SPESIFIKASI TEKNIS
Keterangan :
Spesifikasi teknis disusun oleh panitia pengadaan berdasar jenis pekerjaan yang akan dilelangkan,
dengan ketentuan:
1. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup kemungkinan digunakannya
produksi dalam negeri;
2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional;
3. Metoda pelaksanaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan;
4. Jadual waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan;
5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
6. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan;
7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
8. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan;
9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.
A. KETENTUAN UMUM
DAFTAR ISI
1. PERATURAN-PERATURAN TEKNIS
2. PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS
3. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
4. IZIN BANGUNAN
5. BANGSAL KONSULTAN PENGAWAS DAN BANGSAL KERJA/GUDANG
6. JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)
7. TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR
8. TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN
9. KEAMANAN PROYEK
10. KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN
A. KETENTUAN UMUM
1. PERATURAN-PERATURAN TEKNIS
Dalam pelaksanaan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
(RKS) ini maka akan berlaku dan tambahannya, yaitu:
a. Peraturan Umum tentang pelaksanaan Bangunan di Indonesia (AV.41) tahun1941.
b. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia, untuk Arbitrasi Teknis dari Dewan Teknik
Bangunan Indonesia (DTPI).
c. Peraturan Muatan Indonesia (PMI) tahun 1970/NI – 18.
d. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
e. Peraturan yang dikeluarkan oleh jabatan/instansi pemerintah setempat, yang berkaitan
dangan pelaksanaan bangunan.
Pekerjaan Pembangunan Gedung Laboratorium Sumber Daya Air Jurusan Teknik Pengairan
Fakultas Teknik Tahap II Universitas Brawijaya di Desa Ngijo Kabupaten Malang.
4.1. Setelah Surat Pemerintah Mulai Kerja (SPMK) di keluarkan, maka izin bangunan dan izin
lainnya akan di urus oleh Pemberi Tugas, namun pelaksanaan dan pembiayaannya di
tanggung oleh Kontraktor.
4.2. Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukan kepada Konsultan
Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin bangunan tersebut
sedang diproses.
4.3. Tanpa ada izin bangunan dari Instalasi yang berwenang, maka kontraktor tidak
diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun disekitar lingkungan
proyek.
4.4. Kontraktor diharuskan membuat papan nama Proyek sesuai dengan persyaratan yang
berlaku pada daerah setempat dan harus dipasang paling lambat 7 hari setelah dimulai
pekerjaan.
4.5. Segala sertifikat kelayakan (K3, Tower Crane (TC), Lift Barang, Instalasi listrik) menjadi
tanggung jawab kontraktor bila diperlukan.
5.3. Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerjaan dan gudang untuk menyimpan
bahan-bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus mempunyai kunci
yang kuat/baik untuk keamanan bahan/perlengkapan.
5.4. Tempat mendirikan bangsal Konsultan Pengawas, bangsal kerja dan gudang,akan
ditentukan kemudian dan dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas.
5.5. Bangsal Konsultan Pengawas dan perlengkapannya, harus sudah siap dilokasi
Bangunan, sebelum pekerjaan dimulai atau paling lambat 10 hari sesudah SPMK
diterima. Setelah selesai pekerjaan tersebut, bangsal dan perlengkapannya menjadi milik
Pemberi Tugas.
5.6. Pembongkaran Bangsal Konsultan Pengawas, bangsal kerja dan gudang adalah menjadi
tanggung jawab Kontraktor dan bahan bongkaran menjadi milik Pemberi Tugas.
6.1. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat jadwal
pelaksanaan (Time Schedule) yang membuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot
pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan bahan
bangunan dan tenaga kerja.
6.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci pelaksanaan Kontraktor:
a. harus membuat rencana kerja harian, mingguan dan bulanan yang diketahui/disetujui
oleh Konsultan Pengawas Lapangan.
b. harus membuat gambar kerja, untuk pegangan/pedoman bagi kepala tukang yang
harus diketahui Konsultan Pengawas Lapangan.
c. harus membuat daftar yang memuat pemasukan bahan bangunan yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan bangunan.
6.3. Rencana Kerja (Time Schedule) diatas harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawasan dan Pemberi Tugas
6.4. Rencana Kerja (Time Schedule), harus selesai dibuat oleh Kontraktor, paling lambat 7
(tujuh) hari kalender, setelah SPMK diterima.
6.5. Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule), sebanyak4
(empat) lembar kepada Konsultan Pengawas dan 1 (satu) lembar harus dipasang pada
dinding bangsal kerja.
6.6. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana
kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi pekerjaan.
7.1. Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya dilapangan (Pelaksana), yang mempunyai
pengetahuan dibidang Teknik Sipil/Bangunan, cakap, gesit dan berwibawa terhadap
pekerja yang dipimpinnya dan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Penunjukan ini harus dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor yang ditujukan
kepada Pemberi Tugas dan tembusannya kepada Pengelola Teknis Proyek dan
Konsultan Pengawas.
7.2. Pelaksana harus berpendidikan minimum Sarjana (S1) Jurusan Teknik Sipil dan
mempunyai pengalaman kerja lapangan minimum 5 tahun.
7.3. Selain Petugas Pelaksana, maka kontraktor diwajibkan pula melaporkan secara tertulis
kepada Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas, tentang susunan organisasi
pelaksana dilapangan (sesuai dengan penawaran) dengan nama dan jabatan masing-
masing.
7.3.1. Pada setiap tahapan pekerjaan konstruksi, Kontraktor Pelaksana harus
menyediakan tenaga mandor, tukang dan pekerja yang cukup terampil serta
cukup jumlahnya, ditambah 1 (satu) orang draftman bila diperlukan untuk
pembuatan shop drawing.
7.3.2. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menambah/mengganti tenaga seperti yang
dimaksud pada butir 1 dan 2 di atas apabila diminta oleh konsultam pengawas
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis yang masuk akal. Kelalaian dalam
hal ini dapat dikenakan sanksi/denda kelalaian sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan direksi.
7.3.3. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak, Kontraktor Pelaksana harus membuat
pengaturannya sendiri dalam hal pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal
atau lainnya dan mengenai pembayaran, perumahan, makan, transportasi dan
pembayaran yang harus dikeluarkan termasuk kompensasi yang harus menjadi
haknya berdasarkan perundang-undangan Republik Indonesia bilamana pekerjaan
telah berakhir.
7.3.4. Kontraktor Pelaksana tidak akan menawarkan pekerjaan kepada pegawai dari
Pemilik Kegiatan selama masa Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin
tertulis dari Pemilik Kegiatan.
7.3.5. Untuk mendapatkan tenaga Staf dan tenaga kerja pada umumnya, Kontraktor
Pelaksana harus memberikan prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal
atau berasal dari tempat lokasi kegiatan.
7.3.6. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan memelihara pada lokasi kegiatan
fasilitas pertolongan pertama dalam kecelakaan yang memadai dan beberapa staf
harus mampu melakukan tugas pertolongan pertama, sesuai dengan keinginan
Direksi.
7.3.7. Kontraktor Pelaksana akan secepatnya melapor kepada Direksi bila terjadi
peristiwa kecelakaan di lokasi atau dimana saja yang berhubungan dengan
Pekerjaan. Kontraktor Pelaksana juga harus melaporkan kecelakaan tersebut
kepada instansi yang berwenang apabila laporan tersebut disyaratkan oleh
undang-undang.
7.4. Bila dikemudian hari, menurut penilaian Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan
Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu melaksanakan tugasnya,
maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana tersebut dan harus memberitahukan
secara tertulis tentang Pelaksana yang baru, demi kelancaran pekerjaan.
8. TENAGA KERJA/BAHAN/PERALATAN
8.1. Kontraktor harus mendatangkan tenaga kerja yang berpengalaman dan ahli dibidang
pekerjaannya masing-masing, seperti tukang pancang, tukang besi, tukang kayu, tukang
pasang ubin/keramik, tukang cat, tukang atap, instalator mekanikal elektrikal dan tenaga
kerja lainnya.
8.2. Sebelum bahan bangunan didatangkan ke lokasi proyek, maka Pelaksana harus
memberikan contoh bahan bangunan kepada Konsultan Pengwas Lapangan dan bila
sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan maka
barulah boleh didatangkan dalam jumlah yang besar menurut keperluan Proyek.
8.3. Mengenai jumlah contoh bahan bangunan yang diberikan dapat dikonsultasikan dengan
Konsultan Pengawas.
8.4. Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan proyek, harus tepat pada
waktunya dan kualitasnya dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas. Semua bahan
sebelum dikerjakan/digunakan harus diajukan dan ditunjukkan kepada Konsultan
Pengawas, lengkap dengan ketentuan/persyaratan pabrik yang bersangkutan untuk
mendapat persetujuan tertulis.
Jika dipandang perlu untuk mengadakan penukaran/penggantian maka bahan-bahan
pengganti harus telah mendapat persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
Tempat asal/merk pabrik bahan yang digunakan tidak dapat diganti tanpa persetujuan
Konsultan Pengawas atau Tim Teknis.
8.5. Bahan bangunan yang tidak sesuai dengan persyaratan dan ditolak oleh Konsultan
Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek, paling lambat 24 jam sesuai
surat pernyataan penolakan dikeluarkan.
8.6. Bahan bangunan yang berada di lokasi Proyek dan akan dipergunakan untuk
pelaksanaan bangunan, tidak boleh dikeluarkan dari lokasi Proyek.
8.7. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan bahan-bahan bangunan yang memenuhi
persyaratan mutu dan jumlah/volumenya sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan
konstruksi sesuai dengan jadual pelaksanaan.
8.8. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini. Sedangkan
bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan di sini akan diisyaratkan langsung di
dalam pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di belakang.
a. Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan
penyiraman guna pemeliharaannya harus air tawar yang bersih tidak mengandung
minyak, garam, asam dan zat organik lainnya yang telah dinyatakan memenuhi
syarat sebagai air untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium. Bila
air yang digunakan dari sumber PDAM, maka tidak lagi diperlukan rekomendasi
laboratorium.
b. Semen
Semen yang digunakan adalah Portland Cement (PC) Tipe I sesuai ASTM dan
memenuhi SNI (Standar Nasional Indonesia). Semen harus satu merk untuk
penggunaan dalam pelaksanaan satu satuan komponen bangunan, belum
mengeras sebagian atau seluruhnya. Penyimpanan harus dilakukan dengan cara
dan di dalam tempat (gudang) yang memenuhi syarat untuk menjamin keutuhan
kondisi sesuai persyaratan di atas.
c. Pasir
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran,
lumpur, asam, garam dan bahan organis lainnya yang terdiri atas:
1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus , yang lazim disebut pasir
urug.
2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar
adalah terletak antara 0,075-1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut pasir
pasang.
3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat
rekomendasi dari laboratorium.
d. Kerikil
Kerikil untuk beton harus menggunakan kerikil dari batu kali hitam pecah, bersih dan
bermutu baik serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat
tercantum dalam PBI 1971.
8.9. Pelaksana harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk pelaksanaan bangunan
agar upaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai dengan waktu yang disediakan.
8.10. Alat-alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat dipakai, maka harus
segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.
8.11. Untuk bahan-bahan kayu dan besi menggunakan bahan yang tersedia dipasaran dengan
toleransi ukuran maksimal 10% kecuali ditentukan lain dalam Bestek.
8.12. Alat-alat dan bahan-bahan yang berada di tepi jalan malam hari harus diberi lampu
merah yang cukup jelas dan terang agar tidak mengganggu lalulintas/kecelakaan, atau
menurut petunjuk direksi.
8.13. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan/mendirikan barak kerja dan gudang
penyimpanan alat dan bahan bangunan untuk keperluan pekerjaan konstruksi yang
kelayakannya akan dinilai oleh Direksi. Bila Direksi menilai barak/gudang tersebut tidak
layak layak dengan alasan-alasan teknis, maka Kontraktor Pelaksana harus melakukan
perbaikan/penyempurnaan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas
8.14. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan / mendirikan barak direksi (direks keet) yang
dilengkapi :
a. Meja rapat dengan tempat duduk dalam jumlah yang cukup
b. Meja, kursi kerja berlaci dan berkunci
c. 1 set dokumen kontrak
Direksi keet tersebut harus dibangun dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Atap : Fiber semen
b. Dinding : Dinding tripleks dengan rangka kayu meranti
c. Pondasi : pondasi batu kali setempat
d. Lantai : rabat beton/concrete block
e. Dilengkapi pula kamar kecil (1,5 x 2 m) beserta penyediaan air bersih dan saluran
pembuangan air kotornya untuk keperluan konsultan pengawas dan tim teknis.
8.15. Kontraktor Pelaksana harus membuat pagar pembatas dan pengaman sekeliling lokasi
kegiatan. Selain itu juga harus membuat papan nama kegiatan yang berisikan
data/informasi mengenai kegiatan, dan terbuat dari kayu dengan tulisan hitam warna
dasar putih.
8.16. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan air minum yang cukup ditempat pekerjaan
untuk para pekerja, kotak obat yang memadai untuk PPPK, serta perlengkapan-
perlengkapan keselamatan kerja. Bila terjadi kecelakaan ditempat pekerjaan, Kontraktor
Pelaksana harus segera mengambil tindakan penyelamatan. Biaya pengobatan dan lain-
lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana (dalam hal ini Kontraktor
Pelaksana diwajibkan mengikuti ASTEK).
8.17. Semua material yang tersebutkan didalam butir 1, 2 dan 3 diatas setelah selesainya
pelaksanaan kembali menjadi milik Kontraktor Pelaksana dan harus dibersihkan dari
lapangan pekerjaan.
9. KEAMANAN PROYEK
10.1. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja,
Kontraktor harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu
Kontraktor harus mendaftarkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK) sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.
10.2. Pada pekerjaan-pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh, maka Kontraktor
harus menyediakan sabuk/jaring pengaman kepada pekerja tersebut.
10.3. Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka Kontraktor
harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya yang siap
dipakai apabila diperlukan.
10.4. Bila terjadi musibah atau kecelakaan di lapangan yang memerlukan perawatan yang
serius, maka Kontraktor/Pelaksana harus segera membawa korban ke Rumah Sakit
yang terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.
10.5. Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi syarat-
syarat kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung
jawabnya maupun yang berada di pihak ketiga.
10.6. Kontraktor harus menyediakan kamar mandi sementara lengkap dengan closet dan
air bersih yang cukup serta sistem pembuangannya (septicktank dan peresapan)
dalam jumlah yang disesuaikan dengan banyaknya tenaga kerja dan selalu dijaga
kebersihannya.
DAFTAR ISI
PASAL 1 KEADAAN LAPANGAN
PASAL 2 PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN
PASAL 3 PEKERJAAN TANAH
PASAL 4 PEKERJAAN PONDASI BATU KALI, SALURAN DAN BRONJONG
PASAL 5 PEKERJAAN BETON BERTULANG
PASAL 6 PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
PASAL 7 PEKERJAAN PASANGAN
PASAL 8 PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA DAN HARDWARE (PENGGANTUNG)
PASAL 9 PEKERJAAN PENGECATAN
PASAL 10 PEKERJAAN ELEKTRIKAL DAN PLUMBING
PASAL 11 PEKERJAAN PEMASANGAN PAVING BLOCK DAN KANSTIN
PASAL 12 PERATURAN PENUTUP
PASAL 1
KEADAAN LAPANGAN
Sebelum pekerjaan di lapangan dimulai, lokasi tempat pekerjaan harus ditinjau lebih dahulu
oleh direksi pekerjaan bersama-sama dengan Kontraktor Pelaksana. Apabila tidak ada
kesamaan antara keadaan lapangan dengan keadaan seperti yang ditunjuk dalam gambar,
maka Kontraktor segera menyampaikan secara tertulis kepada Direksi untuk mendapatkan
penyelesaian lebih lanjut.
PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN
menjadi milik pemborong dihitung sebagai biaya sewa selama pelaksanaan proyek.
Pada waktu penyelesaiaan harus dibongkar.
2.2.3 Pembangkit Tenaga Listrik Sementara
Setiap pembangkit tenaga listrik sementara atau penerangan buatan yang
dipergunakan untuk pekerjaan, harus disediakan oleh Pemborong, termasuk
pemasangan semetara dari kabel-kabel, meteran, upah dan tagihan serta
pemberesannya kembali waktu pekerjaan selesai, adalah beban pemborong.
ditempatkan paling sedikit seorang petugas yang telah dilatih dalam soal-soal
mengenai pertolongan pertama.
PASAL 3
PEKERJAAN TANAH
3.2 UMUM
Persiapan dan pembersihan daerah yang dikerjakan:
a. Kontraktor berkewajiban melaksanakan seluruh pekerjaan penggalian sesuai dengan
ketentuan, peraturan hukum yang berlaku.
b. Pada umumnya, tempat-tempat untuk bangunan dibersihkan. Pembersihan harus
dilakukan terhadap semua belukar, sampah yang tertanam dan material/benda-benda lain
yang tidak diinginkan berada dalam daerah yang akan dikerjakan, semuanya harus
dihilangkan, ditimbun dan kemudian dibakar atau dibuang, dengan cara yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Semua sisa-sisa tanaman seperti akar-akar, rumput-rumput, dan
sebagainya, harus dihilangkan sampai kedalaman 0.30 meter di bawah tanah
dasar/permukaan.
c. Semua daerah urugan harus dipadatkan, baik urugan yang telah ada maupun terhadap
urugan baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan atau bahan yang dapat
menimbulkan pelapukan di kemudian hari.
d. Pembuatan dan pemasangan papan dasar pelaksanaan (bouwplank) termasuk pekerjaan
Pelaksana Pekerjaan dan harus dibuat dari kayu Meranti atau setaraf setebal 3 cm dengan
tiang kaso-kaso 5/7 atau dolken berdiameter 8 sampai 10cm dengan jarak 2 meter satu
sama lain. Pemasangan harus kuat dan permukaan atasnya rata dan sifat datar
(waterpas).
e. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk tanggungan Pelaksana Pekerjaan
f. Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan alat-alat ukur sepanjang masa pelaksanaan
berikut ahli ukur yang berpengalaman dan setiap kali apabila dianggap perlu siap untuk
mengadakan pengukuran ulang.
g. Pada papan dasar pelaksanaan (bouwplank) harus dibuat tanda-tanda yang menyatakan
as-as dan atau level peil-peil dengan warna yang jelas dan tidak hilang terkena air/hujan.
f. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai jumlah
tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat yang
dianggap perlu dan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
g. Bagian-bagian yang diurug kembali harus diurug dengan tanah yang bersih bebas
dari segala kotoran dan memenuhi syarat-syarat sebagai tanah urug.
Pelaksanaannya secara berlapis-lapis dengan penimbrisan lubang-lubang galian
yang terletak di dalam garis bangunan harus diisi kembali dengan pasir urug yang
diratakan dan disiram air serta dipadatkan sampai mencapai 90% kepadatan kering
maksimum yang dibuktikan dengan test laboratorium.
h. Muka air tanah harus selalu berada 100 cm di bawah elevasi dasar pondasi
terendah.
i. Selama pekerjaan Pelaksana Pekerjaan harus memperhatikan agar tidak
mengganggu atau merusak saluran drainase, pipa air, pipa gas, kabel dan lain-lain,
maka Konsultan Pengawas harus segera diberitahu sebelum penggalian dilanjutkan.
Segala kerusakan pada saluran atau jaringan kabel, pipa dan lain-lain harus segera
diberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan sebagai biaya sehubungan dengan
hal tersebut termasuk biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Pelaksana
Pekerjaan.
j. Semua air genangan di dalam proyek selama pekerjaan galian harus dipompa keluar
dan semua konstruki sistem drainase serta sistem dewatering yang diperlukan
menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan. Saluran di dalam dan di sekeliling
site harus disediakan sesuai dengan gambar. Apabila diperlukan dewatering harus
dilaksanakan untuk menjaga agar galian bebas dari genangan air tanah dan air
hujan selama pekerjaan galian dan sesudahnya sesuai ketentuan. Semua biaya
yang timbul sehubungan dengan pekerjaan tersebut di atas menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan.
Yang dimaksud disini adalah pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah dengan syarat
khusus dimana tanah hasil urugan ini akan digunakan sebagai pemikul beban.
dari lapangan pekerjaan. Seluruh biaya untuk pekerjaan ini adalah tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan
3.4.2 Bahan-Bahan
a. Bila tidak dicantumkan dalam gambar detail, maka minimum 10 cm padat (setelah
disirami, diratakan, dan dipadatkan) di bagian atas dari urugan bawah plat-plat beton
bertulang, beton rabat dan pondasi dangkal harus terdiri dari urugan pasir padat.
b. Di bawah lapisan pasir tersebut urugan yang dipakai adalah dari jenis tanah silty
clay yang bersih tanpa potongan-potongan bahan-bahan yang bisa lapuk serta
bahan batuan yang telah dipecah-pecah dimana ukuran dari batu pecah tersebut
tidak boleh lebih besar dari 15 cm.
PASAL 4
PEKERJAAN PONDASI BATU KALI, SALURAN DAN BRONJONG
Pekerjaan meliputi antara lain pembuatan pondasi batu kali, saluran, aanstamping, bronjong
sesuai gambar dan RAB.
4.2.1. Batu belah yang tidak poros dan belum dipakai, serta harus dimintakan
persetujuan terlebih dahulu kepada Pengawas.
4.2.2. Perekat yang digunakan dalam komposisi adukan dengan perbandingan (1 PC
: 5 Ps), (1 PC : 4 Ps) dan transram (1 PC : 3 Ps)
4.2.3. Pasangan aanstamping dari batu belah yang disusun padat celah-celahnya diisi
pasir dan disiram air.
4.2.4. Pasir urug digunakan untuk alas pondasi sebelum dipasang aanstamping dengan
tebal urugan 10 cm dan dipadatkan.
4.2.5. Pasir pasang.
4.2.6. Kawat gavanis d = 3 mm
4.3 SYARAT – SYARAT PELAKSANAAN PEKERJAAN BATU KALI
dalam di dapat, maka bronjong semakin kuat, karena itu maka setiap
bronjong harus diikatkan secara bersama-sama dengan sebelumnya
secara sejajar. Bronjong yang diletakkan diatas untuk setiap susunan
harus dihubungkan juga untuk dengan yang lainnya. Seandainya bronjong
mempunyai bentuk memanjang sisi bagian bawah jaring harus d pasang
daya tahan dan memperkuat struktur.
4.4.1.4. Rongga antara bagian belakang dinding bronjong dengan kemirinfan
bekasa galian hrus d timbun kembali dan dilakukan pemadatan dengan
menggunakan material berukuran 0 – 150 mm. Seandainya menggunakan
tamper yaitu alat yang paling sesuai digunaan untuk memadatkan material,
tuangkan material setebal 40 cm d sekeliling bronjong.
4.4.1.5. Ketika struktur bronjong telah selesai, pastika semua celah disekeliling
bronjong d timbun kembali dan dipadatkan dengan baik.
PASAL 5
PEKERJAAN BETON BERTULANG
Pekerjaan meliputi antara lain pembuatan strauss, sloof, kolom, balok, dinding, plat, foot plat,
ringbalk, kolom praktis sesuai gambar dan pembongkaran-pembongkaran beton eksisting
yang diperlukan. Beton tandon menggunakan beton intergral.
5.2 STANDARD
5.3 PENYIMPANAN
5.3.1 Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus sesuai dengan
waktu dan urutan pelaksanaan.
5.3.2 Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat kekurangan
berat dari apa yang tercantum pada zak segera setelah diturunkan dan disimpan dalam
gudang yang kering, terlindung dari pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai
yang bebas dari tanah. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai
mengeras). Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas
tanpa alat dan jumlah tidak lebih dari 10% berat. Jika ada bagian yang tidak dapat
ditekan hancur dengan tangan bebas, maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat
dan kepada campuran tersebut diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
Semuanya dengan catatan bahwa kualitas beton yang diminta harus tetap terjamin.
5.3.3 Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan menggunakan bantalan-
bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya misalnya minyak dan
lain-lain). Jenis semen dari merek Tigaroda, Gresik atau Cibinong dan jenis merek
semen yang digunakan adalah mengikat seluruh pekerjaan.
5.3.4 Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah menurut jenis dan
gradasinya, serta harus beralaskan lantai beton ringan untuk menghindari
tercampurnya dengan tanah.
5.4.2 Aggregates
a. Kualitas agregate harus memenuhi syarat SNI. Agregate kasar harus berupa batu
pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat
kekerasannya dan padat (tidak porous). Kadar lumpur dari pasir beton tidak boleh
melebihi dari 5% berat kering
b. Dimensi maksimum dari agregate kasar tidak lebih dari 3,0 cm dan tidak lebih dari
seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan.
c. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam, dan bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.
5.4.3 Air
a. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
mengurangi mutu pekerjaan.
b. Kandungan chlorida tidak boleh melebihi 500 ppm dan komposisi sulfat (SO3) tidak
boleh melebihi 1000 ppm. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat
minta kepada Pelaksana Pekerjaan supaya air yang dipakai diperiksa di
Laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Pelaksana
Pekerjaan.
5.4.5 Admixture
a. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara mencampur
dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak diperlukan
penggunaan sesuatu admixture
b. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Pelaksana Pekerjaan diminta
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Konsultan Perencana mengenai hal
tersebut. Untuk itu Pelaksana Pekerjaan diharapkan memberitahukan nama
perdagangan admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan,data-data
bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya,cara-cara
pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.
kolom-kolom praktis dan bagian-bagian lain yang tidak memikul beban, kecuali
ditentukan lain.
b. Pelaksana Pekerjaan harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan di lain tempat atau
dengan mengadakan trial-mixed dilaboratorium yang ditunjuk.
c. Test selama pekerjaan & menunjukan hasil uji tes beton & uji tarik besi yang
dikeluarkan oleh laboratorium yang terakreditasi
d. Pelaksana Pekerjaan harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton
yang dibuat dengan disahkan oleh Konsultan Pengawas dan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut harus disertai
sertifikat dari laboratorium. Penunjukkan laboratorium harus dengan persetujuan
Konsultan Pengawas.
e. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 10±2 cm. Cara
pengujian slump adalah sebagai berikut:
Contoh: beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton atau plat
baja, cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan tersebut
ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 16 mm panjang 60 cm dengan ujung
yang bulat (seperti peluru). Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua
lapisan berikutnyasetiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus
masuk dalam satu lapisan yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, maka
dibiarkan ½ menit lalu cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunnya (nilai
slump).
f. Pengujian kubus/silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui
Konsultan Pengawas.
g. Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dengan ditutup karung basah tapi tidah
tergenang air, selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.
h. Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk umur
7 (tujuh) hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari 65%
kekuatan yang diminta 28 hari, dengan catatan tampa adanya bahan tambahan
admixture. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan
yang diminta, maka harus dilakukan pengujian beton setempat dengan cara-cara
seperti yang ditetapkan dalam SNI dengan tidak menambah beban biaya bagi
Pemberi Tugas.
i. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah
seluruh komponen adukan masuk dalam mixer.
j. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya komponen-komponen beton.
k. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.
gelombang udara, kropos, berlubang, tonjolan dan yang lain yang tidak sesuai dengan
bentuk yang diharapkan/diinginkan.
5.5.9 Pembersihan
Jangan dibiarkan puing-puing, sampah sampai tertimbun. Pembersihan harus
dilakukan secara baik dan teratur.
PASAL 6
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
6.3.3 Pada pemasangan garis-garis alur harus rapi dan lurus serta mempunyai
bidang yang rata.
PASAL 7
PEKERJAAN PASANGAN
7.1 SEMEN
Semen untuk pekerjaan menembok harus sama kualitasnya seperti semen yang ditentukan
untuk pekerjaan beton, lihat pasal 5.
7.2 PASIR
Pasir untuk pekerjaan menembok harus sama kualitasnya dengan pasir yang ditentukan untuk
pekerjaan beton. Pasir laut yang dicuci bersih kualitasnya sesuai hanya boleh dipakai bila
pasir biasa yang sesuai tidak dapat diperoleh dan hanya setelah disetujui oleh Pemberi
Tugas.
7.3 AIR
Air yang dipakai untuk pekerjaan menembok harus sesuai dengan syarat-syarat dalam pasal
2.
7.4.2 Mencampur
Adukan harus dicampur dalam alat tempat mencampur yang telah disetujui atau
dicampur dengan tangan, diatas permukaan yang keras. Sangat dilarang memakai
adukan yang sudah mulai mengeras atau membekukannya untuk dipakai lagi.
g. Bidang dinding ½ bata yang luasnya lebih besar dari 12 m² ditambahkan kolom dan
balok penguat (kolom praktis).
h. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
i. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 6 mm
jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton
dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali
ditentukanlain.
j. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5%. Bata
yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
k. Pasangan baru bata untuk dinding ½ batu harus menghasilkan dinding finish setebal
15 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus
cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
PASAL 8
PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN PEKERJAAN HARDWARE
(PENGGANTUNG)
8.2.2.2 Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-
syarat dari pekerjaan alumunium serta memenuhi ketentuan-ketentuan
dari pabrik yang bersangkutan.
8.2.2.3 Konstruksi alumunium yang dikerjakan seperti yang ditunjuk dalam detail
gambar termasuk bentuk dan ukuran.
8.2.2.4 Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap type harus disertai hasil
tes, minimum 100 kg/m².
8.2.2.5 Ketahanan terhadap udara dan tidak kurang dari 15 m²/hr dan terhadap
tekanan air 15 kg/m² yang harus disertai hasil test.
8.2.2.6 Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu
sesuai dengan bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan,
kelengkungan dan pewarnaan yang dipersyaratkan.
8.2.2.9 Bahan finishing Treatment untuk permukaan kusen jendela dan pintu
yang bersangkutan dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau
plester dan bahan lainnya harus diberi lapisan finish dari aquer yang
jernih atau anti corrosive treatment dengan insutating varnish seperti
asphaltic varnish atau bahan insulation lainnya.
8.2.3.2. Prioritas proses fabrikasi harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai
dengan membuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk
perencana/MK meliputi gambar denah, lokasi, merk, kualitas, bentuk dan
ukuran.
8.2.3.3. Semua frame/kosen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan
secara fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan
agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
8.2.3.4. Potongan alumunium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk
menghindarkan penempelan debu pada permukaannya. Disarankan untuk
mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa
menyebabkan kerusakan pada permukaannya.
8.2.3.6. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan
sekrup, rivet, stap, dan cocok.
8.2.3.8. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti
karat/stainless steel, sedemikian rupa sehingga hair line dan tiap
sambungan harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air
sebesar 1.000 kg/cm². celah antara kaca system kusen alumunium harus
ditutup oleh sealant.
8.2.3.10 Untuk fitting hardware dan reinforcing material yang mana kosen
alumunium akan kontak dengan besi, tembaga atau lainnya maka
permukaan material yang bersangkutan harus diberi lapisan chromium
menghindari kontak korosi.
8.2.3.11 Toleransi pemasangan kosen alumunium disatu sisi dinding adalah 10-25
mm yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout.
8.2.3.14 Sekeliling tepi yang terlihat berbatasan dengan dinding agar sealent
supaya kedap air dan kedap suara.
8.2.3.15 Tepi bawah ambang kosen exterior agar dilengkapi flashing untuk penahan
air hujan.
a. Lingkup Pekerjaan
1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna.
2. Pekerjaan ini meliputi pembuatan daun pintu Multiplak dilapis HPL /
seperti yang dinyatakan / ditunjukkan dalam gambar.
b. Persyaratan Bahan
1. Bahan Kayu
- Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai persyaratan dalam NI-5
(PPKI) tahun 1961 dan persyaratan lain yang tertulis dalam bab
material kayu.
- Kayu yang dipakai harus cukup tua, lurus, kering dengan permukaan
rata, bebas dari cacat seperti retak-retak, mata kayu dan cacat
lainnya.
- Kelembaban kayu rangka daun pintu disyaratkan 12% - 14%.
- Untuk rangka kayu yang dipakai adalah kayu kamper Samarinda
dengan mutu baik, keawetan kelas I dan kelas kuat I – II. Ukuran
daun pintu yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi.
3. Bahan Perekat
- Untuk perekat digunakan lem kayu yang bermutu baik.
- Semua permukaan rangka
4. Bahan Finishing
Bahan finishing yang dipakai adalah HPL produksi Grasmerino
Laminate atau setara yang disetujui konsultan perencana
pengawas.
d Pelaksanaan
1. Umum
Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang
berhubungan dengan pekerjaan lainnya, jika terjadi kerusakan,
maka Kontraktor tersebut harus mengganti tanpa biaya
tambahan.
2. Teknis
- Mekanisme kerja harus sesuai dengan gambar.
- Engsel atas dipasang tidak lebih dari 28 cm (dari) sisi atas pintu
ke bawah. Engsel bawah dipasang tidak lebih dari 32 cm (as) dari
permukaan lantai keatas.
- Engsel tengah dipasang pada 1/3 jarak antara engsel atas
dan engsel bawah diukur dari engsel atas (as) kebawah, atau 2/3
jarak antara engsel atas dan engsel bawah diukur dari engsel bawah
(as) keatas.
- Untuk pintu toilet, jarak tersebut diambil dari sisi atas dan sisi
bawah daun pintu.
- Handle dan penarik pintu (door pull) dipasang 105 cm (as)
dari permukaan lantai setempat atau lihat gambar.
- Posisi “lock” dan “latch” harus ditentukan dan diajukan
Kontraktor untuk disetujui Konsultan Pengawas.
- Door closer yang digunakan adalah type hidrolik, automatic
Partisi toilet menggunakan Clear Spot kualitas terbaik dengan ketebalan 12 mm merk
MATRIX atau setara termasuk accessories, serta ukuran dan cara pemasangan
sebagaimana tertera dalam gambar, dengan warna akan ditentukan kemudian.
PASAL 9
PEKERJAAN PENGECATAN
• Lapisan dinding dalam terdiri dari 1 (satu) lapis alkali resistance sealer yang
dilanjutkan dengan 3 (tiga) lapis acrylic emulsion dengan kekentalan cat
sesuai persyaratan pabrik.
• Pemborong diharuskan membuat contoh (mock up) cat dengan ukuran 1,00
x 2,00 m untuk disetujui.
• Untuk warna-warna yang sejenis, Pelaksana Pekerjaan diharuskan
menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor pencampuran (batchnumber)
yang sama.
• Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh,
rata, licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap
pengotoran-pengotoran.
• Cara Pemasangan:
1. Bersihkan batu dari sisa semen, debu, minyak, cat atau kotoran
lainya supaya coating dapat meresap dan menempel sempurna
pada permukaan batu alam.
2. Pastikan cuaca panas atau tidak hujan dan batu kering dari air sisa
pembersihan tadi dan harus benar-benar kering.
3. Lapiskan/cat kan coating batu alam pada batu memakai kuas atau
bisa juga di semprot pakai kompresor untuk hasil yang lebih
sempurna.
4. Setelah pelapis pertama kering (15-20menit) dapat dilakukan
pelapisan berikutnya bila di inginkan, tetapi satu lapis juga sudah
bagus ,penggunaan lapisan ke 2 bila menginginkan hasil yang lebih
maksimal. pastikan seluruh batu dilapisi dengan merata supaya
tidak terlihat belang hasilnya.
5. Daya sebar 1 kaleng/1 liter coting bisa melapisi 5-8 m2 tergantung
jenis batu dan porositas batu, biasnya untuk batu candi penggunaan
lebih boros karena jenis batu tersebut mempunyai pori-pori yang
banyak dan lebar.
PASAL 10
PEKERJAAN ELEKTRIKAL DAN PLUMBING
Spesifikasi teknis ini menjelaskan tentang uraian syarat-syarat teknis dalam hal penyediaan,
pemasangan, dan pengetesan seluruh peralatan (material) dan instalasi yang ditunjukkan
pada gambar perencanaan untuk pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung
Laboratorium Sumber Daya Air Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Tahap II
Universitas Brawijaya di Desa Ngijo Kabupaten Malang. Spesifikasi teknis ini meliputi uraian
untuk pelaksanaan antara lain:
A. Gambar-Gambar
B. Koordinasi
Pemborong pekerjaan instalasi dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus bekerja sama
dengan Pemborong bidang atau disiplin lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan
dengan lancar sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditentukan. Koordinasi yang baik
perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan yang satu tidak menghalangi atau
menghambat pekerjaan lainnya.
contoh-contoh ini adalah menjadi tanggungan Pemborong. Bahan yang digunakan adalah
sesuai dengan yang dimaksud didalam spesifikasi teknis ini, berstandar mutu dan keadaan
baru.Pekerjaan haruslah dilakukan oleh tenaga ahli. Pemborong diwajibkan untuk mengecek
kembali atas segala ukuran dan kapasitas peralatan yang akan dipasang dan apabila
terdapat keraguan, Pemborong harus segera menghubungi Direksi Pengawas Lapangan
dan Perencana untuk berkonsultasi. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas
peralatan, yang sebelumnya tidak dikonsultasikan dengan Direksi Pengawas Lapangan dan
Perencana, apabila terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi tanggung jawab
Pemborong. Untuk itu pemilihan peralatan dan material harus mendapatkan persetujuan dari
Direksi Pengawas Lapangan, Pemberi Tugas dan perencana. Penggantian merk bahan dan
material dapat dilakukan dengan persetujuan dan ketentuan dari Direksi Pengawas
Lapangan, Pemberi Tugas dan Perencana.
D. Perlindungan Pemilik
Atas penggunaan bahan dan material, sistem dan lain-lain oleh Pemborong,Pemberi Tugas
(Pemilik) dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan yuridis lainnya. Hal ini
Harus menjadi Perhatian dan tanggung jawab Pemborong.
dengan pernyataan benar dan baikyang ditandatangani bersama oleh instalatur yang
melaksanakan pekerjaan tersebut, Direksi Pengawas Lapangan dan melampirkan sertifikat
pengujian yang sudah disahkan oleh Badan Instansi yang berwenang. Jika pada masa
garansi tersebut, Pemborong tidak melaksanakan atau tidak memenuhi teguran-teguran
atas perbaikan, penggantian, kekurangan selama masa garansi, maka Direksi Pengawas
Lapangan berhak menyerahkan pekerjaan perbaikan atau kekurangan tersebut pada pihak
lain atas biaya dari Pemborong yang melaksanakan pekerjaan instalasi tersebut. Sebelum
penyerahan kedua (final acceptance), Pemborong harus mengadakan semacam pendidikan
dan latihan selama periode tersebut kepada Tenaga calon-calon operator untuk setiap
pekerjaan yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas(Owner).Training tentang pengoperasian dan
perawatan tersebut harus lengkap dengan3 (tiga) set operating maintenance and repair
manual books, sehingga para petugas atau operator dapat mengoperasikan dan
melaksanakan pemeliharaan.
G. Laporan
Pemborong wajib membuat "Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan" yang memberikan
gambaran dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lapangan secara jelas. Laporan tersebut
meliputi:
1. Kegiatan Fisik Catatan dan perintah Direksi Pengawas Lapangan yang disampaikan baik
secara lisan maupun tertulis.
2. Hal-hal yang menyangkut masalah:
• Material (masuk atau ditolak)
• Jumlah tenaga kerja
• Keadaan cuaca
• Pekerjaan tambah/kurang Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan
dimana laporan tersebut berisi ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu lalu
sehingga menjadi laporan selama 1 (satu) bulan dan rencana pekerjaan minggu depan
dan satu bulan ke depan. Laporan ini harus ditandatangani oleh Manager Proyek dan
diserahkan pada Direksi Pengawas Lapangan dan Pemberi Tugas untuk
diketahui/disetujui.
Pemborong harus menyerahkan Laporan Pengetesan kepada Direksi dalam mengenai hal-
hal sebagi berikut:
1. Hasil pengetesan tahanan isolasi kabel dan pemberian tegangan.
2. Hasil pengetesan peralatan-peralatan instalasi.
3. Hasil pengukuran-pengukuran dan lain-lain. Semua pengetesan dan atau pengukuran
tersebut harus disaksikan oleh Direksi Pengawas Lapangan pekerjaan ini.
K. Masa Pemeliharaan
Selama masa pemeliharaan, harus diselenggarakan kegiatan pemeliharaan berjangka dan
pemeriksaan rutin. Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan routine tersebut, harus
dilaksanakan tidak kurang dari dua minggu sekali.
ketat terhadap semua pekerja (buruh) dan pegawainya, kepada mereka yang melanggar
terhadap peraturan umum mengganggu ataupun merusak ketertiban, berlaku tidak
wajar,melakukan perbuatan yang merugikan terhadap pelaksanaan pekerjaan, harus segera
dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas perintah pengawas harian. Bila Pemborong lalai,
maka akan dikenakan tindakan sesuai dengan yang dimaksud dalam pasal denda.
R. Pengawasan
Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah dilakukan oleh Direksi
Pengawas Lapangan dan Staff-nya. Pada setiap saat Direksi Pengawas Lapangan atau
petugas-petugas/staff harus dapat mengawasi,memeriksa dan menguji setiap bagian
pekerjaan, bahan dan peralatan serta Pemborong harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan, tetapi luput dari pengamatan
Direksi Pengawas Lapangan dan stafnya adalah menjadi tanggung jawab Pemborong.Di
tempat pekerjaan, Direksi Pengawas Lapangan menempatkan petugas-petugas
pengawasan yang bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan.
f. Pekerjaan instalasi MEP dinyatakan selesai bila pihak pemborong telah - 102 -
menyatakan:
• Surat hasil pengetesan dan pengujian instalasi.
• Telah mendapatkan surat keterangan dari pimpinan proyek, yang menyatakan bahwa
pekerjaan telah selesai 100%.
• Menyerahkan gambar As Buil Drawing sebanyak 3 (tiga) set yang telah diketahui
Perencana, Pemberi Tugas dan disahkan Direksi Pengawas Lapangan.
• Seluruh material pada Pekerjaan MEP harus mempunyai purna jual yang terjamin dan
garansi minimal 9 (sembilan) bulan sampai dengan 1 (satu)tahun.
g. Kerusakan material sebelum penyerahan kedua menjadi tanggung jawab pemborong.
h. Pemborong harus melaksanakan masa pemeliharaan selama 3 s/d 6 bulan.
1979. Untuk sumber air tanah telah terjamin kualitas/mutu airnya yang harus
dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorim yang tunjuk oleh Direksi
Pengawas Lapangan dan Pemberi Tugas (Owner).
B. Persyaratan Bahan
1. Pipa Air Bersih
Dinyatakan dalam gambar perencanaan, bahwa pipa air bersih yang digunakan
untuk pemipaan pompa utama air bersih dan pemipaan distribusi air bersih yaitu
pipa, SNI 07 0039- 87, SNI 0161.81. Seluruh sambungan pipa harus sesuai
dengan persyaratan pabrikasi dengan penguat yang berupa pelana kuda
(Saddle).Produksi : Setara Maspion, Wavin, Pralon.
A. Sistem
Sumber daya listrik berasal dari penyambungan sumber daya listrik utama PLN
dengan sistem tegangan TR 380V, 50 Hz.
4. Komponen Panel
Dinyatakan dalam gambar perencanaan, bahwa komponen panel utama banyak
ragamnya, antara lain:
a. Pemutus tenaga MCCB, 3 phasa, 45 kA, 36 kA, 25 kA, dan 18 kA,pemutus
tenaga mini MCB, 3 phasa, 15 kA, 10 kA, dan 8 kA, MCB 1phasa, 8 kA dan 5
kA yang telah memenuhi persyaratan SPLN108/SLI 175/IEC 989, dan IEC 947-
2, LMK, PLN.Produksi : Setara Terasaki, Merlin Gerin, AEG, ABB.
b. Automatic Tranfer Switch (ATS) atau sistem tukar (Interloc). Satupelat dudukan
sehingga lebih menjamin aspek keamanan dan lebih mudah dalam
pemasangan. Kedua pemutus tenaga (MCCB, 4 pole,50 kA) dilengkapi
mekanisme motor yang sama sehingga bisa beroperasi secara otomatis dan
system interlok mekanis dan elektris mencegah kedua pemutus tenaga
menutup secara serentak walaupun hanya sesaat, dan memenuhi standar
LMK.Produksi : Setara Terasaki, Merlin, AEG, ABB
c. Fuse Links dari jenis HRC Fuse/phasa, 100 kA dengan rating voltage 500/660
Volt lengkap dengan solid links (dudukan HRCfuse) dengan rating current 1
step diatas rating current HRC Fuseserta harus memeliki alat pencabut HRC
Fuse (Fuse Handle) standard SFS 2371, dimana semuanya sesuai dengan
standar IEC269-1, IEC 32 B, PUIL- 2000, LMK.Produksi : Setara Stomberg,
AEG, ABB, Littelfuse.
PASAL 11
1. Lingkup Pekerjaan
Pemasangan paving block dan kanstin sesuai dengan gambar.
2. Bahan-bahan
Paving block tebal 8 cm dan kanstin, ukuran sesuai dengan gambar rencana,
dengan kuat tekan K-300.
PASAL 12
PERATURAN PENUTUP
12.1. Meskipun dalam Bestek ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-bahan tidak dinyatakan
kata-kata yang harus disediakan oleh Pemborong dan tidak disebutkan dalam penjelasan
pekerjaan pembangunan ini, maka pekerjaan tersebut diatas tetap dianggap ada dan
dimuat dalam Bestek ini.
12.2. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan ini, tetapi tidak
diuraikan atau dimuat dalam Bestek ini, tetapi diselenggarakan dan diselesaikan oleh
Pemborong, harus dianggap seakan-akan pekerjaan itu diuraikan dan dimuat dalam
Bestek ini, untuk menuju ke penyerahan yang lengkap dan sempurna menurut
pertimbangan Direksi.