PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang
pengerjaan-nya dihukumi sebagai ibadah yang wajib. Namun, bila dikaji
secara sistematis, sejatinya zakat memiliki peran besar dalam upaya
pengentasan kemiskinan. Konsep dasar zakat yang mengutamakan asas
‘’berbagi’’ dalam kehidupan sosial, selaras dengan realitas yang terjadi di
tengah masyarakat. Klasifikasi sosial yang menciptakan kelompok
masyarakat menengah ke bawah dan menengah ke atas, dinilai sebagai
akibat dari tidak adanya rasa kebersamaan antar masyarakat, yang ditandai
dengan sikap individualis setiap manusia. Pengelompokan ini yang
kemudian menghadirkan kesenjangan di tengah masyarakat, lalu dari
kesenjangan inilah, konsep zakat ini menjadi sangat relevan bila dijadikan
sebagai sistem, dalam upaya pengentasan kemiskinan, hingga berdampak
pada turunnya tingkat kesenjangan dalam kehidupan sosial.
صفَائِ ُح ِم ْنَ ُت لَه ُ ض ٍة َلَ ي َُؤ ِدِّي ِم ْن َها َح َّق َها إَِلَّ إِذَا َكانَ َي ْو َم ال ِقيَا َم ِة
ْ ص ِف َح ٍ ب ذَ َه
َّ ِب َوَلَ ف ِ اح
ِ صَ َما ِم ْن
َ ُ َّ ُ َ ْ ُ ْ َ َّ َ ُ ٍ ن
ْ ْ
كل َما بَ ُردَت أ ِع ْيدَت إِل ْي ِه فِي يَ ْو ٍم،ُ فيُك َوى ِب َها َج ْب َهتهُ َو َجنبُهُ َوظ ْه ُره،َار َج َهن َم ِ ي َعل ْي َها فِي نَ فَأحْ ِم،َار
ارِ َّ َوإِ َّما إِلَى الن،سبِ ْيلَهُ إِ َّما إِلَى ال َجنَّ ِة
َ فَيَ َرى،ٍسنَة
َ ف َ ارهُ َخ ْم ِسيْنَ أ َ ْل ُ َكَان ِم ْقد
“Siapa saja yang memiliki emas atau perak tapi tidak mengeluarkan
zakatnya melainkan pada hari kiamat nanti akan disepuh untuknya
lempengan dari api neraka, lalu dipanaskan dalam api neraka Jahannam,
lalu disetrika dahi, rusuk dan punggungnya dengan lempengan tersebut.
Setiap kali dingin akan disepuh lagi dan disetrikakan kembali kepadanya
pada hari yang ukurannya sama dengan lima puluh ribu tahun. Kemudian
ia melihat tempat kembalinya apakah ke surga atau ke neraka.”
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
Jawab:
120 gr-15 gr = 105 gram
Bila harga emas Rp 70.000 maka zakatnya:
105 gr x Rp 70.000 = Rp 7.350.000
1
Kementrian Agama RI Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan
Zakat tahun, Buku Saku Menghitung Zakat, 2013, h. 37.
Rp 7.350.000 x 2,5% = Rp 183.7502
2
Kementrian Agama RI Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan
Zakat tahun 2013, Panduan Zakat Praktis, h. 51.
3
HR. Abu Daud 1563, At-Tirmidzi 637, an-Nasa’I 2479, ad- Daraquthi 2/22, al-Baihaqi dalam al-
Kubra 7340 dengan isnad hasan
a. Zakat itu diwajibkan pada harta benda yang berkembang atau
disiapkan untuk dikembangkan. Sedangkan perhiasan bukanlah
harta yang berkembang.
b. Bukti-bukti dari para sahabat. Mereka tidak mengeluarkan zakat
perhiasan seperti Aisyah r.a dan budak-budak perempuannya.
c. Hadist dari jabir yang diriwayatkan oleh Baihaqi, bahwa nabi
Muhammad saw bersabda:
“ Tidak ada zakat untuk perhiasan” ّليلي ف ي ل يس
لا زك اة
d. Perhiasan adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh hampir setiap
perempuan. Bagi perempuan perhiasan kedudukannya seperti baju,
kosmetik dan alat rumah tangga sehingga tidak perlu ada zakat
atasnya.4
Dalam kitab Yusuf Qardhawi menyimpulkan zakat perhiasan dan
lainnya sebagai berikut:
a. Barang siapa yang memiliki kekayaaan dari emas atau perak
untuk simpanan atau diperdagangkan maka wajib
mengeluarkan zakatnya. Karena merupakan sumber untuk
pengembangan dan hal itu sama saja dengan kekayaan lainnya.
b. Jika kekayaan emas atau perak tersebut untuk dipakai
seseorang, maka hukumnya dilihat pada macam
penggunaannya. Jika penggunaannya bersifat haram seperti
untuk tempat-tempat emas, perak, museum,patung- patung.
Diantara pemakaian yang diharamkan adalah yang ada unsur
berlebih-lebihan yang menyolok, hal itu dapat diketahui
dengan penyimpanan seorang perempuan tersebut dari
kebiasaan lingkungan, zaman dan kekayaan umatnya.5
4
Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jilid 3, Cetakan Pertama, (Jakarta: Gema Insani,
2011), H.194
5
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Pustaka Litera Antarnusa, 1987). h.295
telah mencapai nishab, maka wajib bagi pemiliknya untuk berzakat dari
emas itu.
Dan jika perhiasan itu diperdagangkan, maka perhiasan itu
dihitung secara keseluruhan, termasuk emas, intan, permata, dan lain-
lainnya sebagaimana barang-barang dagangan lainnya yang diwajibkan
untuk dikeluarkan zakatnya menurut pendapat mayoritas ulama.
D. Kesimpulan
a. Kepastian Hukum
Sebagaimana yang dijelaskan dari uraian diatas, dapatlah
disimpulkan bahwasanya emas dan perak merupakan bagian dari pada
zakat mal, yang mana diwajibkan atas pengeluaran zakat sesuai dengan
ketentuannya. Adapun perbedaan pandangan oleh para ulama mengenai
emas dan perak yang berbentuk perhiasan, hukum yang diambil atau
yang dijadikan kepastian dalam pelaksanaannya, ialah pendapat dari
mayoritas ulama’.
b. Pendapat alternatif
6
Syekh Ibrahim al-Bajuri, Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Syarh Ibn al-Qasim, Jilid 1, cetakan ketiga,
(Semarang: Toha Putra, 2003), h.273
memperhatikan pendapat para ulama’ yang terdapat perbedaan diantara
mereka, ditakutkan akan muncul beberapa keraguan oleh mustahiq atas
hukum penunaian zakat perhiasan.