tidak
diijinkan pelapisan pada tempat dimana beton ekspose akan dicor.
Pemeriksaan cetakan; Beritahukan kepada Direksi Lapangan setidaknya 24 jam
sebelumnya dalam pengajuan jadwal pengecoran beton.

I. Penyisipan dan Perlengkapan


Buatlah persediaan/perlengkapan untuk keperluan pemasangan atau
perlengkapan-perlengkapan, baut-baut, penggantung, pengunci angkur dan
sisipan di dalam beton.
Buatlah pola atau instruksi untum pemasangan dari macam-macam benda.
Tempatkan expansion joint fillers seperti dimana didetailkan.

J. Waterstops
Untuk setiap sambungan pengecoran yang mempunyai selisih waktu
pengecoran lebih dari 4 (empat) jam dan sambungan tersebut berhubungan
langsung dengan tanah atau air di bawah lapisan tanah dan dimana
diperlihatkan pada gambar-gambar, harus dilengkapi dengan waterstop.
Letak/posisi waterstop harus akurat dan ditunjang terhadap penurunan.
Penampang sambungan kedap air sesuai dengan rekomendasi dari perusahaan.
Untuk tipe waterstop dapat digunakan ” Expandable Water Stop “ berbahan
dasar “ Bentonite Clay “ ex. Fosroc atau yang setara.

K. Cetakan untuk Kolom


Cetakan-cetakan untuk kolom haruslah dengan ukuran dan bentuk seperti
terlihat pada gambar-gambar. Siapkan bukaan-bukaan sementara pada bagian
bawah dari semua cetakan-cetakan kolom untuk kemudahan pembersihan dan
pemeriksaan, dan tutup kembali dengan cermat sebelum pengecoran beton.

Hal - 64
L. Cetakan untuk Pelat dan Balok-balok
Buatlah semua lubang-lubang pada cetakan lantai beton seperti diperlukan
untuk lintasan tegak dari duct, pipa-pipa, conduit dan sebagainya.

Puncak dari chamber (penunjang) harus sesuai dengan gambar. Lengkapi


dengan dongkrak-dongkrak yang sesuai, baji-baji atau perlengkapan lainnya
untuk mendongkrak dan untuk mengambil alih penurunan pada cetakan, baik
sebelum ataupun pada waktu pengecoran dari beton.

M. Pembongkaran Cetakan dan Pengencangan Kembali Perancah (Reshoring)


Pembongkaran cetakan harus sesuai dengan PBI-71 NI-2.

Secara hati-hati lepaslah seluruh bagian dari cetakan yang sudah dapat
dibongkar tanpa menambah tegangan atau tekanan terhadap sudut-sudut,
offsets ataupun bukaan-bukaan (reveals). Hati-hati lepaskan dari pengikat.
Pengikatan terhadap segi arsitek atau permukaan beton ekspose dengan
menggunakan peralatan ataupun description ataupun tidak diijinkan. Lindungi
semua ujung-ujung dari beton yang tajam dan secara umum pertahankan
keutuhan dari desain.

Bersihkan cetakan-cetakan beton ekspose secepatnya setelah pembongkaran


untuk mencegah kerusakan pada bidang kontak.

Pemasangan kembali perancah segera setelah pembongkaran cetakan,


topang/tunjang kembali sepenuhnya semua pelat dan balok sampai dengan
sedikitnya tiga lantai dibawahnya. Pemasangan perancah kambali harus tetap
tinggal ditempatnya sampai beton mencapai kriteria umur kekuatan tekan 28
hari. Periksa dengan teliti kekuatan beton dengan test silinder dengan biaya
kontraktor.

Penunjang-penunjang sementara, sebelum pengecoran beton; tulangan menerus


balok-balok dengan bentang panjang (12 m) haruslah ditunjang dengan
penopang-penopang sementara sedemikian untuk me"minimum"kan lendutan

Hal - 65
akibat beban dari beton basah.

Penunjang-penunjang sementara harus diatur sedemikian selama pengecoran


beton dan selama perlu untuk mencegah penurunan dari penunjang karena
tingkatan kerja. Perancah harus tidak boleh dipindahkan sampai beton
mencapai kekuatan yang mencukupi ( > 80 % f’c).

N. Pemakaian Ulang Cetakan

Cetakan-cetakan boleh dipakai ulang hanya bila betul-betul dipertahankan


dengan baik dan dalam kondisi yang memuaskan bagi Direksi Lapangan.
Cetakan-cetakan yang tidak dapat benar-benar dikencangkan dan dibuat kedap
air, tidak boleh dipakai ulang. Bila pemakaian ulang dari cetakan disetujui oleh
Direksi Lapangan, bagian pembersihan cetakan, dan memperbaiki kerusakan
permukaan dengan memindahkan lembaran-lembaran yang rusak.

Plywood sebelum pemakaian ulang dari cetakan plywood, bersihkan secara


menyeluruh, dan lapis ulang dengan lapisan untuk cetakan. Janganlah memakai
ulang plywood yang mempunyai tambalan, ujung yang usang, cacat/kerusakan
akibat lapisan damar pada permukaan atau kerusakan lain yang akan
mempengaruhi tekstur dari penyelesaian permukaan.

Cetakan-cetakan lain dari kayu, persiapkan untuk pemakaian ulang dengan


membersihkan secara menyeluruh dan melapis ulang dengan lapisan untuk
cetakan. Perbaiki kerusakan pada cetakan dan bongkar/buanglah papan-papan
yang lepas atau rusak.
Agar supaya cetakan yang dipakai ulang tidak akan ada tambalannya yang
diakibatkan oleh perubahan-perubahan, cetakan untuk beton ekspose pada
bagian yang terlihat hanya boleh dipakai ulang hanya pada potogan-potongan
yang identik.
Cetakan tidak boleh dipakai ulang bila nantinya mempengaruhi mutu dan hasil
pada bagian permukaan yang tampak dari beton ekspose akibat cetakan akan
ada bekas jalur akibat dari plywood yang robek atau lepas seratnya.

Hal - 66
Sehubungan dengan beban pelaksanaan, maka beban pelaksanaan harus
didukung oleh struktur-struktur penunjangnya dan untuk itu kontraktor harus
melampirkan perhitungan yang berkaitan dengan rancangan pembongkaran
perancah.

O. Cetakan untuk Beton Prestress


Cetakan haruslah dari konstruksi sedemikian sehingga tidak akan membatasi
regangan-regangan di dalam beton sementara tarikan mulai dilakukan, dan
kekuatannnya harus ditentukan sehubungan dengan pertimbangan dari
perubahan-perubahan dalam distribusi tegangan bila penarikan dimulai.

P. Pembongkaran dari Cetakan untuk Pekerjaan Prestress


Cetakan harus dibongkar secara hati-hati tanpa menimbulkan getaran, dan
hanya boleh dilakukan dibawah pengawasan Direksi Lapangan. Beton harus
diperiksa sebelum pembongkaran dari cetakan. Cetakan dapat dibongkar hanya
bila beton telah mencapai kekuatan yang mencukupi untuk memikul berat
sendiri dan beban-beban pelaksanaan lainnya. Bila diperkirakan ada beban lain
yang merupakan tambahan beban terhadap beban yang direncanakan, perancah-
perancah harus disediakan dalam jumlah yang diperlukan, segera setelah
pembongkaran cetakan.

Untuk perancah yang menyangga balok prategang, perancah balok prategang


boleh dibongkar setelah balok prategang 2 (dua) lantai di atasnya selesai
ditarik.

Q. Hal Lain-lain
Buatlah cetakan untuk semua bagian pekerjaan beton yang diperlukan dalam
hubungan dengan kelengkapan pekerjaan proyek, meskipun setiap bagian
diperlihatkan secara terperinci atau dialihkan ke "Referred to" ataupun tidak.

Dilarang menanamkan pipa di dalam kolom atau balok kecuali pipa-pipa


tersebut diperlihatkan pada gambar-gambar struktur atau pada gambar ke

Hal - 67
C. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

C1. MIKA, HOLLOW DAN KAWAT PERPORATD METAL MESH


a. UMUM :

1) Lingkup Pekerjaan :
a) Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan material,
peralatan, dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik dan
sempurna.
b) Meliputi fabrikasi mika, hollow dan kawat perporatd metal mesh pada bagian
bangunan yang dalam gambar rencana ditunjukkan menggunakan bahan kaca
mika bening dan besi.

2) Pekerjaan lain yang berhubungan :


a) Pekerjaan kaca mika bening, besi hollow dan kawat perporatd metal mesh.
b) Pekerjaan penerangan atas.

b. MATERIAL :

1) Bahan yang digunakan untuk kaca mika bening, besi hollow dan kawat perporatd
metal mesh adalah kaca mika tebal 7 mm atau yang setara dan besi hollow tebal 4 x 6
cm.
2) Warna kaca mika adalah bening.

c. ALAT KERJA :

Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan yang diperlukan


untuk pemasangan komponen dan juga perlengkapan kerja untuk keperluan
pekerja pelaksananya.

d. PERSIAPAN :

1) Contoh Bahan :
Kontraktor harus menyerahkan 1 set contoh kaca mika bening, besi hollow dan kawat
perporatd metal mesh semua bahan kaca yang memperlihatkan warna, ketebalan, dan
akhiran tepi kaca, untuk memperoleh persetujuan penggunaan bahan dari Pengawas
proyek.

Hal - 68
2) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, pelaksana harus selalu berkoordinasi dengan
pelaksanaan pekerjaan lain yang berkaitan seperti pekerjaan.
3) Seluruh bahan yang didatangkan di lapangan harus masih dalam kemasan pabrik.
4) Penyimpanan bahan material ditempat yang rata dan diberi suport dan perlindungan
yang memadai untuk melindungi material dari perubahan bentuk ataupun dari
kerusakan.

e. PELAKSANAAN :

1) Semua pekerjaan baru boleh dilaksanakan pada tahap kemajuan pekerjaan


pembangunan gedung keseluruhan telah mencapai kondisi tertentu yang tidak akan
membahayakan kaca yang akan dipasang.
2) Semua pekerjaan harus dilakukan oleh tukang-tukang dengan standart pengerjaan
yang telah disetujui oleh Pengawas proyek.
3) Pemasangan kaca mika bening, besi hollow dan kawat perporatd metal mesh harus
tepat, celah antara kaca dengan frame alumunium harus di tutup dengan gasket.
Khusus untuk sisi kaca luar bangunan harus diisi dengan backer rod dan sealant.
Tumpuan sisi bawah kaca harus diberi material setting block. Untuk Kaca Frameless
sambungan antara kaca dan ke konstruksi harus ditutup sealant struktural.
4) Untuk frame kayu harus diberi lis kayu yang sesuai dengan tipe kusen atau pintu /
jendelanya.
5) Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan persyaratan
teknis yang benar.
6) Penyekrupan harus tidak terlihat dari luar dengan skrup kepala tanam galvanized.
7) Kaca yang sudah terpasang harus diberi penanda yang mudah dibersihkan dengan
ukuran cukup besar supaya mudah diketahui, dan untuk mencegah kerusakan kaca
dan kecelakaan kerja akibat terbentur kaca.
8) Sisi kaca yang tampak akibat pemotongan harus dihaluskan hingga membentuk
tembereng.

Hal - 69
C.2 FINISHING
1. PEKERJAAN LANTAI
a. UMUM :

1) Lingkup Pekerjaan :

a) Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan material,


peralatan, dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik dan
sempurna.

b) Meliputi pemasangan paving block di lantai bawah dan acian halus di lantai atas
pada lantai bangunan yang dinyatakan dalam gambar.

c) Melapisi lantai beton dengan pelapis lantai tanpa sambungan sesuai spesifikasi
konsultan.

b. MATERIAL :

1) Paving block sesuai persetujuan Badan Pengawas proyek


2) Semen Portland jenis I.
3) Pasir pasang.

c. ALAT KERJA :

1) Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan dan juga perlengkapan


kerja untuk keperluan pekerja pelaksananya.
2) Selain peralatan kontraktor pelaksana juga harus menyediakan semua sarana yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

d. PERSIAPAN :

1) CONTOH BAHAN :
Guna persetujuan Pengawas proyek, Kontraktor harus menyerahkan contoh -
contoh semuai bahan yang akan dipakai.
2) MOCK UP :

Hal - 70
Sebelum memulai pemasangan, kontraktor harus membuat contoh
pemasangan yang memperlihatkan dengan jelas pola pemasan gan, metoda
pelekatan pada struktur, dan warna groutingnya.
Mock-up yang telah disetujui akan dijadikan standard minimal untuk pemasangan
juga pelapis lantai jenis lainnya.

3) BROSUR :
Untuk keperluan Pengawas proyek, Kontraktor harus menyediakan brosur
bahan guna pemilihan jenis bahan yang dipakai.
4) Kontraktor pelaksana wajib meneliti gambar-gambar dan kesesuaian kondisi lapangan
sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Apabila terjadi ketidak sesuaian ukuran,
elevasi, ukuran lebar, dan posisi terhadap keseluruhan disain, maka Kontraktor
Pelaksana wajib menuangkannya dalam shop drawing dan melaporkannya kepada
Pengawas proyek.
5) Seluruh bahan yang didatangkan di lapangan harus masih dalam kemasan pabrik.
6) Penyimpanan bahan material ditempat yang rata dan diberi perlindungan yang
memadai untuk melindungi material dari perubahan bentuk ataupun dari kerusakan.
7) Tile yang masuk ke tapak harus diseleksi, agar berkesesuaian dengan ukuran, bentuk
dan warna yang ditentukan.
8) Kontraktor pelaksana harus menyerahkan kepada Pengawas proyek untuk kemudian
diteruskan kepada pemberi tugas. Paving block harus dalam keadaan baru dan
mencantumkan dengan jelas identitas paving block yang ada didalamnya. Paving
block ini akan dipakai sebagai cadangan untuk perawatan oleh pemberi tugas.

Hal - 71
e. PELAKSANAAN :

1) Bagian-bagian lantai yang terpaksa harus menggunakan paving block yang tidak penuh,
pemotongannya harus menggunakan mesin potong dan harus menghasilkan tepian
potongan yang lurus dan halus.
2) Spesi perekat terhadap lantai strukturnya menggunakan mortar campuran 1PC: 3Ps, kecuali
untuk daerah basah digunakan campuran 1PC : 2Ps.
3) Sebelum pemasangan dimulai ubin harus dibasahi. Pakai benang untuk menentukan lay out
ubin yang telah ditentukan dan pasang sebaris ubin guna jadi patokan untuk pemasangan
selanjutnya.
4) Pelaksanaan pemasangan harus sedemikian rupa hingga :
a) Seluruh bagian di bawah ubin terisi penuh dengan mortar spesi hingga tidak terdapat
rongga udara terjebak di bawah ubin.
b) Menghasilkan bidang lantai yang benar-benar datar dan rata air, kecuali untuk bagian-
bagian lantai pada daerah basah yang dikehendaki miring harus menghasilkan bidang
miring sempurna yang dapat mengalirkan air hingga kering ke lubang-lubang lantai (
avour ).
c) Nat antar ubin adalah 3 mm dan menghasilkan garis nat yang lurus sejajar garis dinding
yang melingkupinya.
5) Setelah spesi pasangan mengering, siar antara (nat) harus diisi penuh dengan adukan Grout
pengisi Nat dan dikeruk halus hingga menghasilkan permukaan nat yang sama dengan garis
tepian ubin.
6) Noda adukan Grout pengisi Nat yang mengenai permukaan ubin harus segera dibersihkan
dengan lap basah dan dikeringkan seketika dengan lap kering.
7) Badan pengawas berhak memerintahkan pembongkaran dan pembenahan kembali tanpa
biaya tambah bila persyaratan pada butir 3, 4, dan 5 di atas tidak dapat dipenuhi.
8) Pada pemasangan di area yang luas, harus dilaksanakan secara kontinu. Dan harus
disediakan guide line course pada interval 2,0 m – 2,5 m. pemasangan tile lainnya
berpedoman pada quide line ini.
9) Elevasi lantai ruang-ruang dalam toilet cubicle harus dibuat 2cm lebih rendah daripada lantai
area toilet di sekitar ruang toilet cubicle.
10) Expansion Joint untuk area lantai yang luas (tiap 5,7 x 5,7 m² atau 6 x 6 m²).
11) Pelapis lantai ruang produksi harus dilaksanakan sesuai syarat-syarat yang ditentukan pabrik
shingga didapat hasil seperti yang diharapkan. Karena sifatnya yang khusus, kontraktor
bertanggung jawab penuh atas perlindungan terhadap pelapis lantai ruang produksi, sampai
pekerjaan itu diseahterimakan kepada pengguna jasa.

f. PERLINDUNGAN DAN PEMBERSIHAN

1) Perlindungan.

a) Kontraktor harus melindungi ubin yang telah terpasang maupun harus mengganti, atas
biaya sendiri setiap kerusakan yang terjadi. Penyerahan pekerjaan dilakukan dalam
keadaan bersih.
b) Setelah pemasangan, kontraktor harus melindungi tile lantai yang telah terpasang. Jika
mungkin dengan mengunci area tersebut. Batasi lalu lintas diatasnya hanya untuk yang
penting saja.
2) Pembersihan

Secara prinsip, permukaan tile dibersihkan dengan air, menggunakan sikat, kain
lap, dan sebagainya. Tetapi jika area-area yang tidak dibersihkan dengan air,
pembersihan memakai campuran air dengan hydrochloric acid (HCL), perbandingan
30 : 1. Sebelum pembersihan dengan asam ini, lindungi semua bagian yang
memungkinkan akan berkarat atau rusak oleh asam.
Setelah dibersihkan dengan asam ini, bersihkan area ini dengan air biasa, sehingga
tidak ada campuran asam yang tersisa.

2. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
LANGIT-LANGIT KALSI BOARD

Hal - 72
a. UMUM :

1) Lingkup Pekerjaan :

Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan material peralatan, dan
alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.

2) Meliputi pemasangan langit-langit dengan menggunakan rangka metal furing pada ruang-
ruang yang dinyatakan dalam gambar menggunakan langit-langit Kalsiboard. .

b. MATERIAL :

1) Kalsium silikat board tebal 4.5 mm, dengan spesifikasi tahan terhadap air, api, dan tidak
mengandung bahan asbes.
2) Rangka Metal pipa persegi 50 x 50 mm dan 50 mm x 100 mm.
3) Sekrup phospat hitam 25 mm .
4) Adhesive tape dan acessoris pemasangan lainnya sesuai rekomendasi produsen kalsium
silikat board.

c. ALAT KERJA :

Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan dan juga perlengkapan kerja untuk
keperluan pekerja pelaksananya.

Selain peralatan kontraktor pelaksana juga harus menyediakan semua sarana yang diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

d. PERSIAPAN :

1) CONTOH BAHAN :

Guna persetujuan Pengawas proyek, Kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh semuai


bahan yang akan dipakai ; papan kalsium silikat board, bahan-bahan untuk rangka, dan
assesorisnya.

2) MOCK UP :

Sebelum memulai pemasangan, kontraktor harus membuat contoh pemasangan dalam skala
1 : 1, yang memperlihatkan dengan jelas sistem pemasangan.

Mock-up yang telah disetujui akan dijadikan standard minimal untuk pemasangan.

Kontraktor pelaksana wajib meneliti gambar-gambar dan kesesuaian kondisi lapangan


sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Apabila terjadi ketidak sesuaian ukuran, elevasi,
ukuran lebar, dan posisi terhadap keseluruhan disain, maka Kontraktor Pelaksana wajib
menuangkannya dalam shop drawing dan melaporkannya kepada Pengawas proyek.

Seluruh bahan yang didatangkan di lapangan harus masih dalam kemasan pabrik.

Penyimpanan bahan material ditempat yang rata dan diberi perlindungan yang memadai
untuk melindungi material dari perubahan bentuk ataupun dari kerusakan.

e. PELAKSANAAN :

1) Rangka induk dipasang berjarak maximum 120 cm sesuai gambar rancangan, sedangkan
untuk rangka pembagi berjarak maksimum 60 cm sesuai petunjuk pemasangan dari
produsen dan gambar rancangan pelaksanaan.

Hal - 73
2) Pemasangan sekerup self tapping screw harus diberi jarak 10 mm (minimal) dan maksimal 16
mm dari pinggir kalsium silikat board. Pada sambungan antar kalsium silikat board metoda
pemasangan screw harus berbiku-biku.
3) Jarak antara paku atau sekerup pada bagian tepi kalsium silikat board berjarak 20 cm
sedangkan pada bagian tengah kalsium silikat board jarak antara paku atau sekerup adalah
30 cm.
4) Sambungan pada pemasangan kalsium silikat board antara satu dengan lainnya adalah
serapat mungkin tanpa jarak yang pemasangannya dilakukan secara zig-zag.
5) Untuk mendapatkan hasil permukaan yang benar-benar rata pada setiap sambungan harus
dilapisi dengan base bond dan paper tape dari perusahaan yang sama dengan pembuat
papan kalsium silikat boardnya.

3. PEKERJAAN PENGECATAN
a. UMUM :

1) Lingkup Pekerjaan :

a) Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan material, peralatan,
dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
b) Meliputi pengecatan seluruh bagian bangunan yang dinyatakan dalam gambar
menggunakan finishing cat.
c) Pelapisan dengan waterproofing pada area kamar mandi / wc pada lantai-lantai kamar
mandi / wc atau toilet dan tempat cuci di lantai-lantai selain lantai 1.
2) Pada prinsipnya pekerjaan pengecatan harus dilaksanakan dengan hati-hati. Apabila dalam
pelaksanaannya terjadi kecerobohan sehingga pengecatan mengotori pekerjaan yang
sebenarnya tidak harus terkena cat, maka menjadi kewajiban Kontraktor untuk
membersihkannya, atau bahkan menggantinya apabila ternyata tidak dapat dibersihkan.

b. MATERIAL :

1) Cat emulsi setara Catylac, Mowilex, atau Vinilex, untuk pengecatan bagian dinding dan
plafond ruang di dalam bangunan.
2) Cat emulsi acrylic setara Jotashield/Jotun, Weathershield/Dulux ICI, atau Mowilex, untuk
pengecatan bagian dinding dan plafond di luar bangunan atau yang bersinggungan langsung
dengan cuaca/udara luar.
3) Cat synthetic enamel setara Catylac, Emco, atau Mowilex, untuk pengecatan kayu dan atau
besi yang dinyatakan dalam gambar menggunakan cat kayu/besi.
4) Cat Zinc Chromate, untuk cat dasar bagian baja.

c. ALAT KERJA :

1) Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan dan juga perlengkapan kerja
untuk keperluan pekerja pelaksananya.
2) Selain peralatan kontraktor pelaksana juga harus menyediakan semua sarana yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

d. PERSIAPAN :

1) CONTOH BAHAN :

a) Kontraktor Pelaksana harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis pada
bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2. Dan pada bidang-bidang tersebut harus
dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat
dasar s/d lapisan akhir).
b) Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Pengawas proyek. Jika
contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis dan Pengawas proyek, Kontraktor
Pelaksana melanjutkan dengan pembuatan mock- up.

Hal - 74
c) Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada Pengawas proyek untuk kemudian
akan diteruskan kepada pemberi tugas minimal 5 galon tiap warna dan jenis cat yang
dipakai. Kaleng - kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan dengan jelas identitas cat
yang ada didalam nya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk perawatan, oleh
pemberi tugas.
2) MOCK UP (Standard Pengerjaan) :

a) Sebelum pengecatan yang dimulai, Kontraktor Pelaksana harus melakukan Pengecatan


pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan, Bidang-bidang tersebut
akan dijadikan contoh pilihan warna, texture material, dan cara pengerjaan. Bidang-
bidang yang akan dipakai sebagai mock-up ini akan ditentukan oleh Pengawas proyek.
b) Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Pengawas proyek dan
Perencana, bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan
pekerjaan pengecatan.
3) BROSUR :
Untuk keperluan Pengawas proyek, Kontraktor Pelaksana harus menyediakan
brosur bahan guna pemilihan jenis dan warna bahan yang akan dipakai.
4) Seluruh bahan yang didatangkan di lapangan harus masih dalam kemasan pabrik.
5) Penyimpanan bahan material ditempat yang aman dan diberi perlindungan yang memadai
untuk melindungi material dari kerusakan.

e. PELAKSANAAN :

1) Pengecatan Cat Emulsi.

a) Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada seluruh permukaan dinding dan plafond
yang terletak di dalam gedung (interior), pengecatan dilakukan tanpa plamuur
khususnya pada pengecatan dinding luar..
b) Pengecatan dilakukan setelah plesteran dinding benar-benar telah kering atau telah
berusia lebih dari 28 hari.
c) Sebelum pengecatan, terlebih dahulu bidang-bidang yang akan di cat dibersihkan dari
kotoran yang melekat serta dibuat rata dengan cara menggosok dengan menggunakan
kertas gosok.
d) Setelah seluruh permukaan telah benar-benar bersih, dilanjutkan dengan memberi
lapisan primer menggunakan alkali resisting primer produk yang sama dengan cat yang
dipakai sebanyak 1 kali lapis atau sesuai petunjuk pemakaiannnya.
e) Setelah kering dilakukan pengecatan sebanyak 2-3 lapis atau sampai benar-benar pekat
dan rata sesuai standard pelaksanaan (mock-up) yang telah dibuat.
f) Pengecatan setiap lapisnya, baru boleh dilakukan setelah lapis sebelumnya telah
mengering.
2) Pengecatan Cat Emulsi Acrylic.

a) Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada seluruh permukaan dinding dan plafond
yang terletak di luar gedung (exterior).
b) Pengecatan dilakukan setelah plesteran dinding benar-benar telah kering atau telah
berusia lebih dari 28 hari.
c) Sebelum pengecatan, terlebih dahulu bidang-bidang yang akan di cat dibersihkan dari
kotoran yang melekat serta dibuat rata dengan cara menggosok dengan menggunakan
kertas gosok.
d) Setelah seluruh permukaan telah benar-benar bersih, dilanjutkan dengan memberi
lapisan primer menggunakan alkali resisting primer produk yang sama dengan cat yang
dipakai sebanyak 1 kali lapis atau sesuai petunjuk pemakaiannnya.
e) Setelah kering dilakukan pengecatan sebanyak 2-3 lapis atau sampai benar-benar pekat
dan rata sesuai standard pelaksanaan (mock-up) yang telah dibuat.
f) Pengecatan setiap lapisnya, baru boleh dilakukan setelah lapis sebelumnya telah
mengering.
3) Pengecatan Cat Synthetic Enamel.

a) Pekerjaan ini dilaksanakan pada seluruh bagian pipa besi pagar dan lain-lain yang
dinyatakan di cat menggunakan cat besi.

Hal - 75
b) Seluruh permukaan yang akan dicat harus dibersihkan dahulu dari segala kotoran dan
karat yang melekat dengan menggosok menggunakan kertas gosok hingga benar-benar
bersih.
c) Pengecatan besi dilakukan setelah permukaan besi bersih dari segala macam kotoran
dan debu akibat pembersihan permukaan besi. Pengecatan dilakukan sebanyak 3 lapis
atau sampai benar-benar pekat dan rata.
d) Untuk mencapai hasil yang sempurna, setiap lapis pengecatan baru boleh dilaksanakan
setelah lapisan sebelumnya benar-benar kering.
e) Termasuk dalam pekerjaan ini pengecatan untuk talang tegak dan rangka atap
terekspose.
4) Pengecatan Cat Besi Zinc Chromate

a) Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada seluruh permukaan konstruksi dan kolom-
kolom besi.
b) Sebelum pekerjaan pengecatan konstruksi rangka baja dengan menie Zink Cromate
seluruh permukaan harus dibersihkan dari karat, minyak dan noda-noda lainnya.
c) Pengecatan dengan Zinc Chromate pada prinsipnya harus dilaksanakan di bawah
sebelum konstruksi rangka terpasang.
d) Pengecatan dengan Zinc Chromate minimal 80 mikron.
e) Perbaikan pada bagian-bagian cat yang cacat akibat erection harus dilakukan kembali
hingga seluruh permukaan konstruksi tertutup cat.

4. BETON EKSPOSE

a. UMUM :

1) Lingkup Pekerjaan :

a) Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan material, peralatan,
dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
b) Meliputi pelaksanaan seluruh pengecoran beton tanpa finishing ulang yang dinyatakan
dalam gambar sebagai beton ekspose dengan hasil akhir permukaan yang rata, halus,
satu warna, dan sudut luarnya di bevel 1½ cm.
2) Pekerjaan lain yang berhubungan :

 Pekerjaan Struktur kolom beton

b. MATERIAL :

1) Beton ready mix dengan additive yang diperlukan.


2) Cetakan / bekesting khusus untuk mendukung hasil akhir yang rata dan
halus. Minimal dengan cetakan berlapis tego-film.

c. ALAT KERJA :

Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan yang diperlukan untuk pemasangan
komponen dan juga perlengkapan kerja untuk keperluan pekerja pelaksananya.

d. PERSIAPAN :

1) Contoh Bahan :

Kontraktor harus menyerahkan 3 set contoh semua hasil akhir pengecoran beton
ekspose dengan ukuran 10 x 10 cm yang memperlihatkan warna, tekstur, dan
finishing sudut untuk mendapatkan persetujuan pela ksanaan dari Pengawas proyek.
2) Kontraktor pelaksana wajib meneliti gambar-gambar dan kesesuaian kondisi lapangan
sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Apabila terjadi ketidak sesuaian ukuran, elevasi,

Hal - 76
ukuran lebar, dan posisi terhadap keseluruhan disain, maka Kontraktor Pelaksana wajib
memperbaikinya terlebih dahulu.

e. PELAKSANAAN :

1) Semua pekerjaan harus dilakukan oleh tukang-tukang dengan standart pengerjaan yang
telah disetujui oleh Pengawas proyek.
2) Hasil akhir harus halus, rata, dan sewarna minimal dalam 1 area.
3) Semua detail pertemuan harus rata dan bersih.
4) Aplikasi harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan persyaratan teknis yang
benar.
5) Ketidak sempurnaan pelaksanaan harus diperbaiki dan menjadi tanggung jawab Kontraktor
pelaksana sepenuhnya tanpa ada biaya tambah, sampai hasil akhirnya disetujui
sepenuhnya oleh Pengawas proyek / Perencana.

C.6 SANITAIR

1. SANITAIR
a UMUM :

1) Lingkup Pekerjaan :

Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan material, peralatan, dan
alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna. Meliputi
pelaksanaan pengadaan dan pemasangan Klosed, Urinal, Washtafel, Kran air, Shower, Floor
Drain, Clean Out, Metal Sink, Divider Urinoir, serta perlengkapan-perlengkapan sanitair
lainnya.

2) Pekerjaan lain yang berhubungan :

- Pekerjaan Mekanikal.

b. MATERIAL :

1) Kran air menggunakan kran setara American Standard, Onda, atau San Ei.

2) Sink Metal setara Royal, American Standard.

3) Urinal lengkap dengan katup gelontor (flush valve) eks American Standard

4) Klosed jongkok eks American Standard.

5) Klosed duduk tipe wash down eks American Standard.

6) Jet Washer lengkap eks American Standard, Onda, atau San Ei.

7) Washtafel bawah meja (under counter) eks American Standard

c. ALAT KERJA :

Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan dan juga perlengkapan kerja untuk
keperluan pekerja pelaksananya. Selain peralatan kontraktor pelaksana juga harus menyediakan
semua sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

d. PERSIAPAN :

1) CONTOH BAHAN :

Hal - 77
Guna persetujuan pengawas proyek, Kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh semua
bahan yang akan dipakai.

2) BROSUR :

Untuk keperluan pengawas proyek tim, Kontraktor harus menyediakan brosur bahan guna
pemilihan jenis bahan yang dipakai.

3) Kontraktor pelaksana wajib meneliti gambar-gambar dan kesesuaian kondisi lapangan


sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Apabila terjadi ketidak sesuaian ukuran, elevasi,
ukuran lebar, dan posisi terhadap keseluruhan disain, maka Kontraktor Pelaksana wajib
menuangkannya dalam shop drawing dan melaporkannya kepada pengawas proyek.

4) Seluruh bahan yang didatangkan di lapangan harus masih dalam kemasan pabrik.

5) Penyimpanan bahan material ditempat yang rata dan diberi perlindungan yang memadai
untuk melindungi material dari perubahan bentuk ataupun dari kerusakan.

e. PELAKSANAAN :

1) Pekerjaan Washtafel

a) Washtafel yang digunakan adalah setara tipe RONDALYN American Standard lengkap
dengan accesorisnya seperti tercantum dalam brosurnya.

b) Wastafel dan perlengkapan yang boleh dipasang harus dalam keadaan baru tanpa cacat
dan telah disetujui oleh pengawas proyek

c) Kontruksi pemasangan harus disesuaikan petunjuk pemasangan dari produsennya


dalam brosur.

d) Hasil akhir pemasangan harus baik, rapi, waterpass dan bersih dari semua kotoran dan
noda. Penyambungan instalasi plumbingnya tidak boleh ada kebocoran.

2) Pekerjaan Urinal.

a) Urinal berikut kelengkapanya yang digunakan adalah setara tipe Mini Washbrook produk
American Standard, dengan fitting standard.

b) Urinal dan perlengkapan yang boleh dipasang harus dalam keadaan baru tanpa cacat
dan telah disetujui oleh pengawas proyek.

c) Pemasangan urinal pada tembok menggunakan baut fischer dengan ukuran yang cukup
untuk menahan beban seberat 20 kg tiap baut.

d) Pemasangan unit urinal harus sesuai letak dan ketinggian pemasangannya dengan
gambar rencana. Semua celah-celahnya yang mungkin ada antara dinding dengan urinal
harus ditutup dengan semen berwarna sama dengan urinal. Sambumgan instalasi
plumbingnya harus baik tidak ada kebocoran-kebocoran air.

3) Pekerjaan Kloset.

a) Klosed duduk dengan segala kelengkapannya yang dipakai adalah setara American
Standard dengan fitting standard.

b) Klosed jongkok menggunakan setara tipe RAPI American Standard. Warna akan
ditentukan kemudian dalam rapat Direksi.

Hal - 78
c) Klosed dan perlengkapan yang boleh dipasang harus dalam keadaan baru tanpa cacat
dan telah disetujui oleh pengawas proyek

d) Pemasangan, letak dan ketinggian sesuai gambar, dan waterpass. Semua noda-noda
harus dibersihkan, sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada kebocoran.

4) Pekerjaan Kran Air.

a) Semua kran yang dipakai adalah eks American Standard atau setara dengan chromed
finish. Ukuran disesuaikan keperluan masing-masing sesuai gambar plumbing dan
brosur alat-alat sanitair. Kran-kran tembok dipakai yang berleher panjang dan
mempunyai ring kedudukan yang harus dipasang menempel pada dinding. Kran-kran
yang dipasang dihalaman harus mempunyai ulir sink dan dapat disambung dengan pipa
leher angsa (extension)

b) Stop kran digunakan setara American Standard, Onda atau San Ei, dengan putaran
segitiga, diameter dan penempatan sesuai gambar untuk itu.

c) Kran-kran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat, siku, penempatannya harus
sesuai dengan gambar-gambar untuk itu.

5) Floor Drain Dan Clean Out.

a) Floor drain dan clean out dengan bahan dasar kuningan finishing verchroom setara
American Standard, Onda, San-Ei atau yang setara tipe bulat ukuran 3”. Floor drain
dilengkapi dengan siphon.

b) Floor drain dipasang ditempat-ditempat sesuai gambar untuk itu.

c) Floor drain dan perlengkapan yang boleh dipasang harus dalam keadaan baru tanpa
cacat dan telah disetujui oleh pengawas proyek.

d) Pada tempat-tempat yang akan dipasang floor drain, penutup lantai harus dilobangi
dengan rapi, menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan ukuran sesuai ukuran floor
drain tersebut.

e) Pasangan floor drain dan clean out harus rapi, waterpass, diberihkan dari noda-noda
semen dan tidak ada kebocoran.

6) Pekerjaan Metal Sink

a) Metal sink menggunakan setara produk Royal, American Standart, bahan dasar
stainless steel, jenis satu lubang dan dua lubang sesuai gambar rencana untuk dapat
dipasang dengan kran khusus untuk itu.

b) Metal sink dan perlengkapan yang boleh dipasang harus dalam keadaan baru tanpa
cacat dan telah disetujui oleh pengawas proyek.

c) Ketinggian pemasangan harus dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana, waterpass


dan bebas dari kebocoran-kebocoran air.

f) PENGUJIAN.

1) Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan untuk kesempurnaan


hasil pekerjaan dan fungsinya.

Hal - 79
2) Kontraktor wajib memperbaiki/ mengulang/ mengganti bila ada kerusakan yang terjadi selam
masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor Pelaksana, selama kerusakan
bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik.

D. MEKANIKAL

1. INSTALASI MEKANIKAL

a. PERATURAN UMUM
1) Peraturan Dan Acuan
Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan peraturan
sebagai berikut:
a) Peraturan Umum Instalasi Perpipaan (PUIP)
b) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.05/MEN/1982
c) Keputusan Menteri P.U. No.02/KPTS/1985
d) Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti PLN, PGN,
PERUMTEL, Dit.Jen.Bina Lindung dari Pusat maupun daerah.
e) Pedoman Plambing Indonesia

Pekerjaan Instalasi ini harus dilaksanakan oleh :


a) Perusahaan yang memiliki Surat Ijin Instalasi dari Instalasi yang berwenang dan telah
biasa mengerjakannya.
b) Khusus untuk izin dari Instalasi Perpipaan (PAS Dinas Terkait dengan kelas yang
sesuai) diperkenankan bekerja sama dengan perusahaan lain yang telah memiliki PAS
yang dimaksud.

2) Gambar-Gambar
a) Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan
yang saling melengkapi dan sama mengikatnya.
b) Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dri peralatan,
sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan
yang ada dan mempertimbangkan juga kemudahan service/ maintenance jika perlatan-
peralatan sudah dioperasikan.
c) Gambar-gambar arsitek dan struktur / sipil harus dipakai sebagai referensi untuk
pelaksanaan dan detail finishing instalasi.
d) Sebelum pekerjan dimulai, kontraktor harus mengajukan gambar kerja dan detail kepada
MK untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu. Dengan mengajukan gambar-
gambar tersebut, kontraktor dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi lain yang
berhubungan dengan instalasi ini.
e) Kontraktor instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi terpasang yang disertai
dengan operating dan Maintenace Instruction serta harus diserahkan kepada pengawas
proyek pada saat penyerahan pertama dalam rangkap 4 (empat) terdiri 1 kalkir dan 3 blue
print, dijilid serta diengkapi dengan daftar isi dan data notasi.

3) Koordinasi

a) Kontraktor Instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Kontraktor instalasi lainnya,
agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
b) Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi yang satu tidak menghalangi kemajuan
instalasi yang lain.
c) Kontraktor Instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Kontraktor instalasi lainnya,
agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.

4) Pelaksanaan Pemasangan

Hal - 80
a) Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, kontraktor harus menyerahkan
gambar kerja dan detailnya kepada Pengawas proyek dalam rangkap 3 (tiga) untuk
disetujui.
b) Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan kapasitas
peralatan yang akan dipasang. Apabila ada sesuatu yang diragukan, Kontraktor harus
segera menghubungi Pengawas proyek.

5) Testing Dan Comisioning

a) Kontraktor instalasi ini harus melakukan semua testing dan pengukuran yang dianggap
perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan
dapat memenuhi semua persyaratan yang diminta.
b) Semua bahan dan perlengkapannya yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut
merupakan tanggung jawab Kontraktor.

6) Masa Pemeliharaan Dan Serah Terima Pekerjaan

a) Peralatan instalasi ini harus digaransi selama tiga bulan terhitung sejak saat penyerahan
pertama.
b) Masa pemeliharaan untuk insatalasi ini adalah selama tiga bulan terhitung sejak saat
penyerahan pertama.
c) Selama masa pemeliharaan ini, kontraktor instalasi ini diwajibkan mengatasi segala
kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya
d) Selama masa pemeliharaan ini seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan masih
merupakan tanggung jawab kontraktor sepenuhnya.
e) Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor instalasi ini tidak melaksankan teguran dari
pengawas proyek atas perbaikan / penggantian / penyetelan/ tersebut kepada pihak lain
atas biaya Kontraktor instalasi ini.
f) Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada bukti
pemeriksaan dengan hasil yang ditanda tangani bersama oleh Kontraktor dan Pengawas
proyek.
g) Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah
Berita Acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam keadaan
baik, ditanda tangani bersama Kontraktor dan pengawas proyek.

7) Laporan-Laporan

a) Laporan Harian dan Mingguan.


Kontraktor wajib membuat laporan harian dan laporan mingguan yang
memberikan gambaran mengenai :
- Kegiatan fisik
- Catatan dan perintah Pengawas proyek yang disampaikan secara lisan maupun
secara tertulis
- Jumlah material masuk/ ditolak
- Jumlah tenaga kerja
- Keadaan cuaca, dan
- Pekerjaan tambah / kurang.
Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan s etelah
ditanda tangani oleh Project Manager masing -masing kontraktor harus
diserahkan kepada Pengawas proyek untuk diketahui / disetujui.

b) Laporan Pengetesan
Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan kepada Pengawas proyek laporan
tertulis mengenai hal-hal sebagai berikut :
- Hasil pengetesan semua persyaratan operasi instalasi
- Hasil pengetesan peralatan
- Hasil pengetesan kabel
- Dan lain-lainnya.
Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus disaksikan
oleh pihak Pengawas proyek.

Hal - 81
8) Penanggung Jawab Pelaksanaan

Kontraktor instalasi ini harus menempatkan seorang penanggung jawab


pelaksanaan yang ahli dan berpengalaman yang harus selalu berada dilapangan,
yang bertindak sebagai wakil dari Kontraktor dan mempunyai kemampuan untuk
memberikan keputusan teknis dan yang bertanggung jawab penuh dalam menerima
segala instruksi yang akan diberikan oleh pihak pengawas proyek .
Penanggung jawab tersebut diatas juga harus berada ditempat pekerjaan pada saat
diperlukan/dikehendaki oleh pihak pengawa s proyek.
9) Penambahan/Pengurangan/Perubahan Instalasi

a) Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan kondisi
lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak pengawas proyek.
b) Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada kepada
pihak Pengawas proyek dalam rangkap 3 (tiga).
c) Perubahan material, dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Kontraktor kepada pengawas
proyek .secara tertulis dan pekerjaan tambah/kurang/perubahan yang ada harus
disetujui oleh pengawas proyek secara tertulis

10) Ijin-Ijin

Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh
biaya yang diperlukannya menjadi tanggung jawab kontraktor, sedangkan biaya
pemasangan sambungan air bersih, ijin penggunaan air tanah menjadi tanggung
jawab pemilik proyek.

11) Pembobokan, Pengelasan Dan Pengeboran


a) Pembobokan tembok, lantai dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam
pelaksanaan instalasi ini serta mengembalikannya kekondisi semula, menjadi lingkup
pekerjaan instalasi ini.
b) Pembobokan/ pengelasan/ pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada
persetujuan dari pihak pengawas proyek secara tertulis.

12) Pemeriksaan Rutin Dan Khusus

a) Pemeriksaan rutin harus dilaksankan oleh Kontraktor instalasi secara periodik dan tidak
kurang dari tiap dua minggu.
b) Pemeriksaan khusus harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi ini, apabila ada
permintaan dari pihak Pengawas proyek/Pemilik dan atau bila ada gangguan dalam
instalasi ini.

13) Rapat Lapangan

Wakil Kontraktor harus selalu hadir dalam setiap rapat proyek yang diatur oleh
Pemberi Tugas.

b. LINGKUP PEKERJAAN MEKANIKAL

1) Umum
Yang dimaksud disini dengan pekerjaan instalasi mekanikal plumbing secara
keseluruhan adalah pengadaan, transportasi, pembuatan , pemasangan, peralatan-
peralatan bahan-bahan utama dan pembantu serta pengujian, sehingga diperoleh
instalasi yang lengkap dan baik sesuai dengan spesifikasi, gambar dan bill of
quality.

2) Uraian Pekerjaan
Lingkup pekerjaan secara garis besar sebagai berikut :
a) Sistem Air Bersih
b) Sistem Air Limbah

Hal - 82
c) Mesin dan peralatan potong hewan
3) Gambar Kerja
Sebelum kontraktor melaksanakan suatu bagian pekerjaan lapangan, harus
menyerahkan gambar kerja antara lain sebagai berikut :
- Denah tata ruang dan detail pemasangan dari peralatan utama, perlengkapan dan
fixtures.
- Detail denah perpipaan.
- Detail denah perkabelan.
- Detail penempatan sparing, sleeve yang menembus lantai, atap, tembok dll.
- Detail lain yang diminta oleh Pemberi Tugas

4) Gambar Instalasi Terpasang


Setiap tahapan penyelesaian pekerjaan, kontraktor harus memberi tanda sesuai
jalur terpasang pada re-Kalkir gambar tender maupun gambar kerja, sehingga pada
akhir penyelesaian pemasangan sudah tersedia gambar terpasang yang mendekati
keadaan sebenarnya.

c. SPESIFIKASI PERPIPAAN

1) Umum
Lingkup pekerjaan sistem perpipaan meliputi :
a) Pipa
b) Sambungan
c) Katup
d) Strainer
e) Sambungan Ekspansi
f) Sambungan fleksibel
g) Penggantung dan penumpu
h) Sleeve
i) Lubang pembersihan
j) Bak kontrol
k) Blok Beton
l) Galian
m) Pengecatan
n) Pengakhiran
o) Pengujian
p) Peralatan Bantu

2) Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter minimal dari pipa dan letak serta
arah dari masing-masing sistem pipa.
3) Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan/ atau spesi fikasi dipasang terintegrasi
dengan kondisi bangunan dan menghindari gangguan dengan bagian lainnya.
4) Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air karat dan
stress sebelum, selama dan sesudah pemasangan.
5) Khusus pipa dan perlengkapan dari bahan plastik, selain disebut diatas harus juga
terlindung dari cahaya matahari.
6) Semua barang yang dipergunakan harus jelas menunjukkan identitas pabrik
pembuat.
7) Spesifikasi Bahan Peripaan

a) Spesifikasi BSP SCH 40

Penggunaan : Hydrant

Hal - 83
Tekanan Standard 40 bar

URAIAN KETERANGAN

Pipa BSP 40

Sambungan/fiti - Diameter 50 mm kebawah Screwed


ng - Diameter 65 mm keatas Welding
Joint

Reducer Seperti diatas, model concentric

Solvent Sesuai rekomendasi pabrik pembuat


Cement

Valve & Dia. 50 mm kebawah, malleable cast


Strainer iron body class 200 lbs dengan
sambungan ulir, BS 21 / ANSI B 2.1. Dia.
65 mm keatas, cast iron body class 200
lb dengan sambungan flanges, OS & Y
Type

b) Spesifikasi GIP

Penggunaan : Air Bersih

Tekanan standard 10 bar

URAIAN KETERANGAN

Pipa GIP Medium Class

Sambungan/fiting Diameter 50 mm kebawah Screwed

Diameter 65 mm keatas flanges

c) Spesifikasi PVC

Penggunaan : Venting

Tekanan standard 5 bar

URAIAN KETERANGAN

Pipa Polyvinyl chloride (PVC) klas 5 bar

Sambungan/fiting PVC Injection Moulded Sanitary fitting large


radius, Solvent Cement joint type

Reducer PVC injection moulded sanitary fitting


Hal - 84
concentric, Solvent Cement Joint Type

Solvent Cement Sesuai rekomendasi pabrik pembuat


8) Persyaratan Pemasangan

a) Umum

(1) Persiapan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan,
kerapihan, ketinggian yang benar, serta memperkecil banyaknya penyilangan.

(2) Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari 50
mm diantara pipa- pipa atau dengan bangunan & peralatan.

(3) Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum
dipasang, membersihkan semua kitiran, benda- benda tajam/ runcing serta
penghalang lainnya.

(4) Pekerjaan persiapan harus dilengkapi dengan semua katup- katup yang diperlukan
antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya, sesuai dengan
fungsi sistem dan yang diperlihatkan digambar.

(5) Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi
dengan UNION atau FLANGE.

(6) Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan- sambungan cabang
pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.

(7) Kemiringan menurun dari pekerjaan perpiaan air limbah harus seperti berikut,
kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar.

(a) Dibagian dalam bangunan

Garis tengah 150 mm atau lebih kecil :

2%

Garis tengah 200 mm atau lebih besar :

1%

(b) Dibagian luar bangunan

Garis tengah 150 mm atau lebih kecil :

2%

Garis tengah 200 mm atau lebih besar :

Hal - 85
1%

(8) Semua pekerjaan perpiaan harus dipasang secara menurun ke arah titik buangan.
Drains dan vents harus disediakan guna mempermudah pengisian maupun
pengurasan.

(9) Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan
dan penggantian. Pegangan katup (valve handied) tidak boleh menukik.

(10)Sambungan - sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian rupa dan angkur pipa
secukupnya harus disediakan guna mencegah tegangan pada pipa atau alat - alat
yang dihubungkan oleh gaya yang bekerja kearah memanjang.

(11)Pekerjaan persiapan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah pompa
dengan proporsi yang tepat pada bagian - bagian penyempitan. Katup - katup dan
fittings pada pemipaan demikian harus ukuran jalur penuh.

(12)Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur- angkur pipa dan pengarah-pengarah


pipa harus secukupnya disediakan agar pemuaian serta perenggangan terjadi pada
alat-alat tersebut, sesuai dengan permintaan & persyaratan pabrik.

(13)Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, pipe sleeves harus disediakan dimana
pipa-pipa menembus dinding-dinding, lantai, balok, kolom atau langit-langit. Selama
pemasangan, bila terdapat ujung- ujung pipa yang terbuka dalam pekerjaan
perpipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup dengan
menggunakan caps atau plugs untuk mencegah masuknya benda-benda lain.

(14)Semua galian, harus juga termasuk penutupan kembali.

(15)Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.

b) Penggantungan dan Penunjang Pipa

(1) Perpipaan harus ditunjang atau digantung dengan hanger, brackets atau sadel
dengan tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakan-gerakan pemuaian atau
perenggangan pada jarak yang cukup.

(2) Penunjang atau Penggantung tambahan harus disediakan pada pipa berikut ini :

(a) Perubahan perubahan arah


(b) Titik percabangan
(c) Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal lain yang sejenis
(3) Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai berikut

(a) Diameter Batang

Ukuran pipa Jarak maximum GIP PVC

Sampai 20 mm 1M 0,5 M

25 mm s/d 40 mm 2M 1 M

Hal - 86
50 mm s/d 80 mm 3M 1,5 M

100 mm s/d 200 mm 4M 2 M

Gantungan ganda 1 ukuran lebih kecil dari tabel diatas Penunjang pipa lebih
dihitung dengan faktor dari 2 keamanan 5 terhadap kekuatan puncak.

(b) Bentuk gantungan

- Untuk air panas, uap dan kondenset : Roller guide type


- Untuk yang lain- lain : Split ring type atau
- Clevis type
(4) Penggapit pipa baja yang digalvanis harus disediakan untuk pipa tegak.

(5) Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar zinchromat sebelum
dipasang

c) Cara pemasangan pipa air limbah dalam tanah

(1) Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup

(2) Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda- benda keras/ tajam

(3) Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada dasar galian dengan
adukan semen

(4) Urugan pasir setinggi dasar pipa dan dipadatkan

(5) Pipa yang telah tersambung diletakkan diatas dasar pipa

(6) Dibuat blok beton setiap interval 2 meter

(7) Pengurugan bertahap dengan pasir 10 cm, tanah halus, kemudian tanah kasar

d) Pemasangan Katup- katup

Katup-katup harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar, spesifikasi dan untuk
bagian-bagian berikut ini :

(1) Sambungan masuk dan keluar peralatan


(2) Sambungan ke saluran pembuangan pada titik- titik rendah
(a) Diruang Mesin

Ukuran Pipa Ukuran Katup

Sampai 75 mm 20 mm

100 mm s/d 200 mm 40 mm

250 mm atau lebih besar 50 mm

Hal - 87
(b) Lain-lain, ukuran katup 20 mm

(3) Ventilasi udara otomatis


(4) Katup kontrol aliran keatas dan kebawah
(5) Katup pengurang tekanan (pressure reducing valves) untuk aliran keatas dan
kebawah
(6) Steam trap untuk aliran keatas dan ke bawah
(7) Katup by- pass
e) Pemasangan strainer.

Strainer harus disediakan sesuai gambar, spesifikasi dan untuk alat- alat berikut ini :

(1) Katup- katup pengontrol


(2) Katup- katup Pengurang tekanan
(3) Steam traps
f) Pemasangan sambungan- sambungan Pemuaian

Sambungan-sambungan ekspansi panas, harus disediakan untuk pemipaan uap dan


kondensasi pada tempat yang mungkin timbul pemuaian.

g) Pemasangan katup-katup Pelepasan Tekanan.

Katup-katup pelepasan tekanan harus disediakan di tempat-tempat yang mungkin timbul


kelebihan tekanan.

h) Pemasangan Katup-katup Pengaman.

Katup-katup Pengaman harus disediakan di tempat- tempat yang dekat dengan sumber
tekanan.

i) Pemasangan Ven Udara Otomatis

Ven udara otomatis harus disediakan ditempat- tempat tertinggi dan kantong udara.

j) Pemasangan Steam trap.

Steam trap harus disediakan di setiap bagian pipa terendah dan sesudah coil pemanas.

k) Pemasangan katup-katup Pengurangan Tekanan.

Katup-katup pengurangan tekanan harus disediakan di tempat- tempat dimana tekanan


pemakai lebih rendah dari tekanan suplai.

l) Pemasangan sambungan fleksibel

Sambungan fleksibel harus disediakan untuk menghilangkan getaran dari sumber


getaran.

m) Pemasangan Pengukur Tekanan

Pengukur tekanan harus disediakan ditempatkan yang perlu untuk mengukur, antara lain
:

(1) Steam oulets and inlets of steam header


(2) Katup- katup pengurang tekanan
(3) Katup- katup pengontrol
(4) Setiap pompa
(5) Setiap bejana tekan
n) Sambungan ulir

Hal - 88
(1) Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan ulir berlaku
untuk ukuran sampai dengan 50 mm.
(2) Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk pada pipa
dengan diputar sebanyak 3 ulir.
(3) Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat Henep dan zinkwite dengan
campuran minyak.
(4) Semua pemotongan pipa harus memakai pipe cutter dengan reamer.
(5) Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter dengan reamer.
(6) Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
o) Sambungan solder

(1) Sambungan solder ini berlaku antara copper tube dan fitting
(2) Untuk pipa ukuran 20 mm kebawah boleh mempergunakan Soft Solder
(3) Untuk pipa ukuran 25 mm keatas harus mempergunakan Hard Solder
(4) Kontraktor harus mengajukan contoh bahan solder dan hasil solderan kepada
pengawas sebelum pekerjaan perpipaan ini dimulai
(5) Blander pemanas yang harus dipergunakan ialah jenis pemanas LPG atau
Acetyline. Kompor gas tidak boleh dipergunakan
p) Sambungan Las

(1) Sistem sambungan las hanya berlaku untuk saluran bukan air minum

(2) Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las

(3) Kawat las atau elektrode yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang di las.

(4) Sebelum pekerjaan las dimulai Kontraktor harus mengajukan kepada Pengawas
proyek contoh hasil las untuk mendapat persetujuan tertulis.
(5) Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah
mempunyai surat ijin tertulis dari Pengawas.
(6) Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus untuk itu.
(7) Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang berkondisi baik menurut
penilaian Pengawas proyek.
Sambungan Lem

(1) Penyambungan antara pipa dan fitting PVC, mempergunakan lem yang sesuai
dengan jenis pipa, sesuai rekomendasi dari pabrik pipa.

(2) Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, maka untuk ini harus dipergunakan alat
press khusus. Selain itu pemotongan pipa harus menggunakan alat pemotong
khusus agar pemotongan pipa dapat tegak lurus terhadap batang pipa.

(3) Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti spesifikasi dari pabrik
pipa.

q) Sambungan yang mudah dibuka


Sambungan ini dipergunakan pada alat- alat saniter sebagai berikut :

- Antara Lavatory Faucet dan Supply Valve


- Pada waste fitting dan Siphon
Pada sambungan ini kerapatan diperoleh oleh adanya paking dan bukan seal threat.

r) Sleeves
(1) Sleeves untuk pipa- pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus konstruksi beton
(2) Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan kelonggaran di
luar pipa ataupun isolasi
(3) Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja. Untuk yang
mempunyai kedap air harus digunakan sayap.

Hal - 89
(4) Untuk pipa - pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang mempunyai
lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis “Flushing Sleeves”
(5) Rongga antara pipa dan sleeve harus dibuat kedap air dengan rubber sealed atau
“Caulk”
s) Pembersihan
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan, pemipaan di
setiap service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan cara-cara / metoda-
metoda yang disetujui sampai semua benda-benda asing disingkirkan.

9) Pengujian

a) Pelaksanaan Pengetesan.

Instalasi pipa air bersih harus dideteksi terhadap adanya kebocoran dengan tekanan 1,5
x tekanan kerja maximum atau sama dengan 10 kg/cm² selama 24 jam tanpa adanya
penurunan tekanan pada pressure gauge. Seluruh valve pada bagian out harus tertutup.
Bila ada kebocoran harus segera diperbaiki dengan biaya, material & pekerjaan
ditanggung oleh kontraktor termasuk biaya pengetesan.

b) Sistem Air Limbah

Pengujian untuk pipa pembuangan dengan bahan PVC harus dilakukan selama jangka
waktu 24 jam dengan tinggi kolam air sedikitnya 3 meter diatas sambungan pipa tertinggi
dengan memperhatikan tekanan kerjanya (5 kg/cm²)

10) Pengecatan

a) Umum

Barang-barang yang harus dicat adalah sebagai berikut :

- Support pipa dan peralatan Konstruksi besi


- Flens
- Peralatan yang belum dicat dari pabrik
- Peralatan yang catnya harus dipenuhi
b) Persyaratan Pengecatan

Pengecatan harus dilakukan seperti berikut :

Lokasi Pengecatan Pengecatan

Pipa dan peralatan dalam plafond Zinchromate primer2 lapis

Pipa dan peralatan Zinchromate primer

expose 2 lapis dan cat akhir 2 lapis

Pipa besi/ baja dalam tanah 2 lapis flincote & karung Goni

Pewarna Pipa seperti pada table berikut ini :

Hal - 90
No Fungsi Warna

1 Pipa Air Bersih Biru

2 Pipa Air Kotor Coklat tua

3 Pipa Air Limbah Hitam

4 Pipa Air Bekas Coklat Muda

5 Pipa Vent Abu – abu muda

6 Pipa Air Hujan Putih

7 Pipa Gas Kuning

8 Tanki Air Biru

9 Gantungan & Support Hitam

10 Panah pengarah Putih

11) Label Katup (Valve Tag)

a) Tags untuk katup harus disediakan di tempat-tempat penting guna operasi dan
pemeliharaan.

b) Fungsi-fungsi seperti “Normally Open” atau “Normally Close” harus ditunjukkan di tags
katup.

c) Tags untuk katup harus terbuat dari plat mental dan diikat dengan rantai atau kawat.

d. SISTEM AIR BERSIH

1) Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan Instalasi Air Bersih:


a) Sistem air bersih gedung secara garis besar adalah sebagai berikut :

Catu air bersih dan system distribusi air bersih berasal dari satu sumber, yakni air
PDAM. Air PDAM akan digunakan untuk segala kebutuhan air bersih di bangunan
tersebut, baik untuk wastafel, kran, shower toilet dan cadangan pembilasan toilet urinal.

b) Pekerjaan system air bersih secara umum meliputi :

(1) Pengadaan dan pemasangan system pemipaan air bersih dari meter PDAM &
DEEP WELL, ke tangki reservoir bawah, pompa transfer dan kelengkapannya
sampai ke tangki reservoir atas dan kemudian didistribusi ke peralatan Plumbing.

(2) Penyediaan tanki-tangki reservoir atas yang terbuat dari bahan stainless steel, Fibre
dengan volume 2 m³, bila dari beton bertulang dikerjakan oleh pihak sipil, serta
komplit dengan pompa booster packed dan pressure tank serta perlengkapannya.

Hal - 91
(3) Pemasangan semua peralatan dan perlengkapan Bantu yang diperlukan untuk
jaringan air tersebut, hingga system berfungsi dengan baik.

(4) Panel-panel listrik untuk kontrol operasi pompa-pompa.

(5) Pengkabelan listrik dari panel pompa sampai pompa air yang bersangkutan

(6) Water level control beserta elektroda-nya untuk control bekerjanya utama / pompa
booster.
c) Sistem pembuangan air hujan menggunakan system gravitasi.

d) Air kotor, air bekas dan limbah (kitchen) akan diproses menggunakan system STP.
2) Ketentuan Teknis

a) Pompa utama (pompa pendorong/pengisi) menggunakan merk Grundfos atau yang


setara. Pompa dari jenis centrifugal pump. Motor listrik untuk penggerak pompa
tersebut haruslah dari produksi pabrik yang sama atau paling sedikit dinyatakan
dalam rekomendasi oleh pabrik yang bersangkutan. Apabila terjadi penyimpangan
merk pompa beserta motornya, penolakan oleh Pengawas proyek dan resiko
sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor.
Pompa utama ada 2 (dua) buah, satu berfungsi untuk cadangan yang
pengalihannya dari satu pompa ke pompa yang lain dioperasikan secara manual
dan automatic. Pompa yang berfungsi pengoperasiannya diatur oleh water level
control yang dihubungkan dengan elektroda di dalam tandon bawah dan di tandon
atas. Pompa harus berhenti bekerja pada saat muka air di tandon bawah berada
pada posisi rendah dan pada saat posisi muka air ditandon atas rendah serta
ketinggian di tandon bawah cukup tinggi. Pompa memiliki head 15 meter, kapasitas
discharge 750 lt/mnt, 1500 rpm, 220/380v/3ph/50 Hz.
b) Pompa Bosster menggunakan merk Groundfos atau yang setara. Pompa
booster/penguat diperlukan untuk menambah tekanan air dari tandon atas ke
jaringan air bersih di masing-masing zona. Pompa dilengkapi dengan tanki tekan
dan pressure switch yang bekerjanya secara otomatis. Pompa booster hanya
bekerja bergantian berdasarkan timer. Pompa booster mempu nyai kapasitas 750
lt/mnt, head 10 meter, 220/380v/3ph/50 Hz.
Pompa dapat bekerja secara otomatis menurut ketinggian air dalam catch pit. Water
level control harus disediakan oleh kontraktor untuk kondisi muka air terendah
(pompa mati), kondisi muka air tengah (hanya 1 pompa yang bekerja) serta kondisi
muka air teratas (kedua pompa bekerja).
c) Pompa Sump-pit Air Kotor
Kontraktor harus memasang pompa sump-pit air kotor sesuai dengan gambar
dokumen dan spesifikasi teknis. Pompa ini dapat dioperasikan sewa ktu-waktu dan
dapat dipindah-pindah jika pengurasan dilakukan.
d) Kesemua pompa tersebut selain bekerja secara otomatis, haruslah dapat
dioperasikan secara manual.
e) Pressure tank.
Untuk kelengkapan kerja pompa booster disediakan tanki tekan dengan kapasitas
1.000 liter, sejumlah 1 buah. Tanki tekan dilengkapi juga dengan hand hole untuk
memudahkan maintence, drain cock, pressure switch serta klep pengaman. Tabel
plat aluminium harus mampu difungsikan dengan tekanan kerja sampai 10 kg/cm²
dan sanggup menahan tekanan uji sampai 15 kg/cm². Harus pula dilengkapi cat anti
karat.
f) Priming tank.
Untuk menjamin kerja pompa transfer, system dilengkapi dengan priming tank
dengan kapasitas 500 liter. Ditempatkan sedikitnya 1,50 m diatas sumbu pompa.
Priming tank dilengkapi juga dengan float valve, control valve dan drain valve.
Harus dilapis dengan cat anti karat.

e. SISTEM AIR LIMBAH

Hal - 92
1) Sumur Periksa
a) Sumur periksa harus dipasang pada setiap perubahan arah maupun setiap jarak
maksimum 20 meter pada pipa air limbah utama dalam tanah.
b) Sumur periksa harus dibuat dari konstruksi beton
c) Dasar sumur bagian dalam berukuran minimal 500 x 1000 mm serta harus dibuat beralur
sesuai fungsi saluran yaitu, lurus, cabang atau belokan
d) Sumur periksa harus dilengkapi dengan tangga monyet, manhole dan pipa ven

2) Man Hole

a) Menhole terdiri dari rangka dan tutup dibuat dari besi tuang serta dilapis cat bitumen

b) Rangka dan tutup harus membentuk perangkap, sehingga setelah diisi grease akan
terbentuk penahan bau

c) Diameter lubang untuk laluan orang sebesar minimum 500 mm sedangkan untuk laluan
peralatan harus sesuai dengan besaran peralatan tersebut
d) Finishing permukaan manhole harus disesuaikan dengan peruntukan lokasi.

3) Pelaksanaan Pekerjaan Sistem Pembuangan

a) Floor drain adalah dari jenis dengan sifon / penangkap bau, floor drain tidak boleh dari
jenis yang mudah buntu oleh kotoran ataupun yang air penyekat (trap)nya mudah habis
dan tidak berfungsi floor drain dan clean out terbuat dari stainless steel eks American
Standart, Kakudai, San – ei.

b) Semua sparing pipa yang dipasang pada waktu pengecoran beton, harus dilengkapi
dengan flens/sirip yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan pipa.

c) Penggantung pipa Plumbing dapat dilihat pada table

TABEL PENGGANTUNG

NO DIAMETER JARAK MAKSIMUM

1 40 mm 1,00 m

2 50 mm 1,20 m

3 65 - 125 mm 1,50 m

4 150 – 200 mm 2,00 m

d) Pengeleman pipa–pipa PVC harus dilakukan setelah ujung–ujung pipa dibersihkan


bagian luar & dalamnya sehingga bersih dari semua kotoran dan minyak.
e) Untuk lem dipergunakan lem PVC yang direkomendasi oleh pabrik pembuat pipa,
misalnya waving, isarplast.
f) Galian–galian pipa dalam tanah harus dibuat dengan kedalaman sedikitnya 50 cm
dibawah permukaan tanah dan kemiringan 2 % (pada kondisi tidak menyeberang jalan)
g) Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata sehingga seluruh panjang pipa
terletak/tertumpu dengan baik.

Hal - 93
h) Pipa–pipa air bersih dan pipa–pipa pembuangan air kotor, tidak boleh diletak pada
lubang galian yang sama.
i) Kontraktor harus melaksanakan pembilasan desin tektan dari seluruh instalasi air,
sebelum diserahkan kepada seluruh pengawas proyek.
4) Pemasangan Roof Drain

a) Saringan terdiri badan yang ditanam rata dengan permukaan atas atap.

b) Badan saringan harus mempunyai bentuk boel yang berfungsi sebagai penahan
endapan / kotoran padat.

c) Tutup saringan dipasang pada badan dengan memakai sambungan ulir.

d) Tutup saringan mempunyai bentuk cembung, sehingga air masuk melalui sisi-sisinya
yang berlubang.

5) Sewage Treatment Plant (STP)

a) Umum

Pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah penyediaan bahan-bahan, tenaga, dan


peralatan-peralatan yang diperlukan agar seluruh instalasi Sewage Treatment Plant
(STP) dapat dipasang, diuji dan siap untuk digunakan dengan kualitas bahan serta
kualitas pengerjaan/pemasangan yang terbaik, kemudahan pengaturan dan perawatan
serta keamanan operasi dari system sesuai gambar-gambar dan spesifikasi yang
ditentukan dalam perencanaan ini.

b) Syarat Pelaksanaan Pekerjaan.

Pada dasarnya spesifikasi teknis, gambar perencanaan dan Bill of Quantity merupakan
satu kesatuan dan bersifat saling melengkapi dan menyempurnakan. Apabila terdapat
hal-hal yang tidak termuat dalam spesifikasi teknis, namun ada pada gambar
perencanaan atau ada pada Bill of Quantity, demikian pula sebaliknya sehingga
diperoleh suatu perencanaan yang sempurna.

c) Syarat Bahan

(1) Semua peralatan dan instalasi yang dipasang haruslah baru sama sekali dan tidak
terdapat cacat sedikitpun. Terhadap ketidak-sempurnaan / kekurang-baikan barang
/ peralatan yang dikirim, Pengawas / Pengawas proyek berhak untuk menolak dan
kontraktor harus mengganti dengan yang baru sesuai persyaratan. Segala biaya
yang timbul akibat penggantian ini menjadi tanggung jawab kontraktor.

(2) Pemasangan seluruh instalasi STP harus sesuai dengan persyaratan dokumen.
Spesifikasi teknis, gambar perencanaan dan lainnya sesuai dengan kontrak.

a. MESIN DAN PERALATAN PENYEMBELIHAN HEWAN

PEKERJAAN KONSTRUKSI

01. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan Konstruksi Baja meliputi sarana transportasi didalam
area penyembelihan dan penyimpanan berupa rel, penyangga rel dan trolley penggantung,
seperti tercantumdalam gambar, termasuk penyedian tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan

Hal - 94
baja dan alat-alat bantu lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan
baik.

02. BAHAN - BAHAN


Semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru danmerupakan
"Hot rolled structural steel" dan memenuhi mutu baja

ST 37(PPBBI-83 ) atau ASTMA36 atau SS 41 ( JIS. U 3101-1970 ).

Semua pekerjaan baja harus disimpan rapih dan ditaruh diatas alas papan. Seluruh
pekerjaan baja setelah selesai difabrikasi harus dibersihkan dari karat dengan mechanical
(wire brush), kecuali untuk bagian-bagian/tempat-tempat yang sulit dapat digunakan sikat
baja.

Semua material baja yang sudah dibersihkan, baik berupa rel,trolley, maupun tiang-tiang
penyangga berikut baut-baut, ring dan moer harus difinish dengan galvanisasi metode ‘hot
deep galvanizing’. Harus diperhatikan alur pada drat/ulir baut dan moer tidak tertutup lapisan
galvanis terlalu tebal yang menyebabkan baut dan moer tidak bisa disatukan. Pemaksaan
pemasangan dapat menyebabkan pelemahan kekuatan baut yang bersangkutan.

03. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

a. Gambar kerja.

Sebelum fabrikasi dimulai, Kontraktor harus membuat gambar-gambar kerjayang diperlukan


dan mengirim 3 ( tiga ) copy gambar kerja untuk disetujuiPemberi Tugas. Bilamana disetujui,
1 (satu) set gambar akan dikembalikankepada Kontraktor untuk dapat dimulai pekerjaan
fabrikasinya. Walaupun semua gambar kerja telah disetujui oleh Pemberi Tugas, tidaklah
berarti mengurangi tanggung jawab Kontraktor bilamana terdapat kesalahan atau
kekeliruan dalam gambar kerja tersebut. Dan tanggung jawab atas ketepatan ukuran-ukuran
selama erection tetap ada pada Kontraktor. Pengukuran dengan skala dalam gambar tidak
diperkenankan.

b. Tanda-tanda pada konstruksi baja

Semua konstruksi baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dan diberi kode
dengan jelas sesuai bagian masing-masing agar dapat dipasang dengan mudah.

c. Pengelasan

Pengelasan harus d ilaksanakan sesuai AWS atau AISC specification, baru dapat
dilaksanakan dengan seijin Pemberi Tugas, dan menggunakan mesin las listrik. Kawat las
yang dipakai adalah harus merk "Kobesteel" atau yang setaraf. Kontraktor harus
menyediakan tukang las yang berpengalaman/bersertikat dengan hasil pengalaman yang
baik dalam melaksanakan konstruksi baja-baja ber tingkat.

Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dari cat, minyak,karat dan bekas-bekas
potongan api yang kasar. Bekas potongan api harusdigurinda dengan rata.Kerak bekas
pengelasan harus dibersihkan dan disikat.Metode pengelasan harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga tidak timbul distorsi pada elemen konstruksi baja yang dilas. Pada pekerjaan
las dimana terjadi banyak lapisan las ( pengelasan lebih dari satu kali ), maka sebelum
dilakukan pengelasan berikutnya lapisan terdahulu harus dibersihkan dahulu dari kerak-
kerak las / slag dan percikan-percikan logam yang ada.Tebal las pada sekali pengelasan
maximum 7 mm. Lapisan las yang berpori-pori atau retak atau rusak harus dibuang
samasekali.Bila ditemukan hal-hal yang meragukan, maka bagian tersebut harus diujidengan
cara-cara seperti dibawah dan harus sesuai dengan standard AWS D1.0.

Hal - 95
Pengujian secara Radiographic harus sesuai dengan lampiran B dariAWS D 1.0. Dan bila
ada kerusakan maka segala macam biaya yangmenyangkut perbaikan harus dtanggung oleh
Kontraktor. Pemeriksaan dengan ultrasonik untuk las dan teknik serta standard yang dipakai
harus sesuai dengan lampiran C dari AWS D 1.0. atau harus sesuai dengan persyaratan
ASTM E114 -75; Ultrasonic Contact Examination or Weldmends : E273-68: Ultrasonic
Inspection of Longitudinal and Spiral Weldsof Welded Pipe and Tubing 1974.Cara
pemeriksaan dengan "Particle Magnetic" harus sesuai dengan ASTME109.Cara pemeriksaan
dengan "liquid Penetrant" harus sesuai dengan ASTME109. Semua lokasi
pengujian harus dipilih oleh Pemberi Tugas. Seluruh biaya yangberhubungan dengan
pengujian bahan/las dan sebagainya, menjadi tanggung jawab Kontraktor.

d. Baut Pengikat

Lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameternya. Kontraktor
tidak boleh merubah atau membuat lubang baru dilapangan tanpa seijin Pemberi Tugas.
Pembuatan lubang baut harusmemakai bor. Untuk konstruksi yang tipis, maksimum 10 mm,
boleh memakai mesin pons. Membuat lubang baut dengan api sama sekali tidak
diperkenankan.

Baut penyambung harus berkwalitas baik dan baru..

Diameter baut, panjang ulir harus sesuai dengan yang diperlukan. Mutu baut yang digunakan
adalah Baut Hitam atau setaraf, kecuali ditentukan lain dalam gambar digunakan standar
ASTM 325 atau JIS F10T. Lubang baut dibuat maksimum 2 mm. lebih besar dari diameter
baut. Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan sedemikian rupasehingga
tidak menimbulkan momen torsi yang berlebihan pada baut yang akan mengurangi kekuatan
baut itu sendiri. Untuk itu diharuskan menggunakan pengencang baut yang khusus dengan
momen torsi yang sesuai dengan buku petunjuk untuk pengencangan masing-masing
baut.Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih dapat
paling sedikit 4 ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa menimbulkan kerusakan pada
ulir baut tersebut. Baut harus dilengkapi dengan 2 ring, masing-masing 1 buah pada kedua
sisinya.Untuk menjamin pengencangan baut yang dikehendaki, maka baut-baut yang sudah
dikencangkan harus diberi tanda dengan cat, guna menghindari adanya baut yang tidak
dapat dikencangkan.

c. Pemotongan besi

Semua bekas pemotongan besi harus rapih dan rata. Pemotongannya hanya boleh
dilaksanakan dengan brander atau gergaji besi. Pemotongan dengan mesin las sekali-kali
tidak diperkenankan.

d. Penyimpanan Material

Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan diatas papan atau balok-balok kayu
untuk menghindari kontak langsung dengan permukaan tanah, sehingga tidak merusak
material. Dalam penumpukan material harus dijaga agar tidak rusak, bengkok.

Hal - 96
PEKERJAAN MESIN PENYEMBELIHAN

01. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan Fabrikasi mesin seperti tercantum dalam
gambar, termasuk penyedian tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan baja dan alat-alat
bantu lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.

02. BAHAN-BAHAN

Semua material untuk fabrikasi mesin menggunakan seperti round bar ST 60, MS plate,
SUS 304, Square pipe dan memenuhi mutu baja

Semua pekerjaan farikasi harus disimpan rapih dan ditaruh diatas alas papan.Seluruh
pekerjaan baja setelah selesai difabrikasi harus dibersihkan dari karat dengan
mechanical wire brush, kecuali untuk bagian-bagian/tempat-tempat yangsulit dapat
digunakan sikat baja kemudian digalvanis dengan metode ‘hot deep galvanizing’,
termasuk juga semua baut, ring dan moer yang akan digunakan. Dikecualikan dari
ketentuan ini adalah bagian=bagian yang dipasok oleh pihak ketiga seperti motor listrik
dan bearing.

03. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

a. Gambar kerja.

Sebelum fabrikasi dimulai, Kontraktor harus membuat gambar-gambar kerja yang


diperlukan dan mengirim 3 ( tiga ) copy gambar kerja untuk disetujui Pemberi Tugas.
Bilamana disetujui, 1 (satu) set gambar akan dikembalikan kepada Kontraktor untuk
dapat dimulai pekerjaan fabrikasinya. Walaupun semua gambar kerja telah disetujui
oleh Pemberi Tugas, tidaklahberarti mengurangi tanggung jawab Kontraktor bilamana
terdapat kesalahanatau kekeliruan dalam gambar kerja tersebut. Dan tanggung jawab
atas ketepatan ukuran-ukuran selama erection tetap ada pada Kontraktor. Pengukuran
dengan skala dalam gambar tidak diperkenankan.

b. Tanda-tanda pada konstruksi baja

Semua komponen mesin yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dan diberi kode
dengan jelas sesuai bagian masing-masing agar dapat dipasang dengan mudah.

c. Pengelasan

Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC specification, baru dapat
dilaksanakan dengan seijin Pemberi Tugas, dan menggunakan mesin las listrik. Kawat
las yang dipakai adalah harus merk "Kobesteel" atau yang setaraf. Kontraktor harus
menyediakan tukang las yang berpengalaman/bersertifikat dengan hasil pengalaman
yang baik dalam melaksanakan konstruksi pembuatan rangka mesin.

Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dari cat, minyak,karat dan bekas-
bekas potongan api yang kasar. Bekas potongan api harus digurinda dengan rata.Kerak
bekas pengelasan harus dibersihkan dan disikat. Metode pengelasan harus dilakukan

Hal - 97
sedemikian rupa sehingga tidak timbul distorsi pada elemen konstruksi baja yang dilas.
Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las ( pengelasan lebihdari satu kali ),
maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapisanterdahulu harus dibersihkan
dahulu dari kerak- kerak las / slag danpercikan-percikan logam yang ada.Tebal las pada
sekali pengelasan maximum 7 mm. Lapisan las yang berpori-pori atau retak atau rusak
harus dibuang sama sekali. Bila ditemukan hal-hal yang meragukan, maka bagian
tersebut harus diuji dengan cara-cara seperti dibawah dan harus sesuai dengan
standard AWS D1.0.

Pengujian secara Radiographic harus sesuai dengan lampiran B dari AWS D 1.0. Dan
bila ada kerusakan maka segala macam biaya yang menyangkut perbaikan harus
dtanggung oleh Kontraktor. Pemeriksaan dengan ultrasonik untuk las dan teknik serta
standard yang dipakai harus sesuai dengan lampiran C dari AWS D 1.0. atau harus
sesuai dengan persyaratan ASTM E114 -75; Ultrasonic Contact Examination
or Weldmends : E273-68: Ultrasonic Inspection of Longitudinal and Spiral Weldsof
Welded Pipe and Tubing 1974. Cara pemeriksaan dengan "Particle Magnetic" harus
sesuai dengan ASTME109. Cara pemeriksaan dengan "liquid Penetrant" harus sesuai
dengan ASTME109. Semua lokasi pengujian harus dipilih oleh Pemberi Tugas. Seluruh
biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan/las dan sebagainya, menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

d. Baut Pengikat

Lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameternya.


Kontraktor tidak boleh merubah atau membuat lubang baru dilapangan tanpa seijin
Pemberi Tugas. Pembuatan lubang baut harus memakai bor. Untuk konstruksi yang
tipis, maksimum 10 mm, boleh memakai mesin pons.Membuat lubang baut dengan api
sama sekali tidak diperkenankan.

Baut penyambung harus berkwalitas baik dan baru.

Diameter baut, panjang ulir harus sesuai dengan yang diperlukan. Mutu baut yang
digunakan adalah Baut Hitam atau setaraf, kecuali ditentukan laindalam gambar.
Lubang baut dibuat maksimum 2 mm. lebih besar dari diameter baut. Pemasangan
dan pengencangan baut harus dikerjakan sedemikian rupase hingga tidak menimbulkan
momen torsi yang berlebihan pada baut yangakan mengurangi kekuatan baut itu sendiri.
Untuk itu diharuskan menggunakan pengencang baut yang khusus dengan momen
torsi yang sesuai dengan buku petunjuk untuk pengencangan masing-masing baut.
Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih dapat
paling sedikit 4 ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa menimbulkan kerusakan
pada ulir baut tersebut. Baut harus dilengkapi dengan 2 ring, masing-masing 1 buah
pada kedua sisinya.Untuk menjamin pengencangan baut yang dikehendaki, maka
baut-baut yang sudah dikencangkan harus diberi tanda dengan cat, guna menghindari
adanya baut yang tidak dapat dikencangkan.

c. Pemotongan besi

Semua bekas pemotongan besi harus rapih dan rata. Pemotongannya hanya boleh
dilaksanakan dengan brander atau gergaji besi. Pemotongan dengan mesin las sekali-
kali tidak diperkenankan.

d. Penyimpanan Material

Hal - 98
Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan diatas papan atau balok-balok kayu
untuk menghindari kontak langsung denganpermukaan tanah, sehingga tidak merusak
material. Dalam penumpukan material harus dijaga agar tidak rusak, bengkok.

Hal - 99
E. ELEKTRIKAL

INSTALASI ELEKTRIKAL

a. PERSYARATAN UMUM

1) Umum
Dokumen ini berisi spesifikasi umum instalasi listrik untuk proyek Tersebut
diatas. Segala persyaratan dan ketentuan instalasi listrik akan dijelaskan
pada bagian–bagian berikutnya.
2) Peraturan Pemasangan
Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan -
peraturan sebagai berikut :
a) PUIL 2000.
b) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.05/MEN/ 1982
c) National Fire Protection Association (NFPA)
d) Petunjuk dari Pabrik Pembuat Peralatan.
e) Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instalasi yang berwenang, seperti
PLN, dan Assosiasi terkait.
Pekerjaan instalasi ini harus dilaksanakan oleh Perus ahaan yang memiliki
Surat Ijin Instalasi dari instalasi yang berwenang dan telah biasa
mengerjakannya dan suatu daftar referensi pemasangan harus dilampirkan
dalam surat penawaran.
3) Gambar – gambar
a) Gambar – gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini serta risalah
rapat penjelasan merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan
mengikat dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.

b) Gambar-gambar sistim ini menunjukkan secara umum tata letak dari


peralatan, sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan perhatikan
kondisi dari bangunan yang ada dan mempertimbangkan juga kemudahan
service / maintenance jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.

c) Gambar-gambar Arsitek dan Struktur/Sipil harus dipakai sebagai referensi


untuk pelaksanaan dan detail finishing instalasi.
d) Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar kerja dan
detail kapada Pengawas proyek untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih
dahulu. Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut, Kontraktor dianggap
telah mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan denganinstalasi
ini.
e) Kontraktor harus membuat gambar-gambar instalasi terpasang yang disertai
dengan operating dan Maintenance Instruction serta harus diserahkan
kepada Pengawas Proyek pada saat penyerahan pertama dalam rangkap 3
(tiga), dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi dan data notasi.
Gambar Kerja (Shop-drawing)

a) Yang dimaksud dengan gambar kerja adalah gambar-gambar yang dibuat


oleh Kontraktor, Pemasok-barang maupun pihak-pihak lain yang bertujuan
untuk menjelaskan cara pemasangan maupun cara penyambungan dan
lainnya pada saat pelaksanaan pekerjaan sedang berlangsung

b) Sebelum Kontraktor melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat


gambar kerja untuk memperjelas dan sebagai gambar untuk pelaksanaan
pekerjaan di lapangan terdiri dari,

(1) Diagram-diagram/gambar, seperti :

 Gambar rangkaian listrik


 Gambar jaringan pemipaan
 Gambar/diagram lainnya.

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


155
(2) Detail-detail, seperti :

 Detail panel
 Detail pemasangan panel
 Detail pemasangan peralatan
 Detail-detail lain yang diperlukan.
(3) Gambar lainnya sesuai dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan.

c) Gambar-gambar kerja dibuat dengan berpedoman pada Gambar


Perencanaan, Spesifikasi Teknis serta disesuaikan dengan kondisi lapangan
yang sebenarnya, sehingga tidak akan terjadi kesalahan di lapangan.
d) Gambar kerja dibuat sebanyak 3 (tiga) rangkap dan diserahkan kepada
Pengawas proyek untuk diperiksa dan disahkan
e) Untuk pekerjaan Sistem Distribusi Listrik dan lainnya, Kontraktor harus
menyiapkan Gambar-gambar instalasi yang diperlukan untuk diperiksa dan
disahkan (keur) oleh Assosiasi terkait dan instalasi lainnya sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
4) Koordinasi
a) Kontraktor instalasi hendaknya bekerja sama dengan kontraktor instalasi
lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan.

b) Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi yang satu tidak menghalangi
kemajuan instalasi lain.

c) Apabila pelaksanaan instalasi ini menghalangi instalasi yang lain, maka


semua akibatnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
5) Pelaksanaan Pemasangan
a) Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi dimulai, Kontraktor harus
menyerahkan gambar kerja dan detailnya kepada Pengawas Proyek dalam
rangkap 3 (tiga) untyk disetujui.

b) Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan ulang atas sesuatu yang


diragukan, Kontraktor harus segera menghubungi Pengawas Proyek.
Pengambilan ukuran dan/atau pemilihan kapasitas peralatan yang salah akan
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

6) Testing dan Commisioning


a) Kontraktor instalasi harus melakukan semua testing dan pengukuran yang
dianggap perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat
berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua persyaratan yang
diminta.

b) Semua bahan dan perlengkapannya yang diperlukan untuk mengadakan


testing tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor.

7) Masa Pemeliharaan dan Serah Terima Pekerjaan


a) Peralatan instalasi harus digaransi selama setahun terhitung sejak saat
penyerahan pertama.

b) Masa pemeliharaan untuk instalasi adalah satu tahun terhitung sejak saat
penyerahan petama.

c) Selama masa pemeliharaan, Kontraktor instalasi ini diwajibkan


mengatasi segala kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan
biaya.
d) Selama masa pemeliharaan, seluruh instalasi yang telah selesai
dilaksanakan masih merupakan tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
e) Selama masa pemeliharaan, apabila kontraktor tidak melaksanakan
teguran dari Pengawas proyek atas perbaikan/penggantian/penyetelan yang

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


156
dipergunakan, maka Pengawas proyek berhak menyerahkan perbaikan/
penggantian penyetelan tersebut kepada pihak lain atas biaya kontraktor.
f) Selama Masa Pemeliharaan, Kontraktor harus melatih petugas-
petugas yang ditunjuk oleh Pemilik sehingga dapat mengenali sistem instalasi
dan dapat melaksanakan pengoperasian/pemeliharaan.
g) Serah terima pertama baru dapat dilaksanakan setelah ada bukti
pemeriksaan dengan hasil yang baik yang ditanda tangani bersama oleh
Kontraktor dan Pengawas Proyek serta dilampiri Surat Ijin Pemeriksaan dari
Jawatan Keselamatan Kerja dan instalasi yang berwenang.
8) Laporan – laporan
a) Laporan Harian dan Mingguan

Kontraktor wajib membuat laporan harian dan laporan mingguan yang


memberikan gambaran mengenai :
- Kegiatan fisik
- Catatan dan perintah Pengawas proyek yang disampaikan secara lisan
maupun secara tertulis.
- Jumlah material /ditolak
- Jumlah Tenaga Kerja
- Keadaan cuaca, dan
- Pekerjaan tambah/kurang
- Photo progres lapangan
Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan
setelah ditanda tangani oleh Project Manager harus diserahkan
kepada Pengawas proyek untuk diketahui / disetujui.
b) Laporan Pengetesan
Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas proyek dalam
rangkap 3 (tiga) mengenai hal-hal sebagai berikut :
- Hasil pengetesan semua persyaratan operasi instalasi.
- Hasil pengetesan peralatan
- Hasil pengetesan kabel
- Hasil pengetesan tahanan pentanahan
- Dan lainnya.
Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus
disaksikan oleh pihak Pengawas proyek.
9) Penanggung Jawab Pelaksanaan
a) Kontraktor harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan
yang ahli dan berpengalaman yang harus selalu berada dilapangan, yang
bertindak sebagai wakil dari Kontraktor dan mempunyai kemampuan untuk
memberikan keputusan reknis dan yang bertanggung jawab penuh dalam
menerima segala instruksi yang akan diberikan oleh pihak Pengawas Proyek.

b) Penanggung jawab tersebut diatas juga harus berada ditempat pekerjaan


pada saat diperlukan / dikehendaki oleh pihak Pengawas proyek.

10) Penambahan/Pengurangan/Perubahan Instalasi.


a) Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan
dengan kondisi lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari
pihak konsultan Perencanaan dan Pengawas proyek.

b) Kontraktor harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada kepada


pihak Pengawas proyek dalam rangkap 3 (tiga)

Perubahan material, dan lain – lainnya, harus diajukan oleh Kontraktor


kepada Pengawas proyek secara tertulis dan pekerjaan tambah/ kurang /
perubahan yang ada harus disetujui oleh Pengawas proyek secara tertulis.

11) Ijin – ijin


Pengurusan ijin – ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi serta
seluruh biaya yang diperlukannya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
12) Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


157
a) Pembobokan tembok, lantai dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam
pelaksanaan instalasi ini serta mengembalikannya kekondisi semula, menjadi
lingkup pekerjaan instalasi ini.

b) Pembobokan / pengelasan / pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila


ada persetujuan dari pihak Pengawas proyek secara tertulis.

13) Pemeriksaan Rutin dan Khusus


a) Pemeriksaan Rutin harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi secara
periodik dan tidak kurang dari tiap dua minggu

b) Pemeriksaan khusus harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi ini, apabila


ada permintaan dari pihak Pengawas proyek Pemilik dan atau bila ada
gangguan dalam instalasi ini.

14) Rapat Lapangan


Wakil Kontraktor harus selalu hadir dalam setiap rapat proyek diatur oleh
pemberi tugas.

b. LINGKUP PEKERJAAN

1) Umum

Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan


baik dalam spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam gambar -gambar,
dimana bahan – bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan
ketentuan–ketentuan pada spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat
perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan
kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut
sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.
2) Uraian Lingkup Pekerjaan
Sebagai tertera dalam gambar-gambar rencana, Kontraktor pekerjaan
instalasi Listrik ini harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta
menyerahkan dalam keadaan baik dan s iap untuk dipergunakan. Garis
besar lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a) Pengadaan, pemasangan dan pengujian instalasi panel tegangan rendah
lengkap dengan instalasi serta peralatan bantunya.
b) Pengadaan, pemasangan dan pengujian instalasi penerangan , kotak–kontak
c) Pengadaan, pemasangan dan pengujian panel tegangan rendah.
d) Pengadaan, pemasangan dan pengujian instalasi kabel tegangan rendah.
e) Pengadaan, pemasangan dan pengujian armature lampu penerangan.
f) Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pembumian.
g) Pembuatan as built drawing (gambar terpasang)
h) Pengadaan, pemasangan rak kabel untuk daya dan penerangan dalam
bangunan serta peralatan bantunya.
i) Pengadaan, pemasangan penyalur petir.
j) Mengadakan pelatihan terhadap operator dari pihak pemberi tugas.
k) Mengadakan testing dan Commissioning seluruh pekerjaan listrik.

c. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN

1) Panel Tegangan Rendah


a) Panel tegangan rendah harus mengikuti standard PUIL 2000.
b) Panel – panel harus dibuat dari plat besi tebal 2 mm dengan rangka besi dan
seluruhnya harus dizinchromate dan di duco 2 kali dan harus dipakai cat
powder coating dengan cat texture, warna dan cat dikonfirmasikan kepihak
Interior dan Pengawas proyek, dilengkapi dengan double cover tebal plat 2
mm, memakai sepatu kabel dan handslip, kapasitor bank harus

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


158
menggunakan sistem otomatik (APFR). Pintu dari panel-panel tersebut harus
dilengkapi dengan master key.
c) Kontruksi dalam panel – panel serta letak dari komponen – komponen dan
sebagainya harus diatur sedemikian rupa, sehingga bila perlu dilaksanakan
perbaikan – perbaikan penyambungan-penyambungan pada komponen-
komponen dapat mudah dilaksanakan tanpa mengganggu komponen-
komponen lainnya.
d) Setiap panel harus mempunyai 5 atau lebih busbar copper terdiri dari 3
busbar phase R-S-T, 1 busbar neutral dan 1 busbar untuk grounding.
Besarnya busbar harus diperhitungkan untuk besar arus yang akan mengalir
dalam busbar tersebut tanpa menyebabkan suhu yang lebih dari 65ºC
dengan dimensi busbar minimum 1,5 kali dari kemampuan lewat arus
(kapasitas incoming breaker). Setiap busbar copper harus diberi warna
sesuai peraturan PLN, lapisan yang dipergunakan untuk memberi warna
busbar dan saluran harus dari jenis yang tahan terhadap kenaikan suhu yang
diperbolehkan.
e) Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam kotak
tahan getaran. Ampermeter dan Voltmeter yang digunakan berukuran 96 x 96
mm atau ukuran lain yang update dengan skala linear dan ketelitian 1% dan
bebas dari pengaruh induksi, serta ada sertifikat tera dari LMK / PLN
(minimum 1 buah untuk setiap jenis alat ukur).
f) Ukuran dari tiap-tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan
keperluan sesuai dengan yang telah disetujui oleh Pengawas proyek.
g) Unit Box Panel haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga mendapat ventilasi
udara yang cukup. Pada lubang ventilasi udara harus diberi filter yang
kontruksinya diperkuat sehingga didapatkan suatu konstruksi yang baik.
h) Unit Box Panel yang berfungsi untuk Motor Control Center haruslah
dilengkapi dengan force ventilasi(exhaust fan).
i) Main switch breaker tipe air break 3 pole atau 4 pole yang telah
direkomendasi dari SPLN serta karakteristiknya menurut standard IEC 947-2
dan kemampuan arus hubung singkat alat tersebut tidak kurang dari 80 KA
pada tegangan 600 VAC.
j) Main circuit breaker harus menggunakan tipe spring charged yang dapat
dioperasikan secara manual atau automatic yang dikombinasikan dengan
sistem motorized, UVT untuk versi fixed serta dilengkapi pengaman untuk
tidak merusak switch breaker pada saat posisi ON / OFF / TRIP.
k) Sistem penutup atau kontak breaker harus menggunakan tougle action, free
type dan dilengkapi dengan indikator mekanikal untuk posisi ON atau OFF
serta indikasi charged dan discharged.
l) Jika main circuit breaker dioperasikan secara atomatic maka harus dilengkapi
dengan pelepas penutup (XF) pemutus tegangan jatuh (MN) / pemutus shunt
(MX), saklar alarm dan saklar bantu.
m) Kapasitas dari kontak utama harus mampu dibebani dengan beban penuh
pada temperatur yang telah direkomendasikan dari pihak serta waktu
pemutusan tidak lebih dari tiga detik.
n) Main circuit breaker harus dilengkapi dengan proteksi beban lebih (over
current), arus hubung singkat (short circuit), proteksi hubungan pentanahan.
o) Komponen – komponen pengaman yang dapat dipakai adalah :
(1) Air Circuit Breaker (ACB)

 Standard IEC & SPLN


 Terdiri dari 3 atau 4 kutub
 Jenis Fixed
 Sistem unit Trip terdiri dari :
◊ Fungsi switching
◊ Fungsi komunikasi
◊ Fungsi Proteksi
 Kapasitor pemutus 65 KA – 150 kA pada 380/415 V
 Arus Nominal 800A s/d 6300 A
(2) Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


159
 Keterangan untuk syarat – syarat dan simbol-simbol yang
digunakan dalam perincian berikut menggunakan Strandard IEC
bagian 1 dan 2.
 Terdiri dari 3 kutub dan 4 kutub
 Kapasitas pemutusan 18 s/d 85 KA pada tegangan 380 / 415 V
 Dilengkapi dengan pemutus shunt (MX), Pelepas Tegangan
(MN), Auxiliary Contract, Saklar Alarm serta mekanis motor.
 Sistem unit trip terdiri dari :
◊ Thermal Magnetis
◊ Solid State (Electronic)
 Dilengkapi dengan proteksi motor- motor listrik
 Dilengkapi dengan perlindungan terhadap manusia /
kebakaran (type Vigirex)
 Versi : Fixed
(1) Miniatur Circuit Breaker (MCB)
 Menurut standart IEC
 Terdiri dari 1 dan 3 kutub
 Breaking capacitynya antara 5 s/d 25 KA untuk tegangan
220/415 V.
 Kurva trip B & C
 Dilengkapi dengan saklar alarm, Auxiliary contract dan
pemutus shunt (MX) / pelepas tegangan (MN)
 Jika digunakan untuk melindungi motor listrik maka yang
digunakan adalah MMCB (Magnetic Motor Circuit Breaker).
(2) Contactor
 Berdasarkan standard IEC ,SPLN, SNI
 Terdiri dari kategori ACI – untuk Beban Murni > 0.95
 AC2 – Untuk motor slipring, Strarting, Pluging AC3-Motor
Squirrel cage, swithhing ON/OFF selama dalam keadaan normal.

(3) Overload
 Berdasarkan IEC p47, IEC 292
 Dapat mampu berfungsi sebagai pengaman motor listrik
terhadap beban lebih dan disesuaikan dengan arus nominal motor
tersebut.
 Untuk star – delta dan Direct On Line dapat dikombinasikan
dengan Magnetic Motor Circuit Breaker.
(4) Bushbar Support
 Sesuai standard IEC, SPLN - SNI Bus-bar support terdiri dari
unipolar/multi polar.
 Isolasi support harus sesuai dengan ukuran copper (tembaga).
 Kapasitas dari Bus – bar harus sesuai dengan standard Puil
 Terdiri dari 1,2,3 dan 4 pole + 1 grounding
 Spesifikasinya :
◊ High Dielectric strenght
◊ High Mechanical wisthstand
◊ Tahan Terhadap temperatur sesuai dengan rekomendasi
(5) Isolasi support
Bahan terdiri dari SMC/DMC spesifikasi terdiri dari :
 High Dielectric Strenght
 High Mechanical Withstand
 High Temperature.
(6) Pilot lamp, Push Button, Selector Switch
Sesuai standard IEC, SPLN, SNI.

 Jenis pilot lamp yang digunakan adalah tipe transformasi


 Push Button menggunakan tipe flush dengan bahan chromium.
 Selector switch tingkat isolasinya harus 660 V dengan
kapasitas thermal 12 A adalah 20 A serta dilengkapi dengan
pegangan isolasi ganda.

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


160
(7) Fuse dan Fuse Link
 Standard SPLN.
 Jenis Fuse yang digunakan adalah HRCclass Q sedangkan
Fuse Carier sebagai pengaman circuit control menggunakan type
catridge & Holder.
(8) Relay
 Tipe relay adalah electro mechanical dan static transitor.
 Over current relay adalah jenis IDMTL (Inverse Defenitive
Minimum time Lag) diset antara 50 % - 200% dan waktu antara 1-0,3
second Earth Fault Relay adalah jenis DTL (Definitive Time Lag) di
set antara 0-1 secound, setting dari arus antara 5-40% dari 5% step.
 Capasitor dari auxiliriary contract relay tersebut harus
disesuaikan dengan kapasitas beban.
(9) Current Transformer (CT)
 CT yang digunakan standard SPLN, SNI / IEC .
(10) Metering
 Standard IEC, SPLN.
 Bahan Plastic ABS, Dust Proof, disesuaikan dengan
temperature tropis.
 Moving Iron
 Mempunyai Zero skala yang dapat diatur.
 Class 1.5 dari skala full

2) Kabel Tegangan Rendah


a) Kabel – kabel type NYA, NYM dan NYY yang dipakai harus dapat
dipergunakan untuk tegangan rendah 0,6 kV.
b) Pada Prinsipnya kabel-kabel daya yang dipergunakan adalah jenis
N/A2XSEFBY, N/A2XSY, NYY dan NYFGBY.
c) Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus dimintakan
persetujuan terlebih dahulu pada MK.
d) Penampang kabel minimum yang dapat dipakai 2,5 mm².

3) Sistem Penyalur Petir


a) Elektroda Penyalur Petir / Air Termination
(1) Elektroda penyalur petir ini terdiri dari :

(a) Air Termination dari jenis Electrostatis lightning terminal.


(b) Dudukan air termination yang terbuat dari fibre glass dengan
diameter 70 mm dan ketinggian minimum 2,5 meter.
(c) Pemasangan dudukan air terminator harus tahan terhadap pengaruh
goncangan dan angin.
(2) air termination yang dipakai harus mendapat izin atau rekomendasi dari
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia atau instalasi lain yang
berwenang.

(3) Air termination yang dipakai dengan menggunakan air termination dari
jenis bukan radioaktif.

(4) Detail dan tata instalasi penyalur petir sesuai dengan Gambar
Perencanaan.

(1) Air termination harus terbuat dari bahan yang tahan untuk dialiri arus
listrik yang cukup besar tanpa terjadi kerusakan.
(2) Elektroda penyalur petir harus dihubungkan dengan hantaran turun.
(3) Pemasangan penyalur petir harus diatur sedemikian rupa, sehingga
semua bagian atau benda yang berada di atap sampai dengan lantai
basement harus dapat terlindungi oleh sistem instalasi penyalur petir.
b) Hantaran Turun
(1) Hantaran turun berfungsi untuk mengalirkan muatan listrik petir yang
diterima/ditangkap oleh elektroda penyalur petir ke konduktor
pembumian. Oleh karena itu, hantaran turun harus dihubungkan secara

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


161
sempurna, baik dengan elektroda penyalur petir maupun elektroda
pembumian.
(2) cable yang di gunakan mempunyai ukuran NYY 1 x 50 mm².
(3) Hantaran turun harus dipasang dengan baik, lurus dan mempunyai
kekuatan yang cukup sehingga mampu menahan gangguan mekanis.
c) Elektroda Pembumian
(1) Elektroda pembumian terbuat dari pipa GIP diameter 11/2” dan plat
tembaga serta lilitan kawat timah dengan konstruksi seperti tercantum di
dalam Gambar Perencanaan.
(2) electroda pembumian harus ditanam langsung di dalam tanah dengan
panjang bagian yang tertanam minimal sepanjang 6 M dan mempunyai
tahanan pentanahan sebesar 2 Ohm.
(3) Terminal penyambungan untuk menghubungkan elektroda pembumian
dengan hantaran turunan harus dilakukan di dalam bak kontrol.
(4) Sistem pembumian untuk penyalur petir ini harus terpisah dari sistem
pembumian untuk sistem elektrikal lainnya.
d) Bak Kontrol / Terminal Penyambungan
(1) Bak kontrol berfungsi sebagai tempat penyambungan antara hantaran
penyalur petir dengan elektroda pembumian (terminal pembumian) dan
sebagai tempat untuk melakukan pengukuran tahanan pembumian.
(2) Dimensi konstruksi bak kontrol sesuai dengan Gambar Perencanaan.
(3) Dinding dan tutup bak kontrol terbuat dari konstruksi beton.
(4) Bak kontrol mempunyai tutup yang dilengkapi dengan handle. Tutup bak
kontrol ini harus dapat dibuka dengan mudah.
e) Penyangga dan Klem
(1) Penyangga digunakan untuk memegang hantaran penyalur petir.
(2) Penyangga terbuat dari besi yang digalvanisasi sehingga tahan terhadap
karat.
(3) Dimensi dan konstruksi penyangga sesuai dengan Gambar
Perencanaan.
f) Merk : KURN, THOMAS, GUARDIAN

7) Lighting Fixtures
a) Lighting Fixtures TKO/RM/GMS – TL 2 X 36 W
(1) Tebal plat besi untuk lighting fixture tersebut minimum 0,7 mm.
(2) Fitting lampu dari tipe yang tidak menggunakan mur baut
(3) Semua lighting fictures harus dicat dengan powder coating bebas dari
karat dan lecet-lecet, dengan ICI acrylic paint warna putih serta
dilengkapi Mirror Reflektor, contoh harus disetujui oleh Pengawas
proyek.
(4) Konstruksi lighting fixtures pada umumnya harus memberikan effisiensi
penerangan yang maksimal, rapih kuat serta sedemikian rupa hingga
pekerjaan – pekerjaan seperti penggantian lampu, pembersihan,
pemeriksaan dan pekerjaan pemeliharaan dengan mudah dapat
dilaksanakan.
(5) Pada semua lighting fixxtures harus dibuatkan mur dan baut sebagai
tempat terminal pentanahan (grounding).
(6) Lighting Fixtures untuk tipe TL harus menggunakan adjustable
hanger/Fixed Hanger.
b) Lampu Tabung (Down Light) – PLC, PLE, SL/PL
(1) Lighting Fixtures harus dilengkapi dengan reflector aluminium, atau
sesuai gambar.
(2) Lamp holder menggunakan standart E-27/E.40.
(3) Diameter dari kap lampu minimal lihat gambar.
(4) Lampu yang dipakai dari jenis PLC/PL atau sesuai gambar, contoh harus
disetujui oleh Pengawas proyek.
c) Lampu Emergency dan Orientasi
(1) Lampu Emergency yang digunakan jenis flouresent (TL), Incandescen
(PL), lengkap dengan battery dan chargernya.
(2) Pada saat listrik PLN / Genset menyala charger akan mengisi battere
dan lampu harus dapat dioperasikan dari listrik PLN/Genset mati, lampu
tetap menyala (tanpa terputus) dan dioperasikan oleh sumber daya
battery (lampu yang lain). Bila PLN/Genset hidup battery harus diisi

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


162
kembali dan semua operasi tersebut diatas harus dapat bekerja secara
otomatis.
(3) Battery yang dipakai jenis drycell Nikel Cadmium dan / CADMIUM harus
sanggup menampung operasi selama minimal 30 menit, kapasitas
battery disesuaikan dengan TLD yang dipasang.
(4) Tegangan input adalah 220 v, n 10% 50 Hz, 1phase, dilengkapi dengan
indikator LED dan peralatan push to Check battery.
(5) Chargernya harus dapat mengisi battery pada kapasitas penuh selama 1
x 24 jam.
(6) Inverternya harus tidak bekerja bila lampu dinyalakan dari sumber
PLN/Genset.
(7) Untuk lampu orientasi dipakai jenis flourescent (TL) dan Incandescen
(PL) maintain lengkap dengan battery chargernya atau sesuai gambar.
(8) Untuk lampu exit harus disetujui oleh Pengawas proyek.
d) Lighting Fixtures Type Outdoor (Halaman)
(1) Lighting fixtures yang dapat digunakan, akan ditentukan sesuai gambar
dan spesifikasi teknis atau lainnya.
(2) Tipe lampu yang dipakai adalah sesuai gambar.
(3) Komponen-komponennya harus menggunakan condensor yang dapat
memberikan koreksi factor minimal 0,85 dipasang seri.
(4) Kontruksi lighting fixtures pada umumnya harus memberikan effisiensi
penerangan yang maksimal, rapih kuat serta sedemikian rupa hingga
pekerjaan – pekerjaan seperti penggantian lampu, pembersihan,
pemeriksaan dan pekerjaan pemeliharaan dengan mudah dapat
dilaksanakan, contoh harus disetujui oleh Pengawas proyek.
(5) Untuk setiap lampu penerangan luar, ujung instalsi dari kabel haruslah
dipasang suatu Junction Box Outdoor Type. Dimana Junction Box
tersebut termasuk dalam lingkup pekerjaan Kontraktor instalasi
penerangan luar sehingga bila Supply lampu penerangan luar dari
Kontraktor yang berbeda, maka Supplier lampu langsung dapat
menyambungkan kabel penerangan lampu tersebut ke tiap – tiap
Junction Box Outdoor Type yang telah disediakan oleh Kontraktor
instalasi kabel.
e) Lampu Exit
(1) Lampu exit yang digunakan adalah jenis slim type, 8 watt dengan battery
backup 4 jam.
(2) Lampu exit harus disetujui oleh Pengawas proyek.
f) Lampu Fluorescent
(1) TL Balk lengkap dengan Reflector (TKO) TL 1 X 35 W, TL 2 X 36 W.

(a) Tebal plat besi untuk lighting fixtures terebut minimum 0.7 mm.
(b) Condensor yang dipasang seri pada lampu-lampu TL harus dapat
memberikan koreksi factor total minimal 0,85.
(c) Tabung TLD yang dapat dipakai adalah jenis Warm Light. Pihak
Kontraktor wajib menanyakan tipe yang akan digunakan. Bila pihak
Kontraktor tidak menanyakan hal tersebut diatas, maka pihak
Pengawas proyek berhak menentukannya dengan tanggungan
resiko apapun pada pihak Kontraktor.
(d) Dilengkapi dengan acrylic prismatic cover/ sesuai gambar.
g) Kotak – Kontak Dan Saklar
(1) Kotak – kontak dan saklar yang akan dipasang pada dinding tembok
bata adalah type pemasangan masuk / inbow (flush-mounting) dan tipe
floor mounted.3
(2) Kontak-kontak biasa (inbow) yang dipasang mempunyai rating 15 A dan
mengikuti standart VDE.
(3) Flush-Box (inbow doos) untuk tempat saklar, kotak-kontak dinding dan
push button harus dipakai dari jenis bahan metal.
(4) Kotak-kontak dinding yang dipasang 30 cm dari pemukaan lantai dari
ruang-ruang yang basah/lembab harus jenis water tight sedang untuk
saklar dipasang 150 cm dari permukaan lantai atau sesuai gambar.
Sebelum pemasangan, pihak Kontraktor harus mendapat persetujuan
dari Pengawas proyek.
h) Grounding

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


163
(1) Kawat grounding dapat dipergunakan kawat telanjang (BCC = Bare
Copper Conductor).
(2) Besarnya kawat grounding yang dapat digunakan minimal
berpenampang sama dengan penampang kabel masuk (incoming
feeder) untuk penampang kabel lebih kecil dari 70 mm², atau sesuai
gambar sistem pembumian.
(3) Elektrode pentanahan untuk grounding digunakan massive copper
berdiameter 1” dan 0,2 m dari bagian ujungnya dibuat runcing. Electrode
pentanahan yang ditanam dalam tanah minimal sedalam 5 m atau
sampai menyentuh permukaan air tanah.
(4) Nilai tahanan grounding system untuk panel-panel adalah maximum 5
ohm, diukur setelah tidak turun hujan selama 3 hari berturu-turut.
(5) Lihat gambar detail untuk Box dan terminal pembumian.
(6) Grounding untuk peralatan elektronik dipisah dengan grounding
elektrikal, dengan metoda grounding yang sama.
i) Kabel Tray / Kabel Ladder dan Kabel Duck.
(1) Kabel tray tersebut dari bahan mild steel sheet setebal 1- 2 mm dengan
finishing hot dipped galvanized.
(2) Cara pemasangan kabel tray harus digantung pada dak beton dengan
besi beton dan atau diberi supporting pada konstruksi baja.
(3) Pada setiap belokan atau pencabangan bentuk tray harus dibuat
sedemikian rupa sehingga belokan kabel sesuai dengan bending yang
diperkenankan.
(4) Untuk mendapatkan pentanahan yang baik antara bagian yang satu
dengan bagian yang lain, harus terhubung satu dengan lainnya dengan
menggunakan BC kabel atau kontruksi harus memakai kabel sepatu
pada kedua ujungnya.
(5) Cable tray yang dipasang didalam shaft / pada dinding kabel
menggunakan penyangga terbuat dari bahan UNP-LNP dengan ukuran
sesuai gambar dan dipasang setiap jarak 2 (dua) meter. Kabel yang
terpasang harus dilengkapi dengan klem-klem kabel dan atau Cable
Ties.
(6) Kabel yang dipasang diatas tray harus diklem (diikat) dengan klem-klem
kabel (pengikat/kebel tie) anti ultra violet.
(7) Sebelum pemasangan kabel tray harus dikoordinasi terlebih dahulu
dengan instalasi lainnya (AC, Plumbing dll).
(8) Kabel tray yang arah vertikal menuju panel-panel lampu menggunakan
kabel tray minimum selebar panel lampu penerangan tersebut.
j) Konduit
Konduit instalasi penerangan yang dipakai adalah dari jenis PVC High
Impact dan Metal Plan Conduit dimana diameter dalam dari konduit
minimum 1,5 kali diameter kabel dan minimum diameter dalam adalah
19 mm, atau dinyatakan lain pada gambar.

d. PERSYARATAN TEKNIS DAN PEMASANGAN

1) Panel – panel
a) Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya
dan harus rata (horisontal)
b) Setiap kabel yang masuk / keluar dari panel harus dilengkapi dengan gland,
dan diberi lapisan seal dari karet untuk menutupi bagian bekas lubang yang
permukaannya tajam atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan
yang tajam.
c) Untuk panel-panel yang dipasang diluar ruangan (Outdoor Panel) type Free
Stranding diberi kaki dengan jarak minimal 50 cm dengan permukaan tanah
dilengkapi dengan pondasi cor.
d) Semua panel harus ditanahkan.
2) Kabel – kabel
a) Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang
jelas dan tidak mudah lepas untuk mengidentifikasikan arah beban.

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


164
b) Setiap kabel yang masuk / keluar dari panel harus dilengkapi dengan gland,
dan diberi lapisan seal dari karet untuk menutupi bagian bekas lubang yang
permukaannya tajam atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan
yang tajam.
c) Kabel daya yang dipasang di shaft harus dipasang pada tangga kabel, diklem
dan disusun yang rapi.
d) Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali pada
kabel penerangan, dimana terminasi sambungan dilakukan pada termination /
junction box.
e) Untuk kabel dengan diameter 16 mm2 atau lebih harus dilengkapi dengan
sepatu kabel untuk terminasinya.
f) Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm2 atau lebih harus
mempergunakan alat pres hidraulis yang kemudian diberi cable shoes.
g) Semua kabel yang ditanam harus pada kedalaman 60 cm minimum, dimana
sebelum kabel ditanam ditempatkan lapisan pasir setebal 0,5 cm dan
diatasnya diamankan dengan batu bata sebagai pelindungnya. Lebar galian
minimum adalah 40 cm yang disesuaikan dengan jumlah kabel.
h) Sudut pembelokan (Bending Radius) kabel Feeder harus mengikuti ketentuan
yang disyaratkan oleh pabrik untuk masing-masing diameter kabel.
i) Untuk kabel serabut, terminasi ujung kabel tersebut harus menggunakan
handslip.
j) Semua kabel yang berada didalam trench kabel harus diletakkan / disusun
dalam kabel ladder (Fabricated, hot deep galvanized) kabel ladder harus
disupport setiap jarak 100 cm.
k) Untuk kabel feeder yang dipasang didalam trench harus mempergunakan
kabel ladder kecuali dalam Cable Pitch.
l) Pada route kabel setiap 25 m dan disetiap belikan harus ada tanda arah
jalannya kabel dan dilengkapi dengan Cable Mark.
m) Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan instalasi lainnya
harus ditanam lebih dalam dari 60 cm dan diberikan pelindung pipa galvanis
medium dengan diameter minimum 2 ½ kali penampang kabel.
n) Semua kabel yang akan dipasang diatas langit-langit harus diletakkan pada
suatu trunking kabel.
o) Kabel penerangan yang terletak diatas rak kabel tidak menggunakan PVC
High Impact. Setiap kabel yang keluar dari Cable Tray harus dipasang dalam
PVC High Impact. Yang pada bagian pertemuan antara Conduit dan Cable
Tray dipasang Joining Coupling.
p) Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus
dibuatkan sleeve dari pipa galvanis medium dengan diameter minimum 2
½ kali penampang kabel.
q) Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus didalam
kotak terminal yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan konduitnya
dan dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana tebal kotak terminal
tersebut minimum 4 cm.
r) Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1m
disetiap ujungnya.
s) Penyusunan konduit diatas trunking kabel harus rapi dan tidak saling
menyilang.
t) Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak – kontak harus didalam
kotak penyambung dan memakai alat penyambung berupa las-dop.
u) Semua kabel yang menuju/keluar dari panel-panel type outdoor harus
didalam pipa Sleeve GIP Medium / PVC Conduit dia. 2 ½ x dia. kabel.
v) Kabel yang keluar dari trench yang menembus permukaan tanah, yang
menuju kabel ladder harus dilengkapi / dilindungi dengan Medium sepanjang
lebih kurang 1 m dengan ketentuan ± 50 cm bagian yang berada dibawah
permukaan tanah sampai 50 cm dari permukaan tanah.
w) Semua kabel instalasi motor yang berada didaerah utility harus dipasang
dalam metal conduit, yang penampangnya minimum 1,5 penampang kabel
dan lengkap dengan Flexible Metal Conduit.
x) Setiap kabel dalam PVC High Impact Conduit yang dipasang pada Slap harus
diberi Saddle Spacers setiap jarak 150 cm.

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


165
y) Untuk insatalasi kabel yang menggunakan PVC High Impact Conduit tidak
diperbolehkan melintas diatas balok, harus menembus balok dengan jarak
minimum 10 Cm dari atas balok yang ditembus.
3) Kotak-kontak dan Saklar
a) Kotak-kontak dan Saklar yang akan dipakai adalah type tanam dalam dinding
dan dipasang pada ketinggian 300 mm dari permukaan lantai untuk kotak-
kontak dan 1500 mm untuk saklar atau sesuai gambar detail. Bila tidak
terdapat gambar detail, pihak Kontraktor harus meminta persetujuan dari
pihak Pengawas proyek dan pihak Interior atau Arsitektur.
b) Kotak kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab harus
water Tight.
4) Lampu Penerangan
a) Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana plafond
dari Arsitek dan disetujui oleh Pengawas proyek.
b) Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond yang
terbuat dari bahan aluminium.
c) Tiang lampu penerangan untuk diluar bangunan harus dipasang tegak lurus.
d) Semua lampu penerangan type Flourensscent harus digantung dengan
menggunakan adjustable hanger.
e) Flexible Conduit digunakan antara terminasi titik lampu dengan PVC High
Impact Conduit.
5) Pembumian
a) Semua bagian dari sistem listrik harus dibumikan
b) Elektrode pembumian harus ditanam sedalam minimum 5 m dan mencapai
permukaan air tanah.
c) Tahanan pembumian maximum adalah 5 ohm.
d) Jarak minimum dari elektrode pembumian adalah 6 m dan disesuaikan
dengan sifat tanahnya.
e) Elektrode pembumian harus menggunakan massive copper pipe dengan
penampang 1”.

e. PENGUJIAN

1) Umum
Sebelum semua peralatan utama dari sistim dipasang harus diadakan
pengujian secara individual parsial (Partial Test). Peralatan tersebut baru
dapat dipasang setelah dilengkapi dengan sertifikat pengujian yang baik
dari pabrik yang bersangkutan dari LMK / PLN serta instalasi lain yang
berwenang untuk itu. Setelah peralatan tersebut dipasang, harus
diadakan pengujian secara menyeluruh dari sistim, untuk menjamin bahwa
sistem berfungsi dengan baik. Semus biaya untuk mendapatkan sertifikat
lulus pengujian dan peralatan untuk pengujian yang perlu disediakan oleh
Kontraktor menjadi tanggung jawab Kontraktor sendiri.
2) Peralatan dan Bahan
Peralatan dan Bahan Instalasi Listrik yang harus diuji.
a) Panel-panel Tegangan Rendah
Panel-panel tersebut harus dilengkapi dengan sertifikat lulus
pengujian dari pembuat panel yang menjamin bahwa setiap peralatan
dalam panel tersebut berfungsi baik dan bekerja sempurrna dalam
keadaan operasi maupun gangguan berupa undervoltage, over
current, overthermis, short circuit dan lain -lain serta megger antara
fasa, fasa netral, fasa nol.
b) Kabel-kabel Tegangan Rendah
Untuk kabel tegangan rendah sertifikat lulus pengujian harus dari PLN
yang terutama menjamin bahan isolasi kabel baik serta melanggar
ketentuan-ketentuan PLN tentang isolasi kabel tegangan renah,
pengujian dengan megger tetap harus dilaksanakan, dengan nilai
tahan isolasi minimum 50 mega Ohm.
c) Lighting Fixtures
Setiap lighting fixtures yang menggunakan Ballast dan kapasitor harus
dilakukan pengujian / pengukuran faktor daya. Dalam hal ini faktor
daya yang diperbolehkan minimal 0,85.

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


166
d) Motor-motor Listrik
Pengukuhan tahanan isolasi motor-motor listrik harus dilakukan.
Pemasangan motor-motor listrik bisa dilaksanakan setelah hasil
pengukuran tidak melanggar ketentuan-ketentuan PUIL 2000
e) Pentanahan / Grounding
Semua pentanahan dan sistim harus dilakukan pengukuran tahanan dengan
maximum 5Ohm pada masing-masing pentanahan dan dilakukan pada
keadaan cuaca tidak turun hujan selama minimal 3 hari berturut-turut.

f) Shaft
Semua shaft harus ditutup/diisolasi antara lantai yang satu dengan
yang lainnya dengan memakai light concrete.

f. PRODUK

1) Umum
Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor dimungkinkan untuk
mengajukan alternatif lain yang setaraf dengan yang dispesifikasikan. Kontraktor
baru bisa mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis. Produk bahan dan
peralatan pada dasarnya adalah seperti tercantum dalam outline specification

Pasal 1. NO Pasal 2. URAIAN Pasal 3. SPESIFIKASI Pasal 4. MERK


Pasal 5. Pasal 6. Pasal 7. TEKNIS Pasal 8.
Pasal 9. A Pasal 10. Panel Pasal 11. Pasal 12.
Tegangan
Menengah & Trafo
Pasal 13. Pasal 14. Pasal 15. Pasal 16.
Pasal 17. 1 Pasal 18. Panel TM Pasal 19. Incoming, Pasal 20. MG,
Outgoing (LBS-FUSE) Unindo-
Alsthom,ChiNT,
GAE,ABB
Pasal 21. Pasal 22. Pasal 23. Pasal 24.
Pasal 25. 2 Pasal 26. Trafo kap. Pasal 27. Hermetically Pasal 28. Trafindo,
800 KVA sealed Unindo
Pasal 29. B&J,
Starlite
Pasal 30. Pasal 31. Pasal 32. Pasal 33.
Pasal 34. 3 Pasal 35. Kabel TM Pasal 36. N2XSY,NA2XSY, Pasal 37. Yunitomo,
N/A2XSEBY Eterna,Jembo
Kabelindo,
Kabelmetal
Pasal 38. Pasal 39. Pasal 40. Pasal 41.
Pasal 42. B Pasal 43. Panel Pasal 44. Pasal 45.
Tegangan Rendah
& Instalasi
Pasal 46. Pasal 47. Pasal 48. Pasal 49.
Pasal 50. 1 Pasal 51. Panel Pasal 52. Pasal 53. LOKAL
Maker TR

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


167
Pasal 54. Pasal 55. Pasal 56. Pasal 57.
Pasal 58. 2 Pasal 59. Pasal 60. COS, ACB, Pasal 61. FAEL, MG,
Komponen Panel CCB, MCB, LBS ABB, AEG,CHiNT
Pasal 62. Pasal 63. Pasal 64. Pasal 65.
Pasal 66. 3 Pasal 67. Pasal 68. Pasal 69. Omron,
Komponen Telemecanique,
Kontaktor, Relay AEG/GAE, ABB
& Meter
Pasal 70. Pasal 71. Pasal 72. Pasal 73.
Pasal 74. 4 Pasal 75. Capasitor Pasal 76. Pasal 77. GAE, Nokia,
Bank MG, ABB,AEG
Pasal 78. Pasal 79. Pasal 80. Pasal 81.
Pasal 82. 5 Pasal 83. Kabel Pasal 84. NYFGbY, NYY Pasal 85. Yunitomo,
Daya Eterna,Jembo
Kabelmetal, Kabel
Indo
Pasal 86. Pasal 87. Pasal 88. Pasal 89.
Pasal 90. 6 Pasal 91. Kabel Pasal 92. NYM, Pasal 93. Yunitomo,
Instalasi NYA,NYMH Eterna,Jembo
Kabelmetal, Kabel
Indo
Pasal 94. Pasal 95. Pasal 96. Pasal 97.
Pasal 98. Pasal 99. Pasal 100. Pasal 101.
Pasal 102. 7 Pasal 103. Kabel Pasal 104. Pasal 105. Kabel
Tahan Api Metal,Yunitomo,
Pirelly, Fuji,
Belden
Pasal 106. Pasal 107. Pasal 108. Pasal 109.
Pasal 110. 8 Pasal 111. Kabel Tray Pasal 112. Hot Deep Pasal 113. NIFANG,
& Ladder Galvanized Lokal
Pasal 114. Pasal 115. Pasal 116. Pasal 117.
Pasal 118. 9 Pasal 119. PVC Pasal 120. PVC High Pasal 121. Clipsal,
konduit, c/w Impact EGA
Fitting
Pasal 122. Pasal 123. Pasal 124. Pasal 125.
Pasal 126. C Pasal 127. Lampu & Pasal 128. Pasal 129.
Socket Outlet
Pasal 130. Pasal 131. Pasal 132. Pasal 133.
Pasal 134. 1 Pasal 135. Armatur Pasal 136. Balk, L.Meja, Pasal 137. Suwilite,
Lampu L.Gantung, Baret, DL, Saka, Artolilite,
L.dinding, GL Vision, Simplex
Pasal 138. Pasal 139. Pasal 140. Pasal 141.
Pasal 142. 2 Pasal 143. Komponen Pasal 144. Pasal 145.
Lampu
Pasal 146. Pasal 147. - Ballast Pasal 148. Pasal 149. Philips,
Sinar,Tens

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


168
Pasal 150. Pasal 151. - Fitting Pasal 152. Standard Pasal 153. BJB,
Vosloh,Broco,
Legrand,
Appleton
Pasal 154. Pasal 155. - Capasitor Pasal 156. Standard Pasal 157. Philips,
/ Condensor GE, DNA
Pasal 158. Pasal 159. - Tube Pasal 160. PL, PLC, TL, Pasal 161. Luxram,
MERCURY GE, Osram,
Phillips
Pasal 162. 3 Pasal 163. Exit Light Pasal 164. Pasal 165. Suwilite,
Artolite
Pasal 166. 4 Pasal 167. Saklar & Pasal 168. Standart type, Pasal 169. Clipsal,
Stop Kontak 1 13 A Broco, Legrand,
Phase National
Pasal 170. Pasal 171. Pasal 172. Pasal 173.
Pasal 174. D Pasal 175. Penyalur Pasal 176. Pasal 177.
Petir
Pasal 178. Pasal 179. Pasal 180. Pasal 181.
Pasal 182. 1 Pasal 183. Penyalur Pasal 184. R 150 Pasal 185. KURN /
Petir Elektrostatis setara
Pasal 186. E Pasal 187. DIESEL Pasal 188. Pasal 189.
GENSET
Pasal 190. Pasal 191. Pasal 192. Pasal 193.
Pasal 194. 1 Pasal 195. Genset Pasal 196. (OPEN TYPE) Pasal 197. Mitsubishi,
kap. 730 KVA Stamford, Mercy
Cummins,
MCDOUGLAS

E. LANDSCAPE

1. PAVING PARKIR DALAM

a. UMUM :

1) Lingkup Pekerjaan :

a) Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan


material, peralatan, dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna.

b) Meliputi persiapan pelaksanaan perkerasan serta pengadaan dan


pemasangan material perkerasan pada area Parkir sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar rencana.

b. MATERIAL :

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


169
1) Material persiapan area perkerasan :

a) CTSB dari campuran tanah, semen dan bahan additive untuk peningkatan
elastisitas tanah. Tebal lapisan CTSB adalah 20 cm

b) Rabat Beton 1 Pc : 3Ps : 5 Kr, tebal 5 cm atau tergantung kebutuhan.

c) Pasir Beton dilaksanakan pada lapisan dibawah paving yang di dalam


gambar rencana dinyatakan sebagai lapisan pasir sesuai spesifikasi dan
gambar.

2) Material perkerasan area :

a) Paving Block 10 x 20 x 8 cm, K-300 eks BHARATA,USP, atau setara

b) Kanstein Beton 15 x 30 x 60 cm, K-300 eks :BHARATA,USP, setara

3) Marka Parkir :

a) Cat dengan bahan dasar dispersi polymer, TENNOKOTE TNK-1000 WA


setara PT. Propan Raya.

c. ALAT KERJA :

1) Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan dan juga


perlengkapan kerja untuk keperluan pekerja pelaksananya.

2) Selain peralatan kontraktor pelaksana juga harus menyediakan semua sarana


yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

d. PERSIAPAN :

1) CONTOH BAHAN :

Guna persetujuan badan pengawas/ perencana, Kontraktor harus menyerahkan


contoh-contoh semuai bahan yang akan dipakai.

2) Kontraktor pelaksana wajib meneliti gambar-gambar dan kesesuaian kondisi


lapangan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Apabila terjadi ketidak
sesuaian ukuran, elevasi, dan posisi terhadap keseluruhan disain, maka
Kontraktor Pelaksana wajib menuangkannya dalam shop drawing dan
melaporkannya kepada Pengawas proyek.

3) Penyimpanan bahan material ditempat yang rata dan diberi perlindungan yang
memadai untuk melindungi material dari perubahan bentuk ataupun dari
kerusakan.

4) Kontraktor pelaksana harus menyerahkan kepada Pengawas proyek untuk


kemudian diteruskan kepada pemberi tugas minimal 1000 unit paving tiap jenis
dan motif paving yang dipakai. Unit-unit tersebut harus dalam keadaan baru dan
mencantumkan dengan jelas identitas pavingnya. Unit-unit paving ini akan dipakai
sebagai cadangan untuk perawatan oleh pemberi tugas.

e. PELAKSANAAN :

1) Persiapan area :

a) Sebelum pelaksanaan penimbunan tanah dasar terlebih dahulu dilakukan


pemadatan tanah dasar dengan menggunakan alat pemadat sheepfoot

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


170
b) Setelah pemadatan, dihamparkan tanah dasar dengan material CTSB setebal
20 cm sampai elevasi yang diijinkan. Alat pemadat yang digunakan adalah
menggunakan Vibro compactor setelah mendapatkan persetujuan Pengawas
proyek

c) Selanjutnya dilakukan penghamparan pasir diatasnya dengan jenis material


pasir urug. Urugan dilanjutkan dengan pemadatan dan perataan lapangan
menggunakan roller dengan persetujuan Pengawas proyek

2) Marka Parkir :

a) Permukaan yang akan dicat harus sudah dalam keadaan kering, bebas
minyak, kotoran dan tidak berlumut.

b) Tuangkan lapisan asam penggores Cleanol B-20 biarkan selama 30 menit


untuk memperoleh hasil perekatan coating yang lebih baik.

c) Cuci permukaan dengan disikat dan disiram air berulang kali hingga benar-
benar bersih, dan biarkan mengering.

d) Pengecatan dilakukan dengan roll bulu dengan selang waktu pengecatan


minimum 2 jam.

e) Pengecatan dilakukan berulang-ulang hingga mencapai ketebalan cat


minimal 1mm.

f) Pengecatan tidak boleh dilakukan dalam keadaan hujan.

g) Hindari pengecatan pada saat cuaca panas terik.

2. PEKERJAAN PENGASPALAN
a. UMUM
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan pemasangan material aspal
dari AMP sampai pada permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk
penghamparan Pelaburan Aspal atau Lapisan Campuran aspal. Pada
umumnya lapis Resap Pengikat harus digunakan pada permukaan bukan
beraspal (lapis pondasi agregat/batu pecahan), sedangkan Lapis Perekat
harus digunakan pada permukaan yang beraspal (lapis Aspal beton / AC,
ATB, dll). Untuk pekerjaan ini, pengaspalan dimaksudkan untuk pekerjaan
pengaspalan lapisan Hotmix setebal 3 cm diatas CTSB yang telah dipadatk an.
b. STANDAR UNTUK RUJUKAN
ASSHTO M 81-75 Aspal yang dilarutkan (cut-back Asphalt) – tipe yang
pengeringannya cepat

ASSHTO M 82-75 Aspal yang dilarutkan (cut-back Asphalt) -


tipe yang pengeringannya sedang.

ASSHTO M 140-70 Aspal emulsi (aspal yang diemulsi dengan air)

ASSHTO M 208-72 Aspal emulsi tipe Kationik

ASSHTO M 226-80 Viskositas Aspal semen

ASSHTO T 179-76 Pengaruh dari panas dan udara pada material aspal
(Pengujian lapisan tipis aspal dalam oven).

B.S. 3403 Tachometer industri

c. PERSIAPAN

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


171
1) Pekerjaan Pengukuran

Kontraktor Pelaksana diwajibkan melakukan pengukuran sbb :


a) Titik awal Proyek

Titik tetap yang dipasang pada awal survei yang berfungsi sebagai titik awal
pada route survei ditandai dengan Sta 0+000 Pada titik awal proyek ini juga
harus dipasang BM ganda yang mengapit titik awal proyek, titik referensinya
diambil dari BM yang telah ditentukan dalam gambar.

b) Titik akhir Proyek

Titik tetap yang dipasang pada akhir survei yang berfungsi sebagai titik akhir
pada route survei ditandai dengan Sta …………. Pada titik akhir proyek ini
juga harus dipasang BM ganda yang mengapit titik akhir proyek

Pengukuran penampang melintang

Bentuk penampang melintang (cross section), yang mana dapat dipakai


sebagai batasan ≥ 150 m ( masing-masing 75 m ke arah kiri dan kanan
sumbu jalan rencana pada jalan lurus)

Karena lokasi rencana trase jalan yang akan disurvei pada umunya berupa
semak, maka perlu dilakukan perintisan agar titik-titik bantu yang akan
dipasang mudah terlihat. Dalam melakukan perintisan ini sekaligus
melakukan penandaan jarak dengan patok-patok kayu sesuai dengan
kebutuhan. Jarak antara patok ini maksimal 50 m

Alat ukur yang digunakan menggunakan T0 dengan ketelitian yang diijinkan ±


10º

2) Drainase

Cakupan pekerjaan ini adalah pembuatan saluran tepi (side ditch) dan
saluran penangkap (catch ditch) , gorong²(culvert), yang merupakan
drainase permukaan dibuat untuk mengendalikan air (limpasan)
permukaan akibat hujan.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat saluran sbb :
a) Ketinggian akhir dari dasar selokan harus tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm
dari yang dipersyaratkan atau disetujui pada tiap titik, dan harus cukup halus
dan merata untuk menjamin aliran yang bebas dari air tanpa tergenang pada
saat aliran yang kecil.

b) Bahan yang digunakan :

a. Batu Kali
b. Semen Portland Jenis I
c. Pasir Pasang
d. Campuran spesi yang digunakan 1Pc : 4 Ps
3) Pekerjaan Pemadatan Tanah Dasar

Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam
rentang 3% kurang dari kadar air optimum sampai 1 % lebih dari kadar air
optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh
kepadatan kering maximum”modified” yang ditentukan oleh AASHTO
T180. Metoda D.
a) Operasi penggilasan harus dimulai sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi
sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber-
“super elevasi”, penggilasan harus dimulai pada bagian rendah dan bergerak
sedikit demi sedikit ke arah bagian yang tinggi. Operasi penggilasan harus

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


172
dilanjutkan sampai seluruh bekas mesin gilas menjadi tak tampak dan lapis
tersebut terpadatkan merata
b) Bahan dan Alat :
a. Sheep Foot roller atau vibration roller Compactor
b. Water tank truck
c. Dump Truck
4) Pembatasan oleh Cuaca dan Musim.

Lapisan Resap Pengikat harus dipasang hanya pada permukaan yang


kering atau sedikit lembab, dan lapis perekat harus dipasang hanya pada
permukaan yang benar-benar kering. Pemasangan Lapis Resap Pengikat
atau Lapis perekat harus tidak dilaksanakan waktu angin kencang, h ujan
atau akan turun hujan, kecuali mendapat persetujuan lain dari Pengawas
proyek pekerjaan pemasangan Lapisan Resap Pengikat harus dilakukan
selama musim kering

5) Kwalitas Pekerjaan dan perbaikan dari Pekerjaan yang tidak memuaskan.

a) Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang


dilapis dan tampak merata, tanpa lokasi yang tidak tertutup atau beralur atau
berlebihan aspalnya.
b) Dalam hal lapis perekat permukaan harus mempunyai daya lekat yang cukup
pada waktu pengerjaan, pelapisan ulang. Untuk penampilan yang kelihatan
bintik-bintik timbul dari bahan pengikat yang didistribusi sebagai butir-butir
tersendiri boleh diterima untuk lapis perekat yang lebih ringan asalkan
penampilannya kelihatan rata dan keseluruhan takaran pemakaiannya benar.
c) Dalam hal lapis resap pengikat, setelah pengeringan selama empat hingga 6
jam, bahan pengikat harus telah meresap kedalam lapis pondasi,
meninggalkan sebagai bahan pengikat untuk menunjukkan bahwa
permukaannya berwarna hitam atau abu-abu tua yang merata dan tidak
poous. Tekstur untuk permukaan lapis pondasi agregat, harus rapi dan
harus tidak ada genangan atau lapisan tipis bahan pengikat atau bahan
pengikat yang bercampur dengan agregat halus yang cukup tebal harus
dikikis dengan pisau.
d) Perbaikan dari lapis resap pengikat dan lapis perekat yang tidak memuaskan
harus seperti diperintahkan oleh Pengawas proyek dan termasuk
pembuangan bahan lebihan, penggunaan agregat penutup, atau pengeringan
pelapisan tambahan seperlunya. Lubang kecil dari lapis resap harus ditutup
dengan segera menurut Pengawas proyek mungkin memerintahkan lubang
yang besar atau kerusakan lain dibongkar dengan penggaruk dan dipadatkan
kembali atau penggantian lapisan pondasi diikuti oleh pengerjaan kembali
lapis resap pengikat.

d. MATERIAL

Bahan-bahan untuk lapis perekat.

Bahan aspal untuk lapis perekat harus salah satu dari yang dibawah ini,
seperti yang ditentukan oleh Pengawas proyek.Salah satu jenis aspal
semen AC-10 atau AC-20 yang memenuhi AASHTO M226-80, diencerkan
dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal.

e. PERALATAN :

1. Asphalt distributor
2. Compressor
3. Asphalt pen 60/70 setara Pertamina
4. Alat bantu
5. Laboratorium lapangan

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


173
f. PELAKSANAAN PEKERJAAN.

1) Penyiapan Permukaan yang akan disemprot Aspal.

a) Apabila pekerjaan lapis perekat akan dilaksanakan pada perkerasan


jalan yang ada atau permukaan bahu, semua kerusakan perkerasan atau
bahu harus diperbaiki menurut spesifikasi ini.
b) Apabila pekerjaan lapis perekat akan dilaksanakan pada perkerasan
jalan atau permukaan bahu yang baru, perkerasan atau bahu itu harus
telah selesai dikerjakan sepenuhnya, yang sesuai dengan lokasi dan
jenis permukaan baru itu.
c) Permukaan yang akan dilapisi itu harus dipelihara menurut standar-
standar (a) dan (b) di atas sehingga pekerjaan pelapisan di laksanakan.
d) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, debu dan bahan kotoran lainnya
harus disingkirkan terlebih dahulu dari permukaan dengan memakai sikat
mekanis atau semprotan angin atau kombinasi kedua-duanya. Jika
pemakaian alat ini tidak menghasilkan permukaan bersih yang rata maka
bagian-bagian yang belum bersih harus dibersihkan lagi dengan sapu
ijuk.
e) Pembersihan harus dilanjutkan/melewati 20 cm dari tepi bidang yang
akan disemprot.
f) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus
disingkirkan dari permukaan memakai penggaruk baja atau dengan cara
lainnya yang telah disetujui atau sesuai dengan perintah Pengawas
proyek dan bagian yang telah digaruk tersebut harus dicuci dengan air
dan disapu.
g) Untuk pelaksana lapis resap pengikat di atas lapis pondasi agregat kelas
A, permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat, bermosaik
agregat kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat
kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus
tidak akan diterima.
h) Pekerjaan pengaspalan tak dapat sama sekali dimulai, sebelum
perkerasan benar-benar telah dipersiapkan sampai memuaskan
Pengawas proyek.
2) Takaran dan Temperatur Pemakaian dari Material Aspal.

a) Kontraktor harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan


Pengawas proyek untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat dan
percobaan tersebut akan diulangi, sebagaimana diperintahkan oleh
Pengawas proyek, bila tipe dari permukaan yang akan dilapis, atau jenis
dari material aspal berubah. Biasanya, takaran pemakaian yang
didapatkan akan berada dalam batas-batas sebagai berikut :

Lapis resap Pengikat : 0.4 sampai 1.3 liter per


meter persegi untuk pondasi
Agregat Kelas A, dan 0.2
sampai 1.0 liter per meter
persegi untuk pondasi
Tanah Semen.

Lapis resap : Sesuai dengan jenis


permukaan yang akan
menerima pelapisan
dan jenis bahan pengikat yang
akan dipakai. Lihat Tabel
untuk jenis takaran
pemakaian Lapis pengikat.

g. Standar untuk rujukan ( AASTHO )

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


174
T 49 – 76 : Penetrasi dari material aspal.

T 50 – 76 : Pengujian daya apung dari material aspal

T 96 – 77 : Daya tahan terhadap gerusan dari agregat kasar berukuran kecil


dengan menggunakan Mesin Los Angeles.

T 104 – 77 : Kelapukan Agregat menggunakan Sodium Sulfat atau


Magnesium Sulfat.

T 164 – 76 : Quantitative Extraction dari Aspal dalam Campuran Perkerasan


Aspal.

T 165 – 77 : Pengaruh dari air pada kohesi campuran aspal yang dipadatkan.

T 176 – 73 : Plastisitas Partikel Halus Agregat bergradasi dan tanah


menggunakan pengujian Ekivalen pasir.

T 166 – 78 : Berat isi dari campuran aspal yang dipadatkan.

T 168 – 55 : Pengambilan campuran perkerasan aspal.

T 170 – 73 : Memperoleh kembali aspal dari larutan dengan metode Abson.

T 179 – 76 : Pengaruh panas dan udara pada material aspal ( pengujian


lapisan tipis dengan oven / tungku ).

T 182 – 70 : Penyelaputan dan pengelupasan aspal pada campuran agregat.

T 209 – 74 : Berat jenis maksimum dari campuran perkerasan Aspal.

T 245 – 78 : Daya tahan terhadap leleh (flow) plastis dari campuran aspal
menggunakan peralatan Marshall.

M 17 – 77 : Bahan pengisi (filler) mineral untuk campuran perkerasan aspal.

M 20 – 70 : Tingkat penetrasi Aspal Semen.

M 226 – 78 : Tingkat kekentalan (viscosity) aspal.

h. Bahan dan alat yang digunakan :

a) Asphalt Pen 60/70, EX. Pertamina, atau yang setara


b) AMP
c) Dump Truck
d) Finisher
e) Pneumatic Tired Roller
f) Tandem Roller
g) Laboratorium lapangan

i. Pelaporan

Kontraktor harus melengkapi Pengawas proyek dengan :


1) Contoh dari seluruh material-material yang disetujui untuk digunakan, yang
akan disimpan oleh Pengawas proyek selama periode kontrak untuk
keperluan rujukan;
2) Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh
material, seperti dipersyaratkan dalam spesifiksi ini;

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


175
3) Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya; seperti yang
dipersyaratkan dalam spesifiksi ini dalam bentuk laporan tertulis;
4) Pengukuran pengujian permukaan seperti yang dipersyaratkan dalam
spesifiksi ini Dalam bentuk laporan tertulis;
5) Laporan tertulis mengenai kerapatan (density) dari campuran-campuran yang
dihampar, seperti yang dipersyaratkan dalam spesifiksi ini
6) Data uji laboratorium dan lapangan seperti yang dipersyaratkan dalam
spesifiksi ini untuk pengendalian harian dari takaran campuran dan kwalitas
campuran, dalam bentuk laporan tertulis;
7) Catatan-catatan harian dari seluruh truk yang ditimbang pada alat penimbang,
seperti yang dipersyaratkan dalam spesifiksi ini
8) Catatan-catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan-lapisan dan dimensi
perkerasan seperti yang dipersyaratkan dalam spesifiksi ini
9) Untuk setiap material aspal yang diusulkan kontraktor untuk digunakan,
pernyataan asal sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan sifat-
sifatnya, baik sebelum maupun sesudah pengujian lapisan tipis dalam oven
(Thin Film Oven test) (AASHTO T 179), meliputi:
a) Penetrasi pada 25oC.
b) Penetrasi pada 35oC
c) “Ring and Ball Softening Point”
d) Kekentalan pada 60oC.
e) Kekentalan pada 135oC.

j. Pembatasan oleh Cuaca.

1) Campuran hanya bisa dihampar bila permukaannya kering, bila tidak akan
hujan dan bila dengan Persyaratan Sifat Campuran Aspal.
2) Campuran aspal harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.

BAB VII

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


176
GAMBAR-
GAMBAR

DAFTAR KUANTITAS, ANALISA HARGA SATUAN DAN METODA PELAKSANAAN

1. Daftar kuantitas terdiri dari:


a. Rekapitulasi daftar kuantitas pekerjaan;
b. Daftar rinci kuantitas dan harga.

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


177
2. Analisa Harga pekerjaan :
a. Analisa harga satuan mata pembayaran utama;
b. Daftar upah;
c. Daftar harga bahan;
d. Daftar harga peralatan

3. Metoda pelaksanaan pekerjaan terdiri dari:


a. Metoda untuk melaksanakan pekerjaan sampai dengan selesai untuk masing-
masing pekerjaan utama;
b. Jadual pelaksanaan pekerjaan;
c. Daftar personil inti yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
d. Daftar peralatan utama yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan

Rencana Kerja & Syarat-syarat Rumah Potong Hewan Hal -


178

Anda mungkin juga menyukai