DIVISI UMUM
I. URAIAN UMUM
A. PEKERJAAN
a. Lingkup pekerjaan secara umum adalah Peningkatan Struktur Jalan Aria Suryawinata
b. Pemberi Tugas Dinas Bina Marga Dan Sumber Daya Air Kota Bogor Jalan Pemuda
No.30 A Kota Bogor.
c. Istilah Pekerjaan mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang,
buruh dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan termaksud.
d. Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS, Gambar-gambar
Rencana, Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta Adendum yang disampaikan
selama pelaksanaan.
B. BATASAN/PERATURAN
Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus tunduk kepada :
a. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56)
b. Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971)
c. Metode Pengujian Slump Beton SNI - 1972 - 1990 - F
d. Metode Pengujian Kehalusan Semen Portland SK SNI M - 105 - 1990 03
e. Metode Pengujian berat jenis Semen Portland SK SNI M - 106 - 1990 03
f. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982)
g. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
h. Dan peraturan lainnya yang berlaku
C. DOKUMEN KONTRAK
a. Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh Kontraktor terdiri atas :
Surat Perjanjian Pekerjaan
Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran
Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
Adendum yang disampaikan oleh Pengawas Lapangan selama masa
pelaksanaan
b. Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-gambar, RKS dan dokumen kontrak lainnya
yang berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ketidaksesuaian antara RKS dan
gambar-gambar pelaksanaan, atau antara gambar satu dengan lainnya, Kontraktor
wajib untuk memberitahukan/melaporkannya kepada Pengawas Lapangan.
Persyaratan teknik pada gambar dan RKS yang harus diikuti adalah :
1. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka
yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas
akan menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus
mendapatkan keputusan Konsultan Pengawas lebih dahulu.
2. Bila terdapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti kecuali
bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan
kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan
Pengawas.
Dasar Pembayaran
Nomor
Uraian Satuan Pembayaran
Mata Pembayaran
1.11.1 Los Kerja / Gudang m2
1.15.1 Pelaporan, Dokumentasi & Asbuilt Drawing ls
Dasar Pembayaran
Nomor
Uraian Satuan pengukuran
mata pembayaran
1.8.1 Pengaturan Lalu Lintas (Ruas Jalan Perkotaan) ls
1.9.1 Pengukuran Site m
Dasar Pembayaran
Nomor
Uraian Satuan pengukuran
mata pembayaran
1.3.2 Papan Nama Proyek Buah/m2
Dasar Pembayaran
Nomor
Uraian Satuan pengukuran
mata pembayaran
1.2.1 Mobilisasi dan Demobilisasi ls
I. UMUM
A. URAIAN
Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah
atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian dari
pekerjaan dalam Kontrak.
Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pebuatan saluran air dengan menggunakan
saluran pasangan batu kali
Galian ini merupakan galian tanah biasa tidak diklasifikasikan galian tanah berbatu atau
struktur lainnya.
B. PROSEDUR GALIAN
Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan dalam
Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus mencakup pembuangan semua
bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton,
pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan
permanen.
Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin
terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian.
Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Ukuran detail galian dapat dilihat pada gambar.
Dasar Pembayaran
Nomor
Uraian Satuan pengukuran
mata pembayaran
3.1.2 Galian Tanah Keras M3
II.3. ACUAN
II.3.1. Persyaratan
Acuan (bekisting / form) yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan
beban-beban selama pelaksanaan. Kekuatan acuan yang terbuat dari baja
lurus, harus diuji, dan harus memenuhi persyaratan bahwa acuan harus tidak
melendut lebih besar dari 6,4 mm (1/4 inch) bila diuji sebagai balok biasa dengan
bentang 3 m (10 ft) dan beban yang sama dengan berat mesin penghampar atau
peralatan pelaksanaan lainnya yang mungkin akan bergerak di atasnya.
Tebal baja yang biasanya digunakan adalah 6,4 mm (1/4 inch) dan 8 mm (5/16
inch). Bila acuan harus mendukung alat penghampar beton yang berat,
ketebalannya tidak boleh kurang dari 8 mm (5/16 inch). Dianjurkan agar acuan
mempunyai tinggi yang sama dengan tebal rencana pelat beton dan lebar dasar
acuan sama dengan 0,75 kali tebal pelat beton tapi kurang dari 200 mm (8 inch).
Acuan harus dipasang sedemikian rupa sehingga cukup kokoh, tidak melentur
atau turun akibat tumbukan dan getaran alat penghampar dan alat pemadat.
Lebar flens penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol keluar
dari acuan tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan.
Dalam pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan variasi kerataan bidang atas
acuan tidak boleh lebih dari 0,32 cm (1/8 inch) untuk setiap 3 m (10 ft) panjang
dan kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari 0,64 cm (1/4 inch) untuk
setiap 3 m (10 ft) panjang.
Ujung-ujung acuan yang berdampingan harus mempunyai sistem penguncian
untuk menyambung dan mengikat erat acuan-acuan tersebut. Pada lengkungan
dengan jari-jari kecil dianjurkan untuk menggunakan acuan yang dapat
dibengkokkan (flexible form) atau acuan melengkung.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang relatif kecil, yang bersifat padat karya, maka
acuan dari kayu dapat digunakan, untuk alat perata dapat menggunakan vibrator
perata biasa (besi profil yang dilengkapi mesin penggetar dan ditarik tenaga
manusia). Kayu untuk keperluan ini dibuat dari kayu yang cukup kuat dengan
baja siku dipasang di atasnya, dengan angkur pemegang setiap 0,5 meter.
II.4. BAHAN
1. Semen
a. Semen harus merupakan semen portland jenis I, II atau III sesuai dengan
AASHTO M 85.
b. Kecuali diperkenankan lain, maka hanya produk dari satu pabrik atau satu jenis
merk semen portland tertentu yang harus digunakan di proyek.
2. Air
Air yang digunakan dalam pencampuran, perawatan atau penggunaan-penggunaan
tertentu lainnya harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merugikan seperti
minyak, garam, asam, alkali, gula atau bahan-bahan organik. Air harus diuji sesuai
dengan dan harus memenuhi persyaratan AASHTO T 26. Air yang diketahui dapat
diminum dapat dipakai dengan tanpa pengujian.
4. Sifat Agregat
a. Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih dan keras
yang diperoleh dari pemecahan batu, atau dengan menyaring dan mencuci (bila
perlu) kerikil dan pasir sungai.
b. Agregat harus bebas dari bahan-bahan organik seperti yang dirinci dalam
AASHTO T21 dan seperti diberikan dalam Tabel 4.4. bila diambil contoh dan diuji
sesuai dengan ketentuan BS CP 114 dan prosedur AASHTO yang relevan.
c. Agregat yang berupa bahan-bahan yang berukuran sama yang berasal dari
berbagai sumber harus ditimbun dalam timbunan terpisah dan hanya boleh
digunakan dalam struktur yang terpisah.
d. Penakaran agregat
1. Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila
digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus
sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara
dengan satu satuan atau pembulatan dari jumlah zak semen. Agregat
harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak
boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
2. Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan
dipertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati
keadaan jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan
agregat dengan air secara berkala. Pada saat penakaran, agregat harus
telah dibasahi paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin
pengaliran yang memadai dari tumpukan agregat.
e. Pencampuran
1. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis
dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin
campuran yang merata dari seluruh bahan.
2. Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat
ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan dalam setiap penakaran.
3. Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen
yang telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum
air ditambahkan.
4. Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke
dalam campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus
dimasukkan sebelum waktu pencampuran berlangsung seperempat
bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas m3 atau
kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus
ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
II.9.3. Tulangan
Apabila pada perkerasan bersambungan digunakan tulangan, maka tulangan
tersebut harus terdiri dari anyaman kawat dilas (welded wire fabric) atau
anyaman batang baja (bar mats) sesuai dengan yang diuraikan pada Butir 7.4.7.
Lebar dan panjang anyaman baja harus sedemikian rupa, sehingga pada waktu
anyaman tersebut dipasang. kawat / baja yang paling pinggir terletak tidak
kurang dari 5 cm (2 inch) atau tidak lebih dari 10 cm (4 inch) dari tepi /
sambungan pelat.
b. Keadaan Khusus
Apabila lebar penghamparan tidak sama (misal pada jalan masuk / ramp,
persimpangan), maka metoda pengecoran yang biasa tidak selalu dapat
diterapkan. Untuk keadaan demikian, perlu diperhatikan agar untuk
mencapai kedudukan akhir, campuran beton jangan dituang secara
sembarangan dengan didorong atau digetarkan. Pengecoran secara
manual mungkin perlu dilakukan, untuk menghindarkan pemisahan butir.
II.10.2. Penghamparan
a. Peralatan
Pada pekerjan besar, biasanya harus disediakan baik penghampar jenis
dayung (paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah
(hopper) dan ulir (auger), kecuali apabila digunakan penghampar acuan
gelincir. Pada mesin penghampar acuan gelincir, peralatan penghampar
(spreader) merupakan bagian yang sudah melekat (built-in). Untuk
mengurangi pemisahan butir, semua peralatan harus dioperasikan secara
seksama.
c. Percobaan Penghamparan
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan menunjukkan metode
pelaksanaan pekerjaan dengan cara menghamparkan lapisan percobaan
sepanjang tidak kurang dari 30 m di lokasi yang disediakan oleh Kontraktor
di luar daerah kerja permanen. Percobaan tambahan mungkin diperlukan,
bila percobaan pertama dinilai tidak memuaskan.
Setelah percobaan pertama disetujui, maka percobaan sepanjang
minimum 150 m tapi tidak lebih dari 300 m harus dilakukan di daerah kerja
permanen. Percobaan ini harus menunjukkan seluruh aspek pekerjaan dan
harus mencakup setiap tipe sambungan yang digunakan dalam pekerjaan.
Penghamparan perkerasan beton tidak boleh dilanjutkan sebagai
pekerjaan permanen sebelum ada persetujuan terhadap hasil percobaan.
d. Pemadatan
Pemadatan pada sambungan dan tepi-tepi, penekanan, pemadatan secara
tumbuk, dan pemadatan secara getar, sampai tingkat tertentu cukup
efektif, tapi tidak secara otomatis menjamin kepadatan beton. Mesin getar
(vibrator), baik jenis internal maupun jenis permukaan dapat memberikan
hasil yang baik. Seluruh perkerasan harus dipadatkan seefektif mungkin.
Perhatian khusus harus diberikan terhadap tepi-tepi sepanjang sumbu, dan
pada sambungan-sambungan.
Sekitar ruji dan kedudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut atau sekitar
pembuangan air (drains), dan pada pelat-pelat tidak beraturan pada jalan
masuk / ramps dan persimpangan, diperlukan ketelitian khusus untuk
menjamin kepadatan yang baik.
Penggetar internal dioperasikan di dalam beton untuk mengeluarkan udara
sewaktu mesin penghampar bergerak. Mesin penggetar yang dioperasikan
secara manual tidak boleh berada di satu titik yang digetarkan lebih dari 5
detik, dengan jarak titik satu dengan titik lainnya antara 25 30 cm.
II.13.1. Perawatan
Setelah penyelesaian akhir selesai dan lapisan air menguap dari permukaan
atau segera setelah pelekatan dengan beton tidak terjadi maka seluruh
permukaan beton harus segera ditutup dan dirawat sesuai dengan metode
yang disetujui.
Dalam semua hal, dimana perawatan memerlukan penggunaan air, maka
operasi perawatan harus dititikberatkan pada penyediaan air. Biasanya masa
perawatan dilakukan selama 7 hari, tetapi waktu tersebut dapat diperpendek
bila 70 % kekuatan tekan atau lentur beton dapat dicapai lebih awal.
1. Perawatan dengan Cairan Bahan Kimia (Curing Compound)
Setelah lapis air menguap dari permukaan perkerasan, maka permukaan
beton harus segera dilapisi secara merata dengan bahan perawat berupa
cairan bahan kimia dengan menggunakan alat penyemprot yang sudah
teruji dengan jumlah yang tidak kurang dari 0,27 liter/m2. Untuk menjamin
kekentalan dan penyebaran pigmen yang merata dalam bahan perawatan,
maka bahan perawat dalam tangki penampung harus diaduk menjelang
dipindahkan ke dalam alat penyemprot. Bila dilakukan secara manual,
sebaiknya menggunakan alat penyemprot manual yang teruji.
Dasar Pembayaran
Nomor
Uraian Satuan pengukuran
mata pembayaran
7.1.8.2 Beton K-125 (Ready Mix Exclude Formwork) m3
7.16.3 Perkerasan Jalan Beton FS 45 (7 Hari) m3