Anda di halaman 1dari 9

SPESIFIKASI TEKNIS

BAB I URAIAN UMUM

1.1. PEKERJAAN
a. Lingkup pekerjaan secara umum adalah Pekerjaan Fisik Peningkatan Jalan Lingkungan RW
XVIII.
b. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang, buruh dan
lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan termaksud.
c. Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam Spesifikasi Teknis, Gambar-gambar
Rencana, Bill of Quantity (BQ) dan Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta Addenda
yang disampaikan selama pelaksanaan.

1.2. BATASAN/PERATURAN
Dalam melaksanakan pekerj aannya Kontraktor harus tunduk kepada :

a. Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
b. Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007
tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
d. Peraturan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 43/PRT/M/2007 tentang Standar
dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
e. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan
f. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden
nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
g. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56)
h. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971)
i. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982)
j. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
k. SKSNI T-15-1991-03

1.3. DOKUMEN KONTRAK


a. Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh Kontraktor terdiri atas :
 Surat Perjanjian Pekerjaan
 Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran
 Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan
 Rencana Kerja dan Syarat-syarat
 Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
 Addenda yang disampaikan oleh Pengawas Lapangan selama masa pelaksanaan
b. Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-gambar, Spesifikasi Teknis, BoQ dan dokumen kontrak
lainnya yang berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ketidak-sesuaian antara Spesifikasi
Teknis dan gambar-gambar pelaksanaan, atau antara gambar satu dengan lainnya, Kontraktor
wajib untuk memberitahukan/melaporkannya kepada Pengawas Lapangan.
Persyaratan teknik pada gambar dan Spesifikasi Teknis yang harus diikuti adalah :
1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka gambar
detail yang diikuti.
2. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka yang
diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Konsultan Pengawas lebih dahulu.
3. Bila tedapat perbedaan antara Spesifikasi Teknis dan gambar, maka Spesifikasi Teknis
yang diikuti kecuali bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas
mengakibatkan kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan
Konsultan Pengawas.
4. RKS dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap sedang
RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga sebaliknya.
5. Yang dimaksud dengan Spesifikasi Teknis dan gambar di atas adalah Spesifikasi Teknis dan
gambar setelah mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam berita acara
penjelasan pekerjaan.
c. Bila akibat kekurangtelitian Kontraktor Pelaksana dalam melakukan pelaksanan pekerjaan,
terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan, maka Kontraktor
Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang sudah dilaksanakan
tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah memperoleh keputusan
Konsultan Pengawas tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.

BAB II LINGKUP PEKERJAAN

2.1 KETERANGAN UMUM


Secara umum lingkup pekerjaan meliputi pekerjaan standar dan non standar adalah Pekerjaan Fisik
Peningkatan Jalan Lingkungan RW XVIII.
Sedangkan secara teknis konstruksi, pekerjaan mencakup keseluruhan proses pembangunan dari
persiapan sampai dengan pembersihan/pemberesan halaman, dan dilanjutkan dengan masa
pemeliharaan.

2.2. SARANA DAN CARA KERJA


a. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan meninjau tempat pekerjaan,
melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang
dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari proyek.
b. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang cakap dan memadai dengan
jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak akan mempekerjakan orang-orang yang tidak
tepat atau tidak terampil untuk jenis-jenis pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Kontraktor
harus selalu menjaga disiplin dan aturan yang baik diantara pekerja/karyawannya.
c. Kontraktor harus menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan seperti motor walls , grobak
dorong, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan untuk pekerjaan ini. Peralatan
dan perlengkapan itu harus dalam kondisi baik.
d. Kontraktor wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh dan
menggunakan kemampuan terbaiknya. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas seluruh cara
pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta pengaturan semua bagian
pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.
e. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan.
f. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan merupakan
bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan kesatu, kekurangan dalam hal
ini berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat dilakukan.
g. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor, bila :
 Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.
 Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar pekerjaan
pokoknya yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya jalan,
halaman, dan lain sebagainya).
h. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa
pelaksanaan termasuk bowkeet dan direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa kontrak
berakhir.

2.3. PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN


a. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadual pelaksanaan dalam
bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan butir-
butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran.
b. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana
selambat-lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.
Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas.
c. Bila selama 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana belum
menyelesaikan pembuatan jadual pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus dapat
menyajikan jadual pelaksanaan sementara minimal untuk 2 minggu pertama dan 2 minggu
kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
d. Selama waktu sebelum rencana jadual pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang
harus dibuat pada saat dimulai pelaksanaan. Jadual pelaksanaan 2 mingguan ini harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas.

2.4. KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN


a. Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah dan kualitas yang sesuai
dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Sepanjang tidak ada ketentuan lain dalam
Spesifikasi teknis ini dan Berita Acara Rapat Penjelasan, maka bahan-bahan yang dipergunakan
maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam AV-
41 dan PUBI-1982 serta ketentuan lainnya yang berlaku di Indonesia.
b. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Pemborong harus mengajukan contoh
bahan yang akan digunakan kepada Pengawas Lapangan yang akan diajukan User dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan. Bahan-bahan yang tidak memenuhi
ketentuan seperti disyaratkan atau yang dinyatakan ditolak oleh Pengawas Lapangan tidak
boleh digunakan dan harus segera dikeluarkan dari halaman pekerjaan selambat-lambatnya
dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Pengawas Lapangan ternyata masih dipergunakan oleh
Kontraktor, maka Pengawas Lapangan memerintahkan untuk membongkar kembali bagian
pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Semua kerugian akibat pembongkaran tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai, Pengawas Lapangan berhak
meminta kepada Kontraktor untuk memeriksakan bahan itu ke Laboratorium Balai Penelitian
Bahan yang resmi dengan biaya Kontraktor. Sebelum ada kepastian hasil pemeriksaan dari
Laboratorium, Kontraktor tidak diizinkan untuk melanjutkan bagian-bagian pekerjaan yang
menggunakan bahan tersebut.
e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan dari
kerusakan.
f. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini, sedangkan
bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan diisyaratkan langsung di dalam
pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di belakang.
 Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan
penyiraman guna pemeliharaan harus air tawar, tidak mengandung minyak, garam, asam
dan zat organik lainnya yang telah dikatakan memenuhi syarat, sebagai air untuk
keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium tidak lagi diperlukan rekomendasi
laboratorium.
 Pasir (Ps)
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran, lumpur,
asam, garam, dan bahan organik lainnya, yang terdiri atas.
1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir urug.
2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar adalah
terletak antara 0,075 sampai 1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut pasi pasang
3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat rekomendasi
dari laboratorium.
 Koral (Kr) / Split
Split untuk beton harus menggunakan koral dari batu kali hitam pecah, bersih dan
bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam PBI 1971.

BAB III SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN

3.1. SITUASI/LOKASI
a. Lokasi proyek adalah pada RW XVIII Kel. Rejowinangun Utara Kota Magelang. Lokasi proyek
akan diserahkan kepada Kontraktor sebagaimana keadaannya waktu Rapat Penjelasan.
Kontraktor hendaknya mengadakan penelitian dengan seksama mengenai keadaan tanah
lokasi proyek tersebut.
b. Kekurang-telitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan lapangan, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan
klaim/tuntutan.

3.2. AIR DAN DAYA


a. Kontraktor harus menyediakan air atas tanggungan/biaya sendiri yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan ini, yaitu :
 Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang memenuhi persyaratan sesuai
jenis pekerjaan, cukup bersih, bebas dari segala macam kotoran dan zat-zat seperti
minyak, asam, garam, dan sebagainya yang dapat merusak atau mengurangi kekuatan
konstruksi.
 Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan kebutuhan
lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut harus cukup
terjamin.
b. Kontraktor harus menyediakan daya listrik atas tanggungan/biaya sendiri sementara yang
dibutuhkan untuk peralatan dan penerangan serta keperluan lainnya dalam melaksanakan
pekerjaan ini. Pemasangan sistem listrik sementara ini harus memenuhi persyaratan yang
berlaku. Kontraktor harus mengatur dan menjaga agar jaringan dan peralatan listrik tidak
membahayakan para pekerja di lapangan.

3.3. PEMBERSIHAN HALAMAN


a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan seperti adanya
pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus dibongkar dan dibersihkan
serta dipindahkan dari tanah bangunan kecuali barang-barang yang ditentukan harus
dilindungi agar tetap utuh.
b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk menghindarkan
bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas bongkaran tidak
diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut keluar dari halaman proyek.

3.4. PAPAN NAMA PROYEK


a. Kontraktor wajib menyediakan papan nama proyek dengan isi/tuliasn sesuai format yang telah
ditentukan, papan nama proyek harus dipasang pada loksai yang mudah terlihat oleh
masyarakat, serta tidak mengganggu lalu lintas.
b. Papan nama proyek dibuat dan dipasang pada awal pelaksanaan kegiatan. Papan nama proyek
dibuat dari papan triplek tebal 6 mm dengan ukuran 80x90 cm, ditopang kayu kaso 5/7 dengan
tinggi 250 cm dari permukaan tanah dan berisi informasi mengenai cakupan kegiatan yang berisi
informasi mengenai cakupan kegiatan yang akan dilaksanakan, antara lain :
 Nama Kegiatan
 Pekerjaan yang harus dilaksanakan
 Biaya pekerjaan / nilai kontrak
 Sumber dana
 Jangka waktu
 Nama penyedia jasa

BAB IV PEKERJAAN BETON


4.1 LINGKUP PEKERJAAN

Meliputi pengadaan dan pengerjaan semua tenaga kerja, equipment, peralatan dan bahan untuk
semua pekerjaan beton biasa, beton bertulang berikut pembuatan dan pemasangan cetakan
bekisting/mould penyelesaian dan lain-lain pekerjaan pembetonan sesuai dengan gambar-gambar
rencana dan persyaratannya.

4.2 PERSYARATAN

Semua pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan :


 Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai.
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971; NI-2.
 Peraturan Semen Portland Indonesia 1972; NI-8.
 Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
 Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan Direksi
 American Society for Testing and Material (ASTM).
 American Concrete Institute (ACI).
Persyaratan di atas adalah standar minimum dan harus disesuaikan dengan gambar-gambar dan
persyaratannya. Semua pekerjaan beton yang tidak sesuai standar akan ditolak, kecuali bila
dilaksanakan dengan standar yang lebih tinggi mengenai kekuatan mutu bahan, cara pengerjaan
cetakan, cara pengecoran, kepadatan, textured finishing dan kualitas secara keseluruhan.

4.3 MUTU BETON

a. Pengadukan.
Kecuali ready mix concrete semua pengadukan jenis beton harus dilakukan dengan mesin
pengaduk berkapasitas tidak kurang dari 350 liter. Setiap kali membuat adukan, pengadukan
harus rata hingga warna dan kekentalannya sama.
b. Kualitas bahan yang dipersyaratkan. Kualitas campuran beton minimum harus memenuhi syarat-
syarat K-175, PBI 1971, NI-2, sesuai dengan yang tercantum pada gambar kerja.
c. Campuran beton. PC-Portland Cement, dari pabrik Gresik/Cibinong atau lainnya yang setaraf, S-
Pasir (Sand) yang dimaksud pasir alam yang masuk dalam daerah gradasi 2 atau 3 dari pembagian
daerah gradasi 1 sampai 4. ST-Crushed (kerikil) tergantung dari fungsi dan bentuk beton yang
dikehendaki. Campuran beton selalu dibuat untuk memenuhi syarat-syarat minimum
compressive strength dari beton K-175untuk pondasi mesin, pondasi sumuan dan pendukungnya.

4.4 PENGAWASAN CAMPURAN ADUKAN

a. Komposisi.
Semua agregat, semen, air, beratnya harus ditakar dengan seksama. Proporsi semen yang
ditentukan adalah minimal. Sebagai pedoman, Pemborong harus tetap mengusahakan
mutu/kekuatan beton sesuai dengan yang disyaratkan.

4.5 BAHAN-BAHAN.

Semen yang dipakai harus semen portland dari merk yang disetujui dan yang dalam segala hal
memenuhi syarat seperti yang dikehendaki oleh "Peraturan Beton Bertulang Indonesia” untuk
beton kelas I Z 475 . Dalam pengangkutan, semen harus terlindung dari hujan, zak (kantong) asli
dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat dan harus disimpan di gudang yang cukup
ventilasinya dan tidak kena air, ditaruh pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari
lantai. Kantong semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampau1 2 m, dan tiap
pengiriman baru harus dipisahkan dan ditandai dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan
menurut urutan pengirimannya.

a. Baja Tulangan.
1. Semua baja tulangan yang didisain sebagai ‘tulangan praktis’ dan tidak termasuk pada
gambar, tetapi diperlukan/dibutuhkan untuk melengkapi pekerjaan ini harus diadakan
pelaksanaannya.
2. Pemasangan dengan pengikatan dari pekerjaan baja yang tertanam dalam beton harus
dilakukan dalam keadaan normal, tidak diselesaikan pada saat pengecoran beton
berlangsung.
3. Pemotongan dan pengikatan sesuai dengan kondisi yang ada pada gambar kerja.
4. Semua baja pada pekerjaan beton ini permukaannya harus bersih dari larutan-larutan, bahan-
bahan atau material yang dapat memberi akibat pengurangan ikatan antara beton dan baja.
5. Semua baja tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga selama dan sebelum
pengecoran tulangan tidak berubah tempat.
6. Jumlah luas dari baja tulangan harus sesuai dengan gambar dan perhitungan jika
dipergunakan ‘besi beton kurus’, maka jumlah batang-batang harus ditambah sehingga
jumlah luas yang ditentukan terpenuhi.
7. Kualitas baja tulangan harus sesuai dengan yang tercantum pada gambar kerja.
8. Batang tulangan besi beton tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-
ketentuan PBI 1971, BJTP 24 yang sesuai dengan tabeì 3.7.1. PBI 1971.

b. Cetakan (bekisting).
1. B a h a n.
Bekisting harus dipakai kayu klas II yang cukup kering dan sesuai dengan finishing yang
diminta menurut bentuk, garis ketinggian dan dimensi dari beton sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar arsitektur. Cetakan harus dibuat dari papan-papan yang
bermutu baik atau plywood :
 Untuk beton tidak diexposed dipakai kayu terentang tebal minimum 2,5 cm.
 Untuk beton exposed dipakai multiplek, fibre glass atau bahan lain yang tidak reaktif
terhadap beton.
Tebalnya tergantung dari kwalitas dan jarak rangka penguat cetakan tersebut.
2. U k u r a n.
Semua ukuran cetakan harus tepat sesuai dengan gambar arsitektur dan sama disemua
tempat untuk bentuk dan ukuran tiang yang dikehendaki sama.
3. Kawat Pengikat.
Kawat pengikat besi beton/rangka dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng, dengan
diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi beton/rangka
harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI tahun 1971).
4. Pelapis Cetakan.
Untuk mempermudah pembongkaran cetakan dan menyingkirkan penutup-penutup,
pelapis cetakan dari merk yang telah disetujui dapat dipergunakan. Minyak pelumas, baik
yang sudah maupun yang belum dipakai, tidak boleh digunakan untuk ini.

4.6 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

a. Pembuatan Adukan (campuran) beton


Pengadukan, pengecoran, pemeriksaan mutu beton maupun mutu pelaksanaan beton selama
masa pelaksanaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam PBI 1971 bab 4
pasal 4.3 sampai dengan pasal 4.9. Pembuatan adukan beton harus dilaksanakan dengan mesin
pengaduk (beton mollen) dan harus dilengkapi dengan alat-alat pengukur yang dapat mengukur
dengan tepat jumlah air pencampur yang dimasukkan ke dalam beton mollen. Syarat-syarat
Cetakan untuk Beton.
1. Segala cacat pada permukaan beton yang telah dicor, harus diplester dengan campuran
perekat sedemikian rupa sehingga sesuai warna tekstur dan bentuknya dengan permukaan
yang berdekatan. Untuk beton exposed harus dihindari adanya cacat permukaan.
b. Toleransi.
Posisi masing-masing bagian konstruksi harus tepat dalam batas toleransi 1 cm, toleransi ini
tidak boleh bertambah-tambah (kumulatif). Ukuran-ukuran masing-masing bagian harus
seksama dalam -0,3 dan +0,5 cm.
c. Pengangkutan campuran beton
1. Pengangkutan campuran beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara-cara dimana dapat dicegah pengesahan dan kehilangan bahan-bahan.
2. Arah pengangkutan harus lancar, sehingga tidak terjadi perbedaan waktu yang mencolok
antara beton yang sudah dicor dan beton yang akan dicor.
d. Pengecoran.
Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram
cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran, ketinggian, pemeriksaan
penulangan dan penempatan penahan jarak. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atau
persetujuan Direksi. Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan
alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada
beton seperti kropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat memperlemah konstruksi.
e. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam setelah
pengecoran. Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-
pekerjaan lain. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan
tidak mengurangi mutu pekerjaan, seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Pengecoran ke dalam cetakan harus selesai sebelum adukan mulai mengental, yang dalam
keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit.
f. Pengadukan beton tersebut harus sudah terpakai dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan
air dimulai. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik, jangka waktu tersebut bisa diperpanjang.
g. Perawatan.
Untuk melindungi beton yang baru dicor dari cahaya matahari angin dan hujan, sampai beton
itu mengeras dengan baik dan untuk mencegah pengeringan terlalu cepat, harus diambil
tindakan-tindakan sebagai berikut :
a. Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton harus dibasahi terus menerus sampai
cetakan itu dibongkar.
b. Setelah pengecoran, beton harus terus menerus dibasahi selama 14 hari berturut-turut.
h. Pembongkaran Cetakan.
Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu kekuatan khusus yang cukup
untuk memikul 2 kali beban sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan, pada bagian
konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada beban rencana, maka cetakan
tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung. Perlu ditentukan bahwa
tanggung jawab atau keamanan konstruksi beton seluruhnya terletak pada Kontraktor dan
perhatian pemborong mengenai pembongkaran cetakan ditujukan ke PBI 1971 dalam pasal yang
bersangkutan. Pemborong harus memberi tahu Pemberi Tugas bilamana ia bermaksud akan
membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama minta persetujuan, tapi
dengan adanya persetujuan itu tidak berarti Pemborong lepas dari tanggung jawab.
i. Perubahan Konstruksi Beton.
Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pemberi Tugas mempunyai
wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :
 Konstruksi beton yang sangat keropos.
 Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk atau profil yang direncanakan atau
posisinya tidak seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
 Konstruksi beton yang tidak tegak lurus, atau rata seperti yang direncanakan.
 Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.
BAB V PEKERJAAN RESAPAN BIOPORI
5.1. KETERANGAN
Resapan Biopori Lubang Resapan Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal
ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus tanah
dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi muka air tanah, lubang diisi dengan
sampah organik untuk memicu terbentuknya Biopori.

5.2. PERSYARATAN BAHAN


a. Material resapan biopori yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Pipa PVC Ø 4
2. Tutup Pipa PVC Ø 4

Anda mungkin juga menyukai